Bom yang
meledak di langit terlihat seperti kembang api yang sangat indah, semua pegawai
yang melihat dari depan gedung pun bersorak bahagia. Seperti melihat hiburan
gratis. Tuan Kim berdiri dengan para
karyawan hanya bisa cemberut menahan amarah karena gagal membunuh Bong Soon dan
pergi.
Bong Soon
langsung menangis di pelukan Min Hyuk karena benar-benar sangat takut. Min Hyuk
memeluknya menenangkan Bong Soon kalau semua akan baik-baik saja.
[Episode
15 -Level Up]
Bong Soon
melihat tangan Min Hyuk yang terluka sudah diperban merasa pasti sakit sekali.
Min Hyuk mengaku kalau baik-baik saja. Bong Soon sedih melihat pakaian Min Hyuk
yang juga robek dan berjanji kalau gajian akan membelikanya pakaian. Min Hyuk
tersenyum mendengarnya meminta Bong Soon berjanji. Bong Soon menganguk.
Min Hyuk
menatap Bong Soon seperti ingin bicara serius, Bong Soon pun menatapnya tapi
tiba-tiba perutnya berbunyi karena lapar. Min Hyuk tersenyuk lalu mengandeng
tangan Bong Soon untuk pergi.
Keduanya
makan mie udon bersama, Bong Soon melihat ponselnya. Min Hyuk bertanya siapa
yang mengirimkan pesan. Bong Soon memberitahu kalau itu dari ayahnya yang
menyuruhnya untuk cepat pulang. Min Hyuk menyuruh mereka agar cepat
menghabiskan makanan karena tahu ayah Bong Soon sangat khawatir jadi harus
segera pulang.
“Apa aku
jangan pulang saja malam ini?” ucap Bong Soon mengoda. Min Hyuk langsun
tersedak dan tersenyum-senyum sendiri.
“Kau
sedang memikirkan apa?” kata Bong Soon mengejek, Min Hyuk mengaku tidak
memikirkan apa-apa dan tiba-tiba merasa suasana jadi sangat panas dan berdiri
dari tempat duduk untuk menenangkanya.
“Ayah
menyuruhku untuk cepat pulang. Kita harus cepat makan.” Ucap Bong Soon. Min
Hyuk seperti masih merasakan sesuatu saat Bong Soon mengatakan tak perlu pulang.
Didepan
mobil, Bong Soon ingin menyetir karena tangan Min Hyuk yang terluka. Min Hyuk
menolak karena ia tetap yang akan menyetir, lalu menatap wajah Bong Soon
terbata-bata mengatakan “Malam ini... Kita...” Bong Soon menunggu
kelanjutannya.
“Malam
ini kita bersama-sama...” kata Min Hyuk lalu terhenti karena ada telp yang
masuk.
Min Hyuk
langsung mengucapkan kata-kata yang ramah dengan memanggilnya ayah, lalu
mengaku sedang di jalan pulang sekarang dan akan mengantarnya pulang jadi tak
perlu khawatir. Bong Soon hanya tersenyum mendengarnya
“Apa Ayah
menyuruhmu untuk cepat mengantarku pulang?” kata Bong Soon, Min Hyuk
mengangguk. Mereka pun masuk mobil bersama.
Sampai
didepan rumah, Bong Soon menyuruh Min Hyuk segera pulang dan tidur. Min Hyuk mengeluh
kalau tadi Bong Soon yang mengatakan ingin menginap. Bong Soon memegang tangan
Min Hyuk dan menatapnya lebih dalam.
“Hari ini
adalah hari terindah dalam hidupku.” Ucap Bong Soon, Min Hyuk seperti terunyuh
mendengarnya. Bong Soon pun langsung pamit masuk ke dalam rumah. Min Hyuk
merasa kalau tidak akan bisa tidur malam ini karena bahagianya.
Min Hyuk
terdiam di ruangan tengah mengingat Bong Soon yang memintanya agar pergi saja
karena tak ada banyak waktu yang tersisa.Sementara Bong Soon terdiam dalam
kamar mengingat ucapan Min Hyuk yang mengaku tak bisa pergi dan tidak akan
pernah meninggalkannya sendirian.
Bong Soon
mengingat saat Min Hyuk berjanji akan melindunginya, Sehingga tidak ada siapapun di dunia ini yang
bisa menyakitinya. Lalu mereka pun berciuman pertama kali di pantai dengan
tanda cinta yang dibuat oleh masing-masing.
Min Hyuk
mencoba tidur diatas ranjangnya, tapi pikiran kembali mengingat dengan Bong
Soon yang mengaku Hari ini adalah hari terindah dalam hidupnya dan saat makan
mie tak ingin pulang kerumah malam ini, seperti ingin berdua saja.
Keduanya
tertidur dengan wajah gelisah dan membolak balikan badan ke kanan dan kiri. Min
Hyuk terus merasakan kalau Bong Soon yang ingin bermalam denganya, merasa
dirinya seperti tak waras mencoba melakukan olahraga agar tak teringat lagi
ucapan Bong Soon. Tapi tetap saja ucapan Bong Soon yang ingin bermalam kembali
datang.
Min Hyuk
mengambil air putih setelah lelah berolahraga, pintu rumahnya terbuka kaget
melihat Bong Soon yang datang. Keduanya saling menatap, Bong Soon seperti
merasakan sesuatu yang mengebu-gebu dalam dirinya sampai dadanya terasa sesak,
begitu juga Min Hyuk kaget melihat Bong Soon yang datang ke rumahu.
“Aku
hanya... Aku ingin melihatmu.” Akui Bong Soon dengan susah payah mengucapkanya.
Min Hyuk langsung mencium Bong Soon dengan membawanya ke sebuh ruangan. Bong
Soon pun di angkat keatas piano dan mereka pun kembali berciuman.
Bong Soon
berjalan masuk kantor tanpa sadar ada orang yang mengikutinya. Min Hyuk melihat
Bong Soon langsung mengandeng tanganya dan bertanya apakah tidurnya nyenyak.
Bong Soon mengangguk.
Ketika
ada di lift, Bong Soon melihat luka di bagian tangan Min Hyuk dan ingin
meniupnya. Mereka bermesraan dengan saling memberikan perhatian tanpa sadar ada
Sek Gong tang berdiri dalam lift juga. Sek Gon menahan tawa meminta mereka
berhenti.
“Sekretaris
Gong, kapan kau sampai di sini?” tanya Min Hyuk dan Bong Soon kaget.
“Aku ada
di sini dari kemarin.” Goda Sek Gong.
Min Hyuk
seolah tak peduli kembali bermesraan dengan mengenggam tangan Bong Soon, Tapi
Bong Soon malu karena ada Sek Gong. Min Hyuk tetap tak peduli. Sek Gong pun
memilih memalingkan wajah seolah-olah tak melihat dengan menahan senyum.
Mereka
pun berjalan bergandengan masuk ruangan dengan Sekretaris Gong mengikuti dari
belakang. Min Hyuk lalu menryuruh Sek Gong agar memberitahu Ketua Oh agar
datang ke ruangannya. Sek Gong memberitahu kalau Tuan Oh pergi ke rumah sakit. Min Hyuk kaget bertanya
kenapa pergi kesana.
“Dia
mencoba melarikan diri kemarin dan kakinya tersangkut di pintu darurat. Dia
selalu tersangkut di mana-mana.” Ucap Sek Gong, Min Hyuk mengerti dan menyuruh
Sek Gong agar melanjutkan pekerjaanya.
Tuan Oh
yang menganggap dirinya wanita memanggil perawat wanita sebagai unnie dan
mengucapkan terimakasih sambil berjalan keluar dari ruang UGD. Saat itu Kwang Bok juga keluar dari ruang
dengan kakinya yang pincang mengunakan penyanggah agar bisa jalan.
Tiba-tiba
mereka saling berpapasan dan merasakan ada yang aneh, lalu membalikan badan dan
menjerit. Tuan Oh bertanya-tanya siapa pria yang ada didepanya karena seperti
melihat dirinya sendiri. Kwang Bok juga merasa kalau mereka sangat mirip dan
bisa menjadi dirinya
Si ketua
Genk membaca puisi berjul Won Bin dengan anak-anak buahnya, lalu anak yang lain
pikir akan membuat judul Hyun Bin. Si Ketua Genk memberitahu kalau yang dibawa
adalah koleksi puisi yang biksu palsu
itu tinggalkan dan menurutnya sangat menyentuh.
“Judul:
Seekor Anjing yang Mengejar Bebek. Anjing mengejar ayam. Larinya ayam lebih
cepat daripada anjing. Si anjing akhirnya menatap ke atap. Lalu, si anjing tahu
kalau ayam punya kaki yang panjang.” Ucap si ketua Genk semua dibuat tertawa
mendengarnya.
Sek Gong
memberitahu kalau Tuan Kim pergi dari
gedung saat seisi gedung merasa panik dan Polisi akan datang untuk memeriksa
CCTV dan kantor Min Hyuk mengerti menyuruh agar Bersikaplah kooperatif dan
menyuruhnya pergi, lalu melihat Bong Soo yang tak ada ditempat bertanya kemana
pacarnya itu.
Bong Soon
pergi ke atap dengan menemukan bekas rantai yang bisa dilepaskanya, wajahnya
sangat marah akan menangkapnya. Sementara polisi menyebar gambar si pelaku
dengan beberapa bentuk rambut yang berbeda agar mereka mengenalinya
Polisi
pun berpatroli mencari sosok Tuan Kim karena harus perketat pemeriksaan jadi jangan
lewatkan satu orangpun dan Jangan sampai lolos. Semua pun menerima selembaran
yang diberikan polisi, bahkan dirumah sakit pun melihat selembaran membuat para
wanita takut pulang sendirian saat malam.
Detektif Kim
melhat rekaman CCTV merasa ada yang tak masuk akal. Polisi lain pun binggung
mencari bagian mana harus memulainya. Sementara
kepala Yook yakin kalau Tuan Kim itu jatuh dari tebing, lalu jatuh dan
tenggelam, tapi kenapa ia masih hidup. Detektif Kim juga merasa binggung.
“Ketua
Tim Yook. Menurut para peneliti Bom, kalau bom itu meledak di langit. Katanya,
Presdir itu yang melemparkan bom nya. Tapi, rasanya itu tidak masuk akal. Tidak
ada yang bisa melemparnya sejauh itu. Ini Aneh sekali.” Ucap Detektif Kim
“Dia
melemparkan bom ke langit. Si Avengers Agassi itu. Do Bong Soon Dia bekerja di
sana, kan?” kata Ketua Yook, Detekti Kim membenarkan.
“Sasarannya
bukan Presdir Ahn Min Hyuk. Tapi dia... Do Bong Soon.” Kata Ketua Yook yakin
Gook Doo
membahas kalau Tuan Kim tahu tentang rahasia kekuatan dan membuat jebakan. Bong
Soon membenarkan, Gook Do tahu dari Kyung Shim kalau Bong Soon sudah kehilangan kekuatannya dan ingn tahu
kedaaanya. Bong Soon memberitahu Gook Doo kalau kekuatanya sudah kembali.
“Lalu,
bom itu...” ucap Gook Doo kaget. Bong Soon mengaku kalau ia yang melemparkannya. Gook Doo pun mengucap
syukur mendengarnya.
“Tap Bagaimana
mungkin? Ajaib sekali.” Kata Gook Doo tak percaya, Bong Soon mengaku kalau
sebelumnya berdoa agar bisa menyelamatkannya.
“Apa
Presdir Ahn tahu kalau kau punya bom yang terikat di tubuhmu?” tanya Gook Doo.
Bong Soon mengangguk.
“Jadi
Padahal dia tahu itu... tapi dia masih berada di sisimu?” kata Gook Doo, Bong
Soon membenarkan.
Gook Doo
yang mendengarnya seperti merasa kalah karena Min Hyuk mau bersama Bong Soon
dan merasa mereka tidak bisa menulis laporan, karena tidak ada yang akan
mempercayai ini semua. Bong Soon pikir Gook Do harus pergi. Gook Doo
memberitahu kalau harus memeriksa TKP. Bong Soon pun dengan baik hati berpesan
pada Gook Doo agar Jangan sampai lupa makan.
“Bong
Soon... Aku bersyukur, kau bisa selamat Dan kau sudah kembali pada dirimu yang
dulu.” Ucap Gook Doo memeluk temanya, Bong Soon pun mengucapkan termakasih. Sek
Gong yang melihat keduanya berpelukan melonggo kaget.
“Di belakangmu,
akan selalu ada diriku. Kau tahu itu kan?” kata Gook Doo memegang legang Bong
Soon. Sek Gong diam-diam berusaha mengambil gambar. Bong Soon pun mengaku kalau
merasa aman dan keduanya pun berpisah.
Min Hyuk
duduk diruangan sambil melihat selembaran yang dilayar monitor dengan wajah
Tuan Kim sebagai buronan dan Hadiah: 10 Juta Won. Sek Gong datang melaporkan
kaalu Polisi itu sudah kembali ke kantor polisi dan mereka sudah bekerja sama.
“Aku
mengizinkan mereka masuk ke Ruang Mesin dan atap.” Ucap Sek Gong, Min Hyuk
langsung memuji kerja yang bagus.
“Mari kita
buat halaman browser baru yang muncul agar semua orang bisa melihatnya saat mereka
masuk ke server game kita. Kita jadikan fotonya Kim Jang Hyun yang muncul di halaman
browser saat semua orang berhasil login. Kita juga harus menyertakan keterangan
dan hadiah nya juga. Biarkan para pengguna melihat wajahnya. Sebanyak mungkin. Jangan
sampai dia melarikan diri lagi.” Ucap Min Hyuk mengebu-gebu karena akan menangkapnya. Sek Gong mengangguk
mengerti.
“Presdir
Ahn. Aku tidak yakin apakah aku harus mengatakan ini...” kata Sek Gong ragu
tapi mengurungkan niatnya. Min Hyuk pun bertanya apa yang ingin dikatakan.
“Tentang
detektif yang datang ke sini hari ini... Sepertinya namanya Bok Doo” kata Sek
Go. Min Hyuk memberitahu namanya Gook Doo.
“Detektif
itu... Do Bong Soon... Dia... Dia memeluk Do Bong Soon.” Ucap Sek Gong. Min
Hyuk terlhat marah mendengarnya dan bertanya kapan dan dimana.
“Belum
lama, saat di lobby tadi...” ucap Sek Gong, Min Hyuk makin marah mendengarnya.
“Lakukan
simulasi. Tunjukkan bagaimana dia memeluk pacarku.” Perintah Min Hyuk. Sek Gong
binggung tapi Min Hyuk memaksa agar Sek Gong, menunjukan situasi dan menganggap
sebagai Gook Do dan ia sebagai Bong Soon.
Sek Gong
mengerti dan memberitahu kalau Bong Soon sedikit lebih pendek. Min Hyuk pun
menurunkan badanya dan Gook Doo yang cukup tinggi.
“Gook Doo
mendekat dan memeluknya dan terlihat jantan. Dia mengaitkan lengannya dan
memeluknya. Bong Soon terlihat nyaman sekali saat menyandarkan kepalanya di
dadanya.Dia terlihat seperti sedang
memeluk Ibunya.” Cerita Sek Gong dengan kepala Min Hyuk yang bersandar
didadanya.
Tiba-tiba
Tuan Oh datang melihat keduanya saling berpelukan sangat murka menarik rambut Sek Gong dan langsung
menyingkirkan, lalu langsung memeluk erat Min Hyuk. Tapi semua hanya khayalan,
saat Tuan Oh ingin memeluk Min Hyuk, Sek Gong lebih dulu mengendongnya dan
dibawa keluar dari ruangan.
Agari
duduk bersama Baek Tak membahas Tentang Biksu Zanimooddean. Baek Taek
menegaskan Namanya Biksu Nijamuttin. Agari pun bertanya apakah sudah melakukan
pemeriksaan latar belakang tentang biksu itu. Baek Tak mengaku bisa mengenalnya
secara langsung dan kenapa harus melakukan pemeriksaan latar belakang.
“Bos,
kapan Anda pertama kali bertemu dengannya?” tanya Agari
“Apa kau
ingat saat aku ditikam oleh Mang Gu dari Garibongdong tiga tahun lalu?” ucap
Baek Tak
“Aku
ingat itu. Itu kasus yang berjudul "Jangan ditanya". Anda melarikan
diri demi menyelamatkan hidup Anda...” ucap Agari langsung diteriki Baek Tak
kalau tak pernah melakukan itu.
“Meskipun
begitu. Saat itu, seorang biksu memulihkanku dengan menggunakan "energi
teknik". Sehingga aku tidak perlu menjalani operasi sungguhan. Selama dua
tahun ini. Aku mensponsorinya sejak saat itu.” Cerita Baek Tak
“Saat
kita sedang di sauna bersamanya waktu itu. Ada tato di punggungnya. Itu adalah
peta negara kita.” Ucap Agar curiga.
“Dia bisa
melakukan itu. Karena dia sangat cinta sekali pada Korea Selatan. “ ucap Baek
Tak
Agari
merlihat kalau Di suatu tempat dekat Laut Selatan ada tanda panah yang bertuliskan
"Kampung Halamanku". Baek Tak pikir Biksu itu dulu tinggal di sana
saat pertama kali datang ke Korea Selatan dan menjai kampung halaman keduanya.
Ia pun menyuruh Agari agar Jangan buang waktu untuk mengkhawatirkan hal yang seperti
itu dan Lakukan saja pekerjaannya dengan benar.
Nyonya
Hwang melonggo kaget melihat surat dari suaminya “Jangan mencariku. Aku juga ingin
menjalani hidupku juga.” Dengan wajah penuh amarah kalau suaminya sudah gila
yang ingin kabur dari rumah.
Hong Soon
panik karena di toko Tidak ada pie atau tart jadi harus menutup toko hari ini.
Nyonya Hwang benar-benar tak percaya suaminya itu bisa kabur dalam kedaaan
seperti ini.
Sementara
Tuan Do sedang camping di hutan dengan tenda dan juga kompor membuat ramyun
sambil melihat sekeliling seperti ketakutan kalau istrinya datang menemukan
persembunyianya.
Bong Soon
masuk ruangan tak melihat Min Hyuk diruangan, Sek Gong menepuk dari belakang.
Bong Soon langsung menanyakan keberadaan Min Hyuk. Sek Gong pikir Min Hyuk
sedang ada di atap atau sedang berkeliling ke sekitar gedung.
“Seperti
yang kau tahu, dia selalu seperti itu setiap kali dia marah atau sedang
bersemangat.” Cerita Sek Gong, Bong Soon binggung kenapa Min Hyuk marah.
“Aku
minta maaf.” Kata Sek Gong dan langsung bergegas pergi. Bong Soon memanggilnya
tapi Sek Gong langsung berlari masuk ke ruangannya.
Tuan Oh
melihat gelang sumpit yang ada ditanganya, lalu berteriak menyebut nama Do Bong
Soon. Bong Soon langsung masuk ruangan pantry. Tuan Oh kaget melihat Bong Soon
yang datang. Bong Soon pun membantu akan
membuatkan kopi menambahkan gula agar sangat manis.
“Sebenarnya
Kau siapa? Apa identitasmu?” ucap Tuan Oh kesal. Bong Soon pikir sudah
mengatakan kalau namanya aku Do Bong Soon dari Dobong-gu, Dobong-dong.
“Kau
pulang lagi ke planetmu, Keluar dari bumi ini. Pergi sana.” Kata Tuan Oh, Bong
Soon mengingatkan kalau ia bukan Dooley
jadi tak mungkin bisa meninggalkan Bumi.
“Dasar
picik sekali. Aku akan menyaksikan saat-saat terakhirmu dan tidak akan
melewatkan yang satu itu.” Ucap Tuan Oh sinis.
“Ah,
Sunbae-nim. Saat karyawan baru tiba di sini, tolong bersikap baik padanya.
Jangan mengganggu nyan dan ini jadi satu set alat makan.” Ucap Bong Soon sengaja
membuat gelang dari sendok.
Tuan Oh
melonggo, Bong Soon membalikan badan dengan menjentikan jarinya tahu apa yang
akan terjadi. Tuan Oh pun langsung jatuh pingsan melihat Bong Soon yang sangat
kuat.
Min Hyuk
yang kesal menelp Gook Doo dengan bertanya apakah punya waktu hari ini, karena Ada sesuatu yang
ingin disampaikan secara langsung. Gook Doo juga mengaku Ada sesuatu yang ingin
disampaikan. Min Hyuk pun akan SMS waktu dan lokasi nya ketika ingin bicara
Gook Doo sudah meutup telpnya lebih dulu.
“Aku
memang tidak menyukainya. Aku memang tidak bisa suka padanya.” Ucap Min Hyuk
kesal.
Bong Soon
melihat Min Hyuk berada di lobby dan mengajaknya makan siang, Min Hyuk dengan wajah sinis merasatidak perlu
makan. Jadi pergi ke tempat lain saja dan membawa ke ruangan tempat melakukan
presentasi.
“Aku
hanya ingin memastikan ini...” ucap Min Hyuk dengan wajah sinis. Tiba-tiba Bong
Soon memanggil nama “Min Hyuk.” Bukan presdir Ahn yang membuat Min Hyuk
terdiam.
“Boleh
aku memanggilmu seperti itu saat kita sedang berduaan?” kata Bong Soon mengoda.
“Aku
harusnya lebih ketus saat mulai bicara tadi. Jangan sampai terlena.” Gumam Min
Hyuk tak ingin dikalahkan oleh Bong Soon.
“Aku
tidak peduli, kau mau memanggilku apa. Yang penting, bagaimana perasaanmu...”
ucap Min Hyuk marah dan Bong Soon tiba-tiba langsung memberikan ciuman di pipi
Min Hyuk.
Min Hyuk
langsung jatuh lemas dan tersipu malu, wajahnya terus sumringah karena menerima
perasaan cinta dari Bong Soon. Bong Soon
pun meminta izin agar memanggil "Min Min" dan mengajaknya makan
karena sudah lapar. Min Hyuk pun mengandeng tangan Bong Soon untuk pergi.
Tuan Oh
terlihat sangat kesal dengan gelang ditanganyang dibuat Bong Soon. Sek Gong
yang melihatnya mengejek Tuan Oh sebaga kepala suku di Afrika karena Di tanganny
ada sendok dan sumpit. Tuan Oh memberitahu kalau Do Bong Soon yang
membuatkanya.
“Dia
makhluk paling aneh yang pernah aku lihat.” Kata Tuan Oh benar-benar marah
“Apa kau
pernah belajar di studio tembikar? Apa Kau melakukan pekerjaan di bidang logam?”ejek
Sek Gong
“Bukankah
kau harus menjelaskan padaku tentang apa yang terjadi di kantor tadi? Mengapa
kalian berpelukan?” ucap Tuan Oh
“Kami melakukan simulasi.
Apa Kau cemburu?” kata Sek Gong dengan mencubit pipi Tuan Oh. Tuan Oh menjerit
semua pengunjung melihat kerah mereka seperti orang yang berpacaran. Tuan Oh
yang ceriwis menyuruh semua tak perlu melihat ke arah mereka.
Bong Soon
sedang duduk bersama dengan Min Hyuk tersenyum melihat keduanya. Min Hyuk
bertanya-tanya sejak kapan merkea jadi
sambil memotong sandwichnya. Bong Soon pikir Min Hyuk bisa memakan
langsung dengan tangan tanpa memotongnya dengan pisau dan garpu.
“Rasanya
enak.” Kata Min Hyuk dengan senyuman bahagia menerima suapan dari Bong Soon.
“Aku
harus menemui seseorang setelah bekerja.” Ucap Min Hyuk, Bong Soon bertanya
siapa orangnya.
“Seseorang
yang tidak bisa aku sukai.” Kata Min Hyuk, Bong Soon pun seperti tak peduli.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar