PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 19 Februari 2017

Sinopsis Tomorrow With You.Episode 5 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN
Sek Hwang mengobrol dengan Direktur Wang sebelum masuk lift,  Direktur Wang merasa punya firasat buruk karena Hari itu di rumah Direktur Kim, membahas soal Bap Soon. Sek Hwang menceritakan Sebelumnya, keduanya juga hendak menjodohkannya dengan Bap Soon.
“Presdir sungguh sesuatu. Kenapa memilih Bap Soon ?!!” ejek Direktur Wang dengan tertawa lebar, saat masuk lift mereka dikagetkan kalau So Joon berdiri dibelakang mereka dan masuk ke dalam lift.
“Kenapa bergosip selantang itu sampai semua orang bisa dengar?Tidak profesional sekali.” Ungkap So Joon, Direktur Wang mengelak kalau tidak menggosipkan soal So Joon
“Aku dengar semuanya.” Kata So Joon, Direktur Hwang menyalahkan kalau Sekretaris Hwang yang mengatakan lebih dulu. Akhirnya pintu lift terbuka, So Joon menyuruh keduanya lebih dulu keluar. Direktur Wang keluar lebih dulu dan So Joon langsung menarik Sek Hwang kembali masuk ke dalam lift. 

Diatap gedung
So Joon meminta satu hal pada Sek Hwang kalau Mulai sekarang,  semua karyawan jangan pernah ada yang menyebut kata "Bap (Nasi)". Sek Hwang yang terdesak menganguk mengerti. So Joon meminta agar Jangan menyebut nasi tapi katakan "Ayo makan", dan Daripada berkata "Kutraktir nasi", katakan "Kutraktir makan".
“Jadi, Anda ingin kami semua berhenti menyebut kata itu?” ucap Sek Hwang
“Ya, kata-kata itu terlarang di sini.Mereka boleh memaki atas peraturan itu,tapi jangan berani menyebut kata tersebut! Kalau Presdir sudah memutuskan, bisa apa mereka?Ikuti permainanku.Beritahu yang lain, bisakan ?Tidak mungkin aku membuat pengumuman resmi soal itu, kan?Aku tidak bisa mengatakannya sendiri.”kata So Joon
“Harga diri Anda bisa jatuh karenanya.” Ungkap Sek Hwang, So Joon berpikir Sek hwang tak ingin melakukannya.
“Tapi mana mungkin aku harus melarang langsung orang-orang menyebut "Bap (Nasi)"?” kata Sek Hwang
“Jangan pakai alasan dan mainkan emosimu.Kurasa, ini hal yang bisa kau lakukan demi kemanusiaan.” Ungkap So Joon lalu berjalan bersama dengan menepuk pundak Sek Hwang seolah-olah banyak debu. 


Nyonya Cha membeli banyak makanan dan memasukan ke dalam kotak., Ma Rin merasa tak enak kalau makan masakan Ibunya, karena menurutnya bisa juga memasak selezat ini, Nyonya Cha pikir anaknya itu jangan meremehkan ibunya.
“jangan lakukan di depan So Joon Jangan terlalu sering menemui dia,  maka Dia akan merasa terbebani karenanya.” Kata Ma Rin pada ibunya.
“Puteri orang lain biasanya mendekatkan suami mereka dengan ibunya. Mereka bahkan membuat suaminya mencium tiang kayu demi ibu mereka.” Komentar Nyonya Cha Itu berlebihan.
Ma Rin merasa itu berlebihan, bahkan tidak pernah lihat. Nyonya Cha kalau pernah melihat seseorang melakukannya, dan merasa mereka berdua selalu berbeda pendapat dan anaknya selalu ingin pamer. Nyonya Cha bertanya apakah Ma Rin sudah tahu hari peringatan kematian orang tua So Joon
“Dia tidak suka membicarakan soal itu, Nanti juga dia akan mengatakannya sendiri padaku.” Kata Ma Rin
“Kau suka pamer, tapi tidak dewasa. Kau ini menantu mereka, wajib bagimu untuk mengetahuinya. Kalau kau terus diam begitu, maka kau memang tidak punya pikiran. Punya keluarga besar bisa menyakitkan. Namun tidak punya sama sekali pun terasa kesepian.” Jelas Ibunya, Ma Rin juga tahu.
“Sulit mengetahuinya karena dia mungkin akan terluka.” Kata Ma Rin mengeluh melihat ibunya yang sedari tadi membuka tutup kulkas karena bisa menguras Listriknya.
Nyonya Cha mengaku kalau ingin makan sesuatu tapi tak ada makanan, sambil mengeluh padahal kulkas orang kaya lalu bertanya apakah ada ramyun. Ma Rin mencari pada lemari bagian atas dan melihat bungkusa ramyun berwarna hijau, tapi menurutnya itu Bungkusnya aneh.
Akhirnya mereka pun makan ramyun yang ditemukan Ma Rin, Nyonya Cha makan lebih dulu langsung melotot kaget merasakan ramennya. Ma Rin pun juga seperti merasakan sesuatu yang sangat nikmat dimulutnya. 

Ma Rin membuka laptopnya mengetik sesuatu dengan gambar Ramyun yang diambil dengan kameranya. Dengan menuliskan statusnya sebagai  pengantin baru yang masih awam soal rumah tangga.
“Halo, para anggota... Aku makan siang, dan sekarang aku sedang minum kopi. Pada senior semua, sudah pernah coba Ohri Ramyeonn? Kalau belum, cobalah. Belakangan ini,  sebuah persaingan bisa dimenangkan dengan sedikit keributan. , bahkan ramyeon haruslah yang kualitas terbaik. Dunia ini tidak mudah. Ramyeon ini yang membuatku menyadarinya. Beruntung sekali ada yang memihakku di dunia mengerikan ini. Cemilan hari ini adalah Oh Ri Ramyeon, bersama dengan suamiku tercinta.” 

Yong Jin kaget mengetahui So Joon yang melarang mengatakan "Bap". Sek Hwang memberitahu kalau  kata itu terlarang di perusahaan. Yong Jin pikir itu lelucon gila menurutnya tak mungkin kalau tidak menggunakan kata itu soal makanan. 

Direktur Wang masuk mendengar keduanya seperti sedang bertengkar, Yong Jin pikir itu tak mungkin, lalu mengungkapakan senang bisa datang ke ruanganya. Sek Hwang pun keluar dari ruangan meninggalkan keduanya.
“Kudengar kau dapat masalah dengan Presdir. Dewasalah sedikit” kata Yong Jin mengeluh bingung dengan perusahaan mereka ini.
“Masalahku sepele saja, tapi kau yang dapat masalah besar, Yong Jin. Presdir sepakat bekerja sama dengan Distrik Sobeol beberapa waktu lalu.. Kenapa kau malah meributkan aku?” ucap Direktur Hwang, Yong Jin pun berteriak kaget mengetahui Distrik Sobeol” lalu keluar dari ruangan dengan wajah penuh amarah. 



Yong Jin langsung bertemu dengan Soo Joon ingin menanyakan alasannya karena terus saja menolak proyeknya.  So Joon menjawab kalau itu Karena merasa tidak akan menghasilkan keuntungan dan Lebih jelasnya, mereka akan merugi dan selalu melakukan riset
“Bagaimana dengan fakta wilayah itu hampir semua dijamin LE?” tanya Yong Jin, So Joon mengatakan hampir tapi belum semua.
“Akan banyak apartemen dibangun di area Sobeol. Bagaimana cara Anda menganalisanya?” ucap Yong Jin
“Bisakah kau menjamin risetmu? Memangnya kau bisa melihat masa depan?” kata So Joon yang bisa melihat masa depan.
“Saya tahu betapa berbakatnya Anda dan mengakui Anda memiliki pandangan tajam. Tetap saja,  Anda juga tidak bisa melihat masa depan, kan?” kata Yong Jin dengan nada tinggi. 

Ki Doong yang mendengarnya meminta agar Yong Jin bisa tenang, Yong Jin meminta maaf lebih dulu pada So Joon lalu mengatakan kalau it bukan urusan Ki Doong. Ki Doong heran melihat Yong Jin yang harus berteriak.
“Nanti, kau pasti berterima kasih padaku dan juga para investor.” Kata Yong Jin
Saat itu Doo Sik masuk ke dalam ruangan, So Joon kaget memberitahu kalau Doo Sik tamu penting dan mengajak mereka untuk bicara lagi nanti. Doo Sik ingin menjabat tangan Yong Jin tapi So Joon langsung menariknya keluar.
Yong Jin semakin melotot tajam , Doo Sik yang tak tahu apapun binggung kenapa Yong Jin memelototinya. So Joon beralasan kalau Matanya memang seperti itu. Yong Jin malah makin heran melihat Tata krama So Joon yang lebih muda tapi pergi di tengah pembicaraan. Ki Doong pikir kalau Young Jin sudah selesai silakan pergi. 

Doo Sik dan So Joon duduk dicafe, So Joon berteriak kaget lalu bertanya mau pergi kemana Doo Sik. Soo Joon mengatakan ingin keluar negeri di Tempat berpantai indah karena sudah waktu untuk beristirahat. So Joon menyindir kalau, menyedihkan sekali meninggalkan sendirian dan pergi atas kehendak sendiri itu pasti menyenangkan.
“Aku bahkan tidak tahu yang akan terjadi padaku.” Ucap So Joon, Doo Sik pikir Soo Joon bisa pergi mencari tahu
“Bagaimana aku pergi dalam situasi seperti ini? Kehidupanku tiba-tiba berubah drastis. Aku tidak bisa pergi ke masa depan, mengobservasi, atau lainnya. Memang aku tipe yang cocok sesibuk itu?” kata So Joon kesal
“Entahlah. Aku hanya ingin liburan.” Ucap Doo Sik
“Kau bisa jalan bersamaku. Aku akan pergi bersamamu, Kita bisa makan bersama di musim dingin, Pasti menyenangkan.” Ungkap Soo Joon

“Aku ingin melihat wanita berbikini.” Ungkap Doo Sik, Soo Joon pikir itu ada banyak dikorea. Doo Sik menegaskan kalau itu tak ada.
“Apa Kau tidak tahu soal perlindungan gender? Hal itu berlaku di seluruh pantai Korea. Coba kau bayangkan di pantai tetap harus berpakaian tertutup? Ini Tidak masuk akal! Di Korea jadi terlalu ketat.”keluh Doo Sik, So Joon mengumpat Doo Sik itu pria mesum
“Lalu kau akan bagaimana  kalau tiba-tiba aku dalam kondisi darurat? Paman juga tahu, kalau kau satu-satunya yang bisa membantuku. Pakah Loyalitas dan nurani jadi hilang seiring usia yang menua, yah?” keluh So Joon
Doo Sik tak peduli merasa So Joon itu membebani dan bergantung padanya, meminta agar tak terlalu dekat denganya karena tetap akan berjemur sampai kulitnya menghitam dan membuatnya sangat seksi, lalu pamit pergi. So Joon heran mau hitam seperti apa lagi Doo Sik itu. 


So Joon berjalan di lobby dan Ma Rin menelp. Dengan wajah menahan amarah mengatakan kalau ada dikantor dan akan menelpnya. Ma Rin pikir tak mungkin So Joon ada dikantor karena baru saja pergi. So Joon binggung
“Hari ini kau bersikap aneh... Tiba-tiba muncul lalu pergi begitu saja. Kau bersikap seperti orang berbeda. Aku penasaran apakah ada yang terjadi?” ucap Ma Rin
Soo Joon terdiam teringat saat itu dirinya dimasa lalu datang ke masa depan dan dikagetkan dengan melihat rumahnya yang sudah berubah dan menikah dengan Ma Rin.  Ma Rin memanggil So Joon yang tak berusaha.  So Joon pun sadar kalau dirinya baru saja pulang.
“Ya, kau pulang saat aku sedang mandi.” Kata Ma Rin, So Joon tak ingin membahasnya berpikir akan menelp Ma Rin lagi karena akan naik lift.

“Tunggu.. Boleh aku tanya sesuatu padamu? Apa Kau tahu Ohri Ramyeon? Itu yang bungkusnya aneh. Ada di lemari dapur. Darimana kau membelinya?” tanya Ma Rin, So Joon balik bertanya kenapa Ma Rin menanyakannya.
“Rasanya Lezat sekali, aku mempostingnya di komunitas "Mom Cafe. Aku bahkan memotretnya.Tapi, orang-orang berkomentar tidak ada ramyeon seperti itu.” Cerita Ma Rin
“Kau bilang "Mom Cafe"? Kau bahkan belum jadi seorang Ibu. Kenapa melakukannya?” kata So Joon panik, Ma Rin pikir akan mencaritahu informasi di internet saja.
“Jangan!!!... Benda itu!  Salah seorang temanku adalah peneliti di perusahaan ramyeon. Kau tidak akan bisa menemukannya di internet. Diamemberikan padaku untuk dicoba, itu barang Belum dijual juga. Kau harus menghapus postinganmu sekarang karen Bisa timbul banyak masalah. Dan Takdir perusahaan itu taruhannya.” Jelas So Joon mencari alasan.
Ma Rin pun panik mendengarny berpikir sudah membocorkan rahasia perusahaan seperti mata-mata. So Joon menyuruh agar segera menghapusnya. Ma Rin melihat kemasannya seperti sudah dijual di pasaran lalu memberitahu kalau sudah menghapusnya. Ia melihat sudah dilihat sebanyak 1,200 kali takut terjadi masalah.
So Joon mengeluh kalau dirinya sangat lelah ingin menyudahi telpnya, Ma Rin pun hanya bisa meminta maaf pada suaminya. 

Ma Rin membereskan pakaian kotor dari ruang pakaian, lalu melihat  beberapa tas yang berisi pakain berkomentar kalau So Joon  memilih pakaiannya sendiri dengan sangat baik tapi seperti merasa ada sesuatu perasaan yang aneh. 

Tuan Shin mengusulkan program Selalu ada "Soo Joon's Wife". Se Young menolak karena menurutnya Ma Rin  bahkan tidak memenuhi kualifikasi dan bukan maksudnya ikut campur, tapi lebih baik mencari seseorang yang berbakat saja.
“Tetap saja, Presdir Oh merekomendasikan dia.” Kata Tuan Shin
“ Bukan begitu, itu hanya memaksa supaya dia terlibat saja.” Ucap Se Young sinis
“Ada fotografer dalam keluarga kita. Kenapa harus memakai orang lain? Dan Manager PR setuju-setuju saja.” Ucap Tuan Shin, Sang manager pun sangat setuju  dengan sumringah.
“Bagaimana bisa Song Ma Rin jadi keluarga kita? Kita lanjutkan mendiskusikan perpustakaannya.” Kata Se Young tak ingin mendengarkan pendapat orang lain dan membahas tentang perpustakaan cinta lalu terdiam. 

Flash Back
Se Young dan So Joon minum bersama. Se Young mulai membahas kalau Perpustakaan Cinta akan menjadi Kebahagiaan dan Tidak seorangpun ambil bagian di dalamnya sejak orang tua So Joon meninggal. So Joong mengakan kalau ingin mewujudkan NGO yang membangun perumahan.
“Kurasa Senin kemarin.Aku membicarakannya dengan ayahmu.” Kata So Joon, Se Young kaget
“Beliau bilang akan mempertimbangkannya.” Kata So Joon
“Apa tidak lebih baik pensiun saja dan tidak melakukan apa pun?” ungkap Se Young
“Aku rasa beliau akan melakukannya.Bagaimanapun, beliau ingin melakukannya dulu.” Ungkap So Joon yakin. Se Young pikir itu benar karena So Joon ingin mewujudkan impian orang tuamnya.
“Kau bisa mengurus konstruksinya, ayahmu mengelolanya, dan aku penyedia dana.Wow. Aku keren, kan?Aku punya firasat bagus.” Kata So Joon bangga
Se Young bisa mengerti lalu bertanya caranya melakukan NGO kaena tak tertarik. So Joon pikir Se Young itu sangat berbakat dan tak ada yang bisa diandalkan lalu mengangakat gelasnya kalau mereka bersulang artinya sepakat. Se Young mengeluh kalau So Joon  berusaha mengubah pikirannya dengan bir.
So Joon mulai merengek, dengan memegang tanganya memohon. Se Young akhirnya setuju dengan senyuman. So Joon pun memuji memang Se Young teman yang terbaik. 


Se Young memperingatkan keduanya agar Jangan sembarangan memasukkan orang dalam proyek ini. Tuan Shin binggung,  Se Young menegaskan mereka akan memilih lokasinya setelah mendapatkan daftar pilihannya. Keduanya hanya bisa diam. 

So Joon menatap lembaran untuk mencatatkan pernikahan. Ma Rin duduk tak jauh darinya memberitahu kalau So Joon tidak bisa mundur, dengan Sekali menandatangani,  maka  tidak boleh mundur dan Hanya jika Hakim memutuskan, baru mereka bisa berpisah. So Joon hanya diam menatapnya seperti belum siap.
“Kalau kau tidak siap, apa mau lain waktu saja? Orang lain melakukannya setelah setahun pernikahan. Jadi Berikan padaku.” Kata Ma Rin mendekat mengambil lembaran pendaftaran pernikahan.  So Joon mengelak dengan mengambil kembali lembaran surat.
“Kelihatannya kau ragu dan Berhentilah membaca buku aneh itu. Lalu Pikir dulu sebelum memposting sesuatu di dunia maya.” Tegas So Joon sengaja mengalihkan pembicaraan, Ma Rin mengerti
“Kalau kau mendapati sesuatu yang baru dan asing di sini, jangan asal mempostingnya. Aku punya banyak teman yang bekerja sebagai peneliti.” Jelas So Joon
Ma Rin pun berpikir kalau sepatu yang dipakai sebelumnya adalah  bahan penelitian. So Joon membenarkan karena tak mau Ma Rin tahu dirinya penjelajah waktu. Ma Rin pun bertanya  kenapa tidak seorangpun datang di pernikahan mereka bahwa tidak pernah mengenalkannya, menurutnya  itu aneh sekali. So Joon mengaku kalau temanya datang, tapi hanya saja Ma Rin yang tak bertemu denganya.
“Mungkin Gun Sook benar, Aku tidak mengenalmu dengan baik.” Pikir Ma Rin
“Kita hanya perlu mendaftarkan pernikahan  lalu punya anak dan hidup dengan baik.” Kata So Joon berusaha menenangakan Ma Rin, tapi malah terkejut apakah anak yang dimaksud adalah seorang bayi.
“Ya, setidaknya punya satu sesegera mungkin.” Kata So Joon enteng, Ma Rin benar-benar tak percaya memilih untuk pergi mengambil air minum. 


So Joon heran dengan sikap Ma Rin seperti menolak, berpikir kalau istrinya itu bergabung di "Mom Cafe" karena ingin punya anak tapi sekarang seperti berpura-pura tidak menginginkanya. Ma rin meminta agar  Jangan main-main soal seperti itu. So Joon mengaku dirinya sangat serius.
“Kenapa? Apa Kau tidak ingin punya "Bunga" kecil? Dia pasti cantik.” Ungkap So Joon seperti merayu
“Apa Kau pikir kita berhak punya anak?” tanya Ma Rin, So Joon pikir ternju saja karena muda, kaya, dan genetiknya juga bagus.
“Aku tidak ingin sembarang punya anak seperti Ayah dan Ibuku. Aku tidak mau, sampai yakin kita bisa menjadi orang tua yang baik.” Tegas Ma Rin. So Joon heran dengan sikap Ma Rin.


“Apa Kau tidak percaya padaku?” tanya So Joon
“Baru saja aku berpikir, "Mungkin aku tidak mengenalmu dengan baik." Dengan Menyuapi dan menidurkan mereka tidak lantas menjadikanmu orang tua yang baik. Selain itu kita akan meninggal sebelum anak-anak kita.Bagaimana kalau kita meninggal? Lalu... Bagaimana nasib mereka?” kata Ma Rin
So Joon terdiam mendengarnya karena dimasa depan dirinya meninggal bersama dengan Ma Rin, memikirkan kalau mereka sama-sama meninggal merasa kalau itu Tidak bertanggung-jawab namanya dan tidak berpikir sejauh itu. Ma Rin terlihat merasa bersalah karena bukan bermaksud seperti itu tapi hanya tidak ingin sembarangan punya anak.

So Joon duduk sendirian menatap berkas pendaftaran pernikahan dan mulai menuliskanya dengan yakin. Teringat kembali saat Ma Rin yang kecelakaan dimasa depan dengan memegang tanganya mengatakan “ Aku takut.... Jangan pergi....”
Akhirnya So Joon duduk diatas tempat tidur menatap Ma Rin yang berbaring disampinganya. Ma Rin merasakan ada So Joon disampingnya langsung memeluknya dengan erat. So Joon seperti merasakan kalau Ma Rin tak ingin dirinya pergi. 

Soo Joon pergi ke tempat Doo Sik dengan beberapa kali menekan bel tapi tak ada sahutan lalu berpikir kalau temanya itu sudah pergi berlibur. Do Sik baru pulang membawa makanan, langsung buru-buru bersembunyi saat melihat Soo Joon datang ke rumahnya.
Pesan dari Ma Rin masuk ke ponsel So Joon “Deobbang, apa kau bisa minta Ohri Ramyeon lagi pada temanmu?  Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Aku akan memakankana diam-diam.” So Joon menolak mengaku kalau susah mendapatkanya.
[Januari, 2018: Masa Depan]
So Joon pergi ke masa depan dengan pergi ke supermarket, memikirkan kalau terjadi sesuatu karena membeli terlalu banyak. Tapi mengubah pikirnya karena biasa kejadian kalau berpikir seperti dan mengambil beberapa bungkus ramyun. 

Tuan Shin berpapasan dengan Manager PR lalu memanggilnya dengan bertanya apakah sudah mnemukan fotografer. Manager Chang mengeleng karena  Jadwalnya terlalu dekat,  tidak seorangpun bisa meluangkan waktu jadi akan terus mencari. Tuan Shin pikir ia yang akan mencarinya saja,  dan manager Chang bisa urus pekerjaannya yang lain. Manager Chang bisa bernafas lega dan mengucapkan terimakasih.

Tuan Shin bertemu dengan Ma Rin merasa tak enak hati karena dirinya mungkin bisa mencuri waktunya yang berharga. Ma Rin malah berpikir Seharusnya bisa mentraktir di tempat yang bagus. Tuan Shin inin akan langsung pada intinya dan ingin memberi kesempatan melakukan sesuatu yang baik bahkan akan senang kalau kau bilang "Iya".
“Kami akan menggelar upacara pembukaan rumah ke-30 kami. Apa Bisa kau datang dan memotret?” kata Tuan Shin, Ma Rin mengerti itu tentang  donasi dengan bakatnya.
“Ya, kami ingin fotografi khusus untuk moment ini.” Kata Tuan Shin
“Kau bilang Fotografi khusus? Kalau begitu, bukankah seharusnya seseorang yang lebih ahli?” kata Ma Rin, Tuan Shin yang mendengarnya merasa kalau dirinya sudah ditolak.
Ma Rin menjelaskan bukan itu maksudnya, tapi hanya tidak yakin bakatnya cukup baik untuk melakukannya dan berpikir untuk mengirim portofolio saja dulu jadi bisa memutuskan dirinyalayak atau tidak, setelah itu menghubunginya kembali. Tuan Shin mengartikan kalau Ma Rin  ingin melakukannya. Ma Rin pikir akan senang sekali melakukannya dan ingin mulai bekerja.
“Tapi, ini kegiatan amal. Jadi Saya tidak akan menerima bayaran, kan?” kata Ma Rin, Tuan Shin bingung. Ma Rin mengaku kalau dirinya itu sangat gugup dan tidak mengharapkan apa pun.
“Aku Senang sekali mendengarnya. Putera mereka merintis "Happiness" dan menantu mereka melakukan kegiatan amal di dalamnya. Orang tua So Joon pasti senang melihatnya.”cerita Tuan Shin
“Apa Dia merintis "Happiness"?”tanya Ma Rin kaget. 


[January 2018]
So Joon pergi ke suatu tempat dan melihat Doo Sik baru saja keluar dari rumahnya lalu berteriak memanggilnya.  Doo Sik seperti tak mengenalnya, So Joon memberitahu tahu kalau i adalah  dari tahun 2016, tak percaya melihat Doo Sik yang berubah drastis sekali berpikir kalau sudah  melewati masa sulit.
“Aku tidak ingin bicara denganmu.” Ucap Doo Sik ketus, So Joon bertanya kemana Doo Sik akan pergi.
“Aku ke tempatmu dan tidak ada seorangpun di sana. Maksudku, di masaku sekarang.  Aku tidak bisa bertemu denganmu, jadi datang untuk menemuimu. Bagaimana dengan kehidupanku sampai hari ini? Ah... Kita bisa membicarakan itu nanti,  tapi kenapa dandananmu jadi begini?” ucap So Joon seperti penuh semnagat mengajak Doo Sik masuk dan mengobrol
Doo Sik menolak mengaku dirinya sibuk,  So Jon memaksa sebentara saja. Doo Sik ingin bicara paca karena mereka. Soo Joon menarik Doo Sik agar masuk untuk mencoba Ohri Ramyeon karena Banyak sekali hal yang membuatnya penasaran.

Keduanya masuk ke sebuah rumah, So Joon dibuat terkejut melihat rumah yang ditempati Ki Doong tak seperti biasanya, lalu berpikir dirinya sudah pindah dan bertanya pada Doo Sik apakah terjadi sesuatu padanya. Doo Sik mengaku tak tahu sama sekali.
So Joon dibuat binggung melihat barang-barangnya yang ditutup dengan kain dan mencari diatap rumahnya kalau Jurnalnya juga tidak ada, lalu ingin Doo Sik memberitahu apa sebenarnya yang terjadi.  Doo Sik mengaku tidak berkomunikasi sama sekali dengan So Joon, Sudah lama sejak terakhir kali bertemu. Soo Joon ingin tahu alasan itu.
“Apa maksudmu? Kenapa kita tidak saling berhubungan lagi?” tanya So Joon tak mengerti.
“Karena kau menghilang! Kau menghilang, So Joon.” Ucap Doo Sik dengan nada tinggi. So Joon melonggo tak mengerti maksudnya.
“Kenapa aku menghilang? Bagaimana dengan Ma Rin? Dimana Song Ma Rin?” kata So Joon
“Jangan tanya apa pun padaku. Aku datang untuk menyesali telah memihakmu. Melihat wajahmu seperti ini, membuatku merasa buruk.” Tegas Doo Sik sinis lalu pamit pergi.
“Jelaskan agar aku bisa mengerti! Paman Apakah aku sudah melakukan kesalahan? Lelucon ini sungguh tidak lucu!” teriak So Joon benar-benar tak mengerti. 


So Joon kembali ke tahun 2016 dengan membawa bungkusan seperti masih shock. Ma Rin dikejutkan kalau So Joon yang  merintis "Happiness". Tuan Shin menceritakan saat orang tua So Joon masih hidup, mereka mengelola komunitas amal bernama "Happiness". Tapi kemudian meninggal dalam insiden di Stasiun Namyeong.
“Kau bilang Insiden di Namyeong Station?” kata Ma Rin terkejut kedua kalinya.
“Apa So Joon tidak menceritakannya padamu?” tanya Tuan Shin melihat reaksi Ma Rin, Ma Rin menutupi kalau sudah diberitahu So Joon dan meminta agar Tuan Shin melanjutkan ceritanya.
“Jadi, setahun setelahnya.. Dia mengatakan padaku ingin "Happiness" terus berlangsung Jadi, aku mengambil alih pengelolaannya. "Happiness" yang ada sekarang dirintis oleh So Joon dan sebagai donatur terbesar. Tapi, dia tidak mengijinkan kami mengungkapnya. Sebab, dia akan teringat akan orang tuanya. Meski begitu, dia... Bagaimana bisa dia tidak mengatakannya pada orang yang dia nikahi? Apa Dia tidak memberitahumu soal ini?” Tuan Shin merasa heran dengan So Joon 

Ma Rin tak percaya kalau kedua orang tua So Joon itu ada dibatu kenangan tragedi ledakan. So Joon terdiam melihat Ma Rin yang berdiri ditempat ayah dan ibunya dikenang sebagai korban kecelakan dan meninggalkan sendiri.

Bersambung ke episode 6

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar