[Episode 1: Kematian Yang Pertama]
Seorang pria
sibuk didepan komputer dengan earphone, jari-jarinya sangat cepat diatas
keyboard. Ia mengoceh sendiri dengan orang yang yang ada dilayar. Lee Shi Kyung
mengomel pada layar kalau seharusnya melindunginya, kakinya naik keatas kursi
terlihat mulai merasakan tegang untuk melawan musuh di komputernya.
Sementara
terlihat seseorang melangkahkan kaki menaiki tanga. Dan Shi Kyung bisa menang
melawan musuhnya dengan bangga kembali mengoceh sendirian dikamar.
“Hei! Apa
Kau melihatnya? Aku sudah bilang semuanya dengarkan aku aja. Kau harus
melakukan ini untuk menang. Yang perlu kau lakukan hanyalah mendengarkanku
saja.” Ucap Shi Kyung.
Telinga Shi
Kyung seperti sangat sensitif mendengar sesuatu, lalu bisa tahu kalau Ibu
datang dan bergegas memasukan keyboard dan mousenya membuka buka, dalam hatinya
bergumam kalau Kecepatan cahaya bukan hanya
tentang kecepatan saja.
“Ada
kalanya seseorang benar-benar bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. “ gumam
Shi Kyung.
Ibu Shi
Kyung, Oh Jung Won membuka pintu melihat anaknya seperti tertidur sambil
membaca buku, lalu bertanya apakah Shi Kyung belum tidur. Shi Kyung berpura-pura terlihat lelah
mengatakan sedikit lagi selesai.
“Wajahmu
mulai kusam gara-gara terlalu fokus belajar. Jangan memaksakan diri.” Pesan Nyonya
Oh. Shi Kyung menganguk.
“Ngomong-ngomong....
Kau di sini sendirian, kan?” kata Nyonya Oh. Shi Kyung panik bertanya kenapa
menanyakan hal itu.
“Sepertinya
Ibu mendengar seseorang berteriak dari kamarmu ” Kata Nyonya Oh pikir tetangga.
Shi Kyung sengaja menyalakan volume dalam komputernya.
“Aku
mendengarnya dengan keras tadi.” Kata Shi Kyung. Ibunya pun tak curiga berpesan
agar Shi Kyung matikan lampu sebelum tidur. Shi Kyung bisa bernafas lega karena
bisa menutupi kebohonganya.
Shi Kyung
melihat ponselnya sambil mengoceh tentang gamesnya, lalu berkata kalau Tidak ada yang menonton maka tidak akan
pernah menghasilkan uang. Seorang wanita leat disamping Shi Kyung, Lee Shi
Young adik dari Shi Kyung.
“Apa kau
akan menonton hal yang buruk seperti itu? Siapa yang mau menonton sampah
seperti itu?” ejek Shi Young.
“Ini
lebih baik dari pada pakaianmu yang seperti sampah. Ohhh, kuharap mataku tidak
pernah melihatnya” balas Shi Kyung menutupi matanya.
“Jagalah
dirimu sendiri.” Kata Young. Shi Kyung langsung memukul kepala adiknya karena
seharusnya memanggil "Oppa".
“Kau
punya mental seorang anak kecil.” Ejek Shi Young. Shi Kyun ingin memukulnya.
Shi Young langsung menahan dengan mengancam kakaknya.
“Aku
melihatmu membuat kartu laporan kali ini. Haruskah aku memberitahu Ibu yang
sebenarnya?” kata Shi Young
“Jangan
dan Pergilah tidur.” Kata Shi Kyung. Shi Young melihat kakaknya ingin pergi ke
minimarket dan meminta dibelikan es krim banana.
“Aku
tidak punya uang.” Kata Shi Kyung. Shi Young pikir lebih baik untuk
membangunkan ibunya dan memberitahunya. Shi Kyung panik langsung berjanji akan
memberikan es krim.
“Sekalian
belikan minuman juga.” Kata Shi Young. Shi Kyung pun tak bisa berkata apa-apa
lagi.
Shi Kyung
berjalan pulang dengan semua snack dalam kantung dan juga sosis untuk dimakan.
Saat itu terlihat beberapa anak sedang memukul seseorang. Shi Kyung akan kabur
tapi ketua Genk seperti melihatnya lalu bertanya siapa itu dan apakah
mengenalanya. Shi Kyung ingin kabur mengaku kalau tak mengenalnya
Jae Hoon
memanggil Shi Kyung sebagai temanya. Si ketua Genk pun tahu kalau mereka berdua
saling mengenal. Shi Kyung pani memilih untuk kabur dari kejaran para
berandalan. Kejar-kejara pun terjadi, Shi Kyung berhasil bersembunyi dan si
pria tambun tak bisa mengejarnya, lalu keluar dari persembunyian.
“Hai..
Wah.. Apa yang bisa kau lakukan? Aku
sangat hafal daerah ini.” Ejek si Ketua genk mengejek.
“Maaf,
kau bisa mengambil semua yang kumiliki.” Kata Shi Kyung memberikan plastik snacknya.
Si Ketua menolak karena sedang diet.
“Pacarku
bilang aku perlu menurunkan berat badan. Tidakkah kau memiliki hal lain selain
barang ini?” kata Si Ketua. Shi Kyung mengeluarkan uang dan langsung
dirampasnya.
“Hei,
bocah... kau jangan menyia-nyiakan waktuku. Apa Kau tidak punya kartu kredit?” kata Si ketua. Shi Kyung
mengaku tak punya. Si ketua langsung memberikan pukulan pada wajah Shi Kyung.
“Lain
kali, buatlah beberapa kartu dan Aku akan menikmati makanan ini.” Kata si ketua
lalu pergi dengan uang dan makanan Shi Kyung. Shi Kyung terjatuh dengan
wajahnya yang memar hanya bisa mengumpat kesal.
Shi Kyung
di panggil keruang guru kaget karena Jae Hoon melaporkannya dan ingin tahu
alasannya. Wali kelasnya menjelaskan kalau Jae Hyun berkata Shi Kyung adalah
seorang saksi dan melihat Jae Hoon diserang.
“Apa kau
memukulinya juga?” tanya Gurunya melihat wajah Shi Kyung yang juga bengkah. Shi
Kyung mengaku hanya terjatuh.
“Kau
perlu mengatakan yang sebenarnya.” Kata Gurunya. Shi Kyung hanya diam saja.
“Ini
tidak akan berhasil, jadi Beritahu ibumu untuk datang.” Kata Bu guru. Shi Kyung
langsung mengatakan kalau akan menjadi
saksi.
“Apa
sulit bagi ibumu untuk datang sekali saja?” keluh Bu Guru. Shi Kyung mengaku
kalau ibunya sangat sibuk.
Makan
Malam
Nyonya Oh
kaget anaknya diminta menjadi saksi dan bertanya apakah memang tidak ikut
berkelahi, Bibi Shi Kyung bertanya juga Ada apa dengan wajahnya. Shi Kyung
tetap mengaku kalau dirinya jatuh. Shi Young memberitahu bibinya kalau kakaknya
itu tidak bisa berkelahi jadi selalu membutuhkannya. Ibunya langsung berteriak
marah
“Oppa
bilang kalau aku seharusnya tidak berbicara seperti itu dan tidak menggunakan ponselku
di meja makan.” Ucap Shi Young melawan. Ibunya pikir kalau memang sudah tahu
kenapa melakukanya.
“Omelanmu
tidak ada gunanya, jadi kenapa kau terus melakukannya, Bu? Kau terus mengomel
dan Aku terus berperilaku seperti ini. Apa bedanya? Tak satu pun dari kami
mengubah kebiasaan kami.” Ucap Shi Young melawan.
“Hei,
bagaimana itu sama? Kau berbicara dengan
tidak sopan.” Kata Shi Kyung marah.
“Lupakan.
Berhenti membicarakannya.” Kata Nyonya
Oh. Shi Young memilih untuk pergi dari meja maka.
Shi Kyung
memanggil adiknya untuk kembali dan ingin mengejarnya. Bibinya langsung menahan
agar tak perlu mengejarnya. Shi Kyung bergumam bahwa Pada saat seperti ini, sangat
berterima kasih pada bibinya karna Tidak ada gunanya juga mengejar adiknya.
“Sekarang
aku ingat, aku belum mengunjungi sekolah anak-anak... Ahh..Tapi, kurasa akan
aneh kalau aku datang kesana.” Ucap
Nyonya Oh. Shi Kyung sempat panik tapi mendengar komentar ibunya pun bisa
bernafas lega.
Shi Kyung
kembali sibuk bermain games di warnet, semua anak memujinya karena pemainnya
sangat bagus. Sebuah pesan masuk dari ibunya “Nak, kau di sekolah, kan?” Shi
Kyung dengan cepat membalas pesan ibunya Tentu saja, aku belajar dengan giat.”
“Oke,
belajarlah dengan giat. Sampai jumpa lagi” tulis ibunya
“Aku akan
segera menyelesaikan belajarku dan pergi
ke kafe, Bu.” Balas Shi Kyung dengan masih tetap bermain games. Tapi Shi Kyung
tiba-tiba merasakan sesuatu dan langsung bergegas keluar dari warnet, semua
yang menonton binggung karena Shi Kyung hampir menang.
Shi Kyung
pergi ke cafe bibinya dengan nafas terengah-engah, lalu menanyakan keberadan
ibunya dan tak ada dicafe, Bibinya juga tak tahu kalau ibunya hanya menyuruh
untuk menjaga kafe dan pergi, lalu mencoba memperbaiki sesuatu tapi malah membuat
suara berdengung.
“Kau bisa
memperbaiki listrik, kan?” ucap si bibi. Shi Kyung langsung memikirkan ibunya
pergi kemana tapi berusaha menyakinkan kalau itu tak mungkin.
“Ibu
bukan tipe orang yang mau datang ke sekolah.
Tapi, kenapa aku merasa sangat
cemas? Dia tanya "Sampai jumpa lagi"?”
gumam Shi Kyung.
“Hei..
Aku tanya apa kau bisa memperbaikinya!” teriak bibinya melihat Shi Kyung hanya
diam saja.
“Bibi,
apa Ibu bilang akan pergi ke sekolahku?” tanya Shi Kyung meemastikan. Ibunya
teringat kalau Nyonya Oh bilang akan pergi kesana.
“Dia tadi
malam bilang kalau akan datang ke sekolahmu.” Kata Bibi Oh.
“Aku harus
menghentikannya! Begitu Ibu bertemu
dengan guru wali kelasku, seluruh hidupku akan berakhir.” Jerit Shi Kyung
berlari sampai sandalnya terlepas.
Nyonya Oh
terlihat binggung melihat guru wali kelas Shi Kyung, lalu berpikir kalau Guru
wali kelasnya pasti sudah ganti. Ibu Guru mengaku belum. Nyonya Oh merasa Aneh
karena berpikir guru wali kelasnya laki-laki.
“Saya
senang Anda datang juga. Saya mengatakan kepada Shi Kyung kalau saya ingin bertemu
ibunya, namun Anda tidak pernah datan dan juga tidak pernah mengangkat telepon”
kata Ibu Guru. Nyonya Oh binggung.
“Anda
pasti tahu Shi Kyung memiliki kasus yang parah.” Kata Ibu Guru. Nyonya Oh
binggung apa maksud kasus yang parah
“Nilai-nilainya
terus naik akhir-akhir ini, dan dia terus belajar setiap malam. Dia begadang
mendengar kuliah di internet.” Jelas Ibu Shi Kyung
“Kau
bilang Nilai Shi Kyung naik?” kata Ibu guru sekarang binggung. Nyonya Oh
mengeluarkan lembaran kertas
“Ini
adalah rapor terakhirnya. Saya membawanya untuk kita diskusikan.” Kata Ibu Shi
Kyung. Ibu Guru pun melihat lembaran hasil nilai.
Nyonya Oh
turun dari tangga terlihat lemas, tubuhnya bergetar lalu teringat kembali
ucapan ibu guru.
Flash Back.
Ibu Guru
memberitahu kalau lembaran itu palsu, Nyonya Oh kaget mendengarnya. Ibu guru
merasa tidak pernah berpikir Shi Kyung
akan melakukan hal seperti ini, lalu memperlihatkan grafik dalam
komputernya kalau itu adalah nilai sebenarnya dari Shi Kyung dan Nilainya
semakin menurun.
Shi Kyung
akhirnya sampai di depan sekolah dan melihat ibunya akan pergi lalu
memanggilnya. Nyonya Oh seperti berusaha untuk tenang, Shi Kyung mengeluh
ibunya tidak memberitahu kalau mau datang ke sekolah dan bertanya dengan wali kelasnya.
“Apa
kalian berdua bertemu?” tanya Shi Kyung. Nyonya Oh berbohong kalau tak bertemu
dan menanyakan alasan Shi Kyung menanyakan.
“Masalahnya...
Guru wali kelasku pergi ke pemakaman. Ibu mungkin tidak bisa menghubunginya.” Kata
Shi Kyung berbohong. Nyonya Oh berakting untuk mempercayainya.
“Ibu tahu
nomor yang kuberikan ‘kan? Ibu bisa
menghubungi nomor itu. Kenapa Ibu datang hari ini? Aku melompati gerbang, untuk
bergegas menuju ke sini.” Kata Shi Kyung. Nyonya Oh menatap menahan amarahnya.
Shi Kyung menyadarkan ibunya.
“Oh,
baiklah. Aku akan meneleponnya. Tapi... kenapa kau di sini?” tanya Nyonya Oh
“Ah.
Itu... Aku membeli buku pelajaran, jadi aku datang kesini. Kalau begitu, aku
akan pergi ke kafe. Kau tahu bagaimana keadaan kafe. Bibi bilang Ibu di
sekolah, dan Ibu tidak mengangkat teleponmu. Jadi, aku berlari kesini.” Kata Shi
Kyung.
Nyonya Oh
pun menyuruh anaknya untuk masuk saja.
Shi Kyung mengaku harus giat belajar. Nyonya Oh bertanya Dimana buku
pelajarannya, apakah tidak membelinya. Shi Kyung memikirkan jawabanya, kalau
itu Tidak tersedia disana jadi akan pergi ke toko buku lainnya besok. Nyonya Oh
pun mempercayainya dan menyuruh Shi Kyung agar segera masuk saja.
Shi Kyung
melihat ibunya sudah pergi melalui lorong, lalu bergegas menelp temanya yang
sudah dianggap kakak memberitau kalau Ibunnya mungkin akan menelpnya nanti,
lalu panik memutuskan akan segera kesana.
Saat
keluar dari pintu, Si ketua Genk dan dua anak buahnya sudah menghadangnya. Shi
Kyung langsung didorong ditempat tersembunyi dan Si ketua Genk langsung
mencengkram bajunya. Shi Kyung ketakutan memohon agar bisa melepaskan tanganya.
“Rangking
keberapa kau? Ucap Si Ketua Genk pada Shi Kyung
“Kau bisa
lihat, hanya dengan melihatnya... dia sudah menyerah dengan Ujian dan sekolah. Itu
tertulis di seluruh wajahnya. Dan Orang ini menduduki peringkat nomor satu, di
sekolah kita. Ayahnya punya andil besar
dibalik sekolah kita. Apa Kau tahu apa yang dikatakan?” kata Si Pria tambun.
Ketua Genk menyuruh temanya diam.
“Catatan
sekolahku terlalu bersih untuk dikotori dengan perkelahian. Mari kita pastikan
tetap bersih.” Kata Si Ketua Genk yang suka memuku.
“Ya, kami
hanya bercanda. Kenapa semua orang bereaksi berlebihan?” ujar teman yang
lainya.
“Jika kau
ingin menjadi saksi... maka Pergi dan katakan "aku tidak tahu apa-apa. Aku
hanya salah dengar." Kau pernah melihat itu di TV kan?. Jadi Jangan pernah
pergi! Jika kau hadir sebagai saksi... Kau
akan mati. Mengerti?” ancam si ketua genk.
Shi Kyung menatap penuh amarah seperti ingin melawanya.
“Haruskah
kita melakukan ini jika kau tidak mengerti?” kata si ketua Genk ingin
memukulnya.
Shi Kyung
kembali terkena pukulan diwajahnya, berdiri sambil menatap kosong lalu mengeluh
karena mereka memilihnya. Temanya penjaga warnet melihat Shi Kyung berpikir tidak
cukup tidur di sekolah hari ini dan sangat sensitif. Shi Kyung hanya diam saja
terlihat masih sangat kesal.
“Kau
bilang ibumu tidak pernah bertemu guru wali kelasmu. Apa ada hal lain yang terjadi
denganmu?” tanya temanya. Shi Kyung mengaku tak ada.
“Ya
sudah.. Hei, jangan kemari dan jangan mengotori tempat ini. Aku muak dan lelah
menghadapi amarah anak-anak pecundang.” Jelas Temanya.
“Aku
merasa ada yang tidak beres.” Kata Shi
Kyung gelisah.
“Hei..berhati-hatilah..
Akhir-akhir ini kau paling banyak
membuat kartu laporanmu. Bukankah itu sebuah kejahatan?” kata temanya.
“ Itulah
yang kukatakan. Kupikir aku sudah pergi terlalu jauh. Aku punya firasat buruk
tentang ini dan itu.” Kata Shi Kyung.
Temanya menyuruh
Shi Kyung agar menikmati saja ramennya dan kalo sudah selesai buang ditempatnya.
Shi Kyung agar pergi membawa ramenya. Temanya melihat ponselnya berdering, lalu
panik memberitahu kalau itu Ibu Shi Kyung yang menelp. Shi Kyung menyuruh agar
melakukan dengan benar dan bilang sedang di pemakaman. Teman Shi Kyung sengaja
membuat suaranya lebih berat agar terlihat seperti orang tua.
“Iya.
Halo, ibu Shi Kyung. Saya guru wali kelas Shi Kyung. Kenapa Anda menelepon?”
ucap teman Shi Kyung. Nyonya Oh menanyakan keberadaanya.
“Saat ini
saya sedang menghadiri pemakaman. Apa Anda ingin datang kemari?” kata teman Shi Kyung kaget.
Shi Kyung memberi kode agar Jangan memperbolehkanya.
“Jangan.
Saya sedang tidak ada di Seoul sekarang. Saya pergi jauh... sangat jauh.” Kata teman
Shi Kyung memikirkan tempatnya. Shi Kyung memberitahu sedang ada Pulau Jeju.
“Saya di
Pulau Jeju. Ayah dari teman saya di Pulau Jeju meninggal tiba-tiba. Saya
tiba-tiba harus... “ kata teman Shi Kyung lalu terdengar suara ibu Shi Kyung
yang mendekat.
“Saya
berada di Pulau Jeju sekarang... Guru wali kelas.” Kata Ibu Shi Kyung masuk
warnet.
Teman Shi
Kyung melonggo karena ketahuan berbohong mengaku sebagai wali kelas temanya.
Shi Kyung binggung karena temanya hanya diam saja dan baru sadar kalau ibunya
sudah ada didepanya, mie ramyun dalam mangkuk pun jatuh berantakan. Temanya langsung
mengaduh kesakitan karena terkena kuah ramyun
yang masih panas.
Ibu Shi
Kyung keluar dari warnet tak bisa menutupi kemarahnya. Shi Kyung mengikutinya
dari belakang. Nyonya Oh menyuruh anaknya Pulanglah dan tunjukkan semua kuliah
internet di komputernya. Shi Kyung menolak. Ibunya ingin tahu kenapa tak boleh
dan ingin tahu pelajaran apa yang selama ini di kerjakan anaknya.
“Kenapa
nilaimu sangat rendah meskipun kau menontonnya setiap malam? Apa yang harus kau
tonton agar kau memiliki nilai bagus?
Aku sangat penasaran dan harus melihatnya.” Kata Ibu Shi Kyung
“Tidak.
Ibu tidak boleh melihatnya... Ini akan menaikkan darah tinggimu.” Kata Shi
Kyung
“Itu
video porno, kan?!” teriak Nyonya Oh. Shi Kyung panik melihat sekeliling karena
Ibunya bisa mengatakannya dengan suara
keras.
“Apa Ibu
menontonnya saat aku tidak di kamar? Ibu tidak boleh melakukannya.” Kata Shi Kyung.
Nyonya Oh tak bisa menahan amarah langsung memukul anaknya. Shi Kyung mengaduh
kesakitan.
“Kudengar
kau menduduki peringkat nomor satu dalam memainkan game itu. Apa Kau sedang
menonton kuliah internet sepanjang malam? Dengan Bermain game dan menonton film
porno!” teriak Ibu Shi Kyung ingin memukul anaknya.
“Ibu
Jangan gunakan kekerasan dan Gunakan kata-kata saja.” Pinta Shi Kyung karena
sering kena pukul akhir-akhir ini.
“Kata-kata
hanya digunakan untuk manusia saja. Apa kau manusia? Kau manusia?” Kata Ibu Shi
Kyung marah
“Semua
temanku melakukannya!” kata Shi Kyung akan pergi. Ibunya menahan memperingatkan
kalau Mulai hari ini, hentikan itu
semua.
Ponsel
Nyonya Oh berdering, satu tangan mengambil ponsel untuk mengangkatnya. Shi
Kyung berusaha kabur tapi cengkraman tangan ibunya lebih keras agar tak pergi.
Nyonya Oh karena itu telp dari Kantor polisi. Di dalam kantor, Nyonya Oh
meminta maaf dan berjanji akan memastikan
ini tidak terjadi lagi, lalu keluar dengan Shi Kyung
“Kenapa
Shi Young tidak datang?” keluh ibunya. Shi Kyung pun akan memanggilnya. Shi Young keluar dengan
dua temanya. Dua temanya meminta maaf dan segera pamit.
“Kenapa
kau melakukannya juga? Kenapa kau melakukan seperti ini?” ucap Nyonya Oh marah.
Shi Young merasa tak ada yang salah dengan yang dilakukanya.
“Apa lagi
kalau bukan, berkelahi dengan mahasiswa.” Kata Nyonya Oh kesal
“Itu
bukan perkelahian. Kami berkelahi gara-gara dia mendapat goresan kecil dan
mahasiswa itu yang bereaksi berlebihan.” Kata Shi Young. Ibunya benar-bena tak
habis pikir dengan tingkah dua anaknya.
“Apa kau
ingin memakai sampah dan bertindak seperti sampah?” ejek Shi Kyung. Shi Young
mulai marah. Ibunya berteriak agar menghentikan keduanya agar tak bertengkar
lalu melihat ponselnya kembali berdeirng kali ini dari [Jung Soo]
Mereka bergegas
pergi dan sampai di cafe, semua sudah berantakan seperti baru saja di bobol
maling. Bibi Oh menangis sambil berjongkok memberitahu sudah Listrik menyala,
jadi keluar sebentar, lalu Orang-orang aneh ikut masuk.
“Kakak..
Mereka adalah orang-orang yang meminjami
kita uang saat kita putus asa.” Cerita Bibi Oh
“Aku
memohon agar mereka menunggu sebentar lagi.” Kata Nyonya Oh marah. Dua anaknya
kebinggungan karena dalam beberapa jam sudah terjadi masalah lagi.
Shi Kyung
melihat beberapa barang sudah dilberi label kalau itu disita. Nyonya Oh
berbicara di telp meminta maaf kalau menggunakan
warisan ayah anak-anak sebagai jaminan. Setelah menutup telp, Shi Kyung
bertanga Siapa yang menelp. Nyonya Oh mengatakan kalau itu Nenek. Shi Kyung heran Kenapa Nenek menelepon
mereka.
“Apa ini
juga terjadi pada rumahnya?” kata Shi Young binggung.
“Ayo kita
pindah.” Kata Nyonya Oh berdiri dengan wajah yakin. Shi Young berteriak kaget.
“Kupikir
kita tidak punya tempat untuk pergi.” Kata Bibi Oh. Nyonya Oh mengatakan kalau
mereka masih punya jadi mengajak pindah. Shi Young pikir ibunya sedang
bercanda.
“Kemana
kita pergi dan kapan? Aku harus hadir sebagai saksi.” Kata Shi Young
“Kita
akan segera pergi begitu rumah ini disita oleh Bank.” Jelas Nyonya Oh
“Apa aku
harus pindah sekolah? Aku tidak mau!” kata Shi Young menolak dengan tegas niat
ibunya.
“Dengarkan
baik-baik. Mulai sekarang, jangan katakan apa yang kau inginkan atau yang tidak
kau inginkan. Itu sesuatu yang mahal untuk kita sekarang. Orang-orang bilang
kau perlu mati dan hidup kembali beberapa kali untuk menjadi dewasa. Jadi Anggap
ini kematian, dan dengarkan Ibu.” Tegas Nyonya Oh lalu bergegas masuk kamar.
Bibi Oh pun mengikutinya.
“Sebenarnya
kita mau pergi kemana? Ibu Kemana kita akan pergi? Kau menakut-nakuti kami
seperti ini.” Teriak Shi Young bingung.
Akhirnya
mobil box dengan dua kabin pun melaju melalui jalanan Seoul. Shi Kyung dan
adiknya duduk dikursi belakang sambil bermain ponsel, lalu mengeluh kedinginan.
Shi Young sengaja membuka jendela menyuruh kakanya untuk diam.
“Hei, aku
bilang kedinginan...Ini dingin.” Kata Shi Kyung ingin menendang adiknya agar
menutup jendela.
“Kita
mungkin akan ditendang keluar.” Kata Shi Young yang juga asik dengan ponselnya.
Shi Kyung bertanya memangnya kenapa.
“Akankah
nenek membiarkan kita masuk rumahnya? Tidakkah
kau ingat pergi ke sana saat kita kecil, dan dia tidak mau membukakan pintu? Bisakah
dia....” kata Shi Young terus mengoceh lalu ponsel Shi Kyung berdering bertanya
siapa yang menelpnya. Sementara Jae Hoon seperti kembali kena pukul.
“Kau
sudah melupakanku dan Harga diriku sedikit terluka Aku tahu kau tidak akan
memiliki keberanian untuk menjadi saksi.
Bersikaplah seperti itu, oke? Jadilah pengecut, seperti biasanya. “ ucap
si ketua Genk
“Aku akan
melakukannya.” Kata Shi Kyung lalu mematikan ponselnya. Si Ketua Genk marah
karena telpnya dimatikan begitu saja.
Shi Young
bertanya ada apa. Shi Kyung menutupinya kalau Bukan apa-apa. Shi Young bertanya
akan pindah sekolah, lalu mengambil ponsel kakanya kalau mereka
ingin tinggal di Seoul jadi bisa tinggal di rumah teman atau menyewa
kamar karena tidak ingin tinggal dengan Nenek.
“Aku juga
tidak mau, tapi itu tidak mudah.” Kata Shi Kyung ingin mengambil ponsel dari
tangan adiknya. Shi Young menjauhkan tanganya, lalu ponselnya pun jatuh di
jalan.
Shi Kyung
panik melihat ponselnya tergeletak dijalan, lalu memanggil ibunya agar bisa
berhenti. Nyonya Oh hanya diam seperti tak memperdulikanya. Shi Kyung pun meminta sopir mobil truk agar Berhenti
sebentar. Si sopir juga seperti tak peduli.
“Ibu, aku
membayarnya dengan 36 kali cicilan bulanan.” Teriak Shi Kyung frustasi. Ibunya
tetap diam dan mobil melaju meninggalkan Seoul.
Keduanya
tertidur dalam mobil sampai akhirnya terbangun melihat pemandangan pengunungan
dan sawah sangat indah. Lalu keduanya juga kembali tidur karena perjalana
seperti sangat jauh. Bibi Oh sudah sampai dengan mobilnya, memberitahu sudah
ada di depan rumah Nene dan membawanya jadi meminta kakaknya datang. Tiba-tiba Bibi Oh panik melihat sosok nenek
yang berjalan didepanya.
Shi Kyung
terbangun karena Ibunya seperti kebinggungan karena GPS memberinya petunjuk
yang aneh dan bertanya-tanya Apa alamatnya salah, lalu mencoba mencari tahu.
Shi Kyung melihat keluar jendela dibuat binggung melihat sosok waktu seperti
mengantungkan badan di dahan pohon yang besar, lalu mengambil ponsel adiknya
dan mengambil gambarnya.
“Apa itu?
Apa Mereka berpura-pura menjadi mayat di sini juga?”kata Shi Young. Shi Kyun
binggung dengan maksud Berpura-pura menjadi mayat.
“Anak-anak
di sekolahku banyak yang melakukan itu. Tapi, aku belum pernah melihat ada yang
melakukannya sendiri.” Kata Shi Young lalu mengambil ponsel dari tangan
kakaknya karena ingin tahu apa yang disimpan.
“Jangan
menghapusnya.” Ucap Shi Kyung memohon pada adiknya. Saat itu mobil mulai bergerak.
Si wanita bernama Kim Bon mengangkat wajahnya, Shi Kyung melihatnya sampai
mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar