Sek Hwang
mengobrol dengan Direktur Wang sebelum masuk lift, Direktur Wang merasa punya firasat buruk
karena Hari itu di rumah Direktur Kim, membahas soal Bap Soon. Sek Hwang
menceritakan Sebelumnya, keduanya juga hendak menjodohkannya dengan Bap Soon.
“Presdir
sungguh sesuatu. Kenapa memilih Bap Soon ?!!” ejek Direktur Wang dengan tertawa
lebar, saat masuk lift mereka dikagetkan kalau So Joon berdiri dibelakang
mereka dan masuk ke dalam lift.
“Kenapa
bergosip selantang itu sampai semua orang bisa dengar?Tidak profesional sekali.”
Ungkap So Joon, Direktur Wang mengelak kalau tidak menggosipkan soal So Joon
“Aku
dengar semuanya.” Kata So Joon, Direktur Hwang menyalahkan kalau Sekretaris
Hwang yang mengatakan lebih dulu. Akhirnya pintu lift terbuka, So Joon menyuruh
keduanya lebih dulu keluar. Direktur Wang keluar lebih dulu dan So Joon
langsung menarik Sek Hwang kembali masuk ke dalam lift.
Diatap
gedung
So Joon
meminta satu hal pada Sek Hwang kalau Mulai sekarang, semua karyawan jangan pernah ada yang menyebut
kata "Bap (Nasi)". Sek Hwang yang terdesak menganguk mengerti. So Joon
meminta agar Jangan menyebut nasi tapi katakan "Ayo makan", dan Daripada
berkata "Kutraktir nasi", katakan "Kutraktir makan".
“Jadi,
Anda ingin kami semua berhenti menyebut kata itu?” ucap Sek Hwang
“Ya,
kata-kata itu terlarang di sini.Mereka boleh memaki atas peraturan itu,tapi
jangan berani menyebut kata tersebut! Kalau Presdir sudah memutuskan, bisa apa
mereka?Ikuti permainanku.Beritahu yang lain, bisakan ?Tidak mungkin aku membuat
pengumuman resmi soal itu, kan?Aku tidak bisa mengatakannya sendiri.”kata So
Joon
“Harga
diri Anda bisa jatuh karenanya.” Ungkap Sek Hwang, So Joon berpikir Sek hwang
tak ingin melakukannya.
“Tapi
mana mungkin aku harus melarang langsung orang-orang menyebut "Bap
(Nasi)"?” kata Sek Hwang
“Jangan
pakai alasan dan mainkan emosimu.Kurasa, ini hal yang bisa kau lakukan demi
kemanusiaan.” Ungkap So Joon lalu berjalan bersama dengan menepuk pundak Sek
Hwang seolah-olah banyak debu.
Nyonya
Cha membeli banyak makanan dan memasukan ke dalam kotak., Ma Rin merasa tak
enak kalau makan masakan Ibunya, karena menurutnya bisa juga memasak selezat
ini, Nyonya Cha pikir anaknya itu jangan meremehkan ibunya.
“jangan
lakukan di depan So Joon Jangan terlalu sering menemui dia, maka Dia akan merasa terbebani karenanya.”
Kata Ma Rin pada ibunya.
“Puteri
orang lain biasanya mendekatkan suami mereka dengan ibunya. Mereka bahkan
membuat suaminya mencium tiang kayu demi ibu mereka.” Komentar Nyonya Cha Itu
berlebihan.
Ma Rin
merasa itu berlebihan, bahkan tidak pernah lihat. Nyonya Cha kalau pernah melihat
seseorang melakukannya, dan merasa mereka berdua selalu berbeda pendapat dan
anaknya selalu ingin pamer. Nyonya Cha bertanya apakah Ma Rin sudah tahu hari
peringatan kematian orang tua So Joon
“Dia
tidak suka membicarakan soal itu, Nanti juga dia akan mengatakannya sendiri
padaku.” Kata Ma Rin
“Kau suka
pamer, tapi tidak dewasa. Kau ini menantu mereka, wajib bagimu untuk
mengetahuinya. Kalau kau terus diam begitu, maka kau memang tidak punya
pikiran. Punya keluarga besar bisa menyakitkan. Namun tidak punya sama sekali pun
terasa kesepian.” Jelas Ibunya, Ma Rin juga tahu.
“Sulit
mengetahuinya karena dia mungkin akan terluka.” Kata Ma Rin mengeluh melihat
ibunya yang sedari tadi membuka tutup kulkas karena bisa menguras Listriknya.
Nyonya
Cha mengaku kalau ingin makan sesuatu tapi tak ada makanan, sambil mengeluh
padahal kulkas orang kaya lalu bertanya apakah ada ramyun. Ma Rin mencari pada
lemari bagian atas dan melihat bungkusa ramyun berwarna hijau, tapi menurutnya
itu Bungkusnya aneh.
Akhirnya
mereka pun makan ramyun yang ditemukan Ma Rin, Nyonya Cha makan lebih dulu
langsung melotot kaget merasakan ramennya. Ma Rin pun juga seperti merasakan
sesuatu yang sangat nikmat dimulutnya.
Ma Rin
membuka laptopnya mengetik sesuatu dengan gambar Ramyun yang diambil dengan
kameranya. Dengan menuliskan statusnya sebagai pengantin baru yang masih awam soal rumah
tangga.
“Halo, para anggota... Aku
makan siang, dan sekarang aku sedang minum kopi. Pada senior semua, sudah
pernah coba Ohri Ramyeonn? Kalau belum, cobalah. Belakangan ini, sebuah persaingan bisa dimenangkan dengan
sedikit keributan. , bahkan ramyeon haruslah yang kualitas terbaik. Dunia ini
tidak mudah. Ramyeon ini yang membuatku menyadarinya. Beruntung sekali ada yang
memihakku di dunia mengerikan ini. Cemilan hari ini adalah Oh Ri Ramyeon, bersama
dengan suamiku tercinta.”
Yong Jin
kaget mengetahui So Joon yang melarang mengatakan "Bap". Sek Hwang
memberitahu kalau kata itu terlarang di
perusahaan. Yong Jin pikir itu lelucon gila menurutnya tak mungkin kalau tidak
menggunakan kata itu soal makanan.
Direktur
Wang masuk mendengar keduanya seperti sedang bertengkar, Yong Jin pikir itu tak
mungkin, lalu mengungkapakan senang bisa datang ke ruanganya. Sek Hwang pun
keluar dari ruangan meninggalkan keduanya.
“Kudengar
kau dapat masalah dengan Presdir. Dewasalah sedikit” kata Yong Jin mengeluh
bingung dengan perusahaan mereka ini.
“Masalahku
sepele saja, tapi kau yang dapat masalah besar, Yong Jin. Presdir sepakat
bekerja sama dengan Distrik Sobeol beberapa waktu lalu.. Kenapa kau malah
meributkan aku?” ucap Direktur Hwang, Yong Jin pun berteriak kaget mengetahui
Distrik Sobeol” lalu keluar dari ruangan dengan wajah penuh amarah.
Yong Jin
langsung bertemu dengan Soo Joon ingin menanyakan alasannya karena terus saja
menolak proyeknya. So Joon menjawab
kalau itu Karena merasa tidak akan menghasilkan keuntungan dan Lebih jelasnya,
mereka akan merugi dan selalu melakukan riset
“Bagaimana
dengan fakta wilayah itu hampir semua dijamin LE?” tanya Yong Jin, So Joon
mengatakan hampir tapi belum semua.
“Akan
banyak apartemen dibangun di area Sobeol. Bagaimana cara Anda menganalisanya?”
ucap Yong Jin
“Bisakah
kau menjamin risetmu? Memangnya kau bisa melihat masa depan?” kata So Joon yang
bisa melihat masa depan.
“Saya
tahu betapa berbakatnya Anda dan mengakui Anda memiliki pandangan tajam. Tetap
saja, Anda juga tidak bisa melihat masa
depan, kan?” kata Yong Jin dengan nada tinggi.
Ki Doong
yang mendengarnya meminta agar Yong Jin bisa tenang, Yong Jin meminta maaf
lebih dulu pada So Joon lalu mengatakan kalau it bukan urusan Ki Doong. Ki
Doong heran melihat Yong Jin yang harus berteriak.
“Nanti,
kau pasti berterima kasih padaku dan juga para investor.” Kata Yong Jin
Saat itu
Doo Sik masuk ke dalam ruangan, So Joon kaget memberitahu kalau Doo Sik tamu
penting dan mengajak mereka untuk bicara lagi nanti. Doo Sik ingin menjabat
tangan Yong Jin tapi So Joon langsung menariknya keluar.
Yong Jin
semakin melotot tajam , Doo Sik yang tak tahu apapun binggung kenapa Yong Jin
memelototinya. So Joon beralasan kalau Matanya memang seperti itu. Yong Jin
malah makin heran melihat Tata krama So Joon yang lebih muda tapi pergi di
tengah pembicaraan. Ki Doong pikir kalau Young Jin sudah selesai silakan pergi.
Doo Sik
dan So Joon duduk dicafe, So Joon berteriak kaget lalu bertanya mau pergi
kemana Doo Sik. Soo Joon mengatakan ingin keluar negeri di Tempat berpantai
indah karena sudah waktu untuk beristirahat. So Joon menyindir kalau,
menyedihkan sekali meninggalkan sendirian dan pergi atas kehendak sendiri itu
pasti menyenangkan.
“Aku
bahkan tidak tahu yang akan terjadi padaku.” Ucap So Joon, Doo Sik pikir Soo
Joon bisa pergi mencari tahu
“Bagaimana
aku pergi dalam situasi seperti ini? Kehidupanku tiba-tiba berubah drastis. Aku
tidak bisa pergi ke masa depan, mengobservasi, atau lainnya. Memang aku tipe
yang cocok sesibuk itu?” kata So Joon kesal
“Entahlah.
Aku hanya ingin liburan.” Ucap Doo Sik
“Kau bisa
jalan bersamaku. Aku akan pergi bersamamu, Kita bisa makan bersama di musim
dingin, Pasti menyenangkan.” Ungkap Soo Joon
“Aku ingin
melihat wanita berbikini.” Ungkap Doo Sik, Soo Joon pikir itu ada banyak
dikorea. Doo Sik menegaskan kalau itu tak ada.
“Apa Kau
tidak tahu soal perlindungan gender? Hal itu berlaku di seluruh pantai Korea.
Coba kau bayangkan di pantai tetap harus berpakaian tertutup? Ini Tidak masuk
akal! Di Korea jadi terlalu ketat.”keluh Doo Sik, So Joon mengumpat Doo Sik itu
pria mesum
“Lalu kau
akan bagaimana kalau tiba-tiba aku dalam
kondisi darurat? Paman juga tahu, kalau kau satu-satunya yang bisa membantuku.
Pakah Loyalitas dan nurani jadi hilang seiring usia yang menua, yah?” keluh So
Joon
Doo Sik
tak peduli merasa So Joon itu membebani dan bergantung padanya, meminta agar
tak terlalu dekat denganya karena tetap akan berjemur sampai kulitnya menghitam
dan membuatnya sangat seksi, lalu pamit pergi. So Joon heran mau hitam seperti
apa lagi Doo Sik itu.
So Joon
berjalan di lobby dan Ma Rin menelp. Dengan wajah menahan amarah mengatakan
kalau ada dikantor dan akan menelpnya. Ma Rin pikir tak mungkin So Joon ada
dikantor karena baru saja pergi. So Joon binggung
“Hari ini
kau bersikap aneh... Tiba-tiba muncul lalu pergi begitu saja. Kau bersikap
seperti orang berbeda. Aku penasaran apakah ada yang terjadi?” ucap Ma Rin
Soo Joon
terdiam teringat saat itu dirinya dimasa lalu datang ke masa depan dan
dikagetkan dengan melihat rumahnya yang sudah berubah dan menikah dengan Ma
Rin. Ma Rin memanggil So Joon yang tak
berusaha. So Joon pun sadar kalau
dirinya baru saja pulang.
“Ya, kau
pulang saat aku sedang mandi.” Kata Ma Rin, So Joon tak ingin membahasnya
berpikir akan menelp Ma Rin lagi karena akan naik lift.
“Tunggu..
Boleh aku tanya sesuatu padamu? Apa Kau tahu Ohri Ramyeon? Itu yang bungkusnya
aneh. Ada di lemari dapur. Darimana kau membelinya?” tanya Ma Rin, So Joon
balik bertanya kenapa Ma Rin menanyakannya.
“Rasanya Lezat
sekali, aku mempostingnya di komunitas "Mom Cafe. Aku bahkan
memotretnya.Tapi, orang-orang berkomentar tidak ada ramyeon seperti itu.”
Cerita Ma Rin
“Kau
bilang "Mom Cafe"? Kau bahkan belum jadi seorang Ibu. Kenapa melakukannya?”
kata So Joon panik, Ma Rin pikir akan mencaritahu informasi di internet saja.
“Jangan!!!...
Benda itu! Salah seorang temanku adalah peneliti
di perusahaan ramyeon. Kau tidak akan bisa menemukannya di internet. Diamemberikan
padaku untuk dicoba, itu barang Belum dijual juga. Kau harus menghapus
postinganmu sekarang karen Bisa timbul banyak masalah. Dan Takdir perusahaan
itu taruhannya.” Jelas So Joon mencari alasan.
Ma Rin
pun panik mendengarny berpikir sudah membocorkan rahasia perusahaan seperti
mata-mata. So Joon menyuruh agar segera menghapusnya. Ma Rin melihat kemasannya
seperti sudah dijual di pasaran lalu memberitahu kalau sudah menghapusnya. Ia
melihat sudah dilihat sebanyak 1,200 kali takut terjadi masalah.
So Joon
mengeluh kalau dirinya sangat lelah ingin menyudahi telpnya, Ma Rin pun hanya
bisa meminta maaf pada suaminya.
Ma Rin
membereskan pakaian kotor dari ruang pakaian, lalu melihat beberapa tas yang berisi pakain berkomentar
kalau So Joon memilih pakaiannya sendiri
dengan sangat baik tapi seperti merasa ada sesuatu perasaan yang aneh.
Tuan Shin
mengusulkan program Selalu ada "Soo Joon's Wife". Se Young menolak
karena menurutnya Ma Rin bahkan tidak
memenuhi kualifikasi dan bukan maksudnya ikut campur, tapi lebih baik mencari
seseorang yang berbakat saja.
“Tetap
saja, Presdir Oh merekomendasikan dia.” Kata Tuan Shin
“ Bukan
begitu, itu hanya memaksa supaya dia terlibat saja.” Ucap Se Young sinis
“Ada fotografer
dalam keluarga kita. Kenapa harus memakai orang lain? Dan Manager PR
setuju-setuju saja.” Ucap Tuan Shin, Sang manager pun sangat setuju dengan sumringah.
“Bagaimana
bisa Song Ma Rin jadi keluarga kita? Kita lanjutkan mendiskusikan
perpustakaannya.” Kata Se Young tak ingin mendengarkan pendapat orang lain dan
membahas tentang perpustakaan cinta lalu terdiam.
Flash Back
Se Young
dan So Joon minum bersama. Se Young mulai membahas kalau Perpustakaan Cinta
akan menjadi Kebahagiaan dan Tidak seorangpun ambil bagian di dalamnya sejak
orang tua So Joon meninggal. So Joong mengakan kalau ingin mewujudkan NGO yang
membangun perumahan.
“Kurasa
Senin kemarin.Aku membicarakannya dengan ayahmu.” Kata So Joon, Se Young kaget
“Beliau
bilang akan mempertimbangkannya.” Kata So Joon
“Apa tidak
lebih baik pensiun saja dan tidak melakukan apa pun?” ungkap Se Young
“Aku rasa
beliau akan melakukannya.Bagaimanapun, beliau ingin melakukannya dulu.” Ungkap
So Joon yakin. Se Young pikir itu benar karena So Joon ingin mewujudkan impian
orang tuamnya.
“Kau bisa
mengurus konstruksinya, ayahmu mengelolanya, dan aku penyedia dana.Wow. Aku
keren, kan?Aku punya firasat bagus.” Kata So Joon bangga
Se Young
bisa mengerti lalu bertanya caranya melakukan NGO kaena tak tertarik. So Joon
pikir Se Young itu sangat berbakat dan tak ada yang bisa diandalkan lalu
mengangakat gelasnya kalau mereka bersulang artinya sepakat. Se Young mengeluh
kalau So Joon berusaha mengubah
pikirannya dengan bir.
So Joon
mulai merengek, dengan memegang tanganya memohon. Se Young akhirnya setuju
dengan senyuman. So Joon pun memuji memang Se Young teman yang terbaik.
Se Young
memperingatkan keduanya agar Jangan sembarangan memasukkan orang dalam proyek
ini. Tuan Shin binggung, Se Young
menegaskan mereka akan memilih lokasinya setelah mendapatkan daftar pilihannya.
Keduanya hanya bisa diam.
So Joon
menatap lembaran untuk mencatatkan pernikahan. Ma Rin duduk tak jauh darinya
memberitahu kalau So Joon tidak bisa mundur, dengan Sekali menandatangani, maka
tidak boleh mundur dan Hanya jika Hakim memutuskan, baru mereka bisa
berpisah. So Joon hanya diam menatapnya seperti belum siap.
“Kalau
kau tidak siap, apa mau lain waktu saja? Orang lain melakukannya setelah
setahun pernikahan. Jadi Berikan padaku.” Kata Ma Rin mendekat mengambil
lembaran pendaftaran pernikahan. So Joon
mengelak dengan mengambil kembali lembaran surat.
“Kelihatannya
kau ragu dan Berhentilah membaca buku aneh itu. Lalu Pikir dulu sebelum
memposting sesuatu di dunia maya.” Tegas So Joon sengaja mengalihkan
pembicaraan, Ma Rin mengerti
“Kalau
kau mendapati sesuatu yang baru dan asing di sini, jangan asal mempostingnya. Aku
punya banyak teman yang bekerja sebagai peneliti.” Jelas So Joon
Ma Rin
pun berpikir kalau sepatu yang dipakai sebelumnya adalah bahan penelitian. So Joon membenarkan karena
tak mau Ma Rin tahu dirinya penjelajah waktu. Ma Rin pun bertanya kenapa tidak seorangpun datang di pernikahan
mereka bahwa tidak pernah mengenalkannya, menurutnya itu aneh sekali. So Joon mengaku kalau
temanya datang, tapi hanya saja Ma Rin yang tak bertemu denganya.
“Mungkin
Gun Sook benar, Aku tidak mengenalmu dengan baik.” Pikir Ma Rin
“Kita
hanya perlu mendaftarkan pernikahan lalu
punya anak dan hidup dengan baik.” Kata So Joon berusaha menenangakan Ma Rin,
tapi malah terkejut apakah anak yang dimaksud adalah seorang bayi.
“Ya,
setidaknya punya satu sesegera mungkin.” Kata So Joon enteng, Ma Rin
benar-benar tak percaya memilih untuk pergi mengambil air minum.
So Joon
heran dengan sikap Ma Rin seperti menolak, berpikir kalau istrinya itu bergabung
di "Mom Cafe" karena ingin punya anak tapi sekarang seperti berpura-pura
tidak menginginkanya. Ma rin meminta agar
Jangan main-main soal seperti itu. So Joon mengaku dirinya sangat serius.
“Kenapa? Apa
Kau tidak ingin punya "Bunga" kecil? Dia pasti cantik.” Ungkap So
Joon seperti merayu
“Apa Kau
pikir kita berhak punya anak?” tanya Ma Rin, So Joon pikir ternju saja karena
muda, kaya, dan genetiknya juga bagus.
“Aku
tidak ingin sembarang punya anak seperti Ayah dan Ibuku. Aku tidak mau, sampai
yakin kita bisa menjadi orang tua yang baik.” Tegas Ma Rin. So Joon heran
dengan sikap Ma Rin.
“Apa Kau
tidak percaya padaku?” tanya So Joon
“Baru
saja aku berpikir, "Mungkin aku tidak mengenalmu dengan baik." Dengan
Menyuapi dan menidurkan mereka tidak lantas menjadikanmu orang tua yang baik.
Selain itu kita akan meninggal sebelum anak-anak kita.Bagaimana kalau kita
meninggal? Lalu... Bagaimana nasib mereka?” kata Ma Rin
So Joon
terdiam mendengarnya karena dimasa depan dirinya meninggal bersama dengan Ma
Rin, memikirkan kalau mereka sama-sama meninggal merasa kalau itu Tidak
bertanggung-jawab namanya dan tidak berpikir sejauh itu. Ma Rin terlihat merasa
bersalah karena bukan bermaksud seperti itu tapi hanya tidak ingin sembarangan
punya anak.
So Joon
duduk sendirian menatap berkas pendaftaran pernikahan dan mulai menuliskanya
dengan yakin. Teringat kembali saat Ma Rin yang kecelakaan dimasa depan dengan
memegang tanganya mengatakan “ Aku takut.... Jangan pergi....”
Akhirnya
So Joon duduk diatas tempat tidur menatap Ma Rin yang berbaring disampinganya.
Ma Rin merasakan ada So Joon disampingnya langsung memeluknya dengan erat. So
Joon seperti merasakan kalau Ma Rin tak ingin dirinya pergi.
Soo Joon
pergi ke tempat Doo Sik dengan beberapa kali menekan bel tapi tak ada sahutan
lalu berpikir kalau temanya itu sudah pergi berlibur. Do Sik baru pulang
membawa makanan, langsung buru-buru bersembunyi saat melihat Soo Joon datang ke
rumahnya.
Pesan
dari Ma Rin masuk ke ponsel So Joon “Deobbang, apa kau bisa minta Ohri Ramyeon
lagi pada temanmu? Aku tidak bisa
berhenti memikirkannya. Aku akan memakankana diam-diam.” So Joon menolak
mengaku kalau susah mendapatkanya.
[Januari,
2018: Masa Depan]
So Joon
pergi ke masa depan dengan pergi ke supermarket, memikirkan kalau terjadi
sesuatu karena membeli terlalu banyak. Tapi mengubah pikirnya karena biasa
kejadian kalau berpikir seperti dan mengambil beberapa bungkus ramyun.
Tuan Shin
berpapasan dengan Manager PR lalu memanggilnya dengan bertanya apakah sudah
mnemukan fotografer. Manager Chang mengeleng karena Jadwalnya terlalu dekat, tidak seorangpun bisa meluangkan waktu jadi akan
terus mencari. Tuan Shin pikir ia yang akan mencarinya saja, dan manager Chang bisa urus pekerjaannya yang
lain. Manager Chang bisa bernafas lega dan mengucapkan terimakasih.
Tuan Shin
bertemu dengan Ma Rin merasa tak enak hati karena dirinya mungkin bisa mencuri
waktunya yang berharga. Ma Rin malah berpikir Seharusnya bisa mentraktir di tempat
yang bagus. Tuan Shin inin akan langsung pada intinya dan ingin memberi
kesempatan melakukan sesuatu yang baik bahkan akan senang kalau kau bilang
"Iya".
“Kami
akan menggelar upacara pembukaan rumah ke-30 kami. Apa Bisa kau datang dan
memotret?” kata Tuan Shin, Ma Rin mengerti itu tentang donasi dengan bakatnya.
“Ya, kami
ingin fotografi khusus untuk moment ini.” Kata Tuan Shin
“Kau
bilang Fotografi khusus? Kalau begitu, bukankah seharusnya seseorang yang lebih
ahli?” kata Ma Rin, Tuan Shin yang mendengarnya merasa kalau dirinya sudah
ditolak.
Ma Rin
menjelaskan bukan itu maksudnya, tapi hanya tidak yakin bakatnya cukup baik
untuk melakukannya dan berpikir untuk mengirim portofolio saja dulu jadi bisa memutuskan
dirinyalayak atau tidak, setelah itu menghubunginya kembali. Tuan Shin
mengartikan kalau Ma Rin ingin
melakukannya. Ma Rin pikir akan senang sekali melakukannya dan ingin mulai
bekerja.
“Tapi,
ini kegiatan amal. Jadi Saya tidak akan menerima bayaran, kan?” kata Ma Rin,
Tuan Shin bingung. Ma Rin mengaku kalau dirinya itu sangat gugup dan tidak
mengharapkan apa pun.
“Aku
Senang sekali mendengarnya. Putera mereka merintis "Happiness" dan
menantu mereka melakukan kegiatan amal di dalamnya. Orang tua So Joon pasti
senang melihatnya.”cerita Tuan Shin
“Apa Dia merintis
"Happiness"?”tanya Ma Rin kaget.
[January
2018]
So Joon
pergi ke suatu tempat dan melihat Doo Sik baru saja keluar dari rumahnya lalu
berteriak memanggilnya. Doo Sik seperti
tak mengenalnya, So Joon memberitahu tahu kalau i adalah dari tahun 2016, tak percaya melihat Doo Sik
yang berubah drastis sekali berpikir kalau sudah melewati masa sulit.
“Aku
tidak ingin bicara denganmu.” Ucap Doo Sik ketus, So Joon bertanya kemana Doo
Sik akan pergi.
“Aku ke
tempatmu dan tidak ada seorangpun di sana. Maksudku, di masaku sekarang. Aku tidak bisa bertemu denganmu, jadi datang
untuk menemuimu. Bagaimana dengan kehidupanku sampai hari ini? Ah... Kita bisa
membicarakan itu nanti, tapi kenapa
dandananmu jadi begini?” ucap So Joon seperti penuh semnagat mengajak Doo Sik
masuk dan mengobrol
Doo Sik
menolak mengaku dirinya sibuk, So Jon
memaksa sebentara saja. Doo Sik ingin bicara paca karena mereka. Soo Joon
menarik Doo Sik agar masuk untuk mencoba Ohri Ramyeon karena Banyak sekali hal
yang membuatnya penasaran.
Keduanya
masuk ke sebuah rumah, So Joon dibuat terkejut melihat rumah yang ditempati Ki
Doong tak seperti biasanya, lalu berpikir dirinya sudah pindah dan bertanya
pada Doo Sik apakah terjadi sesuatu padanya. Doo Sik mengaku tak tahu sama
sekali.
So Joon
dibuat binggung melihat barang-barangnya yang ditutup dengan kain dan mencari
diatap rumahnya kalau Jurnalnya juga tidak ada, lalu ingin Doo Sik memberitahu
apa sebenarnya yang terjadi. Doo Sik
mengaku tidak berkomunikasi sama sekali dengan So Joon, Sudah lama sejak
terakhir kali bertemu. Soo Joon ingin tahu alasan itu.
“Apa
maksudmu? Kenapa kita tidak saling berhubungan lagi?” tanya So Joon tak
mengerti.
“Karena
kau menghilang! Kau menghilang, So Joon.” Ucap Doo Sik dengan nada tinggi. So
Joon melonggo tak mengerti maksudnya.
“Kenapa
aku menghilang? Bagaimana dengan Ma Rin? Dimana Song Ma Rin?” kata So Joon
“Jangan
tanya apa pun padaku. Aku datang untuk menyesali telah memihakmu. Melihat
wajahmu seperti ini, membuatku merasa buruk.” Tegas Doo Sik sinis lalu pamit
pergi.
“Jelaskan
agar aku bisa mengerti! Paman Apakah aku sudah melakukan kesalahan? Lelucon ini
sungguh tidak lucu!” teriak So Joon benar-benar tak mengerti.
So Joon kembali ke tahun 2016 dengan membawa bungkusan seperti masih shock. Ma Rin
dikejutkan kalau So Joon yang merintis
"Happiness". Tuan Shin menceritakan saat orang tua So Joon masih
hidup, mereka mengelola komunitas amal bernama "Happiness". Tapi kemudian
meninggal dalam insiden di Stasiun Namyeong.
“Kau
bilang Insiden di Namyeong Station?” kata Ma Rin terkejut kedua kalinya.
“Apa So
Joon tidak menceritakannya padamu?” tanya Tuan Shin melihat reaksi Ma Rin, Ma
Rin menutupi kalau sudah diberitahu So Joon dan meminta agar Tuan Shin
melanjutkan ceritanya.
“Jadi,
setahun setelahnya.. Dia mengatakan padaku ingin "Happiness" terus
berlangsung Jadi, aku mengambil alih pengelolaannya. "Happiness" yang
ada sekarang dirintis oleh So Joon dan sebagai donatur terbesar. Tapi, dia
tidak mengijinkan kami mengungkapnya. Sebab, dia akan teringat akan orang
tuanya. Meski begitu, dia... Bagaimana bisa dia tidak mengatakannya pada orang
yang dia nikahi? Apa Dia tidak memberitahumu soal ini?” Tuan Shin merasa heran
dengan So Joon
Ma Rin
tak percaya kalau kedua orang tua So Joon itu ada dibatu kenangan
tragedi ledakan. So Joon terdiam melihat Ma Rin yang berdiri ditempat ayah dan
ibunya dikenang sebagai korban kecelakan dan meninggalkan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar