Soo Yoon
akan masuk sekolah mengeluh yang tiba-tiba hujan lalu berteduh di depan pos
keamanan. Saat itu Adik Jae Chan juga berteduh lalu bertanya apakah Soo Yoon
sudah menjenguk ibunya di RS. Soo Yoon terlihat binggung seperti tak mengenali
Adik Jae Chan lalu menganguk.
“Bagaimana
keadaannya? Apa Dia baik-baik saja?” tanya adik Jae Chan.
“Sudah
kubilang, jangan berlagak seperti tahu segalanya” kata Soo Yoon. Jae Chan
mengaku kalau bertanya karena khawatir.
“Aku
takkan beri tahu siapa pun, Aku janji.” Kata Jae Chan dengan memakaikan
jaketnya pada Soo Yoon. Soo Yoon tiba-tiba bertanya nama Jae Chan.
“Apa Kau
tidak tahu namaku? Tahun lalu kita satu kelas.”keluh Jae Chan kesal
“Apa Kalau
kita satu kelas, berarti aku harus tahu nama teman-temanku saat itu?” balas Soo
Yoon. Jae Chan pikir itu sudah pasti.
“Itu
bagian dari tugas sebagai teman sekelas.” Kata Jae Chan. Soo Yoon merasa tidak
tahu punya tugas seperti itu lalu bergegas pergi. Jae Chan mengeluh karena bahkan
pergi menonton konsernya lalu ikut masuk ke dalam kelas.
Hyang Mi
membawa trolly dengan tumpakan berkas yang sangat tinggi. Jae Chan binggung
memastikan kalau Semua berkas kasus itu akan ditugaskan kepadanya. Hyang Mi
dengan sinis membalas apakah ia yang harus menangani semua kasus. Jae Chan lalu
melihat kalau Tidak ada tempat.
“Bagaimana
kalau kau pinjam lemari Jaksa Shin? Dia juga mengerjakan kasus ini dengan cepat
sehingga tak ada kasus yang belum dipecahkan. Dan ada banyak ruang di
lemarinya.” Kata Hyang Mi bangga. Jae
Chan menegaskan dirinya juga cepat berkejar.
“Apa
Sudah pesan restoran untuk makan siang kita hari ini? Itu yang kau lakukan.”
Tanya Tuan Choi. Jae Chan mengaku sudah. Tuan Choi ingin tahu dimana
restorannya.
“Bukan
itu yang paling penting.” Kata Jae Chan terlihat kesal sendiri
“Benar.
Katanya review kinerja junior bergantung pada seberapa bagusnya kau memesan
restoran, daripada memecahkan kasus. Kau harus berhati-hati dalam memilih
restoran.” Saran Tuan Choi
“Aku akan
meminta nasihat dari Jaksa Shin dan memutuskannya dengan hati-hati.” Kata Jae
Chan.
Tuan Choi
seperti tak yakin kalau Hee Min akan
memberitahunya. Jae Chan yakin karena dulu mereka satu kampus.
Hee Min
sedang berjalan di lorong, Jae Chan melihat Hee Min langsung memanggilnya tanpa
panggilan jabatan, tapi Hee Min tetap tak mengubrisnya dan langsung masuk ke
ruang penyidik. Jae Chan binggung
berpikir Hee Min memang tak mendengarnya.
“Hei.. Harusnya
kau sopan memanggilnya. Jangan memanggilnya dengan akrab, Harus kau panggil dia
Jaksa Shin. Kau tidak bisa bersikap santai dengannya saat dia menjadi jaksa di
depanmu.” Nasehat Yoo Bum dengan nada mengejek
“Ada apa?
Kenapa memanggilnya?” tanya Jaksa Park. Jae Chan tahu kalau Hee Minbertanggung
jawab memesan restoran Jadi akan tanya-tanya padanya.
“Hei,
kau. Hafalkan saja. Jaksa Senior di sini tidak suka daging basah, jadi jangan
pesan restoran dengan menu shabu-shabu. Jaksa penuntut umum tidak suka daging
mentah, jadi jangan pesan menu sashimi. Lalu Asisten jaksa itu bau kaki jadi
dia tidak suka melepaskan sepatunya. Jaksa Shin tidak suka masakan Italia, jadi
ingat itu.” Ucap Yoo Bum kembali mengambil perhatian Jaksa Park
“Aigoo,
sebaiknya jangan biarkan dia tahu cara yang susah payah itu.” Ejek Jaksa Parl
“Anda
benar. Dia harus membayarku untuk ini.” Kata Yoo Bum. Jae Chan dengan kesal
memilih untuk pamit pergi saja.
Jaksa
Park binggung melihat sikap Jae Chan kalau Kelihatannya sedang tersinggung. Yoo
Bum kembali membanggkan diri kala Dulu pernah mengajari Jaksa Jung sebelumnya
jadi Mungkin mengira ia memperlakukannya seperti muridnya. Jaksa Park pikir
seharusnya Yoo Bum pasti merasa malu.
“Tidak
apa. Mungkin ucapanku-lah yang membuatnya tersinggung. Ini salahku.” Kata Yoo
Bum dengan senyuman lalu menatap sinis ke arah Jaee Chan.
Si anak
berbisik pada ayahnya kalau pria itu tentara yang melarikan diri itu. Sang ayah
sengaja mengecilkan volume radionya. Si anak panik kalau nanti mereka mati seperti
yang ada dalam mimpinya. Si ayah menyakinkan kalau Jangan khawatir dan Tidak
akan ada yang mati hari ini.
“Ayah
akan memberitahu semua penumpang untuk turun, dan bilang kalau bus sedang
rusak. Kemudian...” ucap si ayah lalu sengaj menghentikan di tengah jalan.
Si ayah
berdiri ditengah bus meminta maaf pada penumpang karena ada masalah dengan
bannya jadi perlu memperbaikinya dan mereka bisa naik bus berikutnya. Semua
penumpang pun mengeluh karean membuat mereka Membuang-buang waktunya.
Mereka
pun mengeluh karena diluar hujannya sangat deras. Si anak seperti tak ingin
keluar tapi ayahnya menyuruh sang anak untuk pergi. Dan hanya ada tentara didalam bus, Si ayah
mendekati tentara yang terlihat gugup lalu meminta agar membantu untuk
mengganti ban-nya.
Si anak
sudah ada di luar dengan menjauhkan semua penumpang dari bus dan melihat
ayahnya ada didalam bus. Tapi tiba-tiba si tentara melawan dan akhirnya ledakan
besar pun terjatuh. Si anak langsung menangis histeris melihat ayahnya masih
berada di dalam bus.
Hong Joo
terbangun dari tidurnya sambil menangis, lalu menuliskan dalam notenya (18
Februari 2016. Seung Won akan menjadi pembunuh karena kakaknya.) Lalu
menempelkan semua note mimpinya dan bertanya-tanya Siapa itu Seung Won? Lalu
Siapa yang akan dia bunuh? Dan Siapa kakaknya?
Ia
teringat perkataan Jae Chan sebelumnya “Kalau kau tidak bisa atasi, lupakan semua
mimpimu itu. Seakan belum pernah terjadi.” Akhirnya Hong Joo memilih untuk
mengambil note yang dituliskan lalu membuangnya ke tempat sampah.
Soo Yoon
sedang bersama temanya, Adik Jae Chan tiba-tiba datang dengan wajah serius
mengajak So Yoon untuk bicara. Temanya
berpikir kalau keduanya saling menggoda. Soo Yoon menyuruh Adik Jae Chan agar
ikut denganya. Mereka pun sampai di gedung aula.
“Aku
sudah bilang, jangan berlagak seperti tahu segalanya. Aku sudah bilang jangan
buka mulut!” ucap Soo Yoon marah langsung memukul adik Jae Chan.
“Kulihat
kau sedang mencari sesuatu di lab komputer.” Kata Jae Chan da ingin tahu kenapa
Soo Yoon yang melihat hal yang aneh
“Kenapa
kau mencari di internet bagaimana cara membeli potassium sianida dan dosis yang
cukup untuk membunuh?Apa yang kau pikirkan? Apa Kau mungkin akan membunuh
ayahmu?” ucap Jae Chan tak percaya.
“Aku
mencoba menyelamatkan ibuku. Ayahku harus pergi supaya ibuku bisa hidup.” Ucap
Soo Yoon seperti sangat frustasi.
“Kenapa
kau harus melakukan itu? Harusnya kau laporkan pada polisi. Jaksa harusnya
sudah menuntut kasus ini. Ayahmu akan diadili dan dikirim ke penjara. Maka kau
tidak perlu...” kata Jae Chan menyela.
“Bagaimana
kalau dia tidak bisa diadili?” kata Soo Yoon.
Jae Chan
hean kenapa tidak bisa karena Soo Yoon berbuat kejahatan. Soo Yoon pikir Pasti
tidak bisa, karena Ayahny tidak akan pernah diadili karena jaksa yang bodoh dan
pengacara yang licik.
Saat itu
Yoo Bum datang ke rungan Jae Chan mengaku kalau datang sebagai pengacara Park Jun
Mo. Jae Chan bertanya apakah Park Jun Mo, Orang yang melakukan KDRT. Yoo Bum
membenarkan kalau Tuan Park sebagia klien utamanya dan pasti tahu si pianis, Park So Yoon dan ayahnya
sebagai klienya itu.
“Rasanya
kasus ini sudah begitu umum.” Kata Jae Chan terus menatap ke layar komputernya.
“ Apa Kau
sudah selesai meninjau jejak catatannya?” kata Yoo Bum sambil melihat berkas
diatas meja.
“Ya. Dia
menendang istrinya dengan sepatunya. Enam tulang rusuknya retak karena dia. Ini
kasus cedera.” Kata Jae Chan.
“Ini
harus ditangani sebagai serangan.” Kata Yoo Bum membela klienya.
Soo Yoon
tahu kalau Pengacara licik itu akan membuat kasus itu sebagai penyerangan,
bukan cedera. Adik Jae Chan bertanya Apa bedanya kasus cedera dan penyerangan.
Soo Yoon memberitahu kalau korban tak terluka maka itu namanya serangan dan
apanila terluka, itu namanya cedera.
“Tapi
ibumu terluka. Dia bahkan merusak tulang rusuk ibumu. Jadi ini pasti kasus
cedera, bukan?” kata adik Jae Chan.
Yoo Bum
pikir kalau ini kasus penyerangan dengan memperlihtakn Ini laporan medis Do
Geum Sook, Istri dari Tuan Park. Jae Chan melihat hasilnya Beberapa tulang
rusuknya patah dan kontusi dan menurutnya Bagaimana bisa ini jadi kasus penyerangan
bila ada laporan medis.
“Hei, kau
harus memeriksa tanggalnya. Insiden tersebut terjadi tanggal 14 Februari lalu Laporan
medis tersebut ditulis pada 10 Februari.” Kata Yoo Bum. Jae Chan melihat “Diterbitkan
tanggal 10 Februari 2016”
“Apa Itu
artinya Park Jun Mo bukan penyebab rusaknya tulang rusuk istrinya?” ucap Tuan
Choi. Yoo Bum membenarkan. Hyang Mi ingin tahu bisa terjadi.
“Ini
catatan kartu kredit Do Geum Sook.. Dari yang dilihat apa yang ia habiskan
tanggal 10 Februari..., maka dia menggunakan gondola dan peralatan ski sewaan
di Chungyeon Resort. Jadi Itu berarti tulang rusuknya tidak rusak karena Park
Jun Mo. Penyebabnya karena Do Geum Sook bermain ski.” Kata Yoo Bum
“Kecuali
kalau ada lagi spekulasi muncul..., pengacara licik itu akan berhasil membuat
kasus cedera menjadi kasus penyerangan.” Jelas Soo Yoon
“Katakan
saja itu benar. Ada apa dengan kasus penyerangan? Ini juga kejahatan yang harus
didakwa.” Kata adik Jae Chan heran
“Benar...
Ini memang kejahatan, tapi ini aneh. Dan Ini kejahatan yang bisa dihukum kalau
korban menyetujuinya. Jadi kalau korban tidak setuju..., maka tidak ada yang
bisa dilakukan oleh jaksa bodoh itu. Kejahatan akan hilang.” Jelas Soo Yoon.
“Kalau
begitu bujuklah ibumu untuk menyetujuinya.” Kata adik Jae Chan.
Di rumah
sakit
Nyonya Do
sudah duduk diatas tempat tidurnya berbicara pada Jaksa kalau tidak ingin Tuan
park dihukum dan membenarkan terluka di resort ski jadi Suaminya tidak ada
hubungannya dengan hal itu.Tuan Park sengaja datang menemui istrinya agar tak
melaporkanya. Nyonya Do seperti ketakutan ada didekat suaminya.
“Ibu akan
beri tahu mereka... kalau dia tidak mau ayahku dihukum, seperti yang selalu
dilakukannya.” Cerita Soo Yoon. Jae Chan heran kenapa tak mua melakukanya
“Ibuku...
lebih takut ayahku daripada hukuman.” Ucap Soo Yoon.
Jae Chan
binggung setelah menutup telp karena Nyonya Do tak ingin memperpanjang
masalahnya dan itu kasusnya selesai begitu saja, lalu mengaku benar-benar
penasaran pernah bilang sebelumnya kalau Park Jun Mo itu sebagai klien tetapnya
“Bagaimana
bisa direktur lembaga pendidikan menjadi klien tetap? Apa yang harus dia
lakukan untuk menjadikanmu pengacaranya saat masa tugasmu belum setahun? Dan
Dilihat dari dirimu itu, sepertinya kau dibayar banyak olehnya.Kenapa kau
mengambil kasus yang teramat jelas? Aku tadi penasaran, tapi sekarang aku
mengerti.” Kata Jae Chan sudah mencurigai kelicikan Yoo Bum. Yoo Bum pura-pura
tak mengerti.
“Apa Kau
selalu melakukan ini? Mengubah kasus cedera menjadi serangan dengan memperbaiki
beberapa dokumen, mengancam korban agar tidak mengajukan tuntutan dan membuat
mereka menandatangani formulir persetujuan? Kau menghapus kejahatannya, supaya
dia terlihat biasa di matamu.Berapa kali dia harus mengunjungimu untuk menjadi klienya
?” ucap Jae Chan sinis.
Hyang Mi
melihat ketegangan berpikir kalau seharusnya menghentikanya. Tuan Choi akhirnya
berdiri berkomentar kalau ucapan Jae Chan sudah melewati batas. Jae Chan
mengaku tahu tahu menurutnya Jae Chan seperti yang diharapkan.
“Aku
paham kau dendam padaku karena sesuatu yang terjadi 13 tahun silam.” Ucap Yoo
Bum. Jae Chan pikir Tapi baginya itu sudah berakhir.
“Kenapa kau
jadi pemarah pada klienku?” kata Yoo Bum, Jae Chan tak suak dianggap seperti
layaknya pendendam.
“Atau adakah
kata lain supaya dijelaskan apa yang kau lakukan padaku saat dulu? Aku tidak
bisa memahaminya dengan kata-kata lain selain pemarah. Jadi Dengarkan.
Pertama...,kenapa kau main mata dengan pacarku dan menyuruhnya untuk putus denganku?”
ucap Yoo Bum
Hyang Mi
mendengarnya langsung sibuk mengetik chat dalam grup. Yoo Bum lalu ingin tahu
alasan Jae Chan yang menabrakan mobil pada mobil Hong Joo lalu yang ketiga Jae
Chan itu menyindirnya dengan kasus yang sedang ditanganinya.
“Kenapa
kau mencoba untuk beragumen?” kata Yoo Bum mengejek.
“Jangan
bicara omong kosong. Itu adalah urusan yang terpisah.” Kata Jae Chan membela
diri
“Benar...
Tapi kurasa ketiga kejadian itu hanya memiliki satu alasan. Kau mau balas
dendam.” Kata Yoo Bum.
Pesan
dari ruangan Hyang Mi pun sudah sampai ke bagian lain, di bagin kantor Jaksa
Lee Ji Kwang, kalau Jaksa Jung sengaja menabrak mobil Jaksa Lee. Mereka ingin
tahu alasanya, salah satu pegawai berpikir Mungkin alasannya karena balas
dendam.
“Mereka
pasti punya alasan yang tidak kita ketahui.” Pikir pegawai di ruangan lain. Jaksa lain pun ingin
tahu alasan apa dimasa lalu.
“Katanya
Jaksa Jung merebut pacar Jaksa Lee. Mungkin ada yang selingkuh!” kata pegawai
lain. Hee Min ada diruangan kaget kalau berhubungan dengan perselingkuh
menurutnya itu sangat liar dan kacau
Yoo Bum
mengaku tidak meminta Hong Joo untuk memperbaiki keadaan bahkan tidak meminta
untuk tidak menghukumnya. Tapi hanya meminta untuk mengikuti hukum dan prinsip
yang kita pelajari lallu Dapatkan persetujuan dari jaksa senior dan buat itu
tidak dapat diromfeksi.
“Kau
Jangan galak pada klienku. Jadi Ikuti sesuai aturan hukum. Hah?” ucap Yoo Bum
akan pamit pergi. Keduanya akan berdiri tapi Yoo Bum berjalan lagi mendekati
Jae Chan.
“Dan
tolong jangan bertingkah seperti anak kecil.Perilakumu itu terlalu kekanak-kanakan
dari yang kulihat.” Ejek Yoo Bum. Jae Chan hanya diam karena sudah tahu sifat
licik Jae Chan.
Soo Yoon
tahu bahwa Jaksa bodoh itu tidak akan pernah menyelamatkan ibunya dan Begitulah
keadaannya. Adik Jae Chan yakin kalau Pasti ada cara lain. Soo Yoon pikir pepatah
itu tidak pernah salah yaitu “Di mana drum dipukul maka hukum akan bungkam dan Begitulah
adanya.
Semua
sudah berkumpul untuk makan bersama, Jae Chan melihat Hee Min baru datang dan
memanggilnya dengan banmal. Hee Min pura-pura tak mendengar walaupun sudah
diteriki beberapa kali. Jaksa Lee meminta agar Jae Chan memanggil Jaksa Shin.
Tetap saja Jae Chan memanggil nama He Min. Akhirnya Jaksa Son Woo Joo pun
memanggil Hee Min, Hee Min langsung menengok. Jae Chan hanya bisa melonggo
melihatnya.
“Restorannya
agak kecil, Hampir saja aku tersesat.” Keluh Hee Min lal duduk membuka
jaketnya.
“Jaksa
Jung, apa agamamu?” tanya Jaksa Park. Jae Chan mengaku tak punya agama. Semua
melonggo binggung.
“Kenapa,
kenapa dengan kalian?” tanya Jae Chan heran. Jaksa Park mengaku kalau mereka
semua punya agama jadi bergiliran berdoa sebelum makan
“Jangan
khawatirkan kami dan makanlah duluan.” Kata Jaksa Park mengajak mereka semua
bergandengan tangan lalu berdoa.
“Jaksa
Lee, kenapa tidak kau yang mulai dulu” kata Jaksa Park. Jaksa Lee mengangguk
setuju dan Jae Chan akan mulai makan.
“Terima
kasih banyak telah memberi kami makanan
ini. Berikan berkat untuk mereka yang tidak percaya pada-Mu. Tolong beri
panduan kepada Jaksa Jung untuk menemukan restoran dengan ruang yang lebih
besar, supaya tidak tersesat lagi.” Ucap Jaksa Lee dengan lantang.
“Aku termasuk
dalam sebuah organisasi di mana sopan santun dan ketertiban itu penting. Ajari
anak-anak domba malang yang menurutnya sopan santun lebih penting daripada
umur. Tolong beri mereka berkah.” Kata Hee Min. Jae Chan terdiam karena memang itu pasti untuknya.
“Kasus
yang tidak terpecahkan menumpuk di kantor Jaksa Jung. Tolong beri dia panduan
untuk segera menangani kasus-kasus tersebut supaya korban tidak perlu meneteskan
air mata lagi.Dan juga, tolong bantu jiwa yang mempermalukan semua jaksa dengan
pakaian yang salah. Izinkan dia membukakan pintu hatinya untuk memilih pakaian
yang tepat.” Kata Jaksa Soon. Jae Chan akhirnya tak nafsu makan melihat kemeja
dan dasinya memang tak cocok.
“Dunia
dipenuhi dengan kecemburuan dan kemarahan. Itu sebabnya beberapa orang tidak
bisa melepaskan masa lalu mereka dan menyimpan dendam. Mereka terkadang tidak
dapat menangani kasus dengan adil. Itu karena... Bahkan saat kami marah atau
dendam..., kami harus memecahkan kasus dengan pola pikir rasional. Harap
bimbing mereka untuk menjaga prinsip seorang jaksa. Aku berdoa untuk mereka.”
Kata Jaksa Park
Semua
mengucap amien lalu membuka matanya. Jaksa Park melihat Jae Chan yang belum
makan. Jae Chan mengaku sudah makan lebih dulu. Jaks Park dengan baik hati
memberikan lauk untuk Jae Chan.
Jae Chan
mengambil tumpukan berkas. Tuan Choi binggung apa yang dilakukan Jae Chan
sekarang. Jea Chan mengaku akan mengurusi berkas ini. Tuan Choi pikir itu
terlalu banyak untuk diselesaikan hari ini. Jae Chan pikir akan begadang
semalaman.
“Kalau
aku coba, aku bisa mengosongkan lemari bodoh itu dalam sehari” kata Jae Chan
penuh semangat membuka berkas diatas meja.
“Wahh..
Pas sekali... Ini kasus Park Jun Mo. Dilengkapi laporan medis dan formulir
persetujuan. Aku hanya bisa melakukannyakalau aku memprosesnya tidak sesuai
prosedur dan Hanya butuh waktu lima menit.” Kata Jae Chan memulai mengetik
“Terduga,
Park Jun Mo... Dia dituduh melakukan penyerangan. Pihak yang dirugikan tidak
ingin terdakwa dihukum. Oleh karena itu, kasus ini tidak dapat diadvokasi.”
Ucap Jae Chan sambil menulis dan menyelesaikan berkasnya.
“Bahkan
tidak butuh waktu lima menit. Berarti, aku tidak perlu begadang semalaman...Kasus
selanjutnya adalah soal SIM yang tidak terdaftar, ini Hanya tiga menit.” Kata
Jae Chan kembali mengetik.
Hyang Mi
heran melihat Jae Chan karena Belum pernah melihat seperti itu sebelumnya. Tuan
Choi pikir Jae Chan pasti mabuk. Hyang Mi bertanya-tanya apakah mereka akan
pulang cepat hari ini.
Rumah
duka dengan si foto si supir bus sudah meninggal dengan banyak karangan bunga
dan wartawan.
“Saya
berada di rumah duka Inspektur Jung Il Seung dan sopir bus,Nam Chul Du yang
mencoba menyelamatkan para penumpang bus dari seorang tentara pelarian. Para politisi
diminta untuk memberikan penghargaan atas prestasi nasional dan membuat mereka
ditunjuk sebagai pahlawan yang menyelamatkan warga.”
Beberapa
wartawan ingin tahu keberadaan anaknya karean
ada dalam bus bersama ayahnya karena harus wawancara lagi. Mereka pan
mendengar kalau si anak membantu mengevakuasi setiap penumpang. Sekertaris
menanyakan keberadaan anak itu karena Anggota politisi ingin bicara dengannya.
“Reporter
Mun, Apa kau mengambil foto anggota kongres kami?” tanya seorang sekertaris
pada si wartawan. Reporter mengaku sudah
lalu beranjak pergi. Si anak berdiri sendirian dan memilih untuk pergi.
Jae Chan
akhirnya tertidur di meja kerjanya. Hyang Mi pikir Tenaganya pasti sudah habis.
Tuan Choi pikir tahu itu terlalu berat bagi Jae Chan sebagai jaksa junior.
Tiba-tiba Jae Chan terbangun dan air mata mengalir di pipinya.Keduanya pun
kaget melihat Jae Chan yang tiba-tiba terbangun.
“Apa Kau
mimpi buruk?” tanya Hyang Mi. Jae Chan mengaku tidak tidur tapi Hwang Mi
melihat Jae Chan sedang menangis. Jae Chan mengelak kalau bergegas keluar dari
ruangan.
Jae Chan
berdiri di depan cermin mengingat mimpinya adiknya dibawa mobil polisi. Adiknya
menangis meminta agar diselamatkan dan bukan ia yang melakukanya. Jae Chan
panik seperti takut terjadi pada adiknya, lalu menelp sang adik menanyakan
keberadaanya.
“Aku di
sekolah.” Kata Adik Jae Chan. Jae Chan panik menanyakan apakah ada yang terjadi
atau memastikan kalau adiknya tidak sakit dan terluka. Adik Jae Chan mengatakan
tak ada dan ingin tahu alasan kakanya menanyakan hal itu.
“Tidak
ada. Kau pulang jam berapa?” tanya Jae Chan. Adiknya juga tak tahu tapi Mungkin
sekitar jam 10 malam.
“Jangan
pergi ke mana pun dan langsung pulang. Mengerti?” pesan Jae Chan. Adiknya
pikir memang tidak punya rencana pergi
ke suatu tempat lalu menutup telpnya.
Adik Jae
Chan melihat keluar jendela, Soo Yoon berjalan pulang sendirian, lalu teringat
perkataan sebelumnya “Aku mencoba menyelamatkan ibuku. Ayahku harus pergi
supaya ibuku bisa hidup.” Lalu bergegas
pergi.
Jae Chan
mencoba menyakinkan kalau Ini hanya mimpi saja dan Tidak ada yang terjadi. Ia
mengingat saat adiknya dibawa oleh polisi, tanganya di tahan agar tak
mengejarnya, lalu bisa melihat Hong Joo kalau sudah meminta agar
mempercayainya.
“Kalau
kau memercayaiku, maka kau bisa menghentikannya.” Kata Hong Joo
Jae Chan
mengumpat kesal dengan nasibnya karena sebelumnya mengak tak percaya.
Si anak
duduk di dalam ruangan yang sepi lalu mengeluarkan bola baseball dalam saku
bajunya. Ia hanya bisa menangis
mengingat permintaan ayah sebelumnya agar memastikan semua orang sudah keluar
dari bus dan bawa sejauh mungkin dari bus.
“Lebih
baik kita kabur saja dan Ini persis seperti mimpiku.” Kata Si anak
“Ayah adalah
kapten bus ini. Mana bisa Ayah membiarkan mereka pergi?” kata Tuan Nam. Si anak
mohon agar mengikutinya saja.
“Hei!
Misalnya saja seorang penangkap menghindari bola. Wasit akan terkena pukulan dan
permainan akan berantakan.” Ujar Tuan Nam
“Aku akan
menumbuhkan rambutku. Aku tahu itu yang Ayah inginkan. Aku akan menumbuhkan rambutku,
jadi pergilah bersamaku.” Kata si anak. Tuan Nam pun setuju.
“Ayah
pastikan untuk melihat rambutmu tumbuh. Jadi Turun saja dulu, mengerti?”kata
Tuan Nam.
Hong Joo
gelisah dengan mimpinya, lalu akhirnya kembali mencari di tempat sampah dan
menempelkan pada dinding kamarnya, sebagai pentunjuk.
Wartawan
mulai mengetahui kalau anak dari Tuan Nam itu adalah perempuan, bukan laki-laki
dan Anak yang ada di dalam bus. Saat itu melihat istri dari Tuan Nam bertanya
keberadaan putrinya. Nyonya Nam membalikan badan kalau anaknya Hong Joo tidak di sini sekarang.
Hong Joo
keluar dari rumah dikagetkan dengan Jae Chan sudah ada didepan rumahnya lalu
bertanya alasan datang di malam hari. Jae Chan menegaskan kalau tidak datang karena
berubah pikiran tapi datang untuk menjelaskan kenapa tidak memercayai kata-kata
Hong Joo. Hong Joo pun menyuruh Hee Chan agar mengatakan saja.
“Aku ini
seorang jaksa. Yang kulakukan adalah mengadili orang saat melakukan kejahatan. Aku
tidak pernah mencegah kejahatan. Maksudku tidak ada yang bisa kulakukan walau kau
menceritakan mimpimu padaku. Aku tidak peduli siapa yang meninggal dalam
mimpimu. Aku tidak harus menderita karenanya. Tapi...” ucap Jae Chan terhenti.
“Apa Kau
seperti penangkap bola? Bola dilemparkan pada kecepatan 160km per jam. Kau terlalu
takut untuk menangkapnya. Tapi kau tidak bisa menghindarinya karena kau akan
merusak permainan saat itu. Begitu, 'kan?” ucap Hong Joo. Jae Chan membenarkan.
“Aku
tidak bisa mengabaikannya walau tidak ingin mempercayainya. Itu karena aku juga
mengalami mimpi itu. Kenapa selalu mengarah padaku? Kenapa harus aku?” keluh
Jae Chan
“Aku juga
tidak tahu kenapa kau juga begitu. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku mulai
memiliki mimpi seperti itu.” Kata Hong Joo
“Tapi
pasti ada alasan kenapa harus kau dan aku.” Kata Jae Chan.
Flash Back
Hong Joo
dengan rambut pendeknya menangis sendirian dalam ruangan yang gelap. Lalu
seeorang datang mengambil bola baseball yang tergeletak, setelah itu memberikan
pada Hong Joo. Hong Joo menatapnya, ternyata yang memberikan bola adalah Jae
Chan saat masih kecil juga.
Hong Joo mengaku
juga tidak tahu tapi kalau memang ada ada alsanya apa yang harus dilakukan
karena Jae Chan tidak bisa mencegahnya karena dia seorang jaksa penuntut dan tidak
ingin mempercayai kata-katanya. Ia pikir Jae Chan bisa menyalahkan semua itu
padanya dan itu sebabnya datang.
“Aku
minta Bantu aku, Kau muncul dalam mimpiku. Kau marah karena aku tidak
mendengarkan kata-katamu. Seung Won naik mobil polisi atau ambulans dan
menghilang” ucap Jae Chan. Hong Joo heran mimpi apa seperti itu.
“Kau
bilang Seung Won... Siapa itu Seung Won?” tanya Hong Joo. Jae Chan mengaku
kalau itu adiknya dan kenapa menanyakan hal itu.
“Dalam
mimpiku...,Seung Won itu membunuh seseorang.” Ucap Hong Joo. Jae Chan kaget
mendengarnya.
Soo Yoon
pergi ke supermarket sudah ada di rak bagian untuk membunuh ayahnya. Tapi saat
itu tangan disentuh oleh seseorang, Ia langsung
menyebut nama Seung Won dan kaget karena datang menemuinya. Seung Won terlihat
senang karena ternyata Soo Yoon itu ingat dengan namanya.
Hong Joo
menceritakan kalau Seung Won menyalahkankakaknya untuk pembunuhan itu dan itu
artinya kalau kakaknya itu adalah Jae Chan.
Soo Yoon
tak percaya kalau Seung Won mengikutinya. Seung Won mengajak mereka pergi dan akan
mengantarnya pulang.Jae Chan dan Hong Joo saling menatap memikirkan mimpi
mereka agar mencegah sesuatu yang buruk terjadi.
Tempat abu
berada di dalam sebuah kotak dengan mana Nam Chul Du. Foto saat Hong Joo masih
kecil dengan rambut potongan pendek dan juga bola baseball. Lalu terlihat foto
Hong Joo dengan rambut panjangnya mulai dari remaja sampai akhirnya dewasa dan
berhasil menjadi sarjana.
Bersambung
ke episode 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar