PS : All
images credit and content copyright : TVN
Ma Rin
bersama So Joon berada dalam stasiun di kagetkan dengan bunyi ledakan, petugas
keamanan stasiun panik ingin melihat dari dekat begitu juga So Joon, tapi
ledakan kembali terjadi membuat semua yang ada distasiun ikut terhempas.
So Joon
melihat kecelakaan didepanya berlari ingin mendekati tempat kejadian, Ma Rin
berteriak memanggil So Joon agar tak pergi.
So Joon bergumam dalam hati bertanya-tanya Apa Wanita itu adalah Ma Rin.
Akhirnya
So Joon datang kembali ke masa depan membaca berita online berjudul [Bap Soon
mengaku sebagai korban selamat dari kecelakaan di Stasiun Namyeong.]
“Kau secara ajaib selamat di
hari yang sama denganku. Lalu mati di hari yang sama juga denganku. Apa ini
sebenarnya? Kau dan aku... sebenarnya apa hubungan kita?”
So Joon
menarik Ma Rin saat sedang berbicara dengan seseorang untuk bicara, Si pria merasa heran siapa So Joon seperti
tak mengenalnya. So Joon akhirnya
memberitahu nama aslinya yaitu Yoo So Joon lalu bertanya siapa sebenarnya Ma
Rin itu.
“Kau
muncul entah darimana, lalu bertanya
siapa aku?” keluh Ma Rin
“Aku tahu
kalau aku aneh. Aku tahu kau mungkin tidak paham, tapi aku harus menanyakan sesuatu
padamu.”kata So Joon
“Aku
tidak tahu apa itu, juga tidak tertarik
untuk tahu. Aku tidak ingin dengar dan Juga tidak ada yang ingin kubicarakan
denganmu. Aku tidak ingin mengucapkan sepatah katapun padamu.” Tegas Ma Ri
“Apa kau
sungguh korban selamat dari kecelakaan di Stasiun Namyeong tujuh tahun lalu? Apa
kau dan pria di subway itu...” ucap So Joon
Ma Rin
kaget So Joon bisa mengetahuinya, karena
baru melakukan wawancara soal itu hari ini dan Artikelnya pasti belum rilis. So
Joon menyimpulkan kalau semuanya benar, Ma Rin tetap menanyakan darimaan So
Joon bisa mengetahuinya.
“Apa saat
itu kau memang berhenti di stasiun Namyeong atau hanya kebetulan saja?” tanya
So Joon
“Aku
tidak pernah memberitahu siapa pun.
Bagaimana kau bisa tahu?” kata Ma Rin makin penasaran
So Joon
kembali bertanya apakah saat itu Ma Rin memang berniat turun di sana atau hanya
kebetulan saja. Ma Rin menjawab kalau memang kebetulan dan ingin tahu alasan So
Joon menanyakan hal itu.
“Saat itu
merupakan mukjizat besar sehingga aku bisa selamat! Kenapa kau bertanya? Kenapa
kau bersikap seperti ini? Aku sudah berkali-kali tanya padamu bagaimana kau
bisa mengetahuinya! Kau sangat aneh.” Ucap Ma Rin kesal
“Tapi,
bagaimana bisa? Kita..akan terus bertemu.” Kata So Joon, Ma Rin hanya menatap
binggung.
Ma Rin
berbicara sendiri di kamarnya, membicarakan
So Joon yang pikir akan menemuinya setiap kali dinginkan, lalu makin
penasaran darimana So Joon bisa mengetahui hal itu. Tapi menurutnya tak perlu
dipikiran lagi dan berusaha untuk mengedit foto dan terlihat foto So Joon
sebagai modelnya.
“Ahh.. Aku
tidak akan pernah goyah olehmu, apa pun
yang kau lakukan.” Ucap Ma Rin menutup matanya tak ingin kesima dengan foto So
Joon agar tak menatapnya.
Sementara
So Joon yang penasaran mencari artikel dengan keyword [Kecelakaan Stasiun
Namyeong] lalu keluar judul berita [Ledakan
Subway Stasiun Namyeong] lalu mencatat dalam bukunya “Kecelakaan Stasiun
Namyeong pada tanggal 25 Maret 2009.”
“Aku dan
Song Ma Rin... Hari terakhir kami hidup tanggal 25 Maret 2019.” ucap So Joon
dengan mengartikan kalau jangka waktunya
Sepuluh tahun setelah insiden kecelakaan kereta.
Ia
tiba-tiba mengumpat pada dirinya yang sangat bodoh karena tidak terpikir sebelumnya. Lalu mengingatkan
pada si berengsek itu tidak bilang apa-apa karena pasti Selama ini sudah
mengetahuinya. So Joon pun keluar rumah dengan mengemudikan mobilnya.
[Maret,
2019: Masa Depan]
So Joon
datang kerumahnya, mencoba menekan bel tapi tak ada sahutan lalu ingin masuk ke
dalam rumah, terdengar suara dari interkom kalau So Joon dimasa depan sedang
berada dirumah jadi melarangnya untuk masuk.
“Kenapa kau
tidak mengatakannya padaku?” ucap So Joon
marah
“Apa Soal
Song Ma Rin adalah wanita yang sama dalam kecelakaan itu?” tanya So Joon dimasa
depan
“Waktu
kematian kami tepat di hari yang sama sepuluh
tahun setelah kecelakaan itu. Waktunya pun sama persis. Terjadi pukul 9.15
malam. Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa? Kau sudah tahu segalanya, kan?”
ucap So Joon kesal
“Memang
apa yang akan berubah dengan mengetahuinya?” ucap So Joon masa depan
“Bukankah
semua ini hanya kebetulan? Ini aneh!! Semestinya kau menuliskannya dalam
catatan, atau memberitahu Ahjussi soal
itu dan kau memberitahu aku.” Teriak So Joon
“Mengetahuinya
tidak akan mengubah apa pun. Itulah pendapatku. Mengetahui segalanya... tidak
akan mengubah apa pun.” Ucap So Joon masa depan
So Joon
pikir kalau memang mengetahuinya kenapa ia tidak bisa mengubahnya menurutnya
apa yang tak bisa diubah, lalu berpikir kalau ada sesuatu yang sembunyikan. So
Joon masa depan berpesan agar Jangan
berusaha terlalu keras karena Pada akhirnya akan sia-sia saja lalu memutuskan
interkom. So Joon berteriak kesal dan ingin masuk tapi menyadarkan diri tidak
bisa masuk ke dalam.
Ma Rin
sedang berada dalam sebuah studio, lalu berbicara pada penata lampu agar
meminjam satu dari studio. Si penata lampu memberitahu kalau mereka harus
membayar sewa tambahan untuk itu. Ma Ri memohon agar bisa meminjam satu saja.
Si pria
mencoba membahas tentang Ma Rin adalah
korban selamat Insiden Namyeong. Temanya datang mengaku sudah membacanya tapi ragu membicarakannya, jadi terus menunggu waktu yang tepat. Ma Rin
menrendahkan hati kalau itu tidak perlu dibesar-besarkan. Bos datang memanggil
Ma Rin dengan wajah bahagia, modelnya
itu melihat direkturnya sekarang memiliki suasana hati sangat baik hari ini.
“Bagaimana
lagi? Kau anugerah dari Surga bagi kami.” Ucap Direktur, Modelnya pikir
direkturnya itu membaca artikel itu
“Sekarang
kau memiliki arti berbeda untukku. Aku hanya pernah mendengar tentang
keajaiban. Dan Tidak sadar bahwa ada
satu di dekatku! Ma Rin, Keajaiban! Kau akan mengajak Yoon So Joon lagi, kan? Semua
pakaian yang dikenakan So Joon... sold out!” ucap Direktur
Ma Rin
mencari alasan kalau So Joon pergi belajar ke luar negeri, atau beremigrasi. Direktur seperti tak percaya,
lalu tiba-tiba polisi datang memberikan surat penangkapan dengan menyita semua
barang, Ma Rin dan modelnya langsung bersembunyi, tapi tetap langsung dibawa ke
kantor polisi.
So Joon
baru saja memilih pakaianya, menerima telp dan dikagetkan kalau itu dari Kantor
polisi. Sementara di kantor polisi, Direktur dengan bangga kalau dirinya itu
lulusan Universitas Ehwa dan sudah terlihat dilayar TV. Polisi mengejek si
direktur lulusan Ehwa, tapi sekarang
berada di kantor polisi. Sementara Ma Rin hanya bisa tertunduk diam, Polisi
mengenal Ma Rin sebagai Bap Son yang cukup terkenal.
“Kenapa
kau melakukan hal semacam ini?” tanya polisi, Ma Rin mengaku tidak percaya
terlibat dengan tindak pidana begini.
“Aku
menanyaimu sebagai saksi, jadi kau bisa
rileks dan menjawab pertanyaan dengan
benar. Foto-fotonya dicetak dalam berbagai ukuran dan ada tulisannya juga. Apa
kau melakukannya sendiri, Song Ma Rin?” tanya Polisi, Ma Rin merasa sangat
malu dan tidak ingin mengatakan apa pun.
“Kau
harus menjawab pertanyaanku Apa Kau melakukannya sendiri?” tanya polisi
“Konsep
foto-foto itu sama. Kalau aku tidak memenuhi konsep yang diinginkan klien, maka
aku tidak akan bisa bertahan hidup. Aku tidak tahu apa pun soal pelanggaran hak
cipta itu.” Akui Ma Rin
Polisi
pun menyimpulkan kalau Ma Rin memang
melakukannya. Ki Doong datang memberikan
kartu nama mewakili saksi Yoo So Joon dengan memberitahu kalau ia adalah CEO
dari perusahaan mereka serta pengacarnya.
“Kenapa seorang pria dengan jabatan tinggi mau jadi model mereka? Ini Aneh sekali.”
Komentar polisi, Ki Doong mengaku juga tak tahu apapun. Dan meminta agar bicara
dengan pengacara saja
Ki Doong
pun menunggu akan berbicara dengan polisi. Sementara polisi mengambil kamera Ma
Rin karena akan menyita kartu memori sebagai bukti. Tiba-tiba beberapa
gerombolan orang masuk ke kantor polisi, Ma Rin langsung panik menutupi
wajahanya melihat ada reporter yang datang.
Ia merasa
kalau bukan masalah besar tapi kenapa reporter datang, Polisi mengaku kalau
Masih ada yang harus ditanyakan. Ma Rin panik bergegas pergi ke kamar mandi
dulu. Tanpa sengaja menabrak Ki Doong dan membuat kameranya terjatuh. Ki Doong
pun membantunya.
“Aku akan
senang kalau kau tidak mengatakan padanya bahwa kau melihat Bap Soon. Dan
Bosmu, Yoo So Joon. Jangan katakan padanya kau melihatku di sini. Tolong lakukan untukku. Ini rahasia penting
negara!” bisik Ma Rin. Ki Doong dibuat binggung dengan Ma Rin yang tiba-tiba
pergi begitu saja.
Doo Sik
membuka pintu rumahnya tapi tak melihat ada orang didepan, saat itu tiba-tiba
So Joon sudah bersembunyi memperlihatkan wajahnya. Doo Sik panik karena tidak
pernah bilang menginginkan datang dengan menahan pintu agar So Joon tak masuk
ke dalam rumahnya.
“Kita kan
cukup akrab untuk saling melihat tempat tinggal masing-masing.” Ucap So Joon
ingin bergegas masuk, Do Sik menyuruh So Joon pergi saja.
“Kau ini tidak
punya sopan santun sama sekali?” keluh So Joon, Do Sik akhirnya keluar rumah
ingin tahu apa lagi yang dinginkan So Joon sekarang.
Keduanya
akhirnya duduk dibagian sampah kardus, Do Sik pun mengetahui ceritanya mengaku Sebelumnya,
tidak berpikir kalau mereka berdua memiliki
takdir yang tidak wajar dan sama-sama selamat dari kecelakaan yang sama. So
Joon merasa dirinya di masa depan kelihatannya tahu sesuatu, tapi coba menyembunyikannya yang membuatnya
sakit kepala.
“Apa Kepalamu
sakit?Aku juga terlalu sering menjelajah waktu menggunakan subway. Aku jadi
mulai bingung sedang berada di masa lalu, masa kini, atau masa depan. Apa Aku yang saat ini atau diriku
di masa depan merupakan kepribadian sebenarnya?” ungkap Do Sik
“Aku
kebingungan sampai kepalaku mulai sakit. Aku sakit kepala, jadi minum obat tapi
perutku juga mulai kurang baik. Kemudian, aku pun mengonsumsi obat sakit perut.
Konsumsi obat-obatan yang terlalu banyak membuat ginjalku mulai bereaksi. Jadi,
aku pun mengonsumsi obat ginjal juga. Akhirnya ketergantungan banyak obat. Saat
bicara, nafasku...” ucap Do Sik mengeluarkan nafas dari mulutnya.
So Joon
mengeluh Baunya sangat tidak enak. Do Sik pun mengaku kalau memang belum gosok
gigi dan merasa kalau hidup mereka itu sangat
berat. So Joon menyuruh Do Sik mencari teman daripada hanya mengobrol dengannya
saja. Do Sik menegaskan dirinya sedang membahas mengenai kebenaran, So Joon binggung bertanya
kebenaran apa yang dimaksud
“Aku
sekarang bahkan tidak bisa mengatur segala sesuatu... Bagaimana bisa kita...
Itulah maksudku!”kata Do Sik
“ Kau
juga tidak tahu apa-apa, paman” keluh So Joon
“Aku
bilang tidak tahu, tapi aku bisa
memprediksinya.Pandangan yang luar biasa.Pemikiran yang tepat.Memiliki anak. ”
Kata Do Sik
So Joon
kaget mendengarnya, Do Sik mengulang
cerita kalau Dua orang yang terhindar dari kecelakaan yang sama, meninggal
bersama 10 tahun kemudian di hari dan waktu bersamaan dan mengartikan Bagaimanapun,
mereka ditakdirkan meninggal, jadi
kematian terus mengejar keduanya. So Joon terdiam mendengarnya.
“Kau juga
tahu. Kita pergi menjelajah waktu. Apa hal yang tidak dapat kita ubah? Yaitu
Kelahiran dan kematian dan Hanya aku yang bisa berpikir sedalam ini.” Ucap Do
Sik bangga
“Apa Kau
senang? Apa Itu menyenangkan buatmu?”
kata So Joon sinis, Do Sik melihat
eksperesi So Joon seperti yakin. So Joon tak peduli memilih untuk pergi saja.
“Aku
pernah melihat seseorang yang menghindari
takdir dan kematiannya. Dia gadis yang sangat cantik dan semestinya meninggal
dalam kecelakaan mobil. Aku ingin membantunya, jadi aku berusaha melakukan
segalanya. Kami memiliki banyak kesamaan. Jadi, aku menyuruhnya berkencan. Aku
mengenalkan dia pada seorang lelaki, ini di luar rencana. Mereka berdua saling
jatuh cinta dan terus bersama sepanjang hari. Kemudian, mereka memiliki anak. Kehidupan
yang tidak terprediksi.” Cerita Do Sik, So Joon ingin tahu kelanjutanya.
“Ya, mereka
hidup dengan sangat baik Kemudian lahir anak kedua dan ketiga.” Cerita Do Sik
yang terdengar membual.
So Joon
merasa itu hanya sebuah Kebohongan kalau Do Sik yang menyelamatkan seseorang,
karena tahu teman itu seorang pemalas. Do Sik mengaku kalau itu adalah anaknya,
So Joon kaget mendengarnya. Do Sik
menegaskan kalau itu sebuah kehidupan yang tidak terprediksi.
“Itulah
cara untuk mengubah takdir kematian. Begitulah
teoriku.” Ucap Do Sik, So Joon tak percaya ternyata Do Sik punya sebuah
keluarga.
“Jadi,
maksudmu adalah... Kalau ingin tetap hidup, apa aku harus menikahi Song Ma
Rin dan punya anak?” kata So Joon
“Tepatnya,
anak-anak. Dengan begitu, takdirmu akan sepenuhnya berubah.” Jelas Do Sik
“Paman...
Kau tidak boleh bicara sembarangan begitu hanya karena tidak menyangkut kehidupanmu.”
Keluh So Joon
Do Sik
menegaskan kalau memikirkannya dengan serius, So Joon tak peduli ingin pergi
saja. Do Sik berteriak kalau memang seperti itu So Joon mestinya membiarkan saja Ma Rin mati tapi
malah menyelamatkannya, menurutnya So Joon ada rasa terhadap Ma Rin, So Joon
memilih pergi saja. Do Sik memberitahu kalau hujan turun dan berteriak agar tak
bicara banmal padanya.
Semua
barang bukti diperlihatkan oleh polisi dan wartawan mengambil gambarnya.
Sementara Ma Rin didalam kamar mandi membaca artikelnya dari ponselnya [Bap
Soon mengaku sebagai korban selamat dari kecelakaan Stasiun Namyeong.] lalu
mengatakan sengaja ingin memperbaiki citra setelah 25 tahun berlalu.
“Song Ma Rin, kau seharusnya
melupakan soal Bap Soon sekarang. Jalani hidupmu sebagai Song Ma Rin saat ini”tulis Ma
Rin pada artikelnya.
“Song Ma
Rin, Apa kau tidak mau keluar? Sudah lewat 30 menit.” Teriak Polisi,
Ma Rin
tak peduli kembali menuliskan komentar pada artikelnya “Dan Juga, kuharap artikel perihal Bap Soon
berhenti rilis.”Polisi kembali berteriak memanggil Ma Rin. Ma Rin pun ikut berteriak
kalau punya alasan sehingga tidak bisa keluar sekarang, kalau mengidap iritasi
pada tius. Polisi menegaskan kalau Ma Rin masih harus menjalani pemeriksaan. Ma
Rin menegaskan kalau akan menggunakan hak untuk tutup mulut dan juga tidak
nyaman berbicara di toilet.
Polisi
memohon agar Man Rin segera keluar, Ma
Rin kembali menuliskan komentar “Kita semestinya tidak perlu lagi tertarik pada kehidupan
Song Ma Rin. Itu yang namanya sopan santun. Artikel tentang Song Ma Rin
sebaiknya berhenti dirilis, juga tidak perlu dibaca.” Polisi
memperingatakan Ma Ri kalau tidak boleh main-main dengan polisi!
“Aku
tidak bisa keluar karena ada reporter!”akui Ma Rin sambil menahan sedih.
So Joon
pulang kerumah, Ki Doong mengejek So Joon si "model" sudah pulang
rupanya. So Joon tak ingin temanya banyak bicara karena sangat lelah. Ki Doong memberitahu kalau orang-orang menggunjing kalau So Joon itu si berengsek
yang menjalankan bisnis lain di belakang.
“Siapa
menyebutku berengsek? Aku ini Presdir!”
tegas So Joon tak mau dihina mengambil sekaleng bir.
“Hari
ini, aku bertemu Bap Soon di kantor polisi. Dia menyuruhku tidak memberitahumu
kalau melihat dia. Bukannya aku ingin ikut campur urusanmu, tapi aku hanya
penasaran dengan yang sebenarnya kau lakukan belakangan ini.” Kata Ki Doong, So
Joon memberika kaleng birnya pada Ki
Doong dan bergegas pergi.
So Joon
akan datang ke kantor polisi tapi langsung berbalik melihat Ma Rin sudah
keluar. Nyonya Cha mengeluh kelaua Orang tua lain liburan dengan anak mereka,
tapi malah menjemput anaknya di kantor
polisi. Menurutnya Hidup berbeda sekali dengan orang lain.
“Terima kasih!!
Setiap kali menonton berita, aku hanya
bisa berharap wajahku tidak muncul di sana.” Tegas Nyonya Cha menyindir. So Ri
yang ikut meminta Nyonya Cha agar bisa tenang.
“Coba
Lihat So Ri. Dia gadis baik dan manis. Menjalankan akademi piano, dan manis sekali.” Kata Nyonya Cha memuji, So
Ri mengaku kalau menunggak biaya sewa gedung akademi jadi akan segera diusir.
Nyonya Cha pun berjalan disamping anaknya.
“Betapa
memalukannya kalau sampai orang tahu tentang masalah ini?” keluh Ibu Ma Rin
“Tidak
akan ada yang tahu selagi Ibu diam dan tidak bergosip, maka tidak akan ada yang
sadar aku ini Bap Soon, juga tidak peduli akan kehidupanku.” Kata Ma Rin lalu
bergegas pergi
Nyonya
Cha berteriak mau kemana Ma Rin pergi,
So Rin menenangkan Nyonya Cha kalau Ma Rin juga korban jadi jangan
terlalu keras padanya, karena sudah mengomelinya sepanjang waktu. Nyonya Cha
pun meminta bantuan So Ri sebagai temanya dengan bertanya apakah sudah memiliki
pacar. So Ri mengelengkan kepala.
“Lihat...
lihat... sudah kuduga. Kencanlah dengan seseorang sana! Bisa-bisa kau menua
tanpa punya teman. Bagaimana masa depanmu? kau tidak tahu apa-apa soal dunia.. Malang
sekali.” Keluh Nyonya Cha terus mengoceh lalu bergegas pergi. So Ri hanya diam
saja.
Ma Rin
berjalan pulang melihat So Joon berusaha untuk mengambikanya. So Joon akhirnya
menanyakan keadaan Ma Rin, lalu mengatakan kalau seharusnya memikirkannya kalau
direkturnya bilang hanya akan mempekerjakan Ma Rin kalau membawa dirinya
sebagai model jadi sudah mengira itu
aneh.
“Aku
tidak berpikir sejauh itu Maaf karena membuatmu terlibat. Aku minta maaf. Apa
kau sudah puas?” ucap Ma Rin
“Bagaimana
kalau kita berkencan? Ayo berkencan. Itu tujuanku datang kemari.” Akui So Joon
yang membuat Ma Rin kaget.
“Terima
kasih sudah jauh-jauh kemari. Tapi sayangnya, hal itu tidak membuatku goyah.”
Tegas Ma Rin menolaknya.
“Jangan
terlalu kejam. Sejujurnya, itu bukan
apa-apa.” Kata So Joon
“Yah...
Memang bukan apa-apa. Kau datang dan pergi sesuka hatimu. Akhirnya selalu aku
yang menanggung malu. Jadi Mana bisa berkencan dengan orang sepertimu? Berapa
kalipun kupikirkan, aku tetap tidak
mengerti. Kenapa kau bertingkah begitu aneh padaku? Sebenarnya, apa hubungan
antara kita?” kata Ma Rin
“Aku juga
tidak tahu dan tidak mengetahui hal itu.Aku juga kebingungan, sampai rasanya
kepalaku hendak meledak.Aku hanya ingin meluruskan segalanya denganmu sekarang.Perasaanku
juga tidak karuan. ” Tegas So Joon
“Kau
bilang padaku "Tidak perlulah berkomunikasi lagi, atau juga saling bertemu
Kita akhiri sampai di sini". Aku ingatkan karena kau mungkin lupa. Itu
yang kau pikirkan sebelumnya. Hubungan kita tidak terlalu dalam. Apa Kau
sungguh tidak berpikir aku pun kebingungan selama ini?” kata Ma Rin lalu masuk
ke dalam rumah. So Joon hanya diam saja.
Ma Rin
masuk kamar sambil berbicara kalau dirinya itu tak akan datang saat So Joon
menelp atau pergi saat disuruh pergi. Lalu melihat lensa kamera yang pecah.
Sementara
So Joon pulang mengemudikan mobilnya teringat ucapan Do Sik “Lalu, kenapa kau
tidak coba menemukan dia? Wanita yang kecelakaan dan mati bersama denganmu.”
Sebelumnya So Joon melihat Ma Rin yang tertabrak truk dan akhirnya berada
dikursi roda dengan So Jin yang mendorongnya.
“Ini
adalah takdirmu yang sebenarnya. Kau jatuh sakit dan tidak lama kemudian.. kau
meninggal, membuatku merasa kasihan
padamu. Itu sebabnya aku membantumu.” Gumam So Joon yang sengaja membantu Ma
Rin agar tak tertabrak.
So Joon
melihat Se Young yang sudah berdiri diluar, Se Young mengaku sangat malu dan
meminta So Joon agar masuk saja ke dalam.
So Joon bisa menebak yang ayah Se Young sedang lakukan.
Di dalam
restoran, Tuan Shin Sung Gyu sedang berbicara pada pelanggan dengan
mempromosikan Rumah ini yang dibangun oleh “Happiness.” Jadi meminta agar
mereka memberikan sumbangan. So Joon datang langsung mengajakTuan Shin pergi
karena Se Young menunggu.
Tuan Shin
dengan bangga memberitahu kalau So Joon adalah donatur terbesar di Happiness.
So Joon dengan cepat menarik Tuan Shin untuk keluar.
Tuan Shin
akhirnya didalam mobil merasa bangga pada So Joon menurutnya kalau Jika orang
tua So Joon melihat, pasti sangat bangga padanya dengan mengelus rambutnya. So
Joon memberitahu kalau sedang menyetir. Se Young pun meminta ayahnya agar bisa
menghentikanya yang terus mengatakan hal yang sama
“Hentikan
kebiasaan itu, jangan minum, ataupun
menghubungi kami.” Keluh Se Young
“Ketika
masih hidup, mereka bermimpi mendirikan yayasan amal. Putera mereka
mewujudkannya.” Ucap Tuan Shin
“Kalau
terus dibahas, aku berhenti mengucurkan dana !” kata So Joon mengancam
“Sudah
tujuh tahun berlalu. Ingatlah hanya kenangan indah sekarang. Kau harus
bersyukur diberi kehidupan.” Ucap Tuan Shin terus mengoceh, Se Young meminta
maaf karena ayahnya sedang mabuk.
“Kecelakaan
di Stasiun Namyeong... lupakanlah. Lepaskan saja.” Kata Tuan Shin
“Bagaimana
bisa aku melakukanya? Aku tidak bisa merasa damai hanya karena
menginginkannya.Sampai mati sekalipun, tetap sama.Aku tidak mau.Jadi, tolong
berhenti membicarakannya.”tegas So Joon kesal
Tuan Shin
mengerti, Se Young mencairkan suasana dengan mendengarkan musik.
Ma Rin
berbaring di kamarnya mengingat ucapan So Joon “Aku pun tidak tahu. Aku tidak tahu
hubungan antara kita. Aku kebingungan sampai kepalaku rasanya akan meledak. Aku
hanya ingin meluruskan segalanya
denganmu sekarang. Aku juga tidak merasa nyaman karenanya.”
“Kenapa
kepalanya hampir meledak gara-gara aku?” kata Ma Rin binggung
“Aku
tidak boleh goyah! Tetap waspada. Aku bukan wanita gampangan.” Tegas Ma Rin
menyakinkan dirinya.
Ma Rin
pun melihat di etalase lensa kamera memikirkan untuk membeli atau menyewa saja
lalu menyakin diri kalau suatu saat nanti pasti akan jadi milikya. Ponselnya
tiba-tiba berdering, Ma Rin dengan sinis kalau temanya itu sedang bulan madu.
“ Apa
tidak dengar suara ombaknya? Pasti ini alasan orang-orang terus membicarakan
soal Hawai. Di sini Sangatindah sekali.Aku berencana kemari sekali-dua kali
setahun.” Ucap Gun Sook yang ada di dalam rumah, Ma Rin pikir pasti menyenangkan
bulan madu di sana lalu ingin tahu jam berapa sekarang dihawai
“Aku
berusaha menelepon sesuai waktu Korea. Tempat ini sangat bagus, sampai aku
teringat akan kau, temanku.” Kata Gun Sook sengaja ingin pamer.
“Gun
Sook.... Kau kan sekarang banyak uang, bisa
tidak pinjamkan sedikit padaku?” kata Ma Rin, Gun Sook memilih untuk menutup
telpnya.
“Tapi itu
penipuan namanya! Bagaimana bisa kau membatalkan bulan madu kita sesaat setelah pesta pernikahan selesai?”
kata Gun Sook marah
“Apa Tahu
berapa banyak investor yang bisa kutemui dalam satu minggu? Mereka itu sumber
uang tersembunyi. Aku sudah bilang, Sekarang ini, harus menahan diri demi kebaikan kita berdua.
Aku sudah cukup sibuk.” Kata Tuan Kim memberikan sekotak hadiah untuk istrinya.
“Lalu, apa
kau pikir ini cukup sebagai ganti
"hon-moon" sekali seumur hidup itu?” keluh Gun Sook, Tuan Kim
meminta istrinya untuk bicara yang jelas yaitu Honey Moon. Gun Sook pun
mengulang kata honey moon berkali-kali
“Bagus...
Jangan menyingkat kata seperti anak-anak begitu. Itua Kedengaran rendahan!” ejek Tuan Kim
Gun Sook
pun ingin melihat seberapa berharganya ini saat dibuat sebuah kartu kredit
seperti tak percaya. Tuan Kim menyindir kalau Gun Sook pasti senang, menyuruh
agar mengunakan untuk apa saja dan sekarang menjadi pemilik rumah ini. Gun Sook masih tak percaya
kalau kartu itu sebagia pengganti Hawai
“Kau akan
sangat kecewa kalau hanya itu ganti dari Hawai. benarkan, Lee Gun Sook? Kau
sudah menikah denganku. Aku akan membuat orang-orang memanggilmu "Isteri
Presdir." Semoga harimu menyenangkan. Sampai jumpa.” Kata Tuan Kim keluar
dari rumah, Gun Sook melonggo tak percaya dirinya akan di panggil "Isteri
Presdir”
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar