PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hae Rin
masuk ruangan terliha sedih karena meja Eun Ho dan Dan Yi yang kosong. Saat
pulang kantor, Hae Rin seperti tanpa sadar sudah turun dari bus di tempat Eun
Ho lalu mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
“Aku tak
percaya datang ke lingkungan ini lagi.”jerit Hae Rin kesal.
Sementara
di rumah Seo Joon sedang menghancurkan berkas mulai dari [RAPAT DENGAN PENULIS
KANG BYEONG-JUN, NOVEL TERAKHIR KANG BYEONG-JUN, PARA PAHLAWAN] seperti ingin
menghapus semua kenangan.
Ketika
akan pergi membuang sampah, Seo Joon mengeluh melihat Hae Rin yang datang lagi
lalu memperingatkan agar jangan datang. Hae Rin membela diri kalau Seo Joon
yang meminta jangan menelepon, maka tak melakukan.
“Dan kau
bilang jangan datang, maka aku tak naik ke tempatmu. Tapi kau tak memiliki
seluruh tempat ini.” Ucap Hae Rin
“ Jadi,
tetap di sini. Aku akan pura-pura tak melihatmu.” Kata Seo Joon. Hae Rin
mengambil plastik sampah. Seo Joon menyuruh Hae Rin agar melepaskan.
“Akan
kubuangkan untukmu.” Ucap Hae Rin. Seo Joon pikir tak perlu karena Hanya perlu
menaruh.
“Aku
bantu buang, jadi biar kulakukan.” Kata Hae Rin. Seo Joon pikir ini tinggal
dibuang sana.
“Aku
datang ke daerah ini dan membahayakanmu serta menyusahkanmu. Jadi, biar kuambil
kantong sampah ini dan buangkan untukmu di lingkunganku. Aku hanya perlu taruh
di sini” kata Hae Rin
“Sampah
ini! Aku akan singkirkan ini... Lepaskan.” Kata Seo Joon. Hae Rin mengaku akan
membuangnya.
“Apa Bisa
melepaskan?” ucap Seo Joon. Hae Rin meminta agar menyingkir.
Keduanya
saling tarik-menarik dan akhirnya semua sampah kertas pun jatuh. Seo Joon pun
berteriak marah. Hae Rin akhirnya meminta maaf dan membersihkan sampah. Seo
Joon memperingatkan Hae Rin kalau
berpikir mereka punya banyak kesamaan.
“Tapi aku
salah. Kita tak cocok... Mulai sekarang, kita bicarakan pekerjaan saja.” Kata
Seo Joon akan pergi.
“Aku datang
karena pollock dan sotong. Apa Kau tak penasaran tentang identitas mereka?
Sotong adalah Dan-i. Jika sotong adalah Dan-i, kalau begitu, siapa pollack?”
ucap Hae Rin
“Apakah
Eun-ho? Si brengsek itu... Aku tahu ada yang mencurigakan.” Kata Seo Joon
terlihat marah.
Keduanya
akhirnya minum bersama, Hae Rin mengaku Ada banyak yang ingin dibicarakan, tapi
tak ada yang bisa diajak bicara. Ia emengaku sangat marah, serta ingin membuat
Eun-ho dan Dan Yi menderita Tapi masalahnya,ia terlalu menyukai mereka berdua.
“Jadi, Apa
kita harus merestui mereka?” tanya Seo Joon, Hae Rin pikir itu tak mungkin.
“Aku sudah
sangat lama menyukai Eun-ho... Tiga tahun.”ucap Hae Rin
“Aku
sudah bilang, 'kan? Tiga tahun tak ada artinya.” Kata Seo Joon
“Tapi
kenapa aku tak pernah merasa mereka berdua sudah sangat lama kenal?” keluh Hae
Rin. Seo Joon pikir karena Hae Rin lamban.
“Kau sama
saja. Waktu itu kau tak tahu siapa pollock-nya.” Komentar Hae Rin
“Benar...
Kenapa kita sangat lamban?” keluh Seo Joon. Hae Rin pikir Seo Joon bisa melihat
kalau mereka punya banyak kesamaan.
“Ya,
kurasa begitu... Kita punya banyak kesamaan.” Kata Seo Joon dan keduanya
terlihat minum bersama.
Seo Joon
terbangun dari tidurnya di sofa tak melihat Hae Rin berpikir kalau sudah
pulang. Hae Rin ada di dekat sofa mengaku masih ada dirumahnya. Seo Joon
mengeluh bertanya Apa yang dilakukan. Hae Rin mengaku sedang merangkai puzzle.
“Astaga...
Apa yang kau lakukan?” kata Seo Joon melihat Hae Rin sedang merangkai kertas.
“Kita
minum bersama semalaman... Jadi, kita juga harus makan sup pengar bersama. Tapi
aku tak bisa menunggu dan diam saja karena aku sangat bosan. Aku temukan satu rangkai
kertas yang aku tahu. Ini artikel khas di Dunia Kesusastraan” ucap Hae Rin
bangga.
“Ini kali
pertama Pak Kang menyebutkan Para
Pahlawan bahkan Halamannya juga ada. Kenapa kau menghancurkannya? Aku juga
merangkai satu lagi. "Yeong-ju berlari ke halaman dengan sebuah buku,
Hyeon mengejarnya. Tawa ceria Yeong-ju dan Hyeon memenuhi halaman kecil
mereka." Kurasa ini dari sebuah novel. Apa judulnya...” kata Hae Rin.
Seo Joon
yang marah mengambil kertas dari tangan Hae Rin. Hae Rin pikir ingin membersihkan semuanya lalu mengaku
sudah b memberi makan Geum-bi. Seo Joon pun menahan amarah mengajak makan sup
pengar dan ada touge dirumahnya. Hae Rin pun menyetujuinya.
“Aku cuci
muka dulu. Akan kusiapkan.” Kata Hae Rin, Seo Joon pun menganguk setuju.
“Tapi Di
mana kamar mandinya?” ucap Hae Rin binggung. Seo Joon menunjuk ke pintu yang
lain tanpa kunci. Hae Rin pun ingin tahu
Kamar apa itu
“Apa Kau
cemas aku menyimpan mayat di sana?” kata Seo Joon dengan tatapan seorang
pembunuh. Hae Rin sedikit takut.
“Astaga...
Pantas saja pollock itu meninggalkanmu.”ejek Seo Joon. Hae Rin kesal meminta
Seo Joon agar jangan bahas dia.
Dan Yi
mencari lowongan kerja dan melihat kantor yang sudah menolaknya, tapi ada
cabang di Daejeon jadi mungkin tak ada yang peduli, karena mencari nafkah yang
utama dan sedang tak punya banyak pilihan.
Saat itu Nyonya Go menelp, Dan Yi
bersikap seperti seorang atasan dan bawah saat mengangkat telp tapi teringat ia
sudah tak berkerja dikantor.
“Bicaralah...
Aku mendengarkan.” Ucap Dan Yi dengan nada angkuh. Nyonya Go meminta agar
bertemu.
Dan Yi
pun memilih pakaian yang cocok untuk dirinya,
karena akan memilih Baju yang paling mencolok. Ia pikir merasa baik-baik
saja meskipun dipecat jadi mungkin harus pakai baju terbuka bahkan akan
terlambat lima menit. Akhirnya Nyonya Go sudah menunggu di cafe dan Dan Yi
datang seperti seorang ibu-ibu Chaebol dengan kacamata hitamnya.
“Aku
pesan yang dia pesan.” Ucap Dan Yi duduk sambil menyilangkan kaki. Nyonya Go
menyapa sudah lama dan menanyakan kabarnya.
“Tentu...
Kau bisa Lihat, aku baik-baik saja.” Ucap Dan Yi tak ingin direndahkan.
“Apa Bisa
turunkan kakimu?” kata Nyonya Go, Dan Yi menolak karena Nyonya Go bukan
atasannya lagi.
Nyonya Go
tetap menyuruh untuk nurunkan kakinya. Dan Yi akhirnya menurunkan kakinya
karena takut dengan tatapan Nyonya Go lalu meminta agar mengantakan saja. Nyonya Go menyuruh Dan Yi membuka kacamatanya
juga. Dan Yi menolak, Nyonya Go menyuruh agar membukanya.
“Mataku sedang
bisul.” Kata Dan Yi mencari alasan. Nyonya Go pun tak peduli dan Terserah Dan
Yi saja.
“Aku bisa
memberimu ini, tapi mungkin harus kuambil lagi.” Kata Nyonya Go mengambil kartu
nama. Dan Yi menahanya.
“Aku akan
buka kacamata ini, dan Aku bisa membaca tulisan di kartu nama itu. Bukankah itu
kartu nama perusahaan penerbit? Apa Kau merekomendasikanku pekerjaan?”ucap Dan
Yi melepaskan kacamatanya. Nyonya Go melihat mata Dan Yi yang tak bisul.
“Aku
hanya pura-pura agar kau tetap terhibur.” Kata Dan Yi Seo Joon melihat kartu nama PRESDIR NAM
WON-SEOK0 PENERBIT PUREUNMAEUM
“Itu
perusahaan kecil. Jika kau bersedia bekerja keras, maka itu bisa membantu
kariermu. Apa Kau tertarik?” ucap Nyonya Go. Dan Yi mengaku tertarik.
“Kirim
resumemu ke alamat email itu dan telepon kantornya. Bilang aku yang berikan
kartunya.” Ucap Nyonya Go. Dan Yi menganguk mengerti. Nyonya Go meminta Dan Yi
agar persiapkan dirinya.
“Jangan
cemas. Kau tahu aku... Aku pekerja keras.” kata Dan Yi yakin
“Itu akan
sulit, tapi bertahanlah selama setahun. Kau Pelajari soal pemasaran dan pindah
ke kantor lebih besar.” Kata Nyonya Go
“Apa
Setahun dari sekarang kau akan rekomendasikan kantor yang lebih besar?” tanya
Dan Yi penuh semangat. Nyonya Go hanya bisa menahan senyum mengaku kalau itu tergantung.
“Jika kau
cukup andal.” Kata Nyonya Go. Dan Yi berjanji akan berusaha.
Dan Yi
memperlihatkan kartu nama [PENERBIT
PUREUNMAEUMPRESDIR NAM WON-SEOK] pada Eun Ho lalu memberitahu kalau Perusahaan itu menelepon balik kurang dari
sejam dan akan mulai besok berkerja. Eun Ho mengaku tak pernah dengar.
“Apa Bu
Go kenal presdirnya?” tanya Eun Ho. Dan Yi membenarkan dan juga sedang tak
punya banyak pilihan.
“Membangun
pengalaman sebagai pemasar buku akan memberimu pekerjaan yang lebih baik.” Kata
Eun Ho
“Kenapa
Penerbit Gyeoroo tak pekerjakan orang berpengalaman?” keluh Dan Yi
“Orang-orang
dari perusahaan penerbit lain kesulitan menyesuaikan diri.” Jelas Eun Ho
“Aku
tidak... Aku bisa menyesuaikan diri.”kata Dan Yi. Eun Ho tahu dan berpikir harus sarankan untuk mengubah kebijakan itu.
“Dan Yi..
Apa Aku boleh tidur di sini malam ini?” tanya Eun Ho malu-malu. Dan Yi terliha
kaget.
Eun Ho
yang malu berpura-pura tak melakuan apapun dan bergegas pergi ke kamarnya. Dan
Yi yang terlihat gugup menyuruh Eun Ho agar menganti baju. Eun Ho binggung
membalikan badan. Dan Yi menyuruh Eun Ho menganti piyama. Eun Ho membenarkan.
“Tapi
Tunggu Sebentar... Apa aku butuh piama?” kata Eun Ho membuka satu kancing dan
terlihat sudah tak sabar.
Eun Ho
akhirnya mendekati Dan Yi yang sedang membereskan tempat tidur. Dan Yi
menahanya meminta agar Eun Ho mematikan lampu. Eun Ho tersenyum bahagia
mematikan lampu lalu menutup pintu.
Dan Yi
melihat papan nama PENERBIT PUREUNMAEUM setelah menaiki tangga lalu mengetuk
pintu dan masuk ke dalam. Seorang pria menyapa bertanya siapa yang datang. Dan
Yi memperkenalkan diri sebagai pegawai
baru, Tuan Nam pun menyapa Dan Yi dengan wajah bahagia.
“Kau Pasti
sulit menemukan tempat ini. Di luar masih dingin, 'kan? Aku sudah dengar
hal-hal hebat... Kudengar kau bisa melakukan apa pun.” Ucap Tuan Nam, Dan Yi
mengaku sangat tersanjung dan ingin tahu keduanya.
“Aku
presdirnya, dan istriku mengurus keuangan. Kami menganggap semua pegawai
seperti keluarga jadi Kami juga akan menganggapmu begitu dan membantumu sebisa
mungkin.” Ucap Tuan Nam lalu menunjuk meja kerja Dan Yi.
“Aku
membersihkanya dengan saksama setelah dengar kau akan datang.” Kata Nyonya Nam.
Dan Yi pun mengucapkan terima kasih banyak dan akan berusaha.
“Kau bisa
jadi pemasar atau bahkan editor di sini. Ini tempat untuk mengejar mimpimu.”
Kata Tuan Nam sambil menyanyi.
“Terima
kasih untuk kesempatannya.” Ucap Dan Yi lalu duduk di meja kerjanya.
Dan Yi
duduk di meja kerja kaget melihat seseorang yang duduk disampingnya. Si wanita
meminta maaf karena mengejutkanya. Dan Yi pun memberikan hormat dengan wajah
gugup, lalu si wanita memberikan sebuah kertas.
Dan Yi
membaca note “Lari sekencang mungkin. Tempat ini neraka.” Si wanita menyuruh
Dan Yi untuk lari selagi bisa, menurtnta
Lebih baik kelaparan daripada bekerja di sini. Dan Yi hanya bisa diam saja.
Tuan Bong
sedang fotokopi melihat telp di meja Dan Yi berdering, salah seorang pegawai
ingin mengambil tapiTuan Bong pikir lebih baik ia saja yang mengangkatnya.
Tiba-tiba seorang pria berteriak karena tak bisa melakukan sesuatu.
“Apa Kau
sebut ini buku?” teriak si Pria. Tuan Bong dengan tenang bertanya ada masalah
apa
“Kau
bilang Masalah? Kenapa banyak tipo di buku ini? Apa Kau bercanda?” teriak si
pria
“Pak,
bisa beri tahu aku itu buku apa dan halaman berapa?” kata Tuan Bong siap
mencatat mengambil kertas.
“Apa Kau
tak tahu bukumu yang bermasalah? Sudut Pandang yang Indah Indah, apanya.” Teriak si pria
“Kami
bukan penerbitnya... Pak, Apabisa tak
menyelaku?. Aku berusaha bicara.” Ucap Tuan Bong. Si pria malah berteriak
menyumpahinya.
“Kenapa
kau menyumpahiku? Bukan kami penerbitnya. Namanya tertukar. Itu dari Penerbit
Gyeol, sedangkan kami Penerbit Gyeoroo... Apa? Bedebah itu menutup teleponnya?”
ucap Tuan Bong tersadar.
Akhirnya
Tuan Bong duduk dengan wajah lelah tak
percaya kalau Dan Yi selalu menerima
telepon semacam ini tanpa mengeluh. Ia mengaku sangat merindukan Dan Yi.
Tuan Bae
membuka kulkas. Ji Yool meminta jus yang ada dikulkas. Tuan Bae memperlihatkan
kalau teko jusnya kosong. Ji Yool pikir akan mengisinya. Nyonya Seo masuk
pantry, Ji Yool pikir akan membuatkanya. Tapi Nyonya Seo mengaku akan mengambil
sendiri.
“Ini
lebih sulit dari kelihatannya.” Ucap Ji Yool yang tak bisa membuka plastik
pembuka jus.
“Bahkan
Camilan juga habis. Mungkin ini yang orang bilang, "ketiadaan membuat hati
semakin dekat." Kata Tuan Bae sedih
“Benar.
Setelah dia tak ada aku sangat merindukannya. Aku merindukan Dan Yi” kata Ji
Yool sedih
“Dia
sudah tak di sini, biasakanlah. Kapan kau akan berhenti mencari dia?
Berhentilah merindukan Dan-i. Aku yang paling merindukannya.” Kata Nyonya Seo
sedih sambil memasukan cup kopi.
Hae Rin
melihat kursi Dan Yi yang kosong lalu bertanya pada Eun Ho kabar Dan Yi . Eun
Ho memberitahu kalau Dan Yi sudah mulai bekerja lagi. Hae Rin terlihat
bersemangat memberitahu Dan Yi yang dapat pekerjaan dan ingin tahu dimana.
“Penerbit
kecil.” Kata Eun Ho. Hae Rin pikir itu bagus.
Eun Ho mengeluh kalau pekerjaannya pasti melelahkan.
“Saat
pulang, dia sangat kelelahan...” kata Eun Ho lalu terdiam. Hae Ri mengoda
menyuruh Eun Ho meneruskan ucapanya.
“Apa Kau
merasa kasihan karena dia tampak sangat kelelahan?” ejek Hae Rin. Eun Ho pikir
dirinya tak ada alasan merasa kasihan
“Kenapa
dia ke rumahmu setelah pulang kerja?” goda Hae Rin. Eun Ho juga tak tahu
mencoba mengalihkan pandanganya.
“Aku
membencimu.” Kata Hae Rin. Eun Ho berpura-pura tak mengerti kenapa Dan Yi
datang ke rumahnya karena itu aneh.
Dan Yi
sedang berkerja di kantor, temanya datang bertanya apa yang dilakukan. Dan Yi memberitahu kalau diminta menulis ikrar
pemilihan sekolah Nam Ju-min. Temanya tak percaya kalau Tuan Nam juga menyuru untuk membantu putra mereka
“Aku juga
harus membuat poster.” Keluh Dan Yi. Temanya pikir sudah memberitahu sebelumnya
kalau sudah menyuruh lari.
Saat itu
telp berdering, Dan Yi mengangkatnya terlihat kaget mengetahi Biaya yang belum dibayar dan Pembayaran
selama empat bulan. Si penelp ingin tahu dimana Presdirnya. Dan Yi bingung,
temanya memberitahu kalau Tuan Nam tak ada diruangan.
“Tapi memang
dia sedang tak ada.” Ucap rekan kerjanya. Dan Yi pun memberitahu Tuan Nam
sedang tak ada ditempat sambil meminta maaf dan langsung menutup pintu.
“Itu desainer
buku yang bekerja sama empat bulan lalu dan Tidak pernah ada pembayaran.” Ucap
Dan Yi
“Tentu
saja tidak... Mereka tak membayar desainernya.” Kata rekan kerjanya.
Telp
berdering lagi, seorang pria berteriak
marah. Dan Yi meinta agar menjelaskan lebih dulu lalu kaget kalau itu dari
Percetakan. Ia pun memberitahu karena Tuan Nam sedang tak ada diruangan. Wajah
Dan Yi panik setelah menerima telp keduanya.
“Apa Kau
yakin kita akan dibayar tepat waktu?” tanya Dan Yi. Rekan kerjanya mengaku
mereka dibayar tepat waktu.
“Sebenarnya,
mereka membayar, tapi hanya pada saat penagih bilang akan pakai jalur hukum dan
sebagainya. Aku hanya akan bertahan setahun. Aku akan pindah ke kantor lain
setelah dapat pengalaman.”ucap rekan kerjanya.
Eun Ho
sedang memasak di dapur, Dan Yi masuk rumah memberitahu kalau sudah pulang. Eun
Ho menunggu didapur binggung tak melihat Dan Yi masuk rumah lalu pergi ke pintu
depan dan heran melihat Dan Yi sedang terbaring lemas di berbaring di lantai.
“Apa Harimu
melelahkan lagi?” tanya Eun Ho. Dan Yi berguling-guling dilantai mengaku seperti
akan mati.
“Bagaimana
bisa aku bertahan setahun di sana? Bosku gila dan ditambah lagi istrinya juga
gila. Apa Kau tahu yang harus kulakukan hari ini? Aku seharian membuat poster
untuk putra bosku karena dia mau jadi ketua OSIS.” Cerita Dan Yi berbicara
sambil berguling.
“Ya
Ampun... Dan Yi mengalami hari yang berat.” Kata Eun Ho berjongkok
mendekatinya.
“Namun, satu
hal yang membuatku bertahan. Bayangan bertemu kau saat aku pulang.” Kata Dan Yi
duduk menatap Eun Ho. Eun Ho menatap wajahnya terlihat bahagia lalu memeluknya.
“Akhirnya
akhir pekan... Aku tak perlu bekerja selama dua hari.” Kata Dan Yi dalam
pelukan Eun Ho. Eun Ho menepuknya dengan bahagia.
“Kau
Bersih-bersih dulu... Ini waktunya makan malam.” Ucap Eun Ho lalu mencoba
mengendongnya tapi tak kuat. Dan Yi meminta agar berusaha.
Park Hoon
akan pulang ke rumah lalu menekan bel rumah dan tersadar kalau itu rumahnya
jadi tak perlu melakukan itu. Ia pun akhirnya masuk rumah mengeluh mereka yang
akrab lalu memanggil Ji Yool, tapi tak ada sahutan bahkan dikamar mandi.
Ji Yool
meninggalkan note diatas meja “Aku pergi, banyak pekerjaan. Aku akan pulang
terlambat, jadi beristirahatlah.” Park Hoon pikir Belakangan ini Ji Yool bekerja keras dan
melihat Rumah juga bersih dan membaca buku kas milik Ji Yool.
Park Hoon
melihat banyak bon yang ditempel, lalu Ji Yool menuliskan pesan [SEMANGAT! KAU
BISA, JI-YOOL! AYO HEMAT! KAU AKAN MENJADI ORANG YANG BARU! MENJADI EDITOR
TERBAIK DALAM SEJARAH]
“Ternyata
dia orang yang tekun.” Kata Park Hoon lalu mengambil pulpen dengan senyuman
bahagia.
Ji Yool
terihat sangat seruis membaca naskah yang dikirim para pembaca, setelah itu
membaca naskah “PARA PAHLAWAN”. Sementara Dan Yi membersihkan lantai lalu
berpikir harus membersihkan gudang, lalu mengangkat barang-barang dalam kardus.
Ia tak
sengaja menjatuhkan kardus karena terlalu berat dan melihat tulisan tangan
[MALAM BIRU - 23 APRIL] Dan Yi pun melihat itu naskah tulisan tangan Pak Kang
dan sadar kalau kalau judul aslinya
adalah Malam Biru, lalu berkomentar kalau itu lebih sesuai.
“Kenapa
dia mengubah judulnya?” ucap Dan Yi lalu melihat tumpukan yang dan menemukan
seperti buku harian
“Harusnya
aku tak membaca buku harian orang lain. Tapi ini buku harian Pak Kang.” Kata
Dan Yi penasaran akhirnya membacanya.
“Pada 1
Januari 2007, Eun-ho datang untuk berikan salam tahun baru. Kami minum untuk
kali pertama. Aku ingin dia mencicipi alkohol dan belajar cara minum yang
benar. Aku buka semua minuman, termasuk sake mahal Korea, anggur, kaoliang, dan
wiski.
“ ampaknya
dia menangani alkohol dengan baik, tapi pada akhirnya sangat mabuk. Dia mengatakan
cita-citanya untuk menjadi penulis andal. Katanya dia akan menjadi bintang dalam
dunia sastra. Hanya setelah mendengarkan ocehan soal mimpinya, aku bisa
menidurkannya.”
“Eun Ho
sangat manis saat berusia 20 tahun... Manis sekali.” komentar Dan Yi lalu melihat
kertas lainya.
“20
September 2007... Aku jalan kaki untuk berolahraga. Entah kenapa aku terus
tertawa saat mencapai puncak. Itu menyegarkan dan nikmat. Aku telah menulis dan
minum obat secara teratur.”
Dan Yi
mulai bertanya-tanya karena Tuan Kang yang Minum obat dan menduga kalau
sakit. Ia pun menemukan buku harian lain
dan mulai membacanya.
“20
November 2008... Putraku mengunjungiku.” Dan Yi
kaget kalau Tuan Kang memiliki anak,
Di kantor
Ji Yool
membaca naskah Para Pahlawan hanya bisa melonggo. Hae Rin masuk kantor melihat
Ji Yool yang ke kantor pada hari Sabtu seperti tak percaya kalau Belakangan
ini bekerja keras lalu duduk di meja
kerjanya. Ji Yool berlari menghampiri
Hae Rin.
“Nona
Song... Pak Kang Byeong Joon, muncul kembali.” kata Ji Yol memperlihatkan
naskah.
“Ini
naskah Pak Kang. Novel terakhir yang katanya akan dia tulis.” Kata Hae Rin
membaca tulisan “Para Pahlawan. Tapi dari "Park Jeong-hun"
Dan Yi
mencoba menyusun semua buku harian, sambil bergumam “ Pak Kang sakit Dan selama
ini Eun-ho merawatnya.” Saat itu Eun Ho baru pulang mencari Dan Yi tapi tak ada
sahutan, lalu mencari di kamar tak ada siapapun.
“Ke mana
dia? Dan-i, Apa kau di loteng? Aku beli bahan makanan.” Ucap Eun Ho menaiki
tangga, kaget melihat Dan Yi sudah menangis.
“Pak
Kang... Kau merawatnya, 'kan? Di Gapyong... Pak Kang di Kapyong, 'kan?” ucap
Dan Yi terus menangis.
“Aku
selalu takut kotak itu akan terbuka dan dunia tahu soal kisah ini. Saat berpikir
mungkin aku telah salah membuat keputusan, aku takut pada kecaman dan tak bisa
tidur pada malam hari” gumam Eun Ho melihat Dan Yi yang menangis didepanya.
“Kupikir
mungkin selama ini aku ingin Dan-i tahu segalanya. Meskipun dunia membenciku, Dan-i
akan tetap membelaku. Dia akan menggenggam tanganku dengan cinta pada matanya.”
Gumam Eun Ho yakin.
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar