Moo Myung
melawan semua orang yang ingin menyerangnya, semua teman satu kamarnya berusaha
untuk menyelamatkanya. So Ho menghalangi Moo Myung agar tak kena pedang, Moo
Myung pikir tak perlu melindunginya karena yang mereka inginkan adalah dirinya.
“Omong
kosong. Mereka di sini, menyerang kita.” Kata So Ho mencoba melindungi Moo
Myung.
Dari
kejauhan Dan Se juga melepaskan panah untuk menyelamatkan Moo Myung. Tiba-tiba
Moo Myung mulai merasakan seperti lemas dan ingin jatuh pingsan tapi masih bisa
melawan musuhnya. So Ho menahan Moo
Myung sebelum terjatuh, Dan Se pun berlari mendekat. Moo Myung akhirnya jatuh tak sadarkan diri
dengan melihat semua temanya berusaha melindunginya.
Maek Jong
melihat gelang raja lalu mengambilnya, terlihat Tuan Park tertidur pulas.
Tiba-tiba Maek Jong sudah ada diatas tubuh Tuan Park dengan pedangnya mengancam
kalau mengeluarkan suara maka pedangnya itu akan menembus tenggorokannya. Tuan
Park panik bertanya siapa pria yang berada didepanya.
“ Aku
adalah Pemilik gelang sebenarnya. Orang yang kau cari. Raja tanpa wajah.” Kata
Maek Jong
“Kupikir...
putra Ahn Ji Gong adalah Raja.” Ucap Tuan Park, Maek Jong menegaskan kalau yang
sebenarnya adalah dirinya.
“Aku
Rajamu... Jinheung.” Kata Maek Jong dan ingin mengarahkan pedangnya ke arah
Tuan Park
Tapi Maek
Jong memilih hanya menusuk tepat disamping lehera Tuan Park berpikir kalau lain
kali akan sungguh membunuhnya, lalu berjalan pergi. Tuan Park seperti masih
shock berpikir diriya sedang mimpi tapi disampingnya ada pedang.
Ratu Ji
So pergi ke ruangan raja, dibuat panik karena singgasana tempat biasa raja
duduk menghilang begitu saja. Akhirnya ia terbangun dari tidurnya dan melihat
ada sebuah bunga tanda kalau Maek Jong ingin bertemu denganya.
Ia masuk
ke dalam ruang raja melihat Maek Jong duduk di singasana. Maek Jong menegaskan
kalau tak akan menghindarinya lagi. Ratu Ji Soo pura-pura tak mengerti
maksudnya. Maek Jong mengatakan
Sekarang. harus menjadi Raja Silla sesungguhnya.
“Apa Kau
tahu apa arti raja itu? Aku telah melindungi Silla. Aku yang mengalami saat
tahta tak stabil. Aku bertahan melalui masa yang kejam bahwa Silla masih suci. Kau
tak pernah menumpahkan darah. Kau tak tahu apa arti melindungi tahta. Apa kau
Raja Silla sesungguhnya?” ucap Ratu Ji So meremehkan anaknya.
“Aku
tahu...Ibu telah melindungi Silla. Namun, nama ibu tetap tak akan berada dalam
sejarah. Karena Raja Silla, adalah Raja Jinheung, Tak ada yang lain.” Tegas
Maek Jong
“Aku
alasan kau masih hidup. Bahwa kau masih hidup, karena aku yang membunuh
musuhmu.” Tegas Ratu Ji So
“Jangan
menggunakanku sebagai alasan Ibu atas keserakahan kekuasaan. Jika kau merasa
kesal karena aku, lakukan saja. Pada akhirnya kau benci diri sendiri karena
kemarahan dan penyesalan. Ini adalah Silla aku. Aku yang berhak memerintah...
di Silla.” Tegas Maek Jong
Ratu Ji
Soo terdiam dalam kamarnya, lalu bermimpi Maek Jong yang mencekik lehernya.
Dengan wajah panik memanggil Moo Young, sang pelayan. Moo Young masuk
kamar, Ratu Ji So meminta agar memanggil
Ahn Ji Gong.
“Yang
Mulia, Ahn Ji Gong mengobati Cheol-in yang menderita wabah. Apa Anda ingin minum
teh?” kata Moo Young, Ratu Ji Soo menganguk seperti lupa kalau harus
menghindari teh yang dibawakan Moo Young.
Tuan Park
melihat pedang yang masih menempel darah bekas dilehernya, lalu teringat saat
Maek Jong mengatakan “Orang yang kau cari. Raja tanpa wajah. Aku Rajamu...
Jinheung.” Ho Kong khawatir melihat Tuan Park menanyakan keadaan lebih dulu.
Tuan Park hanya diam saja.
So Ho dan
Yeo Wool menjaga Moo Myung yang masih terbaring. So Ho heran karena tak terlihat Moo Myung terluka tapi belum
sadar juga, bahkan Yeo Wool sudah melihat seluruh bagian tubuhnya. Namun, tidak
ada cedera kritis.
“Lalu
kenapa dia tak bangun?” tanya So Ho heran
“Kupikir
itu aneh tapi ini adalah Pingsan sebagian. Apa Kau tak tahu tentang pingsan
tiba-tiba?” ucap Yeo Wool, So Ho hanya bisa diam dengan wajah khawatir.
Tuan Ahn
dan Woo Reuk seperti mulai kelabakan dengan semua orang terserang wabah
penyakit. Tuan Ahn menanyakan kabar dari
Wolseong. Woo Reuk hanya bisa mengelengkan kepala, Tuan Ahn mengumpat
kesal karena belum bisa menanggulangi bencana.
Seorang
wanita datang dengan anaknya meminta agar Tuan Ahn menyelamatkan putranya, tapi
ia sendiri sudah muntah darah. Tuan Ahn
meminta si wanita untuk berbaring dulu. Si wanita merasa dirinya baik-baik saja
meminta agar menyelamatkan putranya.
Tuan Ahn
berlari mengambil sesuatu dari tasnya, Woo Reuk kaget melihat Tuan Ahn menumbuk
sesuatu karena itu Tanaman itu beracun. Tuan Ahn pikir sudah tidak punya
pilihan dan tak bisa hanya duduk dan menonton.
Lalu memberikan pada si wanita berharap kalau racun tak menyebar, maka
akan hidup. Tapi si ibu seperti sudah tak bisa bertahan malah semakin muntah
darah lalu tak sadarkan diri.
Sang anak
menangis memanggil ibunya, Woo Reuk langsung memeluk sang anak. Tuan Ahn
terlihat sangat frustasi karena tak ada bantuan apapun untuk menanggulangi
wabah penyakit.
Ah Ro
pergi ke pasar mencari ginseng atau peony. Pedagang mengatakan kalau tu obat
sulit di dapatkan dan tak memilikinya. Ah Ro duduk diam mengingat ucapan
ayahnya kalau “Jika kau tak bisa
dapatkan obat...Apa terjadi pada orang-orang? Kita harus selamatkan entah
bagaimana.”
Seekor
kuda menarik beberapa banyak barang bawaan dengan gerobak, lalu Ah Ro melihat
beberapa ceceran di tanah yang terjatuh dari lubang karung. Ia melihat kalau Bintang adas mustahil
temukan di ibukota lalu bertanya-tanya apa sebenarnya isi dari gerobak itu.
Disebuah
gudang penyimpanan.
Ho Kong
melihat isi peti tanaman obat, Tuan Park datang mengeluh karena kemajuan begitu
lambat. Ho Kong pikir Mungkin Ahn Ji Gong menyelamatkan Cheol-in buat wabah
menyebar lambat. Tuan Park mengumpat Tuan Ahn itu Pria mengganggu dan menjengkelkan.
“Haruskah
kita jual di pasar sekarang?” kata Ho Kong
“Apa kau
tahu cara mengubah ini jadi emas? Jika 70% obat di sini membusuk maka ini
berubah jadi emas. Ketakutan wabah, kecemasan tak dapatkan obat. akan
mengubahnya jadi emas.Orang-orang seperti Ahn Ji Gong yang membuat emasku.”
Kata Tuan Park licik.
Kyung
Kong dengan kaki yang pincang masuk dengan wajah penuh amarah, menanyakan
alasan Ratu yang .ingin membuat Wonhwa lagi, lalu berpikir tak tahu apa yang terjadi
pada Nam Mo dan Joon Jung
“Joon
Jung tewas, Nam Mo cemburu. Nangdong Nam Mo menewaskan Joon Jung.” Kata Ratu Ji
So
“Anda
mungkin tahu cerita berbeda. Berhenti sampai disini, Lalu aku akan berhenti
juga.” Tegas Kyung Kong, Ratu seperti tak mengerti.
“Mundur
dari tahta dan serah mahkota dan Juga, jangan sentuh Hwarang. Lalu tak akan ada
kesulitan.” Ucap Kyung Kong
“Kau
terdengar seperti pemberontak bersekongkol. Beraninya kau menyuruhku mundur
dari tahta? Mereka Hwarangku!! Kau tak lebih dari setan. Ini bukan sesuatu bisa
kau ikut campur!” tegas Ratu dengan nada tinggi.
Kyung
Kong berjanji jika Ratu Ji So turun dari tahta maka tidak menginginkan apapun, bahkan Tanpa nama dan seolah-olah tidak dilahirkan,
itu lah cara meninggalkannya. Ratu Ji So seperti tak mengerti, Kyung Kong
menekanya kalau semua Dimulai karena Ratu Ji So sendiri. Ratu Ji So hanya terdiam
melihat Kyung Kong keluar dari ruanganya.
Ah Ro
berlari dan bertemu dengan Wi Hwa yang baru keluar ruangan, Wi Hwa seperti
ingin buru-buru karena menahan sesuatu.
Ah Ro menegaskan Ada sesuatu harus diberitahu. Wi Hwa yang sudah tak
bisa menahan ingin pergi ke toilet berpikir lebih baik mengatakan nanti.
“Ini
sangat penting, Banyak nyawa berbahaya.” Kata Ah Ro
“Aku tak
ada waktu lagi. Mari kita bicara nanti.” Ucap Wi Hwa
Ah Ro pun
memutuskan akan menunggu di dalam. Wi Hwa setuju, Ah Ro akan masuk ke dalam
ruangan tiba-tiba terdengar sesuatu, Wi Hwa kali ini bukan menahan buang air
kecil tapi air besar dan pergi sambil memegang perutnya.
Joo Ki memberikan sebuah obat Diare untuk Wi Hwa,
Wi Hwa duduk di meja kerjanya bertanya apa yang dimaksud banyak Nyawa dalam berbahaya. Ah Ro
menceritakan Ada wabah epidemi di desa
Makmang dan banyak Orang meninggal akibat penyakit tersebut.
“Namun,
tidak ada obat jadi Mereka tidak dapat diobati.” Jelas Ah Ro
“Setiap
kali ada epidemi, para petani mati lebih dulu. Lalu kenapa ?” kata Wi Hwa, Ah
Ro memperlihatkan tanaman obat yang ditemukan dijalan.
“Bukankah
ini bintang adas untuk... batuk dan pilek? Tidak mungkin menemukan hari ini
Dimana kau menemukannya?” kata Joo Ki bingung
“Ini
Tidak ada di ibukota, bahkan dengan bayaran tak bisa ditemukan. Namun, mereka
membusuk di satu tempat.” Ucap Ah Ro
Wi Hwa
bertanya dimana tempatnya, Ah Ro
mengatakan kaalu itu ada di Ruang penyimpanan Young Shil Gong jadi meminta agar
membantunya karena mereka harus menyelamatkan para korban, Wi Hwa pikir dirinya
itu tidak punya kekuatan apapun.
“Aku tak
punya rumah, tanah, atau bahkan perak.” Ucap Wi Hwa merasa bukan orang kaya
layaknya penjabat.
“Apa kau
hanya duduk dan menonton?!” teriak Ah Ro denga mata melotot, Joo Ki dan Wi Hwa
terkejut mendengar Ah Ro yang berteriak marah.
“Kau
harus dapatkan solusi.” Tegas Ah Ro ingin memberikan pelajaran, Wi Hwa heran
dengan Ah Ro yang meminta tolong padanya.
Ah Ro
seperti terus memohon, Joo Ki bertanya apakah
Ah Ro tak ingin menemui kakaknya, Ah Ro kaget bertanya apa yang terjadi
pada kakaknya. Joo Ki menceritakan kalau
Tadi malam, pembunuh datang di Rumah Hwarang jadi mendapatkan sedikit...
Ah Ro panik mendengar ada yang ingin membunuh Moo Myung. Joo Ki pikir keadaan lebih baik karena tidak
luka serius.
Ah Ro
berlari ke tempat Moo Myung dirawat, saat itu Moo Myung memimpikan saat mencium
Ah Ro dan merasakan seseorang menyentuh wajahnya dengan mata terpenjam langsung
menariknya.Tapi ternyata bukan Ah Ro tapi Putri Sook.
Putri
Sook yang berada sangat dekat dengan Moo Myung langsung menciumnya, Ah Ro
melihat dari balik pintu, akhirnya memilih untuk pergi karena shock. Moo Myung
pun kaget melihat ternyata bukan Ah Ro tapi putri Sook dan langsung bangun dari
tempat tidurnya.
“kau
pikir akusiapa...?” kata Putri Sook. Moo Myung mengaku kalau tak berpikir yang
penting.
“Aku
punya tunangan dan tak berencana jadi istri separuh bangsawan Namun... Aku
harus tahu apa ini. Kenapa aku begitu bingung saat melihatmu? Apa ini... perasaanku?”
ucap Putri Sook
“Kedengarannya
seperti aku membingungkanmu. Tapi Tidak perlu, karena Aku akan lupakan baru
saja Anda lakukan.” Tegas Moo Myung
“Aku tak
peduli apa yang kau pikirkan. Aku ingin tahu tentang perasaanku. Ini perintah
dari Putri Silla. Sampai rasa ingin tahu aku puas... maka jangan menjauh. Sampai
aku tak lagi penasaran, kau harus tetap dekat.” Tegas Putri Sook. Moo Myung
seperti tak peduli memilih untuk keluar dari ruangan.
Ah Ro
mondar mandir di depan ruang tabib, dan ingin bersembunyi ketika Moo Myung
datang. Ia akhirnya berpura-pura seperti baru saja datang, keduanya saling
menatap. Moo Myung mengingat saat bertemu dengan Rati Ji So
“Aku
berencana menggunakan Ia, agar kau digunakan juga. Aku tahu Ia punya kekuatan
menggerakkanmu. Jika kau berpura-pura jadi Raja... terus bertindak seperti itu.
Jika kau tak ingin kehilangan adikmu.” Ucap Ratu Ji So mengancam.
“Aku dengar
pembunuh menyelinap ke sini. Apa kau terluka?” ucap Ah Ro khawatir, Moo Myung
dengan sikap dingin mengaku baik-baik saja. Tiba-tiba Ah Ro mengingat saat
Putri Sook yang mencium Moo Myung didepan matanya.
Tapi
akhirnya Ah Ro memilih untuk ingin melihat luka teman kakaknya, tapi Moo Myung
menghindar. Keduanya tiba-tiba terdiam. Moo Myung pikir kalau Ah Ro selesai
bicara maka lebih baik dirinya pergi saja. Ah Ro mengalihkan dengan berkomentar
kalau Cuaca hari ini sangat cerah. Moo
Myung dengan sikap dinginnya memilih untuk pergi lebih dulu.
“Waaaah..
dia mulai lagi. Orang macam apa memainkan perasaan? Aku sudah melalui itu
sebelumnya tapi masih sakit.” Ucap Ah Ro menahan rasa sedihnya.
Ah Ro
pergi ke ruangan dan dikagetkan dengan Putri Sook yang sudah duduk didalam,
dengan wajah sinis bertanya apa tujuanya datang. Putri Sook pikir Ah Ro itu benar bahwa
kakaknya itu ada di rumah Hwarang, yaitu Ji Dwi. Ah Ro kaget karena Putri Sook
tahu bahwa Maek Jong sebagai Ji Dwi adalah seorang raja.
“Sudah
kubilang, kalau tak pantas hanya kau saja yang tahu.” Ungkap Putri Sook sinis
“Apakah
orang lain tahu tentang hal itu?” tanya Ah Ro panik, Putri Sook pikir Ah Ro itu
terlalu serakah. Ah Ro binggung kalau dirinya serakah.
“Kakakmu
bukan Raja dan diserang oleh pembunuh. Namun kau masih ingin menjaga kakakku
juga.” Ucap Putri Sook, Ah Ro binggung menjelaskanya.
“Apa Sun
Woo... bahkan kakakmu? Tapi kau berbeda cara melihat Sun Wo. Aku tahu kalau dia
bukan kakakmu.” Kata Putri Sook menyindir, Ah Ro langsung bertanya apa yang
ingin dikatakanya.
“Di satu
sisi, kau dekat kakakku. Di sisi lain, kau dekat Sun Woo. Apa kau
mempermainkannya?” sindir Putri Sook
Ah Ro
menegaskan kalau Putri Sook yang serakah, yang menginginkan seseorang meskipun pria
itu tidak menyukainya, tapi itu semua
tak terjadi padanya dan Situasi mereka berbeda. Putri Sook melihat Sekarang,
tahu alasan Ratu memilih Ah Ro, menurutnya
Ah Ro sangat menjengkelkan. Ah Ro binggung maksud yang dipilih, Putri
Sook memilih untuk keluar dari ruangan.
So Ho
duduk dengan Yee Wool melihat Ban Ryu yang duduk dengan teman-temanya, Yeo Wool
pikir kalau itu artinya kembali ke masa lalu. Han Sung pikir Ban Ryu telah
kembali ke dirinya yang dulu. Akhirnya So Ho pergi menemui Ban Ryu.
“Di mana
kau semalam?” tanya So Ho, Ban Ryu pikir urusi urusannya sendiri.
“Ada
pembunuh, Sun Woo hampir terbunuh. Dan kami tak menemukanmu sepanjang malam. Apa
itu hanya kebetulan?” kata So Ho curiga
“Aku tak
peduli apa yang kau bayangkan jadi Urusi urusanmu. Aku kehilangan nafsu makanku
karena melihat Anjing Ratu.” Sindir Ban Ryu
“Apa kau
berubah lagi Jadi orang jahat?” ucap So Ho khawatir.
Ban Ryu
memperingatkan kalau Jangan bersikap
seperti temannya. So Ho berharap lebih baik Ban Ryu tak terlibat insiden
itu, tapi kalau memang memang terlibat
maka pasti brengsek, jadi akan
membunuhnya.
Moo Myung
masuk ke dalam ruang makan, semua menatapnya. Teman Ban Ryu membawakan makanan
seperti melayani seorang raja. Moo Myung dengan gugup mengucapkan terimakasih,
semua teman satu kamarnya hanya menatap dengan canggung, Moo Myung merasa tak
enak.
“Karena
pembunuh datang tadi malam. Semua orang percaya kau adalah Raja sekarang.” Ucap
Han Sung, Yeo Wool memukul Han Sung untuk memperingatinya.
“Kau tak
perlu peduli itu lagi.” Kata Yeo Wool, So Ho terlihat kikuk dengan mengunakan
bahasa formal dan menganti ucapan dengan bahasa banmal menanyakan keadaanya.
“Kau tahu
itu aneh juga, 'kan?” kata Moo Myung, So Ho mengetahuinya. Han Sung melayani
Moo Myung memberikan potongan ikan di atas sendoknya.
“Karena
kita bicara tentang itu... Apa Kau sungguh Yang Mulia? Maksudku, beritahu kami
saja, bisa tidak?” bisik Yeo Wool
Tiba-tiba
Moo Myung berdiri dari tempat duduknya, So Ho binggung. Moo Myung merasa tak
selera lalu keluar dari ruang makan. So Ho dan Han Sung menendang Yeo Wool yang
membahas masalah itu.
“Jika
Anda memberiku perintah, Itu akan buatku lebih nyaman.” Kata Wi Hwa memberikan
hormat lalu kembali duduk.
“Perintahku,
Jika aku jadi raja sesungguhnya, maka Aku harus menanggungnya.” Kata Maek Jong,
Wi Hwa membenarkan karena itu yang sebelumnya dikatakan.
“Jika aku
menanggungnya, Apa lagi yang harus aku lakukan?” kata Maek Jong, Wi Hwa
mengatakan Maek Jong harus mendapatkan orang yang ada disisinya.
“Jika aku
raja tanpa wajah maka Aku akan dapatkan orang yang kuat. Seseorang yang kuat.
Apakah Seperti Park Young Shil?” kata Maek Jong
Wi Hwa
membenarkanya, kalau Maek Jong harus mendapatkan Tuan Park maka semua kekuatan
yang dimiliki Tuan Park akan menjadi
miliknya. Maek Jong bertanya apa yang bisa didapatkanya dan bagimana jika tak
bisa mendapatkan, apakah ia harus membunuhnya. Ia seperti ingin menyakin diri,
apakah ia bisa mendapatkanya.
“Anda
akan mendapatkan pembenaran.” Kata Wi Hwa
“Jika aku
tak punya pembenaran.. Apa kau sudah memilih orang lain?” tanya Maek Jong
“Terkadang,
seleksi bukanlah sesuatu yang baik. Tetapi sesuatu yang diputuskan.” ucap Wi
Hwa
Maek Jong
berjalan dan melihat Moo Myung didepanya dan ingin mengambaikanya, Moo Myung
kesal karena bertanya sampai kapan akan berlari dan apakah Maek Jong tak
mengatakan apapun. Maek Jong menyindir rasanya berpura jadi Raja. Moo Myung
langsung memberikan pukulan karena Maek Jongharus tahu bagaimana rasanya, keduanya
akhirnya saling memukul.
“Aku tak
pernah berpura jadi Raja.” Tegas Maek Jong, Moo Myung pikir Maek Jong tak
pernah jadi Raja nyata.
“Jangan
pikir kau tahu segalanya.” Ucap Maek Jong, Moo Myung merasa kalaui juga
melakukan semua yang bisa dilakukan.
“Aku...berjuang
juga.” Tegas Maek Jong,
“Apa itu
kau sebut berjuang? Melarikan diri, bersembunyi, menghindari?!” teriak Moo
Myung marah
“Ini
perjuangan...berharap Silla jadi lebih baik. Perjuangan berharap rakyat Silla, tak
akan mati lagi karena aturan Silla. Perjuangan melindungi rakyat sehingga
mereka tak akan pernah jadi pencuri lagi.” Tegas Maek Jong, Moo Myung terdiam
mendengarnya.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar