PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Disebuah
restoran
Woo Sik
terlihat gugup makan direstoran mewah dan buru-buru makan. Si bibi menyuruh Woo
Sik agar makan perlahan saja. Woo Sik
menganguk mengerti. Si bibi pikir kalau Woo Sik merasa gugup bersamanya. Woo
Sik binggung tapi akhirnya hanya membenarkan.
“Kau
manis sekali... Bagaimanapun, aku seharusnya menyadari perasaanmu lebih awal...
Sulit kubayangkan betapa beratnya hal itu bagimu selama ini... Maaf, Pak
Cha..... Bukan, maksudku, maaf,..Woo Shik.” Kata bibi mencoba berbicara banmal.
“Woo
Shik? Ini membuatku gila.... Cha Woo
Shik. Berapa lama lagi kau akan terus begini? Seputus asa apa pun kau untuk
bayar sewa, ini tidak benar... Baik. Aku harus mengatakan yang sejujurnya
kepadanya.” Gumam Woo Sik.
Akhirnya
Woo Sik mengaku pada bibi kalau Ada hal yang ingin dikatakan. Si bibi bertanya
apa itu lalu harus menerima telp lebih dulu. Woo Sik pun menunggu, Si bibi
tiba-tiba berteriak marah kalau itu bohong dan paling tidak tahan jika
dibohongi. Woo Sik langsung gemetar.
“Jebloskan
dia ke penjara sekarang juga! Berani-beraninya dia membohongiku... Tidak perlu
tunjukkan belas kasihan untuk sampah seperti dia. Bahkan Akan kugunakan semua
uangku untuk menjatuhkannya jika perlu. Aku tidak peduli jika butuh 100, atau
1.000 pengacara. Buat dia membusuk dalam sel gelap dan dingin sampai ajalnya
tiba.” Teriak Si bibi
Woo Sik
panik, Si bibi melihat ke arah Woo Sik langsung meminta maaf karena berteriak
lalu memberitahu kalau ada penyewa lain dan berbohong kepadanya. Ia mengaku
kalau Hal yang paling dibenci di dunia ini adalah ketika orang berbohong.
“Bukankah
kau bilang ada sesuatu yang ingin dikatakan?” ucap si bibi. Woo Sik bingung dan
ketakutan.
“Aku
hanya berharap waktu berhenti untuk kita saat ini.” Kata Wook Sik akhirnya
bersandar dibahu si bibi.
Si bibi
mengeluh kalau Woo Sik itu konyol lalu tersipu malu dan terlihat tak percaya
Woo Sik mau bermesaran. Woo Sik pun terpaksa karena takut dipenjara.
Joon Ki
terbangun dan tersadar kalau ketiduran lalu panik karena matanya tak bisa
terbuka. Ia lalu merasakan tempat syuting yang sunyi dan mencoba memanggil
apakah ada orang dan Sutradara dan mulai panik. Ki Joon pun terbangun mengeluh
dengan Joon Ki yang tiba-tiba berteriak.
“Maafkan
aku... Hei, ini terasa aneh. Kurasa tidak ada orang di sini... Bagaimana jika
mereka meninggalkan kita setelah syuting?” kata Joon Ki
“Hei.
Cepat hubungi Sutradara..” kata Ki Bong panik. Joon Ki pikir itu ide yang
bagus.
“Apa Sudah
menghubunginya?” tanya Ki Bong yang tak bisa melihat. Joon Ki kebingungan
mencari ponselnya.
“Dasar Bodoh,
staf bilang mereka menyimpan ponsel kita, apa kau ingat?” ucap Joon Ki. Ki Bong
teringat dan bertanya apa yang harus dilakuan.
“Mana aku
tahu? Dasar bodoh! Aku bahkan tidak bisa melihat dengan benar. Bagaimana ini?”
kata Joon Ki
“Apa Ada
orang? Kami terdampar di sini! Kami terjebak di dalam sini! Tolong!” teriak
keduanya dan mereka berada di rumah dalam hutan.
Woo Sik
dan bibi berjalan bersama. Si bibi mengaku
Ini menyenangkan karean bahkan tidak ingat kapan kali terakhir berjalan
dengan pria lal heran melihat Woo Sik yang berkeringat dingin seperti itu dan berpikir
sakit. Woo Sik mengaku tidak
“Jika
bukan itu... Kau sungguh sulit ditebak... Kau manis sekali...Seharusnya kau
bilang jika ingin bergandengan tangan... Dasar bodoh.” Goda si bibi merangkul
lengan Woo Sik.
“Ini
gila.... Dia akan marah jika tahu yang sebenarnya... Ini salah... Ini tidak
benar... Lebih baik aku dipenjara... Aku tidak bisa mengabaikan moralku lagi.”
Gumam Woo Sik lalu akhirnya akan mengaku pada bibi.
“Ada
sesuatu yang ingin kukatakan kepada Anda... Sebenarnya aku...” kata Woo Sik dan
seorang pria memanggil “Ibu”pada Si bibi.
Bibi pun
senang melihat anaknya yang datang. Woo Sik panik melihat anak si bibi yang
bertubuh besar. Si bibi pun meminta Woo Sik agar menyapa anaknya. Saat itu anak
lain datang, Woo Sik makin panik karena seorang atlet Taekwondo.
“Woo Shik,
beri salam... Ini putra keduaku.” Ucap Si bibi. Woo Sik dengan gugup
menyapanya. Anaknya bertanya siapa pria
yang bersama ibunya.
“Ibu
memacarinya mulai hari ini.. Anak-anakku, kalian memahami ibu, kan?” ucap si
ibu pada anaknya.
“Tentu saja.
Asalkan itu keinginan Ibu. Tapi bagaimana jika dia mengincar uang Ibu seperti
pria waktu itu?” kata anak keduanya. Woo Sik panik.
“Tidak
mungkin... Dia bilang sudah menyukai ibu selama setengah tahun. Tapi akhirnya
dia memberanikan diri menyatakannya kepada ibu.” Cerita Si bibi
“Baguslah...
Hei, Kau... Jika kamu membuat ibuku menangis, tamat riwayatmu.” Ancam anak
keduanya.
“Dia
bukan tipe orang seperti itu.. Tapi Bukankah kamu bilang ada yang ingin kau
katakan? Apa itu?” ucap si bibi
“Sebenarnya...
Aku hanya ingin bilang bahwa aku tidak mau pulang.” Ucap Woo Sik kembali
menyandarkan kepalanya.
“Anak-anakku
memperhatikan kita... Jangan bersikap konyol... Kau manis sekali.” kata Si bibi
memukul Woo Sik dengan malu-malu.
Joon Ki dan
Ki Bong akhirnya berusaha untuk keluar dari hutan dengan meraba jalan
mengunakan tongkah. Ki Bong berjalan dibelakang meminta Joon Kia agar menunggu.
Joon Ki menyuruh agar temanya lebih cepat.
“Di mana
kita? Apa kita menuju ke arah yang benar? Kita seharusnya menunggu di sana. Dia
mungkin kembali untuk kita.” Kata Ki Bong ketakutan.
“Apa?
Kembali untuk kita? Aku sudah mengenalnya selama delapan tahun terakhir. Tapi
dia masih belum tahu namaku. Orang seperti itu tidak akan kembali untuk
kita.”ucap Joon Ki
“Tapi
kita tidak bisa melihat. Bagaimana kita bisa pulang?” ucap Ki Bong
“Kita
bisa mencoba menumpang. Jadi Ikuti saja aku.” Kata Joon Ki. Ki Bong pun
mengangu mengerti lalu merasakan sesuatu.
Joon Ki
mengeluh apa lagi sekarang, Ki Bong
mengaku merasa sakit perut. Joon Ki pun memarahi Ki Bong karena sudah
mengatakan harus makan sedikit saja tapi malah makan tiga mangkuk penuh. Ki
Bong mengaku tak tahan karena sangat lapar.
“Apa di
sekitar sini ada toilet?” tanya Ki Bong. Joon Ki kesal, karena tak bisa melihat
dengan benar jadi tak mungkin bisa tahu.
“Kita
tidak tahu sedang di mana.. Jadi Pergilah ke mana saja.” Ucap Joon Ki. Ki Bong
bertanya apakah Joon Ki punya tisu.
“Untuk
apa aku bawa tisu di tengah gunung? Usap saja dengan dasimu.” berteriak Joon Ki
marah. Ki Bong menganguk mengerti lalu mengeluh temanya yang membentaknya
Joon Ki
menyuruh Ki Bong mencari tempat saja dan akan menunggu lalu merogoh saku
celananya ternyata ada tissue.
Di sebuah
perkemahan, empat orang wanita mengajak mereka main 007 tanpa suara danakan kalah jika
bersuara. Mereka mulai bermain tanpa suara saling menunjuk dan memberikan
pukulan kalau salah. Ki Bong yang tak
bisa melihat memastikan kalau suasana sepi dan tidak ada orang.
“Wah....
Aku hampir buang air di celana.” Ucap Ki
Bong, Empat orang wanita binggung melihat Ki Bong.
“Oh
Yah.... aku tidak punya tisu!” kata Ki Bong melepaskan dasinya dan siap
berjongkok membuka celananya.
Semua
wanita panik berteriak dan kabur. Ki Bong bertanya Siapa itu dan jatuh terduduk
lalu berteriak sedih. Joon Ki datang memanggil Ki Bong kalau sudah menemukan
tisu. Ki Bong hanya bisa menangis. Joon Ki pikir kalau Ki Bong sdedang bersama
seseorang. Ki Bong menangis mengaku sudah buang air besar tapi ada banyak
orang.
Ketiganya
bersadar disofa. Ki Bong mengeluh masih tidak punya uang, matanya terluka,
bahkan dipermalukandan mengeluh kalau Kehidupan macam apa ini. Woo Sik pikir Ki
Bong masih lebih baik darinya, karena akan
ke taman hiburan dengan pemilik tanah dan kedua putranya besok.
“Mereka
bertanya apa aku bisa membeli gulali untuk wanita itu. Aku punya dua putra
sekarang... Kenapa hidup begitu sulit bagi kita?” ucap Woo Sik
“Kita
sudah mencoba yang terbaik. Entah kenapa keadaan hanya memburuk.” Ucap Joon Ki.
Ki Bong pikir Dahulu mereka sangat kaya.
“Pada
waktu itu, kupikir sekarang aku akan tampil di Carnegie Hall dengan orkestra
besar di belakangku.” Ucap Woo Sik
“Kupikir
aku akan berada di Hollywood dan memenangkan Oscar.” Kata Joon Ki
“Kupikir
aku akan bermain di MLB sekarang dan bermain bersama Ryu Hyun Jin dan Choo Shin
Soo.” Kata Ki Bong
“Tapi ini
tidak mungkin akhir bagi kita, bukan? Kita tidak boleh menyerah, bukan?” ucap
Woo Sik
“Tentu
saja tidak. Aku tidak akan menyerah.” Kata Joon Ki. Ki Bong setuju kalau tidak
bisa menyerah sekarang.
“Setidaknya
aku harus membuat Choo Shin Soo strike out sekali.” ucap Ki Bong
“Hei... Jangan
lakukan itu kepada sesama warga Korea. Bersikap baiklah kepada Choo.” Kata Joon
Ki
“Kau
benar. Kalau begitu, aku tidak akan menyerah sampai dapat home run dari Choo.”
Ucap Ki Bong, Joon Ki pikir itu lebih baik. Ketiganya langsung tertawa melihat
temanya memang bodoh.
“Ayo
Cerialah... "Kesuksesan adalah milik mereka yang tidak menyerah." Itu
kutipan lama dari Santo.” Ucap Woo Sik
“Ya, mari
kita berjuang sampai akhir. Semuanya akan berjalan lancar.” Kata Joon Ki
“Woo
Shik, siapa itu "Santo"? Kutipan yang kau katakan... Kau bilang itu
dari "Santo". Aku tidak tahu ada nama "Santo" di Korea. Kurasa
aku tidak pernah bertemu orang dengan nama itu.” Kata Ki Bong. Woo Sik ingin
memukul.
“Jangan...
Kau malah makin kesal nanti... Ayo tidur saja.” Ajak Joon Ki. Woo Sik
setuju. Ki Bong memanggil agar mereka
bisa pergi bersama dan tetap ingin tahu siapa "Santo".
“Apa dia Ilmuwan?
Orang Tionghoa?” ucap Ki Bong. Woo Sik menyuruh Ki Bong diam saja. Ki Bong
berteriak agar mereka bersama karena tidak bisa melihat.
Jung Eun
membantu dua orang pria dengan membasuh matanya, Ki Bong merasakan matanya yang
panas. Joon Ki perlahan membuka matanya dan berteriak bahagia karena bisa melihat
sekarang. Ki Bong juga ikut menjerit bahagia melihatnya. Jung Eun mengucap
syukur.
“Kenapa
kalian hidup seperti ini? Ada apa dengan kalian? Bagaimana dengan Woo Shik?”
ucap Jung Eun
“Woo
Shik? Dia pergi ke suatu tempat.” Kata Joon Ki mengingatnya.
Woo Sik
berada di komidiputar dengan bibi yang duduk dibelakangnya. Dua anak si bibi
ada disampingnya terlihat bahagia memiliki calon ayah baru. Woo Sik mencoba melakukan untuk naik komidi putar ini
sekali lagi. Si bibi pun dengan senang hati memegang pinggang pria muda
disdepanya.
“Woo
Shik... Kau tidak keberatan mengendarai ini sekali lagi, kan?” ucap Si bibi.
Woo Sik pun tak bisa menolaknya.
“Kau yang
terbaik! Kau sangat keren!” puji dua
anak bibi. Woo Sik pun tersiksa.
Ketiganya
makan ramyun di ruang makan, Joon Ki dan Ki Bong berebutan makan ramyun. Ki
Bong menyuruh Joon Ki Bekerja saja di
perusahaan ramyeon jika begitu menyukainya. Joon Ki menyuruh agar tak ambil
semuanya.
“Hei....
Jangan terlalu banyak!” teriak Joon Ki. Ki Bong mengaku hanya mengambil sedikit
sekali. Woo Sik akhirnya pulang.
“Kau Duduk
dan makanlah ramyeon. .. Apa Kau bersenang-senang?” ucap Joon Ki lalu menahan
tawa melihat Joon Ki membawa balon, boneka bahkan memakai bando.
“Kau terlihat
tampan dengan bando itu. Apa Kau membeli gulali untuk putra barumu? Apa putramu
memanggilmu ayah tiri terbaik agar mereka dapat gulali?” ejek Joon Ki lalu
tertawa dengan dua temanya
"Ayah!"
Hei.... Berhenti tertawa!” kata Joon Ki marah membanting-banting boneka yang
dibawanya.
“Kenapa
orang dewasa seperti mereka sangat menyukai komidi putar? Kami menaikinya lebih
dari 30 kali.” Teriak Woo Sik marah
“Bersabarlah
sampai kita mampu membayar uang sewa dan perbaikan.” Kata Ki Bong. Joon Ki
setuju.
“Totalnya
10.000 dolar. Apa Kalian ingin aku terus melakukan ini sampai kita mendapat
uang itu?” kata Woo Sik marah
“Apa Kau
lebih suka kita tidur di jalan dalam cuaca sedingin ini?” ucap Joon Ki. Woo Sik
kesal karena membuat dirinya semakin mengila.
Saat itu
telp berdering, Woo Sik mengangkat telp. Joon Ki mengajak mereka makan lagi
dengan Jung Eun. Woo Sik terlihat senang
dan akan segera kesana. Joon Ki bertanya Apa yang terjadi. Woo Sik memberitahu.
Perencana pernikahan kenalannya membutuhkan penyanyi.
“Dia
ingin aku mengisinya.” Ucap Woo Sik. Joon Ki bertanya apakah Woo Sik ingin pergi
sekarang dan mengajak untuk Makanlah
ramyeon dahulu.
“Apa aku
sempat makan ramyeon? Aku akan mendapatkan uang dan keluar dari situasi yang
memalukan ini. Kalian seharusnya tidak diam saja seperti ini. Keluar dan cari
uang! Sekarang juga!”teriak Woo Sik marah
Semua
hanya bisa diam saja, akhirnya Jung Eun pun bergegas pergi karean harus pergi bekerja. Joon Ki hanya diam saja
dan Ki Bong seperti merasa dadanya sakit karena tak bisa menelan dengan baik.
Joon Ki menyuruh mereka makan saja.
Seorang
wanita menyapa Woo Sik yang baru datang ke ruang pernikahan meminta Maaf atas
pemberitahuan yang mendadak karena Penyanyinya mengalami kecelakaan. Woo Sik
mengaku tak masalah karena butuh uang. Si
wanita pikir memang situasi yang bagus.
“Temui
pengantinnya terlebih dahulu. Ikut aku.” Ucap Si wanita. Woo Sik menganguk
mengerti.
Seorang
pengantin wanita duduk di ruangan dengan gaun yang cantik memegang
buketnya. Woo Sik yang tadinya terkesima
kaget melihat ternyata Han Soo Yeon yang akan menikah. Si wanita ingin mengenalkan Woo Sik pada Soo
Yeon sebagai penyanyi penganti.
“Hei, apa
yang kau lakukan?.. Apa Kau gila?” ucap Si wanita karena Woo Sik menyembunyikan
wajahnya dibalik tubuhnya.
“Ayo
pergi dari sini. Sekarang juga. Kumohon.” Bisik Woo Sik panik. Si wanita heran
dengan Woo Sik yang tiba-tiba
“Bu Han,
aku minta maaf. Permisi... Hei, hentikan! Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!”
ucap Si pegawai karena Woo Sik malah mengendongnya keluar ruangan.
Woo Sik
langsung meminta maaf, meminta agar mencari orang lain saja dan pamit pergi. Si
wanita menahanya ingin tahu alasanya. Woo Sik meminta agar jangan menanyakan
apapun. Si pegawai menahanya. Woo Sik meminta agar melepaskannya.
“Pernikahannya
mulai 30 menit lagi... Dari mana aku bisa mendapat penyanyi lain? Kau juga
butuh uang.” Ucap pegawai menanahnya
“Itu
benar, tapi... Aku tidak bisa melakukan ini. Aku minta maaf.” Kata Woo Sik
“Baiklah...
Kubayar dua kali lipat. 1.000 dolar.” Ucap si pegawai. Woo Sik mengaku Ini
bukan tentang uang.
“1.500...”
kata si pegawai. Woo Sik tetap mengaku tidak bisa. Si pegawai menaikkan tawaran
menjadi 2.000.
“Baik,
terserahlah. Hanya itu yang bisa aku tawarkan.”kata Pegawai. Woo Sik mulai
bimbang lalu menatap si wanita kalau minta tolong.
Di rumah,
Joon Ki menelp bank kalau ingin mengambil pinjaman. Pegawai ingin tahu Pekerjaannya.
Joon Ki mengaku tidak punya dan tak punya asuransi. Pegawai ingin tahu apakah punya Mobil. Joon
Ki mengaku punya satu.
“Namanya
Rebecca. Entah dari tahun 2001 atau 2002.” Ucap Joon Ki bangga dan telp pun
ditutup.
“Astaga,
mereka menutup teleponku lagi. Bahkan pihak bank meremehkanku.” Keluh Joon Ki
Ki Bong
datang dengan panci besar dan mengambil tumpukan brosur sebagai alasan. Joon Ki
tak percaya pada Ki Bong makan danbertanya Ada berapa porsi itu, Ki Bong
mengaku membuat delapan ramyun karena butuh
energi untuk menghasilkan uang.
“Baik.
Makanlah sebanyak yang kau inginkan.” Ucap Joon Ki seperti sudah tak peduli
lalu mengeluh berandai saja uang bisa jatuh dari langit.
Berita di
TV “Baru-baru ini, sebuah meteorit jatuh di rumah hijau di pertanian. Meteorit
adalah tiket lotre.” Mata Joon Ki dan Ki
Bong melotot mengetahui "Tiket lotre"
Mereka menonton berita “Meteorit seberat 50 gram pernah dijual seharga
500.000 dolar.”
“Bagian
luarnya sangat menghitam, dan bagian dalamnya lebih padat daripada batu biasa, yang
menunjukkan bahwa itu kemungkinan besar meteorit.”
Joon Ki
yang tadinya berbaring langsung terbangun mengetahui kalau "500 gram
Meteorit Dijual Seharga 500.000 Dolar"
Joon Ki
dan Ki Bong keluar rumah membawa bongkahan meteor. Joon Ki menelp seseorang
memberitahu kalau meteor Itu jatuh ke hostel mereka beberapa hari yang lalu dan
mereka akan bertemu di kedai kopi. Ki Bong bertanya apa yang dikatakan pria
itu.
“Dia
mengumpulkan meteorit Jadi Dia ingin melihat bayi kita dan membelinya. Ayo
pergi. “ ucap Joon Ki
“Tunggu...
Apa Kita pergi dengan Rebecca? Aku tidak ingin masuk ke mobil itu. Baunya
sangat busuk.” Ucap Ki Bong menutup hidungnya.
“Hei...
Kau akan melukai perasaannya... Hentikan itu. Dia tidak bau. Baumu lebih busuk.
Ayo pergi.” ucap Joon Ki dan Ki Bong mengeluh kalau memang Baunya sangat busuk. Joon Ki membela mobilnya kalau Ki Bong yang
bau.
Keduanya
naik mobil, Ki Bong masuk lebih dulu dan menutup pintu. Joon Ki pun akan pergi menutup pintu tapi pintu Ki
Bong malah terbuka. Ki Bong menatap bingung. Joon Ki menenangkan kalau tak
perlu khawatir mobilnya pasti kesal
karena tadi bialang bau busuk.
“Kau
Tutup pintunya. Ayo pergi.” ucap Joon Ki. Ki Bong akhirnya meminta maaf dan
menutup pintu tapi malah pintu Joon Ki yang terbuka.
“Jangan
khawatir... Kau harus menutupnya dengan lembut. Seolah-olah kau merawat bayi...
Maafkan aku, Rebecca. Dengan lembut.” Ucap Joon Ki mencoba menutup tapi pintu
Ki Bong terbuka kembali.
“Apa ini
kecerdasan buatan?” keluh Ki Bong. Joon Ki pikir Jangan khawatir.
“Ayo
tutup pada saat bersamaan.” Kata Joon Ki yakin,akhirnya keduanya bersamaan
menutup pintu tapi yang terbuka malah bagian bagasi.
Keduanya
hanya bisa melonggo binggung, akhirnya pergi dengan pintu bagasi terbuka. Ki Bong
senang menurutnya mereka sangat
beruntung dan ingin tahu berapa banyak yang harus mereka minta. Joon Ki
mengingat Kata berita, yang 500 gram
dijual seharga 500.000 dolar.
“Ini akan
bernilai sekitar satu juta dolar.” Ucap Joon Ki. Ki Bong terlhat bahagia. Joon Ki pikir bisa Dua juta .
“Coba
kupikirkan. Dengan uang itu, kita bayar uang sewa dahulu. Aku merasa kasihan kepada Rebecca, tapi akan
kubeli mobil cantik juga. Maafkan aku... Jadi Apa lagi?” kata Joon Ki
“Pertama-tama,
aku akan pergi ke prasmanan mewah dan makan sebanyak yang kumau. “ kata Ki
Bong. Joon Ki pikir Kedengarannya enak.
“Lalu aku
akan pergi ke tempat sushi yang mewah dan makan sushi sebanyak yang kumau.
Setelah itu, aku akan ke tempat daging mewah... “ ucap Ki Bong penuh semangat.
“Tunggu...
Apa yang kau pikirkan? Meteorit ini milikku. Kenapa kau merencanakan semua hal
itu?” ucap Joon Ki
“Apa
maksudmu? Kenapa ini milikmu? Ini jatuh di hostelku. Bukankah kalian mengatakan
itu? Aku adalah CEO, dan kalian hanya investor. Aku hanya perlu mengembalikan
investasimu.” Kata Joon Ki
“Maka
seharusnya uang itu punya ibu pemilik tanah” kata Ki Bong. Joon Ki pikir si
bibi itu tak tahu.
“Aku akan
memberitahunya.” Kata Ki Bong. Joon Ki mengumpat Ki Bong itu sudah gila.
“Apa
uangnya akan kau bagi dua? Jika tidak, aku akan meneleponnya sekarang.” Kata Ki
Bong mengancam. Joon Ki memohon agar tak melakukanya.
“Kalau
begitu, jawab aku... Kalau tidak, aku akan tekan "Panggil".” Kata Ki
Bong sudah memegang tanganya.
“Baik..
Apa Kau sungguh akan begini? Silakan. Lakukan saja” ucap Joon Ki
“Aku akan
menekannya. Kau lihat itu? Sudah kutekan setengahnya. Ini akan berdering. Setelah aku melepaskan jariku, panggilannya
akan terhubung.” Kata Ki Bong memainkan jarinya.
Joon Ki
menyuruh agar melakukanya, tapi akhirnya tak bisa menahan diri meminta agar
menghentikanya. Ki Bong meminta agar mereka membagi dua. Joon Ki yang kesal
menarik kepa Ki Bong, Ki Bong berteriak kalau temanya sedang mengemudi.
MC
memanggil Calon pengantin wanita, akan segera masuk dan meminta tepuk tangan
para tamu. Semua tamu memberikan tepuk tangan dan Soo Yeon masuk dengan dituntun
ayahnya. Woo Sik melihatnya memuji Soo Yeon yang masih cantik.
“Aku
bernyanyi di pernikahan cinta pertamaku demi uang. Ini tidak bisa dipercaya.” Gumam
Woo Sik lalu beranjak pergi.
Di
parkiran
Ki Bong
mengeluh Joon Ki itu buas karena berani menggigit lengannya dan tidak bisa
dipercaya lalu mengeluh juga pengemudi
yang buruk. Joon Ki seperti tak peduli. Ki Bong mengancam kalau Joon Ki
bertingkah maka akan segera menelepon
pemilik tanah. Joon Ki setuju dan mengumpat Ki Bong itu jahat.
“Tunggu.
Kenapa kau mengambil ini? Mari kita pegang bersama.” Ucap Ki Bong
“Apa Kau
meragukanku? Apa kau Pikir aku akan mengambil ini dan melarikan diri?” ucap
Joon Ki
“Aku tahu
kau sangat mampu melakukan itu.” Kata Ki Bong dan mengajak turun.
“Bagaimana
bisa turun jika kita berdua memegang benda ini?” keluh Joon Ki karena tak bisa
keluar dari pintu berbeda.
“Kenapa
tidak bisa? Aku akan turun lewat sana.” Ucap Ki Bong. Joon Ki turun lebih dulu
tapi yang terjadi langsung menutup pintu dan kabur membawa meteor. Ki Bong
berteriak marah.
Joon Ki
masuk lobby dan Ki Bong bisa mengejarna dan mengancam Joon Ki karena sudah
bertingkah jadi bisa menelp pemilik tanah.
Joon Ki pikir Orang-orang menatap meteoritnya. Ki Bong menyuruh Joon Ki
melepaksan karena bisa memegangnya sendiri.
“Lupakan.
Kau bukan temanku lagi, Berengsek.” Kata Joon Ki
“Karena
kita bukan teman, jangan bicara tidak sopan... Pak Lee Joon Ki.” Balas Ki Bong
“Astaga,
maafkan aku, Pak Kook Ki Bong... Sayang sekali. Kafenya di sebelah sana.” Kata Joon.
Keduanya saling tarik menarik kembali.
Akhirnya
meteor jatuh, Joon Ki panik karena Dua juta dolarnya jatuh dan berpkir kalau sekarang
harganya hanya satu juta dolar lalu berteriak memanggil Ki Bong yang hanya diam
saja. Ki Bong hanya terdiam didepan
pintu. Joon Ki datang memanggil ingin tahu Apa yang dilakukan lalu kaget melihat
tenyata foto Soo yeon menikah.
Keduanya
masih ballroom tak percaya kalau Soo Yeon yang sedang memotong kue. Joon Ki tak
percaya Cinta pertamanya sungguh menikah dan
terasa aneh. Ki Bong pikir Andai mereka memberi tahu perasaan yang sesungguhnya.
“Salah
satu dari kita bertiga mungkin berdiri di sebelahnya sekarang. Benarkan?” ucap
Ki Bong. Joon Ki dengan percaya diri kalau mungkin bisa saja dirinya.
“Selanjutnya,
saatnya untuk lagu ucapan selamat. Berilah tepuk tangan meriah.” Ucap MC
Semua
binggung melihat penyanyi menutupi wajahnya dengan topeng kardus. Joon Ki
yang melihatnya sungguh cara yang unik untuk menyanyikan lagu ucapan selamat.
MC pun beralasan pria itu adaalh penyanyi baru yang akan segera memulai
debutnya.
“Dia
bersikeras bahwa wajahnya tidak boleh diungkapkan. Kami harap kalian
mengerti... Baiklah, saatnya mendengarkan penampilannya... Beri tepuk tangan.” Ucap
MC
“Sebenarnya,
ada sebuah lagu yang diminta oleh kedua mempelai. Tapi aku tidak tahu lagu itu,
jadi, kusiapkan lagu yang lain.” Kata Woo Sik dibalik topengnya
Woo Sik
mulai menyanyi dengan suara merdu "Aku senang Saat bertemu denganmu Itu
adalah karunia"
Flash Back
Woo Sik
diam-diam melihat Soo Yeon dari balik jendela sekolah,s senyumanya tak bisa
terhenti. Saat itu Soo Yeon sempat elihat Wook Sik dibalik jendela. Woo Sik
panik langsung menyembunyikan wajahnya dan bergegas pergi.
Soo Yeon
datang ke tempat Woo Sik yang sedang berlatih gitar. Woo Sik kaget dan gugup
melihat Soo Yeon datang. Soo Yeon
meminta maaf mengagetkan Woo Sik dan bertanya sedang apa. Woo sik mengaku sedang
menggubah lagu yang akan dibawakan di pertunjukan.
“Apa Kau
melakukan pertunjukan? Bolehkah aku menontonnya?” ucap Soo Yeon. Woo Sik pikir Tentu
saja boleh.
“Aku akan
memberimu undangan.”ucap Woo Sik dengan senang hati. Soo Yeon pun mengucapkan Terima
kasih.
Terdengar
dari speaker Radio sekolah “Lagu berikutnya telah diminta oleh Han Soo Yeon
dari Kelas 2-3. "I Love You" oleh Lee Jae Hoon.” Soo Yeon memberitahu
kalau meminta lagu itu dan bertanya pada Woo Sik apakah menyukai lagu itu. Woo
Sik pikir Lagunya bagus.
“Ini lagu
favoritku... Bolehkah aku berlatih lagu ini dan menyanyikannya untukmu nanti?”
ucap Woo Sik
“Sungguh?
Kau sudah berjanji... Berjanjilah.” Kata Soo Yeon langsung mengulurkan jari
kelingking. Woo Sik pun berjanji.
Woo Sik
menyanyikan lagu kesukaan Soo Yeon, lalu mengaku Dengan tulus mengucapkan,
selamat atas pernikahan mereka dan berbahagia. Ia pun bergumam mengucapkan
selamat tinggal pada Soo Yeon dan bisa Berbahagia.
“Selanjutnya,
kedua mempelai akan memberi hormat kepada orang tua yang telah membesarkan.” Ucap
MC
Woo Sik
pun turun dari panggung, Si pegawia memuji kerja Woo Sik karena sudah
menyelamatkannya hari ini dan memberikan bayaran. Woo Sik menolak karena merasa
sudah menepati janjiku, dan itu sudah cukup.
“Janji?
Janji apa? Bagaimana dengan uang ini?” ucap Si pegawai binggung.
“ Berikan
kepadanya sebagai hadiah.” Kata Woo Sik berjalan pergi.
Joon Ki
melihat Woo Sik dibalik topengnya akan keluar ruangan, lalu memuji kalau menikmati lagumnya. Woo Sik
menyapa temanya dan mengangkat topengnya. Keduanay kaget tak percaya kalau Woo
Sik adalah penyanyi bertopeng yang bernyanyi untuk Soo Yeon
“Kenapa
kalian ada di sini? Dan Batu apa pula itu?” ucap Woo Sik binggung
“Sebenarnya,
yang terjadi adalah... Lupakan. Ceritanya panjang. Ayo kita keluar dan bicara.”
Kata Ki Bong.
Mereka
pun akan keluar dan tiba-tiba seorang masuk ke dalam ruangan. Semua tamu
binggung, Joon Ki pikir kalau sering
melihat adegan ini di film dan mungkin itu adalah mantan pacar Soo Yeon.
“Pak,
perusahaamu sudah bangkrut! Keluar dari sini!” teriak si pria. Soo Yeon
binggung.
Suasana
mulai rusuh, Ayah Soo Yeon meminta anaknya harus pergi ke tempat yang aman.
Joon Ki yang terdorong menjatuhkan meteornya. Ki Bong pun panik dengan
meteornya yang terus berguling karena banyak tertendang. Suasana pesta berubah.
Joon Ki
keluar dari gedung menangis karena Ponselnya benar-benar rusak dan juga
Meteorit, Dua juta dolar ingin tahu
Siapa yang mengambil uangnya. Woo Sik heran Kenapa mereka membawa benda itu ke sini. Ki Bong pun tak
menyangka akan seperti ini.
“Dengarkan...
Merupakan sopan santun mengucapkan kebahagiaan cinta pertamamu saat dia
menikah. Coba Lihat dirimu. Bagaimana denganmu? Kau bahkan memakai topeng untuk
menyanyikan lagu untuknya.” Kata Joon Ki
“Aku
hanya melakukan itu untuk mendapat uang.” Ucap Woo Sik
“Terserah!
Aku tidak peduli... Kawan, untuk kali terakhir,.. mari kita lihat kamera CCTV
lagi. Ini kali terakhir.” Ucap Joon Ki
“Kita
sudah memeriksa sepuluh kali... Mari kita pulang.” Ucap Woo Sik. Joo Ki
memohon. Woo Sik meminta agar menyerah saja..
“Joon
Ki... Bukankah bagasinya tadi terbuka?” kata Ki Bong. Joon Ki mengaku tak
peduli
“Itu bisa
terbuka dan tertutup sesukanya Aku ingin kembali! Dua juta dolarku!”teriak Joon
Ki histeris didepan mobil.
Sementar
dirumah seorang bibi sambil menelp memberitahu
Pernikahan itu berantakan dan pihak wanita begitu memamerkan
kekayaannya, tapi orang-orang datang untuk menuntut uang kembal lalu terlihat
meteor yang digunakan untuk mengosok kaki.
Ki Bong
mengeluh kalau bodoh karena mempercayainya. Joon Ki menyuruh mereka agar diam
karena sudah membuang dua juta dolar. Ki Bong mengejek mobil Joon i begitu
kotor. Woo Sik memarahi keduanya bertengkar.
Ki Bong
dan Woo Sik akhirnya menutup pintu dan pintu samping mereka pu terbuka. Joon Ki
turun dari mobil menutup pintu dua pintu kembali terbuka mengenai bagian
sensitif Ki Bong dan Woo Sik.
“Apa Kau
menyebut ini mobil?” keluh Ki Bong. Joon Ki mengaku Ini hanya pintu otomatis.
“Kenapa
pintu ini terbuka?”ucap Woo Sik heran. Joon Ki pikir tak perlu dihiraukan
karena Tidak ada yang berharga.
“
Singkirkan sampah ini!” ucap Ki Bong. Joon Ki mengajak untuk masuk ke rumah.
“Suara
apa itu? Tunggu.. apa Itu berasal dari mobil?” ucap Woo Sik. Joon Ki dan Joon
Ki pikir temanya sudah gila karena mobil bisa bersuara.
“Tunggu..
Kenapa mobilnya terus bersuara?” ucap Woo Sik binggung dan mulai membuka dengan
wajah panik. Keduanya bertanya apa yang dilakukan.
“Ada
seseorang di dalam.” Ucap Woo Sik yang hanya mengintip. Joon Ki penasaran ingin
melihatnya.
“Kau
sebaiknya tidak bercanda dengan meteorit itu. Aku dibuat trauma oleh meteorit
hari ini, paham?” ucap Joon Ki
Ketiganya
membuka bagasi dan hanya bisa melonggo kaget melihat Soo Yeon ternyata sembunyi
didalam bagasi mobil. Soo Yeon masih lengkap dengan baju dan sepatu penganti.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar