PS : All
images credit and content copyright :MBC
Jaksa
Yoon mengatakan harus mengungkap kebenaran di balik kematian So Hee dengan
cara. membunuh orang yang menangkap Shin Jae Hyun. Serta tuduhan palsu terhadap diri Joon Oh bisa dicabut. Mereka
tahu kalau ponsel Soo Hee sudah sampai di Korea.
Joon Oh
pikir mereka harus mengambil dan mendapatkan ponselnya. Bong Hee tersenyum
begitu juga Jaksa Yoon karena Joon Oh mengusulkan mereka untuk mengambilnya.
Sementara kardus bertuliskan [Benda-benda
dari kecelakaan pesawat Legend Entertainment] sudah siap dibakar.
Hee Kyung
memberikan pidato kampanya pada warga
Seowon, anggota dari Partai Tangpyeong
kalau mereka sudah waktunya mengubah... suaranya seperti hilang.
Penyidik Oh ingin memberikan minum tapi Hee Kyung mencoba berdeham.
Semua
pendukungnya berteriak mengelu-elukan nama Hee Kyung. Hee Kyung pun kembali
memberikan pidato agar orang – orang bisa memilihnya. Setelah itu jalan
menyusuri pasar, Seorang nenek menjabat tangan Hee Kyung, tapi setelah itu
meminta penyemprot antiseptik pada tangan. Seorang bibi juga memeluk Hee
Kyung, Hee Kyung pun sebagai calon
anggota parlemen harus mau menerimanya.
Semua
pendukung terus mengelu-ngelukan nama Hee Kyung, sampai di bibi penjual Hee
Kyung melihat pedagang sayuran mengaku kalau suka bellflower. Si Bibi mengaku
kalau itu adalah kaki ayam, Hee Kyung seperti tak percaya kalau kaki ayam
dimakan sebagai lauk.
Bibi
ingin memberikan karena rasanya sangat enak, Hee Kyung menolaknya seperti tak
menyukainya. Tiba-tiba bibi penjual ikan tak sengaja menjatuhkan batu es,
mengenai kaki Hee Kyung. Dengan handuk yang dimilikinya memberikanya, Hee Kyung
melihat handuk yang kotor lebih baik menolaknya.
Bibi
penjual lain melihat Hee Kyung menariknya agar bisa foto bersama dengan barang
daganganya, Hee Kyung terpaksa melayani walaupun wajahnya akhirnya kena saus
toppoki.
Hee Kyung
kembali ke hotel dengan mengeluh sangat lelah, setelah berkampanye. Jaksa Yoon
menelp menyapa seniornya, Hee Kyung pun balik menyapa sang Junior yang
menelpnya. Jaksa Yoon tahu kalau Hee Kyung
pasti sangat sibuk.. menjalankan kampanye untuk pemilihan, Hee Kyung
membenarkan kalau memang sangat sibuk.
“Tapi...,aku
ragu kau meneleponku untuk mendukung
kampanyeku. Kenapa kau meneleponku?”tanya Hee Kyung
“Ada
barang yang dikirim ke Komisi Investigasi
Khusus. Apa kau sudah menerimanya?” ucap Jaksa Yoon, Hee Kyung binggung barang
apa yang dimaksud.
“Paket Kiriman
yang isinya benda-benda yang tertinggal di pulau. Aku yakin kirimannya sudah
sampai sekarang.” Kata Jaksa Yoon, saat itu Penyidik Oh masuk ruangan. Hee
Kyung langsung meminta pulpen agar bisa menuliskan.
“Kau
bilang, Benda yang tertinggal? Entahlah... Aku belum menerimanya.” Kata Hee
Kyung terlihat binggung. Penyidik Oh memberikan kode kalau sudah membakarnya
sesuatu dengan perintah Hee Kyung.
“Kau
sebentar lagi akan menerimanya. Aku sudah memastikannya bahwa paket itu dikirim
ke Komisi Investigasi Khusus.” Jelas Jaksa Yoon.
“Jaksa
Yoon.. Kasus itu sudah lama ditutup dan Komisi saja sudah dibubarkan. Mungkin
mereka tidak dikirim ke komisi.” Kata Hee Kyung
“Komisi
memang sudah dibubarkan..., tapi kasus ini belum selesai.” Komentar Jaksa Yoon
“Jadi,
apa menurutmu kau akan menemukan barang-barang
So Hee disana? Kau bertingkah seolah-olah aku yang bertanggung jawab atas
barang miliknya.Bukannya sikapmu itucukup kasar padaku?” keluh Hee Kyung
Jaksa
Yoon berpesan agar Hee Kyung memeriksa benda-benda itu maka akan menemukan ponsel berwarna putih dan hanya
perlu memeriksa ponselnya, karena Ponsel itu milik So Hee. Hee Kyung kaget
memilih untuk menyudahi ponselnya dengan beralasan banyak kerjaan untuk kampanyenya dan akan
menghubunginya nanti.
Hee Kyung
mencoba menelp seseorang tapi tak aktif, dengan nada kesal mengeluh kalau Komisi sudah bubar..., tapi
masih saja ada yang mengganggunya.
Penyidik Oh berjalan di lobby menelp anak buahnya bertanya apa yang
terjadi dengan barang yang sebelumnya, apakah mereka sudah membuangnya dan
membakarnya.
Salah
satu anak buah Penyidik Oh datang memberikan sebuah kardus. Penyidik Oh
mengoleh kalau seharusnya tidak bisa melaksanakan perintah begitu saja dengan
langsung membakarnya karena mengatakan hal itu.
“Sepertinya
dia suka barang-barang merek lama,” komentar Penyidik Oh, Hee Kyung tak
mengerti maksudnya.
“Model
ponsel ini sudah cukup lama.” Jelas Penyidik Oh, Hee Kyung mencoba menyalakan
tapi tidak menyala.
“Dia akan
segera datang.Kita harus mencari tahu apa isi ponsel ini sebelum dia datang.”
Perintah Hee Kyung, penyidik Oh melihatnya.
“Kecuali
kalau ponsel ini habis baterai, karena
modelnya sudah lama..., mungkin mustahil bisa memperbaikinya.” Kata Penyidik Oh
“Siapa
yang bisa memperbaikinya?” tanya Hee Kyung
Jaksa
Yoon menelp Bong Hee memberitahu kalau
sedang dalam perjalanan untuk
bertemu Jo Hee Kyung menurutnya lebih baik untuk bertemu denganya lebih dulu
dan menanyakan keberdaan keduanya. Joon On menjawab kalau mereka ada urusan.
“Apa Bong
Hee sibuk? Kenapa kau yang mengangkat teleponnya Bong Hee?” tanya Jaksa Yoon
“Dia lagi
mengemudi sekarang.” Ucap Joon Oh dengan menunjuk agar Bong Hee belok kanan.
“Seperti
yang kau ketahui, SIM-ku masih ditahan.” Kata Joon Oh, Bong Hee berbicara pada
Jaksa Yoo kalau dalam perjalanan untuk
bertemu Byeong Joo dan meminta agar datang setelh mendapatkan ponselnya. Jaksa Yoon pun
memberikan semangat pada keduanya agar berhasil.
Joon Oh
melihat Bong Hee yang menyetir dengan mengeluh karena tadi tak belok kanan,
Bong Hee pikir itu jalanya memang benar. Joon Oh menyuruh Bong Hee agar Putar
balik. Bong Hee kebingungan, Joon Oh kembali mengomel karena Bong Hee yang
terus mengikuti mobil didepanya. Bong Hee seperti tak biasa mengemudikan
mobilnya.
CEO Jang
melihat foto-foto saat Penyidik Oh membawa sebuah kardus dan memastikan bahwa
label diatasnya adalah [Benda-benda tertinggal] lalu menelp anak buahnya agar
menyiapkan mobl dan semua orang
berkumpul karena akan berangkat ke Seowon.
Tiba-tiba
ia melihat seseorang yang ada dibelakang kaca, Byung Joo keluar dari
persembunyianya mengaku kalau ingin bertemu atasanya. CEO Jang ingin tahu
berapa lama sudah berdiri di sana. Byung Joo mengalihkan dengan membersihkan
kaca karena mengidap penyakit mysophobia
“Orang
tidak melihatku karena aku dianggap kecil (ungkapan remeh). Sepertinya CEO tahu
itu. Tapi perbuatan baikku sudah ketahuan.” Kata Byung Joo ingin segera pergi.
CEO Jang memanggilnya, Byung Joo terlihat tegang.
“Byung
Joo... Kalau Tae Ho sudah selesai kerja malam ini..., maka temanilah dia
bersenang-senang. Minumlah dengan dia atau
main game-lah. Lakukan saja apapun keinginannya.” Kata CEO Jang, Byung Joo binggung tiba-tiba CEO Jang
meminta seperti ini.
“Ya
kenapa lagi? Lakukan saja seperti yang diperintahkan.” Tegas CEO Jang
“Jika aku
menyarankan Tae Oh Hyung berbuat ini itu..., takutnya, Tae Ho Hyung akan mengeluh.
Dia biasanya selalu menyumpahiku.” Kata Byung Joo
“Dia sudah
bekerja keras sejauh ini. Katakan saja padanya kalau aku bilang tak masalah untuk
bersenang-senang malam ini” jelas CEO Jang, Byung Joo pikir itu Ide yang bagus
juga.
“Sampai
dia pulang nanti dan teruslah temani dia. Serta Awasi dia. Jangan beritahu dia
soal percakapan kita ini. Kalau ada apa-apa kau bisa langsung hubungi aku.”
Ucap CEO Jang, Byung Joo mengangguk mengerti.
CEO Jang
kembali berhenti sebelum pergi memperingatkan Byung Joo kalau hidupnya itu ada
di tangannya dan janga melupakan itu. Byung Joo mengangguk mengerti.
Byung Joo
sudah duduk didalam mobil sambil makan burger, Bong Hee ingin tahu kenapa CEO
Jang berangkat ke Seowon. Byung Joo juga tak tahu alasannya dengan menceritakan Tiba-tiba CEO
Jang menyuruh semua orang berkumpul dan langsung pergi.
“Kau Ingat
apa yang dikatakan Jaksa Yoon? Pemilihan Bupati, Jo Hee Kyung itu untuk
Kabupaten Seowon. Apa mungkin itu alasan Jang Do Pal pergi ke sana?” cerita
Bong Hee
“Ya mungkin
saja , tapi inilah anehnya. Jang Do Pal menyuruhku jangan memberitahu Tae Ho.” Kata Byung Joo aneh
“Mungkin
dia tidak ingin Choi Tae Ho khawatir.”
Pikir Joon Oh
“Tapi
kekhawatiran itu bukannya kekhawatiran yang dimiliki pasangan yang sudah menikah?” pikir Byung Joo, Joon Oh
pikir itu tidak penting dibahwa karena
ada banyak kerjaan yang harus diselesaikan managernya itu.
“Beritahu
padaku semua percakapan antara Jang Do Pal dan Tae Ho. Dan Ingat apa yang
kukatakan ini. Orang tidak melihatmu karena kau
dianggap remeh. Itulah kekuatan terbesarmu.” Tegas Joon Oh
“Tapi
menurutku... Aku tidak sekecil yang kau pikir. Barusan dia melihatku 'kan....
Jang Do Pal dan Aku bingung sekali.” Ungkap Byung Joo
Joon Oh
pikir managernya itu membuat kesalahan lalu menyuruhnya untuk belajar
membungkuk. Byung Joo terlihat kesusahan untuk membungkuk karena tubuhnya yang
tambun. Joon Oh dan Bong Hee berpura-pura tak melihatnya, dan kaget saat
melihat Byung Joo duduk dikursi belakang.
“Aku akan
melakukan apa pun agar kau bisa kembali
aman kesini. Aku akan membungkuk sependek mungkin.” Ucap Byung Joo lalu melihat
ponselnya berbunyi dan itu alarm kalau waktunya menjemput Tae Ho.
Joon Oh
pun menyuruh Byung Joo agar segera keluar, dan berpesan agar membungkuklah
sependek mungkin, serta Jangan pernah beli Burger isi daging lagi. Bong Hee
yang baik hati sempat menyuapi Byung Joo kentang goreng sebelum pergi.
Joon Oh
menatap sedang Byung Joo yang pergi meninggalkanya, Bong Hee melihat seperti
Joon Oh khawatir dengan Managernya. Joon Oh melihat Byung Joo itu terlihat
lebih kurus, dan sedang diet.
“Dia
memang tak kelihatan saat membungkuk dan Dia pasti akan baik-baik saja.” Kata
Bong Hee menyakinkan. Joon Oh seperti tak begitu yakin, Tapi Bong Hee dengan
senyumanya menyakinkan Joon Oh.
Tae Ho
dan Ji Ah sedang melakuan pemotretan seperti pasangan, Ki Joon dibalik layar
terlihat gelisah mondar mandir. Tae Ho yang melihatnya dengan sengaja malah
mendekap Ji Ah agar lebih dekat membuat Ki Joon cemburu.
Pemotretan
berhenti sejenak, Ki Joon pun memberikan minuman dan masih terlihat gelisah.
Tae Ho dan Ji Ah duduk bersama dengan orang-orang yang memperbaiki make up
mereka. Ki Joon terus mondar mandir tanpa benar-benar gelisah seperti menahan
amarah dan memilih untuk pergi meninggalkan studio.
“JiAh
Sepertinya Ki Joon Hyung tak mengerti, tapi dia harus... bisa membedakan mana
urusan bisnis dan mana urusan pribadi. Aku akan bicara dengan CEO Jang dan membujuknya mengganti manajermu. Aku
berkata begini demi kebaikan dirimu.” Ucap Tae Ho, Ji Ah lalu meminta agar
meninggalkan mereka berdua.
“Apa Kau
akan mengganti manajerku?” kata Ji Ah, Tae Ho membenarkan. Ji Ah langsung
mengumpatnya dengan sengaja berbisik.
“Apa kau
tahu aku sudah berapa kali operasi kulit karena bekas luka yang kau sebabkan! Dasar
brengsek?Kau itu pembunuh. Jangan banyak bicara kau, dasar sampah dan Tutup
mulutmu.” Tegas Ji Ah, Tae Ho pun hanya bisa diam.
Ki Joon masih
terliha gelisah teringat kembali saat keluar dari ruangan CEO Jang yang
menerima telp membahas tentang benda yang hilang dalam pulau yaitu ponsel. Akhirnya ia mengirimkan pesan pada Joon Oh
[Aku tak
bisa memihakmu tapi menurutku kau harus tahu Jang Do Pal sedang...] Saat itu Ji
Ah datang mengeluh karena Ki Joon keluar studio, Ki Joon langsung memasukan
ponselnya bertanya apakah sudah selesai pemotretannya.
“Kenapa
kau membiarkanku melakukan kontrak model
jika kau seperti ini? Kalau ini sulit bagimu, bagaimana bisa kau akan menanganinya ketika kita nanti
mulai syuting film?” ucap Ji Ah, Ki Joon binggung dengan perkataan Ji Ah.
“Kau
keluar kesini karena kesal melihat kami bersama.” Kata Ji Ah, Ki Joon mengaku
kalau bukan itu masalahnya, Ji Ah ingin tahu apa alasanya, Ki Joon terdiam
seperti tak bisa memberitahukanya.
“Kau
pasti memikirkan sesuatu. Apa itu?” tanya Ji Ah penasaran
“Aku tidak
bisa memberitahu seseorang tentang
situasi orang lain karena aku ingin melindungi
orang itu... ahh..Bicara apa aku ini.” Kata Ki Joon kebinggungan lalu
menyuruh Ji Ah masuk saja.
“Oppa... Sepertinya
ada banyak yangKau rahasiakan dariku.” Komentar Ji Ah lalu masuk dengan wajah
kesal
“Aku
tidak punya rahasia. Aku cuma merasa
frustrasi. Itu saja.” Keluh Ki Joon binggung dengan keadaanya sekarang.
Ho Hang
ingin menganti air pengatur ruangan, tiba-tiba beberapa dokter dan perawat
berlari masuk ke dalam ruangan. Istri CEO Hwang pun keluar. Ho Hang ingin masuk
tapi dilarang oleh perawat untuk menunggu diluar. Ho Hang panik bertanya apa
yang terjadi dan ingin masuk.
“Saya tak
bisa membiarkan Anda masuk” kata Perawat, Ho Hang ingin tahu kedaaan CEO Hwang.
“Aku juga
tidak tahu. Tiba-tiba saja, dia...” kata istri CEO Hwang sambil menangis.
Beberapa
saat kemudian, Dokter memberitahu kalau kondisi CEO Hwang stabil lagi lalu
meminta walinya agar ikut denganya. Perawat dan istri CEO Hwang keluar ruangan
dengan meningggalkan Ho Hang sendiri
Ho Hang
menatap CEO Hwang yang tak sadarkan diri, mengajaknya bicara kalau dalam keadaan kritis sebelumnya tapi berhasil
melewatinya dan meminta agar bisa terus berjuang serta Jangan pernah menyerah.
“Jangan
pernah tinggalkan aku sendiri. Untuk menyelamatkan hidupmu, aku pun
mengkhianati Joon Oh. Dia sudah berjanji padaku, tidak akan menyakitimu lagi.
Aku ternyata sudah menjual jiwaku pada setan. CEO Hwang. Jika kau mati seperti
ini, kau akan membuatku seperti orang jahat. Jangan menyerah. Kau pasti sembuh, 'kan? Kau harus sadarkan
diri... Kau harus bangun.” Kata Ho Hang sambil menangis.
Istri CEO
Hwang datang menepuk pundak Ho Hang memberitahu
kalau kata dokter suaminya itu baik-baik saja jadi Jangan khawatir. Ho
Hang menghapus air matanya mengetahui kalau istri CEO Hwang pasti panik
sebelumnya, tiba-tiba matanya melihat di jendela pintu sosok Joon Oh yang
mondar mandir, lalu pamit sebentar.
Bong Hee
menarik Joon Oh dari depan ruangan menyuruhnya agar lebih baik diam karenaNanti
ada orang yang melihatnya memakai topi dan juga masker sampai ke atas. Joon Oh
sengaja menaik masker sampai menutup matanya agar Bong Hee puas.
“Apa
memang CEO Hwang ada di sini?”
ucap Joon Oh tak yakin, Bong Hee yakin karena sebelumnya pernah datang
menjenguk.
“Coba
kalu Lihat. Sekretaris Tae sudah keluar.” Bisik Bong Hee mengintip.
Ho Hang
keluar kamar mencari keberadaan Joon Oh yang baru dilihatnya, Joon Oh ingin
mendekatinya dan Bong Hee tak menahanya. Joon Oh malah mengeluh karena Bong Hee
tidak menghentikannya. Ho Hang merasa yakin kalau tadi yang dilihatnya memang
Joon Oh, Joon Oh kembali ingin pergi untuk menampar wajahnya dan Bong Hee
membiarkanya.
“Kenapa
kau tidak menghentikanku?” keluh Joon Oh, Bong Hee mengaku kalau tidak tahu Joon Oh akan melakukannya sekarang.
“Apa itu Hantu?
Apa aku melihat hantu?” ucap Ho Hang mulai panik ketakutan lalu dikagetkan
dengan saat istri CEO Hwang akan keluar kamar.
Joon Oh
masuk menemui CEO Hwang yang terbaring saat istrinya keluar untuk menerima
telp. Bong Hee berjaga-jaga didepan pintu takut ada yang melihat. Joon Oh
membuka bagian selimut dan melihat tangan CEO Hwang yang makin kurus saja.
“Bertahanlah
sedikit lebih lama lagi. Aku akan mengalahkan mereka dan mengungkap kebenarannya.”
Ucap Joon Oh, Bong Hee melonggokan kepalanya memberitahu Istri CEO Hwang sudah datang.
Keduanya
pun bergegas keluar sebelum istri CEO Hwang datang, Saat itu Ho Hang seperti sengaja bersembunyi dan
terlihat shock mengetahui Joon Oh memang masih hidup menemui CEO Hwang.
Tae Ho
duduk dalam mobil dengan ponselnya. Byung Joo pun bertanya Apa ada yang ingin
dilakukan hari ini. Tae Ho malah balik bertanya kenapa Byung Joo menanyakan hal
itu. Byung Joo sudah tahu kalau pasti Tae Ho bertanya jadi meminta CEO Jang.
“Dia
bilang kau bekerja begitu keras hari ini
jadi dia menyuruhku menemanimu
minum-minum atau bermain video game denganmu. Dia bilang aku harus...” ucap
Byung Joo langsung disela oleh Tae Ho.
“Kenapa
aku harus minum denganmu? Apa Kau mau main game denganku? Apa menurutmu aku
tak punya teman main atau teman minum? Antar
saja aku pulang.” Kata Tae Ho, Byung Joo
pun tak bisa menolak.
Tae Ho
turun dari mobil akan masuk apartementnya. Seorang mengamatinya lalu
mengirimkan pesan [Aku melihat Choi Tae Ho pulang ke rumah.] lalu masuk ke
dalam mobil. Seseorang masuk ke dalam
mobil, betapa kagetnya melihat Tae Ho sudah duduk disebelahnya. Tae Ho bertanya
kenapa anak buah CEO Jang itu ada di apartementnya.
“Apa kau
sedang berjaga untuk menangkap maling?” kata Tae Ho, Si pria mengelengkan
kepala. Tae Ho pun ingin tahu alasanya.
“Apa kau
memantauku? Apa CEO Jang yang menyuruhmu?” kata Tae Ho, pria itu mengelengkan
kepala dengan wajah gugup.
Tae Ho
sudah ada didalam mobil dengan memejamkan matanya, si pria binggung mengunakan
tangan kirinya untuk mengirimkan pesan
[CEO Jang, gawat. Kita dalam masalah.] Tae Ho yang mengetahuinya,
langsung melarang untuk mengunakan ponsel dengan satu tangan tapi Fokus saja menyetir. Byung Joo terlihat mengikuti
mobil Tae Ho dari belakang
“Aku
harus memihak pada siapa... agar bisa bertahan dari pertempuran mata-mata
ini?Ahh... Firasatku tidak enak sekali. Jadi Choi Tae Ho atau Jang Do Pal?”
ucap Byung Joo kebinggungan.
Jaksa
Yoon sudah menunggu di gedung kampanye, Hee Kyung menyapanya dengan meminta
agar dibawakan teh. Jaksa Yoon menolak karena hanya ingin bicara dengan Hee
Kyung. Penyidik Oh pun keluar ruangan tapi sengaja untuk mendengar pembicaraan
keduanya.
“Apa Kau
sudah menerima benda itu?” tanya Jaksa Yoon
“Aku
sudah dapat laporan tentang hal itu dan
sudah memeriksanya...,tapi sepertinya ponsel itu bisa dijadikan barang bukti
yang harus dikirim ke kantor pengadilan
secara langsung. Aku tak bisa seenaknya menyerahkannya padamu dan Kau harusnya tahu
itu.” Ucap Hee Kyung
“Jadi
maksudmu barang kepunyaan milik korban tidak boleh dilihat oleh keluarganya
sendiri? Kita tahu betul soal ini. Apa
kau akan bersikap seperti ini?” kata Jaksa Yoon
“Aku akan
menunjukkan kepadamu jika aku bisa
menanganinya dengan caraku sendiri.” Tegas Hee Kyung
“Dengar,
mantan Ketua Komisi Investigasi Khusus. Kau
padahal tidak tertarik memeriksanya sampai aku memberitahukan soal itu. Entah
itu ponselnya So Hee atau itu ternyata bukan barang penting..., kau bahkan
tidak punya petunjuk. Tapi Apa barang itu langsung berubah menjadi barang bukti
hanya karena aku ingin memeriksanya?” sindir Jaksa Yoon dengan membungkukan
badanya.
“ Kau
harusnya tahu betul soal itu daripada memaksaku seperti ini. Maaf..., tapi aku
tak bisa membantumu. Seperti yang kau lihat..., pembicaraan ini sangat
membingungkan. Jadi kita sudahi saja
pembicaraan ini.” Kata Hee Kyung ingin segera pergi.
“Kau
tidak pernah kehilangan orang yang kau sayangi,kan? Ponsel itu... satu-satunya
barang milik mendiang adikku. Dia
mungkin telah menulis surat wasiat
disana. Mungkin saja itu isinya
kebenaran tentang kematiannya. Orang yang akan menggali kebenarannya it udan harus menemukan buktinya
bukanlah orang pengadilan..., melainkan kakaknya yang sangat ingin menangkap pelakunya. Akulah orang itu,
Yoon Tae Young.” Tegas Jaksa Yoon menatap tajam
Hee Kyung
melihat Jaksa Yoon yang berani bersikap
seperti itu, memberitahu kalau tempat ini
bukan Komisi Investigasi Khusus. Tapi ada di kantor kampanyenya
sekarang, menurutnya tak ada akewajiban mendengarkan
setiap kata yang diucapkannya. Jaksa Yoon pikir
Ada cara lain meskipun Hee Kyung menolak menyerahkan ponsel itu.
“Biar
kuperjelas padamu... Kau sudah buat kesalahan hari ini.” Tegas Jaksa Yoon lalu
keluar dan terlihat penyidik Oh yang menguping pembicaraan keduanya.
Penyidik
Oh binggung dengan sikap Hee Kyung karena berpikir akan menyerahkan ponselnya.
Hee Kyung terdiam mengingat sebelumnya pegawainya memberitahu kalau Ada
seseorang yang mengaku sebagai CEO Legend Entertainment yang menyebabkan
masalah di kantor bea cukai dan menanyakan
dimana benda-benda itu.
“Biarkan
saja, Lebih baik Tunggu dan lihat saja bagaimana semua ini akan terungkap.”
Kata Hee Kyung
Joon Oh
yang mendengarnya mengumpat Hee Kyung memang
wanita aneh. Karena barang itu penting bagi mereka lagipula Hee Kyung
juga tidak membutuhkannya dan merasa Hee Kyung berpikir mereka tak bisa cari
cara jika tidak menyerahkannya.
“Banyak
orang keluar masuk dari kantor kampanyenya. Aku yakin sekali ponselnya tidak
ada disana. Kita ke hotel saja Kabarnya ada hotel yang biasa dia datangi kalau
dia sedang istirahat.” Ucap Jaksa Yoon, Joon Oh setuju mereka akan pergi ke
hotel.
“Apa kau
punya ide bagus?” tanya Bong Hee yang serius menyetir.
“Bong Hee,
menurutku mengemudi lebih cepat adalah ide
yang bagus.” Kata Joon Oh
Bong Hee
merasa kalau sudah mengemudi dengan cepat, Joon Oh pikir lebih baik naik taksi
saja kalau cara menyetirnya seperti ini dan meminta uang 10 ribu won.
CEO Jang
nampak kaget melihat Tae Ho datang ke ruangan sedang mendengar sesuatu dari
alat penyadapnya. Byung Joo menatap CEO Jang seperti memberikan kode.
Flash Back
Byung Joo
akhirnya menelp CEO Jang, memberitahu bahwa Tae Ho sedang dalam perjalanan ke sana sekarang. Ia seperti sudah
memberikan pilihan kalau memilih CEO Jang.
CEO Jang
pura-pura kaget menanyakan kenapa Tae Ho datang. Tae Ho malah sengaja menyindir
seperti tak boleh datang. CEO Jang bersikap ramah kalau menyarankan
beristirahat karena khawatir tapi malah
datang ke tempatnya.
“Apa
karena itu kau menyuruh orang
membuntutiku?” ucap Tae Ho curiga, CEO Jang mengelak kalau itu tidak masuk
akal.
“Kenapa
Apa ada hal yang tak boleh kuketahui
disini?” kata Tae Ho, CEO Jang akhirnya menyuruh semua anak buahnya agar keluar
ruangan lebih dulu.
“Tae Ho. Benda-benda
yang tertinggal dari kecelakaan sudah sampai ke Korea. Salah satu barang itu
adalah ponselnya So Hee. Jo Hee Kyung yang memilikinya sekarang.” Cerita CEO
Jang
“Tapi...kenapa
kau baru mengatakannya sekarang?” ucap Tae Ho dengan nad marah
“Aku
tidak memberitahumu karena aku tidak yakin apa semua benda itu bisa jadi bukti
atau tidak. Karena ponsel itu ada di tangan Jo Hee Kyung..., aku juga khawatir
kalau hal itu akan diberitahu ke media. Karena itu aku ingin memastikannya lebih dulu” jelas CEO Jang
Tae Ho
pikir karena dirinya sudah mengetahuinya sekarang jadi mereka harus memastikannya bersama. Entah itu
bukti kuat atau tidak tetap perlu mengetahuinya. CEO Jang setuju mengaku malah merasa jauh lebih baik Tae Ho bergabung dengannya, walaupun
diwajahnya seperti merasa terpaksa.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar