Eun Hee
yang ketakutan mengatakan akan pergi dan melakukan karena hanya terlalu
mencintai Jung Hee sehingga bersikeras serta tidak bisa melupakan dia. Ia
meminta maaf pada Jae Bok dan juga Jung Hee kaena terlalu mencintainya.
“Eun
Hee... Tutup mulutmu.... Yang keluar dari mulutmu hanyalah dusta. Jadi, tolong
tutup mulutmu. Dan kini, enyahlah dari kehidupan keluargaku.” Ucap Jae Bok tak
bisa menahan amarahnya lagi. Jung Hee hanya diam saja.
“Jung
Hee.. Aku melakukan ini bukan untuk kembali bersamamu tapi karena tidak bisa
membiarkanmu melompat ke jurang. Pindahlah dan buka lembaran baru. Jangan
menjadi ayah yang memalukan bagi Jin Wook dan Hae Wook.” Kata Jae Bok
“Memangnya
Kenapa? Apa yang memalukan dariku? Aku terkenal dan menjadi kepala direktur.
Apa Mempunyai kekayaan dan kehormatan dianggap memalukan?” ucap Jung Hee
berdiri dari kursi, Jae Bok kaget dengan reaksi Jung Hee begitu juga Eun Hee.
“Dahulu,
aku membuatmu malu, karena aku culun dan tidak berkompeten. Apa Kau terganggu
jika aku sukses dan hidup bahagia?” ucap Jung Hee menyindir. Jae Bok merasa
Jung Hee sudah gila.
“Siapa
peduli jika dia Moon Eun Kyung? Apa salahnya sedikit berbohong? Dia
melakukannya demi cinta dan Eun Hee akan menjadi istriku. Jadi Apa urusanmu?”
kata Jung Hee menarik dan memeluk erat Eun Hee.
Eun Hee
tak percaya mendengarnya sementara Jae Bok benar-benar merasa Jung Hee sudah
buta dan menyuruh aga membuka mata. Dibelakang mereka ibu Jung Hee datang
terlihat shock langsung mendengar semua pembicaraan. Eun Hee mencoba mendekat
tapi Ibu Jung Hee terlihat ketakutan meminta agar tak mendekat.
Jae Bok
akhirnya mendekati mantan ibu mertuanya, Ibu Jung Hee memanggil Eun Hee dengan
julukan “nenek sihir” menyuruhnya pergi dan saja dan tahu kalau Eun Hee adalah
Moon Eun Kyung, sampai-sampai tidak
menyadarinya.
“Jung
Hee, Apa kau baik-baik saja? Bagaimana bisa kau baik-baik saja saat wanita gila
itu kembali?” ucap Ibu Jung Hee khawatir. Eun Hee memalingkan wajahnya seperti
menahan amarah.
“Aku
baik-baik saja” ucap Jung Hee. Eun Hee berusaha menndekat dan menenangkan calon
ibu mertuanya. Tapi Ibu mertuanya langsung menyuruh Eun Hee tak mendekat
padanya dengan wajah ketakutan sampai akhirnya jatuh lemas. Jae Bok dan Jung
Hee akhirnya saling membantu.
Bong Goo
baru sampai rumah, Nyonya Choi datang
melihat Bong Goo bertanya dengan sinis. Bong Goo menyapa dengan gayanya meminta
agar dibukakan pintunya. Nyonya Choi kembali bertanya alasan harus membuka
pintu.
“Surat
penyelidikan untuk Anda atas percobaan pembunuhan akan sangat membantu, tapi
itu bukan bidangku. Aku ingin bertemu dengan Jae Bok.” Ucap Bong Goo. Nyonya
Choi pun akhirnya membuka pintu rumah. Bong Goo dengan senyumannya mengucapkan
terimakasih.
Jae Bok
melonggo tak percaya kalau Ingatan Jung Hee sudah kembali, karena Menurut
Ibunya Jung Hee hilang ingatan setelah shock dikarenakan Eun Hee. Jung Hee mengaku belakang
ini, ingatanya kembali. Jae Bok tak
percaya dengan tingkah Jung Hee seperti tidak tahu.
“Kini Eun
Hee sudah lebih baik dan Dia akan baik-baik saja.” Ucap Jung Hee yakin. Jae Bok
pikir itu yang diharapkan Jung Hee.
“Baiklah.
Jika kau ingin masuk ke sumur, Aku tak bisa berbuat apa-apa. Lakukan sesukamu. Hubungan kita sungguh
telah berakhir. Kau tidak bisa menemui anak-anak semaumu lagi.” Tegas Jae Bok.
Jung Hee kaget mendengarnya.
“Apa
hakmu melakukan itu ?” ucap Jung Hee menantang, Jae Bok menegaskan ia punya hak
menjadi ibu mereka dan juga punya hak asuh dan berjalan pergi
Jung Hee
berkata kalau mengenai hal itu harus merevisinya dan tidak bisa menyetujuinya. Jae Bok
kali ini yang kaget membalikan badanya. Jung Hee mengaku lebih unggul
secara finansial untuk membesarkan anak-anak
jadi tidak akan membiarkan anak-anak hidup miskin dengan Jae Bok. Jae Bok yang
mendengarnya merasa Jung Hee benar-benar sudah gila.
“Pikirmu
kau pantas menjadi seorang ayah?”ucap Jae Bok
“Kau
melarat dan tinggal di rumah temanmu dan membuat anak-anak menderita. Apa itu
membuatmu pantas?” ucap Jung Hee membalas
“Aku
tidak melarat. Aku menyewa lantai dua di sini dan mampu membayarnya. Serta, setelah ini diurus di pengadilan, maka
aku akan menghalalkan segala cara. Aku akan meminta tunjangan sebesar mungkin
darimu. Kau tidak akan bisa menang melawanku.” Tegas Jae Bok menantang. Jung
Hee seperti sedikit panik mendengarnya.
Bong Goo
keluar dari rumah bersama Jae Bok, bercerita kalau Saat Sam Kyu memberitahunya
maka merasa khawatir dan langsung datang. Jae Bok merasa Bong Goo berpikir
mereka itu akan melakukan sesuatu padanya.
“Kau
memasuki kapal musuh sendirian. Tentu, aku khawatir.” Ungkap Bong Goo. Jae Bok
pun mengucapkan Terima kasih telah
mencemaskannya dan menyuruhnya pergi sekarang.
“Ayo kita
pergi bersama.” Kata Bong Goo. Jae Bok mengak kalau ingin pulang. Bong Goo meraih tangan Jae Bok dan melihat
tanganya yang gemetar.
Akhirnya
Ia pun mendorong Jae Bok untuk duduk di kursi penumpang dan ia yang akan
menyetir mobilnya, sebagai balasan karena Jae Bok yang dulu menyupir juga
mobilnya.
Nyonya
Choi membahas kalau Jung Hee telah mengetahui segalanya dan berlagak tidak
tahu. Eun Hee membenarkan dengan wajah bahagia merasa Jung Hee sekarang pasti
sangat mencintaiknya dan Pengorbanannya selama bertahun-tahun telah
terbayarkan.
“Apa Kau
yakin tidak ada udang di balik batu?” ucap Nyonya Choi curiga.
Jung Hee
mengantar ibunya sampai dirumah dan menyakinkan kalau keadaanya baik-baik saja dan sudah memutuskan. Ibu Jung
Hee bertanya apa yang sudah diputuskan, merasa tak percaya kalau anaknya hidup
dengan wanita gila itu.
“Ibu,
jika aku berhati-hati, Eun Kyung bukanlah masalah. Aku benar-benar tahu cara
mengendalikan dia.” Kata Jung Hee yakin
Sementara
Eun Hee memperingatkan ibunya agar Jangan bicara seperti itu soal Jung Hee,
lalu menyindir ibuna mungkin cemburu karena kini dirinya bahagia dan punya hak
untuk berbahagia. Nyonya Choi memanggil nama Eun Hee dengan Eun Kyung.
“Kubilang,
jangan panggil aku itu. Aku merinding setiap kali Ibu memanggilku begitu. Itu
mengingatkanku pada masa lalu.” Tegas Eun Hee merasa muak.
Jung Hee
memegang tangan ibunya menyakinkan kalau akan mengatasinya. Dan akan menikahi Eun
Hee dan membangun jabatan untuk dirinya dan
akan berjuang dan bertahan di sana.
“Aku
bukan Moon Eun Kyung lagi, Aku akan dicintai Jung Hee dan hidup bahagia sebagai
Lee Eun Hee.” Ucap Eun Hee pada ibunya.
“Bukalah
matamu. Tahukah kau apa kelemahan terbesarmu? Kau lupa dengan tujuanmu saat di
depan Jung Hee. Kau sudah buta.” Kata Nyonya Choi memperingati. Eun Hee tak
peduli karena ingin mandi menyuruh ibunya segera keluar dari ruangan.
“Dahulu,
hidup kita teratur. Kita sangat bahagia. Aku akan mencari kekayaan dan
kehormatan lagi.” Ucap Jung Hee menyakinkan ibunya.
Ia
mengubah kalimat kalau akan hidup lebih
baik lagi Lalu,akan menafkahi Jin Wook dan Hae Wook sebaik mungkin. Maka dari
itu meminta ibunya agar juga menjadi kuat dan butuh dua tahun. Tapi ia
merasa kalau Setahun sudah cukup. Ibu
Jung Hee merasa kasihan pada anaknya yang harus melakui semua ini. Jung Hee
meminta ibunya agar mempercayainya.
Jae Bok
duduk sambil melamun menatap keluar jendela mengingat perkataan Jung Hee “Siapa
peduli jika dia Moon Eun Kyung? Apa salahnya sedikit berbohong? Dia
melakukannya demi cinta. Eun Hee akan menjadi istriku.” Sambil memeluknya tanpa
ragu.
“Karena
kau sedang sedih, ayo kita lihat bunga sakura.” Ajak Bong Goo melihat Jae Bok
hanya termenung sedih.
Keduanya
berjalan di malam hari dengan bunga sakura yang berguguran Bong Goo melihat
Bunganya benar-benar bersemi. Jae Bok pun mengucapkan Terima kasih pada Bong
Goo. Bong Goo merasa ia yang harus berterima
kasih. Jae Bok balik bertanya berterimakasih untuk apa.
“Sup
rumput laut.” Akui Bong Goo, Jae Bok pikir Bong Goo tidak menyukainya.
“Aku
belum pernah mencoba sup rumput laut dan mengatakan itu tanpa alasan. Jadi Aku
tidak tahu harus bagaiman saat sedang emosional. Aku belum pernah merasa
tersentuh. Dan juga, maafkan aku. Soal wanita yang membuat keributan di
kantor...” kata Bong Goo
“Tapi
Bukan itu masalahnya. Aku hanya tidak setuju dengan prinsip hidupmu.” Kata Jae
Bok
“Apa Kau
menyukai yang lainnya? Apa skorku sudah hilang banyak? Tidak bisakah kau
sedikit menambahkan skorku? Aku banyak berbuat baik hari ini dan datang seperti
pasukan penyelamat barusan dan melindungimu dari samping.” Kata Bong Goo
mencoba mengodanya.
“Baiklah.
Awalnya kau kehilangan 30 poin, tapi akan kukembalikan 10 poin.” Kata Jae Bok,
Bong Goo pikir itu sedikit sekali dan merengek meminta menambahkanya. Jae Bok
menolak dan berjalan pergi. Bong Goo pun terus merengek mengikutinya.
Won Jae
sedang mencoba kursi pijat dan merasa sangat menyaman, dengan mata terpejam
mengingat saat Sam Kyu mengodanya dengan memuji tanganya yang lembut sekali lalu berusaha mendekat.
Tiba-tibba kursi pijat memberikan pijatan yang kencang. Won Jae membuka mata
dan melhat Hye Ran sudah ada disampingnya sambil mengejek apakah menyukai
pijatan yang dibuatnya.
“Seluruh
tubuhmu pasti luluh karena cinta. Yang kau lihat di bukumu hanyalah Hong Sam
Kyu.” Kata Hye Ran mengejek dengan mengambil buku dari tangan Won Jae.
“Kau
terus membuatku jengkel belakangan ini. Karena sedang membahasnya, ayo kita
meluruskan segalanya.” Tegas Won Jae. Hye Ran pun bertanya Meluruskan apa
maksudnya.
“Kau dan
Tuan Hong sudah putus, dan Kau menggoda pelatih lain belakangan ini, kan?” kata
Won Jae menekankan.
“Hei, bukan
aku yang memulainya tapi Dia yang pertama mendekatiku. Dia masih muda, tapi
seleranya bagus.” Komentar Hye Ran bangga
Won Jae
pikir kalau itu artinya Hye Ran sudah
mencampakkan Sam Kyu, Hye Ran melihat
Sam Kyu itu miskin dan masa depannya tidak cerah serta menyedihkan. Won Jae
pikir masalah selesai dan Sam Kyu akan
menjadi miliknya. Hye Ran kaget mendengarnya. Won Jae pun mengeluarkan
ponselnya.
“Profesor
Kim. Ada apa menelepon malam-malam?” tanya Sam Kyu yang tidur di kantor.
“Aku
ingin mengajakmu berpacaran secara resmi. Ayo kita berpacaran.” Kata Won Jae
terus terang. Sam Kyu kaget dan Hye Ran duduk disamping Won Jae berteriak marah
dan mengambil ponsel dari tangan Won Jae.
“Hei, Sam
Kyu. Jika kau memacari Won Jae, aku akan membunuhmu.” Teriak Hye Ran mengancam,
Won Jae pun ingin mengambil ponselnya kembali merasa Hye Ran itu terobsesi
sekali.
Sam Kyu
kebingungan akhirnya berpura-pura kalau hilang sinyal dantak terdengar
suaranya, lalu mematikan ponselnya. Ia terlihat bahagia mengetahui Profesor Kim
memintanya berpacaran, karena sangat menyukai wanita yang kaya.
Keduanya
saling berebut ponsel seperti anak kecil sampai Che Ri melihat keduanya. Won
Jae kaget melihat Che Ri. sudah bangun. Che Ri berkomentar kalau bisa paham
dengan ibunya yang mengatakan kalau Bibi Hye Ran kalau mirip dengan Eun Hee.
Hye Ran langsung melotot tajam.
“Che Ri,
sudah ibu bilang, jangan menguping pembicaraan orang dewasa.” Kata Won Jae
menasehati anaknya.
“Ibu,
haruskah dia orangnya? Haruskah Ibu mempertaruhkan pertemanan selama 20 tahun demi
dia?” kata Che Ri
“Mestinya
Che Ri menjadi kakakmu.” Komentar Jae Bok mendengar Che Ri yang bicara dengan
sangat dewasa sekali. Won Jae langsung berdiri bertanya bagaimana tadi. Jae Bok
mengaku sudah mengurus segalanya.
Ketiganya
duduk diruang tengah, Hye Ran yang mendengarnya merasa Jun Hee sudah gila
karena tidak peduli wanita itu adalah Moon Eun Kyung. Won Jae merasa
sepertinaik darah mengetahui Jung Hee yang ingin merevisi masalah hak asuh dan
menurutnya itu Tidak boleh.
“Kubilang,
silakan saja, tapi bagaimana jika aku benar-benar menyerahkan anak-anak pada
Eun Hee?” ucap Jae Bok khawatir.
“Itu
Mustahil. Bagaimana mungkin dia membesarkan Jin Wook dan Hae Wook? Dia bukan
orang yang bisa membesarkan anak-anak. Dia akan segera membuka topengnya. Itu
pasti akan sangat berbahaya.” Ucap Hye Ran
“Kau
benar. Eun Hee tipikal orang yang menghalalkan segala cara demi tujuannya. Aku
harus tetap fokus. Aku tidak bisa membiarkan mereka merebut anak-anak.” Kata
Jae Bok benar-benar harus kuat.
Jung Hee
kembali ke rumah, sedikit kaget meliha sosok Eun Kyung yang tersenyum di
depanya. Tapi setelah menyadarinya yang di lihatnya adalah Eun Hee. Eun Hee
menyambut Jung Hee pulang bertanya sudah
mengantarkan Ibu. Jung Hee mengangguk.
“Jung
Hee... Kenapa kau bertingkah seakan-akan tidak mengenaliku? Kau sudah tahu bahwa
aku adalah Moon Eun Kyung. Sebenarnya, aku agak malu. Selama ini, aku
menganggapmu tidak mengenaliku.” Ungkap Eun Hee dengan wajah tersipu malu tapi
menurutnay Jung Hee juga jahat sekali.
“Menurutku,
akan canggung jika aku memberitahumu. Semua itu masa lalu. Kini aku mulai
menyukaimu. Jadi, tidak ada alasan untuk memberitahumu.” Kata Jung Hee. Eun Hee
langsung memeluk erat Jung Hee merasa kalau dirinya sangat bahagia sama seperti
Jung Hee.
“Omong-omong,
Apa kau sudah melihat sesuatu di lantai tiga?” tanya Eun Hee. Jung Hee
mengingat saat melihat foto dirinya yang dikumpulkan oleh Eun Hee, lalu
berpura-pura bertanya foto apa maksudnya.
“Itu
Hanya sesuatu.” Kata Eun Hee. Jung Hee berbohong kalau tak melihatnya. Eun Hee
pun percaya menyuruh Jung Hee segera mandi.
“Ayo kita
berpesta hari ini. Dalam rangka merayakan cinta kita. Bagaimana menurutmu?”
kata Eun Hee memegang erat tangan Jung Hee. Jung Hee pun tak bisa menolak walaupun
terlihat seperti terpaksa.
Ibu Jung
Hee duduk diam sambil bergumam kalau
“Moon Eun Kyung telah kembali, si Wanita mengerikan itu telah kembali.”
Teringat kembali dengan masa lalunya.
Flash Back
Ibu Jung
Hee berada dirumah sakit merawat anaknya, Jung Hee terbangun dari tidurnya,
Ibunya pun memastikan kalau Jung Hee bisa mendengar dan melihatnya. Tapi Jung
Hee malah histeris melihat ibunya, berteriak “Jangan mendekat, Moon Eun Kyung!”
Ibunya mencoba menyadarkan tapi Jung Hee seperti trauma tetap berteriak
histeris melihat ibunya Eun Kyung.
“Jung
Hee-ku yang malang. Mana bisa dia hidup dengan Moon Eun Kyung setelah saat itu
sangat ketakutan? Putraku yang malang.” Ungkap Ibu Jung Hee menangisi keadaan
anaknya.
Jung Hee
pergi ke taman, Eun Hee sudah mempersiapkan semuanya dan menuangkan wine dan
juga memutar musik lalu mengajak Jung Hee berdansa. Jung Hee pun mengikuti
kemauan Eun Hee dengan wajah terpaksa.
“Jung
Hee, terima kasih telah menerimaku Dan memaafkanku” ungkap Eun Hee bahagia. Jung
Hee pikir itu tidak masalah untuknya.
“Aku
menyesal selama bertahun-tahun. Aku tidak bisa tidur dan menyiksa diriku. Aku
sungguh menyesal karena telah menyiksamu saat itu.” Ungkap Eun Hee
“Lebih
baik jangan membahas itu. Masa depan lebih penting. Kita akan hidup bahagia
mulai kini.” Kata Jung Hee.
“Aku akan
bersikap baik kepadamu. Aku tidak percaya kau menerima cintaku. Ini bagaikan
mimpi. Kini aku bisa mati dengan bahagia.” Akui Eun Hee lalu menari-nari dengan
guguran bunga yang bertebaran. Jung Hee hanya diam saja melihat tingkah Eun Hee
yang tak masuk akal.
Jae Bok
melihat buku tabungan diatas tempat tidur. "Saldo: 2.571 dolar, Saldo:
1.433 dolar" dan mengingat kembali ucapan Jung Hee “ Aku lebih unggul secara
finansial darimu untuk membesarkan anak-anak. Aku tidak akan membiarkan
anak-anak hidup miskin denganmu.”
“Aku
banyak bicara, tapi aku ketakutan.” Ungkap Jae Bok merasa tak bisa menang
melawan Jung Hee
“Ah...Tidak...
Aku tidak boleh kehilangan mereka... Aku akan melindungi mereka.” Kata Jae Bok
menatap anaknya yang tertidur dengan sangat yakin.
Eun Hee
memasangkan dasi untuk Jung Hee kaget kalau calon suaminya itu ingin membawa anak-anak. Jung Hee mengatakan tidak
bisa hidup tanpa Jin Wook dan Hae Wook. Eun Hee berdalih akalu Anak-anak seharusnya
hidup dengan ibu mereka dan bisa menemui mereka setiap saat,bahkan bisa membantu
mereka secara finansial.
“Eun Hee.
Aku ingin meluruskan yang satu ini. Baik kesuksesan maupun pernikahan, Jin Wook
dan Hae Wook adalah prioritas. Itu tidak akan pernah berubah.” Tegas Jun Hee.
Eun Hee pun terdia,
“Jung
Hee. Tidak bisakah kamu mempertimbangkannya kembali? Haruskah kita membawa anak-anak
untuk tinggal bersama? Kurasa aku sungguh tidak bisa.” Kata Eun Hee mengikuti
Jung Hee menuruni tangga.
“Jika kau
sungguh mencintaiku, tolong sayangi anak-anakku juga. Katamu, kau akan
berusaha. Kenapa tidak bisa?” ucap Jung Hee seperti ingin mulai mengontrol Eun
Hee.
“Bagaimana
denganmu? Katamu, kau juga akan berusaha. Kenapa kau tidak bisa menghargai
keinginanku?” balas Eun Hee.
“Aku bisa
melakukan semua keinginanmu yang lain, tapi bukan anak-anak. Aku tidak akan
menikahimu tanpa anak-anak.” Tegas Jung Hee. Nyonya Choi baru keluar mengajak
Jung Hee sarapan. Tapi Jung Hee yang marah merasa tak lapar dan langsung
bergegas pergi.
Nyonya
Choi pun kaget mengertahui kalau Jung Hee tidak akan menyerah untuk
anak-anaknya. Eun Hee terlihat sangat marah, Padahal segalanya sudah lancar
tapi Jung Hee itu harus melibatkan anak-anak. Nyonya Choi yakin Jung Hee pasti merasa bersalah karena hidup mewah
sendiri. Eun Hee pun mulai mengumpat marah.
“Aku
sangat baik kepada dia. Tapi bukannya berterima kasih, dia malah egois dan
hanya memikirkan diri sendiri. Dasar Bedebah egois.” Ucap Eun Hee
Jae Bok
mengingatkan pada anak-anaknya tentang pesannya, Jika Bibi Lee Eun Hee datang
ke sekolah, apakah akan ikut denganya. Jin Wook mengatakan tidak akan karena
membencinya. Jae Bok pun mengoda anak sulungnya bertanya bagaimana perasaan Jin
Wook pada ibunya. Jin Wook yang tak suka mengutarakan perasaanya memilih untuk
segera pergi.
“Aku
menyayangi Ibu... Rasa sayangku seluas langit.” Ungkap Hae Wook dengan
senyuman. Jae Bok pun senang mendengarnya lalu memeluk anaknya dengan erat.
“Katakan,
hanya dengan siapa kamu boleh pulang?” tanya Jae Bok, Hae Wook menjawa hanya
dengan Bibi Won Jae atau pelayannya. Jae
Bok pun memuji anaknya.
“Apa kau
merindukan Ayah?” tanya Jae Bok, Hae Wook mengelengkan kepala. Jae Bok meminta
agar Hae Wook mengatakan kalau merindukan ayahnya.
Jung Hee
menaiki mobil mengingat perkataan Jae Bok semalam “Aku melakukan ini karena tidak
bisa membiarkanmu melompat ke jurang. Pindahlah dan buka lembaran baru. Jangan
menjadi ayah yang memalukan bagi Jin Wook dan Hae Wook.”
Tiba-tiba
di persimpangan jalan melihat Hae Wook dan meminta sopirnya agar berhenti, tapi
ketika mendekat hanya potongan rambutnya yang sama dan berjalan dengan ibu
lainya. Jung Hee seperti merasakan perasaan rindu pada anaknya.
Sementara
dirumah, Eun Hee membaringkan tubuhnya mengingat perkataan Jung Hee “Jika kau
sungguh mencintaiku, tolong sayangi anak-anakku juga. Katamu, kau akan
berusaha. Kenapa tidak bisa? Aku tidak bisa menikah tanpa anak-anak.”
“Setelah
semua yang kulakukan. Setelah semua...” ucap Eun Hee kesal tapi akhirnya dudk
dengan tegak merapihkan rambutnya merasa
Tidak masalah.
“Setelah
semua yang kulakukan. Aku tidak boleh kehilangan dia karena anak-anak. Tidak
karena anak-anak bodoh itu.” Kata Eun Hee menyakinkan dirinya.
Jung Hee
sedang berkerja dalam ruangan pintu diketuk dan kaget melihat Eun Hee yang
datang. Keduanya duduk di meja dengan kotak makan siang yang dibawa oleh Eun
Hee. Eun Hee mengaku sangat khawatir karena
Jung Hee yang tidak sarapan.
“Aku
minta maaf soal tadi pagi, Aku akan menurutimu.” Ucap Eun Hee. Jun Hee tak
percaya mendengarnya.
“Aku
hanya berpikir, demi pertumbuhan anak-anak, lebih baik mereka hidup bersama ibu
mereka. Tapi jika kau bersikeras, bawalah anak-anak. Aku pasti akan menjadi ibu
yang baik.” Kata Eun Hee dengan gaya ramah yang dibuat-buat
“Apa Kau
sungguh berubah pikiran?” ucap Jung Hee masih tak percaya
“Aku akan
membantumu dan akan mencarikan pengacara terbaik untuk memenangkan hak asuh.”
Kata Eun Hee
Jung Hee
langsung mengucapak Terima kasih banyak. Eun Hee langsung memeluk Jung Hee yang
pasti sangat senang dan meminta Maaf karena telah membuatnya kecewa. Jung Hee
mengaku kaalu mengerti perasaannya. Eun Hee pun mengatakan kalau ingin segera memiliki anak yang mirip dengan
Jung Hee. Jung Hee terlihat kaget.
Eun Hee
dengan gaya mengodanya bertanya berapa anak yang ingin dimiliki Jung Hee nanti.
Jung Hee gugup, Eun Hee pun bertanya-tanya apakah tubuhnya akan menjadi jelek jika
terlalu banyak punya anak lalu berharap semoga mereka bisa segera menikah. Jung
Hee tak banyak komentar dengan kegilaan Eun Hee.
Ibu Jung
Hee kaget kalau Jae Bok sungguh akan menggugatnya tentang Perebutan hak asuh.
Jae Bok membenarkan dan apabila Jika itu terjadi, maka ingin Ibu Jung Hee
bersaksi, karena mereka tidak boleh membiarkan Jin Wook dan Hae Wook hidup
bersama Eun Hee. Ibu Jung Hee setuju.
“Kumohon..
Demi anak-anak... Tolong bersaksilah demi kami.” Pinta Jae Bok
“Kau
seharusnya rukun dan tetap bersama Kau malah membuang dan membiarkan Jung
Hee-ku bersama psikopat itu.” Komentar Ibu Jung Hee.
“Apa Eun
Hee menelepon Ibu? Apa Dia tidak menemui Ibu?” tanya Jae Bok. Ibu Jung Hee
pikir untuk apa Eun Hee menemuinya karena
Sungguh mengerikan.
“Berhati-hatilah.
Dia bisa melakukan apa pun jika dia mau. Dia juga bisa berada di rumah Ibu.” Kata
Jae Bok, Ibu Jung Hee terlihat ketakutandan langsung duduk mendekati Jae Bok.
Jung Hee
masuk ruangan berkata dengan sinis kakau
pria sibuk dan kenapa Jae Bok malah memanggilnya padahal meminta agar
datang ke kantornya. Jae Bok menegaskan kalau ia juga sibuk. Sam Kyu yang ada
di depan mereka kebinggungan. Jae Bok
pun mengeluh dengan Jung Hee yang datang tapi tak menelp lebih dulu lalu
mengajak agar pergi ke cafe depan kantor.
“Tidak
usah.. Dia sudah datang. Kalian bisa berbicara dengan nyaman di sini. Aku akan
meninggalkan kalian.” Kata Sam Kyu
“Terima
kasih. Kami cuma sebentar.” Ucap Jae Bok, Jung Hee pun mengatakan hal yang sama
saat Sam Kyu keluar ruangan.
“Dia
bilang "Terima kasih". Dasar sok asyik. Kenapa aku harus...” kata Sam
kesal lalu melihat ponselnya yang berdering.
Eun Hee
berada di mobil menelp Sam Kyu merasa kalau Belakangan ini menghilang lalu
bertanya apakah ada kabar baru. Sam Kyu sediki gugup dan mengatakan kalau Tidak
ada yang penting. Eun Hee bertanya apakah Tidak ada yang datang ke kantornya
atau apa pun itu.
“Tidak
ada yang datang.” Kata Sam Kyu berbohong melirik ke arah kantornya, Eun Hee
seperti percaya dan langsung menutup telpnya.
“Sam Kyu,
dasar keparat. Apa Kau membohongiku?” ucap Eun Hee marah
“Nenek
sihir itu selalu mengatakan semaunya dan seenaknya menutup. Dasar...” umpat Sam
Kyu marah lalu berpikir tempat untuk menghabiskan waktu.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar