So Joon
melihat Doo Sik yang ada didepan rumah, Do Sik mengaku kalau datang untuk melihat apakah So Joon baik-baik
saja. So Joon pikir lebih baik Do Sik itu menelp dan bertanya apakah sudah
membaca suratnya. Do Sik mengangguk, So
Joon makin kesal karena Do Sik membaca tapi tak menelpnya.
Ma Rin
keluar rumah melihat keduanya bicara bertanya-tanya siapa pria yang tak dikenalnya
itu. So Joon tiba-tiba berbicara serius membahas perkataan Do Sik kalau
takdirnya akan berubah saat menikah, tapi menurutnya hidupnya jadi lebih tidak
terduga dan rumit dibanding sebelumnya.
“Kesampingkan
saja soal masa depan.Fokus pada masa kini, jalani hidupmu."Masa depan akan
menentukan jalannya sendiri." Kata Doo Sik saat itu menyadari kalau sedari
tadi Ma Rin menatapnya. Ma Rin pun buru-buru bersembunyi.
Do Sik ketakutan buru-buru
pamit pergi, So Joon kebinggungan langsung mengejarnya. Ma Rin heran melihat So
Joon yang pergi mengejar Do Sik
So Joon
menarik Do Sik yang kabur karena menurutnya sangat aneh dan ingin tahu alasan
temanya itu menghindarinya dan yakin kalau melihat sesuatu di masa depan. Do
Sik terlihat marah menurutnya mengetahui masa depan adalah keberuntungan. So
Joon pikir akan lebih sulit jika tidak mengetahuinya
“Aku akan
menghilang saat musim dingin.Aku bahkan tidak tahu, selama 2 tahun
menghilang,aku tetap hidup atau tidak.Bukankah itu keberuntungan dapat melihat
masa depan? Ini Sangat menguntungkan.Karena aku bisa mengantisipasi kekacauan
hidupku di masa depan.” Kata So Joon
“Semakin
kau mencoba mengetahuinya,segala sesuatu akan lebih sulit untuk kalian
berdua.Maksudku adalah...So Joon, percaya saja padaku.Jangan menjelajah waktu
selama sebulan, oke?” ucap Do Sik memohon
“Apa pun
yang kau lihat di masa depan...Tidak peduli seaneh apa pun sikapku...Aku selalu
memihakmu.Kau harus mempercayai itu sampai akhir.Oke?” ucap Do Sik
“Bagaimana
aku bisa memercayaimu? Aku tidak tahu apa motifmu membantuku,bagaimana aku bisa
memercayaimu?Aku tidak akan meminta bantuanmu lagi. Apa Kau sungguh berpikir....aku tidak mampu melindungi
wanitaku?” kata So Joon memilih untuk pergi, Do Sik kebinggungan melihat sikap
So Joon.
Ma Rin
monda mandir diruang TV mengingat kembali dengan tatapan Do Sik dan belum
pernah melihat wajahnya menurutnya itu Wajah asing yang tidak dikenalnya. So
Joon akhirnya pulang, Ma Rin langsung bertanya darimana, So Joon mengaku baru
saja mencari udara segar.
“Apa Tidak
ada yang ingin kau katakan padaku?” tanya Ma Rin ingin mengetes kejujuran.
“Kau
menyuruhku tidak bicara padamu.” Kata So Joon, Ma Rin terus mencoba agar So
Joon mau bercerita.
“Apa Kita sungguh akan
tidur terpisah?” tanya So Joon, Ma Rin menjawab itu tergantung pada So Joon
karena Harus ada alasan bagus untuk berdamai. So Joon pikir mereka bisa bicara
kalau amarah istrinya itu sudah reda lalu masu ke dalam kamar. Ma Rin heran melihat sikap So Joon karena
seharusnya bisa merayunya
Ma Rin
mencoba mengintip dari depan pintu tapi saat itu So Joon membuka pintu kamar,
menyuruhnya masuk. Ma Rin pikir itu akan melanggar aturan. So Joon menyuruh Ma
Rin mengunakan kamar itu dan ia mengunakan kamar lainya, Ma Rin langsung
menolak karena merasa tidak enak jika melakukannya.
“Perasaanku
tidak enak, sedangkan badanmu bisa sakit jika tidur di kamar lain jadi Kita
impas.” Kata Ma Rin kata Ma Rin pindah tidur dikamar lainya.
Ma Rin
berbaring dikamar lainya memikirkan tentang Sesuatu terjadi dan Hal serius tapi
menurutnya Sudah terjadi banyak hal yang tidak masuk akal. Ia pun juga kesal
pada So Joon yang terus berbohong menurutnya ini tidak normal.
Ma Rin
berada di dalam tumpukan baju sambil mengeluh dirinya yang melipat pakaian
bahkan di dalam mimpi, seperti mengambarkan tingkat stressnya dan menyuruh agar
dirinya bisa bangun. Tiba-tiba lembaran kertas terbang ke arahnya, Ma Rin
melihat [Sukses Bom Hidrogen] lalu berpikir kalau itu artinya Keretanya tetap melaju
meski Anjing menggongong.
So Joon
datang dengan gaya seperti tentara memberitahu kalau kampung halamannya dari
Pyongyang, Republik Demokrasi Rakyat Joseon,Korea Utara. Ma Rin tak percaya
karena tak mungkin pria Korea Utara setampan So Joon. So Joon tiba-tiba mendekat mencekik
leher Ma Rin menyuruhnya mati saja
karena terlalu banyak tahu.
Ma Rin
yang ketakutan akhirnya bangun dari mimpinya, So Joon sudah ada di depan pintu.
Ma Rin melihatnya memberitahu baru saja bermimpi, saat itu So Joon berpindah
tempat membuat Ma Rin ketakutan. Ma Rin akhirnya terbangun sesungguhnya dengan
nafas terengah-engah.
Terdengar
teriakan suara So Joon, Ma Rin dibuat
binggung sekarang dirinya ada dialam mimpi atau nyata. So Joon seperti sedang
bermimpi buruk berkata “Kau tidak boleh mati.” Ma Rin masuk kamar bertanya “Siapa
yang mati?” dengan berbisik di telinga So Joon
So Joon
akhirnya terbangun, merasakan Ma Rin yang telinganya, Ma Rin beralasan kalau So
Joon yang mengingau jadi datang untuk melihatnya.
“Kenapa
kau bicara panjang lebar saat tidur? Apa saja yang sebenarnya kau lakukan?”
ucap Ma Rin lalu bergegas pergi
“ Hei.. Kau
tidak perlu pura-pura marah begitu.” Pikir So Joon, Ma Rin tak peduli memilih
untuk keluar kamar dengan wajah gelisah.
Gun Sook
terlihat kesal karena di ejek kalau Suami Ma Rin adalah Presdir di tempat
suaminya berkerja lalu menelp Sek Hwang untuk bertemu. Se Hwang datang kerumah, Gun Sook ingin tahu
kebiasaan buruk dari So Joon karena setiap orang pasti punya keburukan,/
“Pertama,
dia tidak bekerja keras. Hidup hanya lelucon,
perusahaan baginya hanya tempat bermain.” Ucap Sek Hwang, Ma Rin pikir Kaya
raya dengan banyak waktu luang itu bukan kesalahan tapi menarik
“Kudengar,
dia misterius dan aneh. Apa dia punya skandal dengan wanita lain? Aoa Dia
sering menggoda wanita dan dapat masalah ? Apa dia cabul? Mungkin kau pernah
dengar Hubungan dengan para wanita.” Kata Gun Sook
“Saya
tidak yakin harus menceritakan ini pada Anda atau tidak. Ini situasi besar yang
bahkan tidak saya ceritakan pada Direktur. Ini mengenai orientasi seksual Presdir.” Kata Sek Hwang,
Gun Sook kaget mendengarnya.
“Saya
tidak sengaja mendengar Presdir bicara pada Manajer Kang.” Cerita Sek Hwang
lalu memperlihatkan video dari ponsel yang berhasil direkamnya.
So Joon
ada di atap dengan Ki Doong seperti sepasang kekasih yang sedang marah. Sek
Hwang merasa kalau keduanya memiliki hubungan yang aneh yaitu Lebih dari
sekedar persahabatan.
“Aku juga
tinggal di tempatmu, Anggap saja menyewa.” Ucap So Joon diatap,
“Aku
benci dan tidak menyukainya.” Kata Ki Doonh marah, So Joon berusaha merayu
dengan memegang tanganya, Ki Doong nampak sangat marah tak ingin disentuh.
Sek Hwang
pikir Senyuman itu tidak biasa diberikan antar sesama pria dan wajah So Joon yang biasa pria tunjukkan saat melihat
girlgroup menari. Keduanya kembali melihat video, Ki Doong pikir So Joon bisa
tahu tentang hubungan mereka. Keduanya langsung tak percaya kalau keduanya
memang punya hubungan. Sek Hwang pikir Para pria tidak akan saling melakukan
ini meski dibayar sekalipun.
“Mereka
tidak bisa hidup tanpa yang lain. Bahkan mereka memakai bersama ruangan
Presdir. Itu jadi bahan gunjingan di kantor. Tapi mereka tidak peduli dengan
kata orang.” Cerita Sek Hwang
“Apa Mereka berbagi ruangan? Seorang Presdir dan
Manajer?” tanya Ma Rin tak percaya.
Sek Hwang
mengajak agar bisa melihat kembali video bagian lain, So Joon mengajak agar
bertemu tanggal 3 desember tahun karena
ingin menceritakan semuanya dan tidak ingin membuat hidup Ki Doong ikut rumit
dan Ada sesuatu yang ingin diminta.
“Apa itu
artinya? Kenapa mereka sampai perlu
membuat janji bertemu bulan Desember?” kata Ma Rin binggung
“Artinya "Aku
akan menyatakan perasaanku padamu hari itu. Kita bertemu bulan Desember itu dan
melalui hari romantis. 3 Desember, tahun ini...ayo kita bertemu di
rumahmu."” Kata Sek Hwang yakin
“Astaga!
Aku tidak percaya ini. Itu cinta... Cinta yang berbeda dan tidak dapat
diungkapkan. Aku sudah merasa aneh saat dia buru-buru menikahi Bap
Soon.Pernikahan untuk menutupi dirinya.” Kata Gun Sook tak percaya.
Ma Rin
sedang membersihkan lantai dengan vacum cleaner, lalu berbicara pada robot
vacum yang mendekatinya menyuruh agar pergi ke area lain. Si robot langsung
pergi, Ma Ri binggung vacumnya itu bisa mengerti ucapanya, lalu mengetes
kembali dengan menyuruhnya berhenti, vacum clenaernya juga berhenti.
“Bahkan
vacum cleaner di rumah ini misterius.” Ucap Ma Rin heran, lalu menerima telp
dengan wajah malas.
Ma Rin
bertemu dengan Gun Sook seperti terpaksa. Gun Sook mengatakan kalau sudah
mengirimkan pesan yaitu alamat Ki Doong tempat suaminya tinggal sementarnya dan
memberitahu kalau suaminya itu selingkuh, menurutnya sekarangan tak peduli
itu pria atau wanita tapi hanya perlu
menangkap basah.
“Apa yang
akan kau lakukan apabila Presdir Yoo menyukai pria sedangkan dia menikahimu? Hidupmu
akan benar-benar berakhir. “ kata Gun Sook mengejek
“Hei, Lee
Gun Sook. Pria itu suamiku.Apa hidup Lee Gun Sook mundur ke belakang? ” Kata Ma
Rin melihat temanya itu bahagia sekali membuat kesal.
“Aku
hanya mencemaskanmu. Rumor itu benar-benar serius.” Komentar Gun Sook
“Cukup!!
Kau sangat keterlaluan. Apa Kau duduk 24 jam penuh merencanakan untuk
menghancurkanku? Kau bahkan tidak dapat uang.
Kenapa semangat sekali? Semestinya hasilkan uang dari minatmu itu.”
Tegas Ma Rin
Gun Sook
merasa kalau Ma Rin menganggapnya itu hanya omong kosong, Ma Rin pikir akan
mempercayainya jadi karena temanya itu
sudah menemukan kelemahanya maka Gun Soo bisa mulai istirahat sekarang atau
menemui lagi kalau ada sesuatu yang
lebih menarik. Gun Sook piki ini menarik karena So Joon berselingkuh dengan Seorang
pria, bukan wanita.
“Kau ini Benar-benar,
hentikan omong kosongmu Dan, jangan ikut campur urusan keluargaku! Dasar Permainan
kotor!” teriak Ma Rin lalu bergegas pergi.
“ Kau
harus Baca SMS-ku dengan baik-baik.” Kata Gun Sook seperti berharap Ma Rin
membacanya
Ma Rin
berjalan sebuah jalan dengan menutupi wajah mengunakan kacamata hitam dan syal
seperti sedang menyamar. So Joon sedan berbaring ditempat tidur sambil makan,
Ki Doong bertanya apakah So Joon tidak
pulang ke rumah?
So Joon
beralasan kalau Ki Doong bisa bosan makan malam sendirian dan mengajaknya makan
bersama. Ki Doon pikir So Joon merasa
takut pulang untuk makan malam di rumah. So Joon mengelaknya, Ki Doong mengeluh So Joon yang makan diatas
tempat tidurnya, So Joon meminta Ki Doong agar membantunya agar bangun.
So Joon
malah sengaja menariknya keduanya pun bercanda diatas tempat tidur, Ki Doong
dan So Joon tiba-tiba berada diposisi saling menatapnya. Suasana seperti
canggung, akhirnya So Joon langsung berkata kalau Ki Doong berat karena berada
diatas tubuhnya. Ki Doong pun buru-buru bangkit.
Ma Rin
yang penasaran seperti mencari sepanjang jalan, akhirnya mengirimkan pesan pada
suaminya menanyakan keberadaanya. So Joon mengaku sedang ada di kantor dan akan
pulang telat hari ini. Ma Rin langsung berbalik arah merasa percaya kalau
suaminya pasti ada dikantor dan tak mungkin ada dirumah temanya.
“Maafkan
aku. Aku baru saja melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.” Tulis Ma Rin
“Tidak
masalah... Pekerjaanku hari ini banyak sekali. Tetap saja, aku kepala keluarga!
Ayo semangat”balas So Joon
Ma Rin
pun percaya So Joon banyak pekerjaan. So Joon dan Ki Doong keluar dari rumah,
mereka akan pergi ke warnet, Ki Doong pikir lebih baik main billyard saja.
Keduanya akhirnya berpapasan dengan Ma Rin dan Ki Doong yang lebih dulu
menyadarinya.
Akhirnya
Ma Rin mencoba menutupi rasa amarahnya dengan berpura-pura mesra, So Joon
binggung Ma Rin yang ada di tempat Ki Doong. Ma Rin mengaku kalau hanya lewat
saja dan sangat kaget, dengan mengoda suaminya karena tak mengunakan jaket dan
pasti sangat dingin.
“Aku
tidak merasa ini kebetulan.” Kata Ki Doong, Ma Rin seperti mendelik memberikan
peringatan.
“Ahh...
Kita kebetulan saja bertemu... Aku pergi dulu.” Ucap Ki Doong lalu bergegas
pergi. So Joon berteriak memanggilnya karena takdirnya hancur ketahuaan
berbohong pada Ma Rin.
So Joon
merasa Ma Rin itu sedang menguntitnya, Ma Rin dengan nada menyindir kalau So
Joon pasti bekerja di rumah Ki Doong. So Joon bingung menjelasnya. Ma Rin
langsung blak-blakan bertanya apakah So Joon
mengencani Ki Doong. So Joon kaget mendengar pertanyaan Ma Rin.
“Seseorang
mengatakan padaku kalau kalian tinggal bersama. Apa Kau menyukai pria? Apa Kau
menikahiku untuk menyembunyikan fakta itu?” kata Ma Rin
“Itu hal
paling aneh yang pernah kudengar seumur hidup. Lebih baik, Jangan lakukan di
jalan, Kita pulang dulu.” Ucap So Joon menariknya pulang, Ma Rin menolak ingin
bicara sekarang.
“Aku
tidak bisa menahannya meski hanya semenit.Siapa pria yang kau temui di depan
rumah semalam?Kau mengejar saat dia berusaha lari, Seperti film saja.” Ucap Ma
Rin sinis, So Joon seperti baru sadar kalau Ma Rin melihatnya.
“Dia
Hanya kenalanku.... Kau... Jangan marah.” Ucap So Joon, Ma Rin langsung
memegang kepalanya yang sakit. So Joon panik melihatnya.
“Mari Kita
selesaikan ini... Kau Presdir yang membangun sendiri perusahaan investasi real
estate, lalu Kau malaikat tanpa nama yang rajin donasi tanpa publikasi. Hobimu
tidak bekerja dan pergi ke warnet. Ini saja sudah aneh, aku tidak bisa
memahaminya.” Ungkap Ma Rin
“Selain
itu Kau selalu berbohong dan menemui pria asing malam hari. Lalu sepatu aneh
yang kau kenakan. Ada juga vacum cleaner yang sepintar Anjing peliharaan. Hal
yang paling menggangguku adalah artikel soal Pilpres itu. Bahkan kampanye saja
belum dimulai. Bagaimana bisa koran tahun depan ada di rumah kita?” ucap Ma Rin
heran.
So Joon
terdiam tak bisa menjelaskanya, Ma Rin pikir Kecuali So Joon itu mata-mata
Korea Utara, maka tidak bisa
memahaminya. So oon mengaku kalau menjalankan wajib militer di Korea
Selatan, Ma Rin pun berpikir kalau So
Joon itu punya kepribadian ganda, kadang seperti mata-mata, Presdir, malaikat dan yang lainya.
“Aku
penjelajah waktu...” akui So Joon, Ma Rin merasa So Joon itu pasti bercanda dan
langsung berjongkok sambil menangis.
“Kenapa
kau menangis? Apakah aku sebagai penjelajah waktu perlu ditangisi begitu?” kata
So Joon bingung, Ma Rin pikir So Joon memang benar-benar kekanakan.
Sesampai
dirumah So Joon mengajak Ma Ri agar bicara serius, Ma Rin menolak karena ingin
sendiri, So Joon kebinggungan dengan berkata jujur malah membuat semuanya makin
kacau.
Tuan Shin
tersenyum sambil mengemudikan mobilnya, Se Youn melihta Ayahnya sedang dalam
suasana hati yang baik, Tuan Shin mengelak. Se Young pikir ayahnya tak bisa
berbohong karena terlihat dari senyuman yang lebar.
“Rumah
Cinta... Bukan hanya satu atau dua. Kita sudah membangun 30!” kata Tuan Shin
bahagia, Se Young pun bertanya apakah Ki Doong akan datang
“Aku
sudah menyuruhnya datang kalau luang.” Ucap Tuan Shin, Se Young pikir kenapa Ki
Doong itu harus datang. Tuan Shin pikir Ki Doong itu harus mampir ke tempat
mererka.
Se Young
cemberut mengingat saat mabuk, bersama dengan Ki Doong dan dua kali
mengeluarkan kemarahanya karena So Joon yang menikah dengan Bap Soon. Se Young
melihat Ki Doong lalu menyapanya karena datang. Ki Doong pikir dirinya harus
datang karena ia adalah orang pertama yang menerima salah satu rumah itu lalu
melihat Se Young kelihatan berbeda. Se Young terlihat gugup.
“Ini
rumah terbaik yang dari yang pernah kau bangun. Bahkan rumah keluargaku di
Daejeon tidak sebanding dengan ini.” Komentar Ki Doong mengurangi rasa
canggung, Se Yong pun mengucapkan terimakasih.
Ma Rin
baru datang melihat keduanya sambil bergumam bahwa Se Young adalah Wanita yang
mabuk dan berkelahi dengannya sementar Ki Doong adalah Pria yang punya skandal
dengan suaminya Akhirnya itu pun menyapa
keduanya, Ki Doong kembali berkomentar Ki Doong yang melihat Ma Rin itu kelihatan
berbeda hari ini. Se Young dengan sinis berkomentar kalau Ki Doong mengatakan
hal yang sama.
“Kurasa
yang lain belum datang. Ahh.. Kenapa rasanya aneh sekali? Kita datang lebih
awal dan Terlalu cepat.” Ucap Ki Doong seperti merasakan rasa canggung antara
ketiganya. Akhirnya Ma Rin pun ingin
mempersiapkan peresmian lebih dulu.
So Joon
duduk sendirian dalam rumahnya menatap foto pernikahan dengan Ma Rin didepanya.
Sementara Tuan Shin sedang memberikan pidato bahwa rumah adalah Tempat yang
hangat dan nyaman untuk ditinggali.
“Namun,
belakangan ini orang-orang tidak berpikir demikian akan rumah mereka. Mereka hanya menganggapnya
aset belaka.</i>Kurasa, uang begitu penting di dunia ini. Waktu berharga
yang kita habiskan bersama keluarga setiap hari, juga kenangan indah... kita
bangun di rumah. Bukankah kedua hal itu yang semestinya kita utamakan?” ucap
Tuan Shin, beberapa orang yang mendengarnya menyetujuinya, Ma Rin pun sibuk
dengan dengan mengambil gambar mengunakan kameranya.
“Di Rumah
Cinta ke-30 ini, selamat pada para lansia yang akan tinggal di sini. Hidup
bahagia di sini sampai akhir hayat, sebagaimana
pasangan baru menikah. Bergenggaman erat dan hidup bahagia bersama.” Ucap Tuan
Shin.
Sepasang
kakek dan nenek pun terlihat bahagia menerima uang dari dana rumah cinta. Ma
Rin pun mengambil gambar semua orang yang terlibat dalam peresmian.
Ki Doong
pikir Se Young yang harusnya tak memperlihatkan tingkah yang sangat aneh karena
dirinya itu santai saja sekarang. Se Young hanya seperti ingin mengelak. Ki
Doong pikir entah Se Young menyukai suka So Joon atau tidak, tak ada
untungnya untuk dirinya.
“Kau yang
merasa malu dan tidak sanggup menatapku. Apa Memang rasa malu itu berkurang
dengan menyalahkan orang lain?Tapi, apa So Joon tahu kau menyukai dia?” kata Ki
Doong, Se Young terlihat kesal tak ingin Ki Doong mengejeknya.
“Jadi, sebaiknya
dengar aku baik-baik, kecuali kau ingin aku mengatakannya pada So Joon!” ucap
Ki Doong, Se Young malah menendang kaki Ki Doong karena kesal
“Kau
mungkin bersenang-senang akan hal itu. Jadi jangan main-main! Oke?!!” ucap Se
Young marah
Ki Doong
mengejek kalau tetap ingin mengejeknya,
Se Young mengaku kalau merasa sangat terganggu oleh Ki Doong, serta
merasa Tidak nyaman dan menjengkelkan
jadi meminta agar berpura-pura sajalah
tidak tahu apa pun. Ki Doong pikir seharusnya Se Young tidak tertangkap basah
olehnya, dan apa yang akan dilakukan Se Young walaupun perasaannya pada So Joon
itu tulus.
Se Young
pun hanya bisa diam, Ki Doong menyuruh
Se Young untuk berhenti bersikap sok keren serta mengakhiri persaanya itu. Se Young melihat Ki Doong itu menjengkelkan.
Ma Rin
membawakan makanan dan memanggil nenek dan kakek yang baru menerima rumah, lalu
terdiam melihat keduanya sedang duduk dikursi taman dan masih terlihat mesra.
Ia mengeluarkann ponselnya mengambil gambar, tiba-tiba wajah So Joon muncul
dilayar membuatnya sangat kaget.
“Kenapa?
Tetaplah memotret... Kau bilang ingin punya banyak fotoku.” Ucap So Joon, Ma
Rin dengan wajah cemberut bertanya kenapa So Joo datang.
“Aku
bosan sendirian di rumah.” Ucap So Joon, Ma Rin memalingkan wajahnya. So Joon
mengaku kalau sengaja datang untuk menemui Ma Rin.
“Kenapa
kau harus muncul saat aku sedang kerja ? Apa kau tidak lihat, aku sedang
bekerja?” keluh Ma Rin
“Ini
tidak sebanding dengan kau yang sampai datang
ke rumah temanku untuk menangkap basah” komentar So Joon
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar