PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Joon Ki
pun bertanya sedang apa Soo Yeon di dalam mobilnya. Soo Yeon bertanya balik
siapa pria-pria yang ada didepanya karena tahu namanya. Ki Bong heran kalau tidak
ingat dengan mereka, lalu memberitahu kalau mereka ada di Kelas 2-3 SMA Huam.
“Kita
semua sekelas... Ini aku, Ki Bong. Jagoan dari klub bisbol. Aku menang sebagai
pemain terbaik di Penghargaan Bisbol Bonghwang.” Ucap Ki Bong. Soo Yeon hanya
bisa melonggo.
“Dia bahkan
tidak ingat kau, Bodoh. Bagaimana dengan aku? Ini aku, Lee Jun Ki. Si Tampan dari
klub drama.” Kata Joon Ki. Soo Yeon tetap diam.
“Ini
sangat membuat frustrasi... Tunggu sebentar... Kau Jun Ki yang selalu sombong,
berkata kau akan menjadi aktor?” ucap Soo Yeon. Joon Ki membenarkan.
“Lalu kau
Kook Ki Bong, kan?” ucap Soo Yeon. Joon Ki senang Soo Yeon yang bisa mengingat
mereja.
“Kalau
dia bagaimana? Apa Kau tidak ingat dia? Dia anggota band dan selalu membawa
gitar. Penyanyi utama Volcano.” Kata Joon Ki menunjuk wajah Woo Sik.
Soo
Yeon menebak namanya Cha Woo Shik. Joon
Ki membenarkan, makin senang karena ingat mereka semua lalu brtanya apakah
Soo Yeon ingat penyanyi bertopeng yang
bernyanyi di pernikahannya dan itu adalah
Woo Sik. Woo Sik panik.
“Aku
menikmati lagumu...Apa Itu benar-benar kau?”ucap Soo Yeon. Woo Sik terlihat gugup
“Tapi
bagaimana denganmu? Kenapa kau di sini?” tanya Woo Sik pada Soo Yeon
mengalihkan pembicaraan.
“Itu
karena... Aku juga tidak tahu. Aku tidak tahu kenapa aku di sini.” Kata Soo
Yeon bingung
[Episode 2
- Efek Kupu-kupu, Fenomena saat perbedaan kecil membawa perubahan besar]
Joon Ki
dkk berkumpul di ruang tengah membahas
kesimpulannya Soo Yeon dikejar penagih utang, lalu kebetulan menaiki
Rebecca. Ki Bong pikir kalau semua itu
Kebetulan sekali. Joon Ki piki ini takdir dengan penuh semangat.
“Diam.
Takdir apa?” keluh Woo Sik. Joon Ki pikir tak ada yang salah karena Setelah sekian lama, mereka menemui cinta
pertama saat SMA.
“Kenapa? Apa
Tunanganmu juga tidak menjawab?” tanya Joon Ki melihat Soo Yeon sedih memegang
telp.
“Ya... Terima
kasih sudah meminjamkan ponselmu, Ki Bong. Kalau begitu, aku akan pergi. Aku
sangat mengkhawatirkan ayahku.” Ucap Soo Yeon.
“Tunggu...
Kau tidak bisa menghubunginya dan tidak tahu di mana dia.” Ucap Joon Ki
khawatir
“Aku
harus mencarinya di rumah.” Kata Soo Yeon. Woo Sik pikir Para penagih utang itu pasti menunggu di
rumah.
“Aku ragu
dia akan ada di sana...” kata Woo Sik. Soo Yeon pikr Itu masuk akal dan
binggung yang harus dilakukan sekarang.
“Bagaimana
jika kau menginap di sini?” ucap Joon Ki. WooSik mengeluh dengan yang dikatakan
Joon Ki untuk Menginap di sini.
“Apa Kau
punya rencana yang lebih baik?” kata Joon Ki. Woo Sik pikir itu saran yang
konyol. Joon Ki menyuruh Woo Sik agar diam saja.
“Lantai
dua bagus dan nyaman... Ayo.” Ucap Joon Ki dengan penuh semangat. SooYeon
menolak. Joon Ki menyuruh Soo Yeon santai saja.
Jung Eun
baru saja pulang, dan bertanya siapa wanita dengan gaun pengantin. Joon Ki
memberitahu kalau itu Soo Yeon dan mengaku
ceritanya panjang dan mengajak ke lantai atas untuk istirahat.
“Soo
Yeon? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Di mana aku mendengarnya?” ucap
Jung Eun mencoba mengingat-ingat.
“Ah.. Bukankah
dia gadis di buku tahunan yang kalian bertiga sukai? Sedang apa dia di sini? Lalu
kenapa memakai gaun pengantin? Katakan.” Ucap Jung Eun pada Woo Sik. Woo Sik
hanya diam saja.
“Hei,
katakan kepadaku ada apa.” Kata Jung Eun merengek, tapi Woo Sik tetap tak ingin
bercerita.
Woo Sik
masuk kamar melihat dua temanya sibuk didepan cermin lalu bertanya apa yang
sedang dilakukan pagi-pagi begini dan mengejek untuk peragaan busana. Joon Ki
pikir Sudah sepuluh tahun tidak melihat
cinta pertama mereka.
“Kita harus
memberikan kesan yang baik.” Ucap Joon Ki lalu meminta Ki Bong untuk memastikan
kalau Bulu hidungnya sudah tidak ada. Ki Bong mengeleng kalau sudah tak ada.
“Hei,
bagaimana penampilanku?” tanya Ki Bong. Joon Ki pikir Lumayan tapi ada yang kurang lalu menurunkan
sedikit rambut layaknya superman.
“Coba
lihat... Sudah. Wajahmu terlihat gagah sekarang.” Kata Joon Ki bangga. Ki Bong
pun senang melihat wajahnya dicermin.
“Aku
memang terlihat gagah.” Kata Ki Bong bangga. Joon Ki pikir kalau Soo Yeon masih cantik
“Dia
bahkan menjadi lebih cantik.” Ucap Ki Bong bangga. Woo Sik akhirnya tak bisa
lagi menahan amarah.
“Hei.. Sadarlah!
Kita akan diusir karena terlambat membayar sewa. Apa kalian pantas seperti ini?” teriak Woo
Sik.
“Hei... Jangan
katakan itu di depan Soo Yeon, paham?” ucap Joon Ki memperingati.
“Kenapa? Apa
Kau tidak mau terlihat payah di depannya?” ejek Woo Sik. Joon Ki pikir memang
harus seperti itu.
“Itu yang
dirasakan semua pria tentang cinta pertama mereka. Kita selalu ingin membuat
mereka terkesan dan ingin mereka hanya punya kenangan indah tentang kita. Itulah
arti cinta pertama bagi pria, paham? Jadi, katakan kepadanya bahwa aku sukses
sebagai aktor.” Tegas Joon Ki
“Aku
pemain bisbol yang sukses... Aku sementara berada di liga minor karena cedera,
oke?” ucap Ki Bong. Joon Ki pikir Kedengarannya bagus. Ide bagus.
“Bisa-bisanya
kalian begitu di tengah situasi kita ini. Kalian hanya menyombongkan diri dan
itu hal paling menjengkelkan. Apa Kalian tahu itu?” ejek Woo Sik
“Ya, aku
tahu!” ucap Joon Ki. Woo Sik maki mengejek Joon Ki yang tahu.
“Siapa
peduli? Aku hanya ingin memberinya kesan yang baik.” Kata Joon Ki
“Pantaskah
kita bicara tentang cinta pertama sekarang? Lalu bagaimana dengan sewa kita? Aku
muak berpura-pura mengencani pemilik tanah.
Itu sangat menyiksaku. Bahkan Dia ingin pergi ke taman hiburan lagi.”
Keluh Joon Ki
“Bersabarlah
sebentar lagi. Kami akan berusaha mendapatkan uangnya.” Kata Joon Ki lalu
memikirkan kalau Soo Yeon mungkin lapar.
“Kita
harus menyuguhinya makanan... Ayo bangunkan dia.” Kata Joon Ki penuh semangat.
“Ayo
sarapan saja dengan kami, Tuan.” Kata Joon Ki mengoda Woo Sik lalu keluar dari
kamar dengan kacamata hitam.
Joon Ki
sudah siap membangunkan Soo Yeon dan melihat Jung Eun keluar kamar bertanya mau ke mana sepagi ini. Jung Eun
mengaku mendapat pekerjaan paruh waktu baru dan berte ada apa dengan kacamata
hitam itu yang dipakai Joon Ki.
“Aku
menyicilnya 80 bulan.” Ucap Joon Ki dan mereka kaget melihat Soo Yeon tertidur
di meja receptionist.
“Apa yang
terjadi? Kenapa dia tidur di sini?” ucap Joon Ki lalu Ki Bong pun menepuk
pundak Soo Yeon agar bangun. Soo Yeon akhirnya bangun.
“Kenapa
kau tidur di sini?” ucap Ki Bong. Soo Yeon menyapa semua penghuni.
“Kurasa
aku tertidur saat menelepon ayahku.” Kata Soo Yeon sedih. Joon Ki bisa
mengerti.
“Apa Dia
masih belum menjawab?” tanya Joon Ki. Soo Yeon mengelengkan kepala.
“Omong-omong,
apa telepon ini rusak? Ini Terus terputus.”ucap Soo Yeon mencoba kebali
“Apa?
Tidak mungkin... Gulliver kita? Terkadang koneksinya memang suka terputus... Akan
kutunjukkan. Ada alasan kabelnya sangat panjang... Pertama, injak seperti ini
dan gigit... Ini dia! Aku Gulliver si Telepon!” ucap Joon Ki yakin telpnya
sekarang bisa dengan triknya.
“Omong-omong,
kenapa kamu tidak ganti pakaian? Apa Kau tidak mau memakai pakaian pria? Kalau
begitu, kau mau meminjam pakaiannya?” ucap Joon Ki menunjuk Jung Eun.
Soo Yeon
melihat Jung Eun lalu mengelengkan kepala lalu bergegas duduk disofa. Joon Ki
memuji Soo Yeon itu bijak. Jung Eun kesal karena Soo Yeon seperti merendahkan dirinya
dan terlihat tidak bergaya.
Semua tak
menjawab, mengalihkan pembicaran bertanya pukul berapa sekarang. Jung Eun kesal
pada tiga pria keluar rumah. Joon Ki tak percaya kalau Jung Eun marah lagi.
Semua
seperti tak peduli dengan Jung Eun, memilih untuk duduk bersama Soo Yeon. Soo
Yeon terlihat sedih, Ki Bong menyakinkan kalau tunangan Soo Yeon pasti bisa
dihubungi jadi tak perlu Jangan khawatir. Soo Yeon mengangguk mengerti.
“Omong-omong,
itu kenapa?” tanya Soo Yeon melihat lantai yang rusak.
“Itu.
Kami sudah bilang kemarin. Ada meteor jatuh. Dan Kami menaruh itu di sana untuk
menutup lubangnya.” Kata Joon Ki menunjuk ke lantai atas yang ditutupi
posternya.
“Jujur
saja, sudah lama kita tidak bertemu. Bagaimana kabar kalian?” kata Soo Yeon
penasaran. Ketiganya terlihat binggung.
“Aku
menjadi aktor sekarang... Sekarang, aku sibuk syuting film dan drama TV. Aku
sedang mengerjakan proyek dengan Hun...
Kau tahu Hun, kan?” ucap Joon Ki bangga dengan menyilangkan kaki. Soo
Yeon binggung siapa itu.
“Dia
mengatakan "Kenapa melakukan itu kepadaku?" Hun. Lee Byung Hun.” Kata
Joon Ki. Soo Yeon memuji kalau itu hebat. Joon Ki merendah kalau tak seperti
itu.
“Bagaimana
denganmu, Ki Bong?” tanya Soo Yeon. Ki Bong sempat gugup dan mengikuti gaya
Joon Ki.
“Aku
seorang pelempar baseball, pelempar profesional. Aku bermain di liga kecil
sekarang karena cedera, tapi mereka yang ada di liga utama putus asa
menungguku.” Ucap Ki Bong bangga
“Hei,
kalian bilang kalian sibuk hari ini. Bukankah kalian harus pergi?” ejek Woo
Sik.
Keduanya
pun bergegas pergi dan pamit karean harus keluar. Ki Bong mengaku ada latihan.
Sementara Joon Ki mengaku ada syuting tapi bis menghubunginya kalau butuh
sesuatu. Woo Sik mengeluh dua temanya itu mengganggu.
Sebelum
pergi Joon Ki dan Ki Bong menutup lantai dengan vas bunga, Terlihat pita yang menuliskan sambutan untuk
Soo Yeon. Soo Yeon pikir dua temanya
sudah sukses dan bertanya pada Woo Sik. Woo Sik terlihat bingung.
“Aku
hanya.. Aku seorang penyanyi, musisi.” Kata Woo Sik mengikuti gaya Joon Ki.
“Apa Kau
penyanyi? Apa Karena itukah kamu bernyanyi di pernikahanku?” kata Soo Yeon. Woo
Sik binggung menjelaskan.
“Temanku,
yang perencana pernikahan, memohon kepadaku, jadi, aku terpaksa membantu.” Kata
Woo Sik
“Begitu
rupanya... Pembawa acara kemarin bilang kau akan segera debut.” Kata Soo Yeon
penuh semangat.
Woo Sik
binggung dan berpikir lalu mengaku sudah memulai debutnya yaitu Kelompok tari
berisi tiga anggota, bernama Taj Mahal.
Joon Ki
sampai di lokasi syuting dengan drama kerajan, lalu meminta izin ke toilet sebentar. Ass Sutradara pun
memperbolehkan dan meminta agar jangan
lama-lama. Tiba-tiba Sutradara berteriak pada Tim Bela Diri yang lama sekali.
“Baik,
kita segera ke sana.” Ucap Ass Sutradara lalu menahan Joon Ki untuk tak pergi
karena sutradara akan marah.
“Apa yang
kalian lakukan? Cepat!” teriak Sutradara. Joon Ki pikir tidak akan lama.
“Sutradara
sedang marah. Apa Kau tidak lihat? Ayolah. Cepat!” ucap Ass Sutrdara. Joon Ki
pikir bisa izin hanya sebentar, semua temanya akhirnya pergi mendekati
sutradara.
Woo Sik
dengan bangga mengaku Belum lama ini, BTS bahkan menghubungi untuk memintany tampil
di salah satu lagu mereka. Soo Yeon seperti malas sambil menguap. Woo Sik pikr
Soo Yeon tahu BTS itu, The Bangtan Boys mengaku Dahulu biasa tampil dengan
mereka.
“Apa Aku
sudah cerita soal tur nasional?” ucap Woo Sik.
Soo Yeon pikir Woo Sik sudah cerita semuanya.
“Intinya,
bekerja tanpa henti seperti itu mulai membuatku lelah. Jadi, aku rehat sebentar
untuk memulihkan diri.” Akui Woo Sik
“Tapi kau
seorang penyanyi... Kenapa kau membuka hostel ini?” tanya Soo Yeon. Woo Sik
gugup.
“Sebenarnya...
Orang-orang dari berbagai negara suka mengunjungi hostel. Aku membeli hostel
ini karena ingin berkomunikasi dengan mereka dan mengembangkan pola pikir
global.” Ucap Woo Sik. Soo Yeon menganguk mengerti.
“Kau
sangat sukses sekarang.”puji Soo Yeon. Woo Sik malu-malu tak ingin dipuji lalu
bertanya tentang Soo Yeon sekarang.
“Aku
baik-baik saja. Walau aku berakhir di sini sekarang.” Ucap Soo yeon. Woo Sik
ingin tahu seperti apa tunangan Soo Yeon iitu
“Min Seok?
Dia orang yang luar biasa. Dia sangat baik kepadaku. Dia benar-benar
memedulikanku.” Ucap Soo Yeon
“Aku
turut bahagia untukmu.”kata Woo Sik seperti menahan rasa sedihnya.
“Bagaimana
denganmu? Apa Kau punya pacar?” ucap Soo Yeon. Woo Sk mengaku punya dan ingin
Soo Yeon menebaknya.
“Musik...
Aku menikah dengan musik.” Kata Woo Sik dengan bangga.
Saat itu
terdengar suara bibi Kim. Woo Sik panik melihat Bibi Kim datang sepagi ini. Bibi Kim mengaku datang karena
merindukan Woo Sik dengan tatapan mengoda dan melihat Soo Yeon dalam rumah
bertanya siapa wanita itu.
“Dia
temanku. Kami satu SMA.” Ucap Woo Sik. Bibi Kim heran melihat Soo Yeon yang
memakai dress
“Dia
sedang ada sedikit masalah.” Ucap Woo Sik, Soo Yeon pun bertanya siapa bibi Kim
itu.
“Halo... Aku
pacar Woo Shik, Kim Jeong Sook. Kami mulai pacaran tiga hari lalu.” Ucap Bibi
Kim. Soo Yeon kaget tapi akhirnya bisa mengerti.
“Woo
Shik, kau belum sarapan, kan? Aku membeli bahan-bahan untuk samgyetang. Akan
kubuatkan itu untukmu.” Ucap Bibi Kim
“Tidak
usah... Aku tidak lapar. Aku tidak lapar sama sekali.” kata Woo Sik
“Astaga.
Kau bisa memakannya nanti... Kau bodoh sekali. Jadi Beri aku beberapa menit.”
Ucap Bibi Kim. Woo Sik pikir tak perlu dan melihat bibi Kim masuk dapur.
“Woo
Shik, kalian berpacaran? Apa yang terjadi?Apa Dia sungguh pacarmu?” bisik Soo
Yeon binggung. Woo Sik seperti serba salah.
“Kau
bilang kau lajang dan menikahi musik.” Ucap Soo Yeon heran. Woo Sik
membenarkan.
“Astaga,
dia mulai lagi... Sejujurnya, pemilik hostelku agak sakit.. Itu sebabnya dia
mengira aku pacarnya. Rupanya, aku mirip seperti mantan pacarnya atau
semacamnya.” Jelas Woo Sik. Soo Yeon menganguk mengerti.
“Tunggu,
pemilik hostel? Hostel ini bukan milikmu?” kata Soo Yeon. Woo Sik kembali
berpikir.
“Dia
pemilik sebelumnya... Dia masih mengira dialah pemiliknya. Karena itulah dia
terus datang. Jadi Ikuti saja, ya? Demi wanita malang itu.” Kata Woo Sik. Soo
Yeon menganguk mengerti.
Woo Sik
mengingingatkan kalau harus menelepon ayahnya. Soo Yeon teringat dan bergegas
pergi ke receptionist karena harus meneleponnya lagi.. Woo Sik merasa keadaanya
sekarang makin gila
Woo Sik
pergi ke dapur merasa Biibi Kimtidak perlu repot membeli semua ini dan mengajak
makan yang biasa aja. Bibi Kim menolak karena ingin memasak untuknya. Woo Sik
pikir ini merepotkan jadi mengajak untuk makan diluar saja.
“Woo
Shik, apa kau mengabaikan kebaikanku?” ucap Bibi Kim. Woo Sik mengelengkan
kepala dan harus memakannya.
“Kenapa
tidak bilang dari tadi? Ya ampun, aku sangat pelupa... Aku lupa membeli daun
bawang... Apa Kau punya daun bawang?” ucap Bibi Kim. Woo Sik mengatakan tak
punya.
“Kalau
begitu, bisakah kau keluar dan membeli daun bawang untukku? Aku tidak bisa
membuat samgyetang tanpa daun bawang. Cepatlah.” Kata Bibi Kim. Woo Sik tak
bisa menolaknya.
Nyonya
Kim berbicara dengan anaknya di telp mengunakan handsfree mengaku sedang di
tempat Woo Shik. Ternyata anaknya sakit dan Bibi Kim bertanya Bagian mana yang
paling sakit. Anaknya menyebut kalau itu di kaki.
“Kau
sudah besar. Jangan cengeng... Apa Kau ingin dipijat? Bagaimana dengan
akupunktur? Bersabarlah... Setelah akupunktur dan mandi air panas, maka kau
akan merasa lebih baik...Istirahat yang benar.” Ucap Nyonya Kim sambil
memasukan kentang.
Soo Yeon
melihat Bibi Kim merasa kasihan karena tak waras jadi berbicara sendiri.
Joon Ki
sudah memakai costumnya merasa perlu buang air kecil. Sutradara pun bertanya
dimana Min karean mereka sudah siap. Orang lain mengatakan Min sedang
menelepon. Sutrdara kesal kareana mereka sedang terburu-buru.
“Aku
minta maaf... Pemeran utama belum datang.” Ucap Ass Sutradara.
“Mungkin
sebaiknya aku bilang aku harus ke toilet.” Gumam Joon Ki dan mengangkat tangan.
Tapi teman yang ada disebelahnya lebih dulu mengangkat tangan meminta izin
untuk ke toilet.
“Toilet?
Dia gila, ya? Syuting akan segera dimulai. Apa Kau berharap seluruh kru
menunggumu buang air kecil? Asisten sutradara, seret dia keluar. Aku tidak bisa
bekerja dengan manusia egois seperti itu.” Ucap Sutradara.
Joon Ki ketakutan, Sutradara melihat Joon Ki
mengangkat tangan bertanya apa yang ingin dikatakan. Joon Ki pun berdalih kalau hanya ingin
memberikan semangat dan terus menahan ingin ke toilet.
Sutradara
mengeluh kalau aktor tidak profesional. Min datang meminta maaf terlambat,
karena Anjingnya sedang sakit jadi harus bicara dengannya di telepon. Sutradara
mengaku tak masalah karena menurutnya Syuting ini tidak penting dibandingkan
kesehatan anjingnya.
Joon Ki
melotot kaget padahal tadi hanya ingin ke toilet aja terkena omelan. Min pun mengucapkan terimakasih atas
pengertianya. Sutradara dengan gemas mengaku Suatu kehormatan baginya bisa
bekerja dengan bintang papan atas sepert Min.
“Pokoknya,
mari kita buat adegan ini benar-benar hebat.” Ucap Sutradara memukul Min dengan
gemas.
“Apa yang
kau lakukan?” ucap Min heran. Sutradara hanya mengaku Ini caranya mengungkapkan
rasa sayang. Min mengaku tidak suka.
Sementara
Joon Ki mencoba menahan buang air kecil dan menyakinkan diri kalau bisa
melakukanya. Sutradara pun mulai syuting. Joon Ki mengingat dialognya seperti
preman memastikan Min itu adalah Bi Dam dan mengatakan kalau Tuannya menginginkan...
“Sutradara!”
teriak Min. Joon Ki panik karena ingin segera selesai. Sutradara bertanya apa
apa dengan Min.
“Menurutku
adegan ini agak membosankan... Daripada dia hanya mengatakan dialog itu... Bagaimana
jika dia mengambil cangkirku dan meminum makgeolli-ku?” kata Min.
Sutradara
pikir itu ide bagus, Joon Ki panik karena menahan ke toilet tapi malah disuruh
minum. Sutradara pun memuji Min memang
bintang papan atas dan kembali memukul gemas. Min mengeluh kalau tak suka.
“Seperti
kata Min, kau minum makgeolli miliknya sebelum mengatakan dialogmu, paham?”
ucap sutradara
“Tunggu
Sebentar... Apa Anda ingin aku minum ini?” ucap Joon Ki. Sutradara pikir Joon
Ki tak ingin melakukanya. Joon Ki
mengaku mau.
Take pun
dimulai dengan Joon Ki mulai minum, tapi Min melakukan kesalahan dialog. Joon
Ki mencoba minum lagi, dan Min mengeluh kaalu ada Debu jadi tak bisa
akting. Joon Ki meminum kembali take
keempat. Min mengeluh kalau Ada serangga.
“Pengambilan
gambar kelima.” Kata Ass Sutradara. Joon Ki mengeluh kalau sangat kenyang dan
mencoba terus melakukan dialog.
Akhirnya
Joon Ki berhasil mengatakan kalau ingin mengambil kepala Min dan menyilangkan
kaki untuk menahan buang air kecilnya. Sutrdara berteriak Cut karena Joon Ki
yang menyilangkan kaki seperti ingin merayunya atau pelayan wanita.
“Kau itu
pembunuh... Pembunuh macam apa yang kakinya seksi begitu?” ucap sutrdara marah.
Joon Ki hanya bisa meminta maaf.
“Kembali
ke adegan meminum makgeolli... Isi botolnya!” teriak Sutrdara. Joon Ki berusaha
terus menahan buang air kecilnya.
Nyonya
Kim memberikan samgyetang untuk Woo Sik dan menyuruhnya makan yang banyak, Woo
Sik dengan gugup mengucapkan Terima kasih. Soo Yeon masuk ruang makan, Nyonya
Kim mengaku baru akan memanggil dan mengajak untuk makan bersama.
Joon Ki
memberikan kode agar Soo Yeon menolaknya dan mengaku kalau Soo Yeon tidak mau
makan. Soo Yeon pikir tak masalah karena Bibi Kim sudah repot-repot membuat
semua makanan ini jadi harus makan. Bibi Kim pun mengucapkan Terima kasih.
“Kau
sepertinya menyukainya... Pelan-pelan.” Kata Bibi Kim. Soo Yeon mengaku Rasanya sangat enak.
“Astaga,
ini membuatku gila.” Keluh Joon Ki dalam hati. Soo Yeon tiba-tiba melihat
sesuatu di wajah Bibi Kim dan menghampusnya.
“Ada
sesuatu di wajahmu... Tunggu. Biar aku bersihkan.” Kata Soo Yeon ramah. Bibi
Kim pun terlihat nyaman.
“Jika
kesulitan, haruskah aku menyuapimu?”
kata Soo Yeon. Bibi Kim bingung tapi menurutnya tak perlu.
“Atau
haruskah aku membuang tulang ayamnya?” kata Soo Yeon ingin membantu. Bibi Kim
pikir bisa sendiri.
“Tapi aku
melihat sesuatu di TV. Kau harus berusaha melakukan sesuatu sendiri walaupun
itu sulit. Kalau begitu... Terima kasih atas makanannya... Aku prihatin dengan
kondisinya.” Kata Soo Yeon lalu bergegas pergi.
“Kondisiku?
Apa maksudnya? Dia mengelap wajahku dan ingin menyuapiku. Ada apa dengannya?”
ucap Bibi Kim binggung.
“Itu...
Sebenarnya... Astaga. Dia mulai lagi. Dia punya sedikit masalah di kepalanya.”
Kata Woo Sik. Bibi Kim kasihan ingin tahu apa yang terjadi.
“Pernikahannya
dibatalkan dan dia syok.” Kata Joon Ki menyakinkan. Bibi Kim menganguk mengerti
Sutradara
melihat waktu mereka sedikit lagi jadi akan menyelesaikan sekaligus, Joon Ki
berusaha sekuat tenaga menahan buang air kecil dengan mengampitkan kakinya.
Sutradara berteriak mengeluh Joon Ki yang lari seperti itu
“Apa Kau
pikir ini lomba jalan? Kau harus terlihat tegar... Serang dia dengan
tegas.”ucap sutradara. Joon Ki pun meminta maaf
Pertarungan
dimulai, Joon Ki terkena pukulan dibagian perut bawahnya dan meminta berhenti.
Sutradara heran karena Min yang tidak memukulnya, dan mengeluh akan menganti
saja. Joon Ki kembali meminta maaf dan mensugesti dirinya kalau harus
menahannya.
“Aku
sudah melalui banyak hal untuk mendapatkan peran ini.” Ucap Joon Ki menyakinkan
diri untuk bisa akting.
Woo Sik
mengajak bibi Kim keluar minum kopi. Bibi Kim menolak karena bahkan menggiling biji kopi untuk Woo
Shik dan merasa Aromanya sangat enak, Woo
Sik terlihat makin gugup. Jung Eun pulang. Bibi Kim menawarkan Jung Eun kopi.
Jung Eun menolaknya.
“Ayo,
minum kopi bersama kami... Aku kasihan kepadanya.” Ucap Bibi Kim melihat Soo
Yeon sedang memainkan kabel telp. Jung Eun bertanya kenapa memangnya.
“Wanita
di sana.. Kudengar kepalanya bermasalah.” Kata Bibi Kim. Jung Eun binggung
apakah yang dimaksud itu Soo Yeon.
“Apa Kau
tidak tahu?.. Kudengar dia sakit mental... Itu yang dikatakan Woo Shik.” Ucap
Bibi Kim. Jung Eun menatap Woo Sik.
“Apa? Itu...
Bagaimana dengan bantuan yang kuminta Bagaimana kamu bisa melupakan itu? Kita
harus bicara.” Kata Woo Sik. Jung Eun binggung.
Bii Kim tak percaya kaalu Woo Sik itu sangat jantan.
Jung Eun
kaget karena Soo Yeon mengira Bibi Kim gila dan sebaliknya. Woo Sik membenarkan. Jung Eun mengeluh Joon
Ki yang berbohong sebagai Penyanyi terkenal dan Menikah dengan musik.
“Jung
Eun. Itulah arti cinta pertama bagi seorang pria. Aku selalu ingin menunjukkan
sisi kerenku kepadanya dan meninggalkan kenangan indah.” Ucap Woo Sik mengikuti
gaya Joon Ki
“Diam... Kalian
menjadi gila karena cinta pertama kalian.” Keluh Jun Eun.
“Pokoknya,
pura-puralah tidak tahu... Gawat kalau mereka tahu. oke?” ucap Woo Sik.
Di tempat
latihan
Ki Bong
akan melakukan Sepuluh lemparan lagi Lalu
akhiri latihan hari ini. Salah satu pemain datang, Pelatih menyapa pemula
favoritnya datang padahal Latihannya sudah selesai. Si peman mengaku akan pergi
mandi, tapi airnya tidak keluar.
“Kurasa
kepala pancurannya rusak. Apa yang harus kulakukan?” ucap Si pemain. Pelatih
pikir tak bisa dibiarkan begitu saja.
“Ki Bong,
cepat perbaiki.” Ucap Pelatih. Ki Bong mengeluh kenapa harus dirinya dan
menyuruh untuk mandi dipancuran yang lain.
“Setelah
latihan, aku harus selalu mandi di bilik ketiga di sebelah kanan. Itu
rutinitasku... Jika tidak, itu mengganggu dan memengaruhi penampilanku.” Kata
Si pemain
“Kenapa
diam saja? Ayo Cepat perbaiki.” Kata pelatih. Ki Bong pikir belum selesai latihan.
“Itu
tidak penting... Dia akan direkrut ke liga utama. Jika dia sakit dan gagal
ditarik, Apa kau mau tanggung jawab?” kata pelatih. Ki Bong pun tak bisa menolak.
Ki Bong
masuk ke kamar mandi mengeluh dengan pelatih yang menyuruh memperbaiki ini menurutnya Tidak ada
tempat untuk pemain yang tidak kompeten seperti dirinya. Ia pun mencoba mencari
tahu alasan airnya tidak keluar/
“Tunggu.
Sepertinya ada yang tersumbat... Astaga, keras sekali.” kata Ki Bong mencoba
menusuk-nusuk.
Joon Ki
terus berusaha agar bisa menahannya. Sutrdara memberitahu kalau Yang terpenting
di adegan ini adalah matanya jadi harus menatap lawan main dengan mata pembunuh
Seperti orang gila. Syuting kembali dimulai.
“Tinggal
satu adegan lagi... Akan kulakukan dengan sekali percobaan.” Gumam Joon Ki.
Adegan
dimulai, Joon Ki dan Min adu pedang tapi kembali diulang karena Min kehilangan
sepatunya. Sutradara melihat mereka akan kehabisan waktu sambil membantu
memasang sepatu meminta Min agar fokus.
“Kang
Min, fokus pada aktingmu! Apa Kau ingin syuting seharian? Kita tidak punya
waktu! Tolong bantu aku.” Teriak Joon Ki tak bisa menahan amarahnya lagi.
“Hei, kau
kenapa? Apa Kau marah?” kata sutradara heran. Joon Ki malah menyuruh diam dan
segera mulai syutingnya!
“Hei, kau
kenapa? Apa Kau terbawa dalam peranmu? Itu
mata yang aku mau!” ucap Sutradara
“Diam! Kau
menggangguku saat aku berusaha berkonsentrasi.” Kata Joon Ki marah. Sutradara
bergegas karena takut Joon Ki hilang
fokus.
Mereka
mulai syuting lagi, Joon Ki akhirnya kalah sambi berkata “Kutunggu kamu di
kehidupan lain, Bi Dam.” Lalu terjatuh dengan kaki yang diapit untuk menahan
buang air kecil. Sutradara pun memuji akting Joon Ki yang bagus.
“Aku
terkesan... Dia memiliki bakat akting.” Ucap Sutradara. Joon Ki memastikan kalau
mereka sudah selesai dengan masih terbaring.
“Hei, ini
dingin. Kau harus bangun... Ayo bantu dia. Kenapa diam saja?” kata Sutradara
“Kau
hebat, Itu akting yang luar biasa.” Kata Min, tapi Joon Ki yang sedang menahan
mengelak untuk disentuh.
“Aku harus
pergi. Aku harus pergi sekarang...” kata Joon Ki, tapi sutradra malah menahanya
memuji Joon Ki sudah Kerja bagus hari ini.
“Aku
ingin bekerja sama denganmu di filmku berikutnya. Bagaimana?” kata sutrdara.
Joon Ki menganguk setuju.
“Mari
kita bicarakan itu nanti.” kata Joon Ki ingin segera pergi. Sutradara malah
menahanya berpikir sedang jual mahal.
“Tidak, aku sedang
buru-buru.” Kata Joon Ki berusaha terus menahan
Ki Bong
masih mencoba memperbaiki shower sambil menusuk-nusuk ingin tahu Apa yang
tersumbat dan Tidak mau keluar. Sementara Joon Ki yang ingin pergi ke toilet
kembali ditahan, Sutradara mengaku
sangat suka aktingnya hari ini.
“Itu
Keluar... Keluar setetes.” Kata Ki Bong dengan senang hati, sementara Joon Ki
yang dipukul-pukul gemas oleh sutradara mulai merasakan sesuatu.
“Itu
keluar lagi. Bagus... Sekali lagi. Ayolah.... Berhasil! Itu keluar!” kata Ki
Bong bangga. Joon Ki pun seperti merasa lega karena bisa buang air kecil dan
mengalir sangat deras.
“Hei,
wajahmu kenapa? Ada masalah? Cairan apa itu? Apa kamu buang air kecil di
celana? Dasar Jorok.” Ucap Sutradara. Joon Ki malu langsung berlari keluar dari
set.
Bibi Kim
sedang merajut melihat warna biru cocok untuk Woo Sik. Woo Sik dengan gugup
menganguk setuju lalu berpikir kalau Bibi Kim pulang karena udah malam. Bibi
Kim merasa tidak sadar sudah malam daan lupa waktu setiap kali bersama Woo Sik.
“Anda
harus bangun sekarang.” Ucap Woo Sik. Bibi Kim mengaku tidak ingin berpisah.
“Haruskah
aku menginap malam ini?” goda Bibi Kim. Woo Sik panik meminta agar jangan
berkata seperti itu.
“Anak
Anda pasti menunggu.” Kata Woo Sik. Bibi Kim mengaku hanya bercanda dan
berpikir kalau Woo Sik akan mengantarnya pulang. Woo Sik binggung tapi akhirnya
menganguk setuju.
“Aku akan
mengambil jaketku.” Ucap Woo Sik bergegas pergi ke kamar. Bibi Kim melihat Woo
Sik itu sangat manis.
***
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar