PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Sebuah
meteor bergerak mendekati bumi. Seseorang dengan pakaian Jet Li bertarung
disebuah gereja dengan pedang, seperti adegan scene Hyun Bin pada drama
memories of Albraham. Sutradara berteriak Cut, Lee Joon Ki pun menerima pujian
tindakan pembunuh dan Kerja bagus.
“Adegan
akrobat berakhir, jadi bawa aktris utama.” Ucap sutradara. Joon Ki dengan
rambut panjang menjadi artis penganti.
“Terima
kasih. Semoga harimu menyenangkan.” Kata
ucap Joon Ki dan si artis wanita hanya
emberikan minuman sebagai imbalan. Joon Ki hampir terjatuh karena tersenggol.
“Apakah
begitu sulit bagi mereka untuk mengatakanku melakukan pekerjaan dengan baik
atau apa ? Bagaimana akhirnya aku menjadi begitu menyedihkan?” keluh Joo Ki
lalu mengeluh karena minumanya pahit.
Seseorang
datang memberikan telp yang sedari tadi berbunyi. Joon Ki pun mengangkat telp dan melotot kaget
dan langsung berlari keluar walaupun masuk dengan kostum wanita.
Cha Woo
Sik berada diatas pangung dengan gitarnya, dengan bangga mengatakan Lagu ini
untuk semua wanita di luar sana. Dua nenek duduk dibangku penonton terlihat
sedang tertidur pulas. Woo Sik pun menyanyikan lagu "Ddaeng Beol".
“Kau
adalah orang yang tidak dapat dipercaya Bernyanyi bersama. Kau itu orang yang
tidak dewasa Mari bertepuk tangan. Tidak peduli betapa aku berusaha
menghiburmu, itu tidak berguna Kau adalah orang yang sangat baik di lubuk hati”
Woo Sik
menyanyi dengan sangat merdu, lalu terganggu dengan bunyi ponsel lalu
mengangkat telp sambil mengeluh kalau sedang di kelas sekarang dan mencoba
untuk menggodanya, lalu melotot kaget dan langsung berjalan pergi.
Kook Ki
Bong, sebagai pemain basseball akan melempar bola. Komentator memberitahu Ki
Bong memiliki satu pitch tersisa untuk memenangkan kejuaraan dan memiliki
permainan tanpa hitter sampai inning kesembilan.
Ki Bong
terlihat sudah sangat yakin melempar bola, Komentator memberitahu kalau Ki Bong
perlu berhati-hati dengan melempar bola dan
Sato mungkin mengharapkan bola yang melanggar sekarang. Ki Bong pun
melempar bola dengan baik lalu ditangkap tanpa dipukul.
Jerita
riuh pun terdengar, Komentator berkata kalau Mereka memenangkan kejuaraan dan
berteriak kasih pada Tim Sato, dengan
bangga memberitahu Pahlawan nasional Kook Ki Bong telah memimpin timnya... untuk
kemenangan dengan melemparkan permainan tanpa-pemukul dan tidak-lari.
Ki Bong
berteriak bahagia dengan teman tim yang mengerubunginya. Sebuah teko air
disiram pada wajah Ki Bong seperti sedang mengigau juara. Pelatih berteriak
marah karena Ki Bong pingsan saat berlari.
“Apakah
kau bahkan punya mimpi? Ayo Bangun.. Apakah Kau tidak ingin pergi ke liga
utama? Apakah Kau akan membusuk selamanya di liga minor?” teriak Pelatih. Ki
Bong kaget dan merasakan telpnya bergetar.
“Pelatih,
bisakah Aku menerima telepon ini?” ucap Ki Bong. Pelatih hanya bisa mengumpat
marah.
“Apa? Aku sedang berlatih sekarang.” Kata Ki Bong
lalu terlihat kaget dan mengumpat marah.
Ki Bong
tanpa sadar berlari dengan ban besar yang masih menempel, Pelatih yang
melihatnya memuji Ki Bong kalau harusnya
bisa berlari dengan cepat, Tapi ternyata malah keluar dari ruang
latihan.
Di dalam
rumah
Seorang
Bibi masuk rumah memberitahu Bagian dalamnya rapi, dan bagian dalamnya juga
bagus. Si pembeli seperti sedang dengan hostel waikiki yang bagus. Kim Jung Eun hanya berbisa berdiri didepan
tangga dengan wajah ketakutan.
“Selain
itu, ini adalah lokasi yang hebat, jadi itu akan baik untuk bisnis. Kau bisa
menggunakan semuanya di sini... ini hebat kan?” ucap bibi. Si pria mengangguk
setuju.
“Aku
harap Kau membuat pilihan yang tepat.” Kata Si bibi. Jung Eun makin panik karena tiga orang pria
penghuni belum juga datang.
“Setiap
orang yang tinggal di sini menjadi sukses dengan pekerjaan mereka. Dari
sutradara film, jurnalis, dan CEO dari pusat perbelanjaan untuk patissier. Mereka
semua menghasilkan banyak uang.” Kata Si bibi dan di dinding terlihat foto
keberhasilan penghuni.
Joon Ki,
Woo Sik dan Ki Bong akhirnya datang dengan custum yang berbeda. Si pria dan
bibi kaget melihatnya. Si Pria bertanya siapa merkea. Bibi mengaku Mereka
adalah satu-satunya yang aneh. Si pria terlihat ragu akan memikirkannyalagi dan menelepon kembali.
“Tapi...
Kau harus melihat lebih dekat... Aku punya lebih banyak tempat untuk
ditunjukkan! Pak, Aku meminta Kau...” ucap si bibi panik tapi si pria sudah
melangkah pergi.
“Apa yang
kau lakukan? Bagaimana Kau bisa menjual tempat ini tanpa berdiskusi dengan
kami?” ucap Woo Sik mengeluh
“Maka dari
itu Kau harus membayar sewa. Apakah Kau tahu sudah berapa bulan sudah terlambat
membayar?” kata si bibi
“Jika Kau
memberi kami satu minggu, kami akan mengurus sewa...” kata Ki Bong
“Apakah
Kau tahu sudah berapa bulan kalian mengatakan itu?” keluh si bibi
“Sudah
sekitar 4 bulan dan 2 minggu...” kata Joon Ki, Ki Bong dan Woo Sik menatap
sinis.
“Baik. Aku akan memberi Kau satu minggu lagi dan ini
akan menjadi kesempatan terakhirmu. Kau lebih baik membayar kembali semua
pembayaran yang sudah lewat.” Tegas si bibi
Joon Ki
dkk hanya bisa tertunduk sedih, si bibi pun mengejak mereka semua yang terlihat
menyedihkannya lalu mengeluh ketiganya seperti Lampu lalu lintas dengan warna
baju yang mencolok.
Akhirnya
si bibi keluar dari rumah, Joon Ki mengeluh pada Ki Bong datang dengan membawa
ban besar kerumah. Ki Bong pun mengejek Joon Ki yang mengejeknya dengan style
rambut dan make up wanita.
“Hei,
lampu merah. Berhenti.” Ucap Joon Ki, Ki
Bong mengeluh memilih untuk duduk disofa.
“Hei... Apa
yang membuat Kamu begitu lama sampai di sini?
Aku memanggilmu berabad-abad yang lalu.” Keluh Jung Eun.
“Aku
datang segera setelah Kau menelepon. Bahkan Aku masih memiliki wig Aku. Apakah kau tidak melihat ini?” balas Joon Ki
“Ini
membuatku gila. Bagaimana Aku dapat menemukan begitu banyak uang dalam waktu
sesingkat itu?” keluh Woo Sik. Ki Bong
juga memikirkan hal yang sama.
“Jung
Eun, apakah Kau punya uang?” ucap Joon Ki. Jung Eun pikir Joon Ki tahu kalau
pasti bisa hidup nyaman kalau punya uang.
“Aku tahu
kau tidak akan melakukannya.”ejek Joon Ki. Jung Eun ingin tahu Ada apa dengan
penampilan Joon Ki hari ini.
“Kau
pasti sudah tahu, Bagaimana Aku bisa berakhir seperti ini? Coba Lihat aku, aku
adalah aktor berbakat. Bagaimana Aku bisa menjadi Pemeran pengganti? Hanya pemeran
pengganti?” keluh Joon Ki
“Kau
tidak pernah belajar, kan? Itu sebabnya cewek mencampakkanmu.” Ejek Jung Eun
“Hei! Aku sudah bilang... untuk tidak pernah
berbicara tentang Seo Jin. Dan dia tidak mencampakkanku. Tapi kita saling
putus.” Tegas Joon Ki. Dua temanya pun panik berharap Jung Eun tak membahasnya.
“Baik,
apa pun yang Kau katakan. Aku akan
mandi.” Kata Jung Eun tak peduli.
“Apakah
Kau harus berbicara tentang perpisahan it?
kemana Kau pergi?” kata Joon Ki marah. Jung Eun berlari menaiki tangga
sambil menjulurkan lidah.
“Apakah
Kau menjulurkan lidah ke arahku? Jangan sampai kau berani mandi! Itu akan menghabiskan uang kita.” Teriak Joon
Ki marah
Woo Sik
akhirnya berteriak marah lalu menegaskan kalau suam salah Joon Ki dan harus Bertanggung
jawablah untuk itu. Joon Ki bingung kenapa semua salahnya. Woo Sik menegaskan kalau Joon Ki adalah CEO
dan bersama dengan Ki Bong hanya investor.
“Kau
memberi tahu kami bahwa itu akan menjadi investasi yang bagus. Dan mengatakan
bahwa kami akan mengumpulkan uang setelah rumah direnovasi.” Ucap Woo Sik marah
“Kita
sedang mengalami resesi ekonomi global sekarang... Semua penginapan sedang
berjuang.” Ucap Joon Ki membela diri
“Diam! Aku
seharusnya tahu lebih baik daripada memercayai orang sepertimu.” Ucap Woo Sik
marah
“Kau
hanya memanggilku CEO ketika sesuatu yang buruk terjadi.” Keluh Joon Ki
Ki Bong
yang menonton TV memberitahu kalau ada festival, Ki Bong tak peduli. Ki Bong
menjelaskan ada banyak orang di sana sekarang datang, lalu bertanya dengan
wajah polos siapa Hujan Meteor. Joon Ki dan Woo Sik hanya bisa menatap binggung.
“Siapa
dia dan mengapa orang-orang berkumpul untuk melihatnya? Apa Seorang
penyanyi? Aktor?” ucap Ki Bong. Woo Sik
pikir Ki Bong itu sedang bercanda.
“Aku tahu! Seorang pemain sepak bola!” kata Ki Bong
bangga
“Aku harus
menyalahkan diri sendiri untuk mempercayai boneka palsu seperti Kau dan
menginvestasikan uang.” Kata Woo Sik marah
“Ini
semua salahku. Aku orang gila di sini.” Teriak Ki Bong juga ikut marah. Woo Sik
pun tetap ingin tahu siapa Hujan Meteor
Akhirnya
mereka berdiri diatap rumah, Joon Ki merasa
a hal baik akan terjadi. Tapi Woo Sik merasa mereka tidak seharusnya
menonton meteor sekarang. Joon Ki memberitahu kalau Ini akan menjadi hujan meteor bersejara dan
mereak tidak boleh melewatkannya.
“Siapa
tahu? Jika kita berharap pada meteor, uang mungkin menghujani kepala kita.”
Ucap Joon Ki yakin. Woo Sik mengeluh karena pasti tak mungkin
“Kenapa
kau pesimistis sekali?” keluh Joon Ki. Woo Sik pikir tak mungkin b bisa
optimistis jika akan menjadi tunawisma sepekan lagi.
“Itu
sebabnya kau perlu lebih optimistis... Dengarkan aku, Woo Shik dan Ki Bong, kau
juga... Tataplah satu sama lain. Tidak ada yang lebih buruk dari ini.” Ucap
Joon Ki. Woo Sik tak mengerti maksudnya.
“Itu dia
maksudku... Kita telah mencapai titik terendah dalam hidup.” Kata Joon Ki. Woo
Sik tak mengerti.
“Tidak
ada tujuan lain selain naik. Tidak mungkin hal lebih buruk lagi akan terjadi
kepada kita... Bisa-bisanya kau tidak optimistis? Bukankah begitu?” kata Joon
Ki yakin.
“Apa Kau
serius? Mati saja kau.... Jangan sia-siakan oksigen yang kau hirup, mati saja.”
Ucap Woo Sik marah mencengkram baju Joon Ki
“Hentikan,
kalian berdua! Ini Sudah dimulai! Lihat ke sana! Jadi, itu yang namanya
meteor.” Ucap Ki Bong menyudahi keduanya adu mulut.
Joon Ki
pun melihat dan memuji kalau Keren sekali. Woo Sik tak peduli hanya memalingkan
wajahnya. Joon Ki mengajak Woo Sik melihat karena ada yang besar. Ki Bong pikir
kalau sepertinya menuju ke arah mereka. Joon Ki menyuruh Woo Sik melihatnya.
“Aku
tidak peduli... Tapi Bukankah itu mengarah terlalu dekat ke kita?” ucap Woo Sik
akhirnya menatap ke arah langit.
“Bagaimana
jika kita kejatuhan?” ucap Woo Sik dan lama kelamaan meteor makin mendekat ke
arah mereka.
Ketiga
menjerit panik dan meteor pun jatuh diatap rumah dan terlihat sedikit ledakan.
Joon Ki dkk dengan wajah terkena abu melihat lubang yang besar diatap rumah.
"EPISODE 1 - Seratus juta bintang jatuh
dari langit"
Lampu di
rumah mati, ketiganya mencoba turun dengan ruangan yang gelap gulita. Mereka
seperti tak percaya kalau Meteor sungguh jatuh rumah. Ki Bong tak percaya
melihat lantai yang bolong.
“Jadi,
seperti itu rupanya meteor.” Ucap Ki Bong yang menurutnya keren sekali.
“Bukankah
ini sangat menarik?” ucap Joon Ki bahagia, Ki Bong pun juga bahagia sambil
bertepuk tangan.
“ Katamu
tidak akan ada hal yang lebih buruk lagi. Katamu tidak ada tujuan selain naik Katamu
kita telah mencapai titik terendah hidup.” Ucap Woo Sik
“Kita
mencapai titik terendah, tapi aku bukan berpikir kita bisa lebih rendah lagi.”
Kata Joon Ki
“Tutup
mulutmu! Coba Lihat itu. Eternit kita berlubang. Jika pemilik tanah tahu, kita
tidak hanya akan diusir, tapi kita akan dituntut. Paham?” kata Woo Sik
“Ini
bukan kesalahan kita Tapi Itu kesalahan
gravitasi.” Tegas Joon Ki yakin
“ Apa Kau
pikir dia akan percaya itu? Apa kau Ingat waktu jendelanya pecah karena hujan
es? Dia meminta kita membayar semua kerusakan.” Kata Woo Sik panik
“Saat itu
hujan es dan kali ini meteor... tapi Bagaimana mungkin meteor jatuh ke hostel?
Kita harus bagaimana?” ucap Joon Ki sambil menangis.
“Aku
tidak percaya meteor jatuh ke tempat kita. Kenapa ini terjadi kepada kami?”
ucap Woo Sik kesal menendang meteor.
Kaki Woo
Sik seperti limbung akhirnya jatuh dan dua temanya menahan agar tak jatuh.
Pagi hari
Woo Sik duduk
menatap lantai yang rusak, Sementara Joon Ki dengan santai makan sambil
menonton TV dan tertawa terbahak-bahak.
Woo Sik mengeluh pada Joon Ki yang sungguh masih memiliki nafsu makan.
Joon Ki dengan santai menjawab makannya lezat.
“Kau
bilang Lezat? Bagaimana jika kita ketahuan oleh ibu pemilik tanah”? ucap Woo
Sik
“Kau
cengeng sekali... Percayalah kepadaku. Aku akan mengurus ini.” Kata Joon Ki
berjalan pergi. Woo Sik bingung apa yang dilakukanya.
“Tunggulah
saja... Untuk inilah kita punya otak.” Kata Joon Ki mendorong kursi menutupi
lubang.
“Tampak
lebih berantakan daripada semalam... Bukankah itu tampak baik-baik saja
sekarang? Kita bisa menonton TV sangat dekat dari sini.” Kata Joon Ki duduk
didepan TV.
Ki Bong
datang membawa sebuah kotak besar sebagai Kejutan. Woo Sik bertanya apa yang
dilakukan. Ki Bong pikir mereka butuh uang sebanyak mungkin jadi Setidaknya
mereka harus coba menjual apa pun yangdi punya dan akan melihat benda yang ada
didalamnya.
“ Coba
Lihat, Ini dia... Kau tahu Randy Johnson, kan? Pelempar kidal dari MLB... Ini
ditandatangani olehnya... Ini pasti mahal sekali.” ucap Ki Bong bangga sarung
baseball
“Apa Kau
yakin? "Semoga kau hidup bahagia! Tertanda Randy Johnson" Ap Randy
Johnson menulis ini? Apa Randy Johnson menulis bahasa Korea, tata bahasa dan
tulisannya sempurna?Apa Dia bisa menulis bahasa Korea "Semoga kamu hidup
bahagia!"?” ucap Woo Sik kesal
“Mungkin
dia belajar bahasa Korea.” Kata Ki Bong yakin. Woo Sik mengeluh kalau ini
konyol dan palsu.
“Ini
tidak palsu... Kuberi seniorku 1.000 dolar agar Randy Johnson
menandatanganinya.” Kata Ki Bong yang polos
“ Lalu
bagaimana dengan stick baseball ini? "Semoga kau senang-desu! Dari
Ichiro" Baik, anggaplah Ichiro belajar bahasa Korea juga. Meski begitu,
akankah dia menulis "desu" dalam bahasa Korea? Reaksi macam apa itu?
Ki Bong! Gunakan otakmu. “ ucap Woo Sik kesal
“Diam... Aku
tidak bisa makan karena kalian terlalu berisik.. Hei.. Apa ketidaktahuan Ki
Bong sebuah dosa? Ayo Kemarilah. Tidak apa-apa, kau anak yang sehat. Kamu
tinggi dan masih bertumbuh.” Ucap Joon Ki membela Ki Bong sambil mengeluh
kepalanya.
“Kalian
membuatku gila.” Ucap Woo Sik kesal.
Joon Ki lalu meliaht ada mic danbertanya dimana mendapataknya dengan
tanda tangan Cho Yong Pil
“Kurasa
itu milik Woo Shik.” Kata Ki Bong. Woo Sik menyuruh keduanya berdiri. Joon Ki
bertanya untuk apa. Woo Sik mengatakan mereka harus menutupi lubang itu.
Keduanya
naik ke lantai atas, Ki Joon tak percaya melihat Lubangnya lebih besar dari dugaannya dan
mengajak untuk menutupi dengan sofa akan
mengangakt bersama. Keduanya menganguk mengerti dengan Joon Ki berjalan mundur
lalu kakinya malah masuk ke lubang.
“Aku
terjebak di sini... Kenapa kau mendorong keras-keras?” teriak Joon Ki marah
“Kau
menyuruhku mendorongnya.” Ucap Ki Bong. Joon Ki malah mengejek Ki Bong ini
hanya bedebah bodoh yang tidak berguna.
“Aku
terjebak di sini.... Sedang apa kalian? Bantu aku.” Ucap Joon Ki. Woo Sik
mengeluh Joon Ki itu sangat menyebalkan.
Mereka
berusaha menarik Joon Ki dari lubang, tiba-tiba terdengar suara bibi yang
memanggil Woo Sik. Ketiganya panik
karena bibi datang, Joon Ki heran si bibi yang datang pagi-pagi. Woo Sik panik
tak ingin ketahuan.Joon Ki meminta
mereka segar menariknya.
Si bibi
terus memanggil Woo Sik, akhirnya Woo Sik pun memilih untuk turun dan meminta
Ki Bong agar menarik Joon Ki keluar dari lubang.
Woo Sik
akhirnya menghampiri bibi dengan wajah panik bertanya apa yang dilakukan bibi
sambil membungkuk. Si bibi berpikir sudah menjatuhkan antingnya kemarin danbertanya
apakah Woo Sik melihatnya. Woo Sik
mengaku tak melihatnya.
Sementara
di atap rumah, Joon Ki meminta agar Ki Bong menariknya sekuat tenaga. Ki Bong
mengaku kalau sudah mencoba sekuat tenaga. Joon Ki heran tak bisa melepaskan
kakinya dan malah membuatnya makin terdorong keluar.
“Suara
apa itu? Apa Kau dengar suara itu?” ucap Si bibi. Woo Sik panik mengaku tidak
dengar apa-apa.
“Apa aku
berhalusinasi? Jadi Di mana kira-kira?” ucap Si bibi mencari antingnya.
“Anda
pasti sibuk. Kami akan menemukannya dan menyerahkannya kepadamu” ucap Woo Sik
“Tidak
perlu. Aku bisa mencarinya sendiri.” Kata si bibi terus mencarinya.
Joon Ki
berusaha keluar dan Ki Bong menariknya, tapi kakinya malah makin terjerumus.
Woo Sik melihat kaki Joon Ki yang melayang. Si bibi pun merasa kalau mendengar
sesuatu. Woo Sik tetap menyakinkan tidak
mendengar apa pun.
“Aku
yakin. Aku mendengar sesuatu... Kurasa itu dari eternit.” Ucap bibi. Woo Sik
tiba-tiba langsung memeluk bibi agar tak melihat kaki Joon Ki yang melayang. Si
Bibi binggung bertanya apa yang dilakukan Woo Sik.
“Sebenarnya,
aku mencintaimu... Sudah lama aku menyimpan
perasaan kepadamu” ucap Joon Ki. Si bibi kaget tak percaya dengan ucapan Woo
Sik
“Kita
tidak bisa bicara di sini... Jadi Ikut aku. Ayo pergi.” ucap Woo Sik mengajak
bibi agar keluar dari rumah saja.
Si bibi
meminta Woo Sik agar melepaskanya karena tanganya yang sakit. Woo Sik langsung meminta maaf dan tertunduk
kebingungan. Si bibi ingin memastikan kalau bertanya apa yang dikatakan Woo Sik
tadi memang benar kalau benar-benar mencintainya. Woo Sik binggung.
“Sejak
kapan?” tanya si bibi ingin tahu. Woo Sik mengaku Sudah sekitar enam bulan.
“Enam
bulan? Aapa Itukah sebabnya kau betah dengan omelanku?” ucap si bibi. Woo Sik
membenarkan.
“Astaga...
Sekarang aku mengerti dan Aku tidak mengira... tapi Tetap saja, ini tidak
baik... Aku terlalu tua untukmu... Selain itu, aku punya anak. Pria muda
sepertimu tidak punya urusan denganku...” ucap si bibi
“Kurasa
begitu. Aku tahu ini absurd.” Kata Woo Sik. Bibi pin berpikir kalau ini konyol.
“Itu
tidak akan berhasil.. Kurasa aku terlalu serakah... Maafkan aku.” Ucap Woo Sik
mencoba menghindari si bibi.
“Tunggu...
Kau harus serakah... Perasaan tidak bisa dikendalikan... Jadi, kau harus
serakah... Aku suka pria serakah.” Ucap Si bibi menahan tangan Woo Sik
mengodanya. Woo Sik hanya bisa melongggo bingung.
Akhirnya
poster Joon Ki menutupi lantai yang bolong dan keduanay melonggo kaget
mengetahui kalau Woo Sik u berpacaran
dengan pemilik tanah. Woo Sik dengan wajah melas memberitahu kalau mereka sudah
berpacaran mulai hari ini dan akan berkencan nanti.
“Kenapa
kau berbohong seperti itu?” keluh Joon Ki. Woo Sik pun kebingungan yang akan
dilakukan.
“Tunggu.
Mungkin itu hal yang baik... Dia tidak akan mengomeli kita tentang uang sewa
untuk sementara. Mustahil dia akan menagih uang sewa kepada pacarnya.” Kata
Joon Ki
“Apa Kau
mau aku terus mengencaninya?” tanya Woo Sik kesal. Joon Ki menganguk.
“Itu
berarti menipu dia.” Kata Woo Sik. Joon Ki pikir Tidak harus begit karena Woo
Sik bisa benar-benar mengencaninya.
“Dia terlihat
lumayan... Dia punya banyak gedung, uang, dan keriput. Dia juga sudah tua...
Bagaimana denganmu? Dia sungguh tidak selevel denganmu.” Ucap Joon Ki. Woo Sik
mengeluh dengan ucapan Joon Ki
“Mau bagaimana
lagi? Apa kau ingin Bicara jujur dan menjadi tunawisma di jalan?” kata Joon Ki.
Wook Sik mengeluh kalau ini yang membuatnya gila.
“Kenapa tidak
ada yang berjalan lancar?” ucap Woo Sik. Joon Ki pikir Ini mungkin kesempatan
mereka
Jung Eun
pulang, Joon Ki bertanya apakah shift kerjanya sudah selsai. Jung Eun menagnguk
kalau sudah selesai di tiga tempat berbeda dan lelah lalu bertanya apa yang
terjadi pada Woo Sik. Joon Ki mengaku tak ada masalah.
“Kotak
apa ini? Apa ini Buku tahunan?” ucap Jung Eun melihat. Joon Ki memberitahu
kalau Itu buku tahunan SMA mereka. Jung
Eun akan melihatnya. Joon Ki pikir Jung Eun menyesal.
“Kalian
semua terlihat sangat muda... Tapi Siapa gadis ini? Kenapa dia dikelilingi para
pria?” kata Jung Eun melihat sosok wanita.
Joon Ki
ingin melihat siapa yang dimaksud, Joon Ki memberitahu kalau namanya Han Soo
Yeon dan dia adalah cinta pertama kami. Jung Eun heran Joon Ki mengatakan
"cinta pertama kami" dan artinya
cinta pertama kalian bertiga. Joon Ki membenarkan dengan wajah bangga.
“Bukan
hanya kami, tapi semua pria di sekolah.” Kata Joon Ki. Jung Eun tak percaya menurutnya Soo Eun
bahkan tidak secantik itu.
“Kim Jung
Eun!” teriak Ki Bong. Jung Eun kaget
heran Ki Bong yang berteriak menurutnya
“Kau
keterlaluan... Apa kau bilang, Soo Yeon tidak secantik itu? Soo Yeon itu impian
kami.” Ucap Ki Bong mengingat kembali kejadian sebelumnya.
Flash Back
[SMA
Huam]
Joon Ki
berjalan masuk ke sekolah, bergaya seperti aktor yang tampan, sementara Ki Bong
dengan baju baseballnya terlihat sangat mahi
berolahraga dan menjadi atlet. Woo Sik
dengan gitar seperti layaknya seorang penyanyi dengan kertas lirik ditanganya.
Ketiganya
berjalans seperti tiga sahabat yang tak dapat dipisahkan. Seorang teman datang
memberitahu ada Berita besar. Woo Sik mengeluh kalau membuat keributan dipagi
hari. Temanya memberitahu mereka
kedatangan anak baru di kelas, Seorang wanita dan yakin pasti sangat cantik.
“Apa Itu
saja? Kami tidak tertarik.”ucap Woo Sik dan sebuah mobil berhenti didepan pintu
sekolah. Si pria menunjuk kalau anak baru akhirnya datang.
Soo Yeon
turun dari mobil. Ketiganya mengaku sama sekali tidak tertarik. Tapi Semua
seperti berhenti, Ketiganya hanya bisa melonggo melihat kecantikan Soo Yeon
seperti malaikat. Soo Yeon pun menatap ketiganya dengan wajah binggung.
“Kami
bertiga jatuh cinta kepada Soo Yeon pada pandangan pertama. Mulai dari wajahnya
hingga tubuhnya dan kepribadiannya yang penuh semangat, dia sempurna. Bahkan
keluarganya kaya. Dia anggun dari ujung kepala sampai kaki.” Cerita Ki Bong
“Begitukah?
Apa yang terjadi? Apa Kalian ada yang mengajaknya kencan?” tanya Jung Eun
penasaran.
Semua
jatuh lemas melihat kecantikan Soo Yeon. Joon Ki dengan yakin kalau mengajak
Soo Yeon berkencan.
Joon Ki
mendekati Soo Yeon sambil membawa sekaleng minuman, Soo Yeon mengucapkan
terimakasih dan langsung membukanya. Joon Ki seperti dalam sebuah adegan film
mengatakan “Saat kau meminumnya, kita pacaran.” Saat itu Soo Yeon yang kaget
langsung menyemburkan minuman ke wajah Joon Ki.
“Sayang
sekali... Aku melihatmu menelannya sedikit. Apa Kita pacaran sekarang?” ucap
Joon Ki santai. Soo Yeon langsung memuntahkanya.
“Hari
itu, Soo Yeon memuntahkan bahkan cairan lambung dan empedunya. Setiap tetesnya.”
Kata Joon Ki
Jung Eun
ingin tahu cerita Ki Bong dengan Soo Yeon, Saat itu Soo Yeon berjalan dengan
temanya. Ki Bong memanggil Soo Yeon memberitahu akalu Saat bola yang
dilemparnya mengenai kaleng itu maka mereka remsmi pacaran.
Soo Yeon melihat kaleng didepanya, panik dan
langsung berlari lalu dengan tabung tempat gambarnya langsung memukul bola yang
dilembar Ki Bong agar tak mengenai kaleng minuman.
“Itu kali
pertama Ki Bong membiarkan home run keluar taman. Cinta pertama kami pun
berakhir tragis....” Cerita Ki Bong sedih. Jung Eun mengeluh nasib mereka
memang menyedihkan.
“Bagaimana
denganmu, Woo Shik? Apa Kau mengajaknya kencan?” tanya Jung Eun penasaran.
“Itu
bukan urusanmu... Dasar bocah.” Kata Woo Sik lalu berjalan pergi.
“Ada apa?
Apa yang terjadi kepadanya?” tanya Jung Eun heran melihat sikap Woo Sik.
“Entahlah.
Dia begitu setiap kali kami membicarakan Soo Yeon.” Kata Ki Bong
Ia lalu
melihat telp dari sutradara aksi, lalu berbicara seperti membutuhkan Satu orang
lagi dan menatap Ki Bong dengan yakin kalau sudah mendapatkan dan akan bertemu
di set.
“Hei, kau
tidak ada pelatihan hari ini, kan?” ucap Joon Ki. Ki Bong mengaku tak ada dan
bertanya kenapa memangnya.
“Sutradara
aksi kenalanku tiba-tiba mencari figuran. Jadi Ayo Ikut aku.” Ucap Joon Ki
Joon Ki
dan Ki Bong sudah mengunakan setelan jas seperti seorang pengawal, lalu mulai
berlatih saling memukul. Sutradara memanggil mereka karena akan memulai syuting
dan menegaskan kalau syuting itu bukan lelucon.
“Dengarkan...
Dalam adegan ini, polisi menemukan tempat persembunyian geng di gunung, dan
mereka berkelahi. Jadi Lakukan sesuai latihan. Dengan begitu tidak ada masalah.
Apa Kalian mengerti?” ucap Sutradara. Semua mengerti.
“Coba
kita lihat... Siapa namamu tadi?” ucap Sutradara. Ki Bong menjawab namanya.
“Karena
kau pemula, setelah terkena pukulan tongkat oleh polisi, matilah seketika. Kau
harus mati di tempat... Ya? Jangan tutup matamu. Kamu tidak boleh menutup
matamu. Buka matamu lebar-lebar dan mati di tempat.” Ucap sutradara.
“Apa Anda
mau aku mati dengan mata terbuka?” kata Ki Bong bingung.
“Bukankah
aku baru saja bilang mati di tempat? - Di tempat! “ tegas Si sutradara seperti
pelupa. Ki Bong hanya bisa menganguk mengerti.
“Selanjutnya,
Jun Ho akan...” ucap Sutradara. Joon Ki membenarkan kalau namanya Lee Joon Ki.
“Benar,
Joon Ki... Maafkan aku. Aku lupa, kau akan berkelahi dengan polisi dan pegang
pemadam api ini, lalu mati di tempat! Kau akan mati di tempat juga... Mati di
tempat!” ucap Sutradara. Joon Ki menganguk mengerti.
“Kau mengerti?
Baik, semua jelas,kan? Mati di tempat.. Tapi Tunggu sebentar... Siapa namamu tadi? Bersikaplah
seolah-olah ini kali pertamamu.”ucap Sutradara menunjuk Ki Bong.
Ki Bong
menyebutkan namanya, Sutradara langsung ingat dan memikikran yang harus dilakukan dengan pemula lalu
menjelaskanya lagi. Ki Bong pikir sutradara sudah bilang tadi kalau harus “mati
di tempat.”
“Kau
harus mati di tempat. Kau tidak boleh menutup mata... Lalu Jun Bong akan... “
kata Sutradra. Joon Ki tak bisa menahan amarah berteriak kalau namanya Lee Joon
Ki.
“Joon Ki,
kau akan berkelahi dengan polisi dan pegang pemadam api ini...” ucap Sutradara
dan langsung disela oleh Joon Ki
“Anda
sudah bilang tadi. Aku harus mati di tempat... Lee Joon Ki mati di tempat. “
ucap Joon Ki
Sutradara
seperti sudah lupa, keduanya pun mencoba menegaksan kalau mereka akan Mati di
tempat lalu memberitahu Ketua sutradara kalau sudah siap. Si Sutradara kembali
salah orang dengan Ketua Sutradara pada Ass Sutradara.
Joon Ki
pikir syuting ini pasti sulit dan Ki Bong berbisik pada Joon Ki kalau Sutradara
itu agak aneh. Joon Ki pikir Sutradara itu selalu seperti dan Kepalanya pernah cedera saat menjadi
pemeran pengganti jadi Ingatannya hanya bertahan 3 detik. Ki Bong menganguk
mengerti.
“Kau
harus mengerti... Jadi, yang harus kau lakukan adalah mati di tempat! Mati di
tempat!” ucap Joon Ki mengejek sambil memukul kepala temanya.
“Dasar
bedebah. Aku akan membunuhmu di tempat... Hei... Kemarilah!” teriak Ki Bong
akan membawa kayu.
Adegan
syuting dimulai, Joon Ki dan Ki Bong seperti preman yang melawan polisi dan
terjadi perkelahian. Ki Bong sedikit
melawan dan mencari poisi yang tepat untuk Mati di tempat dan akhirnya memilih
sofa.
Joon Ki
masih berkelahi melihat alat pemadam, teringat dengan arahan sutradara lalu mencoba
membukanya tapi tak bisa, saat menarik dengan keras airnya malah mengenai
wajahnnya. Ki Bong melihatnya panik meminta agar jangan dekat-dekat.
Joon Ki
malah mengarahkan air pada Ki Bong dan keduanya pun terlihat tertutup dengan
air. Sutradara panik memberitahu Ketua Sutradara, tapi kembali salah orang
kembali memberitahu ada masalah dengan pemadam api dan akhirnya syuting
dihentikan.
Ki Bong
dan Joon Ki duduk di pojok ruangan sambil memegang matanya yang sakit dan
perih. Sutrdara meminta mereka membuka mata, Ki Bong mengaku masih sangat Perih
sekali dan tidak bisa membuka mata. Joon Ki pun mengeluh tidak bisa membuka
mata.
“Lantas
kenapa kau menyemprot wajahmu sendiri dengan pemadam api? Sudah kubilang mati
di tempat, bukan menyemprotkannya ke mana-mana.” Ucap sutradara
“Maafkan
aku...” kata Joon Ki tak bisa berkata-kata dengan mata tertutup
“Astaga,
menjengkelkan sekali... Kalian Pegang ini dan istirahatlah. Ya?” ucap Sutradara
memberikan tissue.
“Tapi Siapa
pria di sebelahmu ini? Aku belum pernah melihatnya.” Ucap Sutradara melihat Ki
Bong
“Berapa
kali aku bilang dia ini temanku?” ucap Joon Ki kesal. Sutradara teringat kalau
itu teman Joon Ki.
“Tapi ada
apa kalian ke sini?” tanya sutradara. Joon Ki mengaku Ki Bong datang untuk
syuting tapi mengubahnya kalau temanya hanya menongkrong”
“Aku
senang kau di sini. Selamat bersenang-senang... Apa Kau menikmatinya?” kata
sutradara lalu bertanya pada assitenat apa adegan selanjutnya. Assisten
menjelaskan adegan selanjutanya.
“Hei.
Sedang apa kalian di sini? Apa Kalian tidak mulai syuting?” ucap sutradara
“Mata
kami terluka dan Anda menyuruh kami istirahat.” Kata Joon Ki. Sutradara
terlihat benar-benar pelupa.
“Benar
juga. Maafkan aku. Kalian harus istirahat. Apa adegan selanjutnya?” kata
sutrdara kembali. keduanya hanya bisa menangis dengan nasib mereka yang tak
bisa membuka mata. Ki Bong pun mengeluh
kalau ini semua salah Joon Ki.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar