Ki Doong
satu ruangan dengan So Joon meminta temanya itu membiarkan saja karena Direktur
Kim Yong Jin sudah bekerja keras. So Joon mengatakan Jika mereka melakukan apa
yang dikatakan Direktur Kim, maka tidak akan buat uang kalau Rencana akan
berubah dalam beberapa bulan seperti yang dibilang tadi.
“Tapi,
kau bisa meyakinkan agar dia mengerti.” Pikir Ki Doong
“Haruskah
kubilang kalau aku melihatnya di masa depan?Kau boleh rapat di tempatku. Apa Kau
mau pergi di tempatku?” ucap So Joon, Ki Doong hanya diam saja, sampai akhirnya
So Joon berteriak memanggilnya.
“Apa,
apa, apa? Apa yang kau mau?” ucap Ki Doong kesal, So Joon mengatakan akan
memberitahu nomor lotre minggu ini. Ki
Doong mengaku kalau tidak percaya.
So Joon
menyebutkan angkat 4, 8, 9, 15, 23, 29. Ki Doong buru-buru memcatatnya, lalu
mengelak kalau So Joon itu bicara omong kosong, karena sebelumnya tak ingin
memberitahu dan dirinya yang tidak
pernah menang. So Joon hanya tersenyum, Ki Doong pun memastikan kalau tadi itu
nomor palsu. So Joon membenarkan.
“Kenapa
aku harus menghafalnya ?Kalau kau mencampuri hidupku,hidupmu akan hancur nanti.
Sementara Kalau aku mengubah hidupmu walau sedikit,hidupmu bisa hancur.” Ucap
So Joon
“Aku
tahu, Kau takkan mencampuri hidupnya orang lain.” Komentar Ki Doong tetap
menatap ke arah komputernya.
“Tapi,
aku mencampurinya tadi.Kehidupan seseorang.Aku tahu soal kecelakaan itu, jadi
aku menyelamatkan seseorang.Seperti pahlawan sungguhan.” Cerita So Joon
Ki Doong
tak percaya So Joon yang melakukanya, So Joon menceritakan melihat kecelakaan di masa depan dan Setelah
menyelamatkan orang itu,pasti bangga, keren, dan menjadi pria sejati. Lalu meminta Ki Doong membayangkan jika orang-orang di dunia ini tahu maka Orang-orang
akan mengantre padanya untuk menyelamatkan dunia dan memohon menurutnya pasti
akan kacau balau.
“Kesulitan
apa yang kau sebabkan?” tanya Ki Doong
“Aku
tidak bisa berhenti memikirkan itu.” Akui So Joon
“Apa dia orang yang kau kenal?Seorang wanita?” tanya Ki
Doong penasaran
“Aku
tidak kenal dia dan seorang wanita.” Ungkap So Joon
Ki Doong
melonggo karena seorang wanita, Soo Joon
heran karena terus saja memikirkan wanita itu. Ki Doong bertanya apakah wanita
itu cantik. So Joon mengaku wanita itu sedikit cantik. Ki Doong yakin kalau
wanita itu pasti cantik dan juga lucu. So Joon tak membahasnya memilih untuk
kembali ke meja kerjanya.
Ma Rin
yang sedang dibahas oleh So Joon sedang sibuk membersihkan kamarnya mengunakan
vacum cleaner dan melihat ada bekas botol minum, menurutnya lebih baik minum di
rumah ketimbang pingsan di luar dan berpikir untuk menguranginya, tapi mengubahnya tetap ingin minum banyak.
Ia
melihat ada bra yang tertinggal dan kainya sudah lusuh ingin membuangnya, tapi
merasa kalau pakaian dalam tak ada yang melihatnya dan memasukan ke dalam mesin
cuci. Sambil berkata ingin membeli lingerie dengan uang yang diihabiskan untuk
minum.
“Ahh... Tidak,
aku ingin minum sampai mati.” Ucap Ma Rin sambil merengek berpura-pura meminta
agar bisa dibelikan soju.
Ponsel Ma
Rin berdering, Ma Rin langsung mengangkatnya wajahnya langsung sumringah dan
terkejut mendengarnya.
Ma Rin
sudah mengunakan pakaian terbaiknya pergi dari rumah, setelah menerima telp
dari Sinbi Studio karena hasilnya diterima setela mengajukan portofolio.
Sesampainya dibagian informasi Ma Rin
diminta agar bisa melihat kurikulum dan pengenalan akademi dan harus menghadiri
orientasi untuk mendaftar. Ma Rin binggung dengan ucapan si pegawai.
“Apa Kau
bilang, aku diterima di sekolah akademi?” tanya Ma Rin, Pegawai itu
membenarkan.
“Ini
Aneh, Aku mendapat telepon kalau aku diterima.” Ucap Ma Rin, pegawai itu
menjelaskan kalau Ma Rin diterima masuk sekolah akademi.
“Jadi Bukan
sebagai asisten studio?” tanya Ma Rin memastikan, si pegawai tampak binggung.
Saat itu fotographer yang pernah di temuinya datang meminta agar mempersiapakan
semuanya jam 6 nanti.
Ma Rin
yang melihatnya langsung menyapa sang guru. Si fotographer bertanya apakah Ma
Rin ingin ambil kelas, dengan begitu jadi sering melihatnya. Ma Rin menjelaskan
kalau tujuanya ingin jadi asisten lalu
bertanya apakah sudah melihat portofolionya. Sang guru mengaku kalau Ma Rin
memang pandai dalam tingkah ini jadi harus
sekolah akademi.
“Apa ada
masalah?” tanya Ma Rin, Sang guru bertanya-tanya apakah ia harus jujur
menjawabnya.
“Aku
tidak percaya dengan orang sepertimu. Kau ingin sombong dengan kamera yang kau mainkan.
Aku melihatmu terlalu sering.” Ungkap sang guru.
“Aku
tidak tahu sebabnya, tapi aku salah mungkin salah.” Tegas Ma Rin membela diri
“Kau
berdiri di depan kamera dan tidak bisa berpose. Jadi, kau buat pilihan untuk
pekerjaan ini, kan? Kau menjalani hidup untuk dikasihani. Sekarang saja bahkan
memalukan hidup normal. Kau merasa seperti ingin melakukan sesuatu yang glamor.
“ pikir Sang guru.
Keduanya
sudah berjalan sampai masuk ke dalam sebuah ruangan studi, Sang guru menegaskan
kalau Pemikirannya biasanya selalu benar. Ma Rin merasa gurunya itu pasti berpikir kalau yang dilihat itu benar
dan Foto yang diambilnya membuat merasakan
sesuatu yang tidak bisa dilihat, makanya ia mengaku sebagai pengemarnya dan
menyukai fotonya.
“Tapi,
Anda adalah seseorang yang percaya apa yang Anda lihat adalah segalanya. Alasanku
ingin mengambil foto... adalah karena apa yang Anda lihat semuanya tidak ada
apa-apanya.” Ucap Ma Rin, Sang guru memanggil nama Bap Soon, Ma Rin menegaskan
kalau namanya Song Ma Rin
“Kalau
memang bangga, jangan minta temanmu untuk dapat kerja. Apa Kau mencoba aku
untuk percaya? Kau bilang Yang kulihat tidak ada apa-apanya? Dasar kuno.” Ejek
Sang guru dan meninggalkan Ma Rin begitu saja.
Ma Rin
pulang dengan menaiki subway berdiri depan pintu menatap keluar jendela sambil
bergumam.
“Tujuh tahun lalu... aku
terlahir kembali di sini.” Gumam Ma Rin
Flash Back
Ma Rin
yang ada dalam kereta melihat seseorang yang mengambil gambarnya, lalu bertanya apa yang akan dilakukan dengan
fotonya. Akhirnya Ma Ri pun turun dari kereta.
“Aku
bertengkar dengan seseorang, jadi aku turun di Stasiun Namyeong.”
Ma Rin
meminta si pria itu menghapus fotonya, tiba-tiba kereta yang sebelumnya di
naiki Ma Rin terlihat meledak dengan api yang berkobar. Mulutnya melonggo tak
percaya karena apabila tetap naik kereta itu mungkin sudah meninggal.
“Tapi
syukurlah, aku hidup kembali, lalu Sesekali, aku memikirkan ini. Apa tidak ada
alasan aku selamat? Apa ada masa depan yang cerah menungguku? Kuharap itu
adalah kebenaran.” Gumam Ma Rin
Saat itu
terlihat lampu dalam kereta mati dan hidup kembali. So Joon sudah duduk diseberang
Ma Rin lalu menyadari kalau wanita itu yang diselamatkan sebelumnya. Lalu
menepuk pundak Ma Rin dengan menyapanya karena bertemu kembali. Ma Rin heran
lalu terdengar suara pemberitahuan kalau sampai di Stasiun Namyeong.
So Joon
mengikuti Ma Rin sampai keluar subway bertanya apakah akan pulang, Ma Rin tak memperdulikanya lalu akan pergi.
So Joon menahanya karena Ma Rin ingin pergi begitu saja. Ma Rin pun
menyahutinya kalau mereka yang baru bertemu lagi. So Joon mengajak mereka
itu pergi bersama. Ma Rin menyuruh So
Joon agar pergi lebih dulu saja.
“Kita bertemu
lagi, itu sebuah takdir. Ayo makan malam bersama.” Ucap So Joon dengan memegang
tangan Ma Rin
“Kau
selalu menyentuhku. Terakhir kali, kau menyentuh tanganku 2x dan kau mencoba
untuk membuatku berbaring. Sekarang, kau melakukannya lagi. Kuharap kau takkan
melakukan ini. Kita bahkan tidak saling kenal.” Keluh Ma Rin yang tak suka
disentuh oleh pria yang tak dikenalnya.
So Joon
mengikuti Ma Rin dari belakang berkomentar kalau wanita itu sangat terperinci
dan tetap menjaga jarak. Ma Rin mengaku sebagai wanita yang sangat konservatif.
So Joon mengaku kalau kemarin itu menariknya bukan sengaja menyentuhnya
menurutnya Ma Rin itu bicara seperti mesum untuk orang konservatif.
“Apa Kau
ini dari luar negeri? Made in USA?” ucap Ma Rin berhenti berjalan.
“Kau
ingin menyentuh dan bertingkah ramah denga seseorang yang kau temui secara
kebetulan. Kau terlalu ini bebas sekali. Aku tidak ingin tahu berapa banyak harus
mengakuimu. Aku tidak belajar di sekolah.” Tegas Ma Rin lalu pamit pergi
berpikir So Joon itu ingin menjualnya.
So Joon
hanya melihat dan Ma Rin berhenti seperti ditempat peringatan dengan berkata kalau hanya ingin menyapa hari
ini dan menceritakan kalau Ada pria aneh yang mengikutinya. So Joon melihat Ma
Rin tak menyangka kalau masih ada orang yang datang ke tempat peringatan
itu. Ma Rin tak mengubrisnya dan terus
berjalan.
“Akan
kutraktir makan malam. Apa tidak ada tempat konservatif untuk makan di sekitar
sini?” ucap So Joon, Ma Rin terus saja berjalan. So Joon merasa kalau ini
sebagai masalah besar.
“Mari
minum! Mari kita minum!” teriak So Joon, Ma Rin langsung berhenti.
Ma Rin
dan So Joon sudah ada disebuah restoran, dua cangkir bir pun datang. Ma Rin
langsung meminumnya, So Joon meminta agar Ma Rin bisa pelan-pelan dan melihat
kalau Makanan pembuka belum datang. Ma Rin mengaku kalau sanga malu dengan orang baru dan hanya bisa minum bir karena menurutnya Soju-nya, terlalu pahit. So Joon
menganguk mengerti.
“Aku
minum dengan seseorang yang tidak kukenal. Ini pengalaman yang menyenangkan.”
Akui Ma Rin, So Joon melihat Ma Rin terus minum meminta agar segeradibawakan
makanan pembukanya.
“Aku
bukan wanita yang suka dengan makanan pembuka.” Ungkap Ma Rin, So Joon mengerti
kalau Ma Rin itu bukan wanita yang
seperti itu dan memang sebagai wanita konservatif juga.
“Apa
pekerjaanmu?” tanya So Joon, Ma Rin mengaku hanya mengambil foto.
“Lalu
Umurmu berapa?” ucap So Joon, Ma Rin heran kenapa So Joon ingin mengetahuinya.
So Joon mengaku kalau hanya ingin tahu saja.
“Kenapa
semua orang pada ingin tahu tentangku?” tanya Ma Rin, So Joon pikir tak ada
alasan orang ingin tahu? Ma Rin
pikir setelah mereka minum lebih baik segera pergi dan mengajaknya bersulang.
Beberapa
saat kemudian, Ma Rin sudah setengah mabuk
merasa kalau dirinya yang tidak terlihat seperti umur 31 tahun, So Joon
pikir terlihat sesuai dengan umurnya. Ma Rin pun bertanya balik umur So Joon.
So Joon mengaku 19 tahun, lalu mengaku berbohong kalau umurnya 30tahun. Ma Rin
pun ingin tahu apakah So Joon punya pekerjaan
“Kau
pasti pengangguran... Tak masalah..., orang-orang pada berhasil melewati jalan
ke beberapa perusahaan.” Komentar Ma Rin seperti So Joon tak menjawabnya.
“Aku
Presdir sebuah perusahaan investasi real estate yang cukup bagus. Tapi Aku
hanya mencoba untuk berhati-hati mengatakan yang tidak-tidak.” Ungkap So joon
“Oh, di
usia muda kau jadi sukses. Kau bahkan punya perusahaan real estate sendiri.”
Kata Ma Rin lalu memanggil So Joon dengan sebutan Realtor (sebutan untuk orang-orang real
estate)
“Kenapa
kau melakukan ini padaku? Kau menabrakku begitu pertama kali kita bertemu.”
Ucap Ma Rin mendekatkan wajahnya.
So Joon
bingung merasa tak menabraknya, Ma Rin melihat So Joon itu canggung yang selalu
menyentuh dan menariknya. So Joon kesal meminta Ma Rin membahasnya karena
berpikir seperti orang yang mesum, lalu berpikir kalau Ma Rin itu Belum pernah
ada pria yang menyukainya.
“Aku
cukup terkesan. Atau apa kau tidak suka?” ejek So Joon, Ma Rin membalas kalau
So Joon itu menyedihkan.
“Tidak
apa-apa. Noona mengerti” ungkap Ma Rin memberikan aegyonya.
“Jangan
salah paham dengan membuat ekspresi itu. Kau tidak paham dan salah paham.” Ucap
So Joon menahan amarahnya.
Ma Rin
berdiri dari tempat duduknya, So Joon akan membawa jaketnya, Ma Rin menahan So
Joon kalau tak akan pulang tapi hanya ingin pergi ke toilet lalu berteriak meminta satu gelas
bir lagi, karena tak ingin So Joon kabur begitu saja.
Seorang
wanita panik melihat So Joon yang ada dalam toilet wanita, Soo Joon memberitahu
kalau pintunya rusak dan menyuruh keluar. Ma Rin berteriak meminta agar So Joon
memegang pintunya, dan memperingatkan agar tak melihatnya Ma Rin mengeluh kalau
toiletnya buruk lalu mengajak agar mereka ke
ke Blue House dan komplain, So Joon melihat Ma Rin keluar toilet
menyuruhnya agar menutup resletingnya mendorong kembali agar segera masuk ke
dalam toilet.
Ma Rin
pergi ke melanjutkan ronde kedua dengan mencampur bir dan Soju. Lalu Ma Rin
memperingatakan agar So Joon Jangan terlalu suka padannya karena mereka bahkan
tidak terlalu kenal. So Joon menegaskan
tidak akan suka padanya, merasa kalau sebelumnya sudah membuat kesalahan besarm menurutnya dia
sudah gila.
“Apa yang
paling cantik dari diriku? Kau sering dengar kalau mataku cantik. Tapi Sebenarnya,
kakiku itu cantik.” Ungkap Ma Rin percaya diri
“Jika kau
sangat yakin, kau boleh perlihatkan padaku.” Tantang So Joon
“Aku
bukan wanita gampangan. Aku bahkan tidak pernah tidur dengan orang gampangan,
Tidak ada kencan. Aku muak pada cinta. Kau pasti tahu tipe ku ‘kan? Aku seorang
wanita percaya diri dan tak kenal takut.” Ucap Ma Rin terlihat benar-benar
mabuk, So Jin hanya bisa menghela nafas.
Ma Rin
pikir dirinya harus jujur tentang sesuatu yang paling kejamnya kalau dirinya itu terlihat murni
dari luar tapi sebenarnya sudah usang, jadi jangan suka padanya. Menurutnya So
Joon nanti akan terluka dan takut, karena bisa jadi sangat fatal dan hanya akan
merobek-robek hatinya.
“Kalau
aku bilang bahwa aku menyukaimu dua kali, kau akan mengikutiku selama 3 hari.
Apa Kau tidak mau aku suka padamu?” ucap So Joon merasa tidak menyangka Ma Rin
itu satu-satunya yang mengatakan itu.
“Teman-temanmu
mungkin akan menertawakanmu untuk kencan ala Bap Soon. Mereka akan berkomentar "Bukannya
Bap Soon sudah tidak dikenal lagi?" "Apa lagi yang ada dari
dirinya?" Kau akan muak mendengar, "hidupnya takkan berjalan
lancar". Orang-orang yang tidak ada hubungannya denganku, akan merasa
kasihan padaku dan mengejekku. Kau akan melihat mereka mengunyahku seperti
makanan pembuka lebih dari minuman mereka.” Cerita Ma Rin
Tapi Ma
Rin pikir tak ada yang tahu mungkin So Joon
akan menjadi salah satu dari mereka. So Joon menyuapi Ma Rin makan
merasa pasti menderita delusi, menurutnya Ma Rin itu berlebihan tentang ini. Ma
Rin pikir So Joon itu tak tahu apapun.
So Joon pikir sudah pasti tak akan tahu Tapi, menurutnya orang lain
tidak tahu tentang hidup Ma Rin dan Mereka sungguh tidak peduli tentang
kehidupan orang lain, karena semua pada sibuk menjalani hidupnya seorang diri
jadi tidak harus membanding-bandingkan orang lain.
Ia merasa
Ma Rin itu akan mendengar apa yang orang-orang katakan. Ma Rin merasa seperti
So Joon seperti sedang menerima nasehat, dengan memanggilnya Realtor
mengingatkan kalau ia itu setahun lebih muda darinya, ingin memukulnya.
“Hidup
itu lebih singkat dari yang kau pikirkan. Kau tidak harus terpaku pada masa
lalu.” Ucap So Joon menahan tangan Ma Rin sebelum memukulnya.
“Kau
ingin terlihat seperti pria yang gagah? Apa Kau pikir hatiku akan berdetak
seperti itu?” goda Ma Rin yang berhasil memukul kepala Soo Joon.
Akhirnya keduanya naik taksi, Ma Rin sudah tak sadarkan diri sambil berkata “Besok, matahari akan terbit.” So Joon hanya bisa menghela nafas melihat tingkah So Joon.
[25 Maret
2019: Masa depan]
Sebuah
kecelakan besar terjadi, ada ambulance dan juga polisi yang berjaga. So Joon
melihat beberapa korbanya yang dibawa oleh tandu, mulutnya melonggo kaget
melihat dirinya yang tak sadarkan diri dibawa ke dalam ambulance dan juga Ma
Rin. Tiba-tiba temanya Doo Sik datang.
“Ayo
pergi. Tidak ada gunanya lagi kau di sini.” Ucap Doo Sik, So Joon yang
masih shock memastikan kalau itu bukan
dirinya.
“Itulah!
Kita harus pergi ke masa sekarang. Kalau dirimu di masa depan mati, aku tidak
tahu apa yang akan terjadi padamu. Kau mungkin menghilang.” Kata Doo Sik
memperingati. So Joon benar-benar terkejut.
“Apa, apa
aku akan mati?” kata So Joon benar-benar tak percaya
“25 Maret
2019 di 21:15. Di waktu itulah kau mati. Kita masih punya waktu 30 menit lagi.
Ayo Cepat.” Ajak Do Sik
Keduanya
sudah pindah ke depan stasiun subway, So
Joon merasa kalau Ada sesuatu yang ganjal, karena pada 25 Maret 2019 bahkan
tidak pernah ke hari itu, dan hari ini pertama kalinya aku melihatnya. Ia juga
merasa tidak pernah bisa melewati
tanggal tersebut, jadi merasa ada sesuatu yang terjadi.
“ternyata
Itu... karena aku mati.” Ucap So Joon benar-benar tak percaya.
“Kalau
kau Tidak akan mati, itu lebih masuk di akal. Bukannya karena hal-hal kecil
mesti mati?” komentar Doo Sik
“Aku akan
hidup lebih lama 50 tahun. Bahkan, aku akan hidup lebih lama darimu.” Ucap So
Joon
“Hidup
sajalah yang lama Kau bahkan membuatku marah. Kenapa kau tidak coba cari wanita
itu? Wanita yang kecelakaan bersamamu dan mati di saat yang sama.” Saran Do Sik
So Joon
binggung kalau mereka itu mati bersamanya. Do Sik membenarkan kalau mereka ada Di
ruang gawat darurat, di saat yang sama. So Joon mengaku tidak kenal siapa dia,
dan bahkan tidak tahu wajahnya. Do Sik pikir maka dari itu Itulah sebabnya So
Joon harus mencarinya, menurutnya Ma Rin itu satu-satunya yang ada hubungannya
dengan kematian Ma Rin.
“Siapa
yang tahu? Dia mungkin memegang kunci penting untuk menyelamatkanmu. Kau hanya
punya waktu sisa 3 tahun lagi”
Ma Rin
terlihat sudah tertidur pulas dikamarnya, sementara So Joon merenung dalam
kamarnya.
Pagi hari
Ma Rin
terlihat mengumpat marah melihat wajahnya yang kusut didepan cermin, merasa
kesal sendiri karena harus mengingat
semuanya, dengan memastikan kalau tak mengatakan bahwa kakinya itu cantik. Ia
mensugesti kalau dirinya tak mungkin melakuan itu tapi yakin pasti bisa
melakukan.
Akhirnya
Ma Rin melihat ponselnya dikagetkan dengan melihat foto dirinya dengan So Joon
terlihat saat mabuk. Ia mengumpat
dirinya seperti sudah gila dan juga kotor. Sambil berguling di atas tempat
tidurnya menyakinkan kalau itu bukan foto dirinya dan langsung buru-buru
berlari ke karena ingin muntah.
Ma Rin
keluar rumah merasa kalau Si Realtor pasti mengejeknya gila tapi menyakinkan
kalau mereka tidak akan menemuinya dan hanya akan mengabaikannya. Ia menegaskan
kalau dirinya sekarang akan terlahir kembali mulai hari ini, tiba-tiba
merasakan mual dan langsung berjongkok.
“Apa Kau
sungguh berpikir kalau wanita aneh itu memegang kunci penting dalam hidupku?”
tanya So Joon melihat Ma Rin dari dalam mobilnya.
“Yah,
kita harus tunggu sja supaya kau tahu.”
Pikir Do Sik
Sampai
sekarang, aku tidak punya pilihan lain selain menunggu dan melihat.” Komentar
So Joon
“Dia 'kan
seorang wanita, bukan pria. Selain itu dia cantik.” Ungkap Do Sik, So Joon
pikir harusnya ia yang lebih peduli yang itu.
“Lagipula
kita bukannya hidup bersama. Jadi Buat apa kau khawatir?” ucap Do Sik, So Joon
pikir dirinya hanya akan melupakannya karena mereka itu tidak dekat menurutnya akan lebih baik untuk
tetap seperti itu. Do Sik mengeluh bicara dengan siapa temanya itu bicara. So
Joon memilih untuk turun dari mobil dengan membawa payung.
Ma Rin
berjalan dengan tertunduk, lalu tersadar kalau So Joon berjalan didepanya lalu
langsung membalikan badan berpura-pura tak melihatnya. Ia akhirnya berpura-pura
sedang bahagia hidup di Seoul. So Joon menyapanya dengan berpura-pura bertemu
kebetulan lagi.
“Omo! Apa
yang membawamu kemari?” tanya Ma Rin berpura-pura baru menyadarinya.
“Aku
hanya berjalan dan kebetulan melihatmu.” Akui So Joon berbohong
“ Aku
bukannya ingin berlebihan buat mengatakan ini... Apa aku kemarin sangat mabuk ?”
tanya Ma Rin berjalan mendekat
“Karena
aku kebetulan bertemu, jadi aku harus minta maaf. Maaf bila aku melakukan
sesuatu yang salah kemarin. Aku jadi pingsan.” Kata So Joon
Ma Rin
kaget mengetahui kalau So Joon itu pingsan, So Joon mengaku kalau tidak ingat
apa-apa.Ma Rin memastikan kalau So Joon tak mengingatnya. So Joon pikir
haruskan ia mencoba mengingatnya, Ma Rin pikir ituKedengarannya bagus tapi
mendengar So Joon yang berbicara banmal padanya.
“Aku jadi
tidak ingat apa-apa, jadi kata-kataku akan kuubah. Kita harus lebih dekat lagi
seperti kemarin. Kalau begitu, kita ketemu lagi.” Ungkap So Joon, Ma Rin
mengangguk.
“Dia
tidak mabuk sama sekali.” Komentar Ma Rin seperti mengingat semuanya.
So Joon
kembali mendekati Ma Rin karena lupa memberikan payung, karena pasti akan
membutuhkannya. Ma Rin piki Hari ini
harusnya tidak hujan karena sudah mengecek prakiraan cuaca. So Joon mengatakan
kalau Ada kesempatan, nanti bisa hujan.
Ma Rin
membawa payung dengan senyuman, sementara So Joon kembali ke mobil meminta
tolong pada Do Sik tapi temanya itu sudah tak ada dimobil.
Ma Rin
kembali mengambil gambar Bit Na yang terlihat lebih natural menjadi model
bajunya, lalu memujinya kalau akhir-akhi ini kelihatan semakin bagus, berpikir
kalau baru saja melakukan meditasi
karena wajahnya kelihatan seperti baja.
“Terima
kasih, Unni. Kudengar Presdir ingin aku dipecat, dan kau menghentikannya.” Ucap
Bit Na
“Apa Kau
dengar hanya itu hari ini? Rumor buruk menyebar begitu cepat. “ keluh Ma Rin
lalu melihat fotonya meminta Bit Na bisa meningkatkannya lagi.
“Kau
lebih baik sewa aku bila kau berhasil. Kau bahkan punya orang yang kau
percayai.” Kata Ma Rin bangga
Tiba-tiba
turun huja dengan lebat, Ma Rin dan semuanya panik langsung mencari tempat
berteduh. Ma Rin menatap langit tak
percaya karena hujan turun dan So Joon memberikan payung padanya.
So Joon
duduk di meja kerjanya menaruh kembali buku diarynya, seperti merenung. Lalu
menuruni rumahnya dan berjalan keluar. Ki Doong masuk dengan basah kuyup. So
Joon memberitahu kalau akan pergi, Ki
Doong bertanya mau kemana karena mendadak sekali. So Joon pikir sebelumnya
sudah memberitahu kalau hari ini hujan.
“Hei,
haruskah kita buat aplikasi cuaca?” pikir Ki Doong, So Joon pikir tak perlu
karena peramal cuaca akan keluar dari bisnisnya dan segara pamit pergi.
“Lagi,
lagi? Kau akan berada di dunia lain lagi. Akhir-akhir ini, kau terlalu sering
berada di dunia lain.” Keluh Ki Doong
“Kau
bilang Dunia lain? Itu akan aneh bila
mengatakannya. Kau pikir memangnya aku ingin pergi ke dunia orang mati?” ejek
So Joon, Ki Doong penasaran kemana So Joon akan pergi, So Joon mengakan akan pergi ke Dunia lain
lalu mengajak akan minum anggur beras dan pancake goreng setelah kembali. Ki
Doong langsung setuju.
[Tiga
Bulan Kemudian, Masa depan]
So Joon
kembali kerumah dibuat binggung dengan yang dilihatnya pada bagian depan
rumahnya, lalu dikejutkan dengan foto penikahanya dengan Ma Rin berada dibagian
depan rumah.
Hujan
masih turun dengan deras, Ma Rin menatap langit melihat payung dalam tasnya
merasa kalau si Realtor itu sungguh menakjubkan lalu berjalan dengan mengunakan
payungnya.
So Joon
terlihat makin shock ada sebuah foto besar dirinya dengan Ma Rin mengunakan
pakaian pernikahan. Tiba-tiba Ma Rin keluar dengan handuk mandinya dengan
bagian dada sedikit terbuka, menyapa sang suami yang baru pulang, mengejeknya
harusnya tak perlu pulang cepat karena itu terlihat jelas kalau mereka itu
seperti pengantin baru. So Joon tak percaya kalau mereka sebagai pengantin
baru.
Sementara
Ma Rin berjalan memakai payung dengan senyuman lebar.
Ps :
episode genap akan ditulis oleh mbak lilik silahkan cek di Sinopsis drama
Kayanya so Joon sudah mempunyai perasaan dengan Ma ri, namun dia gak tau itu perasaan apa dalam hatinya, ah... Pengen cepet cepet hari jum'at biar tau kelanjutan episode 3, bikin BAPER deh
BalasHapus