PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
berjalan di depan gedung PENERBIT GYEOROO sambil mengibaskan jaketnya dan
kacamata hitam, dengan sangat yakin mengatakan “Gyeoroo, bersemangat, dan terus
maju!” Tapi Ia berpikir kalau tak boleh seperti ini
“Ini hari
pertamaku, aku tak boleh berlebihan.” Ucap Dan Yi melepaskan kacamata dan
mencoba seperti pegawai biasa.
Park Hoon
dan Ji Yool sudah ada didepan lift mengunakan bando bertuliskan [SELAMAT DATANG
KEMBALI, DAN-I, KAU HEBAT] keduanya terlihat gugup melihat lift mulai bergerak
naik. Park Hoon yakin Dan Yi pasti di lift ini.
“Aku
sudah periksa durasi untuk ke lift dari pintu masuk. Aku memang perfeksionis.”
Ucap Park Hoon bangga.
Ji Yool
memujinya lalu langsung memberikan suprise untuk Dan Yi saat pintu lift terbuka
sambil memberikan semangat. Tapi
ternyata Nyonya Goo yang keluar. Keduanya panik dan ketakutan. Park Hoon pun
meminta maaf segera membersihkan. Nyonya Go tanpa berkata-kata berjalan masuk
ruangan.
“Bagaimana
ini? Sekarang sudah habis.” Kata Ji Yool. Park Hoon merasa tak masalah
“Aku tahu
ini akan terjadi. Jadi, aku bawa yang lain.” Ucap Park Hoon memberikan tembakan
lainya.
Lift sisi
lain bergerak naik ke lantai atas, Park Hoon dan Ji Yool bergegas pindah dan
siap memberikan surpise, tapi ternyata Tuan Kim yang keluar dari lift. Park Hoon panik karena tembakan sedikit keras
memastikan kalau keadaanya baik-baik
saja.
“Ini
berdenging.” Ucap Tuan Kim yang sedikit kaget lalu berjalan pergi. Park Hoon
memastikan kalau Tuan Kim itu tak bisa mendengar ucapanya.
“Sekarang
bagaimana? Tidak ada yang tersisa.” Ucap Ji Yool sedih. Park Hoon teringat
dengan bando yang mereka pakai.
“Kau bisa
Goyangkan kepalamu seperti ini. Ayo Goyangkan Lebih keras. Hurufnya harus terus
bergerak... Terus. Lagi! Lebih keras... Kita harus kejutkan Dan-i... Mari
lakukan ini sampai dia tiba.” Ucap Park Hoon.
Keduanya
terus bergerak agar bandonya menyala, saat itu Dan Yi datang dari lift sebelah
melihat keduanya. Dan Yi terlihat binggung dan keduanya temanya langsung
mengucapkan “Selamat datang kembali.” terlihat santai. Dan Yi pun tersenyum
lalu masuk ruangan seolah tak ada yang terjadi.
Park Hoon
dan Ji Yool sedih karena mereka gagal melakukanya, mereka berpikir Dan YI marah
dan juga berubah. Dan Yi akhirnya keluar ruangan menyapa dua temanya lalu
memeluk keduanya karena sangat rindu. Ketiganya berjingkrak-jingkrak bahagia
lalu memberikan selamat pada Dan Yi yang akhirnya kembali.
Dan Yi
masuk ruangan melihat ada bunga diatas meja. Nyonya Seo memberitahu kalau Bunga
itu darinya. Tuan Bong mengaku Tatakan buku itu darinya, semua tak mau kalah
mengaku memberikan pulpen dan buku catatan, Pelembap mini untuk Dan Yi. Dan Yi
pun mengucapkan terimakasih
“Senang
sekali bertemu kau lagi. Sekarang aku akan baik padamu.” Ucap Song Il merasa
bersalah. Dan Yi binggung ada apa dengan temanya itu.
“Apa Kau
tak akan bilang? Soal pemutusan kontrak Pak Lee. Kau bingung dan membuat kesalahan. Kau akan
bilang kepadanya.” Goda Hae Rin. Semua terlihat kaget.
“Maafkan
aku... Aku kebingungan. Itu tak akan terjadi lagi. Aku akan sangat baik padamu.”
Ucap Song Il sambil membungkuk
“Tak apa.
Berkat kau, aku dapat tawaran khusus ini. Semuanya baik.” Ucap Dan Yi. Song Il
pun Terima kasih karen sudah mengerti.
“Kami
sudah rapikan mejanya, bahkan berikan kursi paling kokoh. Kami hebat, 'kan?”
kata Tuan Baek dan Tuan Park
Dan Yi
terus mengucapkan terimakasih karena disambut dengan baik. Saat itu Tuan Kim
datang menyambut Dan Yi dengan bando sebagai
rekrutan khusus yang sudah datang. Ia menyambut Pemenang Kontes Ide
Gyeoroo 2019
“Kang Dan
Yi, selamat datang kembali!” ucap Tuan Kim. Semua pun mengelu-elukan nama Dan
Yi.
Nyonya
Goo melihat dari kejauhan. Dan Yi bisa melihat Nyonya Goo dari gerakan bibirnya
memuji. Semua terus mengelu-elukan nama Dan Yi. Akhirnya Dan Yia berjanji akan kerja lebih keras lagi dan Tidak sabar
kerja dengan mereka lagi.
“Omong-omong,
ada yang mau belajar tango denganku mulai hari ini?” tanya Tuan Bong. Semua
langsung bergegas pergi dengan alasan minum kopi.
Tuan Kim
akan mengangkat tangan, tapi Tuan Bong sudah menarik Park Hoon untuk berlatih
bersama. Park Hoon mengeluh kalau akan beli kopi. Tuan Kim tetap ingin ikut,
tapi Nyonya Go yang melihatnya
memperingatkan Tuan Kim untuk tak ikut.
Dan Yi
melihat meja kerjanya dengan senyuman lalu menerima pesan dari Eun Ho “Lihat
aku... Arah pukul 02.00.” Dan Yi arah jam 2 dan tangan Eun Ho terlihat dari
balik rak memberikan tanda cinta. Dan Yi hanya bisa tersenyum.
Eun Ho
keluar dari persembunyian membentuk tanganya dengan cinta. Dan Yi pun
membalasnya. Keduanya terlihat sangat bahagia. Eun Ho beberapa kali memberikan
tanda cinta dan Dan Yi pun tak malu-malu membalasnya.
Ji Yool
duduk di pantry dengan wajah cemberut mengingat saat Hae Rin memberitahu “Kita biarkan Pak
Cha menanganinya. Coba cari naskah lain. Aku yakin ada yang lebih baik.
Mengerti?”
“Kenapa
dia tak bilang apa pun? Bagaimana jika mereka ingin membuatnya tampak seperti
menemukan naskah Pak Kang, yang kutemukan, agar dapat pujian?” keluh Ji Yool
kesal
Tuan Bong datang karena butuh secangkir kopi. Ji
Yool pun membantu seniornya membuatkan kopi lalu berkat harus mengurus dirinya sendiri.
Tuan Bong binggung apa yang dimaksud “Mengurus siapa” Ji Yool menatap Tuan Bong
dengan wajah serius.
“Salah
satu naskah yang kita terima dari pembaca ditulis dengan sangat baik.” Ucap Ji
Yool. Tuan Bong kaget mendengarnya.
Tuan Bong
langsung berteriak memanggil Hae-rin karean mendenagr dapat naskah Pak Kang
yang berjudul “Para Pahlawan.” Jadi meminta agar melihatnya. Hae Rin langsung
menatap sinis pada Ji Yool karena sudah meminta agar merahasiakanya.
“Karena
Pak Bong penggemar berat Pak Kang Byeong-jun, aku mengira dia akan tahu apa itu
benar ditulis oleh Pak Kang.” Ucap Ji Yool
“Ya,
syukurlah kau bilang... Di mana Eun-ho? Kudengar naskah itu ada padanya.” Kata
Tuan Bong tak sabaran. Nyonya Goo dan Tuan Kim sedang berjalan mendengar
percakapan ketiganya.
“Dia
keluar untuk rapat dengan Pak Ji Seo Joon” kata Hae Rin gugup
“Lalu Di
mana naskahnya? Jika itu naskah Kang Byeong-jun, bukankah harus diberikan kepadaku
dulu? Aku kecewa padamu. Kau punya salinannya, 'kan? Pasti kau salin sebelum
berikan kepada Eun-ho. Ayolah Cepat! Aku mau lihat.” Ucap Tuan Bong.
Hae Rin
pasrah mengambil salah satu tas mengeluarkanya. Tuan Bong mengeluh Hae Rin yang
menaruhnya di sana. Tuan Kim akhirnya
mendekat memastikan kalau itu adalah nasakah Tuan Kang. Tuan Bong pikir akan
memberikan salinan juga.
Dan Yi
yang mendengarnya terlihat ikut gugup karena tahu cerita sebenarnya tentang
Tuan Kang. Tuan Bong meminta Dan Yi membuatkan salinan, tapi teringat kalau itu
bukan tugasnya lagi.
Tuan Kim
seperti tak percaya naskah yang ada didepanya berjudul “PARA PAHLAWAN - KARYA
PARK JUNG-HOON. Hae Rin hanya bisa tertunduk bingung. Tuan Kim tak banyak
berkata-kata menyuruh Hae Rin untuk pergi saja. Tuan Kim hanya terdiam.
Flash Back
Tuan Kim
melihat surat [DEKLARASI AKHIR KARIER MENULIS KANG BYEONG-JUN] lalu ingin tahu
hubungan Tuan Kang dengan Eun Ho sebenarnya. Eun Ho mengaku kalau Tuan Kang
sebagai ayahnya. Tuan Kim kaget.
“Yang aku
tahu, dia melajang seumur hidupnya. Orang tuanya meninggal pada Perang Korea, dan
tak punya saudara, istri, atau anak. Bahkan Dia menulisnya pada salah satu
esainya Dan itu alasan dia bisa menulis banyak buku... Pak Cha, ini... Kau
sadar apa artinya ini?” ucap Tuan Kim tak percaya
“Aku
berjanji akan menjadi putranya. Aku butuh tempat untuk dia tinggal sekaligus
pengasuhnya, dan kau satu-satunya orang yang bisa kumintai bantuan. Percayalah
kepadaku dan bantu aku serta Pak Kang.” Ucap Eun Ho
“Bagaimana
aku bisa memercayaimu?”kata Tuan Kim masih tak percaya
“Aku
punya jurnal Pak Kang.” Kata Eun Ho menyakinya.
Tuan Kim
mengingat semuanya terlihat kebingugan, sementara Dan Yi gelisah di luar
ruangan melihat bangku Eun Ho yang kosong sedang bertemu dengan Seo Joon dan
itu adalah anak Tuan Kang.
Eun Ho
dan Seo Joon minum arah beras bersama. Seo Joon berkomentar tak tahu Eun Ho suka tempat begini. Eun Ho
menceritakan Pertama kemari saat masih pelajar dan Hanya makan panekuk daun
bawang. Lalu memberitahu kalau Pak Kang sangat suka bar ini. Seo Joon terdiam.
“Kudengar
kau penggemar Ryu Hyeon-seok... Itu sebabnya kubawa ini.” Ucap Eun Ho
memberikan sebuah naskah.
“Kau
cerdas... Sulit bagiku menolak novel Pak Ryu karena penggemar berat.” Kata Seo
Joon dengan penuh semangat.
“Ada naskah
lain yang kuingin kau lihat. Kupikir kau juga akan menyukainya... Kau penggemar
Pak Kang Byeong Joon” ucap Eun Ho mengeluarkan naskah.
“Apa Maksudmu
Pak Kang yang menulis novel ini?” kata Seo Joon berpura-pura tak mengerti.
“Orang
yang tak kenal dia mungkin akan percaya itu, tapi pemikiranku berbeda.” Ucap
Eun Ho yakin. Seo Joon heran Eun Ho yang sangat yakin mengatakanya.
“Kau
pasti tahu di mana dia dan apa rencananya. Kau tahu, 'kan?” ucap Seo Joon
menyindir.
“Apa Satu-satunya
alasan kau ingin bertemu Pak Kang Byeong Joon karena kau penggemarnya? Apa
Hanya itu?” kata Eun Ho memastikan.
“Alasan
apa lagi yang kubutuhkan?” komentar Seo Joon
“Orang
tak menulis novel hanya karena mereka penggemar Pak Kang, Pak Park Jung-hoon.”
Kata Eun Ho langsung blak-blakan.
Seo Joon
kaget karena Eun Ho tahu kalau ia bahwa adalah Park Jung-hoon. Eun Ho ingin
memberitahu sebuah rahasia di balik judul novel terakhir Pak Kang, 23 April
lalu mengeluarkan naskah yang ditulis Tuan Kang. Seo Joon melihat judul awalnya
“MALAM BIRU tapi diubah menjadi 23 APRIL
“Aku
selalu penasaran Aku selalu ingin tahu alasan judul 23 April, bukan Malam Biru.
Tanggal itu tak disebutkan sama sekali di dalam novel, aku jadi ragu apakah
boleh diterbitkan dengan judul itu. Itu buku pertama yang kukerjakan sebagai
editor. Jadi, aku berpikir lama dan keras soal itu.” Cerita Eun Ho
Seo Joon
terus melihat buku tulisan ayahnya, Eun Ho mengaku ada alagi yang ingin
diketahuinya memberikan selembar kertas kalau Salah satu tulisan jurnal Tuan
Kang tampak aneh. Seo Joon membaca tulisan “PUTRAKU MENGUNJUNGIKU”
“Seumur
hidupnya dia hidup sendiri. "Siapa putra yang dia sebutkan ini?" Itu
juga menggangguku, tapi aku tak temukan jawabannya, seperti 23 April. Namun,
kupikir kini aku bisa tahu jawabannya. Putranya dan 23 April. Itu adalah
tanggal lahirmu.” Ucap Eun Ho
“Kau
sudah tahu jawabannya, 'kan?” kata Eun Ho. Seo Joon tetap diam. Eun Ho meminta
Seo Joon menjawabnya.
“Aku sungguh
harus mendengar jawabanmu.” Kata Eun Ho. Seo Joon ingin tahu apa yang dikatakan
Tuan Kang alasan novel ini 23 April.
“Dia tak
dalam kondisi bisa menjawab pertanyaan itu.” Kat Eun Ho. Seo Joon mengeluh
sikap Eun Ho seperti mencoba merahasiakanya.
“Sepertinya
hanya itu yang bisa kukatakan kepadamu saat ini... Dan Tas ini.. Semua yang ingin kau tahu ada di dalam
sini... Kau Lihatlah sendiri.” Ucap Eun Ho
Seo Joon
akhirnya pulang kerumah melihat kunci pintu rumahnya sama dengan judul buku
tuan Kang dan perkataan Eun Ho “Namun,
kupikir< kini aku bisa tahu jawabannya. Putranya dan 23 April. Itu adalah
tanggal lahirmu.” Seo Joon hanya bisa mengelah nafas.
Seo Joon
akhirnya membaca jurnal milik ayahnya [5
JULI, 2007, AKU DIDIAGNOSIS MENGIDAP PENYAKIT ALZHEIMER AKU BERTANYA BERULANG
KALI KARENA TAK MEMERCAYAINYA]
“Bukannya
dia tak mencariku, tapi dia tak mengingatku.” Gumam Seo Joon ternyata salah
menduga.
Flash Back
Seo Joon
datang menemui Tuan Kang mengaku sebagai putra Ji In-yeong dan juga putra dari
Tuan Kang. Tuan Kang terlihat bingung. Seo Joon pikir Tuan Kang pasti tak tahu
karena
Putra lahir
setelah mereka berpisah dan Ibunya sakit. Tuan Kang hanya diam saja.
[20
SEPTEMBER, 2007 AKU BERJALAN-JALAN.. 23 DESEMBER, 2007 KITA SEHARUSNYA TAK
TAKUT MATI
[20
NOVEMBER, 2008.. Putraku mengunjungiku...]
Tuan Kang
memastikan kalau Seo Joon adalah putranya. Seo Joon mengaku lahir tanggal 23 April 1991 dan
memperingatakn Jika kirim uang maka tak akan datang lagi dan tak akan bilang
bahwa aku putranya, tapi hanya meminta agar membantu ibunya saja.
“23
April... Ji Seo-jun... Putraku... Aku...tak boleh melupakan ini.” Gumam Tuan
Kang akhirnya menganti naam MALAM BIRU dengan 23 APRIL. Seo Joon hanya bisa
menangis dan tak percaya kalau ayahnya
teringat berusaha mengingat 23 April dan ayahnya.
Hae Rin
berjalan pergi mengeluh karena terus datang ke daerah ini. Tapi menyakinkan
kala hanya menyukai daerah ini. Lalu mengirimkan pesan untuk Seo Joon “Jika kau
butuh teman, aku akan jadi temanmu.”
“Aku di
sini, Seo Joon.. Aku bukan pacar atau temanmu tapi aku ingin menemanimu.” Ucap
Hae Rin menatap pintu rumah Seo Joon yang tertutup.
Seo Joon
didalam rumah hanya bisa menangis melihat Tulisan ayahnya berpikir Eun Ho
sebagai anak karena selalu datang.
[SAAT
BANGUN, AKU MELIHAT EUN-HO TIDUR DI SEBELAHKU MUNGKIN PUTRA YANG KUTULIS ADALAH
EUN-HO SUDAH LAMA AKU BERPIKIR BAHWA DIA PUTRAKU]
Eun Ho
belari ke rumah Seo Joon terlihat panik lalu merasa heran karena mencemaskannya.
Saat itu ia melihat Hae Rin ternyata sudah menunggu didepan rumah. Hae Rin
melihat Eun Ho datang langsung melambaikan tangan dengan wajah bahagia. Eun Ho
langsung memuji Hae Rin yang manis.
Hae Rin
menemui Eun Ho didepan cafe bertanya kenapa Eun Ho datang. Eun Ho malah
bertanya balik Apa yang dilakukan di sini. Hae Rin mengaku mencemaskannya, tapi Seo Joon bahkan belum
keluar lalu bertanya apakah Eun HO juga kemari karena mencemaskannya.
“Kupikir
melihat rumahnya dengan lampu menyala akan menenangkanku. Tapi kau datang,
kurasa aku bisa pulang. Kita tak bisa menelepon atau mengetuk pintunya.” Ucap
Eun Ho
“Baiklah,
aku akan di sini.” Kata Hae Rin. Eun Ho pikir Seo Joon sangat beruntung.
“Song
Hae-rin, yang diandalkan, ada untuknya.” Komentar Eun Ho mengoda.
“Astaga,
Dan-i sangat beruntung punya pacar yang sangat baik.”balas Hae Rin. Eun Ho
hanya bisa tertawa lalu pamit pulang.
Eun Ho
tertidur pulas dan terbangun karena bunyi alarm lalu mematikanya. Saat itu Telp
dar Gapyon dan bertanya-tanya Kenapa menelepon, wajahnya terlihat gugup. Seo
Joon menunggu didepan rumah terlihat gelisah, Eun Ho datang menjemput terlihat
keduanya sama-sama tegang.
“Dia akan
baik-baik saja... Dia akan melewatinya... “ucap Eun Ho menyakinan Seo Joon yang
terlihat gelisah. Seo Joon terlihat sangat gelisah.
Mobil
masuk ke sebuah rumah, Tuan Kim sudah datang lebih dulu melihat Eun Ho dan Seo
Joon datang. Dokter yang memeriksanya hanya bisa mengelengkan kepala tanda Tuan
Kang tak bisa diselamatkan lagi. Eun Ho dan Seo Joon menatap Tuan Kang seperti
tertidur pulas.
Eun Ho
akhirnya memegang tangan Tuan Kim, Seo Joon terlihat gugup. Eun Ho menariknya
agar bisa memegang tangan ayahnya. Seo Joon pun memegang tangan ayahnya untuk pertama kalinya.
“Beristirahatlah
dengan tenang..Kita... Kita akan bertemu lagi.” Ucap Eun Ho menahan air matanya
tapi tak bisa menahanya. Sementara Seo Joon hanya bisa menangis tersedu-sedu.
Eun Ho
dan Seo Joon sudah mengenakan jas menabur abu di tepi sungai. Seo Joon mengaku
ingin buktikan sesuatu karena berpikir Tuan Kang tak pernah mencarinya bahkan
setelah tahu tentang dirinya karena beliau yang tak mau mengakui Seo Joon sebagai
putranya.
“Aku
ingin buktikan bahwa aku tetap putranya, meskipun dia menolak mengakuiku,
dengan menulis “Para Pahlawan. Aku tahu itu bodoh, tapi menulis buku “Para
Pahlawan” adalah satu-satunya cara aku menggapai ayahku... Itulah yang terjadi
akhirnya.” Cerita Seo Joon mengaku
“Jika kau
tak menulis Para Pahlawan, maka kau tak akan melihatnya sebelum pemakaman.
Tampaknya dia juga menunggumu selama ini” kata Eun HO
“23
April... Kini kau tahu itu pesan terakhir yang dia tulis untukmu. "Aku tak
pernah melupakanmu. Aku mengingatmu.” Kata Eun Ho
“ 23
April. Buku itu harapan terakhirku. Kuhibur diriku berpikir itu cara dia
mengatakan bahwa dia ingat aku. Tapi aku malah merasa menderita. "Jika begitu,
kenapa dia tak mencariku?" Pertanyaan itu menyiksaku selama 10 tahun” kata
Seo Joon merasa bersalah
“Terima
kasih, Pak Cha... Berkat kau, aku bisa mendengar jawabannya. Berkat kau yang
menemaninya selama ini... Terima kasih banyak, Pak Cha.” Ucap Seo Joon dengan
wajah bahagia.
Song Il
diam-diam menyalakan alat penyegar udara untuk Dan Yi yang sedang duduk dimeja
kerjanya. Dan Yi melihatnya terlihat binggung. Song Il mengaku hanya ingin tahu
apakah alat itu bekerja karena menurutnya Kantor ini sangat kering.
“Kau akan
sibuk mengerjakan proposal pemasaran Dan aku ingin membantu. Selamat telah
memenangkan kontes itu.” Ucap Song Il. Dan Yi pun mengucapakan terima kasih.
“Aku
berpikir... Siapa editornya? Kau harus kerja sama dengan satu editor untuk
proyekmu.” Ucap Song Il berharap. Dan Yi mengaku belum tahu.
Song Il
pikir bisa jadi rekan untuk Dan Yi, tapi Ji Yool datang mengatakan kalau akan jadi rekannya sebagai editor pemula yang penuh semangat. Song Il
pikir Soal kerja, semangat saja tak cukup. Ji Yool meminta agar melupakan soal
dirinya yang dulu.
“Aku
terlahir kembali... Apa Kau tak dengar sekarang aku orang yang baru? Akan
kugunakan pengalaman dan pengetahuanku... Aku bahkan lakukan riset untukmu. Aku
tak punya pengalaman, tapi aku punya dokumen. Aku buat daftar mentor yang cocok
untuk proyekmu.” Ucap Ji Yool memberikan berkas.
Dan Yi
melihat seperti terkesima. Song Il terlihat kesal memilih pergi. Dan Yi merasa
tak enak hati lalu merasa tak percaya Kapan dan bagaimana Ji Yool menemukan
orang-orang ini. Ji Yool mengaku paling suka dengan Profesor Kwak dan bergegas
mendekati Dan Yi memberitahu ada di halaman 3 yaitu Ahli botani.
Buku
tentang Tuan Kang ada ditoko buku [EDISI BARU 23 APRILKANG BYEONG-JU- GAYA TULISAN
KANG BYEONG-JUN YANG UNIK MENARIK PARA PEMBACA SEBELUM MEREKA MENGETAHUINYA]
Eun Ho
terlihat gugup didepan meja kerjanya lalu mulai mengetik KRONOLOGI PENULIS
sambil mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Dokter
memberikan surat yang bertuliskan [UNTUK PUTRAKU] lalu mengaku Tuan Kang yang sudah
lama memberikan surat itu dan meminta untuk memberikannya pada Eun Ho saat Tuan
Kang meninggal.
“Dia
menulisnya saat ingatannya kembali untuk sesaat. Jadi, mungkin itu wasiatnya.”
Ucap Dokter. Eun Ho langsung memberikan pada Seo Joon.
“Kenapa
kau berikan kepadaku? Dia meninggalkannya untukmu.Kau yang harus baca..” Ucap
Seo Joon
“Kalian
harus membacanya... Kalian putranya. Jadi, baca bersama.” Ucap Dokter melihat
keduanya.
Akhirnya
Eun Ho membuka surat dan mulai membacanya dan Tuan Kang menuliskan surat di
kamarnya terlihat masih baik-baik saja.
“Untuk Eun-ho, putraku tersayang. Sudah lama sejak aku
membuka mataku untuk melihat dunia, dan ternyata ini masih tengah malam. Ini
Masih gelap. Namun, aku tak lagi takut.”
“Alih-alih banyak orang mengingatku
sebagai pria yang mengidap penyakit, aku ingin mereka berpikir bahwa aku
hilang, maka aku tak akan dilupakan.Tapi aku sadar kalau aku sangat bodoh.”
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar