Ma Rin
keluar dari kamar dengan wajah bahagia melihat foto pernikahan lalu berjalan ke
dapur mengoreng telur dan memasak makanan untuk suaminya. Lalu ia mencari So
Joon yang sedang ada di kamar mandi dan langsung membuka pintu.
Dari
dalam So Joon terdengar panik, Ma Rin pun berpura-pura terkejut melihat
suaminya yang sedang mandi. So Joon berteriak menyuruh Ma Rin Berhenti
pura-pura terkejut dan menutup pintunya. Ma Rin mengerti masuk ke dalam kamar
mandi dan menutupnya.
“Aku menyuruhmu
menutup pintunya.” Teriak So Joon, Ma Rin pikir sudah menutupnya.
“Lalu Kenapa
kau malah masuk?” kata So Joon terdengar kesal, Ma Rin baru mengerti kalau So
Joon menyuruhnya keluar dari kamar mandi.
So Joon
dengan jubah handuknya keluar dengan wajah panik menurutnya memalukan sekali di
pagi hari seperti ini. Ma Rin pikir kalau So Joon menyuruhnya menutup pintu
agar ia masuk ke dalam. So Joon merasa
kalau Ma Rin itu seperti ahjumma setelah menikah.
“Aku
hanya mengira tadi itu "sinyal".” Ungkap Ma Rin, So Joon sempat
binggung akhirnya mulai mendekat.
“Apa kau
yang mengirimiku "sinyal" sekarang?” kata So Joon mendekati Ma Rin
dengan mengodanya. Ma Rin pura-pura tak mengerti.
“Aku akan
gunakan kamar mandi lantai atas, kau pakailah yang dibawah” ucap So Joon lalu
bergegas pergi. Ma Rin berteriak agar So Joon membasuh badanya dengan benar dan
akan membuatkan makanan lezat.
Ma Rin
dan So Joon duduk dimeja makan, Ma Rin pun menyuruh So Joon menikmati makanan
buatanya. So Joon mencoba sayur bayam lebih dulu, wajahnya seperti merasakan
sesuatu. Ma Rin berpikir kalau rasanya enak dan dengan rendah hati merasa kalau
So Joon tak perlu berreaksi berlebihan karena tidak berusaha keras dan tidak
perlu seemosional itu.
“Menurutku,
rasanya parah.” Ungkap So Joon jujur, Ma Rin mencoba makanannya dan merasa
kalau itu Baik-baik saja
“Tidak,
jangan dimakan, ini tidak enak. Kau bisa sakit.” Ucap So Joon menjauhkan piring
sayuran
“Aku
pikir ini, Tidak mungkin seburuk itu. Padahal Aku pergi belanja pagi-pagi. Kurasa,
kau hanya tidak suka saja. Lebih baik Jangan dimakan. Ini sampah.” Kata Ma Rin
sedih menjauhkan semua makananya. So Joon merasa tak enak hati mengungkap kalau
bukan bermaksud seperti itu.
“Aku
tidak menyangka kau sangat pilih-pilih makanan. Kalau memang tidak enak,
katakan saja. Kenapa kau memperlakukan makanan seperti sampah?” kata Ma Rin
kesa
So Joon
pikir Ma Rin sendiri yang mengatakan "sampah". Ma Rin sadar kalau
pagi ini adalah hari pertama mereka setelah bulan madu selesai dan
menganggapnya spesial, tapi malah ia sendiri yang mengacaukannya. So Joon
menghela nafas seperti merasa serba salah. Ma Rin melihat So Joon yang menghela
nafas makin kecewa.
“Apakah
terjadi hal buruk yang tidak kuketahui?” tanya So Joon, Ma Rin mengelengkan
kepala.
“Ekspektasiku
mungkin terlalu tinggi.” Kata Ma Rin dengan wajah sedih, So Joon piki ini bisa jadi masalah menurutnya Gadis naif
memang rumit.
“Hei... aku
tadi hanya bercanda.... Masakan ini Ini lezat, Siapa bilang tidak enak? Apa Kau
sedang berpura-pura naif?Hentikan. Itu Tidak cocok untukmu” kata So Joon dengan
wajah berbinar-binar makan sayur bayam
“Lupakan.
Aku mengerti perasaanmu.” Kata Ma Rin memalingkan wajahnya.
“Terserah
kau percaya padaku atau tidak. Tapi kau tahu, aku tidak menikahimu agar memasak
untukku. Kau tidak perlu melakukannya” kata So Joon
Ia
mencoba kembali sayur dengan nasi, dengan sumringah memuji Ma Ri memang bukan wanita biasa menurutnya kalau sudah
membuat sarapan maka harus menyiapkan makan siang dan makan malam, menurutnya
Setiap kali bangun tidur, Ma Rin harus
selalu menyiapkan makanan. Jadi Hidupnya sia-sia kalau dihabiskan hanya membuat
makanan.
“Aku
tidak ingin menjadikanmu Bap Soon lagi.” kataSo Joon mulai merasakan dan
terlihat rasanya yang juga tak enak. Ma Rin tersenyum sadar kalau dirinya yang
terlalu sensitif.
“Kita bisa
makan roti saja atau lainnya, atau juga bisa mempekerjakan pembantu rumah
tangga Mulai sekarang, hiduplah selayaknya "Bunga", oke?” kata So
Joon berusaha untuk menghalangi Ma Rin masak.
“Oh,
tidak perlu, Memasak itu menyenangkan untukku dan Itu keahlian dan hobiku
juga.” Ungkap Ma Rin
So Joon
pun terpaksa memuji kalau makanan yang dibuat Ma Rin itu Pantas saja rasanya lezat sekali. Ma Rin tersenyum lebar
dan So Joon pun meminta agar menambah nasi. Ma Rin dengan senang hati
mengambilkanya karena yakin So Joon menyukainya jadi memasak banyak nasi. So
Joon hanya bisa melotot kaget.
So Joon
akan pergi berkerja, mengeluarkan
sesuatu dari dompet dan memberikan pada Ma Rin. Ma Rin binggung tiba-tiba So
Joon memberikan sebuah kartu kredit. So Joon menyuruh Ma Rin mengunakan
dan akan menjalani kehidupan yang mewah.
Ma Rin malah merasa sangat aneh.
“Kau
Jangan seperti ini dan terlalu berlebihan sebagai suami.” Ucap Ma Rin seperti
tak ingin mengambil manfaat dari suaminya, So Joon tetap menyuruh Ma Rin agar
mengunakan saja.
“Hitunglah
dulu pengeluaran bulanan, kemudian
berikan uangnya padaku.” Ucap Ma Rin, So Joon tetap menyuruh agar Ma Rin
menerima kartu darinya.
“Nanti,
kita pelan-pelan saja. Aku merasa belum siap untuk hal itu.” Kata Ma Rin
menolak lalu mengantar So Joon sampai keluar rumah.
So Joon
seperti merasa tak enak diantar oleh Ma Rin menyuruhnya masuk saja. Ma Rin
dengan mengandeng lengan suaminya, karena ini pertama kalinya So Joon pergi
berkerja setelah menikah jadi ingin
mengantarnya seperti pasangan lainya. So Joon merasa kalau iu Keinginan yang
aneh lalu pamit pergi menuju ke mobil.
“Sayangggg... Semoga harimu menyenangkan!!! Suamiku...
Pulanglah lebih awal...” teriak Ma Rin lalu memberikan tanda cinta dengan
tanganya. So Joon terlihat binggung sempat ingin membalas tapi akhirnya menyruh
Ma Rin segara masuk saja.
So Joon
masuk ke dalam rumah memanggil Kang Ki Doong dengan sedikit mengomel karena
belum berangkat ke kantor. Ki Doong sedang makan ramyun dengan lahapnya. So
Joon mendekat ingin makanya, Ki Doong langsung melarang So Joon untuk mendekat
dan bergegas pergi.
“Ini hari
pertamamu bekerja sebagai pengantin baru! Apa kau tidak sarapan? Ini tidak benar
bagi pria yang sudah menikah mencuri ramyeon dari pria lajang!” ucap Ki Doong
berjalan dengan panci ramyun ditanganya.
“Bukannya
aku tidak dibuatkan sarapan. Tapi sarapannya sungguh tidak layak makan. Beri aku
sedikit saja dan Perutku lapar.” Ucap So Joon, Ki Doong tetap tak mau berbagi.
So Joon mengumpat temanya itu pelit.
“Hei...
Apa Kau makan ini?” teriak So Joon melihat bungkus ramyun hijau diatas meja. Ki
Doong ingat kalau So Joon mengatakan kalau milik So Joon maka miliknya juga.
“Aku membawanya
dari dunia lain!!! Kau seharusnya menunggu setahun lagi untuk menikmatinya.”
Ucap So Joon, Ki Doong pikir itu pantas saja karena rasanya enak dan bertanya
apakah itu akan menjadi hits ditahun 2017
“Di masa
depan, produk ini akan jadi sejarah
dalam industri ramyeon. Kau harus merasa bangga bisa memakannya sekarang.” Ucap
So Joon lalu berbaring diatas tempat tidur.
So Joon
mengatakan kalau akan bolos kerja saja hari ini jadi Ki Doong yang akan
mengantikanya. Ki Doong pikir seseorang
mestinya lebih bertanggung-jawab dan memiliki beban setelah menikah. So Joon
pikir Tidak semuany karena Kalau perusahaan bangkrut, maka hanya perlu pasang lotere saja. Ki Doong
pikir Ma Rin perlu tahu temanya itu punya dua rumah.
“Kau
mungkin tidak tahu. Seseorang tidak mungkin berubah dalam semalam hanya karena
mereka menikah. Butuh waktu menyendiri...” ungkap So Joon merasa hidupnya
berubah setelah menikah.
“Katakan
saja kesimpulannya. Bagaimana rasanya
menikah?” tanya Ki Doong
“Rasanya
Aneh... Kau coba sendiri kalau penasaran.” Ucap So Joon
“Apa Kau
gila ? Aku tidak mau dipanggil “Ahjussi”!!! ejek Ki Doong lalu masuk kamar
mandi
So Joon
kesal jadi dianggap dirinya sudah pantas di panggil Ahjussi, lalu melihta ponslenya berpikir harus
mendaftakan Ma Rin di les masak karena tak mungkin harus memakan masakannya seumur hidup, menurutnya
istrinya itu yang tidak memiliki selera.
Gun Sook
dan suaminya sarapan bersama, Yong Jin melihat Dari sudut pandangnya dibanding
Presdir Yoo So Joon menikah dengan puteri
dari keluarga berpengaruh, lebih baik dengan gadis tanpa memiliki apapun dan Jauh
lebih baik bersama Bap Soon yang tidak memiliki kelebihan apa-apa.
“Itu kan
menurutmu! Kau hanya memikirkan diri sendiri.” Ungkap Gun Sook kesal karena
merasa dikalahkan oleh Ma Rin yang punya status suaminya diatas dirinya.
“Kau
harus tetap berteman dengan Bap Soon. Kenapa kalian tidak jalan bersama saja
dan kau cari informasi darinya soal Presdir Yoo?” perintah Yong Jin
“Kalau
menyuruh aku mencari tahu apa? Keluarganya? Koneksinya? Karyawan yang loyal
padanya?” tanya Gun Sook kesal
“Sejujurnya,
aku penasaran soal itu. Dia begitu misterius,bahkan Sangat misterius.” Uca Yong
Jin, Gun Sook heran kenapa harus mengetahui hal itu.
“Hei.... kalau
suamimu sedang bicara, tidak bisakah kau... Tidak bisakah kau memanfaatkan
kesempatan ini untuk jadi isteri yang berguna?” keluh Yong Jin
“Jadi Kau
anggap aku ini apa? Aku ini Lee Gun Sook. Apa Kau mengharapkan si hebat Lee Gun
Sook menjadi isteri penjilat? Apa Kau ingin aku mendekati Bap Soon dan mengemis
padanya?” ucap Gun Sook marah
Yong Jin
bisa mengerti keputusan istrinya dan akan bersiap pergi. Gun Sook mengikuti
suaminya mengungkapkan kalau Belakangan ini, sudah cukup menahan amarahnya
Jadi, jangan menyuruh mendekati Bap Soon atau menganggap menjadi isteri yang
berguna dan Jangan mengungkitnya lagi. Yong Jin seperti seorang pelayan meminta
maaf pada Nyonya Lee.
“Saya
tidak dapat menyenangkan Anda, Nyonya.Aku benar-benar minta maafdan akan
kublokir kartunya.” Kata Yong Jin, Gun Sook berteriak panik mendengarnya.
“Kalau
kau menganggap kata-kataku sebagai lelucon, maka uangku pun jadi lelucon. Jadi,
jangan memakainya.” Ucap Yong Jin, Gun Sook mengejak Suaminya itu pelit.
“kau
bilang aku pelit?!!! Hei, hidup memang harus pelit. Apa kau tidak tahu? Tapi, aku
sudah berusaha memanjakanmu. Tanpa kau sadar aku terus diperlakukan seperti
sampah! Aku memenuhi apa pun maumu!” kata Yong Jin marah
“Kau
membeli Peralatan dapur dari Jerman. Lampu yang bukan seleraku sama sekali, dan
banyak lagi! Lalu, apa kau masih iri pada orang lain? Aku akan memblokir
kartunya hari ini.” Ucap Yong Jin dan bergegas pergi.
Gun Sook
berteriak marah, Yong Jin tiba-tiba
datang dengan nada tinggi meminta agar Gun Sook Jangan teriak-teriak sepagi ini
dan mengawali pagi dengan tenang. Gun Sook sempat kaget melihat sikap suaminya
jadi berubah.
Ma Rin
pergi untuk mengambil berkas Pendaftaran pernikahan, dengan bahagia akan
mengisi ini bersama So Joon petang nanti. Ketika akan pergi seorang bibi yang
sedang menulis memanggil Ma Rin dengan panggilan “Nona” memberitahu kalau
ponselnya tertinggal.
Ma Rin
seperti tak sadar lalu bergegas kembali mengangkat ponselnya yang berdering, So
Ri menanyakan keberadaan temanya. Ma Rin dengan malu-malu memberitahu sedang
ada di kantor pemerintah dan ingin mendaftarkan pernikahan. SO Ri seperti
mengajak Ma Rin pergi, Ma Rin pun setuju dan
pergi sekarang lalu menutup telpnya.
“Permisi..
Tadi... kau memanggilku "Nona". Aku tidak sadar kalau memanggilku, tapi sudah menikah.” Kata Ma Rin dengan wajah
bahagia memperlihatkan cincin di jari manisnya.
Ma Rin
berjalan disamping So Ri dengan wajah kesal karena mereka sudah sepakat
menyingkirkan Gun Sook dari kehidupan keduanya. So Ri menceritakan Gun Sook
yang datang ke tempat les piano dan meminta tolong agar membantu bertemu dengan
Ma Rin dan Hatinya jadi ini lemah sekali.
“Wanita
tidak tahu malu itu!” umpat Ma Rin kesal
“Aku
sudah meminta maaf, Aku saja sudah melupakan tapi Kau pendendam sekali. Aapa kau sedang pamer kekuasaanmu? “ kata Gun
Sook yang berjalan didepanya lalu mengajak masuk ke salah satu toko. Ma Rin
langsung berbalik arah.
“Kau
harus menahan saja sebentar. Dia sedang mencoba berdamai denganmu.” Ucap So Ri
menenangkan temanya
“Jangan
coba membuatku berhati lemah sepertimu.” Tegas Ma Rin, So Ri pikir tak ada lagi
yang bisa dilakukan, Akhirnya Ma Rin mengikuti temanya.
Gun Sook
menunjuk beberapa baju pria yang digantung, dengan meminta ukuran mengingat
kembali perintah suaminya agar bisa mencari informasi soal Presdir Yoo. Ma Rim
melihat beberapa pakaian pria merasa bingung dengan pakaian pria karena tidak
berselera melihatnya. Gun Sook pun mulai mendekat
“Apa Kau
tidak memilih apa pun?” tanya Gun Sook
“Aku
merasa kelewat batas kalau memilihkan pakaian untuknya.” Pikir Ma Rin
“Kau sungguh
tidak mengerti apapun. Itu bukan melewati batas, tapi peduli padanya. Bukankah kau ingin mendengar komentar dari orang-orang? Seperti "Kau kelihatan
jauh lebih baik setelah menikah". Kau tidak tahu cara jadi isteri yang
berguna.” Komentar Gun Sook sengaja mengejek temanya, Ma Rin terlihat tak
mengerti maksud Isteri yang berguna
“Ya, isteri
yang berguna, Kau perlu melakukannya dengan sebuah ambisi juga.” Kata Gun Sook
mengejek
“Kita
pindah ke tempat lain... Apa kalian akan terus bersikap seperti ini? Kalau kita
turun ke lantai satu, banyak pakaian untuk kita. Bagaimana sebenarnya hidup
kalian?” ucap So Ri yang juga tak tertarik dengan pakaian wanita.
“Kau
tidak akan mengerti seberapa menyenangkannya pernikahan sampai mengalaminya
sendiri.” Komentar Gun Sook lalu memperlihatkan sebuah kaos.
Ia
bertanya komentar Ma Rin merasa itu cocok dengan suaminya dan ingin tahu
ukuranya. Ma Rin pikir teridiam merasa
Tubuh suaminyanya itu ideal yaitu Tubuh
yang membuat pria lain merasa minder. Gun Sook mulai mengejek kalau Ma Rin itu
tak tahu ukuran baju suaminya.
Ma Rin
beralasan Tidak menyenangkan kalau tahu segalanya dan berpikir bisa menanyakan
dengan mengeluarkan ponsel untuk menelp So Joon, tapi Ponsel So Joon sedang tak
aktif dan berpikir kalau suaminya itu sedang sibuk.
So Joon
sedang pergi ke masa depan, pemilik toko memberitahu alau itu pakaian musim
dingin 2017 keluaran terbaru, Soo Joon pun mulai memilih merasa harus
mengenakan koleksi terbaru.
Gun Sook
mencari baju lainya merasa pasangan Ma Rin itu
terlalu bebas dalam segala hal Sampai saat ini bahkan tidak terlalu tahu
satu sama lain.So Joon memilih pakaian musim dingin dengan melihat dirinya
diatas cermin.
Ketiganya
pindah ke toko sepatu pria, Gun Sook tak percaya Ma Rin yang tidak tahu ukuran sepatu suaminya. Ma Rin
menyuruh Gun Sook saja yang membeli keperluanya. Gun Sook tak yakin kalau
mereka dekat dan tidak saling tahu apapun. Ma Rin pikir kalau mereka hanya dianggap
dekat kalau saling tahu ukuran masing-masing dan menegaskan kalau hubungan
mereka itu bukan sebatas kontak fisik seperti Gun Sook.
“Kurasa,
aku tahu orang seperti apa dirinya. Sekalipun dia tidak mengatakan
apa-apa, aku bisa mengerti maksudnya.
Seolah kami adalah satu. Bukankah itu yang terpenting?” ucap Ma Rin dengan So
Joon yang sibuk memilih majalah dan koran di masa depan.
“Tetap
saja, harus ada hal-hal yang kau ketahui. Latar belakangnya, bagaimana dia dibesarkan. Belakangan ini, ada
banyak sekali orang yang aneh.” Kata Gun Sook berjalan keluar dari mall.
“Kami
tidak saling menyimpan rahasia, dan juga
Kami memang baru menikah, tapi aku sangat percaya padanya, itu sebabnya aku
ingin bersama dia selamanya.” Ungkap Ma Rin yakin
“Apa Kau
sering bertemu rekan kerja atau teman-teman suamimu?” tanya Gun Sook
Ma Rin
pikir itu tak harus karena mereka punya kehidupan pribadi masing-masing. Ma Rin
tak percaya mendengarnya karena dirinya juga menikah dalam waktu singkat dengan
Yong Jin tapi tidak seburuk pernikahan
temanya itu.
“Kau
bilang Kehidupan pribadi? Kehidupan pribadi haruslah tetap dibagi! Bagaimanapun
juga, kehidupanmu tidak normal. Benar, kan?”ucap Gun Sook meminta persetujuan
So Ri.
“Yah..
Memang agak sedikit aneh.” Ungkap So Ri, Ma Rin langsung cemberut mendengarnya
dan berjalan pergi.
Ma Rin
pergi sendiri ke supemarket lalu melihat sepasang pria dan wanita saling
bergandengan tangan berbelanja bersama, seperti pasangan yang baru menikah.
Sang istri mengaku kalau tidak menyukai satupun temannya. Sang suamipun
mengatakan kalau teman-temanya juga tak menyukai istrinya. Sang istri malah bersyukur mendengarnya.
“Berapa
banyak telur yang masih di rumah?” tanya sang istri, Suaminya mengatakan hanya
dua saja. Mereka pun bergegas membeli
telur.
Ma Rin
seperti iri melihat keduanya mencoba mengikutinya, tapi ketika keduanya menatap
pura-pura menatap ke arah lain. So Joon
akhirnya kembali menelp Ma Rin berpikir terjadi sesuatu karena sudah menelpnya
sebanyak 22 kali. Ma Rin menceritakan kalau tadi ingin membelikan paaian tapi
tak tahu ukurannya.
“Kenapa
membelikan aku pakaian?” ucap So Joon merasa tak biasa ada orang yang
membelikan pakaianya. Ma Rin menghentikan pembicaraan sebentar.
“Tolong
beri aku daging babi untuk sup rumput laut.” Kata Ma Rin pada pegawai daging.
Si paman binggung karena Seharusnya
daging sapi kalau untuk sup rumput laut.
So Joon
mendengarnya bertanya apakah Ma Rin sedang belanja. Ma Rin membenarkan dengan
bangga kalau akan membuat makan malam. So Joon panik mengaku kalau ingin makan
diluar hari ini jadi meminta agar cepat datang dan Jangan beli apa pun. Ma Rin
berpikir kalau mereka akan berkencan lalu bergegas pergi tak jadi membeli
daging.
Gun Sook
memberitahu suaminya saat pulang kalau Ma Rin tidak tahu banyak bahkan tidak
tahu apa-apa soal suaminya. Yong Jin pikir itu tak masuk akal dengan
membaringkan tubuhnya diatas kasur karena sangat lelah menurutnya Ma Rin itu tahu,
tapi pura-pura tidak tahu.
“Apa Kau
merasa dia bisa berpura-pura begitu? Dia suka omong besar” kata Gun Sook dengan
nada sinis
“Lee Gun
Sook, apa kau pikir semua orang sama sepertimu? Tidak semua dari mereka senaif
itu.” Ungkap Yong Jin
Gun Sook
tak percaya suaminya mengangggap dirinya naif, lalu perlahan bertanya apakah
suaminya tetap akan memblokir kartunya. Yong Jin pikir mereka akan melihat
nanti dan istrinya itu harus membuktikan bisa berguna dan memerintahkan agar
Tetap berhubungan baik dengan Bap Soon serta Jangan bikin masalah. Yong Jin
binggung keduanya itu seperti anjing dan kucing, Gun Sook mengaku kalau sulit
menjelaskanya mengenai hal itu.
Ma Rin
sedang makan di restoran daging pangang menceritakan akalu Gun Sook melakukan
kesalahan padanya jadi membalas dengan agak kejam lalu Gun Sook kembali
menjahatinya dan Seperti itu terus sampai sekarang. Ia pikir So Joon daerah
asalnya. So Joon mengelengkan kepala.
“Tetap
saja, kau sudah berusaha memperbaikinya. Bagaimanapun juga, dia temanmu.” Kata
So Joon
“Tapi,
bertemu Gun Sook hari ini membuatku
kasihan padamu.” Ungkap Ma Rin, So Joon binggung menanyakan alasanya.
“Kau
hanya seorang suami buatku, tapi Presdir
bagi orang lain. Aku bertanya-tanya apakah aku kurang dalam segala hal?
Jujurlah padaku. Apa kau akan menyukaiku jika aku mirip seperti Gun Sook yang
ambisius dan banyak tingkah?”ucap Ma Rin
“Aku
Presdir yang hanya main-main sepanjang hari dan menghabiskan uang. Apa yang aku butuhkan? Jangan seperti dia!
Itu Menjengkelkan!” ungkap So Joon
“Apa Kau
main-main sepanjang hari dan menghabiskan uang Apa Kau tidak bekerja keras dan
berhemat Dalam segala hal?” kata Ma Rin tak percaya
“Ki Doong
yang mengerjakan semuanya. Aku hanya main-main. Dalam segala hal.” Ucap So Joon
“Tidak
mungkin... Pertarungan kekuasaan, konspirasi, pengkhianatan, ambisi, segala
sesuatu semacam itu Apa Tidak ada sama
sekali?” ucap Ma Rin heran
So Joon
mengatakan Tidak ada satupun. Ma Rin
pikir kalau So Joon itu hanya bergurau karena sebenarnya pasti bekerja keras.
So Joon akhirnya mengakunya agar tak timbul kecurigaan dan mengucapkan terima
kasih sudah menyadarinya.
Ma Rin
pikir suatu hari nanti memperkenalkan pada temanya, karena sebelumnya hanya Ki Doong dan Se Young
tapi ingin dikenalakan pada semua
temanya. So Joon mengerti dan menyuruh Ma Rin agar makan dan harus tahu cara
mengolah daging babi dengan benar. Ma Rin binggung mendengarnya.
Saat itu
seorang pelayan membawa bara api dan tak sengaja jatuh dan hampir mengenai Ma
Rin, So Joon langsung berdiri memarahinya karena hampir membuat cedera orang
dan meminta agar berhati-hati membawa
benda berbahaya.
Ma Rin
terdiam melihat So Joon yang marah tapi wajahnya bisa tersenyum karena itu
artinya suaminya sangat melindunginya. Si pelayan meminta maaf dan membawa bara
api. So Joon duduk disamping Ma Rin menanyakan keadaanya, Ma Rin mengaku hanya
sedikit menakutkan. So Joon mengaku kalau jantungnya bergedup kencang dengan
memastikan Ma Rin tak terluka.
Mereka
berdua pergi ke kasir, Ma Rin mengeluarkan kartunya untuk membayarnya, So Joon
pikir dirinya yang akan membayar. Ma Rin menolak karena harganya tak mahal. So
Joon pun hanya bisa mengucapkan terimakasih tapi merasa kalau seharusnya
mengunakan kartunya saja.
“Bukankah
kau terlalu memisahkan milikmu dengan milikku?” kata So Joon keluar dari
restoran
“ Rasanya
aneh dan Aku akan mulai bekerja lagi. Jika aku mulai menganggap milikmu adalah
milikku, maka aku takut akan hilang kendali. Sampai aku kembali bekerja, semua milik
masing-masing saja, oke?” ucap Ma Rin dengan bangga kalau dirinya keren
“Kurasa
bukan keren tapi Kau hanya keras kepala.” Kata So Joon dan Ma Rin berjalan
sambil mengandeng lengan suaminya.
“Kau sangat
terkejut di restoran tadi dan juga sangat marah” ucap Ma Rin dengan nada
bahagia, So Joon mengelak, Ma Rin bisa mendengar So Joon yang meninggikan
suaranya jadi itu tandanya marah.
“Itu Seolah
kau pelindungku saja.” Ungkap Ma Rin tersipu malu, So Joon beralasan kalau tapi
hanya reflek saja.
“Jadi Bukan
instingmu yang ingin melindungiku? Aku rasa, pasti darah mendidih seorang pria sedang
mengalir di dalam sana.” Komentar Ma Rin sambil mencuci bau tubuh So Joon
seperti seorang pria dewasa.
“Kau selalu
menyimpulkan sesuka hatimu. Song Ma Rin-ku.” Keluh So Joon, Ma Rin pikir merasa
tahu kalau So Joon itu menyukainya.
“Apa kau mau
beli buah di sana?” kata Ma Rin menunjuk penjual buah, So Joon mengatakan kalau
mereka sudah punya di rumah.
“Ini Luar
biasa. Aku mengajak beli buah, dan kau bilang kita punya di rumah.Kita terasa
seperti benar-benar menikah, 'kan?” ungkap Ma Rin dan kembali mencium bau badan
suaminya dari baju yang dipakai So Joon.
So Joon mengatakan kalau ini bau daging panggang dan berjalan untuk
membeli buah.
So Joon
mengupas kulit apel, Ma Rin memberikan tantangan kalau sampai kulitnya terputus
ditengah maka So Joon harus mengabulkan keinginannya. So Joon bertanya apa keinginannya. Ma Rin
ingin nama di ponsel So Joon menyimpan dengan nama "Bunga". So Joon
menegaskan akan mengupas tanpa terputus.
“Aku
ingin begitu... Suamiku...” ucap Ma Rin dengan membaringkan kepala di kursi. So
Joon mengeluh Ma Rin yang mudah sekali memanggil seperti itu.
“Ibu dan
ayahku menikah karena Ibu mengandung aku.” Cerita Ma Rin, So Joon sudah
menduganya dan Ma Rin lahir saat ibunya berusia 20 tahun.
“Dua
orang yang masih terlalu muda menikah karena aku. Ayahku kabur saat aku kelas 2
SD. Jadi, aku bahkan tidak ingat wajahnya. Bagaimanapun juga mereka tetaplah
Ayah dan Ibu buatku.” Cerita Ma Rin, So Joon terdiam mendengar cerita Ma Rin
dan bertanya apa maksud dari ceritanya.
“Dalam
ingatanku...mereka pria dan wanita yang saling mencintai. Suami dan isteri yang
berbahagia. Namun, sebenarnya tidak seperti itu, Mereka hidup bersama hanya
karena aku. Aku menyadarinya meski masih sangat muda saat itu. Saat mereka
bertengkar, aku bertanya-tanya apakah itu karena aku. Saat Ibuku menangis
sendirian, apakah juga karena aku? Ketika makan bersama dalam situasi yang
kaku, apakah karena aku juga? Apakah
semuanya karena aku?” cerita Ma Rin merasa bersalah.
“Kurasa,
kau hanya berpikir terlalu jauh saat itu. Mereka pasti memiliki dan
membesarkanmu karena cinta.” Kata So
Joon menenangkanya.
Ma Rin
bertanya apakah menurut So Joon dirinya sebagai wanita. So Joon mengangguk. Ma
Rin meminta agar So Joon Berjanjilah bahwa akan tetap menganggapnya sebagai wanita selamanya. So
Joon menganguk kembali. Ma Rin pikir So Joon harus tahu seberapa keras usahanya
agar mereka bisa hidup bersama dengan rukun,
“Sebelum
kita menikah, aku bahkan ikut kelas pra-pernikahan.”cerita Ma Rin, So Joon
yakin kalau Ma Rin hanya berbohong, Ma Rin menyakinkan dengan mengeluarkan buku
dan membaca bagian yang meninggalkan
kesan mendalam.
“Jangan
meributkan yang pasanganmu lakukan, namun tunjukkan perasaanmu. Daripada mengatakan,
"Kenapa pulang telat?" Katakan, "Aku mencemaskanmu. Karena kau
tidak memberitahu akan pulang terlambat".” Kata Ma Rin membacanya, So Joon
mengeluh mendengar kalimat seperti itu.
“Itu
tidak menarik dan Tidak bagus.” Ucap Soo Joon, Ma Rin melihat So Joon menaruh
apelny dan memperingatakan kalau Meletakkan apelnya berarti melanggar aturan.
So Joon kembali mengambilnya
“Ini yang
kedua... Sebelum mengomentari, pahami dulu pasanganmu. Ini satu dari empat hal
yang harus kau ingat dalam
berkomunikasi. Pasanganmu...” ucap Ma Rin dan So Joon tiba-tiba langsung
mencium Ma Rin.
Ia
mengajak Ma Rin agar segara masuk ke kamar, Ma Rin kaget karena So Joon
tiba-tiba bersikap seperti mengodanya padahal sedang membaca. So Joon pikir
sejak kapan Ma Rin mempelajari kehidupan dari membaca buku. Ma Rin pun meminta
agar So Joon bisa mengodanya, So Joon mengigit bibir untuk mempersiapkan diri
tapi akhirnya berpikir Sudah cukup dan bergegas masuk ke kamar, Ma Rin pun mengikutinya.
Keduanya
sudah berbaring diatas ranjang dengan saling menatap. Ma Rin mendengar dari
perkataan orang-orang bahwa pernikahan
itu membuat gila dan jalan menuju pemakaman. Ia merasa heran Kenapa mereka
mengatakan hal mengerikan seperti itu.
“Kenapa
tidak seorangpun yang mengatakan menyenangkan? Mereka ingin kesenangan itu
untuk diri sendiri. Tapi.. Aku bahagia.” Ungkap Ma Rin, So Joon juga
mengakuinya lalu merasa kalau tanganya mati rasa.
Akhirnya
Ma Rin bergantian memberikan lenganya untuk suaminya, So Joon mengaku sangat
nyaman sekali. Ma Rin pikir akan melakukan selamanya. Menjadi bantalan tangan.
So Joon merayu kalau melihat Ma Rin dari dekat
seperti wanita paling cantik di dunia ini.
“Bagaimana
kalau dari jauh?” tanya Ma Rin, So Joon mengodanya dengan menjawab Ma Rin
seperti Bap Soon
Doo Sik
duduk didepan komputernya seperti setengah mabuk membaca artikel Yong Jin[Metode
Besar dalam "Investasi Real Estate Menguntungkan"]
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar