PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Ini berita selanjutnya. Semalam
sekitar pukul 5.00 pagi, di dekat muara
Sungai Yongcheon, mayat yang diduga wanita
berusia 70 tahun ditemukan oleh penduduk setempat. Polisi telah memulai
penyelidikan. Berdasarkan identitas yang dibawa korban, korban merupakan wanita
bernama Choi dari Jagok-dong, namun penyebab kematian belum dapat dipastikan.”
Berita di
TV tersiar dan berita online pun menyebar denga judul "Mayat Wanita Berusia 70 Tahun Ditemukan
di Sungai Yongcheon" lalu berita lainya "Penyanyi A dan Aktor B Akui
Hubungan Khusus!"
“Polisi menyatakan
korban tidak tinggal di dekat Sungai Yongcheon lokasi tubuhnya ditemukan, dan
tidak ada barang milik korban yang dicuri...”
TV
disalon Nyonya Lee menyata tapi tak ada yang mendengar karean salah satu menenek
membahas ternyata anak kedua keluarga
itu lahir di luar nikah. Nyonya Lee pun berkomentar kalau itu sudah menduga
karena Anak itu tidak mirip ibunya dan
sungguh mengejutkan bahkan tidak mirip ayahnya juga.
Hye Ja
sedang berjalan sendirian keluar rumah lalu berbicara sendiri
“Siapa
aku, Apa aku Kim Yu Shin, yang memotong leher kudanya? Aku terus saja kembali
ke rumah ini. Setidaknya Kim Yu Shin memotong leher kudanya. Lantas aku? Haruskah
aku memotong pergelangan kakiku atau sesuatu?” ucap Hye Ja seperti penasaran
lalu mengintip dari depan rumah Joon Ha.
“Apa Dia
tidak di rumah? Apa Dia sudah pergi?” kata Hye Ja penasaran da berpikir Joon Ha
benar-benar pergi.
“Teganya
dia pergi begitu saja dan membersihkan rumahnya dengan rapi seperti mau pindah.
Andai aku tahu, seharusnya aku bertanya ke mana dia pergi.” ucap Hye Ja
menyesal
Nyonya
Lee masih ada di salon bertanya pada anaknya yang baru pulang apakah bertemu dengannya. Hye Ja
mengaku tidak merasa Joon Ha pergi ke suatu tempat yang bagus. Nyonya Lee
bertanya kemana apakah nenek itu pergi berwisata.
“Nenek?
Siapa maksud Ibu?” tanya Hye Ja binggung karena sebelumnya baru membahas Joon
Ha
“Kau
tahu, terakhir kali kau pergi menemui Hyun Joo dan Sang Eun, wanita cantik yang
datang ke sini. Apa Kau tak menemuinya?” tanya Nyonya Lee
“Wanita
cantik? Apa Bu Chanel datang? Waktu itu? Kenapa?” tanya Hye Ja kaget. Nyonya
Lee mengaku tak tahu.
“Dia
sepertinya mencarimu, jadi, ibu menyuruhnya masuk dan menunggu. Tapi dia bilang
mau pergi.” ucap Nyonya Lee. Hye Ja tak percaya kalau Nenek Choi datang
menemuinya.
Hye Ja
pergi ke hostel mengetuk pintu kamar Nyonya Choi mengaku sebagai Hee Seon tapi
tak ada sahutan berpikir sedang pergi ke suatu tempat. Saat itu pintu terbuka
dan yang keluar ada seorang pria. Hye Ja
kaget bertanya siapa pria itu.
“Dia
membayar sewa kamarnya dan keluar beberapa hari yang lalu.” Ucap Pemilik Hostel
“Apa Dia
bilang mau pergi ke mana?” tanya Hye Ja. Pemilik mengaku bertanya padanya tapi Nenek Choi hanya
tersenyum.
“Dia pasti
datang untuk memberitahuku sesuatu. Ini waktu yang salah. Semoga tidak ada hal
buruk. Tapi kenapa aku merasa cemas?” ucap Hye Ja berjalan keluar dari hostel
dengan tatapan kebingungan.
Hee Won
hanya menatap ponsel yang terus berdering, terlihat nama "Jangan Dijawab" akhirnya ia
menyuruh Tuan Park untuk mengaduk jajangmyun yang ingin dimakan dan mengangkat
telp. Ia dengan santai mencoba
menanyakan kabar dan membahas tentang Investasi.
“Aku
berusaha keras untuk mengganti uang Anda, tapi aku agak terhambat mengumpulkan
uangnya. Memang Aku mau kabur ke mana? Kalaupun aku kabur, Anda pasti
menemukanku. Aku tahu Anda masih punya berbagai koneksi di negara ini.” Ucap
Hee Won.
“Apa ? Tumben
Anda menanyakan kesehatanku sekarang. Ginjalku? Belakangan, aku sering ke kamar
mandi... Urineku berbusa dan berbau. Penglihatanku juga buruk. Aku tidak tahu
apakah itu hantu. Aku terus melihat hal-hal aneh.” Kata Hee Won berbohong
“Leverku?
Anda tahu aku dari pedesaan. Seperti Anda tahu, hati berlemak cukup umum di daerah
seperti itu. Aku akan menyiapkan uang Anda dalam beberapa hari dan membawakan
wiski berusia 30 tahun favorit Anda dan menemui Anda... Tentu saja aku akan
menemuimu, Anda tidak perlu repot ke sini...Selamat siang, Pak.” Ucap Hee Won
lalu menutup telpnya.
Hee Won
langsung mengumpat marah, tak pecaya kalau pria itu tertarik dengan organ
dalamnya. Tuan Park memberitahu kalau pria itu tidak menutup telepon. Hee Won
panik langsung mengangkat telpnya, tapi Tuan Park tak bisa menahan tawa mengaku
hanya bercanda.
“Apa Kau
pikir itu lucu? Apa kau Puas?” ucap Hee Won marah. Tuan Park tertunduk
ketakutan mengaku tidak.
“Apa Dia
ingin uangnya kembali? Berapa? 200.000 dolar?” tanya Tuan Park
“Sekarang
300.000, termasuk bunga. Walaupun putus asa, seharusnya aku tidak menemui
penjahat itu. Jadi Singkirkan ini, Nafsu makanku hilang.” Ucap Hee Won
“Tetap
saja, kau harus...”ucap Tuan Park menahan Hee Won agar kembali makan. Tapi Tuan
Park menyuruh agar berhenti makan. Tuan Park meminta agar Setidaknya makanlah
sekali.
“Jika kmu
terus makan teratur dan memiliki organ yang sehat. Apa kau pikir organmu akan
aman?” keluh Hee Won
“Jangan
lupa polis asuransi. Itu satu-satunya cara kita dapat menghasilkan uang.” Kata
Tuan Park. Hee Won tak peduli menyuruh menyingkirkan makanannya.
Tiba-tiba
pintu ruangan diketuk, Hee Won panik, Tuan Park pun tak percaya kalau pria itu
sudah ada di sini. Hee Won menyuruh Tuan park agar membuka pintunya. Tuan Park
menolak karena Hee Won yang meminjam
uang.
“Sebelum
aku mati, aku akan memberi tahu dia alamatmu dan nomor jaminan sosialmu, jadi,
jangan menyesal nanti.” kata Hee Won mengancam lalu membuka pintu dan bernafas
lega tenyata Hye Ja yang datang.
“Beri
tahu aku nomor telepon Bu Chanel.” Kata Hye Ja. Hee Won mengeluh Hye Ja tiba-tiba
kemari menanyakan itu dan mengaku tidak tahu.
“Saat
mendaftar di sini, dia pasti menuliskan informasi pribadinya. Beri tahu aku
informasi pribadinya. Apa perlu aku mencarinya?” kata Hye Ja.
“Tidak,
tidak perlu... Wanita itu tidak punya informasi pribadi.” Kata Hee Won
“Jadi,
setiap kali dia tidak ke sini, maka kau juga tidak bisa menghubunginya. Lalu
bagaimana dengan nomor Joon Ha? Kau harus menghubunginya dari sini.” Kata Hye
Ja
“Anda
pikir ini tempat apa? Telepon umum? Anda terus menggangguku hari ini.” Keluh
Hee Won. Hye Ja menyuruh agar cepat melakukanya.
“Aku akan
mencoba menghubunginya sekali... Anda lihat, dia meninggalkan kami dan malah
pergi bersenang-senang. Aku telepon pun, dia tidak akan...” kata Hee Won
mencoba menelp tapi telp Joon Ha tak aktif.
“Omong-omong,
Anda punya asuransi?” tanya Hee Won. Hye Ja bingung tiba-tiba ditanya Asuransi.
“Setiap
orang tua yang datang ke sini sudah mendaftar asuransi.” Kata Hee Won seperti
mencari manfaat.
Joon Ha
sudah sampai di keberangkatan "Penerbangan Internasional” dan siap untuk
check in sendiri. Tiba-tiba dua pria datang memastikan kalau ia adalah Lee Joon
Ha memperlihatkan ID Cardnya sebagai Polisi. Joon Ha melongo binggung.
Joon Ha
dibawa ke kantor polisi kaget mengetahui Nenek Choi meninggal. Polisi mendengar
Joon Ha bertemu dengannya saat bekerja
di ruang pameran dan tahu kalau Itu tempat suplemen palsu dijual kepada orang
tua, Joon Ha dengan gugup membenarkan.
Flash Back
Joon Ha
pertama kali berkerja melihat seorang pria berdiri diatas panggung menghibur
para orang tua denga nyanyia trot. Wajah Joon Ha seperti terpaksa melakukan
perkerjaan yang tak baik lalu melihat seorang kakek mengendong anjingnya.
“Anjing
Anda lucu sekali.” puji Joon Ha berusaha ramah, tapi si kakek malah marah.
“Beraninya
kau memanggilnya anjing! Dia adalah putriku! Dasar Tidak sopan.” Teriak si
kakek. Joon Ha pun meminta maaf dengan tatapan binggung. Si kakek pun mengajak
pergi anjing yang sudah dianggap seperti anak.
Joon Ha
duduk di luar gedung, tiba-tiba Nenek Choi yang duduk disebelahnya mengaku sungguh
tidak suka tempat ini. Joon Ha menatapnya lalu
mengaku juga tidak suka tapi Teman dekatnya mengelola tempat ini dan
setuju untuk bekerja karena Hee Won
banyak membantunya walaupun merasa tidak yakin.
“Apa pun
alasannya, aku tidak bisa berhenti memikirkan bahwa kami memoroti para orang
tua.” Cerita Joon Ha
“Tentu
kau akan merasa seperti itu. Kau masih muda. Apa kau tidak ada kegiatan yang
lebih baik?” ucap Nenek Choi
“Benarkan?
Aku masih muda, aku seharusnya mencari kegiatan yang lebih baik. Apa yang harus
aku lakukan?” ucap Joon Ha
“Penampilan
dan suaramu bagus. Apa yang kau khawatirkan? Kau belum tua seperti kami di
sini, yang tidak bisa melakukan apa pun karena usia kami.” Cerita Nenek Choi
“Aku
merasa seperti aku bangun suatu pagi dan menjadi pria berusia 100 tahun. Aku
tidak tahu harus apa. Aku bahkan tidak tahu bisa apa.” Cerita Joon Ha.
Nenek
Choi memberikan botol pil. Joon Ha pkir itu obat untuk depresi. Nenek Choi mengaku bukan tapi
Joon Ha bisa mati dengan pil itu lalu menceritakan mulai depresi saat anaknya
pindah ke AS setelah suaminya meninggal.
“Aku
mengumpulkan pil-pil itu untuk menghabisi nyawaku sendiri, tapi kudengar aku harus
minum semuanya supaya mati. Aku tidak yakin bisa meminum semuanya. Aku tidak
yakin bisa meminum semua pil itu, apalagi mati. Itu sebabnya aku hanya
membawanya. Untuk mengingatkan diriku betapa pengecutnya aku. Apa Kau
membutuhkannya? Apa mau kupinjamkan beberapa hari?” kata Nenek Choi.
Joon Ha
dengan wajah shock bertanya kapan. Polisi menjelaskan sdang melaukan Autopsi
saat hasilnya keluar, mereka akan tahu waktu dan tanggalnya Tapi kami yakin itu
malam setelah nenek Choi membawanya ke bandara.
“Kami
tidak menemukan apa pun pada mayatnya setelah itu. Dia menemanimu ke bandara, kan?”
ucap Polisi. Joon Ha membenarkan.
“Saat aku
memberitahunya bahwa aku akan melakukan perjalanan, dia bilang ingin menemaniku
ke bandara karena aku selalu mengantar dan menjemputnya.” Cerita Joon Ha
“Lalu,
kalian berpisah di pintu keberangkatan, kan?” tanya Polisi. Joon Ha
membenarkan.
Flash Back
Nenek
Choi mengantar Joon Ha memberikan kotak P3K meminta agar Jangan sakit. Joon Ha pun menerima kotak P3K
dari Nenek Choi dengan senyuman. Nenek Choi pun melambaikan tangan pada Joon
Ha.
“Dia
membelikanku P3K dan memintaku agar tidak sakit. Lalu dia melambai ke arahku.
Itu terakhir kali aku melihatnya.” Ucap Joon Ha mengingat lambaikan tangan
Nenek Choi
“Kenapa
kamu tidak pergi hari itu?” tanya Polisi. Joon Ha mengaku tidak bisa pergi karena penerbangannya dibatalkan.
“Aku
diminta menunggu beberapa hari untuk penerbangan selanjutnya.” Jelas Joon Ha.
“Boleh
tahu ke mana kau berencana pergi? Kau tidak harus memberitahuku jika itu
pribadi.” Kata Polisi. Joon Ha terlihat hanya diam saja.
Polisi
menerima kabar lain dan meminta Joon Ha untuk menunggu karena perlu mewawancarai saksi lain dan bisa
memesankan makanan jika Joon Ha lapar. Joon Ha yang masih shock menolaknya.
“Anda
putra Bu Choi, bukan? Aku turut berduka cita.” Ucap Polisi. Joon Ha yang
melihatnya menatap tak percaya kalau anak Nyonya Choi datang saat sudah
meninggal.
“Mari ke
sana. Kami ingin ajukan beberapa pertanyaan.” Kata Polisi. Joon ha terus
menatap si anak yang selama ini cari oleh Nyonya Choi.
Flash Back
Joon Ha
membungkuk memberikan hormat dan Nyonya Choi melambaikan tangan seperti salam
perpisahan untuk anaknya sendiri. Joon Ha terdiam mengingat semua kenangan
terakhir, Nyonya Choi terus melambikan tangan seperti sedang mengucapkan
tinggal untuk selamanya.
Hee Won
dan Tuan Park membersihkan gudang dengan barang-barang suplemen. Tuan Park tak
sengaja menjatuhkan barang, Hee Won langsung memarahinya karena Tuan Park akan
merusak semuany dan harus menjualnya ke tempat lain.
“Ini
hampir kedaluwarsa. Bagaimana ini?” ucap Tuan Park. Hee Won mengeluh karena
sudah pasti akan membuang.
“Tunggu!
Berikan aku satu... Ini Sayang sekali. Aku harus minum ini.” Kata Tuan Park
meminum satu
“Hei, itu
akan memperkuat ginjalmu.” Kata Tuan Park. Hee Won akhirnya menyuruh
membuangnya saja.
“Apa aku
terlihat mencurigakan?” tanya Tuan Park memastikan. Hee Won mengejek Tuan Park
memang memiliki wajah mencurigakan. Tuan Park mengeluh kesal
“Kau
harus Pelan-pelan. Kita harus menjualnya.” Kata Hee Won lalu keluar ruangan. Tuan
Park mengeluh kesal karena polisi tiba-tiba datang.
Dua
detektif menemui Hee Won diruangan lain. Hee Won mengaku Nyonya Choi bahkan
tidak memberi kami informasi kontaknya jadi bingung harus melakukan apa lagi
untuk merawatnya.
“Tapi
bagaimana mungkin dia... Astaga, aku masih tidak percaya.” Kata Hee Won menahan
tangis tak percaya. Polisi pikir keterangan Tuan Park sudah cukup.
“Omong-omong...Apa
yang kau jual?” tanya Polisi. Hee Won terlihat gugup mengaku tidak banyak.
“Kami
menjual suplemen makanan yang bagus untuk manula. Semua disetujui oleh BPOM.”
Kata Hee Won gugup.
“Kami
bukan ingin mendesakmu, jadi, santai saja. Terima kasih atas kerja samamu” ucap
Polisi.
“Baiklah.
Terima kasih... Omong-omong, apakah kematiannya karena kecelakaan?” tanya Hee
Won
“Harus
diselidiki lebih jauh, tapi saat ini tampaknya begitu.” Jelas Polisi. Hee Won
menganguk mengerti dan akhirnya pamit pergi.
“Baik.
Sampai jumpa... Aku akan terus menjadi warga negara yang taat hukum.” Kata Hee
Won menyakinkan.
Tuan Park
masuk ruangan ingin tahu apa penyebab kematiannya. Hee Won menjelaskan kalau
itu kecelakaan dan polisi yang memikirkan hal itu lalu bertanya Berapa polis
asuransi untuk kematian akibat kecelakaan. Tuan Park menyebut 100.000 dolar.
“Kalau
begitu... Kita aman sekarang.” Ucap Hee Won bisa bernafas lega dan Tuan Park
pun juga terlihat senang.
Hye Ja
pergi ke kantor polisi, Polisi yang sebelumnya mengeluh Hye Ja itu memiliki
hobi mencari orang. Hye Ja menyakinkan kalau kali ini, mungkin saja sesuatu
yang penting.
“Maksudku,
jika perkataan Anda benar, wanita itu mendapati bahwa putranya di Korea, bukan
AS. Dia mungkin pergi menemui putranya.” Kata polisi
“Lalu
kenapa dia pindah?” tanya Hye Ja. Polisi pikir
Putranya pasti merasa bersalah mengabaikan ibunya.
“Dia
mungkin membiarkan ibunya tinggal bersamanya.” Kata Polisi yakin
“Apa Kau
akan mengatakan itu jika ibumu menghilang?” sindir Hye Ja marah. Polisi hanya
bisa menghela nafas.
Di rumah
Hye Ja
tertunduk sedih, Nyonya Lee menyakin anaknya kalau Nyonya Choi baik-baik saja.
Hye Ja merasa tak yakin kalau Nyonya Choi sungguh tinggal dengan putranya
bahkan tidak mendengar kabar putranya selama 2,5 tahun.
“Kau
tidak bisa tahu segalanya tentang semua orang.” Komentar Tuan Kim. Hye Ja
tiba-tiba menatap ke arah TV yang menyangkan berita
“Selanjutnya,
kecelakaan dan insiden. Dua hari lalu, di dekat muara Sungai Yongcheon, mayat
wanita berusia 79 tahun, bernama Choi, ditemukan. Korban diketahui sempat
tinggal di sebuah motel di Jagok-dong. Polisi mencurigai bunuh diri karena
hasil autopsi tidak ditemukan tanda-tanda mencurigakan.”
“Menurut
kerabat, korban sedih karena putranya tidak bisa dihubungi setelah pindah ke
AS. Penyelidikan pun dilakukan karena diduga kuat, penyebab kematiannya adalah
bunuh diri akibat alasan pribadi.”
Hye Ja
berjalan kearah TV seperti tak percaya kalau berita tentang Nyonya Choi dan
langsung jatuh lemas. Orang Tua Hye Ja panik memanggil Young Soo agar membawa
Hye Ja ke kamar.
Hye Ja
akhirnya duduk di kamar dengan tatapan kosong, seperti sangat shock kedua orang
tua dan kakaknya memijat agar Hye Ja tak merasa tegang.
“Aku
menata rambutnya... Dia bilang akan menemui putranya. Kami juga pergi
berbelanja bersama... Bahkan Dia
mendatangiku... Dia datang untuk berbicara denganku. Seharusnya aku menghentikannya.
Seharusnya aku... Seharusnya aku menghentikannya.” Ucap Hye Ja menangis tak
percaya.
Hee Won
mencoba menelp seperti tak bisa menghubungi Joon Ha. Tuan Park akan makan panik
karena sudah menuangkan saus Tangsuyuk pdahal tidak suka sausnya di atas
makanan, lalu bergegas meminta maaf memperlihatkan masih ada yang tidak kena
saus.
“Wanita
sial itu... Dia tidak pernah berguna... Kenapa dia harus bunuh diri? Umurnya
juga sudah tidak lama lagi.” Ucap Hee Won marah
“Bunuh
diri tidak diganti asuransi, kan?” kata Tuan Park. Hee Wo pikir Temanya itu
sedang bercanda.
“Hei...
Kenapa kau memesan banyak? Memangnya kita sedang pesta?” teriak Hee Won marah
“Kau
bilang aku bisa memesan apa pun yang aku mau karena kita dapat uang asuransi.”
Keluh Tuan Park lalu mengeluarkan ponselnya.
Tuan Park
menelp Restoran Tiongkok Dongan? Mengaku
Aula Pameran Hyoja dan ingin membatalkan pesanan serta belum membuka
bungkusnya. Hyun Joo yang menerima telp menegaskan Tidak ada bedanya walaupun belum dibuka jadi tidak
bisa mengembalikannya.
“Anda
tidak masuk akal.” Teriak Hyun Joo. Saat itu Young Soo mendengar meminta agar
ia yang bicara dengan pelanggan.
“Halo,
Direktur... Oh.. Anda bukan direktur? Jadi Halo, Manajer. Kami harus apa dengan
Mie megar itu? Anda sedang ada masalah itu bukan urusanku. Jadi Tidak bisa
dikembalikan. Pembicaraan ini selesai.” Ucap Young Soo lalu menutup telp
“Apa yang
dia pikirkan? Jika ada telepon seperti itu lagi, beri tahu aku. Aku akan
menghadapinya, paham?” ucap Young Soo. Hyun Joo menganguk mengerti.
Young Soo
mengeluh ada pembeli aneh lalu merasa matanya perih karena memotong bawang
bombay. Hyun Joo melihat ada banyak bawang bombay yang belum dipotong dan
mengeluh ayahnya menyuruh Young Soo melakukan ini.
Hyun Joo
menyuruh Young Soo minggir dan dengan cepat memotong bawang bombay dengan
potong dan dadu dan diiri memanjang. Young Soo terdiam seperti tak percaya.
Hyun Joo dengan cepat bisa menyelesaikanya dan menyuruh Young Soo segera
pulang.
Joon Ha
masih menunggu di kantor polisi lalu bertanya apa yang terjadi pada polisi yang
baru masuk. Polisi mengaku itu sudah bisa ditebak yaitu tentang putranya. Joon
Ha kaget mengetahui tentang Putranya. Polis menjelaskan Pria yang tadi ke sini
adalah putranya.
“Dia
bilang korban mengunjunginya sebelum bunuh diri.” Ucap Polisi
“Aku tahu
itu. Aku memberinya tumpangan.” Kata Joon Ha. Polisi pun seperti tak percaya.
Flash Back
Nyonya
Choi datang ke tempat Joon Ha saat di aula terjadi pesta makan-makan yang
dibawa Hyun Joo dkk. Joon Ha pun bertanya ada masalah apa. Nyonya Choi
mengakuSepertinya harus mengunjungi putranya. Joon Ha mencoba menjelaskan kalau
putra Nyonya Choi...
“Dia ada
di Korea... Di Seoul.” Kata Nyonya Choi. Joon Ha terlihat kaget.
Polisi
mengetahui cerita anak Nyonya Choi yang tak bisa dihubungi dan sudah lebih dari dua tahun
sejak pergi ke AS. Ia heran karena Nyonya Choi tidak curiga menurutnya itu
sangat aneh.
“Itu...
Aku menulis surat kepadanya.” Akui Joon Ha. Polisi memastikan kalau Joon Ha
Berpura-pura itu dari putranya. Joon Ha membenarkan.
“Kenapa?
Apa Agar dia tidak merasa sedih? Jadi, saat dia ingin mengunjungi putranya di
AS, kau terpaksa berkata jujur. Pada akhirnya, dia tahu putranya tinggal di
Korea tanpa mengatakan apa pun padanya dan pergi menemuinya” ucap polisi
menyimpulkan cerita Joon Ha.
Flash Back
Joon Ha
bertanya apakah Nyonya Choi harus menemuinya seperti tak begitu menyetujuinya.
Nyonya Choi mengaku hanya ingin memastikan anaknya baik-baik saja.. Selain itu,
cucu-cucunya jadi pasti sudah besar.
Joon Ha seperti khawatir.
“Tidak
perlu mencemaskan aku... Intinya, aku akan melihat anakku... Aku senang.” Ucap
Nyonya Choi akan pergi.
“Kalau
begitu, mari aku antar.” Kata Joon Ha tak tega melihat Nyonya Choi yang pergi
sendiri.
Akhirnya
mereka berdua turun dari taksi. Joon Ha memastikan kalau apartement itu tempat
tinggal anak dari Nyonya Choi dan menawarkan untuk mengantarnya masuk. Nyonya
Choi menolak dengan wajah gugup berpikir
harus membeli sesuatu
“Apa Mungkin
aku camilan untuk cucu-cucuku?” tanya Nyonya Choi.
“Menurutku
hari ini tidak usah dan Mungkin lain kali.” Kata Joon Ha. Nyonya Choi
menyetujuinya dan mengaku mungkin akan lama.
“Jangan
khawatir. Aku akan menunggu.” Kata Joon Ha tetap ingin menemani Nenek Choi.
“Dia kembali
setelah sekitar 20 menit. Aku lega karena dia terlihat bahagia.” Ucap Joon Ha.
Polisi bertanya apakah Nyonya Choi memang tampak bahagia.
Flash Back
Joon Ha
melihat Nenek Choi kembali dengan cepat dan berpikir karena ia mengunggu. Nenek
Choi mengaku tidak dan akan makan siang bersama akhir pekan ini jadi akan
berbincang lebih banyak.
“Dia
bilang akan makan siang dengan putranya dan istrinya akhir pekan itu.” Ucap
Nyonya Choi. Joon Ha ingin tahu ingin
tahu apa yang dilakukan Nyonya Choi saat bertemu dengan anaknya.
“Dia
minta maaf karena pergi ke AS dengan uang dari rumah kami. Saat bisnisnya gagal
di sana, dia tidak berani menghubungi aku..."Ya ampun. Saat pergi, anak
bungsu mereka bahkan belum bisa berjalan, dan sekarang sudah bisa bicara. Aku
berkata, "Kau siapa?" Lalu dia berkata, "Aku Yu Bin." Ini
Menggemaskan Aku sungguh yakin putra kecilku genius.” Cerita Nyonya Choi penuh
semangat
Keduanya
naik taksi bersama, Nyonya Choi menceritakan
Saat bayi lain yang lahir di bulan yang sama dengan anaknya belum merangkak, tapi anaknya berdiri dan
mulai melangkah.
“Suatu
hari, aku sempat lengah, dia jatuh dan terluka dekat alisnya dan Luka itu masih
terlihat. Setiap melihat luka itu, aku merasa sungguh menyesa” Cerita Nyonya
Choi
“Itu Nyaris
tidak akan terlihat jika itu di sekitar alisnya.” Kmentar Joon Ha.
“TapiTetap
saja, ibu akan selalu mencemaskan anak-anaknya.” Ucap Nyonya Choi sedih.
“Anda
senang bisa melihat putra Anda?” tanya Joon ha. Nyonya Choi mengaku sangat
senang.
“Dia
anakku.. Apa Kau akan meninggalkan Korea besok?” tanya Nyonya Choi. Joon ha
membenarkan.
Nyonya
Choi mengaku sedih karena Joon Ha akan
pergi jadi ingin menemani Joon Ha besok ke bandara Karena selalu
memberikan tumpangan pulang. Joon Ha pikir tak perlu. Tapi Nenek Choi tetap
ingin mengantar Joon Ha ke bandara lalu menatap sedih keluar jendela.
Joon Ha
penasaran ingin tahu Apa yang sebenarnya terjadi pada Nyonya Choi. Polisi
mengaku sulit mengatakannya dan mengakuu punya ibu juga dan merasa semua ibu
merasakan hal serupa. Joon Ha terdiam seperti tak bisa berkata apa-apa.
Nyonya
Lee membawa makanan untuk anaknya yang hanya duduk diam di kamarnya. Hye Ja
seperti masih sangat shock. Nyonya Lee mengaku
tahu ini suli tapi Hye Ja harus tetap makan. Hye Ja bertanya Apakah
kematian selalu seperti ini. Nyonya Lee terlihat binggung.
“Kematian
adalah hal yang sia-sia. Baru kemarin dia berbicara denganku dan aku merasakan
kehangatan tubuhnya. Sekarang, seolah-olah dia tidak pernah ada. Seolah-olah
semua hanyalah mimpi.” Ucap Hye Ja sedih
“Kau
Makanlah, ini sudah tidak panas.” Nyonya Lee tak banyak berkomentar.
“Jika aku
meninggal juga...” ucap Hye Ja. Nyonya Lee memeluk anaknya meminta agarJangan pernah
mengatakan hal seperti itu.
Polisi
pun mengucapkan terimakasih pada Joon Ha dan tahu itu melelahkan jadi boleh
pergi sekarang. Ia pun meminta maaf karena sudah melewatkan perjalanannya. Joon
Ha mengaku tak masalah lalu akan keluar dari kantor polisi.
“Kami
menemukan sesuatu.”ucap Polisi lain membisikan sesuatu. Polisi yang berbicara
dengan Joon Ha memanggilnya kembali.
Berita di
TV kembali disiaran di salon “Tersangka baru ditemukan terkait kasus bunuh dir wanita
70 tahun yang ditemukan di Sungai Yongcheon. Ada kemungkinan ini merupakan
pembunuhan. Polisi mendapati korban tandatang polis asuransi jiwa sebelum...”
“Aku
dengar pria itu tinggal di dekat sini. Pria yang tinggal di sebelah rumah pintu
biru itu. Aku melihat detektif terus bertanya tentang dia kemarin.” Komentar
pelangan.
Nyonya
Lee langsung mematikan TV dengan wajah panik. Pelangganya bingung tiba-tiba
dimatikan padahal sedang menonton. Nyonya Lee hanya diam dan terlihat gugup.
Beberapa
orang ingin membahasn Joon Ha kalau
sudah melihatnya beberapa kali, menjemput orang tua dengan van-nya. Ibu
yang lainya juga panik karena Ibu mertuanya juga pergi ke tempat itu.
“Tanyakan
padanya apakah dia meneken asuransi jiwa di sana. Cari tahu siapa yang
diasuransikan. Ini menakutkan yah? Bagaimana mungkin ini terjadi di lingkungan
kecil ini?” ucap Wanita lain tak percaya
Nenek
yang lain berkumpul tak percaya kalau Joon Ha
berpura-pura peduli kepadanya dan beranggapan ternyata ada udang di
balik batu. Nenek lain berpikir kalau ia bisa seperti Nenek Choi kalau pria itu
baik kepadanya.
“Bisa-bisanya
orang begitu jahat.” Komentar nenek lainya. Tiba-tiba Nenek yang memakai
tongkat berteriak marah
“Dasar
Kalian jahat! Selama kalian di sini, siapa yang tidak dibantu Pak Lee? Hei..
Kau yang dari Yongjugol... Kau selalu mengeluh TV atau mesin cucimu rusak dan selalu
meminta bantuannya.” Komentar nenek pada nenek lain yang menjelekan Joon Ha.
“Pak,
katakan sesuatu... Saat kau mengisi kursi rodamu dengan berbagai sampah, siapa
yang mendorongnya untukmu? Bagaimana kau bisa seperti itu? Kau bisa melupakan
kebencian, tapi jangan melupakan kebaikan. Kenapa kalian begitu kejam?” teriak
Si nenek menangis. Semua nenek dan kakek hanya bisa diam.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar