PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 23 Februari 2017

Sinopsis Missing Nine Episode 11 Part 2

 PS : All images credit and content copyright :MBC

Ki Joon pun tak bisa menolak lalu keluar dari ruangan, suara deringan ponsel terdengar. CEO Jang membuka laci meja terlihat ada empat ponsel yang dimilikinya, lalu dikagetakan dengan laporan anak buahnya kalau ada benda hilang. Ki Joon seperti tak peduli memilih untuk pergi.
CEO Jang menyuruh anak buahnya agar mencari tahu dan langsung melaporkan padanya. Beberapa Polisi China menemukan beberapa barang yang ditemuka selama mereka bertahan hidup dipulau termasuk obat dan barang lainya, Ketua polisi menyuruh mereka harus menemukannya sebelum matahari terbenam.
“Benda itu...mereka tidak bisa menemukannya  karena mereka sibuk mencari mayat. Benda-benda itu rupanya alat masak, pakaian dan ponsel.” Jelas anak buah CEO Jang
“Apa maksudmu Ponsel?” kata CEO Jang mulai panik, seorang polisi menemukan sebuah ponsel yang ada dibawah dedanuan. CEO Jang pun menutup telp dan langsung mengambil ponsel lainya. 

Flash Back
So Hee dengan tatapan sinis padahal sudah meminta pada CEO Jang aga  bisa bertemu  secara pribadi dengan sutradara itu rapi sampai sekarang belum mengatur jadwal pertemuan merasa kalau terlalu mengabaikannya, karena ini adalah perjanjian yang mereka sepakati.
Saat CEO Jang yang panik masuk ke dalam rumah So Hee, melihat foto bersama dengan Jaksa Yoon dan anak buahnya mengobrak ngabrik seperti mencari sesuatu. Ia bertanya pada anak buahnya apakah sudah periksa komputer milik So Hee. Anak buahnya berkata kalau  Tidak ada yang penting. 

CEO Jang menelp Ji Ah yang sedang ada di mobil mengunakan penutup kepala, Sebelumnya mengetahui kalau Ji Ah bersama So Hee saat terdampar di pulau, Ji Ah membenarkan lalu menanyakan alasan membahas hal itu.
“Lalu Ponsel siapa yang kau pakai untuk mencari pertolongan saat itu?” tanya CEO Jang, Ji Ah balik bertanya kenapa CEO Jang tiba-tiba menanyakan hal itu.
“Jawab saja pertanyaanku!” teriak CEO Jang marah, Ji Ah makin heran mendengar CEO Jang malah berteriak lalu mengingat saat itu Lee Yul yang bisa melihat cahaya dalam hutan dan ponsel yang dipegangnya ada tempalan untuk ponsel.
Ia pun akhirnya membenarkan kalau itu Ponselnya So Hee. CEO Jang pun mengerti lalu menutup telpnya. Ia kembali menelp anak buahnya bertanya keberadaan ponsel itu sekarang.  Si anak buah mengatakn tak bisa menemukannya dan pihak kepolisian sudah mengirimnya ke Korea. CEO Jang panik menanyakan Dikirim ke siapa barang-barang temuan itu. 

Hee Kyung sedang melakukan kampanye dengan pergi ke pasar tradisional menyapa semua pedang dengan ramah dan senyuman lebar. Penyidik Oh juga mengawalnya seperti sebagai pendukung setia atasanya. Hee Kyung meminta dukungan agar berreformasi.
Seorang Bibi menyapa Ketua Jo dengan berjabat tangan. Hee Kyung seperti terpaksa menerima jabatan bibi penjual padahal sudah melepaskan sarung tangan untuk memotong sondae.
“Saya tahu semua kesulitan yang dialami pedagang di pasar tradisional. Saya selalu menyukai pasar tradisional sejak masih kecil. Saya sering datang ke sini membeli bahan makanan dengan ibuku. Saya masih ingat masa-masa itu jelas sekali.” Ungkap Hee Kyung
Si bibi menyuapi Hee Kyung dengan makanan yang dijualnya, Hee Kyung seperti tak menyukai terpaksa memakanya. Penyidik Oh siap dengan ponsel mengambil gambar sebagai bukti kedekatan Hee Kyung dengan rakyat kecil. Bibi yang lain ikut menyuapi semua makanan ke mulut Hee Kyung sampai penuh. 

Hee Kyung berdiri di podium, para Tim suksesnya terus mengelu-ngelukan namanya dan memberikan selembaran mempromosikanya. Mereka meminta agar memilih Hee Kyung, Penyidik Oh datang memanggil “Ketua Jo”. Hee Kyung langsung berjongkok sambil mengeluh karena mengatur jadwal seperti ini dan harus pergi ke banyak pasar menurutnya ini konyol sekali.
“Aku jadi terpaksa makan  banyak makanan tadi dan Kenapa orang masih memanggilku Ketua?Aku bukan orang komisi lagi.” Kata Hee Kyung sambil meminum obat mual
“Ya Ketua Jo. Maksudku,Anggota DPR.” Kata Penyidik Oh lalu sedikit menyingkir untuk menerima telp
Penyidik Oh kaget mengetahui ada Benda yang hilang. Sebuah kotak besar sudah diberi label  [Benda-benda orang yang sudah meninggal dunia] Anak buah Penyidik Oh mengatakan akan membawanya


Joon Oh keluar dari toilet dengan pakaian baru dan sudah mandi. Bong Hee melihatnya berkomentar kalau Joon Oh  akhirnya kelihatan seperti  orang normal. Joon Oh kembali mengeluh pada Bong Hee yang  selalu membawa kaos turtleneck seperti tak nyaman, Bong Hee pikir itu terlihat keren.
“Pakai selalu topimu. Jangansampai orang melihatmu.” Ucap Bong Hee memberikan tokpi dan juga masker. Joon Oh mengeluh harus mengunakan penutup mulut juga.
“Seo Joon Oh, di mana itu? Aku memberikan syal-ku padamu.” Kata Bong Hee tak melihat syal miliknya. Joon Oh meminta maaf harus membuangnya karena syal Bong Hee itu sudah bau.
“Banyak yang harus kita bahas.Kita bicara di tempat lain saja.” Ajak Jaksa Yoon yang sedari tadi ada diantara keduanya.
“Maaf, tapi aku ada urusan.Ini lebih penting daripadamenghapus tuduhan palsuku.” Kata Joon Oh.
Jaksa Yoon ingin tahu Urusan apa. Joon Oh pikir akan memberitahu kalau sudah kembali lalu pamit pergi lalu meminjam uang 10 ribu won. Bong Hee melihat dompetnya tak memiliki uang, akhirnya meminjam uang pada Jaksa Yoon. 

Ki Joon memegang naskah drama berjudul "Rahasia" terlihat gelisah melihat Ji Ah yang duduk disampingnya. Ji Ah dengan mata tertutup bertanya kapan Ki Joon akan memberitahukanya.  Ki Joon pun baru sadar kalau ternyata Ji Ah tak tidur. Ji Ah mengaku sudah menunggu sampai Ki Joon mau menceritakan padanya. Ki Joon berpura-pura tak mengerti harus cerita apa.
“Apa CEO Jang mengancammu mengubah kesaksianmu? Kenapa kau tiba-tiba berubah pikiran? Apa karena aku? Apa dia memanfaatkanku untuk mengancammu?” kata Ji Ah menatap Ki Joon
“Bukan seperti itu.” Kata Ki Joon mengelak, Ji Ah ingin tahu alasanya.
“Aku tidak peduli apa yang ada di majalah. Yang harus kau lakukan adalah  mengatakan yang sebenarnya.” Tegas Ji Ah.

“Kau harus peduli dengan isi majalah, karena Kau itu aktris. Kau harus peduli karena  reputasimulah yang terpenting. Hidup kita sudah sulit di pulau itu. Teganya mereka menulis kau hamil di pulau?” kata Ki Joon
Ji Ah merasa sangat mengecewakan sekali dan yakin kalau itu karena CEO Jang. Ki Joon langsung menyuruh Ji Ah mengambil peran itu  untuk menghentikan rumor mereda dan menurutnya Reputasi Tae Ho bagus, menurutnya dengan membangun hubungan melalui berperan sebagai pasangannya maka reputasi Ji Ah akan berkembang.
“Jangan terlalu banyak berpikir, dan bertahanlah. Sampai semua ini mereda...,kita harus fokus di pekerjaan kita.” Pinta Ji Ah
“Apa kau menyuruhku berhubungan dengan si brengsek itu?” kata Ji Ah marah, Ki Joon tak kalah marah berpikir kalau itu sudah gila.

“Apa kau tidak merasa menyesal  pada Joon Oh Oppa? Oh, benar,, Kita bahkan tidak pantas membuat merasa menyesal. Kita sudah mengkhianatinya.” Kata Ji Ah menyindir
“Kau tidak perlu merasa bersalah karena untuk mengatakan kalau aku ini pengkhianat.” Ucap Ki Joon
“Aku tidak bisa ada di dalam mobil denganmu lagi. Jadi bagaimana? Oppa yang turun, atau aku?” kata Ji Ah
Ki Joon pikir mereka tak mungkin karena  ada di jalan tol sekarang. Nanti ada kecelakaan kalau turun sekarang. Joon Oh menyuruh Ki Joon agar Berhenti bicara omong kosong.



Ki Joon akhirnya turun di jalan yang sepi dan banyak ilalang, sambil bergumam kalau hanya memilih jalan bagi mereka berdua untuk bertahan hidup dan juga Joon Oh sudah tiada jadi Ji Ah itu tidak tahu apa-apa. Ia berharap agar Ji Ah tetap kuat dan maju, karena Hanya itu yang dibutuhkannya.
Akhirnya Ki Joon mengangkat tanganya agar meminta tumpangan, seorang nenek dengan roda empat berhenti. Ki Joon hanya bisa menghela nafas akhirnya terpaksa ikut naik walaupun kecepatan 10km/jam.
Byung Joo akhirnya menjemput Ki Joon dengan mobilnya, Ki Joon mengeluh Byung Joo yang selalu menyetir pelan-pelan. Byung Joo mengaku kalau itu mobil neneknya jadi tidak biasa mengemudikannya. Ki Joon pun keluar dari mobil mengeluh kakinya yang sakit.

Seseorang sedang menyapu jalan karena banyak sampah, sambil mengatakan kalau Ada kepercayaan, cinta, dan persahabatan. Ki Joon melihat pria itu dari belakang. Joon Oh membalikan badanya merasa kalau Baunya tak asing yaitu Bau pengkhianat rupanya.
Ki Joon melonggo kaget melihat Joon Oh ada didepanya dan ternyata masih hidup. Joon Oh pun membuka tanganya lebar-lebar ingin memeluk Ki Joon dan memintanya mendekat. Ki Joon mendekat tapi setelah itu mendorong Joon Oh.

Joon Oh berteriak memanggil Ki Joon, sementara Ki Joon berusaha untuk masuk kembali ke dalam mobil. Byung Joo terlihat kesusahan memutar mobilnya karena tak terbiasa. Joon Oh mencegatnya menyuruh Byung Joo membuka pintu.
Byung Joo kaget melihat Joon Oh, tapi Ki Joon menyuruh Byung Joo segera pergi dan siap mengunakan sabuk pengamanya. Joon Oh bisa memasukan tangan dengan mencekik leher Ki Joon saat melihat jendela kamar sedikit terbuka. Ki Joon memarahi Byung Joo malah melajukan mobil karena membuat kesakitan.
Joon Oh lalu memberika pilihan pada Byung Joo, dirinya atau Ki Joon. Byung Joo terlihat kebingunan memutar mobilnya, hanya maju mundur tak jelas. Joon Oh akhirnya membantu Byung Joo untuk memarkirkan mobil, saking kesalnya melihat sang manager tak mengerti arah mencekik dari celah jendela mobil. 


Ki Joon mencari kesempatan untuk kabur, melihat sebuah taksi langsung masuk. Seorang ibu binggung melihat Ki Joon yang tiba-tiba masuk langsung tertunduk saat melewati Ki Joon dan Byung Joo.
Byung Joo yang melihat Ki Joon sangat merindukan artisnya. Ki Joon  masih membungkuk dalam taksi,  si Bibi menyuruh Ki Joon menyingkir karena sudah sampai tujuanya. Ki Joon terpaksa turun dan masih bersembunyi dibalik pintu.
“Apa Kau bersembunyi? Kenapa kau balik kesini lagi?” ejek Joon Oh yang berusaha kabur malah kembali lagi  ke tempatnya.
“Dia masih pemula dalam hal mengemudi, jadi  aku harus membantu dia memundurkan mobil. Kenapa semua orang tak pandai menyetir?” kata Ki Joon membantu sopir taksi memundurkan mobilnya.
Ki Joon pun akhirnya kembali kabur, Joon Oh mengejarnya dan tertabrak sepeda. Ki Joon yang tak tega kembali melihat keadaan Joon Oh. Joon Oh pun membantu si pengemudi untuk berdiri dan kembali mengejar Ki Joon.

Saat itu Joon Oh melihat sebuah mainan yang sudah lama tak ditemuinya, lalu memanggil Ki Joon  Keduanya pun maen games yang biasanya di mainkan oleh anak kecil, seperti teman sebaya. Joon Oh melihat mainan putaran yang mengeluarkan mainan dan meminta Ki Joon uang.
Ki Joon memberikan uangnya, saat itu Joon Oh tersadar kalau seharusnya mengejar Ki Joon. Keduanya kembali lagi saling kejar-kejaran. Joon Oh berhenti melihat penjual toppoki, bertanya berapa harganya. Si bibi memberitahu harganya 2000 won. Ki Joon meminta setengah porsi saja  dengan harga 1000 won saja. Si Bibi menolaknya memberikanya. Ki Joon mengeluh si bibi itu sungguh kejam.

Ki Joon kembali datang dengan meminta bibi agar memberikan satu porsi. Keduanya menikmati toppoki berssama, Joon Oh yakin ini terbuat dari gandum. Ki Joon memberitahu kalau terbuatdari tepung beras, Joon Oh tetap kalau itu dari gandum karena sangat kenyal. Ki Joon meminta mengunyah dengan benar kalau teksturnya seperti nasi.
Si bibi mengeluh melihat keduanya yang terus adu mulut seperti anak kecil. Joon Oh mengaku mereka tidak bertengkar dan juga sudah dewasa. Keduanya saling menatap sampai akhirnya kembali tersadar kalau mereka tadi sedang saling mengejar. Ki Joon akhirnya pergi lebih dulu dan Jooon Oh kembali mengejarnya, mereka saling kejar-kejaran sampai akhirnya berbalik Ki Joon yang mengejar Joon Oh. 


Jaksa Yoon pergi bersama dengan Bong Hee menanyakan pendapat kalau membiarkan mereka berdua saja dan lagi identitas Seo Joon Oh tidak boleh terekspos untuk saat ini. Bong Hee yakin kalau keduanya akan baik-baik saja.
“Seo Joon Oh pernah bilang padaku kalau dia kembali, semua orang, Manajer Jung, Ji Ah, Sekretaris Tae akan mengubah keputusan mereka. Dia bilang akan memastikannya dam Tentu saja hal itu tidak akan mudah. Tapi sama seperti bagaimana dia selamat di pulau serta selamat dalam perjalanannya kembali ke Korea, maka dia akan membalikkan semua keadaan seperti semula dengan caranya sendiri. Kita harus percaya padanya.” Ungkap Bong Hee 

Ki Joon dan Joon Oh sudah kelelahan berlari dengan nafas terengah-engah dan keringat bercucuran. Joon Oh melihat tempat sauna,  lalu menyuruh Ki Joon menunggunya karena mau mandi, tapi sebelum masuk meminta uang kembali. Keduanya akhirnya beredam dalam kolam air hangat.
“Hyung... Kalau kupikir-pikir lag sepertinya memang benar tteokbokki itu terbuat dari beras. Kau selalu benar.” Ungkap Joon Oh, Ki Joon hanya bisa tersenyum mendengarnya.
“Kenapa kau melakukannya?” tanya Joon Oh serius, Ki Joon hanya bisa meminta maaf,  dengan menanyakan luka di tubuh sang artis dan juga temanya.
“Badanku sakit kalau aku mengangkat lengan, tadi aku tanya. kenapa kau melakukannya.” Kata Joon Oh kembal, Ki Joon mengatakan kalau sudah meminta maaf.
“Apa Kau masih bisa keluar dengan keadaan seperti ini?” tanya Ki Joon, Joon Oh pikir tak bisa, Ki Joon bisa tahu karena  Jaksa mencoba melacak keberadaan Joon Oh sekarang.
“Apa Kau mau lapor polisi?” sindir Joon Oh, Ki Joon pikir tak mungkin dirinya tega melaporkan Joon Oh pada polisi walaupun sebrengsek itu padanya.
“Jangan bilang siapa-siapa  kalau kau melihatku hari ini.” Perintah Joon Oh, Ki Joon panik bertanya apa yang direncanakan sekarang.
Joon Oh pikir Ki Joon sudah tahu, Karena sudah kembali, maka harus membalikkan keadaan, merasa tidak bisa percaya ada orang yang tak tahu malu seperti Jang Do Pal dan Choi Tae Ho, bahkan bisa melihat teman satu bandnya itu berpura-pura menangis di jumpa pers menurutnya itu seperti aktor yang hebat.
“Ya... Dia memang aktor yang lebih hebat dari kau. Kau sudah melihatnya.  Dia tiba-tiba menangis jadi Dia memang aktor yang luar biasa.” Kata Ki Joon membela, Joon Oh pun tak bisa membalasnya.
“Tae Ho atau CEO Jang, pasti  sulit menangani mereka. Kedua orang itu sudah sangat berpengaruh pada media dan kau mungkin tidak akan bisa menemukan bukti apapun. Apa Kau tak apa seperti itu?” kata Ki Joon khawatir.
“Tentu saja tidak. Aku pasti akan berjuang mati-matian. Tapi... mereka akan mengira bisa  menindasku kalau aku tak berbuat apa-apa. Mereka mengira bahwa punya kekuasaan dapat menyelesaikan semua masalah dengan agensi mereka itu.” Ucap Joon Oh 
“Kalau waktu telah banyak berlalu..., pasti mereka akan menghapus  semua bukti dan berpura-pura bahwa  mereka semua tidak bersalah. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Seseorang harus membalas perbuatan mereka demi Jae Hyun dan So Hee. Aku harus melakukannya. Aku harus melakukannya walaupun nanti aku tak berhasil.Aku harus berusaha dengan segala kekuatanku. Apa lagi yang bisa kulakukan?” kata Joon Oh yakin ingin membalasnya.
“Joon Oh. Aku minta maaf sekali, tapi aku... Aku sangat menyesal. Aku sangat senang kau sudah selamat dan  kembali, tapi aku tidak bisa memihakmu. Itulah situasiku sekarang. Aku sungguh... ...minta maaf.” Kata Ki Joon kesal sendiri.
“Kau bilang akan percaya padaku walaupun orang lain di dunia ini tidak percaya padaku. Kaulah orang yang berkata bahwa akan selalu berada di sisiku. Coba Lihatlah... Dia hanya bicara  apa yang ingin dia katakan dan hanya mendengar apa  yang ingin dia dengar.” Ucap Joon Oh kesal.
Ki Joon seperti menghukum dirinya sendiri dengan membenamkan wajahnya di dalam kolam air, Joon Oh langsung menariknya mengeluh Ki Joon yang teru menerus meminta maaf secara tulus. Ki Joon mengaku kalau merasa tak enak dan sungguh menyesal. Joon Oh pun membahas Ki Joon yang ternyata belum mengubah kata sandi pintu rumahnya yaitu  masih 0831, ulang tahunnya.
Ki Joon kaget karena Joon Oh bisa mengetahuinya,  Joon Oh mengaku kalau tadi masuk ke rumahnya. Ki Joon mengeluh Joon Oh yang menyelinap masuk ke rumahnya. Joon Oh meminta maaf karena tadi Ki Joon yang datang terlambat. Ki Joon memarahinya karena bukan berarti Joon Oh yang bisa menyelinap ke rumah seseorang.
Joon Oh mengatakan kalau itu karena Ki Joon yang  lama sekali datangnya lalu tersadar kalau rumah itu dibeli olehnya untuk Ki Joon. Ki Joon seperti tak sadar akhirnya memberikan pelajar dengan mencekik leher Joon Oh dengan dua kakinya. Joon Oh memperingatkan agar jangan melukanya. Ki Joon dan Joon Oh seperti sudah sangat dekat satu sama lain. 

Tiga Jaksa duduk tegang dalam kamar Bong Hee, seperti tak percaya didepanya ada Joon Oh yang selama ini di anggap sudah mati. Joon Oh pun membuat suasana tak canggung dengan melihat kaus kaki Jaksa yang  beda warna. Ketiganya terlihat masih tetap tegang. Bong Hee dan ibunya datang membawakan buah.
“Tapi..., mana yang namanya Seo Joon Oh ?” tanya Ibu Bong Hee pada ketiga jaksa Bong Hee berbisik pada ibunya kalau Joon Oh duduk disampingnya. Ibu Bong Hee pun melihat sosok Joon Oh dengan jaket merah.
“Ibuku jarang menonton TV. Kau tidak tersinggung, 'kan?” kata Bong Hee melihat Joon Oh seperti terhina karena ada orang yang mengenal seorang artis. Keduanya pun berkenalan.
“Bong Hee bilang kalian semua telah banyak membantunya. Terima kasih banyak.Dia juga pasti akan minta bantuan kalian semua. Jadi terima kasih sebelumnya. Terima kasih, Jaksa.” Ucap Ibu Bong Hee sambil membungkuk mengucapkan terimakasih lalu ingin mengambilkan minum untuk para tamu.
“Bagaimana rasanya kembali di Korea? Kau pasti sedikit emosional sekarang.” Ungkap Jaksa Yoon pada Joon Oh
“Aku bukannya merasa emosional.” Akui Joon Oh yang terlihat tak suka dengan Jaksa Yoon
“Katamu ada urusan  yang harus dibereskan. Apa urusanmu berjalan lancar?” ucap Jaksa Yoon bersikap ramah, Joon Oh menjawab seadanya merasa kalau memang seperti itu.
“Joon Oh.... Apa mood-mu lagi jelek?” bisik Bong Hee mersa tak enak hati., Joon Oh mengelengkan kepalanya. Ketiga Jaksa terlihat masih canggung makan buah yang disediakan oleh ibu Bong Hee.
“Pasti hari ini canggung karena ini pertama kalinya kita bertemu. Jadi bagaimana? Kau harus merasa nyaman di sekitar kami karena banyak yang harus diselesaikan.” Kata Jaksa Yoon
“Kurasa aku tak canggung lagi seiring waktu berjalan.” Ucap Joon Oh sinis sambil makan ayam yang dibawakan Ibu Bong Hee.
“Joon Oh, kau kenapa? Kau membuat mereka jadi tidak nyaman.” Tegas Bong Hee menyuruh agar Joon Oh bisa tersenyum
“Aku masih punya ingatan yang buruk soal pemerintahan. Seperti yang kau tahu, bertemu seperti ini membuatku sedikit tidak nyaman.”Akui Joon Oh

Jaksa Yoon bisa mengerti karean Ini pertemuan pertama merkea jadi pasti tak canggung  lagi seiring waktu berjalan jadi akan mencoba yang terbaik  untuk membuat Joon Oh merasa nyaman. Joon Oh malah berpikir kalau suara Jaksa Yoon tidak terdengar santai. Jaksa Cho meminta agar Joon Oh tak membuat keadaan jadi tidak nyaman, karena Jaksa Yoon itu berbicara sangat santai sekarang.
“Ah.. Maksud dia, kau harus memperlakukan dia dengan santai saja. Aku tidak bermaksud kau boleh bersikap tak sopan padanya.” Jelas Jaksa Cho mencoba meralat kalimatnya.
“Apa Bisa kita sekarang mulaimembahas masalahnya?” tanya Jaksa Yoon, Joon Oh pun menyetujuinya. 

Sementara CEO Jang masuk ke dalam mobil dengan wajah gugup dari kejauhan Tae Ho dan Byung Joo melihatnya. Jaksa Cho menceritakan kalau menemukan kalimat ketika menyelidiki kasus Jae Hyun lagi, bawah Ada rekaman dimana So Hee, yang statusnya saksi saat itu.. mengatakan dia memiliki bukti bahwa kematian Jae Hyun adalah murni pembunuhan.
“Aku bertemu detektif yang menangani kasus ini dan bertanya kepadanya. Dia bilang memang benar So Hee memberikan pernyataan itu. Namun dia mengatakannya seperti...Seolah-olah So Hee terus mengubah  pernyataannya karena dia ingin menunjukmu, Joon Oh, sebagai tersangka pembunuhan.” Cerita Jaksa Yoon
“So Hee pasti telah diancam oleh Jang Do Pal. Karena itulah dia terus mengubah pernyataannya. Dia tahu siapa yang membunuh Jae Hyun. Karena itulah dia...” kata Joon Oh tak bisa melanjutkan perkataanya.
“Kita harus mengungkap kebenaran di balik kematian So Hee dengan cara menangkap orang yang membunuh Shin Jae Hyun. Dengan begitu, tuduhan palsu terhadapmu bisa dicabut, Seo Joon Oh.” Ucap Jaksa Yoon
“Tapi kita berada dalam situasi yang tidak  menguntungkan di mana kita tidak memiliki bukti penting atau saksi yang bisa bersaksi bagi kita.” Pikir Bong Hee.
“Sebenarnya, aku telah menyelidiki semua yang ada sangkut pautnya.< Sepertinya ada beberapa benda yang akan segera dikirim ke Korea. Benda tersebut adalah benda-benda yang ditinggalkan di pulau itu.” Cerita Jaksa Yoon 


Saat itu barang-barang dengan kotak kardus sudah masuk ke dalam xray, dan salah seorang memeriksa bagian kotak dengan mengambil ponsel yang ditemukan di pulau. Jaksa Yoon mengatakan kalau  Di antara benda-benda tersebut, ada benda yang familiar lalu memperlihatkan foto yang diterimanya pada Joon Oh.
“Seo Joon Oh. Bukankah ini ponsel. yang dipakai Ji Ah buat memberikan  tanda pada kita kalau dia ada di gua itu?” pikir Bong Hee melihat ponsel tersebut.
“Entahlah. Waktu itu terlalu gelap. Bukankah ponselnya warna hitam?” pikir Joon Oh
“Ini memang ponselnya So Hee. Dia telah bersikeras menggunakan ponsel ini selama bertahun-tahun. Jadi di ponselnya itu pasti ada bekas corak tangannya... dan ponselnya pernah rusak beberapa  kali. Tapi dia bersikeras menggunakannya tanpa mengganti casing ponselnya.cAku ingin membelikannya ponsel baru karena ponsel itu tak layak bagi seorang aktris..., tapi dia bilang dia ingin menggunakannya karena sudah nyaman dengan ponsel itu.” Cerita Jaksa Yoon 


Di ruangan
Hee Kyung sibuk dengan mempersiapkan poster untuk promosinya. Penyidik Oh menerima telp dan meminta agar anak buahnya segera membawanya. 
Saat itu CEO Jang sekertarisnya datang ke bagian barang dan petugas mengatakan Tidak ada. CEO Jang terlihat marah karena sebelumnya mengatakan kalau barang itu sudah ada jadi datang.  Petugas mengatakan kalau sudah ada orang yang membawanya. Si petugas pun bertanya siapa sebenarnya CEO Jang itu. 

Penyidik Oh mendekati Hee Kyung memberitahu bahwa Benda dari pulau terpencil sudah sampai dan ingin tahu harus diapakan, karena Mereka tidak tahu benda itu harus dikirim kemana, dan Komisi masih dalam pemberhentian jadi menyuruh membawakannya ke kantor ini.
“Penyidik Oh... Apa kau masih menganggapku sebagai ketua komisi? Tolong jangan tanyai aku hal-hal seperti itu. Buang saja benda itu.  Kalau perlu, bakar saja... Aku ini sudah banyak kerjaan.” Keluh Hee Kyung tak peduli, Penyidik Oh pun mengerti.
“Dia masih saja memarahiku karena aku masih menganggapnya sebagai ketua...,tapi dia sendiri masih memanggilku Penyidik Oh.” Kata Penyidik Oh berjalan sambil mengeluh. 

Joon Oh dengan wajah penuh semangat mengajak mereka untuk mengambil ponsel itu,  Bong Hee juga setuju. Jaksa Yon bisa tersenyum karena semua orang seperti memiliki satu tujuan untuk mengambil ponsel tersebut.
Dua orang pria membawa kardus dengan berlabel [Benda-benda tertinggal dari kecelakaan pesawat Legend Entertainment] dan siap membuang pada tong untuk membuat api unggun.
bersambung ke episode 12

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

1 komentar: