Ki Joon
pun tak bisa menolak lalu keluar dari ruangan, suara deringan ponsel terdengar.
CEO Jang membuka laci meja terlihat ada empat ponsel yang dimilikinya, lalu
dikagetakan dengan laporan anak buahnya kalau ada benda hilang. Ki Joon seperti
tak peduli memilih untuk pergi.
CEO Jang
menyuruh anak buahnya agar mencari tahu dan langsung melaporkan padanya.
Beberapa Polisi China menemukan beberapa barang yang ditemuka selama mereka
bertahan hidup dipulau termasuk obat dan barang lainya, Ketua polisi menyuruh
mereka harus menemukannya sebelum matahari terbenam.
“Benda
itu...mereka tidak bisa menemukannya karena
mereka sibuk mencari mayat. Benda-benda itu rupanya alat masak, pakaian dan
ponsel.” Jelas anak buah CEO Jang
“Apa
maksudmu Ponsel?” kata CEO Jang mulai panik, seorang polisi menemukan sebuah
ponsel yang ada dibawah dedanuan. CEO Jang pun menutup telp dan langsung
mengambil ponsel lainya.
Flash Back
So Hee
dengan tatapan sinis padahal sudah meminta pada CEO Jang aga bisa bertemu
secara pribadi dengan sutradara itu rapi sampai sekarang belum mengatur
jadwal pertemuan merasa kalau terlalu mengabaikannya, karena ini adalah
perjanjian yang mereka sepakati.
Saat CEO
Jang yang panik masuk ke dalam rumah So Hee, melihat foto bersama dengan Jaksa
Yoon dan anak buahnya mengobrak ngabrik seperti mencari sesuatu. Ia bertanya
pada anak buahnya apakah sudah periksa komputer milik So Hee. Anak buahnya
berkata kalau Tidak ada yang penting.
CEO Jang
menelp Ji Ah yang sedang ada di mobil mengunakan penutup kepala, Sebelumnya
mengetahui kalau Ji Ah bersama So Hee saat terdampar di pulau, Ji Ah
membenarkan lalu menanyakan alasan membahas hal itu.
“Lalu
Ponsel siapa yang kau pakai untuk mencari pertolongan saat itu?” tanya CEO Jang, Ji Ah balik bertanya kenapa CEO Jang tiba-tiba menanyakan hal itu.
“Jawab
saja pertanyaanku!” teriak CEO Jang marah, Ji Ah makin heran mendengar CEO Jang
malah berteriak lalu mengingat saat itu Lee Yul yang bisa melihat cahaya dalam
hutan dan ponsel yang dipegangnya ada tempalan untuk ponsel.
Ia pun
akhirnya membenarkan kalau itu Ponselnya So Hee. CEO Jang pun mengerti lalu
menutup telpnya. Ia kembali menelp anak buahnya bertanya keberadaan ponsel itu
sekarang. Si anak buah mengatakn tak
bisa menemukannya dan pihak kepolisian sudah mengirimnya ke Korea. CEO Jang
panik menanyakan Dikirim ke siapa barang-barang temuan itu.
Hee Kyung
sedang melakukan kampanye dengan pergi ke pasar tradisional menyapa semua
pedang dengan ramah dan senyuman lebar. Penyidik Oh juga mengawalnya seperti
sebagai pendukung setia atasanya. Hee Kyung meminta dukungan agar berreformasi.
Seorang
Bibi menyapa Ketua Jo dengan berjabat tangan. Hee Kyung seperti terpaksa
menerima jabatan bibi penjual padahal sudah melepaskan sarung tangan untuk
memotong sondae.
“Saya
tahu semua kesulitan yang dialami pedagang di pasar tradisional. Saya selalu
menyukai pasar tradisional sejak masih kecil. Saya sering datang ke sini
membeli bahan makanan dengan ibuku. Saya masih ingat masa-masa itu jelas
sekali.” Ungkap Hee Kyung
Si bibi
menyuapi Hee Kyung dengan makanan yang dijualnya, Hee Kyung seperti tak
menyukai terpaksa memakanya. Penyidik Oh siap dengan ponsel mengambil gambar
sebagai bukti kedekatan Hee Kyung dengan rakyat kecil. Bibi yang lain ikut
menyuapi semua makanan ke mulut Hee Kyung sampai penuh.
Hee Kyung
berdiri di podium, para Tim suksesnya terus mengelu-ngelukan namanya dan
memberikan selembaran mempromosikanya. Mereka meminta agar memilih Hee Kyung,
Penyidik Oh datang memanggil “Ketua Jo”. Hee Kyung langsung berjongkok sambil
mengeluh karena mengatur jadwal seperti ini dan harus pergi ke banyak pasar
menurutnya ini konyol sekali.
“Aku jadi
terpaksa makan banyak makanan tadi dan Kenapa
orang masih memanggilku Ketua?Aku bukan orang komisi lagi.” Kata Hee Kyung
sambil meminum obat mual
“Ya Ketua
Jo. Maksudku,Anggota DPR.” Kata Penyidik Oh lalu sedikit menyingkir untuk
menerima telp
Penyidik Oh kaget
mengetahui ada Benda yang hilang. Sebuah kotak besar sudah diberi label [Benda-benda orang yang sudah meninggal
dunia] Anak buah Penyidik Oh mengatakan akan membawanya
Joon Oh
keluar dari toilet dengan pakaian baru dan sudah mandi. Bong Hee melihatnya
berkomentar kalau Joon Oh akhirnya
kelihatan seperti orang normal. Joon Oh
kembali mengeluh pada Bong Hee yang selalu
membawa kaos turtleneck seperti tak nyaman, Bong Hee pikir itu terlihat keren.
“Pakai
selalu topimu. Jangansampai orang melihatmu.” Ucap Bong Hee memberikan tokpi
dan juga masker. Joon Oh mengeluh harus mengunakan penutup mulut juga.
“Seo Joon
Oh, di mana itu? Aku memberikan syal-ku padamu.” Kata Bong Hee tak melihat syal
miliknya. Joon Oh meminta maaf harus membuangnya karena syal Bong Hee itu sudah
bau.
“Banyak
yang harus kita bahas.Kita bicara di tempat lain saja.” Ajak Jaksa Yoon yang
sedari tadi ada diantara keduanya.
“Maaf,
tapi aku ada urusan.Ini lebih penting daripadamenghapus tuduhan palsuku.” Kata
Joon Oh.
Jaksa
Yoon ingin tahu Urusan apa. Joon Oh pikir akan memberitahu kalau sudah kembali
lalu pamit pergi lalu meminjam uang 10 ribu won. Bong Hee melihat dompetnya tak
memiliki uang, akhirnya meminjam uang pada Jaksa Yoon.
Ki Joon
memegang naskah drama berjudul "Rahasia" terlihat gelisah melihat Ji
Ah yang duduk disampingnya. Ji Ah dengan mata tertutup bertanya kapan Ki Joon
akan memberitahukanya. Ki Joon pun baru
sadar kalau ternyata Ji Ah tak tidur. Ji Ah mengaku sudah menunggu sampai Ki
Joon mau menceritakan padanya. Ki Joon berpura-pura tak mengerti harus cerita
apa.
“Apa CEO
Jang mengancammu mengubah kesaksianmu? Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran?
Apa karena aku? Apa dia memanfaatkanku untuk mengancammu?” kata Ji Ah menatap
Ki Joon
“Bukan
seperti itu.” Kata Ki Joon mengelak, Ji Ah ingin tahu alasanya.
“Aku
tidak peduli apa yang ada di majalah. Yang harus kau lakukan adalah mengatakan yang sebenarnya.” Tegas Ji Ah.
“Kau harus
peduli dengan isi majalah, karena Kau itu aktris. Kau harus peduli karena reputasimulah yang terpenting. Hidup kita sudah
sulit di pulau itu. Teganya mereka menulis kau hamil di pulau?” kata Ki Joon
Ji Ah
merasa sangat mengecewakan sekali dan yakin kalau itu karena CEO Jang. Ki Joon
langsung menyuruh Ji Ah mengambil peran itu
untuk menghentikan rumor mereda dan menurutnya Reputasi Tae Ho bagus,
menurutnya dengan membangun hubungan melalui berperan sebagai pasangannya maka
reputasi Ji Ah akan berkembang.
“Jangan
terlalu banyak berpikir, dan bertahanlah. Sampai semua ini mereda...,kita harus
fokus di pekerjaan kita.” Pinta Ji Ah
“Apa kau
menyuruhku berhubungan dengan si brengsek itu?” kata Ji Ah marah, Ki Joon tak
kalah marah berpikir kalau itu sudah gila.
“Apa kau
tidak merasa menyesal pada Joon Oh Oppa?
Oh, benar,, Kita bahkan tidak pantas membuat merasa menyesal. Kita sudah
mengkhianatinya.” Kata Ji Ah menyindir
“Kau
tidak perlu merasa bersalah karena untuk mengatakan kalau aku ini pengkhianat.”
Ucap Ki Joon
“Aku
tidak bisa ada di dalam mobil denganmu lagi. Jadi bagaimana? Oppa yang turun,
atau aku?” kata Ji Ah
Ki Joon
pikir mereka tak mungkin karena ada di
jalan tol sekarang. Nanti ada kecelakaan kalau turun sekarang. Joon Oh menyuruh
Ki Joon agar Berhenti bicara omong kosong.
Ki Joon
akhirnya turun di jalan yang sepi dan banyak ilalang, sambil bergumam kalau
hanya memilih jalan bagi mereka berdua untuk bertahan hidup dan juga Joon Oh
sudah tiada jadi Ji Ah itu tidak tahu apa-apa. Ia berharap agar Ji Ah tetap
kuat dan maju, karena Hanya itu yang dibutuhkannya.
Akhirnya
Ki Joon mengangkat tanganya agar meminta tumpangan, seorang nenek dengan roda
empat berhenti. Ki Joon hanya bisa menghela nafas akhirnya terpaksa ikut naik
walaupun kecepatan 10km/jam.
Byung Joo
akhirnya menjemput Ki Joon dengan mobilnya, Ki Joon mengeluh Byung Joo yang
selalu menyetir pelan-pelan. Byung Joo mengaku kalau itu mobil neneknya jadi
tidak biasa mengemudikannya. Ki Joon pun keluar dari mobil mengeluh kakinya
yang sakit.
Seseorang
sedang menyapu jalan karena banyak sampah, sambil mengatakan kalau Ada kepercayaan,
cinta, dan persahabatan. Ki Joon melihat pria itu dari belakang. Joon Oh
membalikan badanya merasa kalau Baunya tak asing yaitu Bau pengkhianat rupanya.
Ki Joon
melonggo kaget melihat Joon Oh ada didepanya dan ternyata masih hidup. Joon Oh
pun membuka tanganya lebar-lebar ingin memeluk Ki Joon dan memintanya mendekat.
Ki Joon mendekat tapi setelah itu mendorong Joon Oh.
Joon Oh
berteriak memanggil Ki Joon, sementara Ki Joon berusaha untuk masuk kembali ke
dalam mobil. Byung Joo terlihat kesusahan memutar mobilnya karena tak terbiasa.
Joon Oh mencegatnya menyuruh Byung Joo membuka pintu.
Byung Joo
kaget melihat Joon Oh, tapi Ki Joon menyuruh Byung Joo segera pergi dan siap
mengunakan sabuk pengamanya. Joon Oh bisa memasukan tangan dengan mencekik
leher Ki Joon saat melihat jendela kamar sedikit terbuka. Ki Joon memarahi
Byung Joo malah melajukan mobil karena membuat kesakitan.
Joon Oh
lalu memberika pilihan pada Byung Joo, dirinya atau Ki Joon. Byung Joo terlihat
kebingunan memutar mobilnya, hanya maju mundur tak jelas. Joon Oh akhirnya
membantu Byung Joo untuk memarkirkan mobil, saking kesalnya melihat sang
manager tak mengerti arah mencekik dari celah jendela mobil.
Ki Joon
mencari kesempatan untuk kabur, melihat sebuah taksi langsung masuk. Seorang
ibu binggung melihat Ki Joon yang tiba-tiba masuk langsung tertunduk saat
melewati Ki Joon dan Byung Joo.
Byung Joo
yang melihat Ki Joon sangat merindukan artisnya. Ki Joon masih membungkuk dalam taksi, si Bibi menyuruh Ki Joon menyingkir karena
sudah sampai tujuanya. Ki Joon terpaksa turun dan masih bersembunyi dibalik
pintu.
“Apa Kau
bersembunyi? Kenapa kau balik kesini lagi?” ejek Joon Oh yang berusaha kabur
malah kembali lagi ke tempatnya.
“Dia
masih pemula dalam hal mengemudi, jadi aku
harus membantu dia memundurkan mobil. Kenapa semua orang tak pandai menyetir?”
kata Ki Joon membantu sopir taksi memundurkan mobilnya.
Ki Joon
pun akhirnya kembali kabur, Joon Oh mengejarnya dan tertabrak sepeda. Ki Joon
yang tak tega kembali melihat keadaan Joon Oh. Joon Oh pun membantu si
pengemudi untuk berdiri dan kembali mengejar Ki Joon.
Saat itu
Joon Oh melihat sebuah mainan yang sudah lama tak ditemuinya, lalu memanggil Ki
Joon Keduanya pun maen games yang
biasanya di mainkan oleh anak kecil, seperti teman sebaya. Joon Oh melihat
mainan putaran yang mengeluarkan mainan dan meminta Ki Joon uang.
Ki Joon
memberikan uangnya, saat itu Joon Oh tersadar kalau seharusnya mengejar Ki
Joon. Keduanya kembali lagi saling kejar-kejaran. Joon Oh berhenti melihat
penjual toppoki, bertanya berapa harganya. Si bibi memberitahu harganya 2000
won. Ki Joon meminta setengah porsi saja
dengan harga 1000 won saja. Si Bibi menolaknya memberikanya. Ki Joon
mengeluh si bibi itu sungguh kejam.
Ki Joon
kembali datang dengan meminta bibi agar memberikan satu porsi. Keduanya
menikmati toppoki berssama, Joon Oh yakin ini terbuat dari gandum. Ki Joon
memberitahu kalau terbuatdari tepung beras, Joon Oh tetap kalau itu dari gandum
karena sangat kenyal. Ki Joon meminta mengunyah dengan benar kalau teksturnya
seperti nasi.
Si bibi
mengeluh melihat keduanya yang terus adu mulut seperti anak kecil. Joon Oh
mengaku mereka tidak bertengkar dan juga sudah dewasa. Keduanya saling menatap
sampai akhirnya kembali tersadar kalau mereka tadi sedang saling mengejar. Ki
Joon akhirnya pergi lebih dulu dan Jooon Oh kembali mengejarnya, mereka saling
kejar-kejaran sampai akhirnya berbalik Ki Joon yang mengejar Joon Oh.
Jaksa
Yoon pergi bersama dengan Bong Hee menanyakan pendapat kalau membiarkan mereka
berdua saja dan lagi identitas Seo Joon Oh tidak boleh terekspos untuk saat
ini. Bong Hee yakin kalau keduanya akan baik-baik saja.
“Seo Joon
Oh pernah bilang padaku kalau dia kembali, semua orang, Manajer Jung, Ji Ah,
Sekretaris Tae akan mengubah keputusan mereka. Dia bilang akan memastikannya
dam Tentu saja hal itu tidak akan mudah. Tapi sama seperti bagaimana dia
selamat di pulau serta selamat dalam perjalanannya kembali ke Korea, maka dia
akan membalikkan semua keadaan seperti semula dengan caranya sendiri. Kita
harus percaya padanya.” Ungkap Bong Hee
Ki Joon
dan Joon Oh sudah kelelahan berlari dengan nafas terengah-engah dan keringat
bercucuran. Joon Oh melihat tempat sauna,
lalu menyuruh Ki Joon menunggunya karena mau mandi, tapi sebelum masuk
meminta uang kembali. Keduanya akhirnya beredam dalam kolam air hangat.
“Hyung...
Kalau kupikir-pikir lag sepertinya memang benar tteokbokki itu terbuat dari
beras. Kau selalu benar.” Ungkap Joon Oh, Ki Joon hanya bisa tersenyum
mendengarnya.
“Kenapa
kau melakukannya?” tanya Joon Oh serius, Ki Joon hanya bisa meminta maaf, dengan menanyakan luka di tubuh sang artis
dan juga temanya.
“Badanku
sakit kalau aku mengangkat lengan, tadi aku tanya. kenapa kau melakukannya.”
Kata Joon Oh kembal, Ki Joon mengatakan kalau sudah meminta maaf.
“Apa Kau
masih bisa keluar dengan keadaan seperti ini?” tanya Ki Joon, Joon Oh pikir tak
bisa, Ki Joon bisa tahu karena Jaksa mencoba
melacak keberadaan Joon Oh sekarang.
“Apa Kau
mau lapor polisi?” sindir Joon Oh, Ki Joon pikir tak mungkin dirinya tega
melaporkan Joon Oh pada polisi walaupun sebrengsek itu padanya.
“Jangan
bilang siapa-siapa kalau kau melihatku
hari ini.” Perintah Joon Oh, Ki Joon panik bertanya apa yang direncanakan
sekarang.
Joon Oh
pikir Ki Joon sudah tahu, Karena sudah kembali, maka harus membalikkan keadaan,
merasa tidak bisa percaya ada orang yang tak tahu malu seperti Jang Do Pal dan
Choi Tae Ho, bahkan bisa melihat teman satu bandnya itu berpura-pura menangis
di jumpa pers menurutnya itu seperti aktor yang hebat.
“Ya...
Dia memang aktor yang lebih hebat dari kau. Kau sudah melihatnya. Dia tiba-tiba menangis jadi Dia memang aktor
yang luar biasa.” Kata Ki Joon membela, Joon Oh pun tak bisa membalasnya.
“Tae Ho
atau CEO Jang, pasti sulit menangani
mereka. Kedua orang itu sudah sangat berpengaruh pada media dan kau mungkin
tidak akan bisa menemukan bukti apapun. Apa Kau tak apa seperti itu?” kata Ki
Joon khawatir.
“Tentu
saja tidak. Aku pasti akan berjuang mati-matian. Tapi... mereka akan mengira bisa menindasku kalau aku tak berbuat apa-apa. Mereka
mengira bahwa punya kekuasaan dapat menyelesaikan semua masalah dengan agensi
mereka itu.” Ucap Joon Oh
“Kalau
waktu telah banyak berlalu..., pasti mereka akan menghapus semua bukti dan berpura-pura bahwa mereka semua tidak bersalah. Aku tidak bisa
membiarkan hal itu terjadi. Seseorang harus membalas perbuatan mereka demi Jae
Hyun dan So Hee. Aku harus melakukannya. Aku harus melakukannya walaupun nanti
aku tak berhasil.Aku harus berusaha dengan segala kekuatanku. Apa lagi yang
bisa kulakukan?” kata Joon Oh yakin ingin membalasnya.
“Joon Oh.
Aku minta maaf sekali, tapi aku... Aku sangat menyesal. Aku sangat senang kau
sudah selamat dan kembali, tapi aku
tidak bisa memihakmu. Itulah situasiku sekarang. Aku sungguh... ...minta maaf.”
Kata Ki Joon kesal sendiri.
“Kau
bilang akan percaya padaku walaupun orang lain di dunia ini tidak percaya
padaku. Kaulah orang yang berkata bahwa akan selalu berada di sisiku. Coba
Lihatlah... Dia hanya bicara apa yang
ingin dia katakan dan hanya mendengar apa
yang ingin dia dengar.” Ucap Joon Oh kesal.
Ki Joon
seperti menghukum dirinya sendiri dengan membenamkan wajahnya di dalam kolam
air, Joon Oh langsung menariknya mengeluh Ki Joon yang teru menerus meminta
maaf secara tulus. Ki Joon mengaku kalau merasa tak enak dan sungguh menyesal.
Joon Oh pun membahas Ki Joon yang ternyata belum mengubah kata sandi pintu
rumahnya yaitu masih 0831, ulang
tahunnya.
Ki Joon
kaget karena Joon Oh bisa mengetahuinya,
Joon Oh mengaku kalau tadi masuk ke rumahnya. Ki Joon mengeluh Joon Oh
yang menyelinap masuk ke rumahnya. Joon Oh meminta maaf karena tadi Ki Joon
yang datang terlambat. Ki Joon memarahinya karena bukan berarti Joon Oh yang
bisa menyelinap ke rumah seseorang.
Joon Oh
mengatakan kalau itu karena Ki Joon yang
lama sekali datangnya lalu tersadar kalau rumah itu dibeli olehnya untuk
Ki Joon. Ki Joon seperti tak sadar akhirnya memberikan pelajar dengan mencekik
leher Joon Oh dengan dua kakinya. Joon Oh memperingatkan agar jangan melukanya.
Ki Joon dan Joon Oh seperti sudah sangat dekat satu sama lain.
Tiga
Jaksa duduk tegang dalam kamar Bong Hee, seperti tak percaya didepanya ada Joon
Oh yang selama ini di anggap sudah mati. Joon Oh pun membuat suasana tak
canggung dengan melihat kaus kaki Jaksa yang beda warna. Ketiganya terlihat masih tetap
tegang. Bong Hee dan ibunya datang membawakan buah.
“Tapi...,
mana yang namanya Seo Joon Oh ?” tanya Ibu Bong Hee pada ketiga jaksa Bong Hee
berbisik pada ibunya kalau Joon Oh duduk disampingnya. Ibu Bong Hee pun melihat
sosok Joon Oh dengan jaket merah.
“Ibuku
jarang menonton TV. Kau tidak tersinggung, 'kan?” kata Bong Hee melihat Joon Oh
seperti terhina karena ada orang yang mengenal seorang artis. Keduanya pun
berkenalan.
“Bong Hee
bilang kalian semua telah banyak membantunya. Terima kasih banyak.Dia juga pasti
akan minta bantuan kalian semua. Jadi terima kasih sebelumnya. Terima kasih,
Jaksa.” Ucap Ibu Bong Hee sambil membungkuk mengucapkan terimakasih lalu ingin
mengambilkan minum untuk para tamu.
“Bagaimana
rasanya kembali di Korea? Kau pasti sedikit emosional sekarang.” Ungkap Jaksa
Yoon pada Joon Oh
“Aku
bukannya merasa emosional.” Akui Joon Oh yang terlihat tak suka dengan Jaksa
Yoon
“Katamu
ada urusan yang harus dibereskan. Apa
urusanmu berjalan lancar?” ucap Jaksa Yoon bersikap ramah, Joon Oh menjawab
seadanya merasa kalau memang seperti itu.
“Joon
Oh.... Apa mood-mu lagi jelek?” bisik Bong Hee mersa tak enak hati., Joon Oh
mengelengkan kepalanya. Ketiga Jaksa terlihat masih canggung makan buah yang
disediakan oleh ibu Bong Hee.
“Pasti
hari ini canggung karena ini pertama kalinya kita bertemu. Jadi bagaimana? Kau
harus merasa nyaman di sekitar kami karena banyak yang harus diselesaikan.”
Kata Jaksa Yoon
“Kurasa
aku tak canggung lagi seiring waktu berjalan.” Ucap Joon Oh sinis sambil makan
ayam yang dibawakan Ibu Bong Hee.
“Joon Oh,
kau kenapa? Kau membuat mereka jadi tidak nyaman.” Tegas Bong Hee menyuruh agar
Joon Oh bisa tersenyum
“Aku
masih punya ingatan yang buruk soal pemerintahan. Seperti yang kau tahu, bertemu
seperti ini membuatku sedikit tidak nyaman.”Akui Joon Oh
Jaksa
Yoon bisa mengerti karean Ini pertemuan pertama merkea jadi pasti tak
canggung lagi seiring waktu berjalan
jadi akan mencoba yang terbaik untuk
membuat Joon Oh merasa nyaman. Joon Oh malah berpikir kalau suara Jaksa Yoon
tidak terdengar santai. Jaksa Cho meminta agar Joon Oh tak membuat keadaan jadi
tidak nyaman, karena Jaksa Yoon itu berbicara sangat santai sekarang.
“Ah.. Maksud
dia, kau harus memperlakukan dia dengan santai saja. Aku tidak bermaksud kau
boleh bersikap tak sopan padanya.” Jelas Jaksa Cho mencoba meralat kalimatnya.
“Apa Bisa
kita sekarang mulaimembahas masalahnya?” tanya Jaksa Yoon, Joon Oh pun
menyetujuinya.
Sementara
CEO Jang masuk ke dalam mobil dengan wajah gugup dari kejauhan Tae Ho dan Byung
Joo melihatnya. Jaksa Cho menceritakan kalau menemukan kalimat ketika menyelidiki
kasus Jae Hyun lagi, bawah Ada rekaman dimana So Hee, yang statusnya saksi saat
itu.. mengatakan dia memiliki bukti bahwa kematian Jae Hyun adalah murni
pembunuhan.
“Aku bertemu
detektif yang menangani kasus ini dan bertanya kepadanya. Dia bilang memang
benar So Hee memberikan pernyataan itu. Namun dia mengatakannya seperti...Seolah-olah
So Hee terus mengubah pernyataannya
karena dia ingin menunjukmu, Joon Oh, sebagai tersangka pembunuhan.” Cerita
Jaksa Yoon
“So Hee
pasti telah diancam oleh Jang Do Pal. Karena itulah dia terus mengubah
pernyataannya. Dia tahu siapa yang membunuh Jae Hyun. Karena itulah dia...”
kata Joon Oh tak bisa melanjutkan perkataanya.
“Kita
harus mengungkap kebenaran di balik kematian So Hee dengan cara menangkap orang
yang membunuh Shin Jae Hyun. Dengan begitu, tuduhan palsu terhadapmu bisa
dicabut, Seo Joon Oh.” Ucap Jaksa Yoon
“Tapi
kita berada dalam situasi yang tidak menguntungkan
di mana kita tidak memiliki bukti penting atau saksi yang bisa bersaksi bagi
kita.” Pikir Bong Hee.
“Sebenarnya,
aku telah menyelidiki semua yang ada sangkut pautnya.< Sepertinya ada
beberapa benda yang akan segera dikirim ke Korea. Benda tersebut adalah benda-benda
yang ditinggalkan di pulau itu.” Cerita Jaksa Yoon
Saat itu
barang-barang dengan kotak kardus sudah masuk ke dalam xray, dan salah seorang
memeriksa bagian kotak dengan mengambil ponsel yang ditemukan di pulau. Jaksa
Yoon mengatakan kalau Di antara
benda-benda tersebut, ada benda yang familiar lalu memperlihatkan foto yang
diterimanya pada Joon Oh.
“Seo Joon
Oh. Bukankah ini ponsel. yang dipakai Ji Ah buat memberikan tanda pada kita kalau dia ada di gua itu?” pikir
Bong Hee melihat ponsel tersebut.
“Entahlah.
Waktu itu terlalu gelap. Bukankah ponselnya warna hitam?” pikir Joon Oh
“Ini
memang ponselnya So Hee. Dia telah bersikeras menggunakan ponsel ini selama bertahun-tahun.
Jadi di ponselnya itu pasti ada bekas corak tangannya... dan ponselnya pernah
rusak beberapa kali. Tapi dia bersikeras
menggunakannya tanpa mengganti casing ponselnya.cAku ingin membelikannya ponsel
baru karena ponsel itu tak layak bagi seorang aktris..., tapi dia bilang dia
ingin menggunakannya karena sudah nyaman dengan ponsel itu.” Cerita Jaksa Yoon
Di
ruangan
Hee Kyung
sibuk dengan mempersiapkan poster untuk promosinya. Penyidik Oh menerima telp
dan meminta agar anak buahnya segera membawanya.
Saat itu CEO Jang
sekertarisnya datang ke bagian barang dan petugas mengatakan Tidak ada. CEO
Jang terlihat marah karena sebelumnya mengatakan kalau barang itu sudah ada
jadi datang. Petugas mengatakan kalau
sudah ada orang yang membawanya. Si petugas pun bertanya siapa sebenarnya CEO
Jang itu.
Penyidik
Oh mendekati Hee Kyung memberitahu bahwa Benda dari pulau terpencil sudah sampai
dan ingin tahu harus diapakan, karena Mereka tidak tahu benda itu harus dikirim
kemana, dan Komisi masih dalam pemberhentian jadi menyuruh membawakannya ke
kantor ini.
“Penyidik
Oh... Apa kau masih menganggapku sebagai ketua komisi? Tolong jangan tanyai aku
hal-hal seperti itu. Buang saja benda itu.
Kalau perlu, bakar saja... Aku ini sudah banyak kerjaan.” Keluh Hee
Kyung tak peduli, Penyidik Oh pun mengerti.
“Dia
masih saja memarahiku karena aku masih menganggapnya sebagai ketua...,tapi dia
sendiri masih memanggilku Penyidik Oh.” Kata Penyidik Oh berjalan sambil
mengeluh.
Joon Oh
dengan wajah penuh semangat mengajak mereka untuk mengambil ponsel itu, Bong Hee juga setuju. Jaksa Yon bisa
tersenyum karena semua orang seperti memiliki satu tujuan untuk mengambil
ponsel tersebut.
Dua orang
pria membawa kardus dengan berlabel [Benda-benda tertinggal dari kecelakaan pesawat
Legend Entertainment] dan siap membuang pada tong untuk membuat api unggun.
bersambung ke episode 12
Lanjut mba...
BalasHapus