PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Selasa, 12 Maret 2019

Sinopsis The Light In Your Eyes Episode 9 Part 1

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
“Ini berita selanjutnya. Semalam sekitar pukul 5.00 pagi,  di dekat muara Sungai Yongcheon, mayat yang diduga wanita  berusia 70 tahun ditemukan oleh penduduk setempat. Polisi telah memulai penyelidikan. Berdasarkan identitas yang dibawa korban, korban merupakan wanita bernama Choi dari Jagok-dong, namun penyebab kematian belum dapat dipastikan.”
Berita di TV tersiar dan berita online pun menyebar denga judul  "Mayat Wanita Berusia 70 Tahun Ditemukan di Sungai Yongcheon" lalu berita lainya "Penyanyi A dan Aktor B Akui Hubungan Khusus!"
“Polisi menyatakan korban tidak tinggal di dekat Sungai Yongcheon lokasi tubuhnya ditemukan, dan tidak ada barang milik korban yang dicuri...”
TV disalon Nyonya Lee menyata tapi tak ada yang mendengar karean salah satu menenek membahas  ternyata anak kedua keluarga itu lahir di luar nikah. Nyonya Lee pun berkomentar kalau itu sudah menduga karena  Anak itu tidak mirip ibunya dan sungguh mengejutkan bahkan tidak mirip ayahnya juga.


Hye Ja sedang berjalan sendirian keluar rumah lalu berbicara sendiri
“Siapa aku, Apa aku Kim Yu Shin, yang memotong leher kudanya? Aku terus saja kembali ke rumah ini. Setidaknya Kim Yu Shin memotong leher kudanya. Lantas aku? Haruskah aku memotong pergelangan kakiku atau sesuatu?” ucap Hye Ja seperti penasaran lalu mengintip dari depan rumah Joon Ha.
“Apa Dia tidak di rumah? Apa Dia sudah pergi?” kata Hye Ja penasaran da berpikir Joon Ha benar-benar pergi.
“Teganya dia pergi begitu saja dan membersihkan rumahnya dengan rapi seperti mau pindah. Andai aku tahu, seharusnya aku bertanya ke mana dia pergi.” ucap Hye Ja menyesal 


Nyonya Lee masih ada di salon bertanya pada anaknya yang  baru pulang apakah bertemu dengannya. Hye Ja mengaku tidak merasa Joon Ha pergi ke suatu tempat yang bagus. Nyonya Lee bertanya kemana apakah nenek itu pergi berwisata.
“Nenek? Siapa maksud Ibu?” tanya Hye Ja binggung karena sebelumnya baru membahas Joon Ha
“Kau tahu, terakhir kali kau pergi menemui Hyun Joo dan Sang Eun, wanita cantik yang datang ke sini. Apa Kau tak menemuinya?” tanya Nyonya Lee
“Wanita cantik? Apa Bu Chanel datang? Waktu itu? Kenapa?” tanya Hye Ja kaget. Nyonya Lee mengaku tak tahu.
“Dia sepertinya mencarimu, jadi, ibu menyuruhnya masuk dan menunggu. Tapi dia bilang mau pergi.” ucap Nyonya Lee. Hye Ja tak percaya kalau Nenek Choi datang menemuinya. 

Hye Ja pergi ke hostel mengetuk pintu kamar Nyonya Choi mengaku sebagai Hee Seon tapi tak ada sahutan berpikir sedang pergi ke suatu tempat. Saat itu pintu terbuka dan yang keluar ada  seorang pria. Hye Ja kaget bertanya siapa pria itu.
“Dia membayar sewa kamarnya dan keluar beberapa hari yang lalu.” Ucap Pemilik Hostel
“Apa Dia bilang mau pergi ke mana?” tanya Hye Ja. Pemilik mengaku  bertanya padanya tapi Nenek Choi hanya tersenyum.
“Dia pasti datang untuk memberitahuku sesuatu. Ini waktu yang salah. Semoga tidak ada hal buruk. Tapi kenapa aku merasa cemas?” ucap Hye Ja berjalan keluar dari hostel dengan tatapan kebingungan. 

Hee Won hanya menatap ponsel yang terus berdering, terlihat nama  "Jangan Dijawab" akhirnya ia menyuruh Tuan Park untuk mengaduk jajangmyun yang ingin dimakan dan mengangkat telp.  Ia dengan santai mencoba menanyakan kabar dan membahas tentang Investasi.
“Aku berusaha keras untuk mengganti uang Anda, tapi aku agak terhambat mengumpulkan uangnya. Memang Aku mau kabur ke mana? Kalaupun aku kabur, Anda pasti menemukanku. Aku tahu Anda masih punya berbagai koneksi di negara ini.” Ucap Hee Won.
“Apa ? Tumben Anda menanyakan kesehatanku sekarang. Ginjalku? Belakangan, aku sering ke kamar mandi... Urineku berbusa dan berbau. Penglihatanku juga buruk. Aku tidak tahu apakah itu hantu. Aku terus melihat hal-hal aneh.” Kata Hee Won berbohong
“Leverku? Anda tahu aku dari pedesaan. Seperti Anda tahu, hati berlemak cukup umum di daerah seperti itu. Aku akan menyiapkan uang Anda dalam beberapa hari dan membawakan wiski berusia 30 tahun favorit Anda dan menemui Anda... Tentu saja aku akan menemuimu, Anda tidak perlu repot ke sini...Selamat siang, Pak.” Ucap Hee Won lalu menutup telpnya.  
Hee Won langsung mengumpat marah, tak pecaya kalau pria itu tertarik dengan organ dalamnya. Tuan Park memberitahu kalau pria itu tidak menutup telepon. Hee Won panik langsung mengangkat telpnya, tapi Tuan Park tak bisa menahan tawa mengaku hanya bercanda.
“Apa Kau pikir itu lucu? Apa kau Puas?” ucap Hee Won marah. Tuan Park tertunduk ketakutan mengaku tidak.
“Apa Dia ingin uangnya kembali? Berapa? 200.000 dolar?” tanya Tuan Park
“Sekarang 300.000, termasuk bunga. Walaupun putus asa, seharusnya aku tidak menemui penjahat itu. Jadi Singkirkan ini, Nafsu makanku hilang.” Ucap Hee Won
“Tetap saja, kau harus...”ucap Tuan Park menahan Hee Won agar kembali makan. Tapi Tuan Park menyuruh agar berhenti makan. Tuan Park meminta agar Setidaknya makanlah sekali.
“Jika kmu terus makan teratur dan memiliki organ yang sehat. Apa kau pikir organmu akan aman?” keluh Hee Won
“Jangan lupa polis asuransi. Itu satu-satunya cara kita dapat menghasilkan uang.” Kata Tuan Park. Hee Won tak peduli menyuruh menyingkirkan makanannya. 

Tiba-tiba pintu ruangan diketuk, Hee Won panik, Tuan Park pun tak percaya kalau pria itu sudah ada di sini. Hee Won menyuruh Tuan park agar membuka pintunya. Tuan Park menolak karena Hee Won yang  meminjam uang.
“Sebelum aku mati, aku akan memberi tahu dia alamatmu dan nomor jaminan sosialmu, jadi, jangan menyesal nanti.” kata Hee Won mengancam lalu membuka pintu dan bernafas lega tenyata Hye Ja yang datang.
“Beri tahu aku nomor telepon Bu Chanel.” Kata Hye Ja. Hee Won mengeluh Hye Ja tiba-tiba kemari menanyakan itu dan mengaku tidak tahu.
“Saat mendaftar di sini, dia pasti menuliskan informasi pribadinya. Beri tahu aku informasi pribadinya. Apa perlu aku mencarinya?” kata Hye Ja.
“Tidak, tidak perlu... Wanita itu tidak punya informasi pribadi.” Kata Hee Won

“Jadi, setiap kali dia tidak ke sini, maka kau juga tidak bisa menghubunginya. Lalu bagaimana dengan nomor Joon Ha? Kau harus menghubunginya dari sini.” Kata Hye Ja
“Anda pikir ini tempat apa? Telepon umum? Anda terus menggangguku hari ini.” Keluh Hee Won. Hye Ja menyuruh agar cepat melakukanya.
“Aku akan mencoba menghubunginya sekali... Anda lihat, dia meninggalkan kami dan malah pergi bersenang-senang. Aku telepon pun, dia tidak akan...” kata Hee Won mencoba menelp tapi telp Joon Ha tak aktif.
“Omong-omong, Anda punya asuransi?” tanya Hee Won. Hye Ja bingung tiba-tiba ditanya Asuransi.
“Setiap orang tua yang datang ke sini sudah mendaftar asuransi.” Kata Hee Won seperti mencari manfaat. 


Joon Ha sudah sampai di keberangkatan "Penerbangan Internasional” dan siap untuk check in sendiri. Tiba-tiba dua pria datang memastikan kalau ia adalah Lee Joon Ha memperlihatkan ID Cardnya sebagai Polisi. Joon Ha melongo binggung.

Joon Ha dibawa ke kantor polisi kaget mengetahui Nenek Choi meninggal. Polisi mendengar Joon Ha  bertemu dengannya saat bekerja di ruang pameran dan tahu kalau Itu tempat suplemen palsu dijual kepada orang tua, Joon Ha dengan gugup membenarkan. 
Flash Back
Joon Ha pertama kali berkerja melihat seorang pria berdiri diatas panggung menghibur para orang tua denga nyanyia trot. Wajah Joon Ha seperti terpaksa melakukan perkerjaan yang tak baik lalu melihat seorang kakek mengendong anjingnya.
“Anjing Anda lucu sekali.” puji Joon Ha berusaha ramah, tapi si kakek malah marah.
“Beraninya kau memanggilnya anjing! Dia adalah putriku! Dasar Tidak sopan.” Teriak si kakek. Joon Ha pun meminta maaf dengan tatapan binggung. Si kakek pun mengajak pergi anjing yang sudah dianggap seperti anak. 


Joon Ha duduk di luar gedung, tiba-tiba Nenek Choi yang duduk disebelahnya mengaku sungguh tidak suka tempat ini. Joon Ha menatapnya lalu  mengaku juga tidak suka tapi Teman dekatnya mengelola tempat ini dan setuju untuk bekerja  karena Hee Won banyak membantunya walaupun merasa tidak yakin.
“Apa pun alasannya, aku tidak bisa berhenti memikirkan bahwa kami memoroti para orang tua.” Cerita Joon Ha 
“Tentu kau akan merasa seperti itu. Kau masih muda. Apa kau tidak ada kegiatan yang lebih baik?” ucap Nenek Choi
“Benarkan? Aku masih muda, aku seharusnya mencari kegiatan yang lebih baik. Apa yang harus aku lakukan?” ucap Joon Ha
“Penampilan dan suaramu bagus. Apa yang kau khawatirkan? Kau belum tua seperti kami di sini, yang tidak bisa melakukan apa pun karena usia kami.” Cerita Nenek Choi
“Aku merasa seperti aku bangun suatu pagi dan menjadi pria berusia 100 tahun. Aku tidak tahu harus apa. Aku bahkan tidak tahu bisa apa.” Cerita Joon Ha.
Nenek Choi memberikan botol pil. Joon Ha pkir itu obat  untuk depresi. Nenek Choi mengaku bukan tapi Joon Ha bisa mati dengan pil itu lalu menceritakan mulai depresi saat anaknya pindah ke AS setelah suaminya meninggal.
“Aku mengumpulkan pil-pil itu untuk menghabisi nyawaku sendiri, tapi kudengar aku harus minum semuanya supaya mati. Aku tidak yakin bisa meminum semuanya. Aku tidak yakin bisa meminum semua pil itu, apalagi mati. Itu sebabnya aku hanya membawanya. Untuk mengingatkan diriku betapa pengecutnya aku. Apa Kau membutuhkannya? Apa mau kupinjamkan beberapa hari?” kata Nenek Choi. 


Joon Ha dengan wajah shock bertanya kapan. Polisi menjelaskan sdang melaukan Autopsi saat hasilnya keluar, mereka akan tahu waktu dan tanggalnya Tapi kami yakin itu malam setelah nenek Choi membawanya ke bandara.
“Kami tidak menemukan apa pun pada mayatnya setelah itu. Dia menemanimu ke bandara, kan?” ucap Polisi. Joon Ha membenarkan.
“Saat aku memberitahunya bahwa aku akan melakukan perjalanan, dia bilang ingin menemaniku ke bandara karena aku selalu mengantar dan menjemputnya.” Cerita Joon Ha
“Lalu, kalian berpisah di pintu keberangkatan, kan?” tanya Polisi. Joon Ha membenarkan.
Flash Back
Nenek Choi mengantar Joon Ha memberikan kotak P3K meminta agar  Jangan sakit. Joon Ha pun menerima kotak P3K dari Nenek Choi dengan senyuman. Nenek Choi pun melambaikan tangan pada Joon Ha. 

“Dia membelikanku P3K dan memintaku agar tidak sakit. Lalu dia melambai ke arahku. Itu terakhir kali aku melihatnya.” Ucap Joon Ha mengingat lambaikan tangan Nenek Choi
“Kenapa kamu tidak pergi hari itu?” tanya Polisi. Joon Ha mengaku   tidak bisa pergi karena penerbangannya dibatalkan.
“Aku diminta menunggu beberapa hari untuk penerbangan selanjutnya.” Jelas Joon Ha.
“Boleh tahu ke mana kau berencana pergi? Kau tidak harus memberitahuku jika itu pribadi.” Kata Polisi. Joon Ha terlihat hanya diam saja.
Polisi menerima kabar lain dan meminta Joon Ha untuk menunggu karena  perlu mewawancarai saksi lain dan bisa memesankan makanan jika Joon Ha lapar. Joon Ha yang masih shock menolaknya.
“Anda putra Bu Choi, bukan? Aku turut berduka cita.” Ucap Polisi. Joon Ha yang melihatnya menatap tak percaya kalau anak Nyonya Choi datang saat sudah meninggal.
“Mari ke sana. Kami ingin ajukan beberapa pertanyaan.” Kata Polisi. Joon ha terus menatap si anak yang selama ini cari oleh Nyonya Choi. 

Flash Back
Joon Ha membungkuk memberikan hormat dan Nyonya Choi melambaikan tangan seperti salam perpisahan untuk anaknya sendiri. Joon Ha terdiam mengingat semua kenangan terakhir, Nyonya Choi terus melambikan tangan seperti sedang mengucapkan tinggal untuk selamanya. 

Hee Won dan Tuan Park membersihkan gudang dengan barang-barang suplemen. Tuan Park tak sengaja menjatuhkan barang, Hee Won langsung memarahinya karena Tuan Park akan merusak semuany dan harus menjualnya ke tempat lain.
“Ini hampir kedaluwarsa. Bagaimana ini?” ucap Tuan Park. Hee Won mengeluh karena sudah pasti akan membuang.
“Tunggu! Berikan aku satu... Ini Sayang sekali. Aku harus minum ini.” Kata Tuan Park meminum satu
“Hei, itu akan memperkuat ginjalmu.” Kata Tuan Park. Hee Won akhirnya menyuruh membuangnya saja.
“Apa aku terlihat mencurigakan?” tanya Tuan Park memastikan. Hee Won mengejek Tuan Park memang memiliki wajah mencurigakan. Tuan Park mengeluh kesal
“Kau harus Pelan-pelan. Kita harus menjualnya.” Kata Hee Won lalu keluar ruangan. Tuan Park mengeluh kesal karena polisi tiba-tiba datang. 

Dua detektif menemui Hee Won diruangan lain. Hee Won mengaku Nyonya Choi bahkan tidak memberi kami informasi kontaknya jadi bingung harus melakukan apa lagi untuk merawatnya.
“Tapi bagaimana mungkin dia... Astaga, aku masih tidak percaya.” Kata Hee Won menahan tangis tak percaya. Polisi pikir keterangan Tuan Park sudah cukup.
“Omong-omong...Apa yang kau jual?” tanya Polisi. Hee Won terlihat gugup mengaku tidak banyak.
“Kami menjual suplemen makanan yang bagus untuk manula. Semua disetujui oleh BPOM.” Kata Hee Won gugup.
“Kami bukan ingin mendesakmu, jadi, santai saja. Terima kasih atas kerja samamu” ucap Polisi.
“Baiklah. Terima kasih... Omong-omong, apakah kematiannya karena kecelakaan?” tanya Hee Won
“Harus diselidiki lebih jauh, tapi saat ini tampaknya begitu.” Jelas Polisi. Hee Won menganguk mengerti dan akhirnya pamit pergi.
“Baik. Sampai jumpa... Aku akan terus menjadi warga negara yang taat hukum.” Kata Hee Won menyakinkan. 


Tuan Park masuk ruangan ingin tahu apa penyebab kematiannya. Hee Won menjelaskan kalau itu kecelakaan dan polisi yang memikirkan hal itu lalu bertanya Berapa polis asuransi untuk kematian akibat kecelakaan. Tuan Park menyebut 100.000 dolar.
“Kalau begitu... Kita aman sekarang.” Ucap Hee Won bisa bernafas lega dan Tuan Park pun juga terlihat senang. 

Hye Ja pergi ke kantor polisi, Polisi yang sebelumnya mengeluh Hye Ja itu memiliki hobi mencari orang. Hye Ja menyakinkan kalau kali ini, mungkin saja sesuatu yang penting.
“Maksudku, jika perkataan Anda benar, wanita itu mendapati bahwa putranya di Korea, bukan AS. Dia mungkin pergi menemui putranya.” Kata polisi
“Lalu kenapa dia pindah?” tanya Hye Ja. Polisi pikir  Putranya pasti merasa bersalah mengabaikan ibunya.
“Dia mungkin membiarkan ibunya tinggal bersamanya.” Kata Polisi yakin
“Apa Kau akan mengatakan itu jika ibumu menghilang?” sindir Hye Ja marah. Polisi hanya bisa menghela nafas. 

Di rumah
Hye Ja tertunduk sedih, Nyonya Lee menyakin anaknya kalau Nyonya Choi baik-baik saja. Hye Ja merasa tak yakin kalau Nyonya Choi sungguh tinggal dengan putranya bahkan tidak mendengar kabar putranya selama 2,5 tahun.
“Kau tidak bisa tahu segalanya tentang semua orang.” Komentar Tuan Kim. Hye Ja tiba-tiba menatap ke arah TV yang menyangkan berita
“Selanjutnya, kecelakaan dan insiden. Dua hari lalu, di dekat muara Sungai Yongcheon, mayat wanita berusia 79 tahun, bernama Choi, ditemukan. Korban diketahui sempat tinggal di sebuah motel di Jagok-dong. Polisi mencurigai bunuh diri karena hasil autopsi tidak ditemukan tanda-tanda mencurigakan.”
“Menurut kerabat, korban sedih karena putranya tidak bisa dihubungi setelah pindah ke AS. Penyelidikan pun dilakukan karena diduga kuat, penyebab kematiannya adalah bunuh diri akibat alasan pribadi.”
Hye Ja berjalan kearah TV seperti tak percaya kalau berita tentang Nyonya Choi dan langsung jatuh lemas. Orang Tua Hye Ja panik memanggil Young Soo agar membawa Hye Ja ke kamar. 
Hye Ja akhirnya duduk di kamar dengan tatapan kosong, seperti sangat shock kedua orang tua dan kakaknya memijat agar Hye Ja tak merasa tegang.
“Aku menata rambutnya... Dia bilang akan menemui putranya. Kami juga pergi berbelanja bersama... Bahkan  Dia mendatangiku... Dia datang untuk berbicara denganku. Seharusnya aku menghentikannya. Seharusnya aku... Seharusnya aku menghentikannya.” Ucap Hye Ja menangis tak percaya.


Hee Won mencoba menelp seperti tak bisa menghubungi Joon Ha. Tuan Park akan makan panik karena sudah menuangkan saus Tangsuyuk pdahal tidak suka sausnya di atas makanan, lalu bergegas meminta maaf memperlihatkan masih ada yang tidak kena saus.
“Wanita sial itu... Dia tidak pernah berguna... Kenapa dia harus bunuh diri? Umurnya juga sudah tidak lama lagi.” Ucap Hee Won marah
“Bunuh diri tidak diganti asuransi, kan?” kata Tuan Park. Hee Wo pikir Temanya itu sedang bercanda.
“Hei... Kenapa kau memesan banyak? Memangnya kita sedang pesta?” teriak Hee Won marah
“Kau bilang aku bisa memesan apa pun yang aku mau karena kita dapat uang asuransi.” Keluh Tuan Park lalu mengeluarkan ponselnya. 
Tuan Park menelp  Restoran Tiongkok Dongan? Mengaku Aula Pameran Hyoja dan ingin membatalkan pesanan serta belum membuka bungkusnya. Hyun Joo yang menerima telp menegaskan  Tidak ada bedanya walaupun belum dibuka jadi tidak bisa mengembalikannya.
“Anda tidak masuk akal.” Teriak Hyun Joo. Saat itu Young Soo mendengar meminta agar ia yang bicara dengan pelanggan.
“Halo, Direktur... Oh.. Anda bukan direktur? Jadi Halo, Manajer. Kami harus apa dengan Mie megar itu? Anda sedang ada masalah itu bukan urusanku. Jadi Tidak bisa dikembalikan. Pembicaraan ini selesai.” Ucap Young Soo lalu menutup telp
“Apa yang dia pikirkan? Jika ada telepon seperti itu lagi, beri tahu aku. Aku akan menghadapinya, paham?” ucap Young Soo. Hyun Joo menganguk mengerti.
Young Soo mengeluh ada pembeli aneh lalu merasa matanya perih karena memotong bawang bombay. Hyun Joo melihat ada banyak bawang bombay yang belum dipotong dan mengeluh ayahnya menyuruh Young Soo melakukan ini.
Hyun Joo menyuruh Young Soo minggir dan dengan cepat memotong bawang bombay dengan potong dan dadu dan diiri memanjang. Young Soo terdiam seperti tak percaya. Hyun Joo dengan cepat bisa menyelesaikanya dan menyuruh Young Soo segera pulang. 



Joon Ha masih menunggu di kantor polisi lalu bertanya apa yang terjadi pada polisi yang baru masuk. Polisi mengaku itu sudah bisa ditebak yaitu tentang putranya. Joon Ha kaget mengetahui tentang Putranya. Polis menjelaskan Pria yang tadi ke sini adalah putranya.
“Dia bilang korban mengunjunginya sebelum bunuh diri.” Ucap Polisi
“Aku tahu itu. Aku memberinya tumpangan.” Kata Joon Ha. Polisi pun seperti tak percaya.

Flash Back
Nyonya Choi datang ke tempat Joon Ha saat di aula terjadi pesta makan-makan yang dibawa Hyun Joo dkk. Joon Ha pun bertanya ada masalah apa. Nyonya Choi mengakuSepertinya harus mengunjungi putranya. Joon Ha mencoba menjelaskan kalau putra Nyonya Choi...
“Dia ada di Korea... Di Seoul.” Kata Nyonya Choi. Joon Ha terlihat kaget.

Polisi mengetahui cerita anak Nyonya Choi yang tak bisa  dihubungi dan sudah lebih dari dua tahun sejak pergi ke AS. Ia heran karena Nyonya Choi tidak curiga menurutnya itu sangat aneh.
“Itu... Aku menulis surat kepadanya.” Akui Joon Ha. Polisi memastikan kalau Joon Ha Berpura-pura itu dari putranya. Joon Ha membenarkan.
“Kenapa? Apa Agar dia tidak merasa sedih? Jadi, saat dia ingin mengunjungi putranya di AS, kau terpaksa berkata jujur. Pada akhirnya, dia tahu putranya tinggal di Korea tanpa mengatakan apa pun padanya dan pergi menemuinya” ucap polisi menyimpulkan cerita Joon Ha. 


Flash Back
Joon Ha bertanya apakah Nyonya Choi harus menemuinya seperti tak begitu menyetujuinya. Nyonya Choi mengaku hanya ingin memastikan anaknya baik-baik saja.. Selain itu, cucu-cucunya jadi  pasti sudah besar. Joon Ha seperti khawatir.
“Tidak perlu mencemaskan aku... Intinya, aku akan melihat anakku... Aku senang.” Ucap Nyonya Choi akan pergi.
“Kalau begitu, mari aku antar.” Kata Joon Ha tak tega melihat Nyonya Choi yang pergi sendiri. 

Akhirnya mereka berdua turun dari taksi. Joon Ha memastikan kalau apartement itu tempat tinggal anak dari Nyonya Choi dan menawarkan untuk mengantarnya masuk. Nyonya Choi menolak dengan wajah gugup berpikir  harus membeli sesuatu
“Apa Mungkin aku camilan untuk cucu-cucuku?” tanya Nyonya Choi.
“Menurutku hari ini tidak usah dan Mungkin lain kali.” Kata Joon Ha. Nyonya Choi menyetujuinya dan mengaku mungkin akan lama.
“Jangan khawatir. Aku akan menunggu.” Kata Joon Ha tetap ingin menemani Nenek Choi. 

“Dia kembali setelah sekitar 20 menit. Aku lega karena dia terlihat bahagia.” Ucap Joon Ha. Polisi bertanya apakah Nyonya Choi memang tampak bahagia.
Flash Back
Joon Ha melihat Nenek Choi kembali dengan cepat dan berpikir karena ia mengunggu. Nenek Choi mengaku tidak dan akan makan siang bersama akhir pekan ini jadi akan berbincang lebih banyak.
“Dia bilang akan makan siang dengan putranya dan istrinya akhir pekan itu.” Ucap Nyonya Choi. Joon Ha ingin tahu   ingin tahu apa yang dilakukan Nyonya Choi saat bertemu dengan anaknya.
“Dia minta maaf karena pergi ke AS dengan uang dari rumah kami. Saat bisnisnya gagal di sana, dia tidak berani menghubungi aku..."Ya ampun. Saat pergi, anak bungsu mereka bahkan belum bisa berjalan, dan sekarang sudah bisa bicara. Aku berkata, "Kau siapa?" Lalu dia berkata, "Aku Yu Bin." Ini Menggemaskan Aku sungguh yakin putra kecilku genius.” Cerita Nyonya Choi penuh semangat 

Keduanya naik taksi bersama, Nyonya Choi menceritakan  Saat bayi lain yang lahir di bulan yang sama dengan anaknya  belum merangkak, tapi anaknya berdiri dan mulai melangkah.
“Suatu hari, aku sempat lengah, dia jatuh dan terluka dekat alisnya dan Luka itu masih terlihat. Setiap melihat luka itu, aku merasa sungguh menyesa” Cerita Nyonya Choi
“Itu Nyaris tidak akan terlihat jika itu di sekitar alisnya.” Kmentar Joon Ha.
“TapiTetap saja, ibu akan selalu mencemaskan anak-anaknya.” Ucap Nyonya Choi sedih.
“Anda senang bisa melihat putra Anda?” tanya Joon ha. Nyonya Choi mengaku sangat senang.
“Dia anakku.. Apa Kau akan meninggalkan Korea besok?” tanya Nyonya Choi. Joon ha membenarkan.
Nyonya Choi mengaku sedih karena Joon Ha akan  pergi jadi ingin menemani Joon Ha besok ke bandara Karena selalu memberikan tumpangan pulang. Joon Ha pikir tak perlu. Tapi Nenek Choi tetap ingin mengantar Joon Ha ke bandara lalu menatap sedih keluar jendela. 


Joon Ha penasaran ingin tahu Apa yang sebenarnya terjadi pada Nyonya Choi. Polisi mengaku sulit mengatakannya dan mengakuu punya ibu juga dan merasa semua ibu merasakan hal serupa. Joon Ha terdiam seperti tak bisa berkata apa-apa. 

Nyonya Lee membawa makanan untuk anaknya yang hanya duduk diam di kamarnya. Hye Ja seperti masih sangat shock. Nyonya Lee mengaku  tahu ini suli tapi Hye Ja harus tetap makan. Hye Ja bertanya Apakah kematian selalu seperti ini. Nyonya Lee terlihat binggung.
“Kematian adalah hal yang sia-sia. Baru kemarin dia berbicara denganku dan aku merasakan kehangatan tubuhnya. Sekarang, seolah-olah dia tidak pernah ada. Seolah-olah semua hanyalah mimpi.” Ucap Hye Ja sedih
“Kau Makanlah, ini sudah tidak panas.” Nyonya Lee tak banyak berkomentar.
“Jika aku meninggal juga...” ucap Hye Ja. Nyonya Lee memeluk anaknya meminta agarJangan pernah mengatakan hal seperti itu.

Polisi pun mengucapkan terimakasih pada Joon Ha dan tahu itu melelahkan jadi boleh pergi sekarang. Ia pun meminta maaf karena sudah melewatkan perjalanannya. Joon Ha mengaku tak masalah lalu akan keluar dari kantor polisi.
“Kami menemukan sesuatu.”ucap Polisi lain membisikan sesuatu. Polisi yang berbicara dengan Joon Ha memanggilnya kembali. 

Berita di TV kembali disiaran di salon “Tersangka baru ditemukan terkait kasus bunuh dir wanita 70 tahun yang ditemukan di Sungai Yongcheon. Ada kemungkinan ini merupakan pembunuhan. Polisi mendapati korban tandatang polis asuransi jiwa sebelum...”
“Aku dengar pria itu tinggal di dekat sini. Pria yang tinggal di sebelah rumah pintu biru itu. Aku melihat detektif terus bertanya tentang dia kemarin.” Komentar pelangan.
Nyonya Lee langsung mematikan TV dengan wajah panik. Pelangganya bingung tiba-tiba dimatikan padahal sedang menonton. Nyonya Lee hanya diam dan terlihat gugup. 

Beberapa orang ingin membahasn Joon Ha kalau  sudah melihatnya beberapa kali, menjemput orang tua dengan van-nya. Ibu yang lainya juga panik karena Ibu mertuanya juga pergi ke tempat itu.
“Tanyakan padanya apakah dia meneken asuransi jiwa di sana. Cari tahu siapa yang diasuransikan. Ini menakutkan yah? Bagaimana mungkin ini terjadi di lingkungan kecil ini?” ucap Wanita lain tak percaya 

Nenek yang lain berkumpul tak percaya kalau Joon Ha  berpura-pura peduli kepadanya dan beranggapan ternyata ada udang di balik batu. Nenek lain berpikir kalau ia bisa seperti Nenek Choi kalau pria itu baik kepadanya.
“Bisa-bisanya orang begitu jahat.” Komentar nenek lainya. Tiba-tiba Nenek yang memakai tongkat berteriak marah
“Dasar Kalian jahat! Selama kalian di sini, siapa yang tidak dibantu Pak Lee? Hei.. Kau yang dari Yongjugol... Kau selalu mengeluh TV atau mesin cucimu rusak dan selalu meminta bantuannya.” Komentar nenek pada nenek lain yang menjelekan Joon Ha.
“Pak, katakan sesuatu... Saat kau mengisi kursi rodamu dengan berbagai sampah, siapa yang mendorongnya untukmu? Bagaimana kau bisa seperti itu? Kau bisa melupakan kebencian, tapi jangan melupakan kebaikan. Kenapa kalian begitu kejam?” teriak Si nenek menangis. Semua nenek dan kakek hanya bisa diam.
Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar