PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Sang Eun
datang ke rumah Hye Ja merasa sedih karena temanya yang belum makan lalu
bertanya apakah baik-baik saja. Hyun Joo pikir Sang Eun bisa melihat dari wajah
Hye Ja apakah keadaanya baik-baik saja. Sang Eun mengajak Hye Ja untuk minum.
“Apa yang
sedang kau pikirkan? Hye Ja akan mati kelaparan karena si Joon Ha itu.” Ucap
Sang Eun
“Joon Ha?
Kenapa Joon Ha?” tanya Hye Ja bingung. Sang Eun pikir Hye Ja seperti ini karena
Joon Ha ditangkap. Hye Ja kaget mendengarnya.
Hye Ja
berlari keluar kamar Sang Eun dan Hyun Joo panik karena ternyata Hye Ja tak
tahu meminta agar bisa tenang. Hye Ja mencari keyword di komputer Young Soo "Wanita
Tua Dibunuh demi Uang Asuransi. Kejahatan Rumit Direncanakan oleh Pegawai
Sebuah Aula Pameran"
Hye Ja
berlari keluar rumah, dua temanya mengikutinya. Ibunya didepan salon pun
terlihat gugup. Sesampai dikantor polisi, Hye Ja menegaskan kalau Joon Ha bukan
orang yang akan melakukan itu. Polis membalas kalau Tidak ada gunanya berbicara dengan mereka.
“Mereka
sudah menyelidiki di sana, tidak ada gunanya.” Ucap polisi
“Siapa
maksudmu "mereka"? Kami akan pergi menemui mereka.” Kata Hye Ja marah
“Astaga,
Nek... Anda terlihat lelah. Detektif Kang, tolong antarkan dia pulang.” Teriak
Polisi tapi Hye Ja dkk sudah menghilang. Mereka bingung kemana mereka pergi.
Hye Ja
keluar dari kantor polisi dan terlihat kelelahan dan hampir pingsan. Sang Eun
pikir Hye Ja bisa pingsan kalau terus
seperti ini. Hyun Joo menegaskan Hye Ja butuh energi jika ingin lakukan
sesuatu.
Akhirnya
Hye Ja pulang ke rumah makan dengan cepat, Nyonya Lee yang melihat meminta agar
pelan-pelan karena Perutnya akan sakit. Hye Ja tak peduli terus makan agar bisa
menambah energi. Tuan Kim baru datang bertanya apakah Hye Ja sungguh harus
melakukan ini.
“Kau
bilang, jika tidak bersalah, dia akan dibebaskan.” Ucap Tuan Kim.
“Dia
tidak punya siapa-siapa... Joon Ha tidak memiliki siapa pun selain aku.” Ucap
Hye Ja. Tuan Kim pikir tak ada gunanya Hye Ja pergi.
“Aku
harus melindungi Joon Ha!” tegas Hye Ja tak ingin Joon Ha berada di polisi
Polisi
membawa Joon Ha di ruang intergasi membahas Ada banyak ibu-ibu lainnya di ruang
pameran dan bertanya apakah ada alasan tertentu Jon Ha dekat dengan Nyonya
Choi. Joon Ha pikir sudah makan sebelumnya terlihat masih shock.
“Aku
sudah menyelidiki dan korban dikenal sangat kaya. Setelah penerbanganmu
dibatalkan, kau mau pergi ke mana?” tanya Polisi
“Ke
pantai.” Ucap Joon Ha. Polisi ingin tahu pantai yang mana. Joon Ha menjawab
pantai yang dilewati. Polisi ingin tahu kemana lai setelah itu. Joon Ha mengaku
hanya terus di pantai.
“Kalau
begitu, pasti ada catatan kamu menggunakan akomodasi di sana.” Kata Polisi
“Tidak...
Aku hanya duduk di dekat pantai.” Akui Joon Ha. Polisi bertanya apakah
sepanjang malam. Joon Ha membenarkan.
“Apa
adakah yang melihatmu? Apa Ada yang bisa membuktikan alibimu? Tahukah kau bahwa
kau penerima uang asuransi?” ucap Polisi.
Joon Ha kaget mengaku tidak tahu.
Hye Ja
mengetuk pintu, Hee Won membuka pintu mengaku sudah tutup. Hye Ja menahan pintu
sebelum tertutup dan merasa Hee Won tahu dan melihat segalanya di berita jadi
meminta agar ikut dengannya ke kantor polisi. Hee Won heran kenapa harus
kesana.
“Kau
tanya Kenapa? Dia dipenjara secara tidak adil. Dia sudah seperti saudaramu,
jadi, kau harus membantunya.” Ucap Hye Ja.
“Dia
tidak seperti saudara. Kami juga banyak merugi karena dia. Polisi sedang
melakukan penyelidikan, Bisnis pun sedang buruk.” Kata Hee Won
“Orang
ditangkap secara tidak adil... Bisa-bisanya kamu mencemaskan bisnis.” Kata Hyun
Joo menatap curiga
“Anggap
saja Joon Ha benar pelakunya. Siapa yang bisa menolak uang sebanyak itu? Dia
bisa saja menjadi rakus, dan memutuskan untuk...” ucap Hee Won. Hye Ja langsung
memberikan tamparan.
“Bisa-bisanya
kau mengatakan itu... Dasar Jahat. Tidak punya hati.” Kata Hye Ja marah
Akhirnya
Hye Ja berjalan ingin tahu Joon Ha di
kantor polisi mana Karena ada di berita jadi berpikir ada dikantor polisi
terdekat dan mengajak untuk naik taksi. Sang Eun pikir ini tidak akan ada
gunanya. Hyun Joo membenarkan kalau mereka pergi pun tidak ada yang berubah.
“Kalian
sama saja dengannya... Kalian tidak perlu membantuku. Aku akan pergi
menyelamatkannya sendiri.” Ucap Hye Ja.
“Tenangkan
dirimu!” pinta Sang Eun. Hye Ja meminta agar mencarikan taksi untuknya.
Semangkuk
sup masih utuh dan tidak sentuh oleh Joon Ha . Polisi melihat Joon Ha tidak
makan jadi akan menyingkirkan dan mengeluh karena Joon Ha yang tidak mencoba
menjelaskan dan tahu itu memberatkan posisimnya, karena Joon Ha hanya perlu
berkata jujur.
“Kau
bahkan tidak menyangkal tuduhan terhadapmu. Kau juga tidak meminta hak diam. Kenapa?
Apa Kau merasa bersalah?” ucap Polisi. Joon Ha hanya diam saja. Polisi mengeluh berpikir ini seperti kuis.
Nyonya
Lee melihat anaknya bergegas pergi memakai bajunya menyuruh untuk tetaplah di
tempat tidur. Hye Ja menolak karena tetap
ingin pergi dan akan menemuinya. Nyonya Lee pikir akan melihat keadaan
Joon Ha akan memberitahu Hye Ja kondisinya.
“Tidak,
aku harus melihatnya sendiri.” Kata Hye Ja bersikukuh. Nyonya Lee akhirnya
membantu anaknya memakai syal.
“Kalau
begitu, ayah ikut.” Kata Tuan Kim
mendukung anaknya. Hye Ja tersenyum pada ayahnya.
Hye Ja
pergi ke kantor polisi meminta izin untuk
menemui detektif yang menangani kasus
ini Polisi memberitahu kalau detektif itu sedang melakukan penyelidikan. Hye Ja pun
meminta ingin melihat Joon Ha dan memastikan kalau baik-baik saja.
“Dia
baik-baik saja, jadi, pergilah.” Ucap polisi dingin. Hye Ja marah karena tidak
boleh melihat keadaannya. Polisi bingung.
“Kenapa
aku tidak boleh melihatnya? Apa Ada alasan aku tidak boleh melihatnya?” ucap
Hye Ja marah. Ayahnya meminta Hye Ja agar tenang.
“Apa kau memukul
dia?” kata Hye Ja menuduh. Polisi mulai kesal karena Hye Ja berkata seperti
itu.
“Kenapa
aku tidak boleh melihatnya? Aku yakin kau menginterogasi pria tidak bersalah
itu semalaman dan memukulnya karena tidak sesuai keinginanmu!” teriak Hye Ja
marah
“Sekarang,
sudah tidak ada yang menyelidiki seperti itu. Perkataan Anda bisa menyulitkan
kita. Aku tidak tahu apa alasan Anda ke sini, tapi kami tidak bisa menjawab karena
kasusnya sedang diselidiki. Jadi Silakan pergi.” ucap Polisi.
Detektif
yang menyelediki Joon Ha pun datang. Hye Ja mengaku ingin
menjelaskan semuanya pada polisi. Detektif pikir tak ada yang bisa
dijelaskan, karenaFakta bahwa dia penerima asuransi dan apakah punya sesuatu
yang bisa digunakan sebagai alibinya.
Hye Ja
hanya bisa terdiam, Polisi pun meminta Hye Ja pergi saja. Saat itu beberapa nenek dan kakek datang
membawa papan, dibantu oleh Young Soo, Sang Eun dan Hyun Joo. Hye Ja
berkaca-kaca membaca pepan
"Lepaskan
Lee Joon Ha" Joon Ha tidak bersalah, jadi, tolong bebaskan dia"
Polisi tak percaya kalau ada demo oleh para orang tua bahkan kakek yang buta
pun membela Hye Ja.
Polisi
kembali masuk ruang interogasi berkomentar Joon Ha pasti baik sekali kepada
para orang tua itu. Joon Ha hanya diam saja, lalu Polisi menerima telp terlihat
kaget mendapatkan surat dan bertanya apakah yakin wanita itu pengirimnya.
“Apa Kau
memeriksa CCTV kantor pos? Sebelum dia meninggal?” tanya Polisi akhirnya
memberikan Joon Ha sebuah surat. Joon Ha terlihat binggung lalu membacanya.
“Anak muda
yang baik hati, Lee Joon Ha... Maafkan aku... Kau pasti kaget... Maafkan aku.”
Hye Ja hanya bisa menangis membaca surat dari Nenek Choi.
Flash Back
Nenek
Choi bertemu dengan Yong Seok di cafe mengaku
tidak akan mengenalinya jika bertemu di jalan. Yong Seok meminta
maaf karena belum sempat menghubungi
lalu menanyakan kabarnya. Nenek Choi
mengaku baik-baik saja.
“Begini..
Apa Kau masih kontak dengan Soo Hong?” tanya Nenek Choi. Yong Seok terlihat
gugup lalu menganguuk.
“Benarkah?
Apa Dia mengganti nomornya? Nomor telepon yang aku punya tidak bisa dihubungi.
Omong-omong, apa terjadi sesuatu padanya di AS? Aku sungguh mencemaskan dia dan
ingin mengunjunginya di AS.” Ucap Nenek Choi
“Itu... Bu...
Soo Hong ada di Korea.” Kata Yong Seok terlihat bingung.
Nenek
Choi memegang alamat ditanganya "Solbit Apartemen 2, Unit 1304, Songhyeon
3-dong, Gwanak-gu, Seoul" lalu terlihat gugup membunyikan bel. Seorang
anak kecil keluar dari rumah, Nenek Choi kaget bertanya siapa namannya.
“Aku Yu
Bin.” Ucap anak laki-laki. Nenek Choi senang melihat Yu Bin yang sudah besar sekarang.
“Yu Bin! Siapa?”
teriak seorang pria dan ternyata Soo Hong mendekati anaknya kaget melihat
ibunya yang datang.
“Ada apa
kemari?” tanya Soo Hong. Nenek Choi binggung. Soo Hong langsung menyuruh
anaknya masuk lalu menutup pintu rumah dan mengajak ibunya pergi. Nenek Choi
sedih tak melihat cucunya.
Keduanya
duduk di taman apartment,Soo Hong bertanya dapat alamatnya dari mana. Nyonya
Choi mengaku Teman Soo Hong , Yong Seok, memberikannya kepada nya. Soo Hong
meminta maaf karena belum menghubungi Ibuna. Nyonya Choi mengaku sudah paham.
“Bekerja
saja yang giat dan jalani hidup dengan baik. Hanya itu yang Ibu inginkan.” Kata
Nyonya Choi
“Aku
punya sedikit masalah.” Ucap Soo Hong. Nyonya Choi mengaku sudah tahu.
“Pasti
sungguh sulit bagimu... Bagaimana kesehatanmu?” tanya Nyonya Choi. Soo Hong
mengaku baik dan bertanya balik pada ibunya.
Nyonya Choi mengaku baik-baik saja.
“Bagaimana
dengan istrimu?” tanya Nyonya Choi. Soo Hong mengaku baik-baik saja.
“Yoo Bin,
bayi itu, sudah besar. Dia bahkan berbicara seperti anak lelaki besar sekarang.
Tahun ini, dia empat tahun, kan?” ucap Nyonya Choi. Soo Hong membenarkan.
“Yang
lebih tua, Ji Yool, mirip ibunya, jadi, ibu sedikit kecewa, tapi Yoo Bin mirip
denganmu...” kata Nyonya Choi. Soo Hong langsung memotong
“Aku
harus kembali. Aku harus memandikan anak bungsuku.” Kata Soo Hong
Nyonya
Choi menganguk mengerti, lalu meminta izin untuk melihat anak-anak Soo Hong
karena sangat rindu Ji Yul dan ingin bermain bersama Yu Bin juga. Soo Hong
beralasan dua anaknya sedang flu. Nyonya Choi pikir benar karena sebaiknya
mereka tinggal di rumah dan menyuruh anaknya kembali pulang.
“Jaga
kesehatan Ibu.” Ucap Soo Hong pada ibunya. Dan Nyonya Choi pun berjalan pulang.
Joon Ha
menatap kearah lain seperti merasakan Nyonya Choi yang tersenyum tapi didalam
hatinya menangis. Ia mengingat Nyonya Choi yang menceritakan anaknya merasa
bersalah karena tak menghubunginya
“Jika kita
bertemu di kehidupan lain, aku ingin menjadi ibumu, Joon Ha. Terima kasih untuk
semuanya.” Ucap Nyonya Choi yang terakhir.
Joon Ha
menaruh dupa di rumah duka memberikan hormat pada Nyonya Choi. Seorang pegawai
datang bertanya apakah Joon Ha cucunya. Joon Ha mengaku bukan tap hanya kenal
Nyonya Choi. Akhirnya Joon Ha seperti keluarga Nyonya Choi memakai pakaian
berduka lalu menerima pelayat yang datang termasuk para nenek dan kakek di
aula.
“Dia
mungkin tidak beruntung dengan putranya, tapi setidaknya dia punya Joon Ha.”
Komentar nenek yang duduk setelah memberikan hormet.
Kakek
lain sibuk meminta agar menuangkan soju, temanya menolak karena bisa mabuk.
Kakek lain mengaku kalau tidak boleh mabuk pada hari seperti ini dan meminta agar
menuangkan soju. Akhirnya sang nenek pun pasrah.
Hye Ja
sudah mengunakan pakaian hitam, menyisir rambutnya. Nyonya Lee khawatir
berpikir bisa menggantikannya. Hye Ja mengaku kalau kalau Nyonya Choi adalah
temannya jadi harus berpamitan.
Akhirnya
Hye Ja melihat nama "Choi Hwa Young" lalu baru mengetahui kalau itu
namanya lalu memberikan hormat dan juga pada Joon Ha yang menunggu. Ia bertanya
apakah Joon Ha sudah makan. Joon Ha mengaku baik-baik saja.
Hye Ja
dkk duduk sambil minum, Sang Eun bertanya apakah Hye Ja lelah?” Hye Ja mengaku baik-baik
saja. Hyun Joo mengajak mereka pulang saja. Mereka berjalan pergi, Hye Ja
melihat Joon Ha duduk sendirian meminta teman-temanya kalau akan menyusul.
“Tidak
ada gunanya, kan? Kurasa hidup ini tidak ada gunanya. Dia hidup lebih dari 70
tahun, dan lihat apa yang tersisa. Selama 70-an tahun hidupnya, dia pasti
mengalami berbagai macam hal, tapi yang tersisa kini hanyalah sebuah foto.”
Ucap Hye Ja menatap foto Nyonya Choi
“Kau
lihat, aku sungguh berarti bagi diriku. Bagi yang lainnya, aku mungkin hanya
orang tua. Tidak ada lagi yang bisa diharapkan. Tidak ada gunanya menyesali apa
pun. Orang akan bertanya kenapa aku peduli, tapi aku masih mengasihani diriku.
Aku harap kau dan hidupmu sungguh berarti bagimu.” Kata Hye Ja lalu pamit
pergi. Joon Ha hanya bisa menagis
tersedu-sedu.
Joon Ha
memegang foto Nyonya Choi mengusap seperti masih tak percaya, Pegawai mengajak
Joon Ha untuk memulai. Joon Ha akhirnya akan mengantar Nyonya Choi ke
pemakaman. Tiba-tiba Soo Hong datang dengan istri dan dua anaknya.
Joon Ha
menatap sinis terlihat sangat marah, tapi akhirnya memberikan foto Nyonya Choi
agar Soo Hong memegangnya. Soo Hong pun membawa foto untuk ibunya mengantar ke
pemakaman. Akhirnya abu Nyonya Choi ada di tempat terakhirnya. Joon Ha membawa
foto berjalan keluar dengan wajah sedih.
Soo Hong
keluar krematorium melihat Joon Ha langsung mengucapkan Terima kasih. Joon Ha terlihat marah Soo Hong
yang berkata, "Terima kasih" padahal Ibunya baru saja meninggal dengan
tatapan sinis. Soo Hong pikir kalau hanya berterima kasih.
“Karena
apa? Apa Karena aku yang berkabung selama tiga hari bukan kau? Apa Itu yang kau
mengucap syukuri Atau karena aku selalu menjaga ibumu saat dia tinggal di
sebuah motel kumuh dan kau tidak bisa dihubungi?” ucap Joon Ha menyindir.
“Atau karena
aku membiarkan dia hidup beberapa t ahun lagimeskipun dia selalu membawa sebotol
pil yang bisa membunuhnya? Berterima kasih kepadaku bukan sesuatu yang bisa
kamu katakan kepadaku saat ini.” Ucap Joon Ha memberikan foto Nyonya Choi lalu
berjalan pergi.
Yoo Bin
datang dengan ibu dan kakaknya lalu melihat foto Nyonya Choi dan mengenalinya
sebaga memberikan mainan robotan ditanganya. Soo Hong terlihat kaget. Yoo Bin
mengaku Nenek Choi itu yang memberikan padanya. Soo Hong ingin tahu Kapan. Yoo
Bin menceritakan saat mereka berjalan-jalan di pusat penitipan anak.
Flash Back
Yoo Bin
dengan teman-temanya sdang menikmati waktu luang dan bisa bersenang-senang.
Mereka pun memilih mainan yang bisa dipilih pada teman bermain. Yoo Bin menaiki
kuda-kudaan, Nenek Choi yang melihatnya langsung mendekat.
“Nenek
yang kemarin datang.” Kata Yoo Bing mengingat wajah nenek Choi yang datang ke
rumah.
“Yoo
Bin.. Kau mirip ayahmu... Kau mirip dia saat masih kecil.” Puji Nenek Choi lalu
bergegas pergi setelah memberikan hadiah.
“Yoo Bin.
Siapa itu?” tanya gurunya. Yoo Bin menjawab kalau itu “Nenek yang kemarin
datang.” Ibu gurunya binggung.
Soo Hong
seperti sedikit menyesal lalu memberitahu anaknya kalau Nenek Choi itu bukan
nenek yang kemarin datang tapi adala neneknya. Yoo Bin seperti tak percaya
kalau itu adalah neneknya.
Hye Ja
masuk ke rumah Joon Ha, melihat Joon Ha hanya duduk termenung di sudut kamar
lalu meminta agar membelikan udon karena mersa lapar. Keduanya akhirnya pergi
ke bar, Hye Ja bertanya Joon Ha ingin pergi kemana. Joon Ha menjawab akan pergi
ke Rusia.
“Rusia?
Kenapa?” tanya Hye Ja. Joon Ha menyuruh wortel dan mentimun sama seperti yang
Hye Ja lakukan.
“Aku
ingin naik Trans-Siberian Express... Aku ingin naik kereta untuk melihat
Aurora.” Ucap Joon Ha
“Apa Kau
tidak membenci Hye Ja? Dia pergi tanpa sepatah kata pun dan berkata dia akan
kembali, tapi tidak menepati janjinya. Apa dia mempermainkan perasaan kita?”
kata Hye Ja
“Aku bisa
menahan rindu, jadi, tidak apa-apa. Lagi pula, aku menerima banyak dari Hye Ja
Dari Anda juga... Anda yang pertama memahami hidupku dan menangis untukku.”
Ungkap Joon Ha
“Hal yang
paling membuatku menderita bukanlah ibuku yang pergi atau ayahku yang biasa
memukulku, tapi diriku sendiri. Aku menderita karena tidak bisa menerima diriku
sendiri. .” Kata Joon Ha.
“Aku
adalah kesalahan yang dibuat dari kesalahan, dan aku tahu betul bahwa aku
dilahirkan tanpa berkah. Karena itu, aku sangat membenci diriku Tapi saat aku bahkan tidak bisa menerima
diriku, dia orang pertama yang memelukku dan menangis.”cerita Joon Ha
“Pergilah..
Kenapa kau tidak pergi untuk melihat Aurora?” ucap Hye Ja sambil menangis
mendenga cerita Joon Ha.
“Apa aku
bisa pergi?” tanya Joon Ha tersenyum. Hye Ja pikir Joon ha bisa pergi.
“Kenapa
malah duduk di sini? Kau harus pergi sekarang. Ayo Cepat! Pergilah dan lihat
Aurora untukku juga.” Ucap Hye Ja. Joon Ha terlihat binggung.
“Saat kau
kembali, jangan lupa memberitahuku seberapa banyak kau menangis. Berjanjilah.” Ucap
Hye Ja.
“Aku akan
sering memikirkan Nenek saat aku pergi ke sana.” Kata Joon Ha menganguk.
“Kau
tidak perlu memikirkanku. Tapi Pikirkan saja Hye Ja. Wanita 25 tahun... Hye Ja.”
Kata Hye Ja. Joon Ha menganguk dan keduaya saling menatap.
Hyun Joo baru
saja selesai mengantar. Young Soo memberikan sesuatu. Hyun Joo bertanya apa itu.
Young Soo mengaku mengambil sarung tangan saat hendak kemari. Hyun Joo menyuruh
buang saja atau bisa menyimpannya dan akhirnya memilih untuk masuk restoran.
“Ulurkan
tanganmu.” Kata Joon Ha menahan dan akhirnya memakaikan Hyun Joo sarung tangan
dan melihat itu sangat pas.
“Aku
dilarang seumur hidup, tapi aku menerima banyak bintang.” kata Young Soo mengoda
“Kenapa
merah? Ini sungguh norak.” Keluh Hyun Joo. Young Soo tiba-tiba mengajak untuk menonton
film malam ini
Wajah
Hyun Joo langsung memerah, tak mau menatapnya. Young Soo berpikir Hyun Joo
sakit dan ingin memegangnya. Hyun Joo tak ingin Young Soo menyentuhnya
“Kenapa
aku menonton denganmu? Minggir.” Kata Hyun Joo masuk toko. Young Soo
memberitahu sampai bertemu pukul 19.00. Hyun Joo tersenyum bahagia bisa kembali
dengan Young Soo.
Joon Ha
tersenyum bahagia mengemas semua barang-barangnya, lalu berpikir Hye Ja yang
datang tapi ternyata Hee Won datang ke rumah. Hee Won berkomentar Joon Ha yang pasti
sudah melalui banyak hal karena Wajah Joon Ha terlihat mengerikan.
“Kau
punya banyak uang sekarang... Belilah tonik herbal atau sesuatu. Aku Sedih
sekali melihatmu, Itu membuatku sedih.” Ucap Hee Won menyindir.
“Apa
maksudmu uang?” kata Joon Ha bingung. Hee Won mengeluh dengan sikap Joon Ha
karena menurutnya Tidak ada rahasia antara mereka
“Ibu
Chanel... Kau sungguh pandai berakting. Apa lagi yang dia miliki selain uang?
Kaulah yang paling dia puja... Benarkan? Berapa yang kau dapatkan?” ucap Hee
Won.
“Aku
tidak mendapatkan apa-apa. Saat putranya pergi ke AS, dia menjual rumahnya
untuk membiayainya. Dia dahulu tinggal di sebuah motel. Kau juga tahu. “ ucap
Joon Ha binggung
“Bagaimana
aku tahu, brengsek? Apa Kau sungguh akan seperti ini? Aku pikir kita seperti
saudara.” Kata Hee Won marah.
Tuan Park
datang membahas Joon Ha berbicara dengan
Bu Chanel agar dijadikan penerima asuransi lalu mengumpat kalau itu licik. Joon
Ha menjelaskan agar berhentilah menjual
polis asuransi jiwa untuk lansia karena itu salah.
“Hee Won Hyung.
Kau mencari uang dari nyawa orang.” Ucap Joon Ha mencoba menyadarkan. Hee Won
langsung menendang meja dan semua kopi pun jatuh.
“Coba
Lihat dia.. Baik, Brengsek... Aku mencari uang dari nyawa orang. Ada masalah?
Memangnya kau mau apa? Apa Kau akan melaporkanku ke polisi? Silakan. Apa Kau
tahu? Kurasa kau tidak akan bisa naik pesawat itu.” Ucap Hee Won. Joon Ha
menantang.
Hye Ja
duduk direstoran terlihat sedih, Hyun Joo datang menyuruh Hye Ja menangislah
jika sedih. Hye Ja mengaku tak sedih tapi merasa lega Bahkan merasa dirinya
wanita yang keren dan tidak menangis sama sekali.
“Aku berusaha
keras menahan air mataku sampai bola mataku hampir copot.” Kata Hye Ja
“Dasar Berandal,
tidak perlu berusaha kuat di depan kami.” Keluh Hyun Joo Hye Ja mengaku sudah mengatakan
yang sebenarnya.
“Baiklah.
Kalau begitu, mau berwisata bersama?” ucap Sang Eun. Hyun Joo setuju ingin tahu
kemana akan pergi.
“Kalian
tahu harus menghormati orang tua, kan? Kalian harus menghormati pendapatku.” Kata
Hye Ja. Sang Eun pikir kalau tidak bisa pergi.
“Kata
siapa? Kamu meremehkan lansia. Ayo pergi” ucap Hye Ja akan pergi.
Saat itu
Joon Ha dibawa oleh Tuan Park dan Hee Won ke ruang bawah tengah dan terlihat
banyak luka-luka dan diikat tanganya.
Bersambung
ke episode 10
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar