Ma Rin
seolah tak peduli memilih untuk pergi menemui pasangan kakek dan nenek untuk
memberikan kue beras. So Joon pun mengikutinya merasa yakin kalau Ma Rin pasin
tersentuh dengan kedatangan, Ma Rin mengelak seperti masih dongkol. So Joon
meminta agar Ma Rin memikirkanya. Ma Rin bergegas memberikan kue beras pada
nenek dan kakek. So Joon pun dengan bangga memperkenalkan Ma Rin sebagai
istrinya.
Se Young
membahas mengetahui dari Manager Chang kalau
So Joon datang. Manager Chang
membenarkan dan menyadari kalau mereka kenal dengan So Joon. Se Young heran kenapa So Joon datang, Manager
Chang pikir karena keduanya adalah pengantin baru Meskipun tinggal bersama, pasti tidak ingin terpisah sedetikpun.
So Joon
dan Ma Rin datang bersamaan, So Joon seperti ingin memperlihatkan kemesraanya
dengan memeluk Ma Rin. Ki Doong pikir So
Joon harusnya bilang kalau ingin datang. So Joon mengaku hanya Kebetulan saja. Manager Chang pikir itu pasti
karena merindukan isterinya, So Joon membenarkan dengan bersikap mesra pada Ma
Rin.
“Kami
sudah selesai dengan acaranya dan Ma Rin, pekerjaanmu juga sudah selesai,
Sebaiknya kau pulang. Dia kemari menjemputmu.” Ucap Se Young sinis. So Joon
pikir datang tepat waktu.
“Aku
belum selesai dan Kau bilang mau membantu jadi bantulah turunkan barangnya.” Ucap
Ma Rin melihat truk barang datang, Manager Chang pun senang karena mereka punya tenaga tambahan dan So Joon kelihatan
punya tenaga besar.
So Joon
menarik Ma Rin sedikit menjauh, mengaku kalau
tidak suka pekerjaan fisik dan Tidak cocok dengan karakternya. Ma Rin
pun menyuruh So Joon pergi ke warnet atau pergi menjelajah waktu lalu bergegas
pergi. So Joon pun mau tak mau mengikuti Ma Rin.
“Dia
dikontrol oleh isterinya.” Komentar Se Young sini
“Kau kelihatan
terlalu jelas sekarang.”balas Ki Doong, Se Young tak mengerti maksudnya
“Itu
Jelas sekali kalau kau cemburu, Sekarang Ma Rin ada di sini dan Cobalah untuk
tidak menampakkannya.” Pesan Ki Doong
So Joon
membawa barang-barang nenek ke dalam rumah, Ma Rin menambahkan kotak lain dan
senyuman lebar bisa membuat suaminya berkerja. So Joon pun terlihat kelelahan
membawa semua barang. Semua barang
besar, secara bergotong royong dibawa masuk.
So Joon
terlihat kelelahan, Se Young ingin memberikan minuman, Ki Doong yang melihatnya
menarik temanya agar tak memberikan perhatian pada temanya yang sudah menikah.
So Joon akhirnya mendekati Ma Rin ingin membantu istrinya, Ma Rin sedang
menyiapkan kopi untuk orang-orang yang membantu. Tapi saat itu So Joon di
panggil oleh pegawai lainya untuk membantu mengangkat lemari. Ma Rin pun
tersenyum melihat suaminya yang mau membantu.
Sek Hwang
datang menemuia atasanya, Yong Jin pikir Sek Hwang itu memliki dataKota Jangho.
Sek Hwang mengangguk dan menyayangkan kalau
proyek itu dibatalkan. Yong Jin terlihat marah karean tak ada yang
dibatalkan, lalu meminta agar membawa data itu padanya.
“Siapkan
pendaftaran lahan dan informasi lengkapnya.” Perintah Yong Jin
“ Tapi Presdir
berkeras membatalkan proyek itu.” Ucap Sek Hwang
“Siapa
yang berhak memutuskan proyek itu dibatalkan? Aku yang berhak! Cepat Bawa
kemari !” ucap Yong Jin dengan nada tinggi. Sek Hwang pun tak bisa membantah.
Doo Sik
melihat sketsa atas rencana Yong Jin dan mengaku hanya dengar Jangho bisa
menghasilkan banyak uang. Yong Jin memberitahu bahwa Perusahaan induk Grup LE
dibangun di Jangho, hal itu tentu menimbulkan asumsi menguntungkan tapi So
Joon bersikukuh menolaknya dan tidak
tahu alasannya.
“Kalau
tidak berinvestasi, jelas kebodohan. Jadi, Presdir...” ucap Yong Jin disela
oleh Doo Sik. Doo Sik pikir dirinya bukan presdir jadi lebih baik memanggilnya
“Guru” saja.
“Baiklah,
Guru... Jika kau ingin menghasilkan banyak uang, aku bahkan bersedia
mempertaruhan nama mendiang ibuku atas proyek ini.” Ucap Yong Jin yang bersedia
mempertaruhkan lehernya juga.
“Kenapa
mempertaruhkan lehermu segala? Kau lebih baik santai saja” komentar Doo Sik.
Yong Jin menawarkan Doo Sik minum.
“Saat ini
diumumkan, maka aku jamin bisa menghasilkan keuntungan dua kali lipat. Jelas
aku tahu kemampuan Presdir Yoo dalam bidang ini. Namun, kali ini Yoo So Joon
100% salah” kata Yong Jin
“Yoo So
Joon sudah kehilangan kemampuan.Dia tidak mau berinvestasi di Jangho.Itu aneh
sekali.” Ungkap Doo Sik, Yong Jin pun mengumpat So Joon memang bodoh.
“Baiklah,
kalau begitu bagaimana kita mulai? Jika aku berinvestasi maka kau harus
meninggalkan Myreits. Apa Kau siap memulai bisnismu sendiri?” tanya Doo Sik
“Tidak,
aku berencana tetap di sana.” Ucap Yong Jin
“Jadi, apa
kau berencana melakukan ini di belakangnya? Kalau uang yang jadi masalah, aku
bisa mencukupinya” kata Doo Sik
“Bukan
itu, tapi Ada beberapa hal yang membuatku harus tetap di perusahaan” jelas Yong
Jin
Doo Sik
pikir lebih berbahaya melakukannya diam-diam. Yong Jin pikir Tidak bahaya,
karena ingin membuat semua investor mengucurkan dana ke Kota Jangho Setelah itu
baru akan mulai membangun perusahaannya sendiri, ketika sudah mendapatkan
kontrak tanahnya. Doo Sik pikir Yong Jin ingin mengambil alih semua klien
Meyrits. Yong Jin meminta agar DO Sik
bisa mempercayai dan mempertimbankanya. Doo Sik mengaku akan memikirkanya.
So Joon
dkk makan daging panggang bersama. So Joon yang terlalu lelah merasa sampai
tidak bisa memakai sumpit. Ma Rin terlihat khawatir bertanya apakah So Joon
merasa sakit. So Joon hanya berkata kalau semua Berkat seseorang. Ki Dong
mengatakan akan menyetir dengan So Joon jadi keduanya bisa minum sepuasnya.
“Tidak boleh..”
kata So Joon, Ma Rin dan Se Young berbarengan bertanya kenapa tidak boleh
“Apa Kalian
tidak ingat kekacauan setelah kalian minum anggur waktu itu?” ucap So Joon
“Apa So
Joon cukup baik untukmu? Dia sangat kekanakan, Pasti berat hidup bersama dia.”
Ucap Ki Doong, Ma Rin tak ingin membahasnya memilih untuk mengambil air minum
saja.
Ma Rin
mengambil air mengambilkan sebotol air lalu bertanya pada bibi apakah menjual
plester pereda nyeri otot. Si Bibi pikir masih memiliki bekas dipakai oleh
suaminya.
Sementara
di meja, Se Young membahas kalau Ma Rin tidak tahu apa pun soal kau dan
Happiness yang ia dengar dari ayahnya. So Joon mengatakan kalau Ma Rin sudah
mengetahui itu dari ayah Se Young jadi tak perlu merasa khawatir.
“Tapi, Ma
Rin mengira hanya dia dan ayahku yang tahu soal itu.. Dia tidak tahu kalau Ki
Doong dan aku juga tahu, jadi kita harus hati-hati bicara” kata Se Young, So
Joon seperti baru mengetahuinya.
“Astaga,
kenapa wanita rumit sekali? Kenapa begitu penting siapa yang tahu apa atau
tidak? Apa mereka baru puas kalau sudah tahu segalanya satu sama lain?” keluh
So Joon kesal, Saat itu Ma Rin baru datang mendengar pembicaraan ketiganya.
“Hei,
kalian itu sudah menikah!” tegas Ki Doong mengingatkan temanya.
“Aku
bukannya memihak Ma Rin. Tapi aku juga benci kalau kalian berdua mulai
berbisik-bisik. Seolah menyimpan rahasia sepertiku. Dan bagaimana bisa kami
lebih tahu soal kau daripada isterimu?” ucap Se Young
“Bukankahitu
wajar? Aku juga belum terlalu lama mengenal dia.” Kata So Joon
“Lalu
bagaimana bisa kalian memutuskan menikah? Apa kau mencintai dia?”kata Se Young
mengujinya. So Joon terlihat tak ingin membahasnya.
Ma Rin
datang langsung berkomentar kaalu Kelihatannya mereka sedang membicarakannya.
So Joon menyangkalnya, Ma Ri menaruh
botol air lalu memberikan plester pereda nyeri agar di gunakan pada bahu So Joo
dan pamit pergi.
“Bagaimana
kau akan ke Seoul sendirian? Ayo kita pergi bersama.” Ucap So Joon menahan Ma
Rin pergi
“Aku akan
pergi sendirian.” Kata Ma Rin lalu bergegas pergi, So Joon hanya diam. Ki Doong
langsung menyuruh So Joon agar mengejarnya. So Joon pun meminta maaf pada dua
temanya lalu mengejar Ma Rin.
So Joon
mengejar Ma Rin ke depan parkiran, dengan menahan tanganya. Ma Ri meminta So
Joon melepaskan tanganya karena hanya ingin pulang. So Joon binggung meminta Ma
Rin mengatakan alasan karena bersikap terlihat sangat marah.
“Seperti
yang Se Young katakan, Apakah kecewa karena teman-temanku lebih tahu banyak
tentangku? Sudah kujelaskan semua, kau tahu segalanya.” Ucap Se Joon .
“Aku
sendiri tidak tahu mengapa aku begitu marah dan terlukaAku hanya ingin pulang
ke rumah, jadi biarkan aku sendirian.”ungkap
Ma Rin
“Sejujurnya,
apa kau sungguh merasa terluka? Berapa lama kita saling mengenal? Bukankah
memang perlu waktu untuk saling tahu lebih jauh? Harus seberapa keras aku mencoba
untuk menyeimbangimu? Aku sudah jauh-jauh kemari untuk membuatmu merasa lebih
baik.” Kata So Joon akhirnya ikut marah.
“Terima
kasih sudah mencoba dan Kau tidak perlu memaksakan diri.” Kata Ma Rin sinis, So
Joon menahan Ma Rin agar bisa mendengarkan ucapan sampai selesai.
“Aku
bahkan tidak pernah terlibat langsung dalam Happiness, Apa Tahu seberapa sulit buatku datang
kemari?” kata So Joon, Ma Rin pikir karena So Joon tak mengatakan jadi
mengetahuinya.
“Aku sangat
penasaran, tapi kau tidak ingin membicarakannya.” Kata Ma Rin kesal. So Joon
heran dengan yang dilakukan selain marah-marah
“Kau bahkan
tidak menghargai upayaku dan hanya
mencoba mengubahku seperti yang kau inginkan. Apa Kau tidak melihat sisi baik
dariku? Katakan, memang pernikahan ini membuatmu merasa rugi?” kata So Joon
“Aku
tidak pernah menghitung untung rugi.” Ucap Ma Rin tak percaya So Joon
mengatakan hal itu.
So Joon
melihat tatapan Ma Rin meminta agar Jangan salah paham. Ma Rin merasa kalau So
Joon beranggapan dirinya merasa untung dan suaminya itu dirugikan, terlihat
binggung.
“Aku hanya
ingin menjadi orang terdekat buatmu. Aku tidak menginginkan hal lain dan Hanya
kau. Kalau itu saja terlalu serakah, lalu
cinta itu artinya apa?” kata Ma Rin, So Joon menahan Ma Rin agar tak pergi.
Tapi Ma Rin tetap ingin pergi sendiri.
Ma Rin
naik bus sendirian mengingat kembali ucapan So Joon saat bertemu dengan Doo Sik
“Kau bilang, takdirku akan berubah setelah menikah dan masa depanku akan
berubah, tapi Aku rasa, hidupku jadi lebih tidak terduga dan rumit dibanding
sebelumnya.” So Joon
pun mengendari mobilnya terlihat benar-benar kebingungan dengan keadaanya
sekarang malah semakin rumit.
Se Young
duduk bersama Ki Doong berkomentar So
Joon benar-benar aneh. Ki Doong mengeluh Se Young yang ikut sedih dengan
melihat sekeliling mereka itu suasananya terlihat indah dan juga seger.
“Tapi,
dia jauh-jauh datang, Itu pasti karena dia sangat menyukai Ma Rin. Saat aku
menyinggung soal donasinya, dia tidak acuh dan berkata 'ya' saja. Dia bahkan
tidak mendengar kata 'H' dari 'Happiness'.. Dia pasti begitu menyukai Ma Rin.”
Ungkap Se Young, Ki Doong hanya diam saja.
Ma Rin
tertidur saat bus sudah sampai halte, sampai dibangunkan oleh sopir bus. Ketika
akan berjalan keluar, tubuhnya langsung jatuh tak sadarkan diri. So Joon kembali ke rumah melihat masih gelap,
lalu melihat ke kamar Ma Rin yang belum sampai, wajahnya pun mulai khawatir.
So Ri
datang dengan wajah panik ke rumah sakit mengingat pesan Ma Rin agar jangan
memberitahu So Joon dan datang saja. Perawat memberitahu Ma rin terkena infeksi
limpa, Ma Rin terlihat tertidur pulas.
“Kebanyakan
pasien boleh pulang setelah 2-3 hari. Sebelumnya, suhu badannya sampai 40
derajat dan Bisa tinggi lagi saat dia tidur.
Jadi Tolong awasi dia.” Pesan Perawat, So Rin mengangguk mengerti.
“Jangan
menelepon dia, So Joon, maupun ibuku.” Ucap Ma Rin saat perawat pergi.
So Rin
pun melihat temanya yang tak tidur lalu ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Ma Rin hanya meminta maaf, So Ri binggung kenapa dirinya tidak boleh menelepon
So Joon dan akan meneleponnya sekarang. Ma Rin hanya meminta agar jangan menelp
suaminya lalu menarik selimutnya untu tidur dengan perasaan sedih.
So Joon
terlihat gelisah menunggu didepan rumah, lalu akhirnya masuk dengan mengingat
perkataan Doo Sik “Segala sesuatu tidak berjalan baiksejak kalian menikah. Maaf
karena mengatakan ini padamu. Kau harus kembali sekarang dan berpisah dengan Ma
Rin. Ini demi kebaikanmu maupun Ma Rin Hanya ini yang bisa kukatakan padamu.”
Nyonya
Cha sedang disalon melihat seorang anak kecil dengan tatapan sinis, menyuruhnya
agar mengatakan "Beri aku nasi." Seolah-olah akan kabur dari rumah
kalau tidak diberi nasi. Si anak pun mengikuti kata Nyonya Cha “Beri aku nasi.”
Dengan wajah ketus.
“Dia
cukup potensial.” Komentar Nyonya Cha. Si ibu terlihat tak percaya
mendengarnya.
“Ada dua
tipe anak. Pertama, yang melakukan karena disuruh. Kedua, atas keinginan
sendiri. Dan Dia bukan keduanya. Aku belum pernah lihat seorang anak yang menunjukkannya dengan jelas kalau tidak ingin
melakukannya.” Ucap Nyonya Cha yang merasa melihat bakat Bap Soon dari kecil.
Soo Jon
berada di kantor menelp Ibu mertuanya, Nyonya Cha merasa tersentuh karena Soo
Joon itu pasti sibuk sebagai Presdir, tapi masih meneleponnya, dengan percaya
diri kalau merindukan ibu mertuanya.
“Ahh... Iya.
Tidak ada sesuatu yang terjadi, kan?” kata So Joon berusaha bersikap ramah,
Nyonya Cha mengaku kalau baik-baik saja.
“Ibu
sedang apa sekarang? Apakah Sendirian?”
tanya So Joon seperti igin mengetahui keberadan Ma Rin, Nyonya Cha
mengatakan sedang di salon dengan
teman-temannya. So Joon pun mengakhiri telp dengan ibunya.
So Joon
binggung karena Ma Rin tidak ke rumah ibunya, lalu berpikir kalau ia juga tidak
ingin mencarinya dan memperbolehkan Ma Rin
pergi sesuka hatinya serta tidak akan mencemaskan, Ki Doong datang
memberitahu kalau harus menghadiri rapat.
Direktur
Wang memberikan presentasi membangun
perumahan di di Annam-dong dan Bansan-dong karena sudah resmi dijadikan distrik
khusus. Sementara So Joon sibuk dengan melacak lokasi dengan ponselnya.Yong Jin
yang mendengar presentasi Direktur Wang langsung protes.
“Direktur
Wang, kau coba memprediksikan masa depan di Annam-dong dan Bansan-dong. Pertaruhannya
sudah sangat besar. Kenapa berusaha
menyeret kami ke dalamnya?” keluh Yong Jin
So Joon
seperti tak peduli mencari Keyword istri yang kabur, pesan dari So Ri masuk
“Ini teman Ma Rin, Oh So Ri. Ma Rin di rumah sakit sekarang.” Saat itu juga So
Joon langsung berlari keluar dari ruangan, semua binggung melihat So Joon pergi
dari rapat.
So Joon
pergi ke ruangan rawat melihat Ma Rin sudah mengunakan infusnya, So Ri melihat
So Joon yang sudah datang meninggalkan keduanya. So Joon tak percaya melihat Ma
Rin yang ada dirumah sakit dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi dan
seberapa parah kondisinya.,
“Mereka
bilang aku boleh pulang setelah 2-3 hari dan Tidak terlalu parah rupanya.” Kata
Ma Rin
“Kenapa
kau membuatku sangat khawatir? Kau mestinya menelepon kalau sakit.” Ucap So
Joon
“Kau juga
biasa menginap di luar. Kenapa kau boleh sedangkan aku tidak boleh melakukanya?”
kata Ma Rin sinis, So Joon menegaskan kalau ini berbeda.
“Aku...tidak
merasa kau keluargaku. Aku merasa seolah harus menyembunyikan hal berat darimu,
Karena kau pun seperti itu. Setiap waktu, kau terlihat seperti orang yang
berbeda. Kupikir aku tahu segalanya tentangmu. Rupanya, tidak sama sekali. Rasanya,
kau bukan milikku.” Ungkap Ma Rin
“Jadi,
kau...tidak merasa dapat mengandalkan aku.Itu maksudmu.” Kata So Joon yang
terlihat ikut menangis.
“Aku
tidak tahu kesalahan apa yang sudah kulakukan Mungkin kita terlalu buru-buru
menikah.Aku mempercayakan seluruh hidupku padaku. Apakah itu sebuah kesalahan? Aku
selalu ketakutan dan cemas.” Ungkap Ma Rin
“Mungkin
bukan kau yang salah. Aku yang bersikap tidak wajar. Aku yang salah.” Kata So
Joon
“ Maafkan
aku. Hari ini, aku ingin sendirian jadi Pergilah.” Kata Ma Rin, So Joon pun memilih untuk keluar dari
ruangan.
Ki Doong
menerima telp dai So Joon mengeluh yang dilakuan temanya tadi meninggalkan rapat
seperti itu. So Joon mengatakan di Stasiun Namyeong sekarang. Ki Doong berpikir
kalau So Joon akan pergi ke dunia lain.
So Joon
mengatakan harus mencari tahu sesuatu. Ki Doong bertanya apa itu. So Joon juga
tidak tahu dan Entah kapan bisa menyelesaikan masalah dengan Ma Rin, lalu
merasa kalau pasti Ki Doong melihatnya sangat menyedihkan. Ki Doong pikir So
Joon juga tahu jawabannya.
So Ri
menceritakan So Joon seperti kehilangan semangat hidup karena sebelum pergi
mengatakan "Aku penyebab Ma Rin stres" dan membuatnya merasa sangat
sedih. Ma Rin yang sedang makan berpikir kalau So Joon itu hanya mencoba
menjadi korban. So Ri heran dengan
temanya yang keras kepala.
“Kau
harus katakan sebabnya padaku, agar aku bisa memberi solusi.” Ucap So Rin
“Tidak
perlu. Aku hanya mau makan dan mengumpulkan energi. Aku tidak ingin jadi lemah
dan depresi.” Ungkap Ma Rin
Saat itu
So Joon masuk dikejutkan dengan Ma Rin sedang makandengan lahap, Ma Rin langsung
terbatuk-batuk. So Joon pikir akan akan menunggu di luar. So Ri yang ikut kaget
memberikan minum untuk teman yang tersedak. Ma Rin heran dengan So Joon yang
datang disaat sedang makan dengan lahap.
Ma Rin
akhirnya keluar dari kamarnya, mengaku kalau tadi adalah makanan pertamanya dan mengeluh So
Joon yang masuk tepat saat seperti itu.
SO Joon berkomentar Wajah Ma Rin kelihatan sangat kurus. Ma Rin mengaku kalau
makan agar tetap hidup dan sebelumnya merasa sekarat.
“Jangan
datang kemari lagi.” Ucap Ma Rin ketus.
“Apa Ada
yang ingin kau makan lagi?” tanya So Joon seperti ingin mengajak berdamai
“Aku
tidak berselera.” Kata Ma Rin, So Joon pikir pasti ada sesuatu yang ingin di
makan dan akan membelikanya.
“Bawakan
buah beri gunung.” Kata Ma Rin, So Joon akan pergi, Ma Rin merasa So Joon tidak
tahu apa-apa soal tanaman karenan tak akan mendapatkan di musim gugur.
“Situasi
ini tidak bisa membaik hanya dengan makanan. Jangan coba menyelesaikan dengan
makanan. Lebih baik pulang saja” kata Ma Rin ketus.
“Aku bisa
membelikannya untukmu dan Akan kubelikan.” Tegas So Joon menatap Ma Rin penuh
keyakinan.
So Joon
datang dengan sekeranjang buah beri, Ma Rin melonggo So Joon bisa
mendapatkanya. So Joon mengaku baru pergi dari tempat yang sangat jauh lalu
bertanya apa lagi yang ingin dimakan.
“Sup
mugwort... Dengan ikan segar, baru ditangkap.” Kata Ma Rin, So Joon akan segera
keluar.
“Kau tidak
akan bisa mendapatkannya, itu Hanya ada di musim semi. Ikan segar yang baru
ditangkap.” Kata Ma Rin. So Joon meminta Ma Rin menunggu saja.
Ma Rin
melonggo melihat So Joon membawa semangkuk Sup mugwort, So Joon memberitahu
kalau Ikannya benar-benar baru ditangkap. Sebuket bunga ada di depan jendela,
Ma Rin melihat itu bunga Freesia yaitu bunga musim semi, So Joon tahu itu bunga
kesukaan Ma Rin. Ma Rin menaruh dalam
vas bunga tulip, So Joon menegaskan
kalau Tidak ada yang tak bisa didapatkan untuk Ma Rin.
So Joon
berdiri didepan monumen kecelakaan kereta, menelp Ma Ri kalau sup yang diminta
berlebihan. Ma Rin juga tak tahu karena hanya mendapatkannya di dunia maya. So
Joon mengodanya kalau Ma Rin meminta saja untuk diambilkan bintang padanya. Ma
Rin mengaku sempat memikirkan hal iytu.
“Apa Kau
ingat di subway saat kita pertama kali bertemu? Insiden Stasiun Namyeong.” Ucap
Soo Joon, Ma Rin mengatakan mengetahuinya.
“Aku sedang
ikut orang tuaku saat itu. Mereka memaksaku ikut ke suatu tempat, yaitu Amal
makanan.” Cerita So Joon
“Kudengar,
mereka mengelola Happiness saat masih hidup.” Kata Ma Rin, So Joon pikir bukan
mengelola karena anggotanya hanya segelintir orang.
“Bagaimanapun,
aku dipaksa ikut sekali-dua kali sebulan. Hari itu, Ayahku memintaku membantu bersih-bersih
setelah acara. Lalu, secara tidak sengaja bertemu denganmu. Aku mengikutimu
karena tidak ingin membantu.” Cerita So Joon
Flash Back
Ma Rin
yang ingin memastikan fotonya tak diambil mengajak keluar dari kereta. So Joon
pun dengan senyuman setuju untuk keluar dari kereta untuk membuktinya. Kedua
orang tua So Joon yang melihat anaknya keluar memanggilnya.
“Mereka
memanggilku, tapi aku tidak peduli.” Cerita So Joon mengingat saat itulah
terjadi kecelakaan yang menewaskan orang tuanya.
“Itu
bukan kesalahanmu.” Ucap Ma Rin terlihat shock mendengarnya.
“Tentu
saja, tapi dari sudut pandang orang tuaku...” ucap So Joon sambil menangis, Ma
Rin ikut sedih meminta agar So Joon, jangan teruskan.
“Dari
sudut pandang orang tuaku, saat terakhir mereka melihatku. Aku melarikan diri
seperti anak kecil. Mereka meninggal dengan rasa kecewa terhadapku. Aku masih
tidak suka harus memikirkan tentang hari itu dan tidak suka membicarakannya.
Setelah hari itu... banyak hal terjadi padaku.” Cerita So Joon
Ma Rin
ikut menangis mengetahui dibalik cerita itu, So Joon lalu bertanya apakah
mereka bisa bertemu sekarang dan meminta izin untuk menemuinya. Ma Rin pun
meminta agar So Joon segera datang. So
Joon mengaku mungkin tidak bisa mengucapkannya langsung di depan Ma Rin jadi
akan mengatakan di telp saja.
“Saat
itu... ketika kau mengatakan bahwa kau bahagia selamat bersamaku. Kau berterima
kasih padaku karena selamat bersamamu. Aku bersyukur mendengarnya.” Ucap So
Joon. Keduanya sama-sama menangis mengetahui kisah yang orang tua So Joon.
Ma Rin
mencuci wajahnya setelah menangis, terlihat matanya yang sedikit bengkak. Lalu
keluar dari ruangan seperti menungggu So Joon datang. So Joon tiba-tiba
memanggil Ma Rin saat akan naik lift. Keduanya saling menatap dengan mata
berkaca-kaca. So Joon memeluk Ma Rin dengan erat seperti bahagia bisa membagi
cerita yang selama ini disimpannya sendiri.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar