Kang Soo
meminta Dan Ah agar Jangan pergi dan berjanji akan berusaha membuatnya bahagia,
lalu mencium Dan Ah. Keduanya duduk diam dalam kamar, seperti masih terlihat
gundah dengan perasaan masing-masing. Tapi Kang Soo sedikit tersenyum bisa
meluapkan perasaanya.
Esok
paginya, Kang Soo keluar rumah melihat Dan Ah sudah ada didepan rumah. Dengan
nada mengoda bertanya apakah Dan Ah tidur dengan nyenyak. Dan Ah menganguk,
tapi Kang Soo langsung memberikan senyuman penuh arti. Dan Ah heran melihat
Kang Soo malah tersenyum.
“Karena
kau cantik.” Ungkap Kang Soo. Dan Ah hanya tertawa lalu mengejek Kang Soo itu
gila
“Apa Kau
tak mau makan sesuatu? Aku akan buatkan makanan yang enak.” Ucap Kang Soo
“Buatlah
ramen di dalam.” Kata Dan Ah. Kang Soo pikir menu ituBoleh juga.
“Tapi...
kurasa persediaan ramen sudah habis, Lee Dan Ah.. Tolong pergilah beli ramen.”
Ejek Kang Soo seperti menyuruh bawahanya. Dan Ah hanya tertawa, keduanya
seperti sudah tak ada ketegangan, melupakan sejenak kejadian kemarin malam.
Semua
sudah keluar dari rumah, Min Chan menyuruh mereka pergi lebih dulu ke Seoul
karena mau mampir ke rumahnya dulu. Kang Soo pikir kalau mereka semua juga ke
rumah Min Chan menyapa orang tuanya. Min Chan menolak menurutnya Lain kali saja
dan pamit pergi.
“Aku agak
khawatir. Kalau mereka tahu dia tidak dipekerjakan di perusahaan pasti orang
tua Min Chan akan sangat marah.” Kata Tuan Baek melihat kepergian Min Chan.
Min Chan
datang menemui ayahnya sebagai penjaga lapangan baseball, meminta maaf. Ayahnya
pikir semua akan baik-baik saja, selama Min Chan juga baik-baik saja. Min Chan seperti tak
percaya ayahnya malah tetap mendukungnya.
“Baiklah.
Lakukan yang terbaik. Kau tetap melakukan hal yang terbaik, walaupun kau tak
peduli yang dilakukan. Itu saja yang perlu kau lakukan. Kalau kau melakukannya,
maka semua akan berjalan dengan baik.” Pesan Ayah Min Chan. Min Chan menganguk
mengerti.
“Tapi,
siapa orang-orang itu?” ucap Ayah Min Chan melihat ke pintu depan lapangan. Min
Chan kaget melihat Kang Soo dkk datang menyusul.
Kang Soo
langsung menyapa ayah Min Chan, Min Chan memperkenalkan kalau Kang Soo adalah Presdir perusahaan tempatnya bekerja.
Ayah Min Chan langsung menjabat tangan Kang Soo dengan saling menghormati,
“Harap
jaga baik-baik Min Chan-ku, Presdir” kata Ayah Min Chan
“Ya, aku
akan berusaha! Terima kasih! Kami akan melakukan yang terbaik.” Kata Kang Soo.
Mereka
mencoba untuk bermain baseball, Kang Soo sebagai pelembar dan Tuan Baek yang
akan memukul. Kang Soo tepat beberapa
kali melempar bola membuat banyak yang home run. Dan Ah menonton dari bangku
memberikan semangat pada Kang Soo, Ayah Min Chan juga terlihat senang walaupun
anaknya tak berkerja kantor tapi memiliki teman yang saling mendukung dan
bersahabat.
Mereka
pun akhirnya sampai kembali ke Seoul. Kang Soo pikir Hari ini istirahatlah
dulu, dan besok mulailah bekerja lagi. Tuan Baek menganguk mengerti dengan anak
buahnya mengajak untuk segera kembali pulang. Byung Soo pun ikut pergi
meninggalkan Dan Ah dan Kang Soo.
“Kau juga
sudah bekerja keras. Apa Mau kuantar?”
ucap Kang Soo. Dan Ah menolak lalu pamit
pergi dulu. Kang Soo hanya bisa menatap pacarnya dari belakang tanpa bisa
mengantarnya.
Dan Ah
berjalan pulang, mengingat kembali saat Kang Soo menciumnya lalu mengatakan “Tidak
bisakah aku membuatmu bahagia? Jangan pergi. Aku akan berusaha membuatmu
bahagia.” Tiba-tiba Yeon Ji sudah ada didepan rumah melihat Dan Ah baru pulang.
Dan Ah terkejut melihat Yeon Ji sudah ada didepan rumah.
“Tapi
kenapa kau menyentuh bibirmu seperti itu? Apa yang kau lakukan dengan mulutmu
itu? Apa Kau habis ciuman semalam?” ucap Yeon Ji menduga-duga. Dan Ah langsung
menyangkalnya.
“Benar,
kurasa kita sudah melewati titik penyelesaian ini hanya dengan kata-kata.
Ayah...” ucap Yeon Ji dan keluarlah Ayah Yeon Ji dengan pakaian Taekwondonya.
Dan Ah kaget melihat Guru nya yang datang.
“Pakai
seragam bela dirimu.” Perintah Ayah Yeon Ji. Dan Ah hanya bisa melonggo.
Keduanya
sudah ada didekat bukit, Dan Ah sudah siap mengunakan seragama mengeluh kalau
Saat ini bagian belakangnya sedang sakit Dan lututnya juga sakit. Ayah Yeon Ji
tak peduli menyuruh Dan Ah agar segera bertarung denganya.
“Tapi
Guru! Tubuhku akhir-akhir ini sudah tidak gesit lagi seperti dulu!” kata Dan Ah
mencoba menahan agar Ayah Yeon Ji tak mengajaknya berkelahi
“Nanti
dilanjutkan saja bertarungnya. Biar aku yang bertarung denganmu!” ucap Ayah
Yeon Ji dan memberikan jurusnya. Dan Ah langsung jatuh dan mengaduh kesakitan.
“Apa Kau
sudah menyadari semuanya? Hasratmu telah padam sepenuhnya!” ucap Ayah Yeon Ji
“Bukan
begitu.. Aku masih punya sifat keras kepala.” Ungkap Dan Ah
“Tidak,
kau sudah berubah. Semangatmu telah padam!” kata Ayah Yeon Ji
“Ayah,
itu karena dia sedang pacaran.” Komentar Yeon Ji. Ayah Yeon Ji menyuruh anaknya
diam saja.
“Jangan
mengecewakanku. Kalau kau tak bisa perlihatkan satu pun kemampuanmu, maka akan
kutagih semua pelajaran gratis yang kuberikan padamu. Kau telah mempelajarinya selama
15 tahun sejak usiamu enam tahun, berarti total 10 juta won!” kata Ayah Yeon Ji
“Baiklah.
Aku akan bertarung lagi denganmu.” Ucap Dan Ah menyanggupinya.
Dan Ah
mulai mengeluarkan kekuatanya dengan membanting dan melawan Ayah Yeon Ji.
Sampai akhirnya Ayah Yeon Ji jatuh tak berdaya. Yeon Ji panik begitu juga Dan
Ah. Ayah Yeon Ji merasa kalau ini karena banyak minum alkohol, lalu memegang
tangan Dan Ah.
“Jadi kau
belum menyerah? Kau adalah murid terbaik yang pernah kumiliki!” ucap Ayah Yeon
Ji.
Ketiga
duduk dibangku sambil minum bersama, Dan Ah menanyakan alasan ayah Yeon Ji datang
ke Seoul. Ayah Yeon Ji mengatak hanya ingin tahu tentang keadaan keduanya, lalu
bertanya apakah Dan Ah memang sedang pacaran, Dan Ah membenarkan.
“Dia pria
seperti apa?” tanya Ayah Yeon Ji. Dan Ah mengaku kalau pacarnya itu hanya...
orang yang baik hati.
“Kau
bilang Pria baik... Yah, selama dia baik, tidak apa-apa. Tapi selama ini apa
yang kau lakukan? Dan Ah sudah belajar bahasa Inggris dan sudah pacaran.” Ucap
Ayah Yeon Ji mengeluh pada anaknya.
“Aku
hanya... ayah tahulah.” Kata Yeon Ji. Ayahnya ingin tahu apa yang anaknya biasa
lakukan pada Dan Ah.
“Dia selalu
minum dan pulang kemalaman. Dan dia bekerja serabutan.” Kata Dan Ah senang
membalas dendam. Yeon Ji berteriak marah.
Ayah Yeon Ji menyuruh Yeon Ji untuk Pakai seragam bela dirinya.
“Ayah,
aku sekali-kali belajar bela diri. Aku Tidak mau!” rengek Yeon Ji dan bersandar
pada ayahnya dengan berpura-pura tidur kalau dirinya mabuk dengan melihat
langit sedang berputar. Ayah Yeon Ji mengeluh kalau itu bukan seperti anaknya.
Kang Soo
berbaring di kamarnya sambil berkata sendirian “Aku sangat ingin sukses dan ingin
membuatnya bahagia.”. Hyun Soo tiba-tiba datang membuka pintu kamar, Kang Soo
kaget melihat Hyun Soo yang datang jauh ke Seoul, lalu keduanya duduk di
restoran.
“Haruslah
kau seperti ini padaku? Kenapa kau hanya memanggil Sung Jae, tapi aku tidak?”
keluh Hyun Soo marah
“Kau...
harus banyak-banyak istirahat.” Kata
Kang Soo. Hyun Soo kesal karena semua orang terus mengatakan hal itu
padanya.
“Kau 'kan
masih sakit.” Kata Kang Soo. Hyun Soo merasa sekarang sudah lebih baik jadi Besok
ingin berkerja di tempat Kang Soo
“Ada apa?
Aku ini sudah baikan! Apa Mau adu panco denganku?” kata Hyun Soo menantang,
Kang Soo seperti tak bisa berkata-kata lagi.
Ji Yoon
menemui Jin Kyu yang akan tidur di sauna. Jin Kyu bertanya mau pergi kemana
karena akan tinggaal disauna. Ji Yoon mengeluh Jin Kyu yang akan tinggal
disana, Jin Kyu piki Tempat ini memang yang terbaik dan bisa mengurus semuanya
di sini.
“Bagaimana
dengan pengeluaranmu? Di sini biaya nginap 9.000 won per hari, dan kau makan 3
kali sehari. Kau bahkan membeli telur dan minuman! Makanmu pasti sangat
banyak!” kata Jin Kyu
“Aku bisa
bayar dengan kartu kreditku!” ucap Ji Yoon
“Kenapa
itu milikmu? Kau yang berikan itu padaku, jadi kartu itu milikku. Jangan bicara
lagi, dan ikuti saja aku.” Tegas Ji Yoon
Jin Kyu
kesal bertanya mau kemana. Ji Yoon mengatakan
akan lihat nanti. Jin Kyu mengeluh kalau tidak suka. Jin Kyu menyuruh
Diam saja Dan cepat ikuti saja. Jin Kyu melihat Ji Yoon pergi memilih untuk
kabur, tapi dua pengawal Ji Yoon langsung mengotong Jin Kyu untuk tak boleh
pergi jauh dari Ji Yoon. Jin Kyu panik dengan beralasan kalau belum mandi. Tapi
keduanya tetap mengotong Jin Kyuu keluar dari sauna.
Yeon Ji
sedang sibuk mencari minuman dalam minimarket. Ayah Yeon Ji berpesan pada Dan
Ah agar tetap perhatikan Yeon Ji menurutnya yang dilakukan anaknya pasti tidak
masuk akal. Dan Ah tak mengerti maksud dengan ayah Yeon Ji.
“Dia
membuat suara lain saat meneleponku Dan sepertinya dia juga tidak ingin bertemu
denganku. Jadi, tetap awasi dia.” Pesan Ayah Yeon Ji
“Ayah,
minumlah ini sebelum pergi. Jangan muntah di kereta.”kata Yeon Ji keluar
membawa minuman pereda mabuk.
“Apa ini
yang paling efektif?” tanya Ayah Yeon Ji. Yeon Ji tak tahu karean hanya melihat
jadi membelinya.
“Baiklah,
terima kasih... Kalian berdua pulanglah!” kata Ayah Yeon Ji lalu melihat ada
taksi dan menghentikanya.
Ayah Yeon
Ji akan masuk taksi, Yeon Ji memanggil ayahnya untuk berpelukan. Keduanya
berpelukan sebelum berpisah, Yeon Ji
melihat taksi ayahnya yang pergi, lalu merasa tak percaya ayahnya kalah dari
muridnya sendirinya.
“Hei, dia
itu memudahkanku.” Kata Dan Ah menyakinkan temanya agar tak sedih
“Tidak.
Dia pasti sudah kehilangan semangatnya. Kurasa ayahku sudah mulai tua. Oh ya, Apa
kau kenal seseorang yang pindah ke lantai tiga?” kata Yeon Ji
“Oh
benarkah? Apa pekerjaannya?” tanya Dan Ah penasara.
“Aku tidak
yakin tentang itu, tapi dia titip pesan untukmu. Dia bilang, "Ji Yoon
sudah pindah."” Kata Yeon Ji, Dan Ah kaget mendengarnya harus satu rumah
dengan Ji Yoon.
Jin Kyu
sudah duduk didalam rumah dengan kaki dan tangan diikat supaya tak bisa kabur.
Ji Yoon mencatat semua barang yang perlu dibelinyam mulai dari rice cooker,
sendok. Jin Kyu memanggil Ji Yoon agar bisa melepaskan ikatanya, tapi Ji Yoon
tak peduli dengan menuliskan butuh
mangkuk.
“Hei, Apa
kau ini sudah gila? Kenapa kau malah membawaku ke wilayah ini? Bagaimana aku
bisa tinggal di sini?” ucap Jin Kyu
“Kenapa? Kenapa
kau tidak bisa tinggal di sini? Ini jauh lebih baik daripada wilayah baru tempat
di mana kau tidak mengenal seseorang. Kau adalah milikku, dan kau juga temanku
seperti Ahjussi.” Tegas Ji Yoon
“Aku
tidak ingin menjelaskannya.. Lepaskan
saja aku! Ini namanya kejahatan!” keluh Jin Kyu
“Baiklah,
aku akan melepaskanmu jika kau berjanji akan tetap diam.” kata Ji Yoon.
“Aku akan
diam... Aku berjanji untuk tetap diam.” ucap Jin Kyu
“Kalau
kau diam, maka aku tidak peduli kau diikat atau kau lepas.” Pikir Ji Yoon.
Saat itu
terdengar teriakan Dan Ah dari luar mengedor pintu, Ji Yoon panik langsung
menutup kepala Jin Kyu dengan selimut dan meminta untuk diam lalu bergegas
keluar dari kamarnya.
“Apa yang
sedang kau lakukan? Sudah kubilang jangan pindah ke sini!” ucap Dan Ah marah
“Maaf.
Aku tidak punya pilihan. Di sinilah
tempatku menemukan rumah yang pas dengan harganya. Aku janji untuk menjadi
tetangga yang tenang. Aku pasti tidak akan merepotkanmu.” Kata Ji Yoon
berjanji. Dan Ah pun tak bisa berkata-kata lagi. Jin Kyu hanya bisa melonggo
mengetahui Dan Ah satu gedung denganya.
Ji Yoon
pikir Dan Ah itu bukan pemilik rumah ini lalu memberitahu Jin Kyu kalau Dan Ah
sudah pergi. Jin Kyu tak percaya kalau Dan Ah tinggal di sini juga. Ji Yoon
membenarkan. Jin Kyu pikir Ji Yoon sudah gila, Jin Yoon heran Jin Kyu malah
mengumpatnya gila.
“Kenapa?
Memang aku tidak diizinkan tinggal di gedung yang sama dengan Dan Ah? Apa
kalian berdua tidak akur saat bekerja sama? Apa dia juga memukulmu?” kata Ji
Yoon polos
“Kenapa
juga dia memukulku? Kau sama sekali tidak khawatir! Tolong lepaskan ini!”
kata Jin Kyu mulai berbaring karena
menahan kesal
“Besok
pagi aku lepaskan... Selamat malam... Oke, sekarang tidurlah di atas selimut.”
Kata Ji Yoon mengeser kepala Jin Kyu agar berbaring diatas bantal.
“Mana
bisa aku baring di saat aku sedang diikat?” keluh Jin Kyu. Ji Yoon tak peduli
mengeser Jin Kyu agar bisa tidur dengan benar walaupun tangan dan kakinya
diikat.
Kang Soo
membereskan alas tidur untuk Hyun Soo dikamarnya. Hyun Spp bertanya pakah Kang
Soo belum tidur. Kang Soo mengatakan masih ada yang harus dikerjakan. Hyun Soo
mengangkat telp dari ibunya, Kang Soo terlihat tegang karena itu artinya
berbicaranya dengan ibunya juga.
“Kau
sekarang di mana?” tanya Ibu Hyun Soo dengan nada khawatir
“Di
Seoul... Tadi sudah bilang aku ingin menemui Hyung.” Kata Hyun Soo. Ibu Hyun
Soo mengatakan sudah melarang.
“Kenapa
tidak bisa?” tanya Hyun Soo. Ibu Hyun Soo hanya menegaskan kalau Hyun Soo tak
bisa melakukanya.
“Hyung...
Tolong bicaralah pada Ibuku.” Kata Hyun Soo memberikan ponselnya pada Kang Soo.
Kang Soo tegang melihat layar ponsel dengan nama Ibu.
“Bawa
Hyun Soo kembali ke sini.” Kata Ibu Hyun Soo
“Hyun Soo
bisa menjaga dirinya. Lagipula, Hyun Soo sudah dewasa.” Kata Kang Soo lalu
menutup telpnya. Hyun Soo melihat tak percaya kalau Kang Soo pandai juga
membujuk Ibunya. Kang Soo tak banyak bicara menyuruh Hyun Soo untuk tidur saja.
“Mau
kupakaikan selimut untukmu?” kata Hyun Soo
“Tidak
usah, aku bisa saja begadang semalaman. Jadi Tidurlah.” Kata Kang Soo.
Ji Yoon
mengunting tali yang mengikat tangan dan kaki Jin Kyu lalu menyuruhnya bangun
lalu bertanya Apa tidurnya nyenyak. Jin Kyu mengeluh kalau mana mungkin bisa
tidur nyenyak dengan kaki tangan di ikat. Jin Yoon pikir itu jauh lebih baik daripada
tidur meringkuk di taman. Jin Kyu kaget Ji Yoon tahu dengan dirinya yang tidur
ditaman.
“Ini,
sarapan pagimu.” Kata Ji Yoon memberikan ramen cup
“Apa Kau
mencoba ingin membuat tubuhku berisi?” keluh Jin Kyu sinis
“Bagus
'kan bisa saling menolong orang yang kesepian.” Kata Ji Yoon. Jin Kyu
menyangkal kalau tidak kesepian.
“"Kesepian"
berarti kau tidak punya siapa pun saat kau butuh sesuatu.” Heii.. Apa Kau dengar aku? Aku... tidak
menginginkan apa-apa. ” ucap Jin Kyu
melihat Ji Yoon seperti tak peduli.
“Sekiranya
itu yang kau lakukan.” Tegas Ji Yoon. Jin Kyu mengeluh Ji Yoon yang terus
memaksanya.
“Aku
tidak memaksamu. Tapi Aku mencoba untuk memberimu jalan yang benar. Kalau
seseorang belum dewasa, mereka membutuhkan dampingan untuk mencari cara pada
mereka.” Kata Ji Yoon. Jin Kyu makin heran dengan ucapan Ji Yoon.
“Sama
saja bagiku saat aku lari dari rumah dan tidak punya tempat untuk kutuju.
Gagasanku makin ceroboh dan IQ-ku terus menurun. Aku merasa IQ-ku seperti anak
umur 5 tahun.” Cerita Ji Yoon. Ji Kyu mengaku tidak mengerti yang dikatakan
itu.
“Saat kau
jadi orang yang tidak baik, maka pura-puralah seperti kau tak tahu yang
kukatakan! Aku hampir tidak berhasil mengembalikan akal sehatku, lalu saat
Ahjussi membantuku sementara aku hanya kelaparan di jalanan. Itu sebabnya aku
akan membantumu. Jadi cepat sadarkan dirimu dan bantu juga orang lain. Kalau
kau melakukan itu, maka dunia ini akan jadi lebih baik. Jelas Ji Yoon
“Kau ini
pemilik kantor atau apa?” keluh Jin Kyu. Ji Yoon tak banyak bicara menyuruh Jin
Kyu menghabiskan mie karena nanti akan lembek.
Ji Yoon
sudah siap berangkat kerja, memebritahu Persediaan mie sudah ada, jadi Jin Kyu
bisa makan mie itu untuk makan siang dengan merebus air di teko. Jin Kyu
bertanya apakah Ji Yoon tidak akan mengikatnya sebelum pergi. Ji Yoon tahu
kalau Jin Kyu tidak punya tempat untuk pergi lalu pamit pergi dengan akan
bertemu nanti malam. Jin Kyu hanya bisa menghela nafas dengan tingkah Ji Yoon.
Ji Yoon
melihat Dan Ah baru pulang bertanya darimana. Dan Ah dengan ketus menjawab
kalau itu Bukan urusannya. Ji Yoon menahan Dan Ah sebelum pergi ingin tahu Di mana tempat membeli barang seperti sendok
atau semacamnya. Dan Ah menyuruh Pergilah ke supermarket.
“Tempatnya
ada di mana?” tanya Ji Yoon
“Pergilah
ke arah pemberhentian kereta subway untuk jalur 4, lalu naiklah bus di situ.”
Kata Dan Ah
“Bis mana
yang harus kuambil?” tanya Ji Yoon. Dan ah pikir Ada petunjuknya di situ. Ji Yoon mengangguk
mengerti tapi kembali menahan Dan Ah.
“Maaf, tapi
tolong bisakah kau hati-hati saat berjalan menuju rumahmu? Lagipula itu sangat
berisik.” Kata Ji Yoon
“Maaf.. tapi
tutup saja telingamu itu.” Balas Dan Ah lalu pergi. Ji Yoon mengeluh Dan Ah
yang kasar menurutnya Ahjussi memang tidak pandai memilih wanita.
Dan Ah
mengemudikan motornya melihat pegawai Jungga memberikan selembaran kalau Semua
makanan tersedia untuk sarapan pagi dan buka jam 6 pagi, jadi mereka bisa
datang pagi hari. Di sekolah pun banyak pegawai Jungga, mereka memberikan
promosi pada semua tempat.
“Mereka
memang harus diperhitungkan.” Gumam Dan Ah akhirnya sampai di restoran bertemu
Kang Soo.
“Harganya
sangat murah kalau mereka banyak melakukan promosi seperti ini, maka restoran
lain pasti tidak ada apa-apanya lagi. Apa mereka bisa mengatasi banyak
pelanggan?” kata Dan Ah merasa khawatir.
“Jungga
Seolleongtang menimbulkan masalah karena pelanggan.” Kata Kang Soo
“Tidak,
kurasa kali ini berbeda. Sekarang, tidak ada satu pelanggan pun yang datang ke
sini karena sedang menunggu di sana. Bagaimana ini bisa terjadi?” kata Dan Ah.
Kang Soo mengajak mereka segera pergi melihatnya.
Mereka
pergi ke gedung Jungga, salah satu
pelanggan akan makan sup Jungga tapi kursinya sudah penuh. Seorang pegawai
menyarankan mereka pergi ke restoran Kimchi Jungga di lantai tiga dan akan membawakan
sup sosis pesanan mereka juga. Mereka pun setuju akan pergi ke lantai 3.
“Itu
sebabnya restoran jalanan di sekitar sini tidak punya pelanggan.” Kata Kang Soo
“Kurasa
seluruh gedung ini dipakai untuk food court Restoran Jungga. Tidak ada
pelanggan di restoran jalanan.” Ucap Dan AH.
Keduanya
keluar gedung, Sekertaris memberitahu kalau mereka bisa untung cepat daripada
cabang restoran yang lainnya. Nyonya Jung tersenyum bahagia dan melihat Kang
Soo dan Dan Ah lalu bertanya alasan mereka datang, berpikir untuk mencoba
makanan di restoran.
“Aku
hanya ingin melihat-lihat.” Kata Kang Soo
“Apa Kau kemari
untuk memata-matai kami? Apa Kau pikir bisa meniru kami? Tidak semua orang bisa
menjadi pengusaha. Dan kau tidak akan bisa bekerja keras untuk ini. Jadi jangan
terlalu memaksakan dirimu dan persiapkan dirimu untuk berhenti.” Kata Nyonya
Jung menyepelekan.
“Aku
masih akan memantaunya sampai akhir. Seseorang takkan belajar banyak kecuali
jika mereka akan memantaunya sampai akhir “ balas Kang Soo
“Itu
adalah kesalahan umum di kalangan anak muda. Mereka mungkin akan kehilangan
sepuluh hal dengan mencoba mempelajari satu hal.” Komenta Nyonya Jung. Kang Soo
hanya diam saja.
Nyonya
Jung memuji Ide yang bagus diberikan managernya dan bertanya Kenapa idenya bisa
berhasil. Managernya merendah kalau Nyonya Jung pikir pasti mengetahuinya. Nyonya Jung meminta agar Manager Tetaplah
berusaha.
“Kalau
semuanya berjalan baik, mungkin aku akan menunjukmu sebagai Direktur Utama
tempat ini.” Kata Nyonya Jung, Manager mengucapkan terimakasih dan terlihat
sangat bahagia.
“Presdir
Jung... Istri Ketua Oh ingin menemuimu.” Kata sekertarisnya.
Nyonya
Jung duduk dengan ibu Jin Kyu yang langsung menanyakan keberadaan anaknya,
karena sebelumnya bertanya pada pegawai di restoran sup kalau Nyonya Jung
memecatnya. Nyonya Jung meminta Ibu Jin Kyu agar Tanya lagi pada mereka.
“Aku
tidak pernah memecat Jin Kyu. Aku menyiapkan sebuah upacara untuknya karena dia
akan jadi Direktur tapi pagi itu dia menghilang.” Kata Nyonya Jung
“Apa
maksudnya menghilang? Kenapa harus dia?” kata Ibu Jin Kyu binggung
“Dia
bilang tidak ingin menjalani hidupnya sebagai pewaris Ohsung Group. Aku
mengatakan yang sebenarnya dan memberitahu kalau Ketua Oh akan menerima dia
sebagai anaknya lagi kalau dia menjadi pengusaha sukses. Agar dia bisa menerima
posisinya sebagai Direktur. Tapi dia tidak mau. Dia bilang tidak berniat
menjadi anak kedua Ketua.” Jelas Nyonya Jung
“Jadi Sekarang
dia di mana?” tanya Ibu Jin Kyu mulai panik. Nyonya Jung mengaku tak tau dan berusaha
mencarinya.
Jin Kyu
menuliskan note dan menempelkan diatas boneka yang pernah diberikan pada Ji
Yoon “Terima kasih atas semuanya. Tapi tolong janga membawa orang malang sepertiku
di perusahaanmu. Apa Kau juga tahu boneka jelek itu akan terlihat makin jelek
saat kau menggabungkannya” Good luck.” Setelah itu pergi meninggalkan rumah
Dan Ah
kaget kalau paman dan bibi tidak punya satu pun pelanggan yang datang hari ini.
Si bibi mengaku hanya 20 pesanan untuk
diantar menurutnya itu bahkan tidak cukup bagi mereka. Semua juga mengeluh
dengan keadaan restoran mereka.
“Aigoo,
dan kontrak kami akan segera berakhir. Jadi kami harus membayar sewa yang
tinggi. Dan Youngil Bank memberitahu kami kalau pinjaman kami jatuh tempo dan
kami perlu membayarnya kembali.” Cerita si pam
“Apa Anda
harus membayar kembali pinjaman sekarang? Bukankah mereka biasanya memberi Anda
perpanjangan jika Anda melunasi bunga secara konsisten?” pikir Kang Soo
“Benar...
Tapi kali ini mereka bilang tidak. Mereka menolaknya mentah-mentah!” ucap Si
paman
“Pinjaman
kami bukan masalahnya. Pemilik bangunan bilang mereka akan menaikkan sewa
sebesar 50 persen.” Kata si bibi. Dan Ah kaget akan naik 50 persen.
“Tapi
dalam undang-undang bilang mereka hanya bisa menaikkannya sembilan persen!”
kata Kang Soo
“Oh,
undang-undang tidak lagi dipedulikan di sini. Di sini, kami harus membayar apa
yang mereka minta dan harus menandatangani kontrak. Kalau tidak, pemilik
bangunan akan menolak untuk menyewa kami.” Ucap si paman marah. Dan Ah dan Kang
Soo terlihat kebingungan.
“Mereka
harusnya tidak boleh mengabaikan undang-undang hanya karena mereka pemilik
bangunan di sini!” kata Kang Soo
“Mereka
itu lebih kuat daripada hukum. Kau tahu pepatah, "Pemilik bangunan lebih
kuat daripada Tuhan." Begitulah hukum Korea Selatan. Kami tidak pernah
melindungi orang miskin. Mereka hanya bertindak seperti mereka, dan kemudian
segera menjatuhkan tindakan tersebut.” Kata dan Ah
“Tapi
kita tidak boleh membiarkannya seperti ini terus.”pikir Kang Soo
Dan Ah
ingin tahu apa rencananya. Kang Soo pikir mereka harus cari cara. Dan Ah pikir lakukan ini
saja. Kang Soo bertanya lakukan apa.
Dan Ah
dan Kang Soo mengumpulkan beberapa orang di kantor mereka. Beberapa orang
mengeluh karena mereka berani mengumpulkan dalam satu ruangan. Kang Soo
mengatakan kaalu ada yang ingin dibicarakan
atas nama penyewa gedung.
“Jangan
naikkan uang sewa tahun ini.” Ucap Kang Soo. Semua langsung mengeluh dengan
yang dikatakan Kang Soo seperti hanya omong kosong saja.
“Kalau
Anda menaikkan uang sewa tahun ini, kami akan melaporkan fakta bahwa Anda
memaksa tanda tangani kontrak pada penyewa Anda. dan semua penghindaran pajak
Anda ke pihak berwenang.” Ucap Dan Ah mengancam. Semua terlihat mulai panik dan
mengumpat Dan Ah yang kurang ajar.
“Apa Kalian
ini mau memeras kami sekarang?” ucap seorang ibu pemili
“Ya, sama
seperti Anda telah memeras penyewa selama ini. “ ucap Dan Ah.
“Saya minta
kalian hidup dengan hormat! Jika semua restoran di jalanan bangkrut, maka
kalian semua pun juga kena dampaknya oleh mereka. Penyewa apa yang ingin
memulai bisnis di tempat yang tidak berhasil ini? Ini adalah saat yang sulit
bagi semua orang. Jadi jika kita saling ribut begini, maka kita semua juga akan
bangkrut.” Kata Kang Soo
“Sepertinya
anak-anak muda ini membuat kami terjebak begini.” Ungkap salah satu pria.
Di lantai
bawah
Soon Ae
mengeleh karean Dan Ah dan Kang Soo sibuk bahkan tidak bisa makan bersama dan tidak
suka makan dengan pria pengantar itu.
Tuan Jang mengatakan kalau keduanya ada rapat dadakan. Soon Ae mengeluh
kalau ini menyebalkan sekali.
“Saat
sedang kesal, makanlah jjajangmyeon! Dan saat kau sedih, makanlah ulmyeon! Saat
keadaan kacau, makanlah nasi goreng!” kata Tuan Jang memberikan jajangmyun.
“Kutaruh
hatiku di sini.” Ungkap Tuan Jang pada kacang polong yang dibentuk hati diatas
jajangmyun.
“Sejujurnya
aku merasa ingin menangis. Tapi Apa Kau tak tahu aku ini tidak boleh makan
kacang polong? Apa Kau ini tidak punya otak? Berapa kali aku harus
memberitahumu?” ucap Soon Ae akhirnye berubah marah. Tuan Baek kembali
mengambil mangkuk jajangmyunnya.
Jin Kyu
sudah duduk ditaman dan siap tidur, seorang pertugas memperingatakna kalau Tidak
ada yang boleh duduk di taman setelah jam 10 malam. Jin Kyu akhirnya berjalan
pulang, Ji Yoon melihat Jin Kyu berteriak memanggilnya.
“Wow,
jadi ternyata bekerja juga Aku mengirimimu pesan telepati yang memberitahumu
untuk menemuiku di sini. Aku tidak menyangka pikiran kita bisa terhubung di
sini.” Kata Ji Yoon. Jin Kyu hanya bisa menganguk menyetujuinya.
“Tapi, Ji
Yoon. Aku akan kembali ke tempatmu dulu. Aku akan menyalakan lampu dan
semacamnya jadi Pulanglah sendiri.” Kata Jin Kyu teringat kalau menempelkan
sesuatu di atas bonek
“Ayo kita
pergi bersama.” Kata Ji Yoon. Jin Kyu menolak agar meluangkan waktu saja lalu
bergegas pergi. Ji Yoon binggung melihat tingkah Jin Kyu. Jin Kyu sudah lebih
dulu sampai rumah langsung merobek note yang ditinggalkanya, lalu bisa bernafas
lega.
Kang Soo
merasa tak tahu kalau Dan Ah pandai juga memeras mereka. Jadi belajar semuanya
dari pacarnya. Dan Ah meminta Kang Soo tetap
mempelajari hal semacam ini, karena tidak bisa bersikap baik jika ingin
menjalankan bisnis di negara seperti ini.
“Kau itu
Presdir.. Jadi kau urus saja pekerjaan yang kotor dan biarkan pegawaimu menjalani
hidup mereka sebagai orang baik.” Kata Dan Ah
“Melihatmu
seperti ini, kau nampak seperti Ketua.” Komentar Kang Soo
“Kalau
kau tidak bisa melakukan sesuai yang kukatakan, maka kau akan kupecat sebagai
Presdir.” Kata Dan Ah
“Bukankah
kita merasa seperti pengantin baru sejak kita bertingkah seperti ini? Biasanya
yang dilakukan pengantin baru pada saat seperti ini...” kata Kang Soo ingin
mencium Dan Ah.
Tapi Dan
Ah langsung menutup kepala Kang Soo dengan pengorengan. Kang Soo mengaduh
kesakitan. Keduanya lalu tertawa lalu kembali mencuci piring.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar