So Joon
duduk sendirian kata-kata Do Sik terus teringat dikepalanya agar bisa memiliki
anak. Sampai akhirnya menyadarkan
dirinya kalau sudah gila karena memikirkan hal itu. Akhirnya ia pergi ke dapur, tiba-tiba melihat
Bap Soon yang duduk dan berkata “Beri aku nasi.” Seperti dalam filmnya.
So Joon berusaha
menghindar tapi Ma Rin datang dari arah sebaliknya mengodanya sebagai suaminya
dengan jubah mandinya. Keduanya saling
mengoda So Joon dan So Joon mencoba menyadarkan dirinya agar bisa terhindar
dari Ma Rin.
So Ri
memberikan amplop meminta maaf karena tidak bisa banyak membantu dan hanya
memberikan sedikit. Ma Rin mengucapkan Terima kasih pada temanya, berjanji
segera mengembalikannya dan akan melamar di semua tempat, dengan sibuk menelp
pasfotonya.
“Kau
bilang pria itu Presdir sebuah perusahaan real estate.Bukankah dia lebih kaya
dariku?” kata So Ri , Ma Rin pikir tak ada hubunganya.
“Dia ke
rumahmu dua kali, menurutku itu cinta.” Komentar So Ri, Ma Rin pikir juga
sepert itu tapi mustahil.
“Kau
tidak tahu saja seperti apa dia itu.Dia sangat kaya.Jadi, tidak mungkin dia
menyukaiku. Dan aku rasa, otaknya sedang tidak waras saja.” Ujar Ma Rin
“Walapun Gila
tidak masalah, yang penting dia kaya raya.” Kata So Ri
“Kau jadi
kedengaran seperti Gun Sook sekarang.Aku punya uang dan terkenal saat usia enam
tahun tapi sekarang tidak ada gunanya.Kau harus belajar dari pengalaman.Jika
kau terjebak dalam situasiku, semua jadi sia-sia.” Kata Ma Rin
Ponsel Ma
Rin berdering melihat nama dalam ponselnya membuat enggan mengangkatnya, So Rin menyuruh Ma Rin mengangkat saja karena penasaran,
Ma Rin menolaknya menurutnya untuk apa So Joon meneleponnya, dengan wajah kesal
memilih untuk keluar dari tempat So Ri.
So Ri
akhirnya mengangkat telp Ma Rin, So Joon langsung menanyakan keberadaanya. So
Ri memberitahu kalau ia adalah teman Ma Rin, memberitahu Kalau ingin bertemu datang
saja ke Akademi Piano So Ri di Oksu-dong, mereka akan menunggunya.
So Joon
pergi ke tempat So Ri, didepan gedung terlihat beberapa anak kecil mengejar Ma
Rin dengan memanggilnya “Ahjumma” semua seperti sangat senang dengan Ma
Rin. Ma Rin meminta mereka memanggil
Nuna atau Eonnie, tetap saja anak itu memanggilnya Ahjumma. Soo Joon tersenyum mendengarnya,
teringat kembali kata-kata Ma Rin sebelumnya
“Bukankah
seharusnya kau menahan diri karena aku tidak mengenalmu?” ucap So Jin dan Do
Sik yang menyuruhnya agar memiliki anak karena Kehidupan yang tidak
terprediksi.
Salah seorang anak berteriak memanggil “ayah”
dan berlari pada So Joon, So Joon siap membuka tanganya tapi anak itu berlari
pada pria yang datang dibelakang So Joon.
Ma Rin pun tersadar So Joon ada didepanya, lalu bertanya Bagaimana bisa datang
ke tempatnya. So Joon mengaku kalau juga
tidak mengerti kenapa datang. Ma Rin pikir kalau So Joon itu menguntitnya.
“Kau
bilang menguntitmu? Temanmu yang menyuruhku...” ucap So Joon
“Aku yang
meminta dia datang.” Ungkap So Ri akhirnya datang, So Joon pikir Ma Rin bisa
mendengarnya.
Ma Rin
akhirnya menyuruh So Joon mengikutinya agar mengajaknya makan, So Joon pun
mengucapkan terimakasih. So Ri menatap So Joon merasa kalau pernah melihat So
Joon sebelumnya, lalu teringat saat di Pernikahan Gun Sook sebagai Presdir.
So Joon
duduk dalam restoran menatap keluarga yang makan bersama, Ma Rin heran melihat
tatapan So Joon, Soo Joon mengalihkan
dengan mengajak Ma Rin makan saja.
Ma Rin mengaku Meskipun temannya yang memberitahu, aneh sekali So Joon yang benar-benar datang
menurutnya pasti punya penyakit kambuhan sebagai penguntit dan Lalu, terakhir
kaliberteriak seperti Emosinya bermasalah, berpikir kalau “bipolar”
“Apa kau
perlu ke rumah sakit bersama?” ucap Ma Rin,
“Kurasa,
kau lebih membutuhkan penanganan psikiater
dibanding aku” ejek So Joon
“Apakah...sedang
ada masalah dengan perusahaan atau warisanmu? Kau pasti Tahu, seperti di drama
TV itu dan tidak kelihatan seperti pekerja keras Apa Kau main kotor untuk
mempertahankan posisi Presdir? Jadi, sekarang kau stres karenanya?”kata Ma Rin,
So Joon pun tak percaya So Jin bisa mengetahuinya.
“Belakangan
ini seperti itulah kondisiku.” Akui So Joon, Ma Rin merasa kalau sudah menduga
dan pasti itu alasannya.
“Apa Kau
pikir hanya soal perusahaan yang menggangguku?” kata So Joon mengoda, Ma Rin
menduga kalau itu ibu So Joon, tapi akhirnya memutusakan tidak boleh ikut
campur soal keluarga.
“Tidak
ada masalah serius dalam keluargaku. Tapi Ambisi lebih berbahaya daripada
hubungan darah.” Jelas So Joon.
“Apa
ibumu tipe yang akan menyiram air pada kekasihmu lalu memberi uang agar dia
menyingkir?” tanya Ma Rin yang selalu menonton drama
So Joon
memutuskan tidak mau membicarakannya lebih jauh. Ma Rin bisa mengerti sekarang
alasanmu memberontak Jadi, Soo Joon sedang memberontak sekarang ini. So Joon
hanya bisa menahan tawa, Ma Rin hanya bisa melihat kalau So Joon pasti sempat sulit tertawa,
tapi tak mengerti harus melakukan apapun.
“Kau tidak kelihatan terlalu licik dan tampak sangat
manusiawi. Jadi, kenapa tidak kau bayar saja udon ini?” kata Ma Rin lalu
beranjak pergi, So Joon binggung kemana Ma Rin akan pergi. Ma Rin menegaskan Aku tidak penasaran lagi
tentang So Joon.
Ma Rin
sudah bisa menduga kalau saat ada yang aneh,
pasti ada akar masalahnya. So Joon mengejarnya merasa mengeluh kalau pergi
begitu saja setelah menanyainya padahal sudah
jauh-jauh datang kemari. Ma Rin meminta agar menganggapnya sebagai hutang
jadi melupakan semuanya.
“Kau
harus menyadarkan dirimu! Aku harap kau akan berguna untuk negara ini.” Kata Ma
Rin, So Joon menarik tas Ma Rin karena belum selesai bicara. Tas Ma Rin
akhirnya jatuh dan membuat semua foto berjatuhan. So Joon pun hanya meminta maaf dengan meminta
agar penjalan kaki tidak menginjaknya karena wajah manusia.
“Kau
harus mengumpulkan semuanya. Aku tidak ingin wajahku beterbangan di jalanan.”
Perintah Ma Rin, So Joon pun membantu Ma Rin mengumpulkan foto yang berserakan.
“Kenapa
kau bawa banyak sekali foto? Apa untuk lamaran kerja?” tanya So Joon, Ma
Rin pikir itu Bukan urusan So Joon .
“Aku membaca
artikel tentangmu dalam kecelakaan Stasiun Namyeong. Apa Kau mengenal salah
satu korban? Apa Ingat seseorang yang secara ajaib selamat bersamamu?” tanya So
Joon, Ma Rin heran So Joon menanyakan hal itu
“Aku
hanya ingin tahu saja dan terpikir soal itu setelah membaca artikelnya.” Ungkap
So Joon mencari alasan
“Aku Tidak
ingat, keadaannya sangat kacau saat itu dan be harap dia hidup dengan baik.”
Kata Ma Rin
“Dia sangat
beruntung bisa selamat. Aku yakin dia hidup dengan baik.” Komentar So Joon
“Aku akan
senang jika memang begitu, meski kurasa
tidak mudah. Aku harap dia tidak merasa bersalah.” Kata Ma Rin
So Joon
binggung kenapa merasa bersalah, Ma Rin
pikir So Joon tidak akan mengerti meski dijelaskan, menurutnya Orang bilang
beruntung bisa selamat Tapi mereka tidak tahu perasaan bersalah yang dimilikinya,
menurutnya menyenangkan kalau bisa bertemu orang itu sekali lagi jadi bisa saling menghibur.
“Bagaimana
caramu menghibur dia?” tanya So Joon, Ma Rin pikir tak harus mengatakan
padanya.
“Aku hanya
akan lakukan di depan dia.” Tegas Ma Rin, So Joon terdia menatap pasfoto milik
Ma Rin
“Kenapa
kau menatapi fotoku begitu? Dan kau.. tahu sebelum artikel itu dirilis. Soal
kecelakaan itu... Bagaimana kau bisa tahu?” kata Ma Rin
“Bukankah
aku sudah menceritakan tentang keluargaku padamu? Sekretarisku menceritakan
tentangmu padaku.” Ungkap So Joon
“Apa yang
harus kita lakukan? Apa Orang tuamu tahu tentangku? Apa mereka mengawasi kita?”
ucap Ma Rin panik mencari mungkin ada orang yang melihatnya.
So Joon
menyuruh agar Ma Rin jangan berlebihan lalu meminta satu fotonya, Ma Rin ingin
mengambilnya karnea untuk apa menyimpan fotonya. So Joon mengaku akan membawanya
pulang dan menatapnya, menurutnya wajah Ma Rin agar bisa memahaminya, karena terlihat...
imut. Ma Rin hanya diam membiarkan So Joon yang mengambil fotonya.
Ki Doong
dan So Joon sibuk dengan ponselnya, Se Young yang duduk bersama mengeluh dua
temanya diperbudak ponsel dan harus menelpnya kalau tingkahanya seperti
ini. So Joon mengaku kalau datang
karena Ki Doong meneleponnya dan sedang melakukan sesuatu yang penting. Ki
Doong langsung mengambil ponsel So Joon menurutnya bicara itu lebih penting.
“Haruskah
aku... coba kalian pikirkan kalau aku sudah menikah. Bagaimana menurut kalian?” tanya So Joon
“Malang
sekali wanitanya. Kenapa Dia harus hidup dengan seseorang yang hanya peduli
dengan diri sendiri sepertimu?” komentar
Se Young, So Joon mengelaknya.
“Berkencan
sajalah dulu!” saran Se Young, So Joon mengeluh kalau sebelumnya tidak pernah terpikir soal
pernikahan. Ki Doong pun menyuruh So Joon kalau jangan menikah.
“Ya, kau ‘kan
tidak akan mati meski tidak menikah. Lalu Ada apa sebenarnya?” tanya Se Young
curiga.
So Joon
tak ingin membahasnya meminta pada Ki Doong yang diminta sebelumnya. Ki Doong
memberikan sebuah kamera untuk fotografer pro, tapi kenapa temanya itu
membutuhkannya, So Jon menyuruh mereka makan saja dan pamit pergi. Ki Doong memangil So Joon kalau ponselnya
yang tertinggal.
“Apakah
terjadi sesuatu padanya?” tanya Se Young, Ki Doong mengaku tak tahu
“Apa Dia
sungguh berkencan dengan seseorang?” tanya Se Young, Ki Doong juga tak tahu, Se
Young mengeluh kalau Ki Doong yang tak tahu apapun.
Ma Rin
pergi ke tempat tragedi ledakan, teringat kembali pertanyaan So Joon sebelumnya
“ApaKau ingat orang yang secara ajaib selamat dari kecelakaan bersamamu?”
“Karena
aku selamat dari kecelakaan itu...aku masih saja diberi ucapan selamat meski sudah tujuh tahun berlalu. Maafkan
aku.” Gumam Ma Rin lalu berdoa didepan para korban.
Ma Rin
keluar dari rumah dikejutan dengan ada sebuah tas dan isinya adalah kamera,
matanya mencari-cari siapa yang mengirimkanya, lalu berpikir kalau Langit yang
mengirimkannya. Sebuah note tertulis didalamnya “ini Hadiah - Dari cowok pemberontak yang
kaya raya.” Ma Rin sudah mengetahui siapa yang memberikan padanya.
So Joon
sedang bersama Ki Doong dalam ruangan, Ki Doong bertanya apakah So Joon sudah memeriksa
apakah tidak masalah membeli lahan lebih
banyak di distrik Sobeol. So Joon mengaku belum. Ki Doong mengeluh padahal sudah
mengatakannya padamu beberapa waktu lalu.
“Presdir
harus tanda tangan agar Direktur Investasi bisa mulai bergerak.” Kata Ki Doong,
So Joon menganguk mengerti dan memberitahu kalau ia sedang bekerja. Ki Doong
binggung melihat peta yang diwarna lalu bertanya apa itu. So Joon dengan bangga
kalau itu sapi.
Saat itu
ponsel So Joon berbunyi “Terima kasih untuk kameranya, tapi berat menerimanya. Akan
kukembalikan. Dimana kau sekarang?” Senyuman So Joon terlihat
setelah membacanya. Sementara Ki Doong tak percaya kalau So Joon bisa menggambar
kepala sapi di atas peta.
“Aku sedang bekerja. Itu hanya hadiah kecil dari bocah kaya rasa
sepertiku. Terima saja.Kamera itu tidak salah, kan?” Balas So
Joon
So Joon
akhirnya berdiri merasa kalau bekerja terlalu keras hari ini dan membahas
masalah L Group mengincar Distrik Sobeol, lalu pergi keluar dari ruangan. Ki
Doong hanya bisa melonggo.
Ma Rin
pergi ke gedung So Joon berpikirkalau Kameranya memang tidak bersalah, lalu
berjalan mundur. Tapi akhirnya menyakin kalau harganya terlalu mahal, Jadi kameranya
bersalah. Akhirnya Ma Rin masuk melihat gedung yang besar berpikir kalau itu
milik orang tua So Joon.
Saat itu
So Joon berjalan keluar gedung, Ma Rin akhirnya mengejar So Joon yang menerima
kunci dari valley. So Joon yang melihat Ma Rin heran karena datang ke
kantornya, Ma Rin mengatakan kalau datang untuk mengembalikannya. Diam-diam
Tuan Kim dan Sek Hwang melihat dari balik dingin. So Joon pikir kalau menyuruh
Ma Rin agar mengambilnya.
“Kudengar
kameramu rusak saat di kantor polisi.” Kata So Joon, Ma Rin pikir akan
mengurusnya sendiri.
“Banyak
sekali orang di sini. Sebaiknya kau pergi,
kecuali memang ingin buat keributan. Kau bisa diseret pada Ibuku kalau seperti
itu. Kau tahu, kan? Disiram air, lalu
diberi amplop uang.” Ucap So Joon mengoda masuk ke dalam mobil.
“Memang
kau itu Raja, dasar!! Aku tidak takut, Mungkin buatmu tidak mahal, tapi bagiku sangat mahal!” ucap Ma Rin
menaruh tas ke dalam mobil dan membawa tas cameranya.
So Joon
binggung Ma Rin malah meninggalkan tasnya dalam mobil, Ma Rin berusaha untuk
largi karena sudah melakukan hal benar dengan mengembalikan kameranya karena
harganya mahal, tapi beberapa saat kemudian tersadar kalau salah menaruh
tasnya, dan melihat mobil So Joon sudah pergi meninggalkan gedung. Akhirnya ia
pun mengejar So Joon dengan naik taksi.
“Ada
hubungan apa mereka? Aneh sekali.” Ucap Tuan Kim sedari tadi melihat keduanya.
“Dia Bap
Soon...maksud saya, teman isteri Anda yang datang waktu pernikahan.”kata Sek
Hwang, Tuan Kim membenarkan dan penasaran hubungan keduanya.
Ma Rin
mencoba menelp tapi ponsel So Joon tak aktif, So Joon pergi ke bagian parkiran
lalu pergi ke stasiun Subway. Ma Rin melihat dari seberang jalan mengikuti So
Joon karena meninggalkan mobilnya dan naik subway. Ia pun bisa menemukan So
Joon dalam gerbong kereta dengan senyuman.
Sementara
So Joon senyum sendirian, lalu menyadarkan diri kalau tak boleh tersenyum terus
tapi menurutnya memang saatnya untuk tersenyum. Keduanya saling menatap,
tiba-tiba ingatan Ma Rin kembali datang saat menegur So Joon yang mengambil
foto dari ponselnya.
Ia pun
mengingat pertanyaan So Joon sebelumnya “Apa kau sungguh korban selamat dari
kecelakaan Stasiun Namyeong saat itu? Apa Kau ingat lelaki yang secara ajaib
selamat bersamamu?” keduanya saling menatap sampai akhirnya lampu di kereta
mati dan Ma Rin langsung memalingkan wajahnya karena shock.
So Joon
hanya diam menatapnya, setelah menenangkan diri Ma Rin membalikan badanya dan
So Joon sudah tak ada ditempatnya berdiri, So Joon sudah pindah di kereta masa
depan dengan penumpang yang banyak.
Sek Hwang
merasa terharu karena Gun Sook yang mengundang datang kemari, menurutnya Ini rumah pengantin baru paling
mewah yang pernah dilihat. Ia pikir Seumur hidup kalau rumah Gun Sook ini benar-benar yang
terbaik, lalu bertanya apakah Apakah ada sesuatu di dapur berantakan.
“Airnya
tidak keluar. Perbaikilah!” ucap Gun Sook, Sek Hwang memastikan kalau Gun Soo memanggilnya
itu untuk memperbaikinya.
“Bukankah
itu tugas Sekretaris?Aku berharap punya Sekretaris sepertimu juga, Sekretaris
Hwang.” Kata Gun Sook lalu sibuk dengan ponselnya, Sek Hwang pun membuka jasnya
mulai memperbaiki saluran air.
Gun Sook
menelp So Ri dengan memberitahu agar bisa mendengar suara anginnya. So Ri sedang membuka tempat
lesnya pikir sudah tahu kalau Gun Woo itu di Hawai. Gun Sook dengan bangag
memberitahu kalau Lautnya cerah dan jernih sampai bisa melihat ikan di
dalamnya, serta ombaknya....
“Kenapa
kau terus menelepon selama bulan madu? Kau begitu ingin pamer. Tapi Aku tidak
yakin harus memberitahumu atau tidak. Ma Rin sedang berkencan dengan seseorang.”
Kata So Ri, Gun Sook terlihat tak percaya
“Aku baru
akan memperkenalkan dia pada Sekretaris Hwang. Siapa dan apa pekerjaannya?”
kata Gun Sook, Sek Hwang terus mendengar namanya disebut.
“Oh, aku
tidak tahu harus memberitahumu.” Kata So Ri, Gun Sook pikir bisa menebak dan
Pasti sulit mengatakannya dengan berpikir kalau pria itu yang sudah menikah
“Hei!
Apakah Presdir My Rich sudah menikah Presdir perusahaan suamimu yang sedang
berkencan dengan dia.”kata So Ri, Gun Won pikir para binatan juga tak mungkin
tertipu lalu menutup telpnya.
Gun Sook
tak percaya si Bap Soon kencan dengan orang yang lebih kata, Sek Hwang
menceritakan Pagi tadi, saya memang melihat wanita itu bertemu Presdir. Gun
Sook ingin tahu siapa yang dimaksud. Sek Hwang memberitahu kalau yang dimaksud Bap
Soon.
“Saya
tidak tahu untuk apa, tapi dia memang bersama Presdir.Mereka terlihat dekat.”
Cerita Sek Hwang
“Apa kau
yakin itu Bap Soon?” tanya Gun Sook tak percaya, Sek Hwang yakin kalau itu Bap
Soon.
“Bukan
tetangga bernama Bap Soon, tapi...Bap Soon yang selalu bilang, "Beri aku
nasi..." itu?”kata Gun Sook benar-benar tak percaya,
Ma Rin
duduk distasiun bertanya-tanya Kenapa sampai tidak mengenali So Joon, dengan
menatap gambar So Joon saat dirinya mabuk. Sementara So Joon duduk dikursi yang
sama di masa depan lalu mengambil ponsel yang disembunyikan dan kaget melihat
waktunya[25 Maret 2019, Hari Kejadian]
“Ini
Harinya! Ini hari terakhirku. Kenapa aku bisa kemari?” gumam So Joon kesal
Akhirnya
So Joon keluar dari subway, menelp dirinya dimasa depan keberadanya. So Joon
Seperti tak mengenali suara dirinya sendiri dimasa lalu. So Joon kesal kalau
tak mengenali suaranya sendiri. So Joon dimasa depan memberitahu kalau sedang mengemudi.
“Apa
Sudah temukan jalan keluar?” tanya So Joon, So Joon masa depan pikir tidak ada
jalan keluar. So Joon berteriak kaget.
“Lalu Apa
kau malah mengemudi sekarang? Kau ini Sudah gila, Apa kau Tidak tahu hari ini?
Dimana kau sekarang?” tanya So Joon
“Kau
harus kembali sekarang. Jika aku mati, kau juga dalam bahaya.” Kata Soo Joon
masa depan
“Kunci
saja diri di rumah, atau pergi mendaki
gunung yang jauh.” Kata So Joon
So Joon
dimasa depan mengaku tidak ingin menjalani saat terakhirnya seperti itu. So
Joon makin kesal seperti So Joon dimasa depan pasrah kalau hari ini adalah hari
terakhir.
“Aku
sedang menuju Stasiun Namyang dan ingin menaikin subway untuk terakhir kalinya.”
Kata So Joon masa depan, So Joon meminta agar dirinya dimasa depan berhentilah
menyebut kata "terakhir!"
Ia merasa
kalau dirinya dimasa depan bukan seperti dimasa sekarang karena tak pernah menjadi
pencundang seperti ini.
Ma Rin
berada diseberang jalan, So Joon dimasa depan hanya bisa menangis menatap Ma
Rin. So Joon berteriak memanggil dirinya dimasa depan. So Joon pikir sekarang
untuk coba membuat hubungan dengan Ma Rin berhasil. Saat itu kecelakaan
beruntun pun terjadi ditengah jalan. So Joon dimasa sekarang mencoba mencari
dirinya dan melihat mobil polisi dan ambulance pergi ke arah jalan.
Akhirnya
So Joon melihat dirinya yang dibawa ke ambulance dan juga Ma Ri dibawa oleh
tandu. Ma Rin seperti masih setengah sadar mengaku sangat takut dan meminta
agar tak pergi. So Joon pikir Ma Rin mungkin tidak tahu kalau sebelumnya pernah
sekali menyelamatkannya jadi Jangan mencemaskanya. Ma Rin segara dibawa ke
dalam ambulance.
“Aku...
akan....menyelamatkanmu.” ucap So Joon lalu bergegas pergi.
Ma Rin
yang menunggu distasiun merasa sangat gugup, akhirnya mengirimkan pesan pada So
Joon “Kita
bertemu saat insiden Stasiun Namyeong. Aku akhirnya mengingatnya. Apa Kau ingin
bertemu sekarang? Aku tunggu di Stasiun Namyeong. Suasana hatiku sangat baik
sekarang. Karena...Karena, tidak peduli siapa pun kau.. aku senang kau
selamat.”
So Joon
berusaha berlari ke stasiun Subway, tapi kereta yang ingin dinaikinya sudah
pergi, teringat kembali ucapan Do Sik 25 Maret 2019 pukul 9.15 malam adalah
Waktu kematian So Joon, apabila So Joon di
masa depan mati maka tidak tahu yang akan terjadi pada So Joon juga. So Joon
panik melihat jam sudak pukal 9.14 lalu terlihat langsung menghilang
“Karena
hari itu kita selamat bersama.”Aku selalu bersyukur. Karena bukan hanya aku
yang selamat. Aku senang bertemu lagi denganmu.”
Ma Rin
menunggu didepan pintu subway, terlihat sangat bahagia menunggu kedatangan So
Joon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar