Lee Jung
Hee dkk menari dalam kamar lagu Abba, seperti layaknya girl band diatas
pangung. Ibu Jung Hee, membuka pintu berteriak marah karena mereka kembali
berkumpul lagi dalam kamar anaknya. Teman Jung Hee panik dan berusah untuk
kabur.
Ibu Jung
Hee mengambil sapu, Jung Hee bergegas pergi meninggalkan rumah sebelum dipukul
ibnya. Ibu Jung Hee berteriak menyuruh mereka untuk belajar. Mereka pun berlari bersama-sama keluar dari
rumah Jung Hee, wajah bahagia anak SMA terlihat.
[SMA Putri Jeonghyeon]
Jung Hee
berjalan dengan teman-temanya, So Eun Ja, wanita berambut panjang dengan kepang
dua berharap Semoga pria yang hari ini ditemuinya berwajah tampan. Kim Eun Joo
menceritakan sudah Amenyalakan lilin dan berdoa tadi malam.
“Astaga...
Kau tidak bisa berharap banyak dari kencan kelompok. Harapanku nol. Aku pergi
hanya karena kau bilang membutuhkan seorang teman wanita.” Ucap Jung Hee pada
teman-temanya.
“Baiklah
dan Hentikan itu!” kata Jeon Hyun Hee, wanita dengan pipi chubby lalu mendorong
Jung Hee agar menjauh dan mereka pergi bertiga. Jung Hee berteriak meminta
menunggu.
[Daegu, 1979]
Mereka
mulai kencan buta berkelompok, Seorang pria berkacamata Bae Dong Moon terus
menatap Jung Hee yang duduk di paling pojok. Jung Hee bergumam dalam hati kalau
Harapan kecil itu sirna dalam kencan kelompok ini.
“Kami
sudah memperkenalkan diri. Bagaimana denganmu, Nona?” ucap salah satu pria.
“Usia
kita sama. Jadi Bagaimana jika kita bicara dengan santai?” kata Eun Joo. Si
pria pikir seperti itu, Eun Joo mulai memperkenalkan namanya lebih dulu.
Mereka
pun berurutan memperkenalkan nama Jun Hyun Hee, So Eun Ja, Lee Jung Hee. Dong
Moo sedari tadi menatap Jung Hee berusaha menginta nama Jung Hee. Mereka
akhirnya akan mulai mencari pasangan, didepan wanita ada barang-barang pria
mulai dari sapu tangan pulpen dsb.
“Melihat
hal ini, aku tidak berharap banyak. Asal bukan si Kepala Ikan di ujung meja
itu. Kumohon.”gumam Jung Hee
Tiga
teman Jung Hee dengan cepat memilih. Jung Hee terlihat kesal melihat hanya
tinggal kotak kaca mata diatas meja, tanganya ingin mengambil tapi menariknya
kembali karena tahu kalau itu pasti milik Dong Moon.
Mereka
akhirnya duduk di meja masing-masing. Jung Hee seperti tak suka dengan Dong
Moon terlihat acuh. Sementara Dong Moon terlihat bahagia karena Jung Hee duduk
didepanya, berpikir kalau tadi salah dengar saat memperkenalkan diri jadi
memberitahu kalau namanya Bae Dong Moon.
“Kukira
kita sudah sepakat untuk bicara santai.” Ucap Jung Hee mendengar Dong Moon
mengunakan bahasa formal. Dong Moon
setuju dan Jung Hee ingin memperkenalkan namanya lagi tapi Dong Moon sudah
lebih dulu menyebutkan namanya karena sudah mengingatnya.
“Aku
mendengarmu tadi.” Ucap Dong Moon bahagia. Jung Hee malah berkomentar sinis
karean Dong Moon terlihat senang seperti itu.
“Jung
Hee. Apa Kau tahu, kau sangat cantik. Orang-orang mengatakan kau mirip Brooke
Shields, kan?” ucap Dong Moon berusaha memuji
“Entahlah.
Aku pernah mendengar bahwa aku mirip Im Ye Jin.” Kata Jung Hee bangga. Dong Moon
setuju kalau Jung Hee mirip Im Ye Jin
juga.
“Dengar...
Aku harus pergi.” Kata Jung Hee ingin segera pergi. Tapi tiba-tiba mereka
melihat seorang guru seperti tentara datang dengan anak murid lainya, seperti
polisi sekolah.
Semua
bergegas untuk kabur dari cafe tempat kencan, saat itu guru dan murid lainya
melihat mereka yang kabur dan berteriak agar berhenti. Jung Hee dkk sempat
berhenti tapi setelah itu mereka pun memilih untuk segera kabur.
Dong Moon
memegang tangan Jung Hee untuk kabur dari guru, lalu menyuruh Jung Hee
bersembunyi dibalik tumpukan karung. Jung Hee mengeluh tapi Dong Moon mendorong
Jung Hee agar cepat masuk saja. Jung Hee akhirnya bersembunyi di bawah
karung-karung bekas. Si guru tentara melihat
Dong Moon. Dong Moon menyapanya dengan sedikit gugup.
“SMA
Gaeryeong. Bae Dong Moon.” Ucap Guru Tentara, Dong Moon menutupi name tag yang
tertera namanya lalu membenarkan kalau itu namanya.
“Apa Tadi
kamu bersama siswi SMA Jeonghyeon?” kata Guru Tentara. Dong Moon menyangkalnya.
“Kamu juga!
Itu seragamnya, Jadi sekarang Minggir.”
Ucap Guru Tentara ingin melihat yang ada dibelakang Dong Moon.
Dong Moon
menutupi melarang Guru Tentara mendekat, tanganya memeluk karung. Jung Hee merasakan kalau tubuhnya yang
dipeluk oleh Dong Moon dan menyentuh
bagian dadanya. Seorang murid yang membantu berteriak pada GuruTentara kalau Mereka
pergi ke arah sana. Guru Tentara pun mengikuti arahan dari anak-anak murid yang
membantunya.
Dong Moon
bisa bernafas lega karena Guru tentara akhirnya pergi meninggalkan mereka. Jung Hee keluar dari persembunyian langsung
menampar Dong Moon. Dong Moon yang tadinya terlihat senang bisa menghindari
guru, tapi malah Jung Hee memukulnya.
“Berani
sekali kamu menyentuhku?” ucap Jung Hee marah.
Dong Moon pun meminta maaf.
“Terima
kasih.” Kata Jung Hee dan akan pergi. Dong Moon menahanya dengan gugup ingin
mengatakan sesuatu tapi susah mengatakanya. Jung Hee bertanya apa lagi yang
ingin dikatakan.
“Aku mau
mengajakmu berkencan, Jika kau ada waktu hari Minggu ini...” ucap Dong Moon.
Jung Hee kaget langsung menjawab kala u tidak
ada waktu.
“Kalau
begitu, Minggu pekan depan...” kata Dong Moon
“Maaf,
tapi aku juga sibuk Minggu pekan depan. Aku sibuk setiap hari.” Kata Jung He
lalu bergegas pergi. Dong Moon pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
Tuan Lee,
Ayah dari Jung Hee seperti seorang bos di konveksi jahit. Ia meminta agar semua
perkerja mendengarkan bicara sambil berkerja.Ibu Jung Hee dan juga Bibi Jung
Hee ada dalam ruangan. Seorang Pria tampan, Joo Young Chun sedang berbaring
dilantai memperbaiki mesin jahit.
“Aku tahu
selama ini kalian mengeluh tentang bekerja lembur. Kurasa ini karena kalian
tidak punya rasa memiliki dalam pekerjaan kalian. Apa Kalian lelah? Aku tidak
begitu saat seusia kalian.” Ucap Tuan Lee
“Apa
Kalian mau tahu? Aku kehilangan orang tuaku ketika masih kecil dan harus
menghidupi keluargaku di usia 12 tahun. Aku sungguh melakukan segala jenis
pekerjaan pada saat itu.” Ucap Tuan Lee. Istrinya yang mendengar hanya bisa
tersenyum dengan tingkah suaminya.
Jung Hee
berjalan pulang merasa kalau dirinya yang banyak berharap banyak tentang kencan
buta. Seorang anak kecil menyapa Jung Hee yang baru pulang sekolah. Jung Hee
melihat Aeng Cho ada didepan rumah bertanya sedang apa. Aeng Cho mengatakan alau datang dengan Young
Choon Oppa. Jung Hee pikir Ada mesin
jahit yang rusak lagi lalu mengajaknya pergi.
"Pabrik
ini bukan milik Lee Ki Nam, tapi pabrikku. Aku bangga menjadi anggota komunitas
ini." Ucap Tuan Lee memberitahu
slogan pabrik mereka
Young
Chun berdiri memberitahu kalau sudah selesai. Tuan Lee yang sedang marah
menyuruh saalah satu pekerja agar mulai menguji mesin jahitnya. Salah satu
pekerja terlihat senang karena sudah kembali berfungsi.
“Ini
Berfungsi dengan baik, Young Choon memang hebat.” Puji pekerja dengan senyuma.
“Apa
Sudah diperbaiki dengan benar? Tempo hari langsung rusak kembali. Hei... Young
Choon. Apa Kau sengaja membuat mesin itu rusak? Untuk menghasilkan uang Bukankah
begitu?” ucap Tuan Lee sinis.
Saat itu
Eung Cho datang memanggil kakaknya, Young Choon kaget melihat adiknya yang
masuk tempat kerja padahal meminta agar menunggu diluar saja. Aeng Cho mengatakan kalau Jung Hee yang
bilang kalau boleh masuk. Ibunya
binggung karena anaknya sudah pulang. Jung Hee pun masuk ke dalam pabrik
“Dari
mana saja kau? Kakakmu sudah pulang sejak tadi.” Ucap Tuan Lee dengan nada
tinggi.
“Pasti
dia belajar.” Kata Ibu Jung Hee membela anaknya. Tuan Lee berteriak melhat Jung
Hee pergi kalau harus Belajar yang benar!
“Astaga.
Dia hanya bisa mengomel.” Keluh Jung Hee keluar dan ingin melampiaskan pada
makanan diluar pabrik, tapi memilih untuk menahanya.
Ibu Jung
Hee memberikan bayaran pada Young Choon. Bibi Jung HEe memberikan ubi untuk
dimakan dengan Aeng Cho juga. Young
Choon pun pamit pergi lebih dulu pada semuanya.
“Hei..
Kenapa kau begitu baik kepada Young Choon? .” Ucap Ibu Jung Hee pada bibi Jung Hee.
“Hei..
Kau Hati-hati dengan Young Choon, ya? Kita tidak tahu dari mana asalnya. Jangan
tersenyum dan bersikap baik kepadanya” kata Ayah Jung Hee
“Bos
benar soal itu. Dunia sekarang ini menakutkan bagi wanita.” Kata Ibu Jung Hee
menyetujuinya. Bibi Jung Hee tak bisa melepaskan senyuman pada Young Choon yang
memang tampan.
“Khususnya
nomor tiga. Apa kau mengerti?” ucap Ayah Jung Hee memperingatakan pekerja yang
mesinya di perbaiki oleh Young Choon. Si wanita mengangguk mengerti. Ayah Jung
Hee pun pamit pergi.
Young
Choon berjalan pulang dengan adiknya, mengandeng tanganya. Aeng Cho dengan
suara anak kecilnya menyanyikan lagu kartu Candy. Young Choon tersenyum
mendengar adiknya yang menyanyi.
Jung Hee
memakai bajunya, lalu melihat di lemarinya dan berteriak memangil ibunya agar
membelikan baju karena Tidak ada yang bisa dipakai. Ibu Jung Hee mengomel kalau
tak mungkin karena kamar anaknya penu dengan baju.
“Lihat
saja sendiri. Tidak ada!” ucap Jung Hee kesal. Saat itu kakak Jung Hee, Lee
Bong Soo keluar dengan pakaian baru.
“Ibu!
Coba Lihat ini.... Ini pas sekali.” Ucap Bong Soo terlihat senang. Jung Hee
makin kesal kakaknya yang membeli baju baru lagi bahkan baju bermeask
“Ibu
menyuruhmu ganti baju, dasar bodoh.” Ucap Ibu Jung Hee memukul anaknya untuk
masuk kamar. Bong Soo makin mengejek Jung Hee dengan baju barunya.
“Memangnya
anak Ibu hanya Bong Soo? Ibu selalu memberikannya baju bermerek, tapi bagianku
adalah baju bekas.” Keluh Jung Hee.
“Ibu
sudah menyuruhmu menghormati kakakmu! Dia kakakmu!” teriak Ibu Jung Hee tak mau
kalah membela Bong Soo.
“Bukan! Kami
saudara kembar! Kenapa Ibu pilih kasih?” teriak Jung Hee marah.
Saat itu
Tuan Lee masuk mengeluh wanita-wanita ini begitu berisik. Bong Soo mengambil
perhatian ayahnya dengan membungkuk, mereka langsung berdiri berjejer seperti
sangat takut dengan Tuan Lee.
“Hei...
Jung Hee.. Apa Kau sama dengan Bong Soo? Kelak kau akan meninggalkan kami untuk
keluarga lain. Kakakmu satu-satunya putra dalam empat generasi. Mengerti?” ucap
Tuan Lee mengajak mereka segara makan. Jung Hee ingin bicara dengan ayahnya,
tapi kena pukul oleh ibu dan kakaknya.
“Ayah
apa???? Kau seharusnya setuju saja. Beraninya kau... Bagaimana kau mendidiknya?
Apa yang kau lakukan di rumah seharian?” kata Ayah Jung Hee akhirnya ikut
memarahi istrinya. Ibu Jung Hee pun mengajak Ayah Jung Hee untuk mandi saja.
Ayah Jung
Hee mengumpat marah, Ibu Jung Hee melihat suaminya membawa bungkusan dan ingin
tahu apa isinya. Tuan Lee melarangnya. Meminta agar membuatkan daging untuk
makan malam. Bibi Jung Hee memberikan mangkuk besar, Ibu Jung Hee mengambilnya.
Jung Hee
langsung memberikan pukulan pada kakaknya yang selalu disayang oleh
keluarganya. Bibi Jung Hee meminta Jung Hee agar menghentikanya. Jung Hee
benar-benar kesal memilih untuk segera masuk kamar saja.
Malam
hari
Bong Soo
pergi ke tempat konveksi mengajak para pekerja yang lembur untuk mulai menari.
Semua masih terlihat malu-malu mengikuti irama musik, sampai akhirnya Bong Soo
memanaskan suasana membuat mereka mulai menari, terihat pekerja nomor tiga yang terlihat sangat
senang mengikuti irama musik.
Di
kamar, Ibu Jung Hee dan suaminya menonton
TV bersama, tapi lama kelamaan Ibu Jung Hee tertidur dengan barsandar di
lemari. Diam-diam Ayah Jung Hee mengeluarkan sesuatu dari laci dan membawa
sesuatu.
Bibi Jung
Hee sedang melipat baju dikamar, Ayah
Jung Hee mengetuk pintu dan menaruh sesuatu diatas meja menyuruh agar
memakanya. Bibi Jung Hee melihat isi dari kantung makanan, sedikit terkejut
melihatnya.
Di kamar
Jung Hee
yang sangat marah menuliskan diatas buku untuk meluapkan amarahnya.
“Aku benci mereka semua. Ayahku
yang diktator, Ibuku yang bersikap seperti pelayan untuk ayahku dan Bong Soo.
Orang yang paling kubenci adalah Lee Bong Soo. Kenapa 18 tahun kehadiran Lee
Jung Hee di dunia begitu sepi dan membosankan?”
Bibi Jung
Hee mengetuk pintu dan masuk kamar, memberikan makanan yang diberikan ayah Jung
Hee padanya. Jung Hee melihat isinya
langsung melonggo bertanya Dari mana makanan itu. Bibi Jung Hee mengaku ada yang memberikannya dan memikirkan Jung
Hee. Jung Hee mengucapkan terimakasih pada bibinya.
“Hanya Bibi
yang aku punya.” Ucap Jung Hee. Bibi Jung Hee bertanya apakah Jung Hee sudah
merasa lebih baik. Jung Hee mengangguk sambil memakan pemberian bibinya.
“Ini
meleleh di mulutku... Ayahku tidak pernah membelikanku makanan seperti ini.”
Ucap Jung Hee. Si bibi merasa tak enak hati karena ayah Jung Hee malah
membelikan untuknya.
“Dia
tidak akan pernah melakukannya. Bibi kenal dia. Saat aku baru masuk SMA, dia
bertanya kenapa anak perempuan harus bersekolah. Apa Bibi tidak ingat?” ucap
Jung Hee. Bibinya membenarkan. Jung Hee tersenyum makan kue yang menurutnya
sangat Lezat.
“Kau
sangat cantik bila tersenyum.” Puji Bibi Jung Hee seperti sangat sayang pada
keponakanya.
Jung Hee
mengerjakan soal di papan tulis, Hyun Hee dengan sedikit berbisik memberitahu
Jung Hee kalau tandanya harus minus. Gurunya bisa mendengar suara Hyun Hee
menyuruh agar menutup mulutnya. Jung Hee hanya bisa mengumpat kesal.
“Kalian lebih
bodoh daripada babi hutan Apa Kau tidak bisa menyelesaikan itu?” ucap Guru
marah, lalu melihat jawaba salah satu murid Uhn Joo dan menyuruhnya untuk
duduk.
“Ki
Ryu... Semuanya, berbaris.” Kata Gurunya. Jung Hee dkk mulai mengeluh. Gurunya
menyuruh Jung Hee agar Berbaris.
“Dengarkan
baik-baik. Zona demiliterisasi membagi bangsa ini selama 20 tahun. Komunis di
utara selalu mencari cara untuk menyerang negara kita. Kalian hidup nyaman dan
bisa belajar, melahap makanan apa pun yang orang tua kalian berikan, tapi tidak
bisa menyelesaikan soal matematika sederhana?” ucap Guru
“Kalian
bukan manusia, tap Kalian babi. Jadi Bersiaplah.” Ucap Guru. Anak murid dengan
wajah kasih berteriak Tembak. Si Guru seperti dengan segaja menari bagian tali
belakang bra seperti menjepretnya. Teriakan kesakitan pun terdengar, Guru Shim
beranggapan kalau Para komunis menembak mereka, lalu menyuruh duduk Sim Ae Sook
berdiri di paling pinggir seperti sangat dendam dengan gurunya. Guru
Para
wanita menganti baju olah raga di kelas, Hyun Hee melihat bagian pungung Jung
Hee kalau memang. Jung Hee mengumpat pada gurunya Oh Man Sang, akan membalasnya.
Eun Ja memberitahu Jung Hee kalau Ae Sook memakai sesuatu yang bertali.
“Dari
mana dia mendapatkannya?” ucap Eun Ja
penasaran. Teman-temanya melihat dan Ae Sook mengatakan kalau itu rahasia.
Teman Jung Hee tahu kalau pakaian dalam itu tak dijual di Korea.
“Itu
tidak cantik. Itu untuk anak badung.” Ungkap Jung Hee seperti tak peduli.
Mereka
berlatih gerak jalan di sekolah dengan Guru tentara, Guru tentara mulai melatih dengan memberikan
aba-aba balik kanan dan juga maju jalan. Sementara Jung Hee dkk mulai mengobrol
tentang Malam Kebudayaan.
“Ki Wook,
pasanganku kemarin, mengundang kalian semua. Semua pria yang kemarin akan
datang.” Ucap Eun Jo. Guru Tentara memberi aba-aba agar mereka mau jalan, semua
mulai berjalan.
“Lupakan
saja. Aku tidak mau menemui si Kepala Ikan itu.” Ucap Jung Hee.
“Masalahnya
bukan si Kepala Ikan. Jika Eun Ja pergi, maka kau bisa menemui Son Jin.” Kta
Eun Jo. Semua balik kanan berteriak bahagia mengetahui nama Son Jin
“Siapa
Son Jin? Seorang pria?” tanya Jung Hee binggung. Eun Jo pikir Jung Hee sedang
bercanda.
“Apa Kau
tidak tahu Son Jin? Dia siswa tampan di SMA Garyeong, jabatanya Ketua OSIS.”
Ucap Eun Jo. Jung He seperti tak yakin kalau wajahnya memang tampan.
“Tentu
saja... Daegu dipenuhi gadis-gadis yang terobsesi kepadanya.” Kata Eun Jo dan
yang lainya juga merasa tidak sabar lagi.
Saat itu
Guru Tentara menyadari anak ada-ada yang berjalan kearah yang salah dan
langsung membunyikan peluitnya. Jung Hee dkk kaget karena semua berbalik arah
berjalan dibelakang mereka. Mereka
akhirnya mendapatkan hukuman dengan posisi push up dengan menahan tangan.
“Bersatu
kita teguh, bercerai kita runtuh! Akibat murid-murid yang terpisah dari barisan
tadi, seluruh kelas akan dihukum. Pastikan ini tidak terulang.” Ucap Guru tentara. Ae Sook kesal mendorong Jung
Hee, Jung Hee tak mau kalah akhirnya ia juga yang jatuh.
“Hei..
Kalian... Jung Hee. Ae Sook. Maju.” Perintah Guru tentara. Ae Sook mengeluh
kalau tidak melakukan apa pun. Gurunya tak mau tahu menyuruh keduanya maju.
“Kalian
tidak tahu caranya bertobat, jadi bersikap Kayang.” Perintah gurunya. Jung Hee
mengeluh tapi akhirnya keduanya bersikap kayang dan yang lainya kembali
berlatih baris berbaris.
“Jung
Hee. Aku tidak akan pernah melupakan ini.” Ucap Ae Sook. Jung Hee menyuruh diam
saja karena sangat lelah.
[Malam
Kebudayaan]
Jung Hee
dkk sudah berkumpul, Eun Jo yakin Jika semua berjalan lancar, mungkin mereka ada kencan dadakan. Jung Hee binggung apa
maksudnya. Eun Ho memberitahu kalau akan ada Kencan kelompok yang terjadi
secara mendadak. Dong Moon datang langsung menyapa Jung Hee dengan wajah
bahagia.
“Apa
waktu itu kau pulang dengan selamat?” tanya Dong Moon.
“Itu
sudah lama sekali. Kenapa baru bertanya sekarang?” keluh Jung Hee. Dong Moon
ingin bicara tapi Jung Hee lebih dulu untuk pamit masuk ke dalam gedung.
“Ada
begitu banyak pria... Aku senang sekali.” Ungkap Dua temanya. Jung Hee melihat
Hyun Hee seperti merasa sakit karena memegang terus bagian perutnya.
“Dia
memakai ikat pinggang.” Ucap Eun Jo. Jung Hae pikir itu korset dan Agar
terlihat kurus.
“Aku
tidak bisa melakukan ini dan harus melepaskannya.” Kata Hyun Hee. Jung Hee pun
menemaninya ke toilet.
Di dalam
toilet
Hyun Hee
merasa kembung dan Perutnya menggila, tapi tak ada pintu toilte yang kosong.
Jung Hee terlihat kesal karena melihat
ada yang berani merokok di toilet gereja seperti itu dengan asap yang keluar
dari bagian atas. Saat itu Ae Sook dkk
keluar dari toilet.
“Musuh
selalu bertemu tanpa direncanakan. Aku senang melihatmu di sini.” Ungkap Ae
Sook. Jung Hee heran karena dianggap musuh. Ae Sook menyuruh temanya agar
mengosongkan toilet.
“Wajah
cantikku ini, terbakar karena dihukum akibat ulahmu.” UcapAe Sook.
“Kenapa
aku yang salah? Kau yang lebih dahulu memukulku.” Kata Jung Hee tak takut.
“Kamu
anggap apa Geng Akasia?” ucap Ae Sook seperti diremehkan. Hyun Hee mengajak
pergi saja tapi teman Hyun Hee sudah menariknya dan memasukan ke toilet.
“Geng
Akasia hari ini akan memberimu pelajaran, mengerti?” ucap Ae Sook mulai
menjambak rambut. Jung Hee mencoba melawan dan membuat Ae Sook tertambar dengan
tanganya sendiri.
Ae Sook
mengangkat kepalanya, temanya memberitahu kalau hidung Ae Sook berdarah. Jung
Hee terlihat ketakutan dan langsung kabur. Ae Sook berteriak agar mereka
mengejar Jung Hee
Jung Hee
bersembunyi dengan masuk ke dalam sebuah ruangan, dan mencoba menguncinya tapi
seperti Ae Sook sudah ada didepan pintu. Ae Sook menyuruh Jung Hee keluar saja
saat aku minta baik-baik. Mereka mencoba mendorong, saat itu seorang datang
membantu Jung Hee untuk menahan agar tak terbuka.
“Kenapa
dia begitu kuat? Jung Hee! Buka pintunya.!!!” Teriak Ae Sook. Jung Hee tak bisa
berkata-kata melihat wajah pria tampan ada didepanya.
Jung Hee
pikir itu Son Jin, dengan mengingat saat dilapangan “Daegu dipenuhi gadis-gadis
yang terobsesi kepadanya. Saat itu Son Jin membuka pintu dan membuat Ae Sook
jatuh, Jung Hee berada dibelakang pingtu. Ae Sook kaget ternyata Son Jin ada
didepanya dan berusaha untuk bersikap manis.
“Ada apa
ini?” tanya Soo Jin. Ae Sook mengatakan Ada seorang gadis. Soo Jin langsung
menyela kalau tak ada
“Ruangan
ini tidak boleh dimasuki.” Ucap Soo Jin. Ae Sook akhirnya meminta maaf dan
mengajak semua teman-temanya untuk pergi.
Jung Hee
melonggo ke bagian depan pintu ingin melihat apakah Mereka sudah pergi. Son Jin
menahan agar Jung Hee tak melonggokan wajahnya, Jung Hee terdiam karena pria
tampan didepanya menyentuhnya dan terlihat ingin melindunginya.
“Mereka
sudah pergi. Kau berani melawan tiga orang sendirian, jadi Pergilah melalui
pintu belakang. Kau akan selamat.” Ucap Son Jin. Jung Hee mengucapkan terimakasih lalu
berjalan pergi dengan senyuman.
“Itulah
momennya... Kali pertama aku bertemu dengan Son Jin dan ternyata dunia di
hadapanku tiba-tiba berubah. Tidak lagi membosankan dan sepi. Ini dunia yang
baru. Sebuah dunia di mana seorang pria memasuki hatiku.” Gumam Soo Jin
tersenyum bahagia.
Son Jin
sebagai “Oppa Gereja” menyanyikan lagu diatas panggung dengan gitarnya. Semua
terhanyut dengan suara yang dibawakan Son Jin, Jung Hee benar-benar terlena
menatap Son Jin diatas panggung mengaku kalau sedang jatuh cinta dan tanpa
menyadari kalau Dong Moon yang duduk dibagian depan terus menengok menatap Jung
Hee mengaku kalau sedan jatuh cinta.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar