PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 07 Februari 2017

Sinopsis Hwarang Episode 15 Part 2

PS : All images credit and content copyright : KBS

Woo Reuk membawa Tuan Ahn ke rumah tempat Mak Moon dan Moo Myung  hidup, karena tak memiliki nama mereka memanggilnya Moo Myung dan juga Selanjutnya semua orang memanggilanya Anjing Burung. Tuan Ah melihat depan rumah.
“Tadi,kau mengatakan aku membuka pintu gerbang nasib.Apa maksudnya?” kata Tuan Ahn, Woo Reuk seperti tak sadar kalau  mengatakan itu?
“Tidak ada kebetulan di dunia ini. Kenapa dari semua orang, aku yang membesarkan putraku dan anak itu?” kata Woo Reuk. Tuan Ahn tak mengerti maksudnya.
“Lalu Menurutmu siapa...anak itu?”ucap Woo Reuk memikirkanya. Tuan Ahn seperti menebak-nebak jawabanya. 


Pangeran Chang merasa sudah cukup dan berhenti memukulnya, Moo Myung menariknya merasa belum berakhir dan langsung memukulnya kembali.  Keduanya kembali berkelahi, kali ini Moo Myung yang memukul Pangeran Chang berkali-kali. Pangeran Chang yang terbaring, mengingat saat Moo Myung melempar dadu hasilnya adalah angka 6 kembar.
Moo Myung berteriak histeris meluapkan amarahnya, semua hanya bisa menatap sedih sampai Ah Ro mengalirkan matanya. Pangeran Chang masih terbaring, Moo Myung sudah berdiri dengan mengarahkan pedang di lehernya.
“Akui... kekalahanmu dan Tepati janjimu.” Ucap Moo Myung.  Pangeran Chang pun dibantu Jendral dan pengawal untuk berdiri.

“Dengan kejadian ini, aku tidak akan berperang dengan Silla. Dan Juga aku akan membebaskan Putri Silla dan para delegasi” kata Pangeran Chang, Moo Myung kaget mendengarnya.
“Bagaimana dengan para rakyat?Apa yang akan terjadi dengan rakyat di sini?” kata Moo Myung marah
“Mereka tidak ada sangkutannya dengan kejadian ini.Karena mereka adalah kriminal  yang mencuri barang di Buyeo Selatan, jadi mereka harus membayarnya dengan hidup mereka.” Ucap Pangeran Chang

Moo Myung terlihat sangat marah, Pangeran Chang menyuruh pengawal agar para rakyat ke dalam penjara. Ah Ro menatap sedih karena harus kembali di penjara sementara Moo Myung dkk sudah bebas. 

Ban Ryu dan Soo Ho datang ke tempat Putri Sook untuk mengajak pergi. Putri Sook seperti merasa ragu kalau mereka harus pergi sekarang. So Ho pikir mereka tidak tahu kapan Putra Mahkota akan mengubah pikirannya jadi harus segera pergi.
“Tapi, dimana 2 Hwarang lainnya?” tanya Putri Sook binggung, Ban Ryu dan Soo Ho hanya bisa saling berpandangan.
Moo Myung berusaha masuk ke bagian penjara untuk para rakyat jelata, saat itu Maek Jong juga datang dengan mengatakan kala Moo Myung tak boleh berfikir membawanya keluar sendirian. Moo Myung menyuruh Maek Jong untuk mengurus urusanya sendiri. Maek Jong menyuruh agar Moo Myung menyerahlah karena Saat dirinya tertangkap mencarinya oleh Putra Mahkota, maka ia yang akan mati lebih dulu. Moo Myung pun bertanya apa yang akan dilakukanya. 

Putri Sook pergi ke tempat raja, Jenderal keluar menemuinya memberitahu kalau Putra Makota tidak sehat, maka tidak akan bisa mengantarnya dan meminta pengeritianya. Putri Sook meminta agar mengatakan pada Pangeran Chang
“Bahwa kami senang tentang perdamian diantara negara kita dan melanjutkan persekutuan.” Ucap Putri Sook. Jenderal mengatakan akan menyampaikannya.
Empat Hwarang pun memberikan jalan pada Putri Sook untuk segera keluar dari istana. Maek Jong dan Moo Myung saling menatap.

Ah Ro dan rakyat lainya masih ada didalam penjara. Pria itu menyindir Ah Ro yang percaya pada Moo Myung, menurutnya pria itu adalah seseorang yang akan membiarkan mereka mat bahkan semua melarikan diri.  Dengan nada marah meminta Ah Ro mengatakan sesuatu, apa yang akan dilakukanya sekarang.
“Kenapa kau seperti in? Ada apa denganmu nona muda?” ucap seorang ibu membela Ah Ro.
“Apa maksudmu dia tidak melakukan kesalahan? Dia tidak seharusnya membuat kita berharap! Atau menyia-nyiakan harapan. Karena kau... berada disini seperti di neraka!” teriak si pria menyalahkan Ah Ro.
“Ini adalah kelaparan sampai mati. Lebih baik aku menjadi yang ikut terpenggal. Mereka tidak perlu khawatir tentang lapar dan kematian.” Ucap pria lainya.
“Tetap saja, jangan berhenti berharap. Bahkan jika kita akan mati, menunggu danmati tanpa harapan, bukan sesautu yang harus dilakukan. Jika kalian hidup, lakukan apa yang kalian bisa. Yang bisa kita lakukan saat ini adalah bersiap.” Tegas Ah Ro
Semua bertanya apa yang dimaksudnya bersiap.  Ah Ro menegaskan kalau mereka harus Bersiap untuk melarikan diri saat ada kesempatan dan Bersiap untuk hidup dengan baik lagi saat mereka kembali ke rumah, serta Bersiap untuk bahagia lagi. Menurutnya walaupun mereka harus mati  tetap jangan tinggalkan harapan. Semua pun terdiam seperti sangat menyentuh hati perkataan Ah Ro. 

Moo Myung dan Maek Jong akhirnya kembali ke bagian istana dengan mengendap-ngedap dan memukul para pengawal. Maek Jong melihat ada 4 penjari di pintu masuk selatan, dan 4 di utara kalau mereka  akan membebaskan tahanan semua, yang harus dilakukan dengan tersembunyi.
“Kita tidak bisa terjebak di penjara yang kosong untuk waktu yang lama. Tapi, apa kau akan baik-baik saja dengan keadaan seperti itu?” kata Maek Jong, Moo Myung tak peduli menyuruh mereka segera bergegas.
Keduanya melawan satu persatu tentara yang sedang berjaga malam sampai didepan penjara para rakyat. Maek Jong melepaskan gembok penjara menyuruh semua keluar, Moo Myung memastikan Ah Ro masih ada didalam dan langsung keluar lebih dulu dari penjara.
Ah Ro sempat diam seperti masih shock, Maek Jong yang melihatnya langsung menarik Ah Ro untuk segera keluar. Moo Myung didepan sebagai pengawal didepan untuk para rakyat dan Maek Jong dibagian belakang. Tapi baru keluar dari penjara, pengawal sudah menghadang mereka, Maek Jong mencari arah jalan sebaliknya, ternyata Jenderal sudah menunggunya. 

“Putra Mahkota Buyeo Selatan sangat bertoleransi mengirim utusan Silla kembali. Bagaimana bisa kau melakukan sesuatu yang sangat tidak bermoral?” ucap Jenderal
“Kita kesini untuk membuat perdamaian, tapi Putra Mahkotamu memenjarakan kami dan memperlakukan kami dengan buruk.
Jika Buyeo Selatan tidak ingin perang dengan Silla, kau harus menghentikan ini. Dengan tujuan untuk menunjukkan padamu bahwa negara kami damai, kami akan mengambil rakyat kami kembali.” Tegas Maek Jong melawan.
Jenderal mengerti kalau Maek Jong akan mengubur tulang di tanah Buyeo Selatan lalu menarik pedangnya. Ah Ro mengingatkan Maek Jong agar jangan berbicara tak sopan.  Maek Jong pikir mereka tidak akan berhasil. Jenderal memperingatakan anak buahnya agar segera membunuh mereka.

Maek Jong dan Moo Myung berusaha melawan semua pengawal, tiba-tiba Ban Ryu dan Soo Ho datang membantu. Moo Myung memberikan perintah agar keduanya membawa para rakyat ke pintu gerbang Selatan dan mereka berdua agar tetap mengurus semua pengawal. Mereka pun bergegas keluar dari istana membawa para rakyat dan tak beberapa lama kemudian, Moo Myung dan Maek Jong pun ikut keluar.
Pangeran Chang seperti baru saja menerima perawat dibagian lenganya. Jenderal masuk memberitahu kalau sudah membiarkan mereka pergi seperti yang diperintahkan. Pangeran Chang dengan wajah bengisnya mengatakan kalau mereka akan mulai berburu dan membiarkan pemburu Buyeo Selatan menangkap satu-satunya hewan buas di hutan.


Semua berjalan sampai ke perbatasan, empat hwarang menaiki kuda dan para rakyat berlari. Sampai di tengah ilalang semua rakyat berteriak bahagia karena mereka semua akhirnya masih hidup.  Tiba-tiba saat itu juga sebuah panah menusuk ke salah satu rakyat.
Empat hwarang kaget melihat Pangeran Chang, Jenderal dan tentara tak jauh dari mereka melepaskan panahnya. Moo Myung langsung berteriak agar mereka segera menyebar. Pangeran Chang mengambil busur panah dan siap melepaskan ke arah Moo Myung.
Moo Myung hanya diam seperti membiarkan dirinya mati, Soo Ho yang melihatnya langsung bergerak dengan kudanya untuk melindungi dan bagian punggungnya terkena panah. Ban Ryu langsung turun memastikan keadaan Soo Ho. Pangeran Chang merasa kalau itu Memalukan, karena seseorang terkena panah.
Jendral memberitahu  mereka terlalu dekat dengan perbatasan Silla. Pangeran Chang pikir akan mengakhiri perburuan ini lalu memacu kudanya, tapi para tentara melepaskan semua panah memburu para rakyat. Ah Ro panik melihat si ibu yang terkena panah, si wanita meminta pada Ah Ro tentang anaknya dan langsung meninggal seketika. Mereka semua akhirnya sampai di tepat di perbatasan Silla.


“Alih-alih harimau, bukankah tikus ini terjebak dalam perangkap? Hei... Jin Heung! Tidakkah menurutmu kita harus menyelesaikan permaianan ini?” ucap Pangeran Chang.
“Aku rasa aku menang. Apa kau tipe orang yang gigih?” ucap Moo Myung menyahut.
“Aku mengatakan kita harus berperang dengan benar. Kemenangan hari itu meninggalkan banyak keinginan.” Kata Pangeran Chang
“Lalu kau dan aku... akan bertarung satu lawan satu!” ajak Moo Myung
Pangeran Chang menolak menurutnya kali ini akan menjadi perang karena kehilangan keinginan untuk membiarkan mereka semua kembali dengan hidup. Moo Myung menegakankalau semua rakyat Silla tidak meragukanya, maka sebagai raja tak mungkin bisa membiarkan mereka mati?

“Bukankah kau mengatakan bahwa mereka tidak ada kaitannya dengan pertarungan kita? Dan Juga, dia yang menghancurkan pencara untuk membebaskan kriminal yang mencuri barang dari Buyeo Selatan, bagaimana aku bisa membiarkan mereka hidup?” kata Pangeran Chang
“Jika kau ingin mencobanya, majulah! Aku akan menghalangi segalanya!” kata Moo Myung menarik pedangnya.
“Apa Kau ingin mengambilnya sampai akhir?” kata Pangeran Chang lalu memerintahkan agar Jenderal mulai membidik. 

Saat itu tiba-tiba beberapa panah menusuk ke arah pengawal, Moo Myung dan Maek Jong dibuat binggung, terlihat dibagian belakang semua anggota Hwarang datang dengan bendera dan juga Wi Hwa dengan kudanya. Pangeran Chang yang melihat banyak orang datang, bertanya siapa mereka. Jenderal memberitahu kalau mereka semua adalah Hwarang.
“Sepertinya aku muncul di waktu yang tepat. Untuk melepaskanmu sebagai Hwrang, kau berada dikeadaan yang mengerikan. Lebih dari itu, aku bangga bahwa kalian adalah Hwarangku.” Ungkap Wi Hwa pada empat hwarang sebagai utusan
“Aku tidak tahu siapa kau, tapi saat ini kau berada di tanah Silla. Sepertinya kau kehilangan arah saat sedang berburu. Kau sangat dekat membuat kesalahan untuk mulai berperang. Bukankah kau Putra Mahkota Buyeo Selatan, Chang, yang mengejar-ngejar delegasi perdamaian kami yang tidak dilengkapi dengan pasukan?” sindir Wi Hwa pada Pangeran Chang,


“Jika kau bukan ini dan itu, kau terlihat seperti sekelompok perampok. Apa yang akan kau lakukan? Kenapa kau tidak mengamati ketrampilan Hwarang kami sebelum pergi?” ucap Wi Hwa menantang Pangeran Chang yang hanya diam saja. Semua Hwarang siap melawan dengan panahnya.
“Kenapa kita tidak kembali, aku rasa ini bukan waktu yang tepat.” Ucap Jenderal. Pangeran Chang menatap Hwarang dan sedikit mendekat dengan kudanya.
“Aku terlalu asyik berburu harimau sampai melewati perbatasan. Tolong bermurah hati untuk memaafkanku. Jika itu masalahnya... Hari ini, aku membiarkanmu dengan hutang. Tapi lainkali kita akan bertemu lagi, Pada saat itu, kita harus menyelesaikannya, Jin Heung.” Kata Pangeran Chang lalu memacu kudanya dan pergi. Semua Rakyat dan Hwarang tersenyum bahagia karena bisa bahagia. 

Ratu Ji Soo terlihat kaget, Kim Seob memberikan selamata karena itu  semuanya seperti yang kau harapkan Yang Mulia. Ratu Ji Soo memastiakn kalau semua sungguh selamat. Kim Seob membenarkan.
“Tapi apakah Hwarang itu sungguh Yang Mulia Raja? Diantara rakyat, beredar rumor bahwa Sun Woo adalah Raja.Raja sesungguhnya yang akan menguatkan Silla.” Kata Kim Seob. Ratu hanya diam saja. 

Tiba-tiba di tempat Woo Reuk seperti terkena sebuah wabah penyakit sampai dengan muntah-muntah. Tuan Ahn seperti masih shock hanya duduk diam, Woo Reuk menegurnya kalau keadaaanya tidak ada yang bagus sekrang. Tuan Ahn pun memeriksa semua orang yang tergeletak.
“Kita tidak dapat menangani penyakit, butuh banyak obat-obatan.” Kata Tuan Ahn
“ Obat epidemik juga sudah habis di ibu kota.” Kata Woo Reuk, Tuan Ahn mulai berpikir. 

Tuan Park pun menerima laporan kalau mereka semua kembali dengan selamat. Do Woo berlutut meminta maaf karena semua Hwarang bahkan menyelamatkan semua rakyat yang tertangkap di Baekje dan melewati perbatasan. Tuan Park merasa kalau ini bukan sesuatu yang diharapkan. 

Semua hwarang makan malam bersama, So Ho dengan bangga mengatakan kalau luka yang didapatnya adalah luka terhormat menurutnya Dengan sesuatu yang sepele ini, jika sebagai pria harus menahannya. Joo Ki melihat semua hwarang kebinggungan.
“Sebenarnya apa yang mereka lakukan sampai memiliki nafsu makan yang besar seperti itu? Bagaimana akan membuat keuntungan? “ keluh Joo Ki 

Maek Jong duduk diam lalu teringat dengan ungkapan Moo Myung yang mengaku sebagai Raja Silla. Matanya lalu melihat Moo Myung dan Ah Ro yang bertemu didepanya, keduanya saling menatap.
“Pada titik untuk marah. Aku ingin memelukmu.”akui Moo Myung, Ah Ro menanyakan luka Moo Myung karena khawatir agar bisa melihatnya. Moo Myung langsung memeluknya.
“Maafkan aku... telah menghindarimu.” Ungkap Moo Myung, Ah Ro tahu itu untuk melindunginya.
“Aku kira aku akan mati, saat menahan keinginanku untuk berlari kearahmu.ku tidak tahu apa yang harus aku katakan di situasi ini.” Kata Moo Myung keduanya saling menatap.
Moo Myung akhirnya mengungkapkan perasaan kalau mencintai Ah Ro, dan langsung menciumnya. Maek Jong terdiam melihat keduanya berciuman didepan matanya.
bersambung ke episode 16 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

2 komentar: