PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Semua
pengunjung toko buku melihat buku Tuan Kang tak percaya kalau menulis
kronologinya di edisi baru. Satu pria melihat ada sertifikat medis, mereka tak
percaya kalau Tuan Kang mengidap Alzheimer karena selama ini berpikir menghilang.
Di dalam
buku terlihat foto Eun Ho dan Tuan Kang duduk diatas kursi roda dengan caption.
[KANG BYEONG-JUN DAN MURIDNYA, CHA EUN-HO] Nyonya Seo, Tuan Bong dan Dan Yi
menikmati tulisan Tuan Kang dikantor.
“Mulai sekarang, aku tak bisa
gunakan ototku, dan akan kehilangan ingatanku. Aku akan kehilangan segalanya
dan perlahan mati. Tapi itu bagian hidupku yang tak bisa kuabaikan. Kini aku
sadar bahwa itu hal yang harus kuterima.
“Eun-ho.. Aku ingin hidupku menjadi cerita yang bisa dibaca orang lain. Jadi,
maukah kau menuliskan kronologi hidupku?”
Eun Ho
mulai menulis KRONOLOGI PENULIS [TAHUN 1954 ORANG TUA MENINGGAL DI PERANG
KOREA, TAHUN 1965 BERGABUNG DENGAN KLUB SASTRA] Di toko buku terlihat anak
kecil yang duduk dilantai untuk membaca.
“Eun-ho.. Aku tak percaya bahwa
sebuah buku bisa mengubah dunia. Namun, aku masih ingin bilang kepadamu untuk
menjadi seseorang yang seperti buku. Sebuah buku mungkin tak bisa mengubah
dunia tapi aku yakin itu akan meninggalkan kehangatan dalam hati seseorang.”
Dua anak
muda membantu seorang nenek berjalan menaiki tangga dengan membawa semua
barang-barang. Seorang wanita membaca buku Tuan Kang di cafe sambil mengusap
air matanya. Eun Ho yang dulu selalu berjalan dibelakang Tuan Kang untuk
menjaganya.
“Seperti kau bersembunyi di antara
kalimat sebuah buku saat tersesat. Seperti aku bertemu sebuah buku bernama Eun-ho
dan ditawarkan ketenangan hangat pada saat-saat terakhir hidupku, Eun-ho, Aku
ingin kau menjadi sebuah buku yang menenangkan orang lain seperti padaku”
Tuan
Bong, makan bersama dengan anak dan Nyonya Seo di sebuah restoran. Mereka
seperti keluarga yang bahagia. Nyonya Seo memberitahu kalau ada kelas terbuka
Rabu depan pukul 15.00 jadi meminta agar mengosongkan jadwalm.
“Apa Topiknya
sains?” tanya Tuan Bong. Nyonya Seo membenarkan. Tuan Bong mengeluh karena
seharusnya memberitahu lebih dulu.
“Aku
sudah bilang, Dia akan ikut kelas renang alih-alih taekwondo.” Ucap Nyonya Seo
“Apa Kau
berhenti taekwondo? Kau baru mulai. Kenapa sudah berhenti?” keluh Tuan Bong.
Anaknya hanya tertawa, Nyonya Seo seperti senang bisa makan layaknya keluarga
yang utuh.
Tuan Kim
masuk ruangan akan memanggil Nyonya Goo tapi ternyata Nyonya Goo tertidur pulas
dikursi akhirnya hanya bisa menatapnya. Nyonya Goo terbangun kaget melihat ada
jaket dan juga note.
“Bu Go...
Aku paham kau suka kerja.. Namun, kerja tak akan balas menyukaimu. Kuberi tahu
sebagai teman, bukan presdir perusahaan ini.” Tulis Tuan Kim. Nyonya Goo datang
masuk ruangan Tuan Kim.
“Aku
ingin katakan sesuatu sebagai teman. Mari bolos kerja bersama... Ayo ke pantai.”ucap
Nyonya Go. Tuan Kim melonggo tapi akhirnya keduanya tersenyum bahagia keluar
dari ruangan.
“Aku ingin kau bertemu orang-orang
dan hidup dengan ketulusan di dalam lubuk hatimu”
Hae Rin
melempar naskah ke meja Ji Yool lalu berjalan pergi. Ji Yool baru saja datang
melihat judul naskah “SENI MENUNGGU” lalu menjerit memanggil Park Hoon kalau
ada berita besar karena naskahnya lolos. Park Hoon juga terlihat bahagia.Tim
yang lain pun ikut bahagia.
“Sebuah buku mungkin tak bisa
mengubah dunia atau kehidupan seseorang. Tapi buku yang bagus pasti akan dibaca
oleh banyak orang. Kemudian, sedikit demi sedikit, akan menghangatkan hati
orang-orang.”
“Eun-ho, kau selalu melindungiku
meskipun dengan semua rumor yang terus menyebar. Aku berdoa agar kau juga bisa
mendapatkan ketenangan dengan bertemu seseorang yang seperti buku.”
Hae Rin
datang ke tempat Seo Joon, memperlihatkan kotak makan yang dibawanya. Seo Joon
tersenyum bahagia seperti sudah tak terganggu lagi. Dan Yi memeluk Eun Ho dari
belakang. Eun Ho melirik melihat Dan Yi yan ada didekatnya. Keduanya terlihat
bahagia.
Hae Rin
menaruh lauk yang dibawanya dalam piring dan berpikir Seo Joon bisa habiskan
sisanya sendiri. Seo Joon pikir kalau Hae Rin memasak ini untuknya. Hae Rin
mengeluh kalau pasti bukan karean bawakan lauk ibunya, karena belum makan jadi Akan makan dengan Seo Joon
juga.
“Kenapa?
Ah... Mustahil... Apa kau tersentuh karena pikir aku memasak ini?” goda Hae
Rin.
“Tidak,
bukan itu... Aku baru ingat ada yang bilang saat anak perempuan mula membawa
makanan dari kulkas ibunya, berarti mereka sudah mulai berkencan.” Kata Seo
Joon. Hae Rin binggung.
“Siapa?
Aku? Dengan siapa?” tanya Hae Rin. Seo Joon menjawab memilih duduk untuk segera
makan.
Hae Rin
pun tak membahasnya lagi mengambilkan nasi untuk Seo Joon Seo Joon pun mengucapkan terima kasih dan
berpikir untuk mengambil foto untuk mengenang momen ini. Hae Rin pun meliha
foto yang bagus meminta agar mengirimkan padanya.
“Ini
lezat sekali.” puji Seo Joon. Hae Rin terihat senang, berjanji Lain kali akan
membawakan pangsit. Seo Joon terlihat senang.
“Omong-omong,
kudengar kau diam di depan rumahku semalaman tempo hari.” Kata Seo Joon. Hae Ri
pikir pasti Eun-ho cerita padanya.
“Katanya
kau menunggu... Terima kasih sudah mencemaskanku...” kata Seo Joon senang.
“Maksudku...
Sejak kita bekerja sama, rasanya seperti kita sudah menjadi teman. Teman yang
lumayan dekat.” Kata Hae Rin malu-malu.
“Tapi Cha
Eun-ho tetaplah pria nomor satumu... Bukan begitu?” ejek Seo Joon. Hae Rin
mengeluh Seo Joon yang berpikir seperti itu.
“Kau segera
bicara padanya saat tahu aku adalah Park Jung-hoon.” Ejek Seo Joon seperti
cemburu.
“Ayolah...
Itu karena pekerjaan Dan itu hal yang cukup serius. Lagi pula, Eun-ho adalah
kepala editor.” Kata Hae Rin.
“Lalu
bagaimana Kalau bukan soal kerja?” tanya Seo Joon. Hae Rin terdiam lalu
mengalihkan kalau Kimchi daun bawang buatan ibunya sangat lezat jadi meminta
Seo Joon mencobanya.
“Kau
menulis di sana, 'kan? Itu tempat kau bersembunyi dan menulis Para Pahlawan.
Daripada bersembunyi, kenapa kau tak terbuka saja dan menulis novel baru,
Penulis Ji Seo Joon?” kata Hae Rin mengoda.
“Aku masih
belum yakin soal itu” kata Seo Joon seperti masih ragu menjadi seperti ayahnya.
“Aku
menyukainya.” Kata Hae Rin. Seo Joon terdiam. Hae Rin menegaskan kalau yang dimaksud tulisannya.
“Beberapa
kali.. Sejujurnya, aku membacanya berulang kali. Tiap kubaca aku tenggelam di
dalamnya. Sebagai editor, aku menantikan karya barumu.” Kata Hae Rin
“Tentu
saja.” Kata Seo Joon tersenyum bahagia. Hae Rin menegaksan kaalu dirinya orang
terdepan. Seo Joon merasa akan memikirkanya. Hae Rin mengeluh mendengarnya. Hae
Rin merengek agar Seo Joon mau melakukanya.
Dan Yi
dan Ji Yool melihat buku “PIKIRAN TUMBUHAN” mereka senang akhirnya bukunya bisa
keluar juga. Ji Yool berkata "Seberapa
penting hidup dengan alam bagi masyarakat kota?" Dan Yi membalas itu Aktualisasi.
"Buku
terbaik abad ini yang jabarkan keagungan alam dengan indah." Kata Ji Yool.
Dan Yi merasa kalau Ini juga menyenangkan.
“Buku ini
menghibur, 'kan? Aku tak tahu tanaman sangat selektif memilih pasangan.” Kata
Ji Yool
“
Profesor Kwak merevisinya berulang kali. Kini setelah selesai mengeceknya, kita
akan tentukan tanggal rilis dan promosinya.”ucap Dan Yi
“Kita
yakinkan yang lain saat rapat. Kita
pastikan buku ini diterbitkan” ata Ji Yool. Dan Yi pun yakin dapat anggaran besar untuk pemasarannya.
Tuan Kim
memuji sebuah buku yang disukainya dan mereak langsung terbitkan buku ini
“Pembunuh Yang Sempurna.” Menurutnya Ini jenis buku yang akan dibeli orang dan
waktunya untuk thriller, bahkan tak membatasi anggarannya...
“Kenapa
buku kita tak dibahas?” Ji Yool. Dan Yi juga panik “Sebentar lagi. Rapatnya
akan berakhir.”
“Apa sudah
selesai semua agendanya?” kata Tuan Kim. Dan Yi dan Ji Yool langsun mengangkat
tangan karena belum selesai
“Buku
terbaru kami, Pikiran Tanaman sudah selesai.” Ucap Dan Yi Tuan Kim
pikirsebaiknya tunggu hingga waktu yang tepat lalu keluar ruangan memujinya.
“Pak, pengecekannya
juga sudah selesai... Ini bisa langsung diterbitkan.”Ucap Dan Yi menahan Tuan
Kim sebelum keluar ruangan.
“Kenapa
harus karya seorang botanis yang diterbitkan? Ada penulis terkenal lainnya.
Kalau tidak, kenapa bukan buku tentang diriku, sang penerbit legendaris?
Terdengar aneh, 'kan? Begitulah perasaanku pada buku ini. Lemah bagi buku
pertama Proyek Sepuluh Orang” kata Tuan Kim lalu keluar ruangan
“Bu Go,
bagaimana kami menjadwalkan pemasaran...” kata Dan Yi. Nyonya Go meminta agar
menunggu saja.
"Tunggu
saja" berarti mereka tak akan menerbitkannya. Ayo kita ke kelab malam ini.
Bagaimana?” ucap Nyonya Seo
Di luar
ruangan semua harap buku ini ditaruh di tempat terbaik. Semua terlihat bahagia
karena buku akan diterbitkan. Tuan Kim memuji Park Hoon dan Song Il yang sudah
kerja bagus.
“Jadi,
itu buku yang akan diterbitkan, bukan buku kita? Katanya mereka suka
proposalnya. Mereka hanya peduli dengan uang.” Keluh Dan Yi
“Mereka
bagai katak lembu yang merusak lingkungan. Mereka bagai gulma bahaya yang
mengisap nutrisi tanaman lain. Hop Jepang adalah yang terburuk.” Kata Ji Yool
kesal
“Bukankah
itu ambrosia trifida? Jangan lupa timun duri.” Kata Dan Yi. Ji Yool seperti
baru mengingatnya.
Keduanya
sangat kecewa karena buku mereka tak disetuju sementara Park Hoon dan Song Il
berhasil menerbitkan buku.
Dan Yi
dan Ji Yool terlihat bingung, Ji Yool merasa bersalah karena sudah bilang akan diterbitkan bhakan beri
harapan pada Profesor Kwak. Dan Yi pikir belum dengar pendapat Pak Cha. Ji Yool
pikir Eun Ho sedang mengajar, Dan Yi merasa Eun Ho adalah harapan terakhir
mereka. Eun Ho akhirnya datang ke kantor.
“Pak Cha...
Ji-yul dan aku bekerja siang mala untuk menyelesaikan bukunya. Profesor Kwak
juga. Kami ingin tahu kapan bukunya akan diterbitkan.” Ucap Dan Yi berharap
pada pacarnya.
“Akan
kupikirkan.” Ucap Eun Ho. Dan Yi bingung bertanya apa maksud ucapanya.
“Apa Dia
juga seperti itu? Kenapa mereka lakukan ini pada kita?”ucap Ji Yool kesal. Dan
Yi juga merasa heran.
Hae Rin
memberitahu kalau Konsep pemasaran buku ini adalah "kelas" jadi ingin
bukunya tampak berkelas dan meminta Seo Joon Jangan gunakan huruf mencolok
seperti ini.Seo Jon pikir sudah mengatakan
buku Penulis Ryu harus tampak tegas.
“Ilustrasinya
mungkin menonjol, tapi itu menarik perhatian dan minat.” Kata Seo Joon
“Pak Ji,
ikuti saja instruksinya... Jadwalku padat.” Kata Hae Rin kesal
“Kukira
kau mau desain terbaik. Apa Kau menarik kata-katamu? Apa Begini biasanya kau
tangani masalah?” keluh Se Joon.
“Kau pun
begitu. Tampaknya kau bisa berkelit dengan perusahaan lain, tapi aku tak
seperti itu. Tolong hormati permintaan editor.” Ucap Hae Rin lalu mengumpat
saat melihat ada yang menelp.
Hae Rin menerima
telp dari ibunya mengatakan tak akan telat. Se Jin bertanya apakah Hae RI ada
acara hari ini karena mengira merkea akan makan malam. Hae Rin mengaku Tidak
bisa hari ini, karena ada rencana yaitu akan
kencan buta. Seo Joon kaget.
“Bukan
kencan buta sungguhan. Aku akan bertemu putra teman ibuku.” Ucap Hae Rin.
“Apa
maksudmu? Jangan.” Kata Seo Joon. Hae Rin heran kenapa tak boleh.
“Ya...
Ayahku pernah bilang aku harus jadi orang yang seperti buku. Aku ingin menjadi
buku untukmu.” Kata Seo Joon
“Buku
macam apa? Buku tentang ocehan dan moral?” tanya Hae Rin. Seo Joon mengaku
bukan seperti itu terlihat gugup.
“Novel
romantis... Daripada pergi ke kencan buta itu, makan malamlah bersamaku... Bagaimana?”
kata Seo Joon. Hae Rin terlihat gugup dan binggung tapi akhirnya tersenyum.
Dan Yi
melihat aplikasi REAL ESTATE, melihat harga deposit dari lima juta sampe sepuluh
juta won dengan sewa 500.000 won. Ia melihat bentuk rumahnay yang Tampak
lumayan dan dekat dengan rumah Eun-ho juga. Ia melihat sekeliling ruangan
merasa sudah membuat banyak kenangan di sini.
“Ahh...
Tidak... Aku berjanji hanya akan menetap enam bulan di sini. Jadi Aku harus
pergi.” ucap Dan Yi mulai mencatat pengeluaran Deposit sepuluh juta won, sewa
500.000 won.
Pintu
kamar diketuk, Dan Yi menyuruh masuk. Eun Ho bertanya Sedang apa Dan Yi dalam
kamar. Dan Yi mengaku mencari apartemen. Eun Ho terlihat kaget tapi berusaha
santai bertanya apakah ada yang bagus. Dan Yi menunjuk sebuah gambar
“ Ya,
bagaimana menurutmu yang ini?” ucap Dan Yi. Eun Ho menawarkan diri untuk
menemaninya. Dan Yi pun menganguk setuju. Eun Ho terlihat senang menyadarkan
kepalanya.
Keduanya
pergi ke sebuah apartemen. Si pegawai pikir kalau rumahnya bagus karena Lokasinya
dekat dengan stasiun kereta dan ada taman di dekatnya. Eun Ho membenarkan,
karena Ini lebih bagus dari yang dikira jadi tak perlu mencari lagi.
“Ya. Ini
bagus dan cerah... Harganya juga bagus.” Ucap Dan Yi senang berpikir akan tanda
tangan saja
“Tapi ini
tak akan cocok... Ini cocok bagi satu penyewa, tapi kita berdua. Kami akan
tinggal bersama seumur hidup. Dia suka tempatnya, tapi aku tidak. Terima kasih
untuk turnya.” Kata Eun Ho mengajak Dan Yi pergi. Dan Yi binggung
Dan Yi
keluar rumah mengeluh pada Eun Ho karena sudah janji akan pergi setelah enam
bulan. Eun Ho mengaku tak menghalanginya dengan membawanya karena tak bisa
tinggal sendiri. Dan Yi mengeluh karena jadi itu adalah alasan Eun Ho ikut.
“Kau
harus mencari tempat yang cukup untuk berdua. Kali ini aku mengeluarkanmu.” Ucap
Eun Ho
“Kalau
begitu, kenapa aku harus meninggalkan tempatmu?” ucap Dan Yi. Eun Ho setuju tak
ada alasan Dan Yi harus pergi
“Sudah
kukatakan tempat tinggalku adalah rumahmu. Itu juga artinya tempat tinggalmu
adalah rumahku juga. Apa Kau setuju? Apa Kau tak suka tinggal bersamaku” ucap
Eun Ho kesal.
“Bukan
begitu. Jae-hui akan kembali ke Korea begitu dia lulus...” kata Dan Yi. Eun Ho
langsung menyela
“Pikirkan
itu nanti saja... Kenapa cemaskan sekarang?” kata Eun Ho menyakinkan.
Dan Yi hanya
terdiam menatapnya. Eun Ho pikir Dan Yi pasti merasa salah dan harus meminta
maaf dengan memberikan ciuman dipipinya. Dan Yi mengelengkan kepala tapi
akhirnya memberikan ciuman untuk Eun Ho
Eun Ho
tersenyum mereka bergandengan tangan mengajak segera pulang dan makan siang
karena akan memasak. Dan Yi terlihat senang, Eun Ho bertanya apakah Dan Yi suka
Sup Doejang atau kimchi. Dan Yi mengeluh
kalau Eun Ho hanya bisa buat itu saja.
Hae Rin
sedang mencoba produk kulit baru. Song Il pikir Hae Rin sungguh beruntung. Hae
Rin mengaku baru saja dapat hadiah dari Bu
Baek ingin berterima kasih atas kerja kerasnya. Eun Ho pun mencoba krim yang
diberikan oleh penulis.
Dan Yi
dan Ji Yool tak mau menyerah mendekati Eun Ho, bertaya apakah sudah mempikirkan
kapan bisa menerbitkan bukunya. Eun Ho menjawab masih dipikirkanya. Ji Yool
ingin tahu Sampai kapan, tapi saat itu telp masuk dan Eun Ho langsung
mengangkatnya.
“Ini Tim
Editor Penerbit Gyeoroo... Ok... Baik. Terima kasih.” Ucap Eun Ho. Dan Yi
mencoba membahas kembali buku pertama
Pikiran Tanama tapi Eun Ho seolah tak peduli.
“Dengar!
Kita akan buat cetakan kelima buku puisi Penulis Na.” Ucap Eun Ho. Tuan Bong
menjerit bahagia karena yakin itu akan laris.
“Pak Kim,
tampaknya kau akan traktir kami makan.” Kata Eun Ho. Tuan Kim pikir Beritanya
tak sepadan untuk makan siang.
“Ada
berita besar lagi. Buku “Darah Dingin” yang disunting Song Il menjadi penjualan
terbaik, 'kan? Kita akan mencetak cetakan ketiga.” Kata Eun Ho.
Song Il
dan Park Hoon tak percaya mendengarnya. Tuan Kim pikir harus mentraktir semu
pegawai karena dapat banyak pesanan, untuk cetakan ketiga dan akan cetak 20.000
kopi lau memilih makan barbeku. Tuan Bong mengajak semua segera pergi sebelum
Tuan Kim berubah pikiran.
Semua
terlihat seneng sementara Dan Yi dan Ji Yool cemberut. Dan Yi meminta agar
bersaba lalu bertanya Berapa lama mereka harus menunggu saat bukunya sudah
siap. Eun Ho menjawab Hingga waktu yang
tepat. Dan Yi ingin menyela tapi Eun Ho sudah berjalan pergi.
Tuan Kim
mengaku sangat gembira karena Buku hasil kerja keras merkea dapat hasil yang
bagus. Nyonya Goo pun juga merasa puas karena tahu mereka terhubung dengan
pembaca. Tuan Kim dengan bangag kalau Pencapaian terbaiknya dalam hidup adalah
mendirikan Penerbit Gyeoroo.
“Aku
beruntung karena bertemu para anggota pendiri.” Kata Tuan Kim melirik Nyonya Go
dan Eun Ho
“Apa Kau
sudah baca puisi Penulis Na? Kau tampak sentimental belakangan.” Ejek Tuan Bong
“Jika
buku kita laris, Pak Kim menjadi luluh. Tapi dia jadi galak saat penjualan
menurun.” Kata Nyonya Seo
“Jadi,
untuk apa menerbitkan buku yang tak akan laku?” kata Tuan Kim.
Ji Yool
pikir yang ada dimeja seberang berpikir maksudnya itu buku mereka yaitu Buku
yang tak akan laku. Dan Yi terlihat pasrah kalau bukunya itu tak akan
diterbitkan tapi buku itu sangat bagus. Ji Yool terlihat kesal karena nasibnya
seperti ini.
“Karena
kita sudah berkumpul, mari bersulang.” Kata Tuan Kim semua pun mengangkat
gelas.
“Terima
kasih, Semuanya... Terima kasih sudah menyusun buku yang akan dibeli
masyarakat, seperti Pembunuh Yang Sempurna. Namun, bukan hanya buku macam itu yang
diterbitkan di Gyeoroo. Pikiran Tanaman juga akan diterbitkan!” ucap Tuan Kim
Ji Yool
dan Dan Yi hanya bisa melonggo tak percaya,
Tuan Kim mengaku sudah mendapat uang dari jual buku agar bisa
menerbitkan buku semacam itu. Eun Ho terlihat senang dan berpikir Walau bukunya
tak laku, sebagian buku layak untuk dibagikan pada dunia.
“Walau
tak semua pembaca membacanya buku itu akan jadi harta bagi pembacanya.” Untuk
terbitkan bukunya, kita harus mendapatkan uang dengan menjual buku lain dulu.
Itulah filosofi Pak Kim.. Aku sangat menghormatimu, Pak.” Kata Eun Ho. Dan Yi
terlihat sangat bahagia.
“Walau
hanya terjual sepuluh kopi, ada buku yang harus diterbitkan.” Kata Tuan Bong.
Nyonya Seo yakin Itu buku yang bagus.
“Bukunya
membahas topik yang spesifik dan memberi wawasan pada kita.” Ucap Nyonya Seo.
Eun Ho dan Ji Yool menganguk setuju.
“Pilihan
bagus untuk memulai proyek baru kita. Penjualan terbaik hanya laku dalam jangka
pendek, tapi “Pikiran Tanaman” akan terjual dengan stabil dan disukai lama
sekali.” ucap Tuan Kim
“ Selamat,
Ji-yul. Dan... kau juga, Dan Yi” kata Eun Ho terlihat bahagia.
Dan Yi
dan Ji Yool bisa tersenyum bahagia. Tuan
Kim memberitahu aklau ada satu pengumuman meminta Nyonya Go memberitahu. Tuan Bong mengeluh Kapan mereka akan bersulang. Nyonya Go berdiri
memberitahu Mulai sekarang Penerbit
Gyeoroo akan menerapkan sistem rekrutmen buta.
“Latar
belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja tak akan jadi faktor. Kita akan
merekrut berdasarkan bakat mereka. Itu Cara yang tepat.” Ucap Nyonya Go. Semua
terlihat bahagia, lalu mereka mengangkat gelas untuk bersulang.
Eun Ho
berjalan bersama semua pegawai lalu berjalan mendekati Dan Yi dan mengenggamnya. Dan Yi panik menarik
tanganya, Park Hoon pun melihatnya terlihat bingung. Eun Ho malah menarik Dan
Yi ke arah depan. Dan Yi makin panik menarik tanganya tak ingin memberitahu
hubunganya.
“Lihat.
Mereka bergandengan... Apa Kalian berkencan? Pria muda yang dia cium... Apakah
itu Pak Cha?” ucap Nyonya Seo.
Eun Ho
sudah tak peduli lagi ingin memberitahu kalau memiliki hubungan dengan Dan
Yi. Mereka semua merasa iri karena
menurutnya Dan Yi beruntung lalu mengucapkan Selamat karena Mereka pasangan
resmi Gyeoroo pertama.
Tuan Kim
akhirnya berani mengandeng tangan Nyonya Go dan ikut berjalan dibelakang Eun
Ho. Semua tak pecaya ternyata keduanya juga memiliki hubungan. Tuan Bong tak
ingin kalah, mengandeng tangan Nyonya Seo, tapi Nyonya Seo melepaskan tanganya
dan berlari mengejar Tuan Kim dan Nyonya Go.
Dan Yi
dan Eun Ho berjalan sendirian, lalu Dan Yi binggung dengan yang harus dilakuka
karena mereka semua sudah tahu. Eun Ho mengaku tak peduli jika mereka tahu
hubungan mereka bahkan ingin seluruh dunia tahu bahwa iamencintaimu, Dan Yi.
Keduanya
saling menatap dengan penuh cinta lalu Eun Ho menciumnya. Setelah itu keduanya
berjalan bersama sambil tertawa bergandengan tangan.
“Aku
membuka buku lamaku lagi. Bukunya bagus saat pertama kubaca. Tapi saat kubaca
untuk kali kedua atau ketiga, bukunya membuatku tandai kalimat-kalimat terus
menerus. Aku menemukan kalimat-kalimat baru tiap harinya. Ini buku yang aku baca
paling lama.
EPILOG
Ji Yool
bertemu dengan seorang pria dalam cafe. Si pria ingin tahu hobinya. Ji Yool
menjawab Hobinya membaca buku. Si pria mengerti Itu sebabnya bisa bekerja di
penerbitan. Ji Yool menbaku selalu ingin berada di dekat buku jadi Itulah
alasannya bekerja di penerbitan.
“Kau...
Astaga, dia mengejutkanku.” Ucap Ji Yool kaget melihat Park Hoon tiba-tiba
sudah ada di depan jendela.
“Apa Kau
kenal dia?” tanya si pria. Ji Yool mengaku Park Hoon sebagai pamannya. Si pria binggung kenapa Pamanya
datang.
Park Hoon
masuk cafe terlihat marah yang dilakukan Ji Yool. Si pria pun menyapa dengan senyuman. Park Hoo
meminta maaf menegaskan kalau Ji Yool adalah miliknya. Ji Yool kaget lalu menarik
Park Hoon memberitahu kalau sedang kencan buta
“Aku punya
hadiah pernikahan untukmu!” teriak Park Hoon. Ji Yool kaget dan akhirnya
mencium Park Hoon dengan cepat.
“Apa itu?
Apa Kita mulai berkencan hari ini?” tanya Park Hoon. Ji Yool terlihat shock
tapi Park Hoon akhirnya mengajak segera pergi.
Tuan Kim
dan Nyonya Go melakukan kencan, hanya duduk dirumah sambil makan. Tuan Kim
menyuapi Nyonya Go karena membuat Jangjorim ini. Nyonya Go terilhat senang
karena rasanya Enak.
Tuan Bong
memegang anaknya mengejek kalau masih terlihat kecil. Nyonya Seo mengeluh agar
tak menyentuh anaknya seperti anak kecil. Tuan Bong tak peduli karena ia adalah
ayahnya.
“Perusahaan
ayahmu sangat bagus, 'kan? Bagaimana?” kata Nyonya Seo mengantar Tuan Bong
sampai ke depan lift.
“Tidak
juga.” Kata anak Tuan Bong. Tuan Bong kaget berpikir kalau anaknya tak suka
“Mereka
semua menghormati ayah. Ayah yang tertua di sini.” Kata Tuan Bong bangga
“Apa Ada
rencana di akhir pekan?” tanya Nyonya Seo. Anaknya menjawab akan Bersama Ayah bermain games.
“Jangan
main itu.... Jangan biarkan dia main Games” kata Nyonya Seo sebelum masuk lift.
Tapi Tuan Bong seperti tak peduli.
Song Il
dkk berjalan bersama dengan seluruh pegawai unuk makan bersama. Mereka terlihat
bahagai meninggalkan makan siang bersama.
THE END
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar