PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hae Rin
melihat cover buku [HAI, ORANG ASING] dengan wajah serius. Seo Joon melihat Hae
Rin yang duduk sendirian dicafe langsung duduk disampingnya. Hae Rin kaget dan
binggung karena Seo Joon yang duduk di
sebelahnya.
“Agar kita
bisa lihat layarnya bersama.. Tapi Aku punya pertanyaan. Apa kau dicampakkan
karena kau gila kerja Atau kau jadi gila kerja karena dicampakkan?” ejek Seo
Joon. Hae Rin langsung cemberut.
“Nona
Song, Apa kau tahu? Menggoda itu menyenangkan.” Ejek Seo Joon. Hae Rin mengajak
mereka melihat layar saja.
Dan Yi
masih duduk di taman, Eun Ho kembali mengirimkan pesan “Aku akan memasak
tteokbokki. Cepat pulang.” Ia tak mengubrisnya merasa Eun Ho pasti sudah gila
padhaal sudah bilang mau menemui Seo Joon, lalu mengajak Geum Bi untuk makan
siang.
“Tunggu...
Aku tak bawa dompet... Astaga, aku sangat ceroboh.”keluh Dan Yi kesal sambil
memukul kepalanya.
Eun Ho
kembali mengirimkan pesan “Seo-jun dan Hae-rin sedang rapat di kafe lingkungan
kita. Apa Kau mau tahu di mana?” Dan Yi pun panik yang akan dilakukan.
“Dia sangat
gigih. Dari mana dia tahu?” ucap Dan Yi panik.
Hae Rin
menatap layak mengaku terkejut karena Seo
Joon yang melakukan permintaannya dan
membuat desain yang segar. Ia melihat Seo Joon yang juga pertahankan desainnya
tetap berkelas tapi masih khawatir. Seo Joon yang duduk disamping Hae Rin
terlihat sudah tertidur lelap.
“Aku
setuju perluas target pembaca. Tapi kita masih harus pertimbangkan penggemar Bu
Yoo.. Jadi, bagaimana menurutmu...” ucap Hae Rin akhirnya tersadar melihat Seo
Joon yang tertidur.
“Dia
pasti belum tidur.” Komentar Hae Rin lalu memberikan Seo Joon bersadar di
pundaknya dan menuliskkan note.
“Aku suka desain keseluruhannya. Tapi
harus pertimbangkan penggemar Bu Yoo dan pakai warna lebih gelap di dalamnya
agar tak terlalu mencolok. Kerjamu sangat bagus. Aku senang kaulah yang kuminta
mendesain sampulnya. Kau partner yang hebat. Aku menghormatimu, Pak Ji.”
Dan Yi
akhirnya pulang mengikat Geum Bi diranting pohon dalam rumah. Eun Ho sudah
menyiapkan toppoki diatas meja lalu menyapa Geum Bi dan duduk dimeja makan
bertanya Bagaimana kencan Dan Yi dan Kenapa tak tunggu di kafe.
“Rapat
dengan Hae-rin akan selesai.” Kata Eun Ho mengejek. Dan Yi kesal karena Eun Ho
seperti menggodanya.
“Kenapa
kau berbohong? Aku bisa melihatnya. Kau tak suka Seo Joon. Kau berkencan karena sudah lama tak melakukan
itu. Kau tak menemuinya kemarin, 'kan? Kenapa tak mau mengencaniku?” ucap Eun
Ho berbicara serius.
“Apa Kau
sungguh tak tahu?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku tak tahu. Dan Yi pun akan
memberi tahu.
“Apa Karena
kau janda?” ucap Eun Ho. Dan Yi mengaku bukan karena statusnya tak membuatnya
berpikir tak bisa berkencan.
“Aku akan
berkencan begitu ada pria baik. Aku dapat kesempatan kedua dalam hidup jadi
Tidak mau kusia-siakan. Aku akan melakukan hal-hal yang kuinginkan.”tegas Dan
Yi. Eun Ho pun siap mendengar alasanya.
“Katakanlah
alasan aku tak bisa menjadi kekasihmu.” Kata Eun Ho.
“Nomor
satu... Kau bukan tipeku.” Ucap Dan Yi. Eun Ho pikir itu omong kosong karena ia
adalah tipe semua wanita.
“Yang
benar saja. Apa gunanya jadi rupawan? Kau tak pernah matikan lampu kamar mandi
setelah dipakai. Kau juga tampaknya sakit OCD. Kau sangat kesal jika barang tak
disimpan di tempatnya. Kau sensitif pada banyak hal, termasuk flu, tapi kau
selalu pakai mantel tipis dan membuatku cemas. Biaya perawatanmu tinggi.” Kata
Dan Yi sinis
“Aku akan
berubah.” Ucap Eun Ho merasa tak masalah.
“Nomor
dua... Kita tak bisa berkencan karena terlalu saling mengenal. Kita sudah
saling kenal selama 20 tahun. Kita tahu sifat masing-masing. Bagaimana bisa
berkencan? Itu tak akan seru.” Tegas Dan Yi. Eun Ho tak mengerti maksudnya.
“Kita
suka bersenang-senang saat bersama. Kita membersihkan rumah hari ini, dan itu
menyenangkan. Bahkan senang ada semangkuk tteokbokki”kata Eun Ho
“Nomor
tiga.. Apa kau tahu hubungan itu bisa sedangkal apa? Orang selalu berjanji, tapi
janjinya tak berguna... Semua berakhir saat tak cinta lagi. Kau pernah putus
cinta beberapa kali.” Kata Dan Yi
“Itu karena
bukan kau orangnya. Aku selalu tahu itu.” Ucap Eun Ho
“Bagaimana
jika kita putus? Lalu Pada siapa aku bersandar? Aku hanya bisa bersandar padamu
di dunia ini.” Kata Dan Yi sedih
Eun Ho
pikir Dan Yi bisa melihatya karena Bahkan mengakui rasa cinta Dan Yi padanya.
Ia mengulang kata-kata Dan Yi bilang dirinya yang nomor satu menurutnya kenapa
Dan Yi berpikir soal putusjika bisa bersama selamanya dan menurutanya itu
terdengar seperti Dan Yi bilang menyukainya.
“Itu
terdengar bahwa kau butuh waktu walaupun sudah menyukaiku.” Ucap Eun Ho yakin.
Dan Yi pikir Bukan itu maksudnya.
“Akan
kukembalikan anjingnya pada Seo Joon... Kami harus bertemu untuk bicarakan draf
buku... Hae-rin bersamanya, Jadi, aku akan menemuinya. Makanlah tteokbokki
sebelum dingin.” Ucap Eun Ho lalu pergi keluar rumah membawa Geum Bi pergi. Dan
Yi hanya bisa terdiam.
Eun Ho
pergi ke cafe mengikat Geum Bi di depan lalu masuk cafe, senyumanya terlihat
karena Hae Rin tertidur dengan saling bersadar pada Seo Joon, seperti keduanya
sangat kelelahan. Beberapa saat kemudian Hae Rin terbangun panik melihat jam
tanyanya bertanya-tanya Berapa lama tertidur lalu melihat note yang
ditinggalkan Eun Ho.
“Aku
melihat drafnya di rumah dan aku setuju dengan Hae-rin. Jadi, kuserahkan pada
kalian. Aku akan mengecek draf finalnya. Aku tinggalkan Geum-bi di sini dan sudah
beri tahu pemilik kafe. -Cha Eun-ho.-“
“Tunggu, Apa
tadi Eun-ho kemari? Bagaimana dia tahu kita di sini? Lalu Siapa itu Geum-bi?”
kata Hae Rin binggung.
Saat itu
Seo Joon terbangun mendengar nama Geum Bi.
Hae Rin kaget karena Seo Joon yang terbangun. Seo Joon merasa tak enak
hati karena pasti ketiduran. Hae Rin mengeluh kalau Seo Joon tertidur satu jam
penuh sambil mengeluh kalau Bahunya terasa pegal sekali.
“Harusnya
bangunkan aku.” Ucap Seo Joon. Hae Rin mengaku sebenarnya juga tertidur.
“Omong-omong,
siapa Geum-bi?” tanya Hae Rin penasaran. Seo Joon menjawab itu anjingnya.
“Kenapa
kau bertanya? Apa Dan-i kemari?” tanya Seo Joon. Hae Rin heran karena Dan Yi
yang harus datang.
“Aku memintanya
menjaga Geum Bi” ucap Seo Joon. Hae Rin
memberitahu kalau Eun Ho yang membawanya kemari.
“Ahhh... Begitu.
Mereka tinggal satu rumah...” kata Seo Joon lalu tersadar suda keceplosan. Hae
Rin kaget.
“Maksudku
mereka tinggal berdekatan... Dan-i tinggal di sekitar sini. Mereka pasti
bertemu di jalan.” Ucap Seo Joon berusaha menjelaskan.
“Maksudmu
Dan Yi bertemu Eun-ho di jalan dan memberikan Geum-bi begitu saja?” kata Hae
Rin memastikan. Seo Joon meminta jangan bertanya mengaku tak tahu.
“Kulihat
kau menulis dengan detail.” Ucap Seo Joon mengalihkan pembicaran. Hae Rin
menunjukan note milik Eun Ho dengan tatapan curiga.
Hae Rin
pergi ke kantor mengingat kembali yang dikatakan Seo Joon “Ahh.. Begitu. Mereka
tinggal satu rumah...” lalu menyaikan kalau
Dan-i dan Eun Ho tinggal di satu lingkungan tapi masih memikirkan
sesuatu yang jangal.
“Kenapa
Dan-i meminta Eun Ho membawa Geum-bi? Apa mereka sedekat itu?”ucap Hae Rin
curiga. Eun Ho memanggil Hae Rin yang akan masuk gedung.
“Apa Kau
bekerja di akhir pekan?” tanya Eun Ho. Hae Rin membenarkan.
“Penggila
kerja pun harus punya kehidupan dan istirahat.” Saran Eun Ho. Hae Rin melihat
kemaja yang dipakai Eun Ho teringat itu kemeja yang sama ada diatas meja Dan
Yi.
“Kemejamu...”
ucap Hae Rin. Eun Ho dengan bangga memperlihatkan kemeja barunya.
“Ini
hadiah. Kenapa?” tanya Eun Ho. Hae Rin memuji kalau itu bagus saat dipakain.
Eun Ho pun mengaku juga menyukainya lalu mengajak untuk masuk.
Nyonya
Seo berjalan dengan Dan Yi membahas ketiganya tampak bagus dan yang harus
dicek. Rekan kerja melihat Nyonya Go
dengan dress hijau berpikir ini hari spesial memujinya yang tampak luar
biasa.
“Kami
sedang meninjau beberapa tempat untuk acara pembacaan buku. Aku persempit
menjadi tiga pilihan.” Ucap Nyonya Seo memperlihatkan proposal
“Jangan
tempat ini... Acara penulis Kim diadakan di situ dan hanya ada toilet umum yang
campur jadi keluarkan dari daftar.” Kata Nyonya Go. Dan Yi menganguk mengerti.
“Dan Yi,
Apa sudah pikirkan hadiah untuk Bu Yoo?” tanya Nyonya Go. Dan Yi pikir syal
dari sutra akan bagus.
“Itu
bagus. Akan cocok untuknya.” Kata Nyonya Go. Dan Yi pikir Jika sudah ada daftar
hadiah maka akan membelinya.
Di
ruangan Nyonya Go
“Penulis
Choi senang memasak, satu set alat makan akan bagus. Penulis Oh suka hadiah
yang unik, jadi ingatlah itu.” Ucap Nyonya Go memberikan berkas. Dan Yi
menganguk mengerti.
“Kenapa?
Ada yang kurang jelas?” tanya Nyonya Goo melihat Dan Yi hanya diam saja.
“Tidak...
Kau tampak cantik hari ini... Jika kau butuh teman, Bu Seo dan aku selalu ada
untukmu... Kau bisa memanggil kapan pun... Dan Juga, ini...” ucap Dan Yi
memberikan kartu nama restoran si pria
“Aku tak
butuh ini.” Ucap Nyonya Oh sinis. Dan Yi mengingat yang dikatakan Nyonya Go
saat minum di rumahnya.
“Tapi
semua sudah selesai. Aku tinggal menendangnya saja.” Kata Dan Yi yang ingin
melupakan suaminya.
“Kenapa
tak kau tendang saja dia sekarang?” kata Nyonya Goo. dan Yi bertanya apakah
Nyonya Goo mau menemaninya. Nyonya Goo
dengan yakin akan menemani Dan Yi dan akan pergi bersamanya.
“Kau
bilang, aku harus mengatakan apa pun yang mengusikku. Kau bilang begitu... Katamu
kau akan menemaniku. Jadi Aku juga bisa menemanimu.” Ucap Dan Yi. Nyonya Go
melihat kartu nama CAMILAN MALAM 88
Dan Yi
melihat catatan “Penulis Choi.” Lalu mencari di internet “Set alat makan untuk dua
orang dan memutuskan untuk membeli secara online. Ia pun memikirkan yang harus dibeli untuk
Penulis Oh, berpikir Barang yang unik.
“Kalau Syal
ini akan bagus dikenakan oleh Bu Yoo” ucap Dan Yi memilih hadiah untuk Nyonya
Yoo.
Seo Joon
dan Hae Rin pergi ke percetakan buku melihat saat buku berjalan dengan sampul
yang dimereka diskusikan kemarin. Buku “HAI, ORANG ASING” berjalan dengan
cepat. Hae Rin mengambil cetakan pertama dengan bahagia karena ini persis
sesuai keinginannya.
“Sesungguhnya,
ini persis sesuai keinginan kita.”kata Seo Joon ikut bangga.
Akhirnya
Seo Joon pergi ke toko buku membaca sebuah buku, beberapa pelanggan datang
melihat sampul buku Nyonya Yoo dan langsung membelinya, wajah Seo Joon terlihat
bahagia karena seperti berhasil melakukan perkerjaan. Tak jauh dari tempatnya
berdiri terkejut melihat Dan Yi datang.
“Kudengar
kau suka kemari saat bukumu diterbitkan.” Ucap Dan Yi saat Seo Joon
mendekatinya.
“Kukira
kita tak sengaja bertemu, tapi kau kemari untuk menemuiku. Itu bahkan lebih
baik. Kau tak menelepon, kurasa kau sibuk. Aku pun sibuk.” Kata Se Joon.
“Sampul
bukunya bagus... Kerjamu bagus.” Puji Dan Yi. Seo Joon memuji hasil kerjan Dan
Yi juga bagus.
“Apa mau
makan malam?” tanya Seo Joon. Dan Yi setuju untuk makan malam.
Mereka
makan udon bersama, Seo Joon terlihat
sangat bahagia karena rasanya enak sekali karena sudah lama ingin makan udon,
lalu berpikir mereka bisa kemari lagi saat ada waktu senggang. Ia pikir Dan
Yi tak telepon karena tak akan bisa
bertemu hingga acara pembacaan buku.
“Sejujurnya,
aku sengaja tak menelepon... Seo Joon, Sudah
dua pekan sejak kita bertemu. Bagaimana rasanya?” ucap Dan Yi
“Kuharap
kita lebih sering bertemu... Tidak begitu buruk, 'kan? Aku cenderung melupakan
banyak hal saat aku sibuk bekerja. Begitu menerima naskah, aku hanya memikirkan
buku. Aku bersikap buruk, kan?” kata Seo Joon rendah diri
“ Tentu
saja tidak... Seo Joon... Kurasa... di sinilah sebaiknya kita berhenti. Daripada
jadi pasangan yang menelepon tiap hari, kita harus bertemu sesekali untuk makan
dan membicarakan buku. Kurasa begitulah seharusnya hubungan kita.” Ucap Dan Yi
memutuskan.
“Jadi, Apa
kita tak bisa lebih dari sekadar tetangga yang berteman?” tanya Seo Joon
terlihat shock
“Ini
terhalang pekerjaan, kita tak bisa sering melakukannya, tapi aku menikmati berangkat
dan pulang kerja bersama. Katamu kita akan tetap bersikap biasa saja, Agar
segalanya mudah. Andai kau belum merasa tertekan, maka aku akan berusaha lebih
keras. Kau tahu aku menyukaimu Kau baik dan polos... Maaf.” Ucap Dan Yi merasa
tak enak.
“Ini
bukan salahmu, jangan merasa bersalah... Dan Yi, bagaimana jika begini? Kita
lipat dahulu ujung halaman hubungan kita. Ada kalanya kita ingin berhenti sejenak
membaca buku. Jadi, kita tandai ujung halaman bukunya untuk dilanjutkan nanti.”
ucap Seo Joon.
“Mari
lakukan itu juga. Kita tandai halaman ini dan buka bukunya lagi kapan pun kau
mau. Hingga saat itu, berjanjilah kau akan terus menjadi teman yang menemani
makan udon. Apa kau setuju?” kata Seo Joon. Dan Yi setuju. Mereka pun makan kembali
udon sebelum dingin, suasana kembali ceria.
Spanduk
bertuliskan [KONSER BUKU “HAI, ORANG ASING”] Park Hoon meminta agar melihat
spanduk yang di pasang. Temanya pikir tampak miring, Park Hoon pun mengesernya.
“Bukankah
seharusnya Bu Seo sudah sampai? Dia jadi pembicara di seminar untuk para
pemasar.” Ucap Rekan kerja Nyonya Seo.
“Dia akan
langsung kemari... Sebentar lagi dia pasti datang.Bukankah tim lain hadir saat
acara pembacaan buku?” Kata Dan Yi
“Kebanyakan
tak bisa hadir. Kurasa hanya Bu Go yang akan hadir hari ini. Presdir Kim dan
Pak Bong sedang rapat dengan reporter. Dan Kau tahu apa yang lucu? Kita
membelikan mereka makanan, tapi mereka tak pernah menulis artikel. Aku tak
paham kenapa Presdir Kim harus repot-repot melakukannya.” Keluh sipria
Dan Yi
menerima telp dari Nyonya Seo dan bertanya keberadanya, Nyonya Seo meminta maaf
karena terjadi sesuatu dan terlibat kecelakaan di perjalanan. Dan Yi panik
bertanya kecelakan apa dan apakah ada yang terluka.
“Aku tak
terluka... Tapi terjadi kecelakaan. Maaf aku tak bisa menghadiri acaranya.” Ucap
Nyonya Seo.
“Apa yang
terjadi? Kami butuh kau untuk acara ini. Syukurlah kau tak terluka. Tapi apa
yang terjadi?” ucap Dan Yi panik
“Lupakan...
Aku lelah berbohong... Ini Cukup kau yang tahu.. Sebenarnya Tidak ada
kecelakaan. Tapi Anakku sakit. Seminarnya selesai lebih cepat tapi gurunya
meneleponku. Dia demam tinggi. Aku bergegas ke rumah sakit dan dia terus
terpejam.” Cerita Nyonya Seo tak bisa menahan tangisnya.
“Selalu
saja seperti ini... Anakku sakit atau aku ada acara keluarga. Kapan pun ada
persoalan keluarga, maka aku akan berbohong. Begitulah aku selama ini.” Ucap Nyonya
Seo.
“Bagaimana
dengan Pak Bong?” tanya Dan Yi. Nyonya Seo mengatakan sedang rapat dengan
reporter.
“Selain
itu, tak ada yang menelepon ayahnya saat hal ini terjadi... Selalu saja
ibunya... Selalu saja aku.. Jadi Aku tak bisa hadir. Aku tak bisa meninggalkan
anakku seperti ini.” Ucap Nyonya Seo sambil menangis. Dan Yi bisa mengerti.
“Katakan
pada yang lain aku kecelakaan. Rahasia ini hanya antara kita, ya? Begitulah
teman.” Ucap Nyonya Seo.
“Ya, aku tak
akan bilang pada siapa pun...Teman, kau percaya padaku, 'kan?” kata Dan Yi.
Nyonya Seo pun mengucapkan terima kasih.
“Satu hal
lagi... Semua panggilanku kualihkan padamu, siapa tahu ada situasi darurat.” Jelas
Nyonya Seo. Dan Yi mengerti akan coba mengatur acaranya.
Park Hoon
dan temanya bertanya Apakah Nyonya Seo tak akan datang. Dan Yi memberitahu
kalau Nyonya Seo mengalami kecelakaan di perjalanan dan akan menjelaskanya.
Saat itu Eun Ho akhirnya datang.
“Kita
harus bagaimana? Bu Seo tak bisa hadir.” Ucap Dan Yi panik. Kurir datang
membawa pesanan Nyonya Seo. Dan Yi meminta Park Hoon mengambilnya.
“Kita
harus bagaimana? Bu Seo kecelakaan. Dia yang mengatur seluruh acaranya, jadi harus
bagaimana tanpanya?” tanya Dan Yi panik
“Apakah
kecelakaan besar?” tanya Eun Ho. Dan Yi mengaku tak juga dan ingin tahu apa
yang akan dilakukan sekarang.
“Dan
Yi.... Kau ambil alih karena kau mempersiapkan ini dengannya.” Ucap Eun Ho
setelah berpikir beberapa detik.
“Tidak.
Aku hanya membantunya... Aku tak bisa. Bahkan Aku baru beberapa kali menghadiri
acara pembacaan buku.” Ucap Dan Yi tak yakin
“Ini
tugasmu saat bekerja di agensi periklanan. Jadi Lakukan itu lagi. Hanya kau
yang paham dengan acara ini... Dengar, aku tak punya banyak waktu... Dan Yi,
ada aku... Semua akan baik-baik saja... Aku akan menanganinya... Percayalah.” Ucap
Eun Ho menyakinkan.
Park Hoon
membawa barang bertanya dimana harus menaruhnya. Dan Yi menunjuk meja
dibelakang dan telp masuk lalu mengaku sebagai penanggung jawab acara pembacaan
buku Nyonya Yoo. Ia pun bertanya berapa banyak dengan wajah panik.
“Kita
harus bagaimana? Mahasiswi Universitas Wanita Gangsin tak bisa hadir.” Ucap Dan
Yi panik
“Berapa
banyak yang seharusnya datang?” tanya Eun Ho. Dan Yi menjawab Empat belas
orang.
Saat itu
Seo Joon dan Hae Ri datang membawa dua kardus buku. Dan Yi menyuruh menyimpan
di sisi cafe
“Jika 14 dari
50 orang tak bisa hadir... Hae-rin, telepon beberapa orang. Kita butuh 14
orang.” Ucap Eun Ho
“Kenapa?
Ada yang tak bisa hadir?”tanya Hae Rin lalu mengumpat kesal.
“Aku
membawa kotak ini dari depan.” Ucap Ji Yool membawa kardus. Dan Yi melihat itu hadiah
untuk peserta dan menyuruh disimpan disisi ruangan.
Di kantor
Salah
satu pekerja bertanya apakah ada yang bisa menghadiri acara pembacaan buku.
Beberapa orang ada yang akan mengusahakan. Si pria meminta agar mengajak yang
lainya karena butuh lebih banyak orang. Song Il menelp temanya bertanya Ada waktu untuk hadiri acara pembacaan hari ini
dan akan memberikan alamat.
“Bisakah
bertemu di tempat lain hari ini? Ini Lebih dekat dari kantormu.” Kata Nyonya
Seo bergegas pergi.
“Tidak
usah membaca bukunya, jadi Cukup datang saja. Datanglah untuk bersenang-senang.”
Ucap Park Hoon menelp temanya.
“Datanglah
dengan sekretaris Ibu. Apa Tak penasaran pekerjaanku? Atau ajaklah juga kencan
butaku. Aku akan berkencan buta setelah acara, oke?” kata Ji Yool menelp
ibunya.
Eun Ho
menelp temanya karena butuh tiga orang lagi. Pegawai lain menelp agar istrinya
datang dan meminta ibu mertuanya agar menjaga Si Yeon. Park Hoon menelp seorang
Nuna, untuk mengajak yang lain. Hae Rin menelp ayahnya.
“Ini
untuk Yoo Myeong-suk, si penulis. Ini acara pembacaan buku. Apa kau tak tahu
dia? Datanglah meskipun tak tahu.” Keluh Hae Ri
“Baik.
Ayah akan ke sana dengan ibumu.” Ucap Tuan Song lalu memberitahu istrinya agar
hari ini tutup restoran karena Hae-rin butuh orang.
“Terlalu
awal untuk tutup.” Kata Nyonya Song. Tuan Song pikir kalau istrinya mengikuti
saja.
“Kita
punya kesempatan untuk membalas Eun Ho” ucap Tuan Song menyakinkan. Nyonya Song
pun bersemangat.
Eun Ho
bertemu dengan Nyonya Yoo dibelakang panggung memasangkan bross bunga
menyarakan agar menjadi diri sendiri karena terlihat bagus saat tampil di acaranya tempo hari. Dan
Yi masuk ruangan bertanya apakah sudah siap melakukananya.
“Apakah
pesertanya banyak?” tanya Nyonya Yoo. Dan Yi memberitahu kalau ruangannya sudah
penuh.
“Aku
harus ke toilet dulu.” Ucap Nyonya Yoo. Dan Yi akan mengantar tapi Nyonya Seo
pikir bisa sendiri. Dan Yi pik
“Kita
harus mulai... Ternyata kau bisa, 'kan? Aku akan mengawasimu dari tempat yang
tak jauh.” Ucap Eun Ho memegang mengelus rambut Dan Yi dan memegang bahunya.
Akhirnya
acara “KONSER BUKU BERSAMA YU MYEONG-SUK UNTUK “HAI, ORANG ASING” dimulai
dengan petikan gitar. Dan Yi pun menaiki panggung memperkenalkan diri sebagai
pembawa acara untuk konser buku hari ini. Eun Ho menatap dari kejauhan.
“Cuaca
hari ini cukup hangat.. Terasa hangat layaknya tulisan Bu Yoo Saat aku bangun
pagi ini, aku sangat bersemangat karena akan mendengarkan suara Bu Yu secara
langsung. Aku yakin kalian pun demikian.”ucap Dan Yi. Semua menjawab
membenarkan.
“Maka,
kita sambut Bu Yoo Myeong-suk.” Kata Dan Yi. Nyonya Yoo pun naik ke atas
panggung.
“Ini acara
pembacaan buku pertamaku, aku sangat gugup... Aku penulis Yoo Myeong-suk.” Ucap
Nyonya Yoo
“Bu Yoo,
aku juga membaca novelmu... Bisakah kau ceritakan sumber inspirasimu untuk
novel ini” ucap Dan Yi
Saat itu
Nyonya Go datang dengan temanya, si wanita yang melihat Dan Yi bertanya apakah
wanita bekerja di kantornya. Nyonya Go membenarkan kalau Dan Yi ada di Tim
Pembantu dan karena Pimpinan Tim Pemasaran terlibat kecelakaan hari ini jadi
mengantikanya.
“Aku
Pernah lihat... Tapi Di mana?” kata si wanita mencoba mengingat-ingat.
“Aku tak
begitu suka membicarakan karyaku sendiri. Tapi mustahil tak melakukannya di
acara seperti ini. Saat aku genap berusia 40, sahabatku meninggal tanpa surat
wasiat. Semenjak itu aku tak bisa berhenti memikirkan kematian sahabatku.
"Bagaimana perasaannya? Kenapa dia tak menulis surat wasiat?" ucap
Nyonya Yoo
Di bangku
penonton, Hae Rin menatap Eun Ho mengarahkan tatapanya pada Dan Yi yang ada
diatas panggung, lalu teringat saat mengatakan kalau kemeja yang dipakainya
adalah hadiah. Sementara ayah dan ibunya menatap sinis pada Eun Ho.
“Aku tak bisa
mengobati rasa penasaranku walaupun aku makin tua. Itulah sebabnya aku menulis
buku ini. Aku yakin kalian akan tahu jika membaca novelku. Ini bisa menjadi
sebuah novel sekaligus prosa. Ini pun bisa dianggap sebagai sebuah surat.” Jelas
Nyonya Yoo.
“Kita
mulai mendengarkan pembacaan novel Bu Yoo” kata Dan Yi akhirnya turun dari
panggug.
Eun Ho
langsung mengenggam tangan Dan Yi saat turun panggung. Dan Yi kaget tapi tak
menariknya. Seo Joon menatap Dan Yi sementara Hae Rin menatap Eun Ho dengan
wajah sedih. Sementara teman Nyonya Goo mengingat kapan pernah bertemu dengan
Dan Yi.
“Menjadi
ibu rumah tangga pasti sangat membuatmu tertekan. Aku yakin pengalamanku akan
membantu kesuksesan perusahaan.” Ucap Si wanita saat wawancara Dan Yi
“Aku
ingat dia... Dia ke kantorku untuk wawancara.” Kata si wanita. Nyonya Goo
bertanya apakah itu di Perusahaan periklanan seperti tak percaya.
“Dia
pernah jadi copywriter, bahkan Punya banyak penghargaan saat kuliah.” Kata si
wanita.
“Apa maksudmu?
Dia lulusan SMA.” Kata Nyonya Goo tak percaya.
“Apa Dia
bilang begitu? Ini menarik.” Komentar si wanita.
Nyonya
Goo menatap Dan Yi dari kejauhan, tapi Dan Yi seperti tak mendengar membalas
genggaman tangan Eun Ho dengan memasukan ke sela jarinya.
Bersambung ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar