PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 03 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 11 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

 
Hae Rin melihat cover buku [HAI, ORANG ASING] dengan wajah serius. Seo Joon melihat Hae Rin yang duduk sendirian dicafe langsung duduk disampingnya. Hae Rin kaget dan binggung karena Seo Joon yang  duduk di sebelahnya.
“Agar kita bisa lihat layarnya bersama.. Tapi Aku punya pertanyaan. Apa kau dicampakkan karena kau gila kerja Atau kau jadi gila kerja karena dicampakkan?” ejek Seo Joon. Hae Rin langsung cemberut.
“Nona Song, Apa kau tahu? Menggoda itu menyenangkan.” Ejek Seo Joon. Hae Rin mengajak mereka melihat layar saja. 

Dan Yi masih duduk di taman, Eun Ho kembali mengirimkan pesan “Aku akan memasak tteokbokki. Cepat pulang.” Ia tak mengubrisnya merasa Eun Ho pasti sudah gila padhaal sudah bilang mau menemui Seo Joon, lalu mengajak Geum Bi untuk makan siang.
“Tunggu... Aku tak bawa dompet... Astaga, aku sangat ceroboh.”keluh Dan Yi kesal sambil memukul kepalanya.
Eun Ho kembali mengirimkan pesan “Seo-jun dan Hae-rin sedang rapat di kafe lingkungan kita. Apa Kau mau tahu di mana?” Dan Yi pun panik yang akan dilakukan.
“Dia sangat gigih. Dari mana dia tahu?” ucap Dan Yi panik. 

Hae Rin menatap layak mengaku  terkejut karena Seo Joon yang  melakukan permintaannya dan membuat desain yang segar. Ia melihat Seo Joon yang juga pertahankan desainnya tetap berkelas tapi masih khawatir. Seo Joon yang duduk disamping Hae Rin terlihat sudah tertidur lelap.
“Aku setuju perluas target pembaca. Tapi kita masih harus pertimbangkan penggemar Bu Yoo.. Jadi, bagaimana menurutmu...” ucap Hae Rin akhirnya tersadar melihat Seo Joon yang tertidur.
“Dia pasti belum tidur.” Komentar Hae Rin lalu memberikan Seo Joon bersadar di pundaknya dan menuliskkan note.
“Aku suka desain keseluruhannya. Tapi harus pertimbangkan penggemar Bu Yoo dan pakai warna lebih gelap di dalamnya agar tak terlalu mencolok. Kerjamu sangat bagus. Aku senang kaulah yang kuminta mendesain sampulnya. Kau partner yang hebat. Aku menghormatimu, Pak Ji.”

Dan Yi akhirnya pulang mengikat Geum Bi diranting pohon dalam rumah. Eun Ho sudah menyiapkan toppoki diatas meja lalu menyapa Geum Bi dan duduk dimeja makan bertanya Bagaimana kencan Dan Yi dan Kenapa tak tunggu di kafe.
“Rapat dengan Hae-rin akan selesai.” Kata Eun Ho mengejek. Dan Yi kesal karena Eun Ho seperti menggodanya.
“Kenapa kau berbohong? Aku bisa melihatnya. Kau tak suka Seo Joon.  Kau berkencan karena sudah lama tak melakukan itu. Kau tak menemuinya kemarin, 'kan? Kenapa tak mau mengencaniku?” ucap Eun Ho berbicara serius.
“Apa Kau sungguh tak tahu?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku tak tahu. Dan Yi pun akan memberi tahu.
“Apa Karena kau janda?” ucap Eun Ho. Dan Yi mengaku bukan karena statusnya tak membuatnya berpikir tak bisa berkencan.

“Aku akan berkencan begitu ada pria baik. Aku dapat kesempatan kedua dalam hidup jadi Tidak mau kusia-siakan. Aku akan melakukan hal-hal yang kuinginkan.”tegas Dan Yi. Eun Ho pun siap mendengar alasanya.
“Katakanlah alasan aku tak bisa menjadi kekasihmu.” Kata Eun Ho.
“Nomor satu... Kau bukan tipeku.” Ucap Dan Yi. Eun Ho pikir itu omong kosong karena ia adalah tipe semua wanita.
“Yang benar saja. Apa gunanya jadi rupawan? Kau tak pernah matikan lampu kamar mandi setelah dipakai. Kau juga tampaknya sakit OCD. Kau sangat kesal jika barang tak disimpan di tempatnya. Kau sensitif pada banyak hal, termasuk flu, tapi kau selalu pakai mantel tipis dan membuatku cemas. Biaya perawatanmu tinggi.” Kata Dan Yi sinis
“Aku akan berubah.” Ucap Eun Ho merasa tak masalah.
“Nomor dua... Kita tak bisa berkencan karena terlalu saling mengenal. Kita sudah saling kenal selama 20 tahun. Kita tahu sifat masing-masing. Bagaimana bisa berkencan? Itu tak akan seru.” Tegas Dan Yi. Eun Ho tak mengerti maksudnya.
“Kita suka bersenang-senang saat bersama. Kita membersihkan rumah hari ini, dan itu menyenangkan. Bahkan senang ada semangkuk tteokbokki”kata Eun Ho
“Nomor tiga.. Apa kau tahu hubungan itu bisa sedangkal apa? Orang selalu berjanji, tapi janjinya tak berguna... Semua berakhir saat tak cinta lagi. Kau pernah putus cinta beberapa kali.” Kata Dan Yi
“Itu karena bukan kau orangnya. Aku selalu tahu itu.” Ucap Eun Ho

“Bagaimana jika kita putus? Lalu Pada siapa aku bersandar? Aku hanya bisa bersandar padamu di dunia ini.” Kata Dan Yi sedih
Eun Ho pikir Dan Yi bisa melihatya karena Bahkan mengakui rasa cinta Dan Yi padanya. Ia mengulang kata-kata Dan Yi bilang dirinya yang nomor satu menurutnya kenapa Dan Yi berpikir soal putusjika bisa bersama selamanya dan menurutanya itu terdengar seperti Dan Yi bilang menyukainya.
“Itu terdengar bahwa kau butuh waktu walaupun sudah menyukaiku.” Ucap Eun Ho yakin. Dan Yi pikir Bukan itu maksudnya.

“Akan kukembalikan anjingnya pada Seo Joon... Kami harus bertemu untuk bicarakan draf buku... Hae-rin bersamanya, Jadi, aku akan menemuinya. Makanlah tteokbokki sebelum dingin.” Ucap Eun Ho lalu pergi keluar rumah membawa Geum Bi pergi. Dan Yi hanya bisa terdiam. 


Eun Ho pergi ke cafe mengikat Geum Bi di depan lalu masuk cafe, senyumanya terlihat karena Hae Rin tertidur dengan saling bersadar pada Seo Joon, seperti keduanya sangat kelelahan. Beberapa saat kemudian Hae Rin terbangun panik melihat jam tanyanya bertanya-tanya Berapa lama tertidur lalu melihat note yang ditinggalkan Eun Ho.
“Aku melihat drafnya di rumah dan aku setuju dengan Hae-rin. Jadi, kuserahkan pada kalian. Aku akan mengecek draf finalnya. Aku tinggalkan Geum-bi di sini dan sudah beri tahu pemilik kafe. -Cha Eun-ho.-“
“Tunggu, Apa tadi Eun-ho kemari? Bagaimana dia tahu kita di sini? Lalu Siapa itu Geum-bi?” kata Hae Rin binggung.
Saat itu Seo Joon terbangun mendengar nama Geum Bi.  Hae Rin kaget karena Seo Joon yang terbangun. Seo Joon merasa tak enak hati karena pasti ketiduran. Hae Rin mengeluh kalau Seo Joon tertidur satu jam penuh sambil mengeluh kalau Bahunya terasa pegal sekali.
“Harusnya bangunkan aku.” Ucap Seo Joon. Hae Rin mengaku sebenarnya juga tertidur.
“Omong-omong, siapa Geum-bi?” tanya Hae Rin penasaran. Seo Joon menjawab itu anjingnya.
“Kenapa kau bertanya? Apa Dan-i kemari?” tanya Seo Joon. Hae Rin heran karena Dan Yi yang harus datang.
“Aku memintanya menjaga Geum Bi” ucap Seo Joon.  Hae Rin memberitahu kalau Eun Ho yang membawanya kemari.
“Ahhh... Begitu. Mereka tinggal satu rumah...” kata Seo Joon lalu tersadar suda keceplosan. Hae Rin kaget.
“Maksudku mereka tinggal berdekatan... Dan-i tinggal di sekitar sini. Mereka pasti bertemu di jalan.” Ucap Seo Joon berusaha menjelaskan.
“Maksudmu Dan Yi bertemu Eun-ho di jalan dan memberikan Geum-bi begitu saja?” kata Hae Rin memastikan. Seo Joon meminta jangan bertanya mengaku tak tahu.
“Kulihat kau menulis dengan detail.” Ucap Seo Joon mengalihkan pembicaran. Hae Rin menunjukan note milik Eun Ho dengan tatapan curiga. 


Hae Rin pergi ke kantor mengingat kembali yang dikatakan Seo Joon “Ahh.. Begitu. Mereka tinggal satu rumah...” lalu menyaikan kalau  Dan-i dan Eun Ho tinggal di satu lingkungan tapi masih memikirkan sesuatu yang jangal.
“Kenapa Dan-i meminta Eun Ho membawa Geum-bi? Apa mereka sedekat itu?”ucap Hae Rin curiga. Eun Ho memanggil Hae Rin yang akan masuk gedung.
“Apa Kau bekerja di akhir pekan?” tanya Eun Ho. Hae Rin membenarkan.
“Penggila kerja pun harus punya kehidupan dan istirahat.” Saran Eun Ho. Hae Rin melihat kemaja yang dipakai Eun Ho teringat itu kemeja yang sama ada diatas meja Dan Yi.
“Kemejamu...” ucap Hae Rin. Eun Ho dengan bangga memperlihatkan kemeja barunya.
“Ini hadiah. Kenapa?” tanya Eun Ho. Hae Rin memuji kalau itu bagus saat dipakain. Eun Ho pun mengaku juga menyukainya lalu mengajak untuk masuk. 

Nyonya Seo berjalan dengan Dan Yi membahas ketiganya tampak bagus dan yang harus dicek. Rekan kerja melihat Nyonya Go  dengan dress hijau berpikir ini hari spesial memujinya yang tampak luar biasa.
“Kami sedang meninjau beberapa tempat untuk acara pembacaan buku. Aku persempit menjadi tiga pilihan.” Ucap Nyonya Seo memperlihatkan proposal
“Jangan tempat ini... Acara penulis Kim diadakan di situ dan hanya ada toilet umum yang campur jadi keluarkan dari daftar.” Kata Nyonya Go. Dan Yi menganguk mengerti.
“Dan Yi, Apa sudah pikirkan hadiah untuk Bu Yoo?” tanya Nyonya Go. Dan Yi pikir syal dari sutra akan bagus.
“Itu bagus. Akan cocok untuknya.” Kata Nyonya Go. Dan Yi pikir Jika sudah ada daftar hadiah maka akan membelinya.


Di ruangan Nyonya Go
“Penulis Choi senang memasak, satu set alat makan akan bagus. Penulis Oh suka hadiah yang unik, jadi ingatlah itu.” Ucap Nyonya Go memberikan berkas. Dan Yi menganguk mengerti.
“Kenapa? Ada yang kurang jelas?” tanya Nyonya Goo melihat Dan Yi hanya diam saja.
“Tidak... Kau tampak cantik hari ini... Jika kau butuh teman, Bu Seo dan aku selalu ada untukmu... Kau bisa memanggil kapan pun... Dan Juga, ini...” ucap Dan Yi memberikan kartu nama restoran si pria
“Aku tak butuh ini.” Ucap Nyonya Oh sinis. Dan Yi mengingat yang dikatakan Nyonya Go saat minum di rumahnya.
“Tapi semua sudah selesai. Aku tinggal menendangnya saja.” Kata Dan Yi yang ingin melupakan suaminya.
“Kenapa tak kau tendang saja dia sekarang?” kata Nyonya Goo. dan Yi bertanya apakah Nyonya Goo mau menemaninya.  Nyonya Goo dengan yakin akan menemani Dan Yi dan akan pergi bersamanya.
“Kau bilang, aku harus mengatakan apa pun yang mengusikku. Kau bilang begitu... Katamu kau akan menemaniku. Jadi Aku juga bisa menemanimu.” Ucap Dan Yi. Nyonya Go melihat kartu nama CAMILAN MALAM 88


Dan Yi melihat catatan “Penulis Choi.” Lalu mencari di internet “Set alat makan untuk dua orang dan memutuskan untuk membeli secara online.  Ia pun memikirkan yang harus dibeli untuk Penulis Oh, berpikir Barang yang unik.
“Kalau Syal ini akan bagus dikenakan oleh Bu Yoo” ucap Dan Yi memilih hadiah untuk Nyonya Yoo. 

Seo Joon dan Hae Rin pergi ke percetakan buku melihat saat buku berjalan dengan sampul yang dimereka diskusikan kemarin. Buku “HAI, ORANG ASING” berjalan dengan cepat. Hae Rin mengambil cetakan pertama dengan bahagia karena ini persis sesuai keinginannya.
“Sesungguhnya, ini persis sesuai keinginan kita.”kata Seo Joon ikut bangga.
Akhirnya Seo Joon pergi ke toko buku membaca sebuah buku, beberapa pelanggan datang melihat sampul buku Nyonya Yoo dan langsung membelinya, wajah Seo Joon terlihat bahagia karena seperti berhasil melakukan perkerjaan. Tak jauh dari tempatnya berdiri terkejut melihat Dan Yi datang.
“Kudengar kau suka kemari saat bukumu diterbitkan.” Ucap Dan Yi saat Seo Joon mendekatinya.
“Kukira kita tak sengaja bertemu, tapi kau kemari untuk menemuiku. Itu bahkan lebih baik. Kau tak menelepon, kurasa kau sibuk. Aku pun sibuk.” Kata Se Joon.
“Sampul bukunya bagus... Kerjamu bagus.” Puji Dan Yi. Seo Joon memuji hasil kerjan Dan Yi juga bagus.
“Apa mau makan malam?” tanya Seo Joon. Dan Yi setuju untuk makan malam. 


Mereka makan udon bersama,  Seo Joon terlihat sangat bahagia karena rasanya enak sekali karena sudah lama ingin makan udon, lalu berpikir mereka bisa kemari lagi saat ada waktu senggang. Ia pikir Dan Yi  tak telepon karena tak akan bisa bertemu hingga acara pembacaan buku.
“Sejujurnya, aku sengaja tak menelepon... Seo Joon,  Sudah dua pekan sejak kita bertemu. Bagaimana rasanya?” ucap Dan Yi
“Kuharap kita lebih sering bertemu... Tidak begitu buruk, 'kan? Aku cenderung melupakan banyak hal saat aku sibuk bekerja. Begitu menerima naskah, aku hanya memikirkan buku. Aku bersikap buruk, kan?” kata Seo Joon rendah diri
“ Tentu saja tidak... Seo Joon... Kurasa... di sinilah sebaiknya kita berhenti. Daripada jadi pasangan yang menelepon tiap hari, kita harus bertemu sesekali untuk makan dan membicarakan buku. Kurasa begitulah seharusnya hubungan kita.” Ucap Dan Yi memutuskan.
“Jadi, Apa kita tak bisa lebih dari sekadar tetangga yang berteman?” tanya Seo Joon terlihat shock
“Ini terhalang pekerjaan, kita tak bisa sering melakukannya, tapi aku menikmati berangkat dan pulang kerja bersama. Katamu kita akan tetap bersikap biasa saja, Agar segalanya mudah. Andai kau belum merasa tertekan, maka aku akan berusaha lebih keras. Kau tahu aku menyukaimu Kau baik dan polos... Maaf.” Ucap Dan Yi merasa tak enak.
“Ini bukan salahmu, jangan merasa bersalah... Dan Yi, bagaimana jika begini? Kita lipat dahulu ujung halaman hubungan kita. Ada kalanya kita ingin berhenti sejenak membaca buku. Jadi, kita tandai ujung halaman bukunya untuk dilanjutkan nanti.” ucap Seo Joon.
“Mari lakukan itu juga. Kita tandai halaman ini dan buka bukunya lagi kapan pun kau mau. Hingga saat itu, berjanjilah kau akan terus menjadi teman yang menemani makan udon. Apa kau setuju?” kata Seo Joon. Dan Yi setuju. Mereka pun makan kembali udon sebelum dingin, suasana kembali ceria. 



Spanduk bertuliskan [KONSER BUKU “HAI, ORANG ASING”] Park Hoon meminta agar melihat spanduk yang di pasang. Temanya pikir tampak miring, Park Hoon pun mengesernya.
“Bukankah seharusnya Bu Seo sudah sampai? Dia jadi pembicara di seminar untuk para pemasar.” Ucap Rekan kerja Nyonya Seo.
“Dia akan langsung kemari... Sebentar lagi dia pasti datang.Bukankah tim lain hadir saat acara pembacaan buku?” Kata Dan Yi

“Kebanyakan tak bisa hadir. Kurasa hanya Bu Go yang akan hadir hari ini. Presdir Kim dan Pak Bong sedang rapat dengan reporter. Dan Kau tahu apa yang lucu? Kita membelikan mereka makanan, tapi mereka tak pernah menulis artikel. Aku tak paham kenapa Presdir Kim harus repot-repot melakukannya.” Keluh sipria 


Dan Yi menerima telp dari Nyonya Seo dan bertanya keberadanya, Nyonya Seo meminta maaf karena terjadi sesuatu dan terlibat kecelakaan di perjalanan. Dan Yi panik bertanya kecelakan apa dan apakah ada yang terluka.
“Aku tak terluka... Tapi terjadi kecelakaan. Maaf aku tak bisa menghadiri acaranya.” Ucap Nyonya Seo.
“Apa yang terjadi? Kami butuh kau untuk acara ini. Syukurlah kau tak terluka. Tapi apa yang terjadi?” ucap Dan Yi panik
“Lupakan... Aku lelah berbohong... Ini Cukup kau yang tahu.. Sebenarnya Tidak ada kecelakaan. Tapi Anakku sakit. Seminarnya selesai lebih cepat tapi gurunya meneleponku. Dia demam tinggi. Aku bergegas ke rumah sakit dan dia terus terpejam.” Cerita Nyonya Seo tak bisa menahan tangisnya.
“Selalu saja seperti ini... Anakku sakit atau aku ada acara keluarga. Kapan pun ada persoalan keluarga, maka aku akan berbohong. Begitulah aku selama ini.” Ucap Nyonya Seo.
“Bagaimana dengan Pak Bong?” tanya Dan Yi. Nyonya Seo mengatakan sedang rapat dengan reporter.
“Selain itu, tak ada yang menelepon ayahnya saat hal ini terjadi... Selalu saja ibunya... Selalu saja aku.. Jadi Aku tak bisa hadir. Aku tak bisa meninggalkan anakku seperti ini.” Ucap Nyonya Seo sambil menangis. Dan Yi bisa mengerti.
“Katakan pada yang lain aku kecelakaan. Rahasia ini hanya antara kita, ya? Begitulah teman.” Ucap Nyonya Seo.  
“Ya, aku tak akan bilang pada siapa pun...Teman, kau percaya padaku, 'kan?” kata Dan Yi. Nyonya Seo pun mengucapkan terima kasih.
“Satu hal lagi... Semua panggilanku kualihkan padamu, siapa tahu ada situasi darurat.” Jelas Nyonya Seo. Dan Yi mengerti akan coba mengatur acaranya.


Park Hoon dan temanya bertanya Apakah Nyonya Seo tak akan datang. Dan Yi memberitahu kalau Nyonya Seo mengalami kecelakaan di perjalanan dan akan menjelaskanya. Saat itu Eun Ho akhirnya datang.
“Kita harus bagaimana? Bu Seo tak bisa hadir.” Ucap Dan Yi panik. Kurir datang membawa pesanan Nyonya Seo. Dan Yi meminta Park Hoon mengambilnya.
“Kita harus bagaimana? Bu Seo kecelakaan. Dia yang mengatur seluruh acaranya, jadi harus bagaimana tanpanya?” tanya Dan Yi panik
“Apakah kecelakaan besar?” tanya Eun Ho. Dan Yi mengaku tak juga dan ingin tahu apa yang akan dilakukan sekarang.
“Dan Yi.... Kau ambil alih karena kau mempersiapkan ini dengannya.” Ucap Eun Ho setelah berpikir beberapa detik.
“Tidak. Aku hanya membantunya... Aku tak bisa. Bahkan Aku baru beberapa kali menghadiri acara pembacaan buku.” Ucap Dan Yi tak yakin
“Ini tugasmu saat bekerja di agensi periklanan. Jadi Lakukan itu lagi. Hanya kau yang paham dengan acara ini... Dengar, aku tak punya banyak waktu... Dan Yi, ada aku... Semua akan baik-baik saja... Aku akan menanganinya... Percayalah.” Ucap Eun Ho menyakinkan. 

Park Hoon membawa barang bertanya dimana harus menaruhnya. Dan Yi menunjuk meja dibelakang dan telp masuk lalu mengaku sebagai penanggung jawab acara pembacaan buku Nyonya Yoo. Ia pun bertanya berapa banyak dengan wajah panik.
“Kita harus bagaimana? Mahasiswi Universitas Wanita Gangsin tak bisa hadir.” Ucap Dan Yi panik
“Berapa banyak yang seharusnya datang?” tanya Eun Ho. Dan Yi menjawab Empat belas orang.
Saat itu Seo Joon dan Hae Ri datang membawa dua kardus buku. Dan Yi menyuruh menyimpan di sisi cafe
“Jika 14 dari 50 orang tak bisa hadir... Hae-rin, telepon beberapa orang. Kita butuh 14 orang.” Ucap Eun Ho
“Kenapa? Ada yang tak bisa hadir?”tanya Hae Rin lalu mengumpat kesal.
“Aku membawa kotak ini dari depan.” Ucap Ji Yool membawa kardus. Dan Yi melihat itu hadiah untuk peserta dan menyuruh disimpan disisi ruangan. 

Di kantor
Salah satu pekerja bertanya apakah ada yang bisa menghadiri acara pembacaan buku. Beberapa orang ada yang akan mengusahakan. Si pria meminta agar mengajak yang lainya karena butuh lebih banyak orang.  Song Il menelp temanya bertanya  Ada waktu untuk hadiri acara pembacaan hari ini dan akan memberikan alamat.
“Bisakah bertemu di tempat lain hari ini? Ini Lebih dekat dari kantormu.” Kata Nyonya Seo bergegas pergi.
“Tidak usah membaca bukunya, jadi Cukup datang saja. Datanglah untuk bersenang-senang.” Ucap Park Hoon menelp temanya.
“Datanglah dengan sekretaris Ibu. Apa Tak penasaran pekerjaanku? Atau ajaklah juga kencan butaku. Aku akan berkencan buta setelah acara, oke?” kata Ji Yool menelp ibunya.
Eun Ho menelp temanya karena butuh tiga orang lagi. Pegawai lain menelp agar istrinya datang dan meminta ibu mertuanya agar menjaga Si Yeon. Park Hoon menelp seorang Nuna, untuk mengajak yang lain. Hae Rin menelp ayahnya.
“Ini untuk Yoo Myeong-suk, si penulis. Ini acara pembacaan buku. Apa kau tak tahu dia? Datanglah meskipun tak tahu.” Keluh Hae Ri
“Baik. Ayah akan ke sana dengan ibumu.” Ucap Tuan Song lalu memberitahu istrinya agar hari ini tutup restoran karena Hae-rin butuh orang.
“Terlalu awal untuk tutup.” Kata Nyonya Song. Tuan Song pikir kalau istrinya mengikuti saja.
“Kita punya kesempatan untuk membalas Eun Ho” ucap Tuan Song menyakinkan. Nyonya Song pun bersemangat. 


Eun Ho bertemu dengan Nyonya Yoo dibelakang panggung memasangkan bross bunga menyarakan agar menjadi diri sendiri karena terlihat  bagus saat tampil di acaranya tempo hari. Dan Yi masuk ruangan bertanya apakah sudah siap melakukananya.
“Apakah pesertanya banyak?” tanya Nyonya Yoo. Dan Yi memberitahu kalau ruangannya sudah penuh.
“Aku harus ke toilet dulu.” Ucap Nyonya Yoo. Dan Yi akan mengantar tapi Nyonya Seo pikir bisa sendiri. Dan Yi pik
“Kita harus mulai... Ternyata kau bisa, 'kan? Aku akan mengawasimu dari tempat yang tak jauh.” Ucap Eun Ho memegang mengelus rambut Dan Yi dan memegang bahunya.

Akhirnya acara “KONSER BUKU BERSAMA YU MYEONG-SUK UNTUK “HAI, ORANG ASING” dimulai dengan petikan gitar. Dan Yi pun menaiki panggung memperkenalkan diri sebagai pembawa acara untuk konser buku hari ini. Eun Ho menatap dari kejauhan.
“Cuaca hari ini cukup hangat.. Terasa hangat layaknya tulisan Bu Yoo Saat aku bangun pagi ini, aku sangat bersemangat karena akan mendengarkan suara Bu Yu secara langsung. Aku yakin kalian pun demikian.”ucap Dan Yi. Semua menjawab membenarkan.
“Maka, kita sambut Bu Yoo Myeong-suk.” Kata Dan Yi. Nyonya Yoo pun naik ke atas panggung.
“Ini acara pembacaan buku pertamaku, aku sangat gugup... Aku penulis Yoo Myeong-suk.” Ucap Nyonya Yoo
“Bu Yoo, aku juga membaca novelmu... Bisakah kau ceritakan sumber inspirasimu untuk novel ini” ucap Dan Yi
Saat itu Nyonya Go datang dengan temanya, si wanita yang melihat Dan Yi bertanya apakah wanita bekerja di kantornya. Nyonya Go membenarkan kalau Dan Yi ada di Tim Pembantu dan karena Pimpinan Tim Pemasaran terlibat kecelakaan hari ini jadi mengantikanya.
“Aku Pernah lihat... Tapi Di mana?” kata si wanita mencoba mengingat-ingat.
“Aku tak begitu suka membicarakan karyaku sendiri. Tapi mustahil tak melakukannya di acara seperti ini. Saat aku genap berusia 40, sahabatku meninggal tanpa surat wasiat. Semenjak itu aku tak bisa berhenti memikirkan kematian sahabatku. "Bagaimana perasaannya? Kenapa dia tak menulis surat wasiat?" ucap Nyonya Yoo
Di bangku penonton, Hae Rin menatap Eun Ho mengarahkan tatapanya pada Dan Yi yang ada diatas panggung, lalu teringat saat mengatakan kalau kemeja yang dipakainya adalah hadiah. Sementara ayah dan ibunya menatap sinis pada Eun Ho.
“Aku tak bisa mengobati rasa penasaranku walaupun aku makin tua. Itulah sebabnya aku menulis buku ini. Aku yakin kalian akan tahu jika membaca novelku. Ini bisa menjadi sebuah novel sekaligus prosa. Ini pun bisa dianggap sebagai sebuah surat.” Jelas Nyonya Yoo.
“Kita mulai mendengarkan pembacaan novel Bu Yoo” kata Dan Yi akhirnya turun dari panggug. 
Eun Ho langsung mengenggam tangan Dan Yi saat turun panggung. Dan Yi kaget tapi tak menariknya. Seo Joon menatap Dan Yi sementara Hae Rin menatap Eun Ho dengan wajah sedih. Sementara teman Nyonya Goo mengingat kapan pernah bertemu dengan Dan Yi.

“Menjadi ibu rumah tangga pasti sangat membuatmu tertekan. Aku yakin pengalamanku akan membantu kesuksesan perusahaan.” Ucap Si wanita saat wawancara Dan Yi
“Aku ingat dia... Dia ke kantorku untuk wawancara.” Kata si wanita. Nyonya Goo bertanya apakah itu di Perusahaan periklanan seperti tak percaya.
“Dia pernah jadi copywriter, bahkan Punya banyak penghargaan saat kuliah.” Kata si wanita.
“Apa maksudmu? Dia lulusan SMA.” Kata Nyonya Goo tak percaya.
“Apa Dia bilang begitu? Ini menarik.” Komentar si wanita.
Nyonya Goo menatap Dan Yi dari kejauhan, tapi Dan Yi seperti tak mendengar membalas genggaman tangan Eun Ho dengan memasukan ke sela jarinya.
Bersambung ke episode 12

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar