Kim Seub
memberitahu Ada epidemi menyebar di luar ibukota jadi harus cepat memberikan
obat-obatan Tapi ibukota telah kehabisan obat. Anak buah tuan Park pikir mereka
punya banyak hal penting dibahas, tapi Kim Seub malah buang waktu hanya karena
petani.
“Itu
benar.... Baekje dan Goryeo terlalu kuat.Apa Anda duduk dan menonton?” ucap
Anak Buah Tuan Park
“Kita tak
tahu kapan epidemimemasuki Ibukota.Apakah Anda tidak takut?Jika kita tak bisa
kumpulkanlebih banyak pajak... maka Kita semua harus menyumbang untuk mereka.”
Kata Kim Seub
“Kita
hanya bisa bukagudang penyimpanan istana.Jika Anda berikan makanan di gudang
penyimpanan.. maka Anda bisa menyelamatkan petani.” Ucap anak buah Tuan Park yang lainya.
“Bagaimana
jika epidemimenyerang di Ibukota?Istana seperti benteng Ibukota.Bagaimana kita
bisa hilangkanepidemi tanpa obat?” kata Kim Seub dengan nada tinggi.
Tuan Park
mulai berkomentar Setiap orang dalam
posisi yang sama. Menurutnya Jika peduli tentang para petani maka Tuan Kim Seub
saja memberikan yang dimilikinya. Kim Seub kaget mendengarnya, Tuan park pikir Bahkan
jika Cheol-in menghilang sepenuhnya maka tak akan mempengaruhi mereka
“Mereka
tahu petani memasuki Ibukota dibunuh... maka mereka tak akanmasuk Ibukota.”
Tegas Tuan Park
Ratu
sedari tadi hanya diam saja mendengar adu mulut para mentri, lalu tiba-tiba
seperti melihat Tuan Park dengan nada sinis bertanya “Kapan Anda akan
mundur?Bukankah kau katakan padaku... Bahwa Hwarang adalah keberadan Sam Mek Jong?”
Semua
mentri menyuruhnya agar mundur dan turun dari tahta, bahkan Kim Seob juga ikut berteriak agar Ratu
Ji So segera turun dari tahta. Ratu Ji So terlihat gelisah dirinya seperti
berhalusinasi dan terlihat panik, Kim Seub menyadarkan ratu dengan menanyakan
keadaanya.
“Kami
bertanya apa harus mengirim utusan ke Goryeo.” Tanya Kim Seub, Ratu Ji So
berusaha untuk tetap tenang diatas singasana.
“Seperti
yang kukatakan sebelumnya jika mereka minta ampun atas kesalahan mereka dan bersumpah
tak melakukannya lagi, tidak ada tawar-menawar.” Tegas Ratu, Semua mentri pun
hanya diam.
Moo Myung
duduk berjauhan dengan Maek Jong, lalu melirik mengingat ucapan sebelumnya “Ini
perjuangan...berharap Silla lebih baik. Perjuangan berharap rakyat Silla tak
akan mati lagi karena aturan Silla. Perjuangan
melindungi rakyat sehingga mereka tak menjadi pencuri lagi.”
Maek Jong
sempat melirik sinis, Yeo Wool masuk memanggil Sun Woo dan Ji Dwi
Kalau Wi Hwa memanggilnya. Keduanya menatap
binggung, Yeo Wool pikir jangan tanyakan alasan padanya, karena ia juga tidak
tahu.
Keduanya
akhirnya datang menghadap ketua Hwarang, Wi Hwa mengataka kalau minta datang untuk
mengajukan pertanyaan. Saat itu terdengar pintu diketuk, Ah Ro masuk dikagetkan
dengan melihat Maek Jong dan Moo Myung sudah ada didalam.
Maek Jong
seperti teringat saat melihat Ah Ro dan Maek Jong yang berciuman, lalu meminta
Ah Ro agar datang padanya dan berjanji akan
hidup sebagai rakyat biasa bukan Raja siapa pun. Ah Ro pikir Maek Jong
mengunakan dirinya sebagai alasan untuk lari
“Jika
Anda melihat dalam mata seseorang...yang menyerah. Anda tahu. Yang Mulia kau
pasti tahu... tak pernah menyerah.” Kata Ah Ro.
Akhirnya
Ah Ro berdiri disamping Moo Myunng, Wi Hwa memberitahu kalau Ah Ro yang minta
bantuan sebagai tabib di Rumah Hwarang. Tapi melakukan pekerjaan lain di luar.
Lalu menyuruh Ah Ro untuk menceritakan
sesuatu penting.
“Masalahnya...obat
sulit didapat... Wabah penyakit epidemi akan melanda Ibukota dan semua Silla. Epidemi
telah melanda desa Makmang dan semua orang sekarat,tapi tak bisa berbuat
apa-apa.” Cerita Ah Ro, Moo Myung yang mendengarnya menahan penuh amarah.
“Aku
menemukan bahan-bahan obat. Itu.. berada di gudang penyimpanan Gakgan. Ia punya
cukup obat untuk semua orang di Silla disembuhkan... Tapi tak akan berbagi atau
menjual itu. Sebaliknya... jika ada pun bersedia membeli semuanya, ia tetap
menyimpannya. Jadi, tak ada bisa membeli obat berapa pun dibayar. Park Young Shil harus menunggu epidemi.. memburuk
sehingga Ia menjual obat lebih dari harga emas. Orang-orang seperti Cheol-in di
desa Makmang.... semua akan bisa mati. Itu masalahnya.” Cerita Ah Ro, kali ini
Maek Jong menahan emosiny.
Wi Hwa
menanyakan cara menyelesaikan masalahnya, karena Kalau mereka semakin menunda
kehidupan orang dari desa Makmang akan dalam bahaya. Jadi ia ingin tahu apa
yang akan mereka lakukan. Keduanya hanya terdiam, Wi Hwa menegaskan kalau
Masalah ini harus diselesaikan oleh mereka bersama.
“Aku
berasumsi bahwa kalian telah merenungkan paling penting. bagaimana jadi raja. Itu
asumsiku. Aku memberi masalah ini pada kalian jadi cari solusi. Masalah
ini...bukan tentang lulus atau gagal. Kalian dapat memecahkan atau tidak jadi Kalian
bisa keluar dari sini dan berpura tak mendengar apa-apa. Keputusan...ada
ditangan kalian” kata Wi Hwa
Maek Jong
dan Moo Myung duduk diam memikirkan masalahnya, Maek Jong lalu bertanya pada
temanya apa yang akan dilakukanya sekarang, Moo Myung hanya diam saja.
Sementara didalam ruangan, Ah Ro terlihat kesal pada Wi Hwa karena memberitahu
keduanya padahal mengetahui keduanya itu penuh rasa emosi jadi akan menimbulkan
masalah.
“Itu
sebabnya aku memanggil mereka. Jika tak menyebabkan masalah, dunia tak akan
berubah. Apa yang terjadi tergantung pada keputusan mereka. Membangkitkan
mereka... mungkin... mampu mengubah Silla setidaknya sedikit.” Ucap Wi Hwa
yakin
Moo Myung
berkomentar kalau Maek Jong tak bisa mengatasinya. Maek Jong tak suka
mendengarnya langsung menanyakan alasan Moo Myung mengatakan hal itu, Moo Myung
pikir Maek Jong itu tak tahu bagaimana rakyatnya
itu hidup, betapa indah tempat itu,
mengapa itu berharga dan harus dilindungi.
“Aku tahu
menyimpan obat menghasilkan uang berurusan nyawa rakyat pantas mati. Itu bukan
hanya kau. Aku marah jika ada ketidakadilan.” Tegas Maek Jong , Moo Myung
mengaku tak tahu apa yang dipikirkan.
“Selama
hasil kita sama. Aku juga bisa atasi.” Kata Maek Jong
“Aku
punya satu jawaban.” Kata Moo Myung, Maek Jong juga seperti itu
Ban Ryu
berjalan sendirian, mengingat saat kejadian penyerangan pembunuh bayaran ia
hanya melihat dari kejauhan saat Moo Myung tak sadarkan diri, So Ho dkk
membantunya. Lalu mengingat ancaman So Ho
“Kau
lebih baik tak terlibat insiden itu. Jika kau terlibat, maka Kau brengsek.
Lalu... Aku akan membunuhmu.”ancam So Ho, saat itu sebuah batu jatuh padanya,
terlihat So Yun berdiri didepan dinding memanggilnya.
So Yun
berdiri ditangga menanyakan kabar Ban Ryu,
lalu mengangumpkan kalau merindukannya walaupun sudah berusaha untuk
tidak datang tapi sangat merindukan, jadi itu alasan datang menemuinya. Ban Ryu
hanya diam saja karena tak bisa berkata-kata.
“Jika
perasaanmu berubah, Aku tak masalah Jika
kau pikir aku tak canti lagi, aku juga tak peduli. Aku sangat berterima kasih padamu, Ban Ryu. Kupikir
semua orang seperti kakakku tapi ada pria yang baik seperti Ban Ryu di dunia.
Jadi... aku berterima kasih padamu. Aku ingin melihatmu hanya sekali lagi.
Karena, seperti itu... Aku bisa membiarkanmu pergi. Tapi... melihatmu seperti
ini... Aku bahkan lebihmerindukanmu” kata So Yun sambil menangis.
“ Aku
ingin... menyakiti hatimu sehingga saatmu memikirkanku, kau akan ingat rasa
sakitmu padaku. Aku ingin menyakiti hatimu. Aku harus...Tapi aku tak bisa
berpikir saat aku melihatmu. Jadi menjauhlah. Aku pria yang buruk. Jadi...
menjauhlah sejauh mungkin... dariku sebelum kau terluka.” Kata Ban Ryu ikut
sedih.
So Yun
memegang tangan Ban Ryu mengungkapkan kalau pria didepanya itu bukan orang jahat dan bisa tahu kalau Ban Ryu
itu orang baik. Ban Ryu seperti tak menyangka kalau ada Soo Yun yang mengangap
dirinya orang baik.
Maek Jong
dkk berkumpul dikamar, seperti merencanakan sesuatu, Yeo Wool dan Sun Woo
seperti tak pecaya mendengarnya. Maek Jong tak ingin mereka banyak bicara hanya
ingin tahu jawabanya mereka akan ikut atau tidak, Yeo Wool mengaku tak tahu.
“Aku
punya alasan melakukannya, tapi kalian tak perlu. Aku tak bisa tanggung jawab, sehingga
pikirkan dengan baik.” Kata Moo Myung
“Aku mau
melakukannya karena seperti harus dilakukan. Aku tidak akan bisa tidur
sebaliknya.” Kata Sun Woo
Akhirnya
Yeo Wool pun setuju akan ikut juga, walaupun Tuan Park mungkin ayahnya, So Ho
mengejek Yeo Wool itu punya terlalu banyak ayah di ibukota. Saat Ban Ryu akan
masuk mendengar namanya disebut, Yeo Wool pun menanyakan tentang Ban Ryu.
“Ban Ryu
tidak bisa melakukan ...Kita merampok gudang Gakgan (tuan Park), maka Dia akan
mengadukan kita. Selain itu Mungkin menyakitinya, jadi Kita tak bisa biarkan
itu terjadi. Lagi pula, kita tak bisa biarkan dia tahu.” Ucap So Ho, Ban Ryu
terdiam mengetahui temannya diam-diam ingin merampok gudang milik ayah tirinya.
Wi Hwa
berjalan didepan sebuah rumah, lalu seperti mencoba meyakinkan dirinya dan
berteriak “Buka pintu gerbang!” dengan suara seperti orang mabuk. Seseorang
membuka pintu, Wi Hwa terlihat mabuk memintaa gar memanggil Tuan Park
kalau datang untuk minum anggur yang
berumur 30 tahun, si pria terlihat binggung. Wi Hwa melihat ada banyak penjaga
di dalam rumah Tuan Park.
Flash back
Moo Myung
meminta Wi Hwa agar mengalihkan perhatian Park Young Shil. Wi Hwa mengelu
kenapa Moo Myung meminta melakukan itu, Moo Myung menegaskan kalau dirinya tak
ingin gagal dan harus menyelamatkan orang-orang. Wi Hwa mengejak Moo Myung
Sekarang. akhirnya menghormatinya.
Wi Hwa
yang berpura-pura mabuk mengumpat kesal pada Moo Myung yang berani memintanya
melakukan ini, lalu bertingkah seperti orang mabuk yang ingin pergi ke kamar
kecil.
Saat itu
juga empat hwarang sudah mengunakan kain untuk menutupi wajahnya berusaha masuk
ke dalam gudang dengan Wi Hwa yang mencoba mengalihkan perhatian Tuan Park.
Para
penjaga kelabakan melihat tingkah Wi Hwa melarangnya pergi ke suatu tempat, Wi
Hwa berteriak kesal kalau dirinya itu kepala Hwarang karena ditarik oleh
pengaja. Saat itu Do Woo dan akan buahnya menyapa Wi Hwa memberitahu kalau Tuan
Park sudah menungunya.
Mo Young
datang ke tempat Ah Ro dengan dua dayang, Ah Ro binggung melihat dua wanita
yang datang ke tempatnya. Mo Young
memberitahu kalau datang dari istana. Ah Ro makin binggung untuk apa dari
istana datang ke tempatnya, Moo Young
menyuruh dua dayang agar segara membawa Ah Ro.
Ah Ro meminta agar memberitahukan alasanya, tapi keduanya sudah menarik
untuk membawa ke istana.
Tuan Park
pun menyambut Wi Hwa menanyakan alasan datang ke rumahnya, Wi Hwa menceritakan
kalau baru saja minum-minum lalu teringat dengan anggur yang disebutkan Tuan
Park sebelumnya. Tuan Park heran karena Wi
Hwa yang tiba-tiba teringat anggur. Wi Hwa membenarkan walaupun terlihat
sedikit gugup.
“Aku juga
mendengar kau punya banyak pria baik
dengan pedang bekerja untukmu di sini. Kirimlah beberapa dari
mereka di Rumah Hwarang. Para Pembunuh
masuk ke Rumah Hwarang dan menyerang Hwarang baru-baru iniApa kau mau mengirim
mereka?” Bisik Wi Hwa, Tuan Park sedikit kaget mendengarnya.
Tiba-tiba
Ban Ryu masuk ke dalam rumah ayah tirinya, sambil mabuk memanggil sang ayah
karena perlu bicara. Do Woo melihat Ban Ryu memegang obor menyuruh agar
mengatasinya sebelum bermain dengan api. Ban Ryu ditahan oleh beberapa
pengawal.
“Katakan
ayahku untuk keluar!... Ayah, ini Ban Ryu.” Teriak Ban Ryu, Tuan Park didalam
ruangan kaget mendengar nama Ban Ryu yang datang ke tempatnya.
“Ini
menyakitkan... Jadi aku minum-minum. Kau mengadopsiku pada usia dini dan punya
rencana besar unutkku tapi semua pernah kulakukan mengecewakanmu. Itu sanga
menyakitkan. Bahkan pembunuh datang ke Rumah Hwarang...” ucap Ban Ryu langsung disela
oleh Tuan Park agar menutup mulutnya.
Empat
Hwarang bisa masuk ke dalam gudang dengan banyak tumpukan obat, Yeo Wool tak
percaya karena telah melihat banyak perbuatan gila tapi tindakan kali ini
adalah yang paling gila dan Tuan Park punya
beberapa gudang seperti ini.
“Ia punya
lebih banyak emas dan obat Dan dia adalah pejabat tertinggi Silla.” Kata Maek
Jong penuh amarah
“Apa ini
aturan bangsa ini?” kata Moo Myung, Maek Jong menegasakan kalau ini tak benar.
So Ho
pikir mereka harus segera memasukan semua obat karena tak punya waktu. Maek
Jong mengambil karung mindahkan beberapa obat yang dibutuhkan.
Ban Ryu
menaruh pedang dilehernay berpikir akan
mati. Wi Hwa yang melihat Ban Ryun merasa kalau mengerikan melihat anak
didiknya, Tuan Park menyuruh anak
buahnya agar menyerat Ban Ryu keluar. Ban Ryu langsung mengancam akan membunuh
mereka kalau berani mendekat.
“Aku Park
Ban Ryu... Aku raja masa depan Silla!” teriak Ban Ryu menyuruh mereka sema
pergi menjauh darinya.
“Rencana
besar pasti.. menjadi raja Silla.” Komentar Wi Hwa, Tuan Park hanya bisa diam
saja, saat itu Ban Ryu berusaha dibawa oleh pengawal untuk pergi.
Yeo Wool
dan So Ho sudah lebih dulu melompati dinding dengan melempar semua obat yang
berhasil dirampok. Maek Jong dan Moo Myung akan pergi, tiba-tiba Do Woo datang
dengan seorang aljogo, menyapa Moo Myung seperti bisa mengenali hanya dari
matanya. Moo Myung menyuruh Maek Jong menyingkir.
So Ho dan Yeo Wool kaget mendengar ada orang yang memergoki mereka.
Maek Jong
mengingat kalau orang itu dari kedai
daging. Do Won mengucapkan terimaksih karena luka panah yang menyakitkan saat
cuaca sedang hujan. Maek Jong pikir lebih baik ia dulu yang majua karena punya
perasaan negatif pada keduanya, serta sudah digantung tanpa alasan apapun.
Algojo
melawan Maek Jong, tapi kapaknya langsung jatuh. Sementara Ban Ryu juga melawan
para pengawal. Maek Jong berhasil membuat si algoyo jatuh pingsan denga memukul
bagian atas kepala. Do Woo menyerang dengan pisau dan Maek Jong bisa menotok
bagian leher sampai tak sadarkan diri. Moo Myung tak banyak komentar mengajak
mereka segera pergi saja.
Tuan Ahn
duduk lemas seperti terlihat sangat frustasi dengan keadaan wabah penyakit yang
tak bisa ditanganinya. Woo Reuk tiba-tiba datang melihat sebuah gerobak yang
membawa banyak barang. Ia melihat ada banyak ginseng dan obat-obatan lainya
yang mereka butuhkan.
Sebuah
surat berada didalamnya karung “Minum dan tersenyum lebar.” Tuan Ahn langsung
tersenyum membacanya, kalau itu “Dadu.” Woo Reuk merasa tak percaya. Moo Myung
duduk sendirian dengan melempar dadu miliknya.
Yeo Wool
mengaku belum pernah lihat banyak emas
sebelumnya lalu bertanya-tanya alasan Ban Ryu membuat keributan seperti itu,
menurutnya itu aneh kalau di sebut sebagai kebetulan. Saat it Ban Ryu masuk
kamar, So Ho melihat Ban Ryu seperti sudah tahu kalau tadi malam membantunya
dan mengucapkan terimakasih.
Ratu
terdiam didalam kamarnya, mengingat kejadian sebelumnya bertemu dengan Kyung
Kong.
Flash Back
Ratu Ji
So merasa kadang-kadang berpikir baru saja terjadi sang kakakk yang mengambil
tahta. Jadi apabila Kyung Kong ingin mengambilnya maka tak akan menyerah begitu
saja.
“Aku
tidak akan harus bertahan... kejam seperti itu.” Tegas Ratu Ji So
Lalu
Kyung Kong datang mengatakan kalau Semuanya... Dimulai karena Ratu Ji So itu
sendiri.
[20 tahun
yang lalu, Wolseong]
Ratu
menaruh pedang pada seorang wanita sambil menangis mengatakan kalau harus
membunuhnya. Seorang wanita seperti orang terdekat Ratu seperti tak percaya dan
ketakutan, Ratu melihat si wanita akan terus menimbulkan bencana.
“Tolong
selamatkan hidupku Aku temanmu satunya.” Ucap Si wanita
“Wonhwa
menghambat penguatan Keluarga Kerajaan.
harus dihilangkan. Seperti Nam Mo mati, kau tak harus hidup. Kau harus
mengambil semua kesalahan. Aku harus membunuhmu... untuk anakku.” Kata Ratu Ji
So sambil menangis menusuk pedang ke bagian jantung.
Maek Jong
datang dengan wajah panik, Moo Myung binggung bertanya ada apa. Maek Jong
memberitahu bahwa Ah Ro dibawa ke istana. Moo Myung kaget bertanya kapan
dibawanya. Maek Jong makin kaget karena Moo Myung tak mengetahuinya. Moo Myung bertanya kapan Ah Ro dibawa ke
istana.
Ratu Ji
So menemui Ah Ro yang sudah ada didepanya, membahas tentang anaknya yang ingin
mengambil tahta, menurutnya Maek Jong itu tak seperti itu di masa lalu.
“Dia
seorang raja yang baik sedang menungguku
dan untuk menyerahkan Silla. Apa kau membuat dia seperti itu? Apa kau... pikir
Sam Mek Jong seperti itu? Sama seperti yang ibumu lakukan untuk ayahmu!” teriak
Ratu Ji So penuh dendam
“Tidak...
Aku tak pernah melakukan itu.” Kata Ah Ro tertunduk ketakutan.
“Tidak
masalah. Aku akan membuatmu Wonhwa. Dan Aku akan buat kau bertemu nasib Wonhwa.” Tegas Ratu, Ah Ro
melotot kaget mendengarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar