PS
: All images credit and content copyright : MBC
Kang Ho
pikir Posisi permanen mungkin tidak penting bagi Ho Won tapi situasinya berbeda dengan dirinya. Ia harus mendapatkan posisi itu. Ki taek
benar-benar tak percaya dengan ucapan Kang Ho yan mau saja mengambil tanggung
jawab.
“Kau dan
Ho Won ada di tim pemasaran. Apa kalian tahu rasanya dimarahi Manager Park tiap
pagi? Jika kau membuat si Pembungkuk marah, aku yang susah. Akulah yang harus
menderita kalau kau membuat Manager Park kesal.” Cerita Kang Ho
“Jadi maksudmu
kita harus melaksanakan perintah yang tidak adil ini?” ucap Ho Won dan bertanya kemana mereka harus menjual furniture
itu.
“Ini
tidak akan mempengaruhimu walau kau tidak bersedia melakukannya, tapi tidak
bagiku!” teriak Kang Ho marah.
Manager
membawakan dua kotak makanan untuk Ho Won dan Ki Taek, lalu memberitahu kalau
salah satu temanya ingin kembali dengan istrinya dan akan menikah lagi jadi
menyarankan untuk membeli perabotan dari
perusahaan mereka dan bertanya berapa target penjualannya.
“30 juta
won... Itu target kami.” Ucap Ho Won, Manager langsung mengumpat perusahan yang
mata duitan, akhirnya memutuskan mereka tak perlu membayar makan siangnya itu.
Ho Won terlihat benar-benar pusing memikirkan nasibnya sekarang.
Dokter
Seo makan bersama dengan Woo Jin mengaku tak bisa makan kalau Woo Jin
mentraktirnya karena kontribusi sosial. Woo Jin pikir Dokter Seo sudah
menangani semua masalah waktu itu karena mereka mengalami kecelakaan jadi tentu
saja harus mentraktir dan meminta maaf karena harus terlambat.
“Bagi
kebanyakan pria, minum memang lebih baik dari makan. Bagaimana kalau dalam
waktu dekat ini kita minum-minum?” ucap Dokter Seo, Woo Jin pun setuju.
“Oh ya,
aku sudah baca buku yang kau tulis. Ketiga pasien dalam bukumu itu... Apa mereka
karyawan sementara kami? Isinya mereka bertiga dilarikan ke UGD.” Kata Woo Jin
memulai pembicaraan. Dokter Seo membenarkan menurutnya itu seperti Kebetulan yang menarik.
“Apa kau
harus menuliskannya?” ucap Woo Jin merasa Dokter Seo tak perlu menuliskanya
“Aku
ingin menulis sebuah buku setelah keluar dari UGD dan sudah merencanakannya.
Lalu aku kebetulan bertemu mereka bertiga lagi secara tak sengaja” cerita
Dokter Seo, Woo Jin berkomentar kalau memang
Kebetulan yang hebat sekali.
“Bagaimana
bisa mereka bertiga akhirnya bergabung di perusahaan yang sama pada waktu yang sama? Walaupun hanya posisi
karyawan sementara... Kebetulan yang sulit dipercaya memang terjadi sepanjang
waktu. Aku pribadi, tidak percaya adanya kebetulan. Di setiap kebetulan,
tersembunyi maksud dan keinginan seseorang.” Kata Woo Jin penuh arti.
Woo Jin
pun memberikan contoh adalah maksud
tersembunyi dari putra ketua. Dokter Seo kaget ternyata Woo Jin bisa mengetahui
identitasnya lalu memujinya kalau memang orang yang pintar padahal ayahnya
pikir cukup baik menyembunyikan
identitasnya dan meminta Woo Jin agar jangan salah paham.
“Kalau
aku, aku takkan menganggapnya sebagai maksud tersembunyi. Mungkin lebih
tepatnya perasaan belas kasih. Aku ingin memberikan kesempatan pada mereka yang
putus asa menjalani hidup.”ungkap Dokter Seo.
“Jadi
rupanya kau mengakui kalau ketiga orang itu diterima kerja karena perintahmu.”
Sindir Woo Jin
“Apa
salah orang kaya dan berkuasa memberikan belas kasihan? Aku hanya memberi
mereka kesempatan. Dan Kau punya hak penuh memecat mereka jika kau mau Jadi
Keputusannya terserah kau.” Kata Dokter Seo
“Apa menurutmu
mereka akan berterima kasih jika mereka tahu soal ini? Apa Eun Ho Won sudah
tahu?” ucap Woo Jin, Dokter Seo pikir kalau Ho Won tahu apakah ada yang berubah
dengan nada sinis.
“Itu
bukan keputusanmu. Kenapa kau jadi kesal seperti ini?” balas Woo Jin
“Apa kau
risih karena orang yang kuat sepertiku lebih maju dan bisa menjalankan
kekuasaannya Atau karena kau iri tidak punya kekuasaan seperti itu? Kalau
karena kau risih saja..., pecat saja mereka bertiga. Kalau kau iri tidak punya
kekuasaan, kau harus bekerja untuk mendapatkan kekuasaan itu. Aku bisa
membantumu, kalau kau mau.” Ucap Dokter Seo memberikan nasehat.
Tuan Heo
menanyakan pendapat Woo Jin tentang Dokter Seo. Woo Jin melihat Dokter Seo
sangat berbeda dari Ketua Seo karena orangnya tenang sekali, Tapi mereka harus
mengetahui lebih lanjut soal apa rencana sebenarnya. Tuan Heo mengangguk mengerti.
Woo Jin
membahas tentang Mengamati pemotretan sampel produk... akan
membantu Ho Won memahami karakteristik masing-masing produk. Ho Won hanya
terdiam sambil menatap keluar jendela mobil. Woo Jin bertanya apa yang sedang
pikirkan, Ho Won mengelengkan kepala.
“Apa ada
yang membuatmu tak nyaman? Kau sepertinya kurang fokus juga saat rapat.” Ucap
Woo Jin
“Manager
Seo... Penjualan kita...” ucap Ho Won tapi akhirnya mengurungkan niat untuk
membahasnya dan bertanya tentang tim desain, apakah akan datang. Woo Jin
mengangguk.
Ho Won
pun meminta izin agar bisa menyalakan radio, terdengar bunyi girl band wanita.
Woo Jin mengeluh Hanya ada musik seperti itu di radio. Ho Won lalu melihat
kalau yang ditekan bukan radio. Woo Jin pun hanya bisa diam.
Ho Won
terlihat bahagia dalam studio pemotretan, beberapa pekerja mengangkat furniture
meminta Ho Won sedikit bergeser. Woo Jin melihatnya meminta agar Ho Won Jangan
halangi jalan, karena akan mengganggu pekerjaan mereka. Ho Won mengerti dan
akan melihat sample karena Ji Na meminta agar memotretnya. Woo Jin pun menyuruh
Ho Won segera melakukanya dan melihat dari kejauhan seperti merasa seseuatu.
Ho Won
sedang berjalan-jalan lalu mendengar dua orang sedang mengosiipkan dirinya
kalau sedang berkencan dengan karyawan sementara dari tim penjualan. Satu
pegawai mengeluh Woo Jin yang mau berkencan
dengan pegawai pekerja kontrak dan yakin Pekerja kontrak itu mungkin
punya maksud tersembunyi dan menggoda Manager Seo atau mungkin dua-duanya punya
maksud tersembunyi. Woo Jin hanya diam melihat keduanya yang bergegas pergi
untuk minum kopi.
Ho Won
datang memberitahu Woo Jin kalau pemotretannya sebentar lagi mulai. Pemotretan
pun dimulai, Ho Won mencatat semuanya dan Woo Jin bersama tim lainya.
Fotographer meminta agar menganti bunga yang ada diatas meja, setelah itu
meminta agar meganti set dindingnya.
Tiba-tiba
Ho Won yang berdiri di belakang set harus tertimpa set, semua terlihat panik.
Ho Won keluar dari balik meja mengaku baik-baik saja dan meminta maaf. Woo Jin
langsung memarahi Ho Won yang tidak
Fokus bekerja.
Ho Won
binggung meminta maaf dan mengaku kalau keadaan baik-biak saja. Woo Jin dengan
ketus kalau tak ada yang menanyakannya dengan terus memarahi Ho Won yang
berdiri dibelakang set.
Tuan Heo
melihat Woo Jin kembali ke kantor bertanya
Apa tadi lancar pemotretannya. Woo Jin memberitahu kalau Eun Ho Won
langsung pulang tadi dan bergegas masuk ke dalam ruangan. Tuan Heo pikir ada
masalah tadi selama pemotretan.
Ki Taek
mengusulkan untuk menelp Ho Won, Ji Na dengan nada sinis menyuruh tak perlu
menelpnya. Ki Taek terlihat sangat khawatir berpikir kalau Ho Won kembali di
marahi oleh Woo Jin.
Dalam
ruangan, Woo Jin masih mengingat percakapan dua karyawan yang mengosip kalau Ho
Won itu menggodanya dengan maksud tersembunyi dan keduanya pasti punya tujuan
tersembunyi.
Ho Won
duduk di halte sambil mengeluh dengan
sikap Woo Jin yang marahinya seperti mempermalukannya di depan semua orang dan
mengumpat Managernya itu sangat jahat, tapi ia pikir kalau itumemang
kesalahanya.
Dokter
Seo tiba-tiba lewat dengan mobil memanggil Ho Won, menyuruhnya masuk agar bisa
mengantarnya. Ho Won pun tak menolak masuk ke dalam mobil. Dokter Seo bertanya
kemana harus mengantarnya, Ho Won mengaku lapar. Keduanya pun sudah ada di
restoran toppoki.
“Ini
pedasnya level satu, dua, tiga, empat” ucap pelayan membawa empat piring
toppiki yang berbeda.
“Makanlah.
Ini cara terbaik buat menghilangkan stres. Kau bisa cerita padaku kalau mulai
mengalami stres level satu. Kalau kau makan ini, nanti bisa menangis
keras-keras dan melupakan segalanya.”jelas Ho Won
“Aku
takut, karena aku tidak bisa makan makanan pedas.” Kata Dokter Seo khawatir dan
menyuruh Ho Won makan lebih dulu. Ho Won pun mulai makan dari level satu dan
bercerita.
“Belakangan
ini...,aku stres sekali di tempat kerja karena hasil penjualan. Semua orang bekerja
di bawah tekanan.” Cerita Ho Won, Dokter Seo pun ikut mulai makan.
“Aku
juga. Aku ikut kencan buta, tapi aku ditolak.” Cerita Dokter Seo, Ho Won kaget
kalau ada yang menolak Dokter Seo.
“Aku tak
tahu siapa wanita kencanmu itu...,tapi dia pasti akan menyesalinya.” Komentar Ho
Won, Dokter Seo pun berharap seperti itu. Ho Won lalu makan toppoki level 2
“Aku
bicara kasar sama ibuku. Padahal aku tidak serius mengatakannya. Aku harus
minta maaf padanya.” Kata Ho Won, Dokter Seo ikut makan dan merasakan sangat
pedas.
“Aku
harusnya jadi dokter dengan rasa kewajiban. Tapi Belakangan ini, aku tidak suka
melihat pasien.” Cerita Dokter Seo sambil merasakan kalau sangat pedas.
“Dr.
Seo..Bagi orang sakit...,tidak ada orang lain yang bisa mereka andalkan selain
dokter. Itulah yang dikatakan keluargaku waktu ayahku sakit. Kau tidak boleh
berhati dingin dan mengabaikan mereka.” Saran Ho Won, Dokter Seo bertanya
stress level tiga untuk Ho Won. Ho Won mulai makan
“Manager
Seo marah sekali padaku hari ini. Kenapa aku selalu melakukan kesalahan terus?”
keluh Ho Won
“Kau
pasti sangat membencinya.” Kata Dokter Seo, Ho Won mengelengkan kepala.
“Lidah
dia memang tajam...,tapi aku tidak membencinya.” Ucap Ho Won dan bertanya stres
Dokter Seo yang level tiga.
“Stres
level tiga-ku...ayahku.” ucap Dokter Seo dan merasakan makin pedas toppoki yang
ada di mulutnya.
“Apa
Dokter juga bertengkar dengan ayahmu? Kupikir dia selalu memujimu.” Ungkap Ho
Won
“Kalau
kami sedang bersama..., maka kami seperti orang yang sedang bertengkar. Dia
tidak senang denganku.” Cerita Dokter Seo
Ho Won
piki tak seperti itu, karena menurutnya Semua ayah memang tidak pandai
mengungkapkan perasaan mereka dan ayahnya juga seperti itu. Ia bercerita ketika
ayahnya masih hidup selalu marah Tapi setelah ayahnya menginggal menemukan buku tabungan di bawah bantalnya,
yang ternyata menabung uang untuk biaya kuliah jadi ia bisa kuliah.
“Ayahmu
di atas sana pasti sekarang merasa kalau dia layak menabung uang itu karena kau
berubah jadi anak yang berguna. Lalu , apa stres level empat-mu?” tanya Dokter
Seo, Ho Won pun mulai makan toppoki pedas level empat.
“Aku
sedih karena hariku menjalani hidup semakin sedikit.”Cerita Ho Won. Dokter Seo
tersenyum karena Semua orang juga pasti berpikir begitu.
“Tapi,
aku...anehnya merasa sangat sedih. Entah kenapa begitu.” Kata Ho Won kepedesan
lalu menanyakan tingkat stress level Dokter Seo.
“Stres
level empat-ku......rahasia.” ucap Dokter Seo, Ho Won mengeluh kalau seharusnya
merahasiakan stresny juga tadi sambil merasakan pedas dimulutnya.
Tapi Ho
Won merasa kalau makan makanan pedas mengurangi stres, menurutnya Tteokbokki
ini ternyata lebih ampuh menghilangkan stres daripada minta bantuan dokter.
Dokter Seo menyuruh Ho Won agar habiskan semuanya dan menghilangkan stres yang
ada dipikiran. Ho Won menola menyuruhnya Dokter Seo yang harus menghabiskan
karena yang lebih banyak stres.
Suk Kyung
mengaku kalau hanya sendiran karena anggota timnya yang lain sedang ke toko dan
melihat kalau Ternyata tim pemasaran juga, lalu bertanya apakah Ji Na belum mau
pulang. Ji Na mengaku baru mau pulang dan agak lelah.
“Ini
pasti karena efek samping dari kecelakaan. Pergelangan tanganku juga masih
sakit. Apa mau kuantar?” ucap Suk Kyung, Ji Na menolak karena tak serah jadi naik
taksi saja.
“Atau,
kenapa tidak Do Ki Taek saja yang mengantarmu?” ucap Suk Kyung, Ki Taek pun tak
menolak
Didepan
gedung
Ji Na
memberitahu kalau ia akan naik taksi saja. Ki Taek pun pamit pergi dan berpesan
agar Hati-hati di jalan. Ji Na kesal karena Ki Taek benar-benar tak mau
mengantarnya. Ki Taek pikir Ji Na bisa
pulang sendiri dan akan pami pergi.
“Oppa....Kerja
tetap kerja.. Ini tidak ada hubungannya dengan hubungan kami. Jangan bawa-bawa
urusan pribadi di tempat kerja. Sepertinya kau salah paham. Tidak ada yang
terjadi antara aku dan Oh Jae Min. Jangan berpikir seperti itu.” Jelas Ji Na
“Aku tak
ada perasaan lagi terhadapmu. Aku tidak peduli apa yang terjadi di antara
kalian berdua. Jadi... jangan berusaha keras buat menjelaskannya padaku. Aku
ada janji penting dan harus pergi sekarang.” Ucap Ki Taek lalu bergegas pergi. Ji
Na benar-benar tak percaya melihat sikap Ki Taek yang acuh
Ki Taek
menelp Hyung Soo, memberitahu Perabotan perusahaan tempatnya berkeraja sangat
bagus. Pasti sempurna untuk kantornya, Lalu terlihat bahagia, walaupun hanya 1
orang yang mau memesan dari 100 orang
yang dihubungi.
Saat
berjalan Ki Taek melihat Nenek yang sedang mengorek sampah dan langsung
menjauhnya. Si Nenek melihat Ki Taek seperti pacarnya dengan memanggilnya “Oppa”
yang harus berpisah karena perang. Ki Taek juga merasa sedang dalam suasana
perang dan memberitahu kalau Nenek itu salah orang. Tapi si Nenek yang stress
malah memeluknya.
Keduanya
akhirnya duduk di taman, Si Nenek memberikan sepotong roti untuk Ki Taek, Ki Taek mengaku jadi ingat mendiang neneknya
dan akan memakanya tapi meminta si nenek agar tak bersikap aneh. Saat memakan
roti merasakan rotinya sudah basi dan buru-buru pamit pergi karena ada urusan.
Si nenek
langsung marah berpikir Ki Taek yang menemui selingkuhannya itu lagi, bahkan
langsung menjatuhkan kacamatanya. Ki Taek panik mencarinya dan merasakan
ponselnya bergetar dengan meminta maaf pada Hyuk Soo, kalau sebentar lagi
sampai. Hyung Soo langsung mengomel kalu sudah susah payah mengatur jadwal
pertemuan dengan managernya, tapi Ki Taek datang terlambat dan langsung menutup
telpnya.
Pagi Hari
Kang Hoo
mendekati Ki Taek bertanya apakah sudah berhasil menjual barang. Ki Taek dengan
kesal menceritakan Kemarin, amalah makan kue beras basi dan diare semalaman,
bahkan bertemu dengan pacar zaman dahulunya jadi tidak berhasil menjual apapun.
“Dan
mungkin tagihan operator ponselku 1,5 juta won bulan ini.” Ucap Kang Ho karena
lebih banyak mengunakan ponselnya. Kang Ho pun memikirkan nasib mereka yang
belum bisa menjual barang.
Kang Ho pergi
ke atap membuang kertas dan duduk dengan wajah frustasi. Ho Won datang melihat
kertas yang dibuang Kang Ho dan menduga kalau rekan kerjanya itu membeli perabotan
lewat kartu kredit untuk memenuhi
target penjualan. Kang Ho langsung merampas struk kartu kreditnya dengan ketus
kalau itu bukan urusan Ho Won.
“Aku tahu
kita lagi putus asa..., tapi ini salah!” tegas Ho Won, Kang Ho juga sudah
mengetahuinya, tapi tak ada solusi lagi
“Kita
harus cari solusi lain. Bukankah kau tahu betul kalau orang bisa bangkrut
karena utang kartu kredit?” ucap Ho Won, Kang pikir kalau dirinya juga tak
menginginkanya.
“Aku harus
dapat posisi permanen di sini dan Kau tahu alasannya. Kau tahu sendiri aku telah
berbohong pada orang tuaku. Apa kau tahu betapa aku merasa tak enak setiap kali
pulang kerja? Aku menderita karena takut ibuku akan tahu hal ini.”ucap Ho Won
dengan nada tinggi.
“Ya, aku
tahu kau tertekan. Tapi bagaimana kau bisa melunasi ini? Anggaplah kita
memenuhi target bulan ini lewat caramu ini. Lalu bagaimana dengan bulan depan? Apa
yang akan kau lakukan?” kata Ho Won
Kang Ho
pikir mereka tidak bisa memberitahu kalau
mereka tidak mampu menjualnya jadi rela melakukan apa saja agar bisa menjual
perabotan lagi, Ho Won pikir Kang Ho tak
mengerti apa-apa dan tak habis pikir ternyata-tanya hanya itu yang ada di
otaknya sekarang.
Ki Taek
pergi ke bagian receptionist ingin mengambil paket untuk tim pemasaran. Seorang
wanita datang, Ibu Kang Ho dengan membawa beberap barang mengatakan mau menemui
salah satu karyawan tim pemasaran, Jang Kang Ho. Ki Taek menndengar nama Kang
Ho pun berani menyapanya.
“Apa Anda
ibunya Kang Ho?” tanya Ki Taek. Ibu Kang Ho pun bertanya apakah mengenal
ankanya. Ki Taek mengaku kalau mereka diterima kerja bersama dan memperkenalkan
namanya.
Keduanya
pun berjalan di lorong dengan Ibu Kang Ho yang mengetahui Ki Taek itu tim
pemasaran dan mengataan kalau membawakan kue beras untuk semua orang di kantor.
Ki Taek pun membantu untuk membawanya dan menunjukan jalan.
Saat itu
Kang Ho dan Ho Won baru saja kembali dari atap, tiba-tiba Kang Ho panik dan
langsung bersembunyi melihat ibunya. Ho Won pun kaget mengetahui kalau wanita
yang berjalan bersama Ki Taek adalah ibu Kang Ho dan mengajak agar segera pergi
bersembunyi.
Kang Ho
benar-benar panik yang harus diperbuatnya, Ho Won meminta Kang Ho tenang dan
menelp ibunya setelah itudan tidak boleh membiarkanya ada di kantor. Kang Ho
binggung apa yang harus dikatakanya.
Ki Taek
masuk ruangan, ada Ji Na dan juga Yong Jae memberitahu kalau iu Kang Ho yang
datang. Ibu Kang Ho pun mengenalkan diri pada teman kerja anak-anaknya.
Tiba-tiba
terdengar suara sirene, tanda peringatan. Manager Park berteriak keluar dari
ruangan berpikir kebakaran dan langsung berlari panik untuk menyelamatkan diri.
Yong Jae pun menyuruh agar mereka membawa ibu Kang Ho untuk keluar dari
kantor. Mereka pun bergegas pergi dengan
wajah ketakutan, Yong Jae langsung menarik Manager Park untuk menjauh agar lebih
dulu keluar dari kantor.
Ho Won
dan Kang Ho berjalan di tangga darurat. Ho Won pikir kalau ibu Kang Ho pasti
sudah pergi karena Semua karyawan juga tadi berlari keluar jadi tak mungkin
masih ada dikantor. Kang Ho masih terlihat tegang, Ho Won memberikan semangat
pada Kang Ho dan meminta agar Jangan mengkhawatirkan hal-hal yang belum
terjadi.
Saat akan
sampai ke pintu, Kang Ho kaget melihat Ibunya sudah berdiri dengan mata
mendelik. Ho Won juga tak kalah kaget karena ibu Kang Ho masih ada didalam
kantor.
Ho Won
akhirnya masuk ruangan, Manager Park masuk sambil mengomel kalau Alarm
kebakarannya tidak rusak api Ada orang yang menyalakannya hanya untuk main-main
lalu melihat Suk Kyung ada di dalam
ruangan.
Woo Jin
pun keluar dari ruangan bertanya apa yang terjadi. Suk Kyung memberitahu kalau tadi
ada alarm kebakaran. Woo Jin mengaku mendengarnya dan berpikir kalau itu hanya
candaan saja.
Ho Won
panik karena ia sengaja yang menyalakan alarm kendaraanya agar membuat ibu Kang
Ho pergi. Woo Jin pikir seharusnya ada pengumuman informasi kalau ada kebakaran
sungguhan jadi alarm palsu atau lelucon saja. Semua hanya diam saja sambil
menghela nafas.
“Manajer
Heo, aku ingin mendiskusikan konsep iklan cetak denganmu.” Ucap Woo Jin santai.
Manager Park
benar-benar tak percaya melihat Woo Jin yang bisa tak pengaruh. Yong Jae pun
menanyakan keadaan Manager Park, Manager Park kesal karena tadi ada orang yang
mendorongnya saat akan kelua gedung. Yong Jae terdiam karena panik mendorong
Manager Park.
Ibu Kang
Ho langsung menampar anaknya, tak percaya kalau Kang Ho berbohong dengan
mengatakan kalau dipekerjakan sebagai yang pegawai terbaik dari semua kandidat
dan statusnya sebagai Seorang pegawai baru dari tim pemasaran.
“Beraninya
kau mempermalukan Ibu seperti ini?!!” ucap Ibu Kang Ho marah, Kang Ho berusaha
untuk menjelaska tapi Ibu Kang Ho tak mau tahu.
“Ibu sudah
memberikan segalanya yang terbaik bagimu. Tapi kau bahkan tak bisa dapat pekerjaan
di perusahaan seperti ini? Beraninya kau bohong pada Ibu padahal nyatanya kau
bekerja sebagai karyawan sementara!! Kau tahu sendiri apa yang sudah Ibu
ceritakan pada temanku. Apa kau senang membodohi Ibu?” ucap Ibu Kang Ho sangat
marah
“Ibu,
bukan maksudku...” kata Kang Ho, Ibu Kang Ho menyuruh anaknya agar segera
pulang selesai kerja dan bicara di rumah saja.
Ho Won
duduk di pantry, Ki Taek datang memberitahu kalau Ibu Kang Ho tadi datang dan sekarang tak
mengangkat telpnya, lalu ingin tahu keberadanya. Ho Won mengaku Ada sesuatu
terjadi. Kang Ho datang dengan wajah tertunduk.
Saat itu
datang beberapa orang mengaku reporter dari majalah mingguan, Business How dan
bertanya apakah mereka dari karyawan penjualan dan pemasaran, Ki Taek
membenarkan.
Manager
Park sudah duduk di wawancara mengaku kalau diungkapkan dalam satu kata,
suasananya demokratis menurutnya perusahaan Hauline adalah yang paling
demokratis. Semua ikut mendengar ucapan Manager Park pada wartawan.
“Kami
membuat setiap keputusan melalui diskusi santai terlepas dari jabatan posisi walaupun
cuma untuk sekedar keputusan kecil. Meskipun saya kepala tim penjualan, saya
tetap memperhatikan struktur. Dan Juga, menghargai pendapat dari karyawan kami.”
Ucap Manager Park
“Ada
alasan kenapa kami memilih Hauline sebagai fitur dalam artikel kami tentang
sebuah perusahaan. Hal ini karena perusahaan Anda peringkat tertinggi dalam
survei yang ditujukan pada mahasiswa.” Kata Wartawan
“Kami
memang selalu dapat peringkat tertinggi.” Kata Manager Park bangga, Wartawan
juga melihat mereka yang menjaga tempat ini agar tetap muda dan ceria.
“Benar.
Banyak orang bilang padaku, kalau kalau saya juga kelihatan cukup muda. Saya
mulai bekerja di perusahaan ini berbarengan dengan Manajer Heo yang disana. Kami
menjaga tempat ini agar tetap muda.” Kata Manager Park membuat semua orang
tertawa. Wartawan pun meminta agar Manager
Park memberikan pesan.
“Berikanlah
kepercayaan Anda semua untuk perusahaan kami seperti perusahaan ini dan Anda
merupakan satu tubuh. Jika Anda melakukannya, Hauline akan menghargai Anda dengan
hal yang lebih besar dan lebih baik. Kamilah Hauline.” Ucap Manager Park
bangga.
Suk Kyung
juga memberikan pesan pada kamer kalau Diskriminasi terhadap perempuan harus
dibasmi dan Hauline adalah tempat yang memberikan kesempatan yang sama bagi
pekerja keras wanita. Ho Won yang mendengarnya bergumam “Berarti diskriminasi
itu pasti antipeluru.”
“Hauline
sudah seperti keluarga bagi saya. Perusahaan ini sangat nyaman sama seperti
keluarga saya sendiri.” Ucap Yong Jae
“Apa
keluargamu... membuatmu jadi penunggak kartu kredit? Yang ada kau jadi punya
banyak utang kredit atau Rasanya seperti berada di rumah sendiri.” Gumam Ho Won
dongkol
Ji Na ikut
duduk merasa malu karena tidak pernah masuk TV sebelumnya. Jae Min pun ikut
diwawancara mengaku sebagai karyawan baru perusahaan, menurutany tempat ini
terasa seperti keluarga sendiri. Ji Na memanggil Woo Jin agar bergabung. Woo Jin
mengeluh kalau harus datang. Wartawan
pun bertanya pada Ho Won karena statusnya sebagai karyawan sementara mungkin
pendapatnya berbeda.
“Saya
yakin banyak orang ingin kerja magang di Hauline. Semua orang ini... sekarang
sedang berbohong.” Ucap Ho Won, Semua yang ada diruangan kaget mendengarnya,
termasuk Woo Jin yang baru keluar dari ruangan.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar