PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Dan Yi
gugup masuk ke toilet lalu menatap dirinya di kaca dan berbicara pada dirinya
sendiri.
“Kang Dan
Yi, 37 tahun. Sudah berapa kali aku mencium pria? Itu Sering. Kecupan di bibir?
Itu seperti tandukan kepala di antara dua pasang bibir.” Gumam Dan Yi lalu
mengingat saat Eun Ho mengecup bibirnya.
“Kenapa
aku malu dan memikirkan tandukan bodoh itu? Aku berpengalaman. Jadi, aku harus
dewasa. Itu bukan apa-apa. Aku lebih tua darinya dan akan bersikap dewasa. Itu
Seperti tandukan kepala dan Bibirnya menyentuhku... Yahh... Hanya seperti ini.”
Kata Dan Yi menyakinkan dirinya.
Saat itu
Nyonya Seo keluar dari pintu toilet, Dan Yi panik lalu memberikan tissue untuk
Nyonya Seo. Nyonya Seo mengejek temanya
kalau semalam cukup berarti baginya. Dan
Yi mencoba menyangkal dengan wajah binggung untuk menjelaskanya.
“Aku iri.
Apa seorang pria menciummu?” ucap Nyonya Yi mengoda.
“Itu
bukan ciuman. Hanya... Bibirnya hanya menyentuh bibirku seperti ini.” Kata Dan
Yi membela diri.
“Itu luar
biasa. Aku bahkan tak ingat kapan ada pria berada di radius ini. Jika itu
terjadi lagi, maka aku tak akan biarkan dia pergi. Apa Dia lebih muda? Kudengar
kau bilang bahwa kau lebih tua darinya.” Goda Nyonya Seo
“Dia
temanku yang sudah seperti adik.” Ungkap Dan Yi. Nyonya Seo menyimpulkan pria
itu lebih muda.
“Astaga,
aku iri sekali... Pria yang lebih muda menciummu... Astaga, aku iri sekali!.. Itu
bagus untukmu, sungguh.” Kata Nyonya Seo mengoda. Dan Yi hanya bisa mengucapkan
terima kasih.
Saat itu
Nyonya Go keluar dari pintu toilet, Dan Yi makin panik. Nyonya Go hanya menatap
dingin mencuci tangan seolah tak mendengar lalu keluar dari toilet. Dan Yi
ingin memastikan kalau Nyonya Goo tak
dengar pembicaran mereka tadi.
“Aku
yakin tidak... Hei... Kau berharap sesuatu yang mustahil terjadi. Tentu saja
dia dengar.” Kata Nyonya Seo. Dan Yi pun kebingungan.
Saat itu
Song Il akhirnya keluar toilet setelah para seniornya keluar, melonggo tak
percaya dengan yang didengar dari para Ahjumma.
Song Il
menyapa Eun Ho yang baru datang lalu memanggil Park Hoon,mengaku punya berita
besar kalau Dan Yi dari Tim Pembantu mencium pria semalam. Eun Ho masih bisa
mendengar dan berhenti berjalan menuju meja kerjanya.
“Tampaknya,
itu temannya yang lebih muda darinya.” Ucap Song Il. Park Hoon bertanya
darimana mengetahuinya.
“Dia
berbicara sendiri soal ini di toilet wanita. "Itu bukan apa-apa. Aku harus
dewasa." Aku mendengarnya. Dia selalu mengikuti tren terkini, 'kan? Kini
sedang trend wanita mengencani pria lebih muda.” Ucap Song Il
Eun Ho
yang mendengar pembicaran keduanya tak bisa menahan senyuman bahagia.
Dan Yi
sedang membereskan buku di perpustakaan dan langsung bersembunyi saat melihat
Eun Ho. Tapi Eun Ho sengaja mendekat bertanya kenapa Dan Yi yang tak sarapan.
Dan Yi dengan sinis menjawab kalau itu bukan urusan Eun Ho dan tak perlu
peduli.
“Aku sedih
jika wanita yang kucintai melewatkan sarapan.” Goda Eun Ho.
“Jangan
kurang ajar. Aku membiarkannya karena aku tercengang kemarin.” Tegas Dan Yi
“Kenapa
tercengang? Apakah menyenangkan?” ucap Eun Ho makin mengoda. Dan yi mengumpat
Eun Ho ingin mati ditanganya.
“Dan
Yii... Dan Yi, kenapa tak menjawab?” teriak Eun Ho sengaja memancing. Dan Yi
pun menyahut dengan sopan karena dikantor Eun Ho sebagai seniornya.
“Soal
semalam.. aku menyukainya... Tolong bereskan.” Ucap Eun Ho mengoda lalu
berjalan pergi. Dan Yi mengeluh kalau ini gila.
Di
ruangan Tuan Kim sedang membaca, Nyonya Go masuk ruangan membahas kabar terbaru
soal kontrak dengan Giorgio Bertossi jadi berusaha buat janji temu lewat
agensinya, tapi mereka sangat lama membalasnya. Tuan Kim melihat berkas yang
diberikan Nyonya Go.
“Agensi
ini mengacaukan kita tiga tahun lalu.” Kata Tuan Kim menatap Nyonya Go.
“Benar.
Itu sebabnya aku cari tahu apa yang bisa kulakukan, dan mengetahui bahwa dia
akan ke Korea pekan ini. Dia akan sepekan di sini. Aku menghubunginya lewat
akun media sosial pribadinya, dan dia terkejut aku tahu soal perjalanannya.”
Cerita Nyonya Go bangga. Tuan Kim malah fokus pada kancing baju Nyonya Go yang
akan lepas.
“Aku
bahkan terkejut dengan kemampuanku sendiri. Omong-omong, aku telah jadwalkan pertemuan
dengan dia secepatnya.” Kata Nyonya Go lalu melihat Tuan Kim seperti tak fokus
dan memangilnya.
“Ya? Itu
hebat... Kuharap kali ini kita bisa mengontrak dia...Tapi Omong-omong, kau
harus perbaiki kancingmu.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Go langsung meraba bagian
depan bajunya.
“Bukan,
tapi disini” kata Tuan Kim menujuk ke bagian tangan. Nyonya Go pun melihatnya
dan memastikan tadi mendengarkan ucapanya.
“Ya,
tentu saja... Kau tak pernah mengecewakanku, Bu Go” puji Tuan Kim.
Saat itu
terdengar pintu diketuk. Tuan Kim mempersilahkan masuk. Ji Yool masuk ruangan
memberikan berkas memberitahu kalau ini soal buku “Semestamu” yaitu menulis
permintaan maaf terkait insiden stiker itu.
Eun Ho
melihat bagian atas surat [SURAT PERMOHONAN MAAF NAMA: OH JI-YOOL] Tuan Bong
juga membaca termasuk mantan istrinya, begitu juga Hae Rin.
“Surat permohonan
maaf, Oh Ji-Yool.. Editor junior Departemen Pengembangan Konten. Aku bergabung
ke perusahaan ini tanpa berpikir. Aku terpaksa karena ini satu-satunya tawaran
kerja.”
“Ini
terdengar sangat tak formal.” Komentar Eun Ho. Hae Rin yang ikut membaca juga
merasa heran dan sangat tercengang.
“Aku
jarang membaca buku. Sejujurnya, saat dapat telepon tawaran kerja, kupikir ini
akan membosankan. Sekarang pun, tak menyenangkan. Namun, ini pekerjaan. Gajinya
kecil, program kesejahteraan pegawai biasa saja, tapi pekerjaannya banyak.”
Hae Rin
yang membaca kesal langsung meremas surat Ji Yool. Tuan Kim pikir Seharusnya
tak terima orang hanya dari latar belakang akademik dan menurutnya perjalanan
gadis itu masih panjang. Nyonya Go mengipas Tuan Kim supaya Emosinya mereda.
“Ada
lagi... Seniorku, Nona Song, tampaknya tak mau mengajariku, dan setiap hari aku
merasa ingin berhenti. Lalu sesuatu terjadi. Aku diminta mengikuti pedoman Lima
"W", maka kucoba. Suatu hari, Nona Song memintaku mengerjakan
biografi penulis “Semestamu.”
Tuan Kim
tak percaya Ji Yool editor, tapi tak tahu Lima "W" Park Hoon yang
membaca surat Ji Yool hanya bisa menahan tawa.
“Aku tak
sengaja menghilangkan kata "ahli fisika". Itu bahkan tak tampak
jelas, maka kupikir akan baik-baik saja. Namun, itu menjadi masalah. Seniorku, termasuk
Nona Song, bekerja lebih dari setahun untuk menerbitkan “Semestamu”, tapi harus
ditempel stiker karena salahku, yang mengurangi nilainya.”
“Banyak
pekerjaan tertunda karena aku, aku merasa bersalah. Mulai sekarang, aku akan lebih
fokus pada pekerjaan. Aku berharap bisa belajar banyak dari para seniorku. Aku
siap untuk belajar.”
Akhirnya
Ji Yool keluar berjalan ke ruangan dan berdiri menatap seniornya dengan gugup.
Hae Rin menatap sinis, Ji Yool
mengaku menulisnya sepenuh hati jadi
meminta agar memaafkanya.
“Aku
berharap bisa membantu tim. Aku akan berusaha keras.” Kata Ji Yool. Tuan Bong
mengerti dan meminta agar mendekat lalu menjelaskan surat yang ditulisnya.
“Ini
bagus, tapi kau Butuh spasi di sini... Dan kata ini tak diperlukan. Kata
seperti ini tak pantas ada di surat formal.” Ucap Tuan Bong. Ji Yool menganguk
mengerti.
“Serta
seluruh surat ini terdengar sangat tak formal.” Jelas Tuan Bong. Ji Yool
seperti sudah mau belajar.
Hae Rin
berbicara dengan Eun Ho tak bisa menahan amarah berkata kalau harus pecat Ji Yool alih-alih buang waktu mengajarinya. Eun Ho
bertanya Apa Hae Rin selalu cakap
bekerja. Hae Rin meminta agar jangan bandingkan dengannya.
“Jangan
hanya marahi dia. Sebagai Senior, kau harus ajari dia. Kita menerimanya, jadi
ajari dia. Gunakan pendekatan wortel dan tongkat. Puji dia sesekali. Hargai dia
dan traktir makan sesekali.” Ucap Eun Ho, saat itu Dan Yi mendengar keduanya
sedang bicara.
“Karena
itu... Aku mulai menyukaimu.” Ucap Hae Rin, Dan Yi terdiam mendengarnya seperti
ingin tak peduli.
“Ayoo..
Kemari..” kata Eun Ho ingin memberikan sentilan tapi diurungkan niatnya.
“Kenapa kau
selalu sangat manis padaku? Lebih baik aku dipukul...” kata Hae Rin kesal. Eun
Ho akhirnya memberikan sentilan dan Hae Rin menjerit kesakitan.
“Ini
Sudah usai. Jangan cengeng. Jika terus begini, kita bahkan tak bisa berteman.”
Tegas Eun Ho
“ Jangan
kencani orang lain.” Pinta Hae Rin. Eun Ho pikir itu bukan ursan Hae Rin lalu
melihat Dan Yi mendorong trolly seperti mendengar pembicaraanya.
“Kau
sudah janji akan menunggu sampai perasaanku usai. Akan butuh waktu lama
melupakanmu.” Ucap Hae Rin. Eun Ho seperti tak pedul.
Hae Rin
memberikan surat kontrak yang sudah ditandatangani oleh Ji Seo-Joon meminta
agar membuat salinan untuk mereka dan serahkan ke Tim Pembantu Bisnis. Dan Yi
menganguk mengerti lalu melihat profile Seo Joon [TANGGAL LAHIR: 23 APRIL 1991]
“Apa?
Ulang tahun Seo Joon 23 April?” ucap Dan Yi kaget dan mengingat percakapanya
dengan Seo Joon.
“Apa kau
baca 23 April karya Kang Byeong Joon?” tanya Dan Yi. Seo Joon menganguk karena
itu novel terkenal.
“Bagaimana
dengan ini? Rahasia di balik judul novel, 23 April” ucap Dan Yi.
Sementara
Eun Ho mencari “BAHAN-BAHAN SPAGETI” dan mulai mencari di supermarket. Ia lalu
berpikir Untuk makan malam besok akan
membuat Toppoki dan mencari bahan-bahanya lalu membeli semua bahan dengan
senyuman.
Dan Yi
dan Nyonya Seo sedang sibuk membuat acara buku Nyonya Yoo, Dan Yi pikir Untuk
hadiah peserta, buku catatan terlalu mahal jadi pembatas buku. Nyonya Seo pikir
ide bagus. Dan Yi pun memberikan saran pembatas buku yang terbuat dari bunga.
“Astaga,
ini bagus... Aku mau satu.” Kata Nyonya Seo, Dan Yi pun senang karena pembatas
buku yang sangat manis.
Eun Ho
mengirimkan pesan [Aku membuat spageti. Cepatlah pulang.” Wajah Dan Yi seperti
ingin mengacuhkan Eun Ho.
Eun Ho
sudah mengeluarkan semua bahan dengan wajah bahagia, pesan Dan Yi masuk “Ini hari
Jumat, kakakmu berkencan.” Ia merasa muak karena Dan Yi yang selalu mengangap
dirinya "kakak".
“Apa Dia
menemui Ji Seo-Joo lagi?” pikir Eun Ho seperti menahan rasa cemburunya.
**
Dan Yi
kembali membahas soal kafe tempat acara membaca itu menyarankan hias dindingnya
dengan lampu mini. Nyonya Seo mengaku suak dan merasa lapar mengajak untuk
pesan camilan malam. Dan Yi setuju lalu mengambil list restoran yang bisa
diantar.
“Kita
pesan apa? Tampaknya jokbal enak.” Ucap Nyonya Seo melihat list restoran. Dan
Yi pun setuju untuk pesan itu. Saat itu Nyonya Go baru datang dari toilet.
“Bu Go,
kami mau pesan camilan. Apa Kau mau juga?” tanya Dan Yi ramah.
“Tidak, terima
kasih. Aku akan berkemas dan pulang.” Ucap Nyonya Go sinis lalu masuk ruangan.
“Kenapa
kau tanya dia? Dia mau pulang” keluh Nyonya Seo. Dan Yi hanya bisa tersenyum.
Di dalam
ruangan Nyonya Go menatap foto pria yang sangat dicintainya dengan melihat
punya dua putri, wajanya pun tersenyum dan menaruh bingkai diatas meja lalu
tanpa sadar kancing ditanganya jatuh.
Seorang
kurir datang membawa pesan jokbal, Dan Yi akan mengambil dompet karena ingin
mentraktir. Nyonya Seo menolak bergegas
akan membayar pesanan.
“Ini Satu
jokbal porsi besar. Kujamin ini akan enak. Istriku memasaknya dini hari, Kebanyakan restoran menjual yang cepat saji.
Tapi Tidak pernah enak.” Ucap Kurir dengan penuh semangat.
Dan Yi
dan Nyonya Seo menatap wajah kurir hanya bisa terdiam dan mengingat sesuatu.
Flash Back
Nyonya
Seo memperlihatkan foto pernikahan dengan seorang pria. Keduanya berpikir
Nyonya Go yang pernah menikah. Nyonya Go mengaku hanya sempat berfoto Tanggal
hari H sudah ada, tapi seseorang kabur. Nyona Seo pikir pria itu yang kabur
dengan wajah marah. Nyonya Go mengaku itu adalah dirinya.
Nyonya
Seo dan Dan Yi melihat restoran [CAMILAN MALAM 88] Si pria dengan bangga kalau
makananya tampak lebih lezat dan tahu kalaubaru
pertama memesan jadi meminta agar mencoba dan pesan lagi dengan yang
lain dan akan tambahkan porsinya.
“Biar aku
yang bayar... Terima kartu kredit, 'kan?” ucap Nyonya Go sambil sibuk mengambil
kartu di dalam tas. Si pria menganguk sambil membereskan box makanan.
“Terima
kasih. Kunjungi juga restoran kami. Itu ada di ujung jalan dekat toko roti
lapis di perempatan, akan ada restoran...” ucap Si pria lalu bertatapan dengan
Nyonya Go saat akan memberikan struk.
Suasana langsung terdiam sejenak untuk keduanya.
Flash
Back
“Pria
itu...Apakah dia akan menikah? Aku masih memikirkannya. Terkadang, aku merasa
akan berpapasan dengannya di jalan. Jika berpapasan dengannya, aku akan percaya
bahwa kami berjodoh.” Ucap Nyonya Goo
Akhirnya
Dan Yi mengambil kartu kredit Nyonya Goo lalu mengembalikanya. Nyonya Go pun tersadar mengucapkan
terimakasih. Si pria pun pamit pergi agar mereka menikmati cemilannya. Nyonya
Go menatap si pria dengan mata berkaca-kaca menahan rasa sedihnya.
“Dia pria
itu, 'kan? Dia orangnya, 'kan?”ucap Nyonya Seo mendekat.
“Entah
siapa yang kau bicarakan... Aku tak kenal pria itu.” Kata Nyonya Go menyangkal.
Dan Yi tak lupa mengucapkan terimakasih saat Nyonya Go bergegas pulang.
“Itu
dia.... Benar-benar pria itu. Kau tahu dia.” Ucap Nyonya Seo yakin dan masih
tak percaya.
Nyonya Go
keluar dari kantor kaget melihat si pria yang masih menunggu didepan gedung,
lalu berusaha acuh tapi Si pria memanggil danm menghampirinya. Si pria menyapa
Nyonya Goo karena sudah lama tak bertemu dan ingin tahu kabarnya. Nyonya Goo
pikir si pria bisa melihatnya.
“Benar,
kau masih bergaya dan cantik.” Komentar Si pria. Nyonya Goo ingin tahu tentang
firma brokernya apakah sudah berhenti.
“Ya, itu
bukan untukku... Aku tak dapat promosi... Aku punya toko di area lain, tapi
gagal. Dan Aku baru saja bangkit lagi... Jadi, Apa kau sudah menikah?” ucap Si
pria.
“Ya... Sudah...”
kata Nyonya Go berbohong. Si pria seperti bisa bernafas lega.
“Aku
cemas kau masih lajang... Lalu, Apa kau punya anak? Aku sudah punya tiga orang
anak... Semuanya laki-laki. Kau bisa kunjungi restoranku. Aku selalu penasaran
kabarmu. Dan Syukurlah kau baik-baik saja.” Kata si pria terlihat penuh
semangat dan akhirnya pamit. Nyonya Goo terdiam dengan mata berkaca-kaca.
Nyonya
Seo berpikir Seharusnya tak bilang apa-apa pada Nyonya Goo. Dan Yi membenarkan
kalau Nyonya Seo seharusnya diam dan bertanya apakah Nyonya Seo tak ingat
omongan Nyonya Goo hari itu.
“Katanya
jika mereka bertemu lagi, maka dia akan percaya mereka berjodoh. Itu berarti
dia masih punya perasaan.” Ucap Dan Yi
“Itu
namanya penyesalan... Maksudku, dia membatalkan pernikahannya.” Kata Nyonya Seo
“Pada
hari seperti ini, dia akan butuh dihibur. Aku ingin tahu apa dia punya teman
bercerita pada saat begini.” Komentar Dan Yi sedih.
“Kau membuatnya
terdengar menyedihkan” keluh Nyonya Seo. Dan Yi menyarankan mereka ke rumahnya
membawa makanan.
“Kita tak
akan diizinkan masuk... Ayo Makan dulu. Aku lapar... Yah.. Begitulah hidup.”
Ucap Nyonya Seo. Tapi Dan Yi seperti masih memikirkan Nyonya Goo.
Di rumah
Nyonya Go
melihat undangan [AHN JEONG-HUN & GO YOO-SEON] lalu foto saat prewed dan
juga ada difoto bingkai kecil.
“Kuharap
kau sehat... Tapi Kenapa harus muncul seperti ini?” ucap Nyonya Go sedih dan
akhirnya menangis sendirian dirumah.
Dan Yi
berada dikamar menerima pesan dari Seo Joon [Apa kabar? Ini hari Sabtu. Tampaknya
aku harus bekerja selama akhir pekan.]
Dan Yi pun membalas [Aku membersihkan kamarku hari ini.] lalu menatap
wajahnya di cermin.
“Jangan
menghindarinya, Dan Yi... Aku akan buka pintu Eun-ho dan bicara seperti seorang
kakak. Aku tak tertarik padamu, Eun Ho... Aku tak anggap kau pria...
Sadarlah... Aku tak anggap kau pria.... Astaga, aku harus bilang apa?” ucap Dan
Yi kebingungan.
Terdengar
suara Eun Ho memanggil Dan Yi dari luar. Dan Yi panik langsung bersembunyi
dibelakang pintu. Eun Ho membuka pintu tak melihat Dan Yi dan berpikir kalau
Dan Yi sedang keluar. Ia pun menutup pintu dan kembali membukanya, Dan Yi tak
bisa menghindar dan kakinya terkena pintu.
“Sedang
apa kau di sana? Ayo... Mari bersihkan rumah ini.” Ucap Eun Ho tahu Dan Yi
bersembunyi.
“Eun-ho, aku
bahkan tak anggap kau pria... Aku sama sekali tak tertarik padamu... Aku tak
anggap kau pria.” Ucap Dan Yi berbicara sendiri sambil membersihkan lemari es.
Sementara Eun Ho sedang membersihkan lantai dengan vacum cleaner.
“Jangan
hanya bersihkan di sana... Kita harus bersihkan tiap sudut dan celah.” Ucap Dan
Yi mengeser sofa dengan mengangkatnya.
“Astaga,
kau kuat sekali, Dan Yi. .. Kau angkat sofa itu sendiri... Ayo Pindahkan
kulkasnya juga, Dan Yi” goda Eun Ho
“Jangan
panggil namaku. Kata siapa boleh melakukan itu?” kata Dan Yi marah.
“Kau
sudah terbiasa, 'kan? Bagaimana lagi aku harus memanggil wanita yang kusukai?”
ucap Eun Ho makin mengoda. Dan Yi langsung memukul Eun Ho tapi tangan Dan Yi
bisa ditahan oleh Eun Ho.
“Aku
lebih kuat darimu. Aku membiarkanmu memukulku, tapi bagaimana jika kali ini kau
berusaha, Dan Yi? Itu sama sekali tak sakit dan Rasanya seperti permen kapas.”
Ucap Eun Ho mengejek.
“Selesaikan
ini dan bersihkan kamar mandi.”kata Dan Yi melepaskan tangan Eun Ho
“Katakan,
"Eun Ho Oppa, tolong bersihkan toilet." Maka aku akan bersihkan dapur
dan kamar mandi.” Goda Eun Ho
“Kau
belum cukup dihajar, ya?” kata Dan Yi marah melempar bahan makanan didapur. Eun
Ho mengoda kalau sama sekali tak sakit.
Dan Yi
terus melempar dan Eun Ho tetap merasa Tidak sakit. Sampai akhirnya Dan Yi
melempar sayuran yang membuat Eun Ho terjatuh kesakitan.
Dan Yi
memberikan salep diwajah Eun Ho yang terluka memperingatkan agar jangan
berpura-pura. Eun Ho mulai mengoda karena masih menyukai Dan Yi sambil mengoda
kalau bisa melihat dirinya di mata Dan Yi. Dan Yi seperti berusaha untuk tak
peduli.
“Wajahmu
memerah.” Keluh Dan Yi. Eun Ho mengaku Itu karena senang.
“Aku
bukan tersipu. Aku senang.” Kata Eun Ho makin mengoda. Dan Yi akhirnya menyuruh
Eun Ho menempelkan sendiri plester diwajahnya.
Dan Yi
membuka kulkas dengan wajah panik mencoba menurunkan rasa paniknya dengan
ucapan Eun Ho yang melihat dirinya di matanya. Ia pikir Eun Ho sudah gila.
“Astaga,
kenapa aku terus tersipu?... Aku menjadi seperti dia. Ayolah, Dan Yi.
Kendalikan dirimu... Aku tak melihatmu sebagai pria, Eun Ho” ucap Dan Yi
menyakinkan diri. Eun Ho hanya bisa tersenyum lalu menempelkan plester
diwajahnya.
Dan Yi
sedang sibuk mencuci piring, Eun Ho mengambil alih dengan mengosokan panci
kalau mengeluh kalau Dan Yi harus lebih kerja membersihkannya dengan bangga
memperlihatkan urat ditanganya layaknya seorang pria.
“Aku juga
berotot. Apa kau mau sentuh bisepsku? Aku jantan, 'kan?” goda Eun Ho. Dan Yi
menyuruh Eun Ho mengosok lebih keras. Eun Ho mengeluh kalau itu karena pancinya
gosong.
“Semalam
ke mana dengan Seo Joon? Aku memang bilang kau boleh mengencaninya dan tak
perlu peduli padaku. Kini aku hanya bicara sendiri. Tapi aku yakin kau
terganggu... Kau terganggu bahkan saat kularang.” Ucap Eun Ho membersihkan rak
buku.
“Hei, kau
pergi dan bersihkan kamar mandi.” Ucap Dan Yi enggan berdekatan dengan Eun Ho.
Eun Ho menolak.
“Kubilang,
pergi dan bersihkankamar mandi.” Kata Dan Yi mendorong Eun Hoa agr menjauh.
“Itu Terlalu
lemah untuk mendorongku... Astaga, kau manis sekali, Dan Yi.. Berhenti bersikap
manis... Aku ingin menciummu lagi.” Goda Eun Ho.
Dan Yi
tak bisa menahan akhirnya menatap Eun Ho dengan tatapan marah. Eun Ho pun tak
bisa menolak lagi akan membersihkan
kamar mandi. Di kamar mandi, Eun Ho terus berkomentar Dan Yi sangat manis.saat memukulnya saat memelototinya,
saat mengumpat, menurut Eun Ho semua tentang dia manis, akhirnya Eun Ho menyanyi
“Nuna adalah Pacarku”
Dan Yi
membersihkan sampah yang ada di dalam mobil Eun Ho mengeluh karena banyak sisa
minum, lalu melihat ada struk Tol menuju "Gapyong?" lalu
bertanya-tanya alasannya pergi ke Gapyong dan berusaha tak peduli. Eun Ho masih
membersihkan kamar mandi mendengar Dan Yi pamit
akan keluar.
“Kau Mau
ke mana? Kenapa pergi saat membersihkan rumah?” tanya Eun Ho panik
“Tolong
bersihkan kamarku dan kamarmu, kau harus sapu lantainya juga. Lalu Keluarkan
cucian dari pengering... Setelah itu Sapu loteng juga.” Kata DanYI
“Lalu Kau
mau ke mana?” tanya Eun Ho. Dan Yi menjawab akan menemui Seo Joon.
“Aku akan
kencan, ini akhir pekan.” Kata Dan Yi bahagia.
Eun Ho pikir mereka bertemu kemarin.
“Dan
Yi... Aku tak akan bersih-bersih.” Ucap Eun Ho marah melihat Dan Yi yang pergi
meninggalkan rumah.
Dan Yi
bertemu dengan Seo Joon, lalu menyapa Geum-bi dan melihat Seo Joon yang sama
sekali tak tidur. Seo Joon membenarkan jadi akan tidur setelah draf selesai.
“Kenapa
mendadak ingin mengajak Geum-bi jalan-jalan?” tanya Dan Yi. Seo Joon pikir hanya
ingin jalan-jalan dengannya.
“Ini akhir
pekan. Kau harus istirahat.” Ucap Dan Yi. Seo Joon tahu kalau Dan Yi berbenah
seharian.
“Lebih
baik aku tetap sibuk daripada tak melakukan apa pun. Apa Kau akan kembali sejam
lagi? Kurasa kau tak akan bangun dalam sejam. Kau harus tidur dan telepon aku
setelah bangun Jadi akan aku bawa pulang sore ini.” Ucap Dan Yi akhirnya
mengambil tali Geum Bi.
Eun Ho
mengeluh dirumah karena mengajak Dan Yi bersih-bersih tapi orangnya malah
pergi. Dan Yi terlihat senang mengajak Geum Bi jalan-jalan, Seo Joon sudah
siap-siap untuk tidur tapi Hae Rin menelp dan terpaksa untuk mengangkatnya
dengan menahan kantuk.
“”Aku
sudah periksa surel dan suka drafnya.” Ucap Hae Rin penuh semangat. Seo Joon
pikir mereka bisa bicara pada hari Senin.
“Tidak
ada yang perlu diubah jadi Kita gunakan yang ini saja. Tapi sebagai editor
penanggung jawab, aku ingin sarankan sesuatu...” ucap Hae Rin
“Tunggu...
Apa Kau tak peduli ini akhir pekan?” keluh Seo Joon. Hae Rin pikir Seo Joon
yang mengirimkan email pada akhir pekan.
“Kau bisa
periksa hari Senin.” Ucap Seo Joon. Hae Rin pikir karena menunggu jadi tak
sabar.
“Ini
Sulit dipercaya... Jadi Kau di mana? Apa Di lingkunganku lagi Kau aneh. Kenapa
kau sering ke sana?” ucap Seo Joon akhirnya turun dari tempat tidur.
“Apa Bisa
keluar sebentar? Mari edit agar dapat persetujuan final hari Senin.” Kata Hae
Rin.
Eun Ho
melipat pakaian yang sudah kering lalu membawa ke kamar Dan Yi, lalu tersenyum karena
melihat bunga pemberian ditaruh dalam vas. Ia mencari kotak perhiasan dan
kalungnya masih ada didalamnya, lalu
berpkir seharusnya Dan Yi pakai kalung itu dan akan tampak bagus padanya.
“Tapi Setidaknya
tak dikembalikan.” Ucap Eun Ho lalu menarik kembali dalam laci dan mengambil
boneka dari Seo Joon
“Hei..
Seo Joo, biar kuberi tahu sesuatu... Dan Yi dan aku berciuman... Dan Yi
menyukaiku... Mungkin dia berkencan denganmu, tapi dia menyukaiku. Dasar berandal.”
Ucap Eun Ho melampiaskan amarah pada boneka Seo Joon.
Ia
melihat kalender Dan Yi tertulis [GAJI PERTAMA - HADIAH UNTUK JAE-HUI DAN
EUN-HO] Lalu mengeluh Dan Yi tak ada guna menulisnya karena tak memberikan
sesuatu padanya. Akhirnya memasukan baju ke lemari Dan Yi dan menemukan
sesuatu.
“Kenapa
ada kemeja pria... Ini untukku. Dia membelikanku hadiah... Kuanggap dia lupa
memberikannya.” Ucap Eun Ho bahagia mencoba bajunya dicerminya.
Hae Rin
mengirimkan pesan pada Eun Ho “Seo Joon, mengirimiku draf desain buku. Aku
suka, tak perlu diubah.. Aku akan menemui dia di kafe dekat rumahnya. Jika kau
dan Bu Yoo setuju pada hari Senin, bisa segera kita cetak.”
Eun Ho
teringat dengan ucapan Dan Yi yang mengaku akan menemui Seo Joon karena akan
kencan, ini akhir pekan. Wajahnya tersenyum bahagia karena artinya Dan Yi
berbohong untuk menghindar. Dan Yi sedang bermain dengan Geum Bi menerima pesan
dari Eun Ho.
“Aku
lapar.” Tulis Eun Ho. Dan Yi pikir kenapa harus bicara padanya karena sedang
kencan dengan Seo Joo lalu memastikan pada Geum Bi.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Suka sinopsisnya... Mantap...
BalasHapusSuka sinopsisnya... Mantap...
BalasHapus