PS
: All images credit and content copyright : MBC
Ji Na
sedang memoles bibirnya dengan Lipstik, tak sengaja menjatuhkanya dan berusaha
mengambilnya. Tiba-tiba bus sedikit oleng karena mencoba menghindari mobil yang
ada didepanya. Ji Na dan yang lainya pun panik karena bus seperti tak bisa
dikendalikan.
Ki Taek
melihat Ji Na yang terjatuh berusaha untuk melindunginya, Kang Ho menjerit
memanggil ibunya di tempat tidur. Suk Kyung menahan tanganya agar tak terjatuh
dari bangku. Woo Jin menahan Ho Won yang duduk di sampingnya agar tak terjatuh,
Ho Won terlihat benar-benar shock dengan kecelakan yang terjadi padanya, seperti
punya trauma saat masih kecil.
Ho Won
diberikan plester dikepalanya karena sempat terbentur, Yong Jae masuk sambil menjerit kesakitan dengan
bertanya pada Dokter apa yang terjadi padanya. Woo Jin hanya meliriknya dan
memperhatikan Ho Won lagi.
“Tadi
kenapa kau tidak pasang sabuk pengaman?” ucap Woo Jin memarahinya, Ho Won hanya
bisa meminta maaf.
“Kau
tidak perlu minta maaf padaku tapi Minta maaflah pada dirimu sendiri.” Kata Woo
Jin, Ho Won pun mengucapakan terimakasih.
“Apa ada
yang sakit lagi?” tanya Woo Jin terlihat khawawatir, Ho Won mengaku baik-baik
saja.
“Aku
tidak ingin nanti kau mengeluh lagi
karena kesakitan. Karena sudah di sini, jadi harus tes kesehatan dan X-ray. Gejala dari
kecelakaan mobil bisa saja fatal.”ucap
Woo Jin, Ho Won panik berusaha menolaknya.
“Aku
tidak perlu diperiksa dan sungguh baik-baik saja.” Kata Ho Won, Woo Jin pikir
Ho Won tidak perlu khawatir karena bukan ia sendiri yang terluka.
Dokter
datang memeriksa Yong Jae, pandangan Woo Jin pun melihat Yong Jae seperti
bersikap berlebihan dengan lukanya, saat akan berbicara lagi dengan Ho Won, si
pegawai kontrak itu sudah tak ada didepanya. Yong Jae yang mengeluh kesakitan
meminta agar Woo Jin bisa memegang tanganya untuk menahan rasa sakit. Woo Jin
tak peduli memilih untuk keluar dari ruang IGD.
Ho Won
sudah keluar dari rumah sakit merasa kalau melakukan tes pemeriksaan juga
takkan mengubah apa pun. Akhirnya ia duduk sendirian dalam halte bus, karena
tak punya ia mendekati seoraang ibu kalau baru saja kecelakaan mobil jadi tidak
punya uang, dan ponselnya mati jadi
ingin agar bisa meminjam uang dan mengembalikan saat ada di seoul.
Seorang
ibu dan Bapak yang diminta bantuan memilih untuk tak mengubrisnya. Ho Won
akhirnya mendekati dua pelajar dengan memperlihatkan jaketnya akalu bekerja di
Hauline dan barusaja akan ikut acara sukarelawan tapi terjadi kecelakaan mobil
jadi ingin meminjam uang. Dua pelajar hanya menatap binggung.
“Kenapa
kau menjual nama perusahaan saat kau mengemis seperti itu?” ucap Woo Jin dengan
nada sinisnya, Ho Won kaget melihat Woo Jin datang.
“Kau
memang pandai sekali cari gara-gara, Kenapa kau kabur kalau tidak punya uang?
Dan Juga.., lepas rompi itu. Memalukan sekali.”ucap Woo Jin, Ho Won pun
melepaskan dan mengikuti Woo Jin yang mengajaknya pergi.
Jae Min
datang melihat keadaan Yong Jae yang masih terbaring, Kang Ho mendekati Ki Taek
menanyakan keadaanya. Ki Taek merasa baik-baik saja, tapi Kang Ho melihat kalau
Ki Taek tidak baik-baik saja dan berpikir tulangny patah.
Ki Taek
mengatakan hanya di-X-ray saja dan ingin
tahu keadaan Ji Na dan Ho Won. Kang Ho
pikir Ho Won sepertinya baik-baik saja tapi tidak tahu keberadanya, sementara
Suk Kyung dipindahkan ke rumah sakit
lain.
Ki Taek
berjalan melihat Ji Na sedang diobati bagian luka dikaki, seperti khawatir
nanti lukanya akan berbekas. Lalu menanyakan keadaan Ji Na , Ji Na mengaku
baik-baik saja karena sudah melakukan -X-ray dan bertanya balik apakah ada yang
terluka. Ki Taek mengataka kalau tadi terjatuh.
“Terima
kasih...” ucap Ji Na merasa Ki Taek tahu sudah melindunginya. Ki Taek pikir tak
perlu
“ Aku
senang kau tidak terluka.” Ucap Ki Taek.
Ho Won
makan sandwich dengan lahap, Woo Jin merasa kalau Ho Won daritadi kelaparan. Ho
Won mengaku kalau tadi pagi tidak sarapan. Lalu ingin tahu apakah yang lain
baik-baik saja dan tidak terluka parah, Woo Jin pikir lebih baik Khawatirkan
saja diri Ho Won sendiri.
“Kau
tidak perlu didiagnosis. Kenapa kau
kabur?” ucap Woo Jin, Ho Won mengelak kalau tidak kabur hanya ingin pergi ke
toilet.
“Apa kau
khawatir soal biaya rumah sakit karena
kau cuma pekerja kontrak? Pasti tidak adil rasanya kalau kau mengalami kecelakaan saat akhir pekan.”
Kata Woo Jin, Ho Won mengaku tak seperti itu.
“Pagi
tadi...,saat bus itu melaju cepat, aku malah merasa seolah bisa bernapas lagi.
Musim semi bisa dianggap musim yang kejam bagi mereka yang mencari pekerjaan.
Proses rekrutmen itu dari Januari sampai Maret. Kau mempersiapkan
berkas-berkas, menyerahkan formulir...,mengikuti ujian, dan ditolak. Habis itu
kau tak tahu harus berbuat apa. Setelah,
musim semi berakhir.” Ucap Ho Won
“Masih
ada banyak waktu tersisa di musim semi ini.” Ucap Woo Jin
“ "Ketika
aku dapat pekerjaan dan dapat gaji pertamaku..., maka aku akan bepergian
melihat bunga." Aku berjanji seperti itu
tiap bulan Maret. Aku hanya berjanji-janji saja tapi mengabaikan janji
itu selama beberapa tahun.” Cerita Ho
Won
Woo Jin
berpikir kalau Ho Won ingin melihat bunga hari ini. Ho Won membenarkan karena
Mungkin saja kalau ini musim semi terakhir dalam hidupnya, jadi merasa seperti sedang liburan gratis dan Senang bisa berada di luar kota Seoul bahkan tidak pernah
membayangkan jalan-jalan seperti ini.
“Tapi
menurutku, tak sulit buat mewujudkan
janji itu.” Kata Woo Jin
“Benar...
Kenapa aku tidak mewujudkannya? Ini sangat tidak adil. Aku harusnya lebih
sering jalan-jalan memandangi bunga-bunga. Aku menyesalinya sekarang.” Ungkap
Ho Won
Woo Jin
memesan satu tiket ke Seoul dan memberikan pada Ho Won Ho Wo binggung kenapa Woo Jin tak ikut pulang
juga. Woo Jin mengaku kalau ingin mampir
ke suatu tempat dulu jadi Ho Won pulang duluan saja. Ho Won mengerti dan pamit
akan bertemu hari senin. Tiba-tiba Woon Jin memanggil Ho Won dengan tatapan
yang berbeda.
Ho Won berjalan disepanjang bunga sakura putih
yang berguguran seperti tak percaya kalau itu kampung halaman atasanya. Woo Jin
menyuruh Ho Won agar memandangi bunga sesuka hatinya saja Karena banyak bunga Ho
Won terlihat bahagia melihat bunga yang bener-bener indah.
Woo Jin
datang memanggil sang ayah, Tuan Seo senang melihat anaknya yang datang. Woo
Jin mengaku kalau sedang berkerja dekat rumah ayahnya jadi sekalian mampir,
Tuan Seo tersenyum mendengarnya. Woo Jin pun memperkenalkan Ho Won sebagai rekan
kerjanya.
Suasana
canggung terasa saat Ho Won duduk dengan Woo Jin, Tuan Seo membawa meja untuk
makan bersama. Ho Won seperti tak enak hati ingin membantunya. Tuan Seo
menyuruh Ho Won duduk saja karena sebagai tamu dirumahnya. Mereka pun duduk
bersama untuk makan.
“Pasti
sulit bekerja dengan Woo Jin, 'kan?” ucap Tuan Seo, Ho Won dengan polos
membenarkan tapi mengubah jawabanya dengan kata “tidak”
“Dia ini
orangnya terlalu kaku dan selalu mengerjakan
tugas secara menyeluruh. Aku yakin dia pasti banyak menyusahkan para
karyawannya.” Ucap Tuan Seo, Woo Jin
meminta ayahnya agar tak perlu bicara seperti itu.
“Aku
jarang bertemu dia tapi lihatlah wajahnya. Dia ini tidak sayang sama ayahnya.
Jadi Pasti lebih parah lagi kalau dia di kantor, 'kan?” ucap Tuan Seo mengajak
Ho Woan agar bisa bicara santai saja
dengannya.
“Aku
harus pulang sehabis makan ini. Aku
sedang bekerja di dekat sini, makanya
mampir menengok Ayah.” Ucap Woo Jin
“Ya, ya,
Pak manager... Tentu saja kau sibuk.” Ejek Tuan Seo mengajak agar Ho Won makan
yang banyak.
“Aku
teringat ayahku. Tiap kali aku pulang sekolah...,ayahku selalu masak untuku”
cerita Ho Won
“Woo Jin
juga begitu. Ibunya meninggal waktu dia masih kecil. Jadi aku memasak buatnya sampai
dia dewasa.” Cerita Tuan Seo, Woo Jin tak ingin berlama-lama menyuruh Ho Won
segera makan karena tak punya banyak waktu.
“Dia ini
tak ramah sekali. Sikap dia parah 'kan
di kantor?” bisik Tuan Seo mengejek anaknya sendiri. Ho Won hanya bisa
tersenyum.
Woo Jin
mencuci piring, Ho Won tak enak hati ingin membantunya. Woo Jin menolak
menyuruh Ho Won agar pergi melihat bunga saja. Ho Won pikir tak enak melihat
bunga sementara Woo Jin yang mencuci piring.
“Ini 'kan
bukan tempat kerja. Ayahku memasak, dan aku
yang cuci piring.” Ucap Woo Jin,
“Kau
keren juga pakai sepatu karet.” Puji Ho Won
“Aku
memang keren pakai apa saja.” Kata Woo Jin bangga, Ho Won mengejak Woo Jin
ternyata bisa bercanda juga. Wo Jin
pikir dirinya itu tadi tak bercanda.
Ho Won
pun melihat bunga yang bermerkaran dan sangat indah, Tuan Seo mendekat melihat
Ho Won lalu membahas kalau Woo Jin itu menyebalkan, dan itukang pamer. Ho Won
pikir tak seperti itu tapi karena ia memang tidak berpengalaman dan masih
karyawan baru.
“Dia saja
mencoba mengajari ayahnya dan Pasti dia lebih parah di kantor. “ kata Tuan Seo
“Tapi,
kalau dipikir-pikir..., ucapan dia selalu benar.” Komentar Ho Won
“Itulah
masalahnya. Ketika kau memikirkan ucapan dia,
maka dia selalu benar. Mendengarnya saja membuatku jengkel. Orang tidak
mau mengikuti saran, walaupun saran itu sendiri benar.” Ucap Tuan Seo. Ho Won
melihat mereka berdua sangat beda
sekali.
“Dia
selalu urutan pertama dalam segala hal dan juga melalui banyak rintangan karena
keluarganya yang miskin. Karena aku tidak bisa
menopang biaya hidup jadi dia
harus bekerja paruh-waktu saat kuliah di
luar negeri. Meskipun dia anakku..., tapi aku merasa tidak enak padanya karena selama
ini belum berbuat apapun untuknya. Tapi tumben sekali dia seperti ini. Dia
tidak pernah mengajak rekan kerjanya kesini” cerita Tuan Seo
“Rekan
kerja yang lain juga ikut..., tapi entah kenapa kami berdua jadi berpisah
dengan rombongan. Dan karena aku tadi
cerita soal sudah lama tak melihat bunga..., maka dia jadi mengajakku ke sini.”
Cerita Ho Won, Tuan Seo mengerti dan mengaku senang karena Ho Won datang.
“Kapan-kapan,
kau harus kesini lagi bersama rekan kerja yang lain.” Ucap Tuan Seo, Ho Won
makin gembira mendengarnya.
“Tapi
sebagai gantinya..., kalau Woo Jin bersikap menyebalkan lagi, jangan diambil
hati “Kata Tuan Seo. Ho Won pikir kalau Woo Jin sebenarnya bukan orang yang seperti itu
Ho Won
melihat bunga yang sangat cantik sekali
dan merasa iri, karen bermekaran dan sangat indah. Woo Jin datang berkomentar kenapa
Ho Won bicara sendiri. Ho Won mengaku kalau hanya memuji bung ayang sangat
indah didepanya.
“Kau boleh
petik bunganya, kalau mau. Ada banyak bunga disini.” Ucap Woo Jin, Ho Won
menolaknya.
“Lagipula,
bunga ini juga layu sendirinya. Jika aku memetiknya..., maka mereka tidak akan
bisa menjalani sisa hidupnya.” Ucap Ho Won lalu keduanya terdiam menikmati
bunga yang berguguran.
Ho Won
dan Woo Jin naik bus ke seoul bersama, Ho Won menatap Woo Jin seperti tertidur
pula lalu berani berkata pada atasanya.
“ Aku
kira kau itu... terlahir kaya seperti seorang Chaebol . Aku kira kau tak
pernah hidup susah. Aku berarti harus
kerja lebih keras lagi, 'kan? Terima kasih atas hari ini.” Ucap Ho Won lalu
menatap keluar jendela.
Woo Jin
membuka mata dengan memalingkan wajahnya bisa mendengar ucapan Ho Won.
Keduanya
pun turun dari bus dan akan pulang.
“Jika
kondisimu tidak enak badan saat kau bangun pagi besok..., maka kau harus
telepon orang kantor dan minta izin sakit” kata Woo Jin. Ho Won mengerti.
“Oh, kau
lewat mana? Naik taksi saja akan aku beri uangnya” ucap Woo Jin mengeluarkan
dompet.
“Kita
bisa pulang bersama saja. Aku bisa turun di depan rumahmu saja.” Kata Ho Won
“Apa
Tempat tinggalmu dekat dengan rumahku?” tanya Woo Jin sedikit binggung, Ho Won
pikir seperti itu.
Keduanya
pun turun taksi bersama, Ho Won mengucapkan terima kasih pada Woo Jin karena
bisa menikmati indahnya musim semi Wo Jin bertanya tempat tinggal Ho Won karena
sudah malam jadi lebih baik mengantarnya. Ho Won pikir tak perlu, karena
jarakny dekat jadi lebih biak Woo Jin masuk saja lebih dulu.
Tapi
akhirnya keduanya jalan bersama, di pejalanan Woo Jin menjerit ketakutan
mendengar suara kucing. Ho Won langsung mengejek Woo Jin yang takut kucing, Ho
Won mengelak kalau hanya kaget.
“Oh. Jadi
karena itu kau sembunyi di belakangku.” Ejek Ho Won, Woo Jin kembali mengelak
kalau tidak sembunyi.
“Ini
tempat tinggalku. Terima kasih sudah mengantarku pulang. Sampai jumpa besok.” Kata
Ho Won berdiri didepan rumahnya.
Woo Jin
pin akan pergi, tapi Ho Won lalu berkata pada atasannya kalau akan berusaha lebih
kerasdan akan bekerja lebih keras serta mengucapkan Terima kasih sudah menerima
kerja lagi.
Ho Won
melihat aplikasi Pendaftaran Asuransi,
lalu berani menandantanginya sambil
mneyakinkana diri kalau tidak akan menyerah dan akan berusaha lebih baik lagi.
Sementara Woo Jin heran dengan siakap Ho Won karena Sebentar, menangis lalu tersenyum.
Ho Won
terburu-buru masuk ruangan berpikir kalau
terlambat. Tuan Heo pikir Ho Won tak terlambat. Ho Won melihat ruangan
masih kosong dan menanyakan yang lain serta keadaan Tuan Heo. Tuan Heo mengingatka
kalau tak ikut bus jadi baik-baik saja.
“Asisten
Ha, Asisten Lee, dan Oh Jae Min izin
sakit.” Ucap Ki Taek Apa Kau sungguh tak
apa?” ucap Ki Taek. Ho Won mengaku baik-baik saja dengan luka dikeningnya
“Kang Ho,
sepertinya kau harus bekerja sendirian
hari ini Kau tahu sendiri, Manager Park
selalu sibuk.”ucap Tuan Heo
Saat itu
Suk Kyung datang meminta maaf karena datang terlambat, Tuan Heo kaget melihat Suk
Kyung datang karena lengannya luka seharusnya meminta izin. Suk Kyung tahu Memang
tak nyaman dengan tangnya yang sakit tapi masih bisa kerja. Kang Ho yang
melihatny merasa kalau Suk Kyung itu memang
hebat.
Manager
Park berceloteh kalau merasa sedih dengan kecelakaan yang terjadi merasa kalau
ada firasat di hari itu harus naik mobilnya. Direktur Han menyindir kalau
Manager Park itu sudah pesan tempat di
lapangan golf didekat situ, Manager Park berusaha untuk mengelak.
“Manajer
Jo, kau bisa kerja, walau lenganmu masih sakit?” kata Direktur Han, Suk Kyung
mengaku tak masalah
“Beberapa
hari lagi juga pasti sudah sembuh.” Ucap Suk Kyung, Direktur Han pun sangat menghargai semangat kerjanya.
“Tapi...,
aku sangat khawatir dengan angka penjualan kita. Apa Kau bisa cari solusinya?”
ucap Direktur Han
“Menurutku
kondisi akan lebih baik jika kita meluncurkan produk baru. Aku sudah membaca
laporan hasil survei tim pemasaran dan
sepertinya kita bisa mengharapkan respon
positif dari konsumen.” Kata Suk Kyung
Manager
Park dengan sinis kalau itu belum tentu
dan Survei itu hanya perkiraan saja. Direktur Han menegaskan kalau mereka harus
mulai bersiap-siap. Manager Park langsung setuju dan akan membahasnya dengan
Suk Kyung.
Woo Jin membeitahu
Hari peluncuran produk sebentar lagi jadi semua harus tetap fokus lalu
memberitkan tugas pada Ho Won harus mengambil gambar produk dan memilih untuk
pemasaran onlin dan langsung minta persetujuan. Ho Won mengangguk mengerti
menuliskan dalam bukunya
“Kuharap
yang lain cepat sembuh biar bisa bekerja. Sulit fokus bekerja karena kita butuh
banyak bantuan. Manager Seo, kapan kau pulang ke Seoul kemarin?” tanya Tuan
Heo. Ho Won sedikit panik
“Aku
langsung pulang setelah istirahat.” Kata Woo Jin lalu mengalihkan pembicaraan
dengan memanggil Ki Taek
“Apa kau sudah
memeriksa toko-toko yang menjual barang
dagangan grosir lainnya?” ucap Woo Jin, Ki Taek mengatakan kalau akan
memeriksanya.
Ho Won
dkk makan siang bersama, Ki Taek melihat Ho Won seperti senang dan beda dari
biasanya. Ho Won mengelak merasa seperti biasa saja.
Saat itu
Tuan Heo dan Woo Jin datang meminta izin untuk bergabung, Ho Won terlihat gugup
karena Woo Jin yang duduk disampingnya.
Suk Kyung
dengan tangan masih dibalut perban berusaha untuk mengetik laporan lalu
memanggl Kang Ho agar meng ambilkan laporan penjualan tahun lalu dari mejanya Asisten Lee. Kang Ho ingin
memberikan laporanya lalu gugup seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya
memberikan sekotak sandwich dan susu. Suk Kyung binggung.
“Tadi aku
lihat Manajer Jo tidak bisa makan karena
lenganmu. Aku pikir Anda harus makan biar bisa semangat bekerja.” Ucap Kang Ho,
Suk Kyung mengucapakan terimakasih dan akan memakanya.
“Manajer
Jo... Apa ada yang harus kuketikkan buatmu? Aku bisa mengetik cepat.” Kata Kang Ho, Suk
Kyung awalnya menolak tapi akhirnya meminta bantuan karena Ada laporan yang
harus cepat diselesaikan. Kang Ho menganguk mengerti.
Sebuah paket
datang untuk Eun Ho Won, Ho Won binggung lalu mebuka isinya sebuah baju kantor
berwarna putih dan membuka pesan yang ada didalam kotak
“Nunnaa.. Apa Kau sudah dapat kiriman
bajunya? Aku sudah menduga kalau aku kirim
uang padamu, pasti kau mengembalikannya lagi ke aku dan Ibu.
Karena itulah aku minta bantuan petugas toko baju buat memilih baju
buatmu. Kau tidak perlu bekerja paruh waktu dan bekerja keras di restoran atau
jadi kurir lagi.”
“Aku sekarang sangat senang kau
sudah kerja di perusahaan. Jangan khawatirkan kami. Kau berdandan saja, dan cari pacar. Nikmatilah hidupmu. Sejak
Ayah jatuh sakit..., kita belum pernah tertawa lepas. Kerja kerasmu akhirnya
sudah dihargai. Selamat. Kakakku, Eun Ho Won. Aku bangga padamu. -Eun Ho Jae-“
Ho Jae
menuliskan surat yang ada di rumah dengan menaruh didalam kotak, Ho Won membaca
tulisan adiknya hanya bisa menangis.
Nyonya
Choi memuji Keputusan Ho Won sudah tepat
karena harus mendapatkan asuransi selagi masih muda. Ho Won akhirnya
menandantangi surat pendaftaran asuransi.
Ki Taek
ingin menelp Ji Na tapi terlihat ragu, sebuah mobil datang Ji Na dan Jae Min
turun dari mobil. Ji Na pun mengucapkan terimakasih karena Kondisinya tidak baik sekarang ini karena merasa
frustrasi dan Jalan-jalan naik mobil membuatnya baikan.
“Akulah
yang harusnya berterima kasih. Aku bisa bersenang-senang karena kau.” Ucap Jae
Min
“Syukurlah,
kau Istirahatlah. Sampai jumpa besok.” Ucap Ji Na, Jae Min pun pamit pergi, Ki
Taek melihat dari kejauhan kedekatan Ji Na dan Jae Min.
Saat Jae
Min sudah pergi, Ki Taek memanggilnya. Ji Na kaget melihat Ki Taek datang. Ki
Taek mengaku kalau ingin membesuk karena Ji Na yang tidak masuk kerja hari ini,
Ji Na mengaku kalau badanya masih sedikit
sakit.
“Oppa,
kau baik-baik saja? Kau juga terluka
karena aku.” Ucap Ji Na merasa bersalah, Ki Taek mengaku kalau baik-baik saja.
“Aku
senang kau baik-baik saja. Jadi aku
pamit sekarang.” Ucap Ji Na, Ki Taek memanggi Ji Na sebelum masuk.
“Aku
sudah menyimpan fotomu ini di dompetku, tapi aku tidak sanggup... Aku tak
sanggup membuangnya. Jadi kupikir aku harus mengembalikannya.” Ucap Ki Taek
menahan sedih lalu berjalan pulang sambil menangis. Ji Na merasa tak tega
melihat Ki Taek yang pergi meninggalkanya.
Dua orang
pelajar berada di toko buku sedang asik membaca tentang tentang pasien di UGD kalau menceritakan orang yang tidak biasa, kalau Tiga pencari
kerja mencoba membunuh diri, dan mereka dilarikan
ke UGD Dan mereka bertiga dipekerjakan di perusahaan yang sama setelah itu. Menurutnya
itu lucu dan menarik.
Woo Jin
akhirnya pindah ke sisi rak sampingny ada melihat judul buku <[Code Black:
Kisah Unit Gawat Darurat - Penulis Seo Hyun] lalu membaca sekilas tulisan “Mereka
Bertiga Akhirnya Bertemu Lagi”
Ho Won
melihat Woo Jin yang sudah berdiri di depan rumahnya. Woo Jin heran melihat Ho
Won baru s sampai rumah padahal pulang dari kantor lebih dulu dan memarahinya
karena tidak angkat telepon darinya. Ho Won pun bertanya alasan Woo Jin datang.
“Ada yang
ingin kutanyakan padamu. Kupikir...tak bisa tidur nyenyak kalau tidak menanyakannya. Apa kau benar-benar
melakukannya karena aku? Apa kau mencoba
bunuh diri karena aku?” ucap Woo Jin, Ho Won tiba-tiba seperti tak bisa
menahan tubuhnya langsung jatuh pingsan. Woo Jin panik melihat Ho Won yang
tiba-tiba pingsan.
Bersambung
ke episode 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar