PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 28 Maret 2019

Sinopsis Welcome to Waikiki Season 2 Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Joon Ki pun bertanya sedang apa Soo Yeon di dalam mobilnya. Soo Yeon bertanya balik siapa pria-pria yang ada didepanya karena tahu namanya. Ki Bong heran kalau tidak ingat dengan mereka, lalu memberitahu kalau mereka ada di Kelas 2-3 SMA Huam.
“Kita semua sekelas... Ini aku, Ki Bong. Jagoan dari klub bisbol. Aku menang sebagai pemain terbaik di Penghargaan Bisbol Bonghwang.” Ucap Ki Bong. Soo Yeon hanya bisa melonggo.
“Dia bahkan tidak ingat kau, Bodoh. Bagaimana dengan aku? Ini aku, Lee Jun Ki. Si Tampan dari klub drama.” Kata Joon Ki. Soo Yeon tetap diam.
“Ini sangat membuat frustrasi... Tunggu sebentar... Kau Jun Ki yang selalu sombong, berkata kau akan menjadi aktor?” ucap Soo Yeon. Joon Ki membenarkan.
“Lalu kau Kook Ki Bong, kan?” ucap Soo Yeon. Joon Ki senang Soo Yeon yang bisa mengingat mereja.
“Kalau dia bagaimana? Apa Kau tidak ingat dia? Dia anggota band dan selalu membawa gitar. Penyanyi utama Volcano.” Kata Joon Ki menunjuk wajah Woo Sik.
Soo Yeon  menebak namanya Cha Woo Shik. Joon Ki membenarkan, makin senang karena ingat mereka semua lalu brtanya apakah Soo  Yeon ingat penyanyi bertopeng yang bernyanyi di pernikahannya dan itu adalah  Woo Sik. Woo Sik panik.
“Aku menikmati lagumu...Apa Itu benar-benar kau?”ucap Soo Yeon. Woo Sik terlihat gugup
“Tapi bagaimana denganmu? Kenapa kau di sini?” tanya Woo Sik pada Soo Yeon mengalihkan pembicaraan.
“Itu karena... Aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu kenapa aku di sini.” Kata Soo Yeon bingung 


[Episode 2  - Efek Kupu-kupu, Fenomena saat perbedaan kecil membawa perubahan besar]
Joon Ki dkk berkumpul di ruang tengah membahas  kesimpulannya Soo Yeon dikejar penagih utang, lalu kebetulan menaiki Rebecca. Ki Bong  pikir kalau semua itu Kebetulan sekali. Joon Ki piki ini takdir dengan penuh semangat.
“Diam. Takdir apa?” keluh Woo Sik. Joon Ki pikir tak ada yang salah karena  Setelah sekian lama, mereka menemui cinta pertama saat SMA.
“Kenapa? Apa Tunanganmu juga tidak menjawab?” tanya Joon Ki melihat Soo Yeon sedih memegang telp.
“Ya... Terima kasih sudah meminjamkan ponselmu, Ki Bong. Kalau begitu, aku akan pergi. Aku sangat mengkhawatirkan ayahku.” Ucap Soo Yeon.
“Tunggu... Kau tidak bisa menghubunginya dan tidak tahu di mana dia.” Ucap Joon Ki khawatir
“Aku harus mencarinya di rumah.” Kata Soo Yeon. Woo Sik pikir  Para penagih utang itu pasti menunggu di rumah.
“Aku ragu dia akan ada di sana...” kata Woo Sik. Soo Yeon pikr Itu masuk akal dan binggung yang harus dilakukan sekarang.
“Bagaimana jika kau menginap di sini?” ucap Joon Ki. WooSik mengeluh dengan yang dikatakan Joon Ki untuk Menginap di sini.
“Apa Kau punya rencana yang lebih baik?” kata Joon Ki. Woo Sik pikir itu saran yang konyol. Joon Ki menyuruh Woo Sik agar diam saja.
“Lantai dua bagus dan nyaman... Ayo.” Ucap Joon Ki dengan penuh semangat. SooYeon menolak. Joon Ki menyuruh Soo Yeon santai saja. 


Jung Eun baru saja pulang, dan bertanya siapa wanita dengan gaun pengantin. Joon Ki memberitahu kalau itu Soo Yeon dan mengaku  ceritanya panjang dan mengajak ke lantai atas untuk istirahat.
“Soo Yeon? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Di mana aku mendengarnya?” ucap Jung Eun mencoba mengingat-ingat.
“Ah.. Bukankah dia gadis di buku tahunan yang kalian bertiga sukai? Sedang apa dia di sini? Lalu kenapa memakai gaun pengantin? Katakan.” Ucap Jung Eun pada Woo Sik. Woo Sik hanya diam saja.
“Hei, katakan kepadaku ada apa.” Kata Jung Eun merengek, tapi Woo Sik tetap tak ingin bercerita. 

Woo Sik masuk kamar melihat dua temanya sibuk didepan cermin lalu bertanya apa yang sedang dilakukan pagi-pagi begini dan mengejek untuk peragaan busana. Joon Ki pikir  Sudah sepuluh tahun tidak melihat cinta pertama mereka.
“Kita harus memberikan kesan yang baik.” Ucap Joon Ki lalu meminta Ki Bong untuk memastikan kalau Bulu hidungnya sudah tidak ada. Ki Bong mengeleng kalau sudah tak ada.
“Hei, bagaimana penampilanku?” tanya Ki Bong. Joon Ki pikir  Lumayan tapi ada yang kurang lalu menurunkan sedikit rambut layaknya superman.
“Coba lihat... Sudah. Wajahmu terlihat gagah sekarang.” Kata Joon Ki bangga. Ki Bong pun senang melihat wajahnya dicermin.
“Aku memang terlihat gagah.” Kata Ki Bong bangga. Joon Ki pikir kalau  Soo Yeon masih cantik
“Dia bahkan menjadi lebih cantik.” Ucap Ki Bong bangga. Woo Sik akhirnya tak bisa lagi menahan amarah.
“Hei.. Sadarlah! Kita akan diusir karena terlambat membayar sewa.  Apa kalian pantas seperti ini?” teriak Woo Sik.
“Hei... Jangan katakan itu di depan Soo Yeon, paham?” ucap Joon Ki memperingati.
“Kenapa? Apa Kau tidak mau terlihat payah di depannya?” ejek Woo Sik. Joon Ki pikir memang harus seperti itu.
“Itu yang dirasakan semua pria tentang cinta pertama mereka. Kita selalu ingin membuat mereka terkesan dan ingin mereka hanya punya kenangan indah tentang kita. Itulah arti cinta pertama bagi pria, paham? Jadi, katakan kepadanya bahwa aku sukses sebagai aktor.” Tegas Joon Ki
“Aku pemain bisbol yang sukses... Aku sementara berada di liga minor karena cedera, oke?” ucap Ki Bong. Joon Ki pikir Kedengarannya bagus. Ide bagus.
“Bisa-bisanya kalian begitu di tengah situasi kita ini. Kalian hanya menyombongkan diri dan itu hal paling menjengkelkan. Apa Kalian tahu itu?” ejek Woo Sik
“Ya, aku tahu!” ucap Joon Ki. Woo Sik maki mengejek Joon Ki yang tahu.
“Siapa peduli? Aku hanya ingin memberinya kesan yang baik.” Kata Joon Ki
“Pantaskah kita bicara tentang cinta pertama sekarang? Lalu bagaimana dengan sewa kita? Aku muak berpura-pura mengencani pemilik tanah.  Itu sangat menyiksaku. Bahkan Dia ingin pergi ke taman hiburan lagi.” Keluh Joon Ki
“Bersabarlah sebentar lagi. Kami akan berusaha mendapatkan uangnya.” Kata Joon Ki lalu memikirkan kalau Soo Yeon mungkin lapar.
“Kita harus menyuguhinya makanan... Ayo bangunkan dia.” Kata Joon Ki penuh semangat.
“Ayo sarapan saja dengan kami, Tuan.” Kata Joon Ki mengoda Woo Sik lalu keluar dari kamar dengan kacamata hitam. 




Joon Ki sudah siap membangunkan Soo Yeon dan melihat Jung Eun keluar kamar  bertanya mau ke mana sepagi ini. Jung Eun mengaku mendapat pekerjaan paruh waktu baru dan berte ada apa dengan kacamata hitam itu yang dipakai Joon Ki.
“Aku menyicilnya 80 bulan.” Ucap Joon Ki dan mereka kaget melihat Soo Yeon tertidur di meja receptionist.
“Apa yang terjadi? Kenapa dia tidur di sini?” ucap Joon Ki lalu Ki Bong pun menepuk pundak Soo Yeon agar bangun. Soo Yeon akhirnya bangun.
“Kenapa kau tidur di sini?” ucap Ki Bong. Soo Yeon menyapa semua penghuni.
“Kurasa aku tertidur saat menelepon ayahku.” Kata Soo Yeon sedih. Joon Ki bisa mengerti.
“Apa Dia masih belum menjawab?” tanya Joon Ki. Soo Yeon mengelengkan kepala.
“Omong-omong, apa telepon ini rusak? Ini Terus terputus.”ucap Soo Yeon mencoba kebali
“Apa? Tidak mungkin... Gulliver kita? Terkadang koneksinya memang suka terputus... Akan kutunjukkan. Ada alasan kabelnya sangat panjang... Pertama, injak seperti ini dan gigit... Ini dia! Aku Gulliver si Telepon!” ucap Joon Ki yakin telpnya sekarang bisa dengan triknya.
“Omong-omong, kenapa kamu tidak ganti pakaian? Apa Kau tidak mau memakai pakaian pria? Kalau begitu, kau mau meminjam pakaiannya?” ucap Joon Ki menunjuk Jung Eun.
Soo Yeon melihat Jung Eun lalu mengelengkan kepala lalu bergegas duduk disofa. Joon Ki memuji Soo Yeon itu bijak. Jung Eun kesal karena Soo Yeon seperti merendahkan dirinya dan terlihat tidak bergaya.
Semua tak menjawab, mengalihkan pembicaran bertanya pukul berapa sekarang. Jung Eun kesal pada tiga pria keluar rumah. Joon Ki tak percaya kalau Jung Eun marah lagi.


Semua seperti tak peduli dengan Jung Eun, memilih untuk duduk bersama Soo Yeon. Soo Yeon terlihat sedih, Ki Bong menyakinkan kalau tunangan Soo Yeon pasti bisa dihubungi jadi tak perlu Jangan khawatir. Soo Yeon mengangguk mengerti.
“Omong-omong, itu kenapa?” tanya Soo Yeon melihat lantai yang rusak.
“Itu. Kami sudah bilang kemarin. Ada meteor jatuh. Dan Kami menaruh itu di sana untuk menutup lubangnya.” Kata Joon Ki menunjuk ke lantai atas yang ditutupi posternya.
“Jujur saja, sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabar kalian?” kata Soo Yeon penasaran. Ketiganya terlihat binggung.
“Aku menjadi aktor sekarang... Sekarang, aku sibuk syuting film dan drama TV. Aku sedang mengerjakan proyek dengan Hun...  Kau tahu Hun, kan?” ucap Joon Ki bangga dengan menyilangkan kaki. Soo Yeon binggung siapa itu.
“Dia mengatakan "Kenapa melakukan itu kepadaku?" Hun. Lee Byung Hun.” Kata Joon Ki. Soo Yeon memuji kalau itu hebat. Joon Ki merendah kalau tak seperti itu. 

“Bagaimana denganmu, Ki Bong?” tanya Soo Yeon. Ki Bong sempat gugup dan mengikuti gaya Joon Ki.
“Aku seorang pelempar baseball, pelempar profesional. Aku bermain di liga kecil sekarang karena cedera, tapi mereka yang ada di liga utama putus asa menungguku.” Ucap Ki Bong bangga
“Hei, kalian bilang kalian sibuk hari ini. Bukankah kalian harus pergi?” ejek Woo Sik.
Keduanya pun bergegas pergi dan pamit karean harus keluar. Ki Bong mengaku ada latihan. Sementara Joon Ki mengaku ada syuting tapi bis menghubunginya kalau butuh sesuatu. Woo Sik mengeluh dua temanya itu mengganggu.
Sebelum pergi Joon Ki dan Ki Bong menutup lantai dengan vas bunga,  Terlihat pita yang menuliskan sambutan untuk Soo Yeon.  Soo Yeon pikir dua temanya sudah sukses dan bertanya pada Woo Sik. Woo Sik terlihat bingung.
“Aku hanya.. Aku seorang penyanyi, musisi.” Kata Woo Sik mengikuti gaya Joon Ki.
“Apa Kau penyanyi? Apa Karena itukah kamu bernyanyi di pernikahanku?” kata Soo Yeon. Woo Sik binggung menjelaskan.
“Temanku, yang perencana pernikahan, memohon kepadaku, jadi, aku terpaksa membantu.” Kata Woo Sik
“Begitu rupanya... Pembawa acara kemarin bilang kau akan segera debut.” Kata Soo Yeon penuh semangat.
Woo Sik binggung dan berpikir lalu mengaku sudah memulai debutnya yaitu Kelompok tari berisi tiga anggota, bernama Taj Mahal.



Joon Ki sampai di lokasi syuting dengan drama kerajan, lalu meminta izin  ke toilet sebentar. Ass Sutradara pun memperbolehkan dan meminta agar  jangan lama-lama. Tiba-tiba Sutradara berteriak pada Tim Bela Diri yang lama sekali.
“Baik, kita segera ke sana.” Ucap Ass Sutradara lalu menahan Joon Ki untuk tak pergi karena sutradara akan marah.
“Apa yang kalian lakukan? Cepat!” teriak Sutradara. Joon Ki pikir  tidak akan lama.
“Sutradara sedang marah. Apa Kau tidak lihat? Ayolah. Cepat!” ucap Ass Sutrdara. Joon Ki pikir bisa izin hanya sebentar, semua temanya akhirnya pergi mendekati sutradara. 

Woo Sik dengan bangga mengaku Belum lama ini, BTS bahkan menghubungi untuk memintany tampil di salah satu lagu mereka. Soo Yeon seperti malas sambil menguap. Woo Sik pikr Soo Yeon tahu BTS itu, The Bangtan Boys mengaku Dahulu biasa tampil dengan mereka.
“Apa Aku sudah cerita soal tur nasional?” ucap Woo Sik.  Soo Yeon pikir Woo Sik sudah cerita semuanya.
“Intinya, bekerja tanpa henti seperti itu mulai membuatku lelah. Jadi, aku rehat sebentar untuk memulihkan diri.” Akui Woo Sik
“Tapi kau seorang penyanyi... Kenapa kau membuka hostel ini?” tanya Soo Yeon. Woo Sik gugup.
“Sebenarnya... Orang-orang dari berbagai negara suka mengunjungi hostel. Aku membeli hostel ini karena ingin berkomunikasi dengan mereka dan mengembangkan pola pikir global.” Ucap Woo Sik. Soo Yeon menganguk mengerti.
“Kau sangat sukses sekarang.”puji Soo Yeon. Woo Sik malu-malu tak ingin dipuji lalu bertanya tentang Soo Yeon sekarang.
“Aku baik-baik saja. Walau aku berakhir di sini sekarang.” Ucap Soo yeon. Woo Sik ingin tahu seperti apa tunangan Soo Yeon iitu
“Min Seok? Dia orang yang luar biasa. Dia sangat baik kepadaku. Dia benar-benar memedulikanku.” Ucap Soo Yeon
“Aku turut bahagia untukmu.”kata Woo Sik seperti menahan rasa sedihnya.
“Bagaimana denganmu? Apa Kau punya pacar?” ucap Soo Yeon. Woo Sk mengaku punya dan ingin Soo Yeon menebaknya.
“Musik... Aku menikah dengan musik.” Kata Woo Sik dengan bangga. 


Saat itu terdengar suara bibi Kim. Woo Sik panik melihat Bibi Kim datang  sepagi ini. Bibi Kim mengaku datang karena merindukan Woo Sik dengan tatapan mengoda dan melihat Soo Yeon dalam rumah bertanya siapa wanita itu.
“Dia temanku. Kami satu SMA.” Ucap Woo Sik. Bibi Kim heran melihat Soo Yeon yang memakai dress
“Dia sedang ada sedikit masalah.” Ucap Woo Sik, Soo Yeon pun bertanya siapa bibi Kim itu.
“Halo... Aku pacar Woo Shik, Kim Jeong Sook. Kami mulai pacaran tiga hari lalu.” Ucap Bibi Kim. Soo Yeon kaget tapi akhirnya bisa mengerti.
“Woo Shik, kau belum sarapan, kan? Aku membeli bahan-bahan untuk samgyetang. Akan kubuatkan itu untukmu.” Ucap Bibi Kim
“Tidak usah... Aku tidak lapar. Aku tidak lapar sama sekali.” kata Woo Sik
“Astaga. Kau bisa memakannya nanti... Kau bodoh sekali. Jadi Beri aku beberapa menit.” Ucap Bibi Kim. Woo Sik pikir tak perlu dan melihat bibi Kim masuk dapur.
“Woo Shik, kalian berpacaran? Apa yang terjadi?Apa Dia sungguh pacarmu?” bisik Soo Yeon binggung. Woo Sik seperti serba salah.
“Kau bilang kau lajang dan menikahi musik.” Ucap Soo Yeon heran. Woo Sik membenarkan.
“Astaga, dia mulai lagi... Sejujurnya, pemilik hostelku agak sakit.. Itu sebabnya dia mengira aku pacarnya. Rupanya, aku mirip seperti mantan pacarnya atau semacamnya.” Jelas Woo Sik. Soo Yeon menganguk mengerti.
“Tunggu, pemilik hostel? Hostel ini bukan milikmu?” kata Soo Yeon. Woo Sik kembali berpikir.
“Dia pemilik sebelumnya... Dia masih mengira dialah pemiliknya. Karena itulah dia terus datang. Jadi Ikuti saja, ya? Demi wanita malang itu.” Kata Woo Sik. Soo Yeon menganguk mengerti.
Woo Sik mengingingatkan kalau harus menelepon ayahnya. Soo Yeon teringat dan bergegas pergi ke receptionist karena harus meneleponnya lagi.. Woo Sik merasa keadaanya sekarang makin gila




Woo Sik pergi ke dapur merasa Biibi Kimtidak perlu repot membeli semua ini dan mengajak makan yang biasa aja. Bibi Kim menolak karena ingin memasak untuknya. Woo Sik pikir ini merepotkan jadi mengajak untuk makan diluar saja.
“Woo Shik, apa kau mengabaikan kebaikanku?” ucap Bibi Kim. Woo Sik mengelengkan kepala dan harus memakannya.
“Kenapa tidak bilang dari tadi? Ya ampun, aku sangat pelupa... Aku lupa membeli daun bawang... Apa Kau punya daun bawang?” ucap Bibi Kim. Woo Sik mengatakan tak punya.
“Kalau begitu, bisakah kau keluar dan membeli daun bawang untukku? Aku tidak bisa membuat samgyetang tanpa daun bawang. Cepatlah.” Kata Bibi Kim. Woo Sik tak bisa menolaknya. 


Nyonya Kim berbicara dengan anaknya di telp mengunakan handsfree mengaku sedang di tempat Woo Shik. Ternyata anaknya sakit dan Bibi Kim bertanya Bagian mana yang paling sakit. Anaknya menyebut kalau itu di kaki.
“Kau sudah besar. Jangan cengeng... Apa Kau ingin dipijat? Bagaimana dengan akupunktur? Bersabarlah... Setelah akupunktur dan mandi air panas, maka kau akan merasa lebih baik...Istirahat yang benar.” Ucap Nyonya Kim sambil memasukan kentang.
Soo Yeon melihat Bibi Kim merasa kasihan karena tak waras jadi berbicara sendiri. 

Joon Ki sudah memakai costumnya merasa perlu buang air kecil. Sutradara pun bertanya dimana Min karean mereka sudah siap. Orang lain mengatakan Min sedang menelepon. Sutrdara kesal kareana mereka sedang terburu-buru.
“Aku minta maaf... Pemeran utama belum datang.” Ucap Ass Sutradara.
“Mungkin sebaiknya aku bilang aku harus ke toilet.” Gumam Joon Ki dan mengangkat tangan. Tapi teman yang ada disebelahnya lebih dulu mengangkat tangan meminta izin untuk ke toilet.
“Toilet? Dia gila, ya? Syuting akan segera dimulai. Apa Kau berharap seluruh kru menunggumu buang air kecil? Asisten sutradara, seret dia keluar. Aku tidak bisa bekerja dengan manusia egois seperti itu.” Ucap Sutradara.
Joon  Ki ketakutan, Sutradara melihat Joon Ki mengangkat tangan bertanya apa yang ingin dikatakan.  Joon Ki pun berdalih kalau hanya ingin memberikan semangat dan terus menahan ingin ke toilet. 

Sutradara mengeluh kalau aktor tidak profesional. Min datang meminta maaf terlambat, karena Anjingnya sedang sakit jadi harus bicara dengannya di telepon. Sutradara mengaku tak masalah karena menurutnya Syuting ini tidak penting dibandingkan kesehatan anjingnya.
Joon Ki melotot kaget padahal tadi hanya ingin ke toilet aja terkena omelan.  Min pun mengucapkan terimakasih atas pengertianya. Sutradara dengan gemas mengaku Suatu kehormatan baginya bisa bekerja dengan bintang papan atas sepert Min.
“Pokoknya, mari kita buat adegan ini benar-benar hebat.” Ucap Sutradara memukul Min dengan gemas.
“Apa yang kau lakukan?” ucap Min heran. Sutradara hanya mengaku Ini caranya mengungkapkan rasa sayang. Min mengaku tidak suka.

Sementara Joon Ki mencoba menahan buang air kecil dan menyakinkan diri kalau bisa melakukanya. Sutradara pun mulai syuting. Joon Ki mengingat dialognya seperti preman memastikan Min itu adalah Bi Dam dan mengatakan kalau Tuannya  menginginkan...
“Sutradara!” teriak Min. Joon Ki panik karena ingin segera selesai. Sutradara bertanya apa apa dengan Min.
“Menurutku adegan ini agak membosankan... Daripada dia hanya mengatakan dialog itu... Bagaimana jika dia mengambil cangkirku dan meminum makgeolli-ku?” kata Min.
Sutradara pikir itu ide bagus, Joon Ki panik karena menahan ke toilet tapi malah disuruh minum.  Sutradara pun memuji Min memang bintang papan atas dan kembali memukul gemas. Min mengeluh kalau tak suka. 
“Seperti kata Min, kau minum makgeolli miliknya sebelum mengatakan dialogmu, paham?” ucap sutradara
“Tunggu Sebentar... Apa Anda ingin aku minum ini?” ucap Joon Ki. Sutradara pikir Joon Ki tak ingin melakukanya.  Joon Ki mengaku mau. 



Take pun dimulai dengan Joon Ki mulai minum, tapi Min melakukan kesalahan dialog. Joon Ki mencoba minum lagi, dan Min mengeluh kaalu ada Debu jadi tak bisa akting.  Joon Ki meminum kembali take keempat. Min mengeluh kalau Ada serangga.
“Pengambilan gambar kelima.” Kata Ass Sutradara. Joon Ki mengeluh kalau sangat kenyang dan mencoba terus melakukan dialog.
Akhirnya Joon Ki berhasil mengatakan kalau ingin mengambil kepala Min dan menyilangkan kaki untuk menahan buang air kecilnya. Sutrdara berteriak Cut karena Joon Ki yang menyilangkan kaki seperti ingin merayunya atau pelayan wanita.
“Kau itu pembunuh... Pembunuh macam apa yang kakinya seksi begitu?” ucap sutrdara marah. Joon Ki hanya bisa meminta maaf.
“Kembali ke adegan meminum makgeolli... Isi botolnya!” teriak Sutrdara. Joon Ki berusaha terus menahan buang air kecilnya. 



Nyonya Kim memberikan samgyetang untuk Woo Sik dan menyuruhnya makan yang banyak, Woo Sik dengan gugup mengucapkan Terima kasih. Soo Yeon masuk ruang makan, Nyonya Kim mengaku baru akan memanggil dan mengajak untuk makan bersama.
Joon Ki memberikan kode agar Soo Yeon menolaknya dan mengaku kalau Soo Yeon tidak mau makan. Soo Yeon pikir tak masalah karena Bibi Kim sudah repot-repot membuat semua makanan ini jadi harus makan. Bibi Kim pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau sepertinya menyukainya... Pelan-pelan.” Kata Bibi Kim. Soo Yeon mengaku  Rasanya sangat enak.
“Astaga, ini membuatku gila.” Keluh Joon Ki dalam hati. Soo Yeon tiba-tiba melihat sesuatu di wajah Bibi Kim dan menghampusnya.
“Ada sesuatu di wajahmu... Tunggu. Biar aku bersihkan.” Kata Soo Yeon ramah. Bibi Kim pun terlihat nyaman.
“Jika kesulitan, haruskah aku menyuapimu?”  kata Soo Yeon. Bibi Kim bingung tapi menurutnya tak perlu.
“Atau haruskah aku membuang tulang ayamnya?” kata Soo Yeon ingin membantu. Bibi Kim pikir bisa sendiri.
“Tapi aku melihat sesuatu di TV. Kau harus berusaha melakukan sesuatu sendiri walaupun itu sulit. Kalau begitu... Terima kasih atas makanannya... Aku prihatin dengan kondisinya.” Kata Soo Yeon lalu bergegas pergi.
“Kondisiku? Apa maksudnya? Dia mengelap wajahku dan ingin menyuapiku. Ada apa dengannya?” ucap Bibi Kim binggung.
“Itu... Sebenarnya... Astaga. Dia mulai lagi. Dia punya sedikit masalah di kepalanya.” Kata Woo Sik. Bibi Kim kasihan ingin tahu apa yang terjadi.
“Pernikahannya dibatalkan dan dia syok.” Kata Joon Ki menyakinkan.  Bibi Kim menganguk mengerti 



Sutradara melihat waktu mereka sedikit lagi jadi akan menyelesaikan sekaligus, Joon Ki berusaha sekuat tenaga menahan buang air kecil dengan mengampitkan kakinya. Sutradara berteriak mengeluh Joon Ki yang lari seperti itu
“Apa Kau pikir ini lomba jalan? Kau harus terlihat tegar... Serang dia dengan tegas.”ucap sutradara. Joon Ki pun meminta maaf
Pertarungan dimulai, Joon Ki terkena pukulan dibagian perut bawahnya dan meminta berhenti. Sutradara heran karena Min yang tidak memukulnya, dan mengeluh akan menganti saja. Joon Ki kembali meminta maaf dan mensugesti dirinya kalau harus menahannya.
“Aku sudah melalui banyak hal untuk mendapatkan peran ini.” Ucap Joon Ki menyakinkan diri untuk bisa akting. 

Woo Sik mengajak bibi Kim keluar minum kopi. Bibi Kim menolak  karena bahkan menggiling biji kopi untuk Woo Shik dan merasa  Aromanya sangat enak, Woo Sik terlihat makin gugup. Jung Eun pulang. Bibi Kim menawarkan Jung Eun kopi. Jung Eun menolaknya.
“Ayo, minum kopi bersama kami... Aku kasihan kepadanya.” Ucap Bibi Kim melihat Soo Yeon sedang memainkan kabel telp. Jung Eun bertanya kenapa memangnya.
“Wanita di sana.. Kudengar kepalanya bermasalah.” Kata Bibi Kim. Jung Eun binggung apakah yang dimaksud itu Soo Yeon.
“Apa Kau tidak tahu?.. Kudengar dia sakit mental... Itu yang dikatakan Woo Shik.” Ucap Bibi Kim. Jung Eun menatap Woo Sik.
“Apa? Itu... Bagaimana dengan bantuan yang kuminta Bagaimana kamu bisa melupakan itu? Kita harus bicara.” Kata Woo Sik. Jung Eun binggung.  Bii Kim tak percaya kaalu Woo Sik itu sangat jantan.



Jung Eun kaget karena Soo Yeon mengira Bibi Kim gila dan sebaliknya.  Woo Sik membenarkan. Jung Eun mengeluh Joon Ki yang berbohong sebagai Penyanyi terkenal dan Menikah dengan musik.
“Jung Eun. Itulah arti cinta pertama bagi seorang pria. Aku selalu ingin menunjukkan sisi kerenku kepadanya dan meninggalkan kenangan indah.” Ucap Woo Sik mengikuti gaya Joon Ki
“Diam... Kalian menjadi gila karena cinta pertama kalian.” Keluh Jun Eun.
“Pokoknya, pura-puralah tidak tahu... Gawat kalau mereka tahu. oke?” ucap Woo Sik. 



Di tempat latihan
Ki Bong akan melakukan  Sepuluh lemparan lagi Lalu akhiri latihan hari ini. Salah satu pemain datang, Pelatih menyapa pemula favoritnya datang padahal Latihannya sudah selesai. Si peman mengaku akan pergi mandi, tapi airnya tidak keluar.
“Kurasa kepala pancurannya rusak. Apa yang harus kulakukan?” ucap Si pemain. Pelatih pikir tak bisa dibiarkan begitu saja.
“Ki Bong, cepat perbaiki.” Ucap Pelatih. Ki Bong mengeluh kenapa harus dirinya dan menyuruh untuk mandi dipancuran yang lain.
“Setelah latihan, aku harus selalu mandi di bilik ketiga di sebelah kanan. Itu rutinitasku... Jika tidak, itu mengganggu dan memengaruhi penampilanku.” Kata Si pemain
“Kenapa diam saja? Ayo Cepat perbaiki.” Kata pelatih. Ki Bong pikir  belum selesai latihan.
“Itu tidak penting... Dia akan direkrut ke liga utama. Jika dia sakit dan gagal ditarik, Apa kau mau tanggung jawab?” kata pelatih.  Ki Bong pun tak bisa menolak. 
Ki Bong masuk ke kamar mandi mengeluh dengan pelatih yang  menyuruh memperbaiki ini menurutnya Tidak ada tempat untuk pemain yang tidak kompeten seperti dirinya. Ia pun mencoba mencari tahu alasan airnya tidak keluar/
“Tunggu. Sepertinya ada yang tersumbat... Astaga, keras sekali.” kata Ki Bong mencoba menusuk-nusuk. 

Joon Ki terus berusaha agar bisa menahannya. Sutrdara memberitahu kalau Yang terpenting di adegan ini adalah matanya jadi harus menatap lawan main dengan mata pembunuh Seperti orang gila. Syuting kembali dimulai.
“Tinggal satu adegan lagi... Akan kulakukan dengan sekali percobaan.” Gumam Joon Ki.
Adegan dimulai, Joon Ki dan Min adu pedang tapi kembali diulang karena Min kehilangan sepatunya. Sutradara melihat mereka akan kehabisan waktu sambil membantu memasang sepatu meminta Min agar fokus.
“Kang Min, fokus pada aktingmu! Apa Kau ingin syuting seharian? Kita tidak punya waktu! Tolong bantu aku.” Teriak Joon Ki tak bisa menahan amarahnya lagi.
“Hei, kau kenapa? Apa Kau marah?” kata sutradara heran. Joon Ki malah menyuruh diam dan segera mulai syutingnya!
“Hei, kau kenapa? Apa Kau terbawa dalam peranmu?  Itu mata yang aku mau!” ucap Sutradara
“Diam! Kau menggangguku saat aku berusaha berkonsentrasi.” Kata Joon Ki marah. Sutradara bergegas karena takut Joon Ki  hilang fokus.



Mereka mulai syuting lagi, Joon Ki akhirnya kalah sambi berkata “Kutunggu kamu di kehidupan lain, Bi Dam.” Lalu terjatuh dengan kaki yang diapit untuk menahan buang air kecil. Sutradara pun memuji akting Joon Ki yang bagus.
“Aku terkesan... Dia memiliki bakat akting.” Ucap Sutradara. Joon Ki memastikan kalau mereka sudah selesai dengan masih terbaring.
“Hei, ini dingin. Kau harus bangun... Ayo bantu dia. Kenapa diam saja?” kata Sutradara
“Kau hebat, Itu akting yang luar biasa.” Kata Min, tapi Joon Ki yang sedang menahan mengelak untuk disentuh.
“Aku harus pergi. Aku harus pergi sekarang...” kata Joon Ki, tapi sutradra malah menahanya memuji Joon Ki sudah Kerja bagus hari ini.
“Aku ingin bekerja sama denganmu di filmku berikutnya. Bagaimana?” kata sutrdara. Joon Ki menganguk setuju.
“Mari kita bicarakan itu nanti.” kata Joon Ki ingin segera pergi. Sutradara malah menahanya  berpikir sedang jual mahal.
“Tidak, aku sedang buru-buru.” Kata Joon Ki berusaha terus menahan
Ki Bong masih mencoba memperbaiki shower sambil menusuk-nusuk ingin tahu Apa yang tersumbat dan Tidak mau keluar. Sementara Joon Ki yang ingin pergi ke toilet kembali ditahan, Sutradara mengaku  sangat suka aktingnya hari ini.
“Itu Keluar... Keluar setetes.” Kata Ki Bong dengan senang hati, sementara Joon Ki yang dipukul-pukul gemas oleh sutradara mulai merasakan sesuatu.
“Itu keluar lagi. Bagus... Sekali lagi. Ayolah.... Berhasil! Itu keluar!” kata Ki Bong bangga. Joon Ki pun seperti merasa lega karena bisa buang air kecil dan mengalir sangat deras.
“Hei, wajahmu kenapa? Ada masalah? Cairan apa itu? Apa kamu buang air kecil di celana? Dasar Jorok.” Ucap Sutradara. Joon Ki malu langsung berlari keluar dari set. 


Bibi Kim sedang merajut melihat warna biru cocok untuk Woo Sik. Woo Sik dengan gugup menganguk setuju lalu berpikir kalau Bibi Kim pulang karena udah malam. Bibi Kim merasa tidak sadar sudah malam daan lupa waktu setiap kali bersama Woo Sik.
“Anda harus bangun sekarang.” Ucap Woo Sik. Bibi Kim mengaku  tidak ingin berpisah.
“Haruskah aku menginap malam ini?” goda Bibi Kim. Woo Sik panik meminta agar jangan berkata seperti itu.
“Anak Anda pasti menunggu.” Kata Woo Sik. Bibi Kim mengaku hanya bercanda dan berpikir kalau Woo Sik akan mengantarnya pulang. Woo Sik binggung tapi akhirnya menganguk setuju.
“Aku akan mengambil jaketku.” Ucap Woo Sik bergegas pergi ke kamar. Bibi Kim melihat Woo Sik itu sangat manis.
***
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar