Seol Ok mengatakan
Ini bukan pencurian tapi sesuatu yang lain telah terjadi. Ia melihat bekas
jejak kaki yang mengartikan Penjahatnya
masuk ke kamar dan ia pun masuk melihat
kamar dibagian atas, dengan Tempat tidurnya tampak bersih dan seprei-nya
berubah.
“Ini agak
aneh.” Kata Seol Ok mencium bagian selimut, lalu melihat jendela dikamar tak
terkunci dan membukanya, terlihat tanaman dibagian bawah rusak.
Seol Ok
akhirnya keluar dan masuk ke kamar sesuai dengan jejak pelaku, ada buku
pelajaran matematika. Ia yakin kalau ini
adalah kamar remaja yang menakutkan itu. Joon Oh tahu pelajar itu menginap di
rumah temannya pada hari kejadian. Seo Ok pun mengartikan bahwa anak itu tidak
ada yang di rumah.
“Iya.
Pencuri nya pergi saat penelepon pulang kerumah.” Kata Joon Oh, Seol Ok pergi
ke kamar lainya melihat ada gelang dengan bantul salip.
“Pasangan
itu pergi ke gereja dan Aku dengar mereka berada di sana.” Kata Joon Oh
“Aku kira
tidak banyak yang diambil. Ini lebih bersih daripada kamar lain.” Komentar Seol
Ok. Joon Oh menjelaskan kalau pasangan itu sangat hemat.
“Tidak
ada jejak kaki yang mengarah ke ruangan ini.” Kata Seol Ok, petugas forensik
memberitahu kalau Itu kamar mandi. Joon Oh pun membukanya.
Wan Seung
melihat dari luar jendela ada Seol Ok bersama dengan Joon Oh. Seol Ok bertanya
apakah ada yang hilang. Jin Won memberitahu ada
Uang dan sedikit perhiasan. Seol Ok merasa sangat aneh, Joon Oh pikir
itu Wajar bagi mereka untuk mengambil itu.
“Maksudku,
kamar anak mereka, beberapa Gadget-nya ada disana. Itu 'kan bernilai ratusan
dolar. Pencuri bahkan tidak mengambil berlian Padahal terbuat dari batu mulia.
Lalu Ruang tamu memang terlihat cukup berantakan, tapi orang ini tidak
mengambil AC atau TV. Itu kelihatan masih baru, jadi pasti mahal harganya.” Jelas
Seol Ok heran
“Bukankah
karena itu berat?” pikir Joon Oh
“Lalu
mengapa mereka tidak mengambil piagam penghargaan? Itu dilapisi dengan emas 18
karat. Yang bernilai setidaknya 3.000 dolar.” Kata Seol Ok menunjuk. Joon Oh pikir
si pelaku mungkin lupa.
“Tidak
mungkin... Ini emas asli. Aku yakin pasangan sering bertengkar karena itu.”
Ucap Seol Ok. Joon Oh binggung mengapa mereka memperebutkan ini
“Dia pasti
menghabiskan banyak uang untuk membeli
minuman. Mereka bahkan memberinya sebuah plakat
emas untuk berterima kasih padanya.” Ucap Seol Ok. Wan Seung yang
melihat dari luar merasakan sesuatu yang berbau amis.
Nyonya
Park keluar dari kamar melihat Seol Ok belum pulang padahal hanya membeli telur
tapi sangat lama. Tapi akhirnya ia tak peduli memilih menyanyi sambl berjalan
keluar dari rumah.
Seol Ok
menjelaskan Banyak karakteristik pencuri. Jika cari perhiasan, maka pelaku
pergi ke kamar tidur utama. Jika uang
tunai, maka pergi mencari tas dan laci. Jika perangkat elektronik, tidak perlu
susah-susah mencarinya.
“Namun,
pencuri yang masuk ke rumah ini tidak memiliki urutan tertentu.” Jelas Seol Ok.
Lalu Joon Oh pikir kalau ini kasus narkoba lagi karena Penjahat itu tidak
mencari sesuatu.
“Ada hal
yang lain...Hal yang paling aneh adalah kamar mandi. Dia tidak masuk kamar
mandi. Tapi, bagaimana penjahat tahu itu kamar mandi? Semua pintunya sama Dan
jejak kaki ini terlalu jelas.” Jelas Seol Ok, Joon Oh melihat bentuk pintu yang
sama.
“Mereka
semua pergi ke kamar dan Penjahatnya tidak ragu-ragu. Mereka pergi langsung ke
kamar yang ditargetkan. Penjahatnya tahu dengan rumah ini dan Penjahat tidak
datang ke sini untuk mencuri.” Ucap Seol Ok. Jin Won pun bertanya apakah ada
yang lainya.
“Sesuatu
yang lebih parah daripada pencurian, yaitu Pembunuhan.” Ucap Seol Ok dengan
nada misterius. Joon Oh kaget mendengarnya.
“Iya. Seseorang
sudah meninggal di sini.” Kata Seo Ok
“Bagaimana
dengan tubuhnya?” tanya Jin Won. Petugas lain yang mendengarnya lalu bertanya
pada Petugas Na, apakah sudah melihat seluruh tempat. Petugas mengatakan kalau Tidak
ada mayat di tempat ini.
“Seseorang
meninggal di lantai atas kamar tidur
utama. Dan tubuh itu.....”ucap Seol Ok terhenti dengan teriakan dari Wan Seung
yang memanggil Ahjumma!
Seo Ok
kaget melihat Wan Seung sudah ada duduk didepanya, Jin Won memberitahu kalau
Seol Ok datang karena tak sengaja. Wan Seung pikir sudah memperingatkan Seol Ok
kalau melihatnya lagi, akan menangkapnya karena ikut campur dengan
memperlihatkan borgol ditangan.
“Mengapa
kau mengurusi ini? Ini bukan taman bermain! Ini TKP!” ucap Wan Seung marah.
“Itu
Telur-telurku. Cepat Pindah.”perintah Seol Ok melihat Wan Seung duduk di atas
trolly belanjaanya.
“Mengapa
Aku harus pindah? Aku tidak mau!” kata Wan Seung. Akhirnya Seol Ok yang marah
langsung mendorong Wan Seung dari trolly belanjanya.
Petugas
Junior sedang menyapu jalan, Petugas Jang mengeluh Juniornya hanya membuat debu
padahal sudah cuci tangan tadi. Petugas Junior pikir Petugas Jang baru saja
berpatroli. Petugas Jang mengaku mampir ke toilet untuk mencuci tangan. Petugas
Junior tahu kalau ada wastafel di ruangan mereka.
Petugas
Jang akhirnya mengalihkan pembicaraan dan melihat seorang ana yang duduk
didekat mereka dan menyuruh pulang karena kantor polisi bukan tempat untuk
anak-anak. Si anak hanya diam saja.
“Dia
tampak seperti memiliki sesuatu untuk dikatakan.” Kata petugas Junior. Petugas
Jang menyuruh juniornya saja yang bicara karena perlu istirahat karena Patroli
itu melelahkan.
“Kau
pasti lelah setelah tiga jam di sauna.” Keluh Si petugas Junior mengedumel.
Petugas Jang yang akan masuk seperti bisa merasakanya lalu membalikan badan
Si
petugas junior buru-buru menghampiri si anak mengaku orang yang selalu
berurusan dengan anak-anak dan bertanya
apa yang ingin dikatakan.
Semua telur
pun akhirnya pecah berantakan, Wan Seung measa kalau Seol Ok itu merendahkan
otoritas polisi. Seol Ok pun mengomel karena seorang polisi duduk di atas
telurnya. Wan Seung tak mau kalah dengan menyalahi telur yang ada di depanya
dan mengancam akan menangkapnya kalau Seol Ok ada di TKP lainya.
“Aku
menelepon untuk meminta sarannya. Aku minta maaf.” Ucap Joon Oh
“Dasar Bodoh
kau! Apa Kau polisi?!! Mengapa polisi membutuhkan saran seorang ibu rumah
tangga?!” ucap Won Seung mengejek
“Ibu
rumah tangga ini lebih tahu dari kau. Bagaimana kau bisa mengatakan ini pencurian padahal ini pembunuhan?” teriak
Seol Ok tak mau kalah.
“Kau
terlalu banyak menonton TV. Jika pembunuhan, pasti ada mayat!” ucap Wan Seung
berdiri
“Apa kau
tahu berapa persentase mayat yang ditemukan
di TKP?” ucap Seol Ok ikut berdiri
“Apa kau
pikir kami bosan untuk belajar statistik? Siapapun bisa mengatakan itu
adalah pencuri yang berpengalaman!”
teriak Wan Seung.
Seol Ok
yakin Wan Seung itu tidak lulus ujian. Wan Seung menegaskan kalau ia lulus dari
akademi polisi. Seol Ok pikir akaedmi polisi itu menerima dan mengajarkan sembarang orang dengan
uang pajak yang dibayarkanya. Wan Seung makin marah dianggap "Sembarang
orang" lalu bertanya Seol Ok itu kuliah dimana.
“Apa kau
pascasarjana? Apa kau memiliki gelar doktor?” teriak Wan Seung, Seol Ok
membenarkan kalau memiliki gelar Ph.D. Wan
Seung seperti kecil dengan berkomentar Seol Ok itu banyak belajar.Seol Ok
membenarkan.
“Ahjumma,
pengetahuan dari buku tidak cukup.” Kata Won Jae.Seol Ok membalas kalau Pangkat
tidak bisa menangkap penjahat.
“Ya
benar. Orang pintar karena penalaran. Kami menangkap penjahat dengan berkeliling mencari mereka!” ucap Won Seung
“Dengan
pengalaman dan kesabaran, Penjahat tidak peduli tentang hasil ujian kau.” Balas
Seol Ok.
Keduanya
terus saja adu mulut sampai akhirnya petugas forensik keluar, kalau mereka mengkontaminasi TKP. Keduanya
saling menunjuk siapa yang salah. Joon Oh merasa tak enak hati dengan minta
maaf dan akan segera membersihkannya.
Seorang
pria datang seperti melihat keributan, Jin Won memberitahu kalau masih
menyelidiki, lalu memperkenalkan pada semuanya kalau pria itu adalah pemilik
rumah yang menelpon. Tuan Cha mengeluh dengan tindakan polisi yang dianggap
penyelidikan malah membuat berantakan saja. Jin Won kembali meminta maaf.
“Aku
sungguh minta maaf. Polisi tidak bertanggung jawab. Tapi Ini kesalahan warga.”
Ucap Wan Seung menyalahkan Seol Ok.
“Aku akan
membatalkan laporan jadi Keluar dari sini.”kata Tuan Cha
“Kami
sudah menganalisis tempat dan Hasil akan keluar segera.”ucap Jin Won. Tuan Cha
tak peduli
“Aku
meminta kalian untuk menangkap pencurinya.” Ucap Tuan Cha
Seol Ok
yang melihat Tuan Cha langsung datang mendekatnya merasa kalau kejadian ini
membuatnya khawatir karena Ada orang yang meninggal. Tuan Cha sedikit emosi
bertanya Siapa yang meninggal. Seol Ok pikir perlu menyelidiki dulu.
“Apa kau
menemukan mayatnya?” tanya Tuan Cha. Seol Ok yakin mereka akan menemukannya.
“Dia
warga yang tadi aku bilang dan tidak ada
hubungannya dengan kami.” Ucap Wan Seung pada Tuan Cha.
“Aku
meminta kalian untuk menemukan pencuri. Jika ada pembunuhan, harusnya ada
mayat.” ucap Tuan Cha.
“Apa kau
membunuh seseorang?Aku hanya mengatakan ada yang meninggal. Apa ada seseorang
yang membunuh disini?” ucap Seol Ok curiga
“Jika
seseorang meninggal, pasti ada pembunuh. Jadi Keluar dari sini.” Kata Tuan Cha
tak ingin peduli.
Seol Ok
pikir Tuan Cha tak perlu seperti ini karena menurutnya Ini adalah kasus yang aneh. Tuan Cha merasa
tidak butuh bantuan polisi dan menyuruhnya pergi. Seol Ok merasa heran Tuan Cha
yang mengulur-ulur investigasi. Tuan Cha langsung mengancam akan melapor pada
Kepala Polisi kalau mereka bertindak seperti ini. Wan Seung langsung menutup
mulut Seol Ok dan menariknya keluar dari TKP.
Wan Seung
menarik Seol Ok ke sebuah toko dengan memarahi karena sudah membuat kekacauan
dan meminta tanggung jawab atas kesalahanya. Seol Ok mengatakan akan
membersihkannya dan Tidak butuh waktu lama untuk membersihkan kemeja.
“Kau
tidak bisa menyingkirkan bau telur mentahnya.” Ucap Wan Seung menjejali
tanganya yang bau amis.
“Pilih
apapun yang kau mau.” Kata Seol Ok, Wan Seung menegaskan kalau Seol Ok harus
membayarnya karena dirinya kaya jadi harus pilih-pilih yang ingin dikenakan.
Seol Ok
melihat luka ditangan Wan Seung teringat kalau itu karena menolongnya. Akhirnya
ia pun berjanji akan membelikan pakaian untuk Wan Seung dan memberikan satu
syarat. Wan Seung bertanya apa syaratnya itu.
Seol Ok
mengintip dari balik jendela. Wan Seung menempelkan plester pada luka sobeknya
dan keluar bertanya apakah syaratnya agar mengobati luka saja. Seol Ok lalu
memberikan kantung baju berharap agar cocok. Wan Seung melihat jaket jins.
“Aku
mungkin bisa mati. Terima kasih karena telah menyelamatkan hidupku.” Kata Seol
Ok. Wan Seung menyindir Seol Ok akhirnya sadar dan Seol Ok melihat jaket yang
dibelikanya cocok.
“Aku yang
membuatnya jadi keren.” Komentar Wan Seung akan berjala pergi. Seol Ol menarik
Wan Seung kalau mereka belum selesai,
Wan Seung kesal apa lagi sekarang ini.
Bus
tahanan berhenti didepan sebuah tembok besar dengan papan bertuliskan [Pusat
Penahanan Seoul] Do Jang dan beberapa tahanan lainya turun dari mobil. Polisi
menelp Wan Seung melaporkan kalau mereka sudah sampai kalau memang masih
mengkhawatirnya lebih baik datang dan melihat sendiri. Wan Seung meminta anak
buahnya agar tak lengah sampai Do Jang masuk tahanan.
Wan Seung
sedang berada di minimarket, mengambil 150 telur, dengan mengejek Seol Ok itu
ingin jualan karena sangat banyak membelinya. Seol Ok mengatakan kalau
mengunkan untuk pijat sebagai pekerjaanya. Wan Seung memberitahu kalau Telur
mahal sekarang.
“Ini bukan
berarti kau melanggar hukum. Kau perlu banyak untuk pijat seluruh badan.”
Sindir Seol Ok
“Istri
jaksa melakukan hal-hal yang baru sekarang.” Balas Wan Seung
Wan Seung
menerima telp Petugas Lee kalau Ada
laporan kehilangan dari Anak laki-laki dan tidak bisa menghubunginya, lalu
mengatakan akan segera datang. Seol Ok langsung bertanya apakah ini kasus Pencurian.
Wan Seung dengan sinis kalau Seol Ok Tidak perlu tahu.
“Apa Anak
laki-laki? Ibunya yang hilang Dan tidak menjawab teleponnya. Jadi anaknya
melaporkan dia hilang.” Ucap Seol Ok, Wan Seung merasa Seol Ok itu hanya omong
kosong.
“Bagaimana
kau tahu siapa yang hilang? Apa kau tahu dari petugas Hong?” kata Wan Seung,
Seol Ok mengatakan kalau Wan Seung yang memberitahukanya. Wan Seung merasa tak pernah mengatakanya.
Seol Ok
memutar rekaman suara saat Wan Seung menerima telp, Wang Seung berteriak marah
karena Seol Ok yang merekam panggilan teleponnya. Seol Ok pikir sudah
membahasnya kalau legal untuk merekam
percakapan ini. Wan Seung pun bertanya Bagaimana tahu itu Ibunya, mungkin saja Ayah
yang hilang.
“Apa kau
bodoh? Ayahnya yang menyuruh kita pergi tadi.” Kata Seol Ok, Wan Seung pikir
itu mungkin saja.
“Orang
akan tahu hanya dengan melihatnya.” Kata Seol Ok, Wan Seung tak ingin
membahasnya menurutnya tanggung jawabnya sudah selesai karena sudah membelikan
telur. Seol Ok memberitahu kalau Wan Seung belum membayarnya. Wan Seung dengan
kesal mengeluarkan dompet kalau akan membayarnya.
Sementara
si anak Tuan Cha meminta agar menemukan ibunya, dan seharusnya polisi melakukan
sesuatu setelah melaporkanya hilang, bahkann hanya duduk saja dan tak mungkin
bisa menemukan kalau tak bergerak. Jin Won memberitahu kalau mereka sedang mengacak
teleponnya sekarang.
“Tidak
ada waktu untuk ini.” Ucap Anak Tuan Cha.
“Petugas
yang menyelidikinya sangat berbakat. Dia menangkap 34 anggota geng dan mengirim
mereka semua ke penjara. Dia akan menemukan ibumu segera, atau dia mungkin saja
kembali sebelum dia menemukannya. Jangan
khawatir. “ ucap Joon Oh menenangkanya.
“Jika kau
tidak cepat menemukannya, Ibuku mungkin akan mati.” Kata Si anak, Joon Oh terlihat
kaget.
Keduanya
sampai dikasir, Seol Ok tetap yakin kalau ini
bukan pencurian dan meminta agar menyelidiki rumahnya sekali lagi,
karena pasti akan menemukan sesuatu menurutnya Tidak ada yang bisa
menyembunyikan kejahatan dengan teliti.
Bibi pemilik minimarket datang.
“Aku tidak
tahu apa yang kau lakukan, tetapi kau jangan hidup dengan rasa berdosa nanti.
Maka Ubah dirimu. Kau tidak bisa membodohi gadis ini.” Ucap Si bibi. Won Seung
mengeluh kalau Seol Ok itu ahjumma bukan gadis.
“Sebuah
rumah kosong dirampok dan nyonya-nya hilang. Bukankah itu aneh?”ucap Seol Ok
berusah menyakinkan.
“Apa yang
aneh? Rumahnya dirampok, laalu dia menjadi frustrasi dan pergi. Atau dia pergi,
jadi ada yang mencuri. Aku ini jenius.” Tegas Won Seung bangga.
“ Dia
tidak meninggalkan rumahnya tapi orang yang meninggal. Dia meninggal di kamar
tidur utama.” Kata Seol Ok
Si bibi
menghitung telur yang harganya 30 dolar. Won Seung memberikan uangnya, Si bibi
mengulang kalau semuanya 35dolar, Wan Seung heran karena sebelumnya si bibi mengatakan
30 dolar. Si Bibi menegaskan kalau Seol Ok yang membeli maka memberikan harga
30 dolar tapi karena Wan Seung yang bayar jadi akan menjadi 35 dolar.
“Dan apa
kau memberikan diskon hanya untuk
lulusan universitas saja? Aish.. Aku harus mendapatkan gelarku. Toko mengerikan
ini mendiskriminasikan pendidikan.” Keluh Wan Seung.
“Dia hanya
satu-satunya yang mendapat diskon khusus.” Tegas si bibi. Wan Seung merasa di
diskriminasi dan akan membuat laporan.
“Aku akan
memberikan diskon khusus nanti. Turuti dia jika kau melakukan sesuatu Gadis ini
tahu segalanya.” Kata Si bibi menyarankan pada Wan Seung.
“Ahjumma,
kau bahkan pergi ke toko yang paling aneh.” Kata Wan Seung lalu memilih untuk
pergi.
Seol Ok
melihat mobil Wan Seung berhenti didepanya bertanya bertanya apakah bisa
bertemu dengan anak itu. Won Seung sedang menegaskan itu tak mungkin dan meminta
agar Seo Ok jangan datang di dekat kantor polisi.
“Jika aku
menemukanmu, maka Aku akan menangkapmu.” Ucap Wan Seung memperlihatkan borgol
ditanganya.
“Aku
tidak meminta uang atau makanan. Aku hanya ingin membantu.” Kata Seol Ok, Wan
Seung meremehkan Seol Ok yang ingin membantu lebih bak pulang saja dan masak
makan malam.
“Jangan
kembali lagi nanti untuk memohon bantuanku.”tegas Seol Ok, Wan Seung menegaskan
kalau tak akan melakukanya dan menegaskan kalau
akan menangkapnya.
Seorang
kakek berada dalam mobil memberesihkan bagian dalam mobil dan juga bagian
gantungan. Seol Ok yang baru saja lewat
menatapnya. Si kakek dengan sinis bertanya kenapa menatap mobilnya. Seol Ok pun
memastikan kalau itu mobil sang kakek.
“Ya tentu
saja. Mengapa aku masuk mobil orang lain?” kata si kakek. Seol Ok piki benar
tak mungkin ada yang membersihkan mobil orang lain lalu melihat ada noda darah
di handuk.
“Apa Kau
tinggal disini?” tanya Seol Ok. Si kakek membenarkan kalau itu rumahnya sambil
menyembunyikan handuk dibelakang tubuhnya.
“Itu
berarti kau keluarganya. Aku senang kau tidak parkir di sini secara ilegal dan Aku
harus pergi dan masak makan malam.” Kata Seol Ok langsung berlari ketakutan
meninggalkan tempat kejadian.
Seol Ok
mengoceh kesal kalau Ini akan berakhir sebagai kasus yang belum terpecahkan
Karena mereka tidak akan pernah
menemukan pencurinya dan itu karena tidak ada pencuri
“Dan Mengapa?
Karena ini adalah kasus pembunuhan yang ditutupi sebagai pencurian. Itu berarti
kita tidak bisa menangkap penjahatnya.” Kata Seol Ok kesal memasukan telur
sembarang ke dalam toples. Kyung Mi yang membantu menyuruh agar pelan-pelah
karena bisa memecahkan telurnya.
“Aku
bercerai karena mertuaku. Mengapa aku membantumu memasak telur untuk ibu mertuamu?” keluh Kyung Mi.
Seol Ok pun kembali mengeluarkan jurus ampuhnya dengan meluapkan rasa cintanya.
“Untuk
itu, datang lebih awal ke toko hari Jumat ini.” Pinta Kyung Mi, Seol Ok setuju
dan mengetahui temanya akan bertemu Dong
Ho pada hari itu dan sudah lama tak bertemu dengan anaknya dan pasti sudah
besar sekarang.
“Dia
benar-benar tinggi seperti ayahnya.” Cerita Kyung Mi, Seol Ok bertanya apakah
akan dibawa ke restoran karena merindu Dong Ho.
“Aku
hanya bisa melihat dia sebentar di depan rumahnya. Dia tidak ingin menghabiskan
waktu denganku, karena Dia pikir aku meninggalkan dia. Neneknya bilang bahwa
aku menukar Dong Ho dengan uang untuk membuka tokoku.” Cerita Kyung Mi sedih
Seol Ok
tak percaya ibu mertua Kyung Mi bisa mengatakan
itu pada cucunya. Ia merasa bersalah karena pasti temanya benar-benar frustrasi
Tapi semua yang di bicara hanya kasus
pembunuhan dan berpikir sebagai seorang teman yang mengerikan.
“Iya. Kau
seorang teman yang mengerikan. Jadi jangan bercerai, idiot.” Kata Kyung Mi,
Seol Ok mengangguk setuju.
Nyonya
Park baru pulang mengaku sangat panas di luar dan meminta segelas air. Seol Ok
pun buru-buru mengambilnya. Kyung Mi menyapa ibu mertua Seol Ok dengan ramah,
Nyonya Park melihat Kyung Mi lalu
melihat mereka yang menempatkan semua
telurnya ke dalam air. Kyung Mi memberitahu kalau itu bukan air tapi cuka.
“Kami
sedang membuat telur cuka.” Ucap Seol Ok, Nyonya Park pikir Kyung Mi ingin
menjual telur di tokonya. Kyung Mi binggung
“Kau
bilang menyukai telur cuka” kata Seol Ok. Nyonya Park mengeluh kalau tak mungkin
bisa makan sebanyak itu
“Kau
mengatakan kepadaku untuk membeli lima
papan telur.” Ucap Seol Ok. Nyonya Park berdalih kalau mengatakan itu karena lagi murah dan Bukan untuk
membuat telur cuka semua dan Lima butir saja sudah cukup
“Mungkin
dia sudah kena penyakit demensia.” Keluh Nyonya Park lalu berjalan meninggalkan
keduanya. Seol Ok pikir harusnya mencatat ucapan mertuanya.
Kyung Mi
dengan menahan amarah bertanya apa yang akan mereka lakukan. Seol Ok mengaku
senang ibu mertuanya pulang cepat dan
berpikir untuk menyiimpan yang setengahnya. Kyung Mi pikir Seol Ok itu bisa
menetaskan dengan duduk diatas telur.
“Mari
kita masukkan ke dalam bak untuk pijat
seluruh badan.” Kata Seol Ok, Kyung Mi pikir akan melakukan dengan ibu
mertuanya.
“Ini
Menarik sekali, Ayo Lakukan cepat...” kata Kyung Mi.
Akhirnya
topless dengan berisi telur pun berjejer. Seol Ok duduk didepanya sambil
mengomel sendiri kalau Wan Seun sangat kasar dan menegaskan kalau tak akan
melakukannya. Dan tidak ada hubungannya dengannya, biar polisi yang mengusunya
karena pasti sangat pintar. Tapi akhirnya ia berpikir kalau tak akan mati kalau
memang ditangkap.
Joon Oh mengangkat
ponselnya diluar ruangan, memberitahu
sedang menanganinya sambil melirik pada Wan Seung yang sedang ada di dalam.
Seol Ok memohon agar bisa bicara dengan anak itu sebentar saja. Wan Seung
tiba-tiba melonggokan kepala dari pintu.
“Jangan
menerima telepon ahjumma itu. Jika kau membawanya lagi, maka Aku akan
menggigitmu.” Ucap Wan Seung memperingatinya dan menyuruhnya agar segera menutup
ponselnya dan masuk.
“Apa kau
dengar itu? Aku tidak dapat membantumu.” Ucap Jin Won sedikit takut.
“Bukankah
kau yang bertanggung jawab atas kantor
itu? Detektif Han adalah seorang letnan dan begitu juga kau. Pikirkan tentang
itu. Kalian memiliki posisi yang sama.
Dia mungkin seniormu, tapi dia tidak
bisa menyuruhmu.” Kata Seol Ok menyakinkan. Joon Oh pun membenarkan.
“Jika kau
seorang polisi, Bukankah seharusnya kau melakukannya tanpa melihat senior?” ucap Seol Ok, Joon Oh
setuju.
“Apa
kantor polisi tempat alumni? Siapa perwira pangkat tertinggi di sana?” ucap
Seol Ok, Joon Oh menjawab itu Kepala Cabang. Seol Ok pun menyuruh Joon Oh agar
mengunakan kekuasaannya karena ini adalah petugas dari kantor pusat.
Akhirnya
Joon Oh masuk kembali dengan sengaja menelungkupkan ponselnya dan keadaan masih
menelp, lalu meminta agar anak Tuan Cha menjawab pertanyaannya dengan keras dan
jelas. Seol Ok yang ada diseberang telp pun bisa mendengarnya.
“Kau
kelas 8, kan?” ucap Wan Seung, Si anak
mengelengkan kepala menyebutkan namanya Cha Hee Chul.
“Ahjussi...
Aku dengar kau seorang detektif terkenal, jadi temukan ibuku sebelum terlambat.
Bagaimana jika dia meninggal?” ucap Hee Chul
“Bukankah
kau di sini untuk melaporkan dia hilang?” kata Wan Seung kaget.
“Aku
pikir dia pergi karena mau mati.” Kata Hee Chul. Wan Seung pun bertanya kemana
ibunya pergi. Seol Ok yang mendengar mengeluh kalau Pertanyaan macam apa itu.
“Aku akan
pergi dan melihatnya jika kau tahu itu. Bisa kau pikirkan tempatnya?” ucap Won
Seung, Seol Ok langsung mengumpat polisi itu bodoh menanyakan hal itu.
“Aku sudah
pergi ke semua tempatnya. Apa kau pikir aku main-main karena aku masih kecil?” ucap Hee Chul dengan nada
kesal
Seol Ok
tahu kalau polisi itu menghilangkan
kepercayaannya dan tidak tahu tentang "menjaga hubungan" karena pasti
tidak akan mengatakan apa-apa sekarang. Wan Seung seperti terlihat marah-marah
dalam ruangan sementara Joon Oh menerima telp lagi dari Seol Ok.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar