PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Lee sedang melamun di dalam salon, wajahnya terlihat sendu. Hye Ja masuk
menemui ibunya sambil memijat pundaknya. Nyonya Lee bertanya kapan Hye Ja
sampai rumah dan berpikir anaknya lapar. Hye Ja mengelengkan kepala lalu tak
bisa menahan rasa sedihnya memilih untuk pergi.
Young Soo
membuat siaran lain, saat itu Hye Ja masuk kamar mengeluh karena kakaknya tak
akan jadi orang dewasa. Young Soo binggung lalu berpikir Hye Ja sedang
melakukan Konsep nenek marah lalu memujinya dan langsung berakting.
“Apa Kau
bercanda? Sampai kapan kau akan hidup seperti ini?” teriak Hye Ja. Penonton pun
terlihat bersemangat, Young Soo pun membolehkan Hye Ja agar memukul
punggungnya. Hye Ja langsung mematikan komputernya.
“Bagaimana
mungkin kau matikan komputer?”ucap Young Soo marah
“Kau Tahu
situasi yang kualami, harusnya kau sadar dan berusaha bersikap baik pada Ibu
dan Ayah.” Kata Hye Ja marah
“Makanya
itu kita memutuskan untuk melakukan siaran bersama.” Ucap Young Soo
“Apa Kau
sebut itu rencana? Kau bahkan tak bisa mendapatkan uang tanpa memanfaatkan umur
adikmu.” Ucap Hye Ja marah. Young Soo mengeluh Hye Ja yang berbicara kasar.
“Kau tahu
bicaraku kasar, tapi kau tak tahu betapa
menyedihkannya dirimu? Kau tahu apa yang kupikirkan gara-gara dirimu?
Aku serius mempertimbangkan untuk mendapatkan asuransi jiwa.” Ucap Hye Ja
sambil menangis.
“Jika kulakukan itu, aku mungkin dapat
membantu Ibu dan Ayah mempersiapkan masa pensiun mereka menggantikanmu, anak
tertua mereka. Berhenti berdiam diri di kamar menatap komputermu. Perhatikan
situasi keluarga kita. Kumohon.” Kata Hye Ja nangis lalu keluar ruangan.
Hyun Joo
menonton kembali Young Soo TV, lalu melihat layar hitam berpikir kalau Sudah
selesai atau mungkin konsep barunya. Ia pikir kalau Konsepnya sangat jahat tapi
berpikir kalau Young Soo tak aktif, lalu memuji Young Soo benar-benar sesuatu.
“Dasar
bedebah. Bagaimana bisa mematikan siaran sesudah dapat semua bintang?” tulis
Tuan Hard
“Bedebah
ini bertingkah lagi... Mati kau.” Kata Hye Ja lalu menuliskan komentar “Mungkin
sesuatu sungguh terjadi.”
“Apa yang
bisa terjadi pada pria nolep yang berdiam diri di rumah sepanjang hari? Mungkin
dia sudah mati.” Tulis penonton
“Ppukka,
kau kelewatan lagi. Kau berkomentar karena tak punya pekerjaan lain” tulis Hyun
Joo
“Apa kau
seorang guru? Berhentilah mengajariku.” Tulis sipria. Hyun Joo menyuruh agar
pria itu mencatat saat sedang memberikan nasihat dan Jangan jadi anak seperti i
“Kenapa
menonton siaran si idiot ini jika kau pintar? Tonton National Geographic!”
balas penonton
“Aku
nonton ini, untuk mengajari pecundang sepertimu. Kalian memang Keyboard
Warriors!” balas Hyun Joo terlihat sangat kesal penonton yang berdebat.
Di dalam
kamar, Hye Ja mengingat tentang jam yang masih menyela dan juga ayahnya yang
terlihat baik dengan kaki tak pincang. Ia juga menahan tangan Joon Ha yang
ingin melukai kepalanya,ibunya pun tak akan mengalami menopose yang cepat dan
ayahnya seperti sering kelelahan.
“Ini
kesempatan. Arloji yang sudah kubuang muncul lagi, dan yang tadinya rusak
berfungsi dengan baik juga karena ini adalah takdir. Aku akan mendapatkannya
kembali. Karena awalnya itu arlojiku.” Gumam Hye Ja.
Pagi-pagi
buta, Young Soo sudah berpakaian rapih melihat ayah dan ibunya yang tertidur
terpisah akhirnya pergi keluar rumah. Akhirnya Ia pergi ke tempat para kuli
bangunan, mereka bertanya apakah mendapatkan pekerjaan baru. Salah satu pegawai
mengaku sama sekali tidak.
“Kami
membutuhkan empat buruh!” teriak mandor. Young Soo bergegas masuk ke dalam
mobil terlihat sangat serius untuk berkerja.
Tuan Kim
dan Nyonya Lee membawa Young Soo yang mengalami cedera di pinggangnya. Mereka
pun membawa anak sulung ke atas tempat tidur. Young Soo meminta agar memohon
Pelan-pelan dan akhirnya berbaring.
“Kau
sudah terbiasa hidup seperti debu di bawah lemari. Kenapa bekerja di lokasi
kontruksi?” keluh Nyonya Lee lalu bertanya pada suaminya yang dikatakan dokter.
“Dia
kesakitan karena ototnya jarang digunakan. Dokter bilang dia akan pulih dalam beberapa hari.” Ucap Tuan Kim.
“Ibu, aku
sangat sakit.Rasa sakit yang parah ini membuatku menginginkan samgyeopsal.”
Kata Young Soo. Nyonya Lee kesal melempar selimut.
[Kelas
Mewarnai]
Hye Ja
mulai mewarnai tapi menyakinkan hanya perlu mendapatkan arlojinya kembali
Kemudian semuanya akan kembali seperti semula. Akhirnya makan siang pun datang, Hye Ja bergegas pergi ke kantin dan berusaha
mendekati si kakek.
Joon Ha
pun akan membawa makanan untuk keduanya, tapi si kakek tiba-tiba histeris
melihat Joon Ha. Joon Ha bertanya berpikir tubuh si kakek sakit. Akhirnya
pegawai lain meminta keduanya menjauh dan akan menjaganya.
Hye Ja
dan Joon Ha akhirnya duduk berjauhan sambil menatap si kakek yang sedang
disuapi makan. Joon Ha bertanya apakah Hye Ja kenal kakek itu. Hye Ja mengaku Tidak.
Joon Ha melihat Hye Ja sering membantunya. Hye Ja mengaku merasa bersalah untuk
dirinya.
“Dan
untuk kau juga... Aku merasa bersalah... Jadi Tunggu saja. Aku akan
membantumu... Tidak... Hye Ja akan membantumu.”ucap Hye Ja.
“Aku tak
butuh bantuan, jadi...” kata Joon Ha dan Hye Ja langsung menyela.
“Hye Ja
akan membantumu. Semuanya bisa kembali seperti semula... Sungguh..” ucap Hye Ja
yakin
Joon Ha
mengingat yang dikatakan Hye Ja sebelumnya. “Kesempatan untuk memutar kembali
waktu... Aku bisa melakukannya... Jangan menyesal nanti Ini... Tak bisa
dikembalikan lagi.”
“Apa Hye
Ja akan pulang?” tanya Joon Ha. Hye Ja yakin kalau akan kembali. Joon Ha
bertanya kapanHye Ja menjawab Segera.
Saatnya
tidur siang setelah makan, Hye Ja pun ikut tertidur lalu terbangun lebih dulu
dan mendekati si kakek yang tertidur dikursi roda. Ia pun mencoba melepaskan
jam tangan kakek tapi si kakek terbangun dan menjerit histeris.
“Kembalikan!
Ini milikku.. Ini milikku!” jerit Hye Ja. Tuan Park dan Joon Ha keluar untuk
melerai keduanya. Hye Ja terus berusaha mengambil jam dari tangan si kakek dan
terjadi kegaduhan.
Joon Ha
akhinya memberikan minum untuk Hye Ja yang terlihat tanganya gemetar. Tuan Park
ingin bicara, Hye Ja lebih dulu bicara kalau itu Jam tangan miliknya. Tuan Park
ingin tahu alasan Hye Ja berpikir
berpikir begitu. Hye Ja mengatakan karena tahu.
“Siapa
yang akan percaya itu? Apa Kau punya bukti itu milikmu? Adakah yang
melihatnya?”ucap Tuan Park
“Kau
tahu... Kau sudah melihatnya.” Kata Hye Ja. Tuan Park akhirnya bisa mengerti.
“Jika kau
bersikeras barang orang lain adalah milikmu tanpa bukti, itu pencurian. Ada
beberapa orang tua yang mencuri barang-barang orang lain karena keserakahan. Tapi
itu akan menghentikan siapa saja untukdatang ke sini. Mereka akan takut padamu.
Jika kau berjuang secara finansial...” ucap Tuan Park
“Biarkan
kubawa dia pulang.” Kata Joon Ha tak ingin Hye Ja tersakiti. Hye Ja terus
mengatakan kalau arloji itu miliknya.
“Dia tak
terlihat seperti orang seperti itu. Bagaimana bisa dia coba mencuri?” komentar
para nenek. Si nenek Hostel pun sedih melihat temanya. Joon Ha pun membawa Hye
Ja keluar.
Joon Ha
membawa Hye Ja ke taman dan membelikan jus karean Jika pulang sekarang maka
keluarganya akan khawatir jadi akan mengantar pulang begitu Hye Ja tenang. Hye
Ja tahu kalau Joon Ha berpikir dirinya yang sedang mencoba mencuri.
“Tentu
saja... Karena aku satu-satunya yang ingat.” Ucap Hye Ja.
“ Aku tak
tahu apa yang terjadi, tapi sepertinya kau tak harus kembali ke sini. Harusnya
kau tak berada di ruangan yang sama dengan kakek itu lagi.” Kata Joon Ha.
“Apa Itu
yang bosmu katakan?” tanya Hye Ja. Joon Ha mengaku kalau iyu yang dipikirkan.
Hye Ja tak percaya Joon Ha bisa
mengatakan itu.
“Aku tak
melakukan ini hanya untuk kepentinganku sendiri.” Kata Hye Ja.
“Aku tak
butuh bantuanmu, nek... Kau tak perlu mengkasihani aku. Aku...lelah. Serius!”
ungkap Joon Ha.
“Ada
begitu banyak hal yang harus dikembalikan. Tapi tak ada yang bisa kulakukan
tanpa arloji itu.” Ucap Hye Ja sambil menangis. Joon Ha hanya bisa menatapnya.
Hye Ja
bertemu dengan teman-temanya, Sang Eun pikir Hye Ja pasti sangat syok lalu
memastikan kedaanya baik-baik saja. Hye Ja pikir Karena mereka temanya jadi khawatirkan
dirinya lebih dari siapa pun.
“Jika
kupikirkan lagi, tak bisa kumengerti kenapa aku melangkah sejauh ini.Dengan semua
orang menonton dan orang tua itu sangat menentang, mak aku akan mundur.” Ucap
Hye Ja pasrah
“Arloji
itu bukan hanya sekedar arloji bagimu. Hye Ja, tak bisakah kita hidup seperti
ini saja? Kita baik-baik saja.” Kata Sang Eun.
“Dia
benar. Kita baik-baik saja. Kita masih bisa minum bersama seperti sebelumnya.”
Ucap Hyun Joo
“Ini
bukan hanya soal aku. Semuanya sudah hancur. Sedemikian rupa sehingga aku tak
bisa berbuat apa-apa. Kalian mungkin tak akan mengerti sampai kalian menua dan
tak berdaya sepertiku.” Ucap Hye Ja.
Di bar
Hee
Won menceritaselalu berpikir ada sesuatu
yang aneh pada diri Hye Ja karena Ketika Hye Ja melemparkan dirinya ke arah si
kakek dan itu benar-benar membuatnya takut. Ia bertanya apakah Joon Ha kenal
keponakannya. Joon Ha menganguk
“Apa itu
benar? Apa Kau berkencan dengannya? Sepertinya tidak.” Komentar Hee Own.
Joon Ha
tiba-tiba bisa melihat kenangan saat duduk bersama dengan Hye Ja di tempat
biasa mereka mengobrol.
Flash Back
Hye Ja
bahagai karena melihat ada pelangi di mangkuk supnya. Joon Ha memberitahu kalau
Bukan pelangi tapi hanya minyak. Hye Ja mengeluh Joon Ha sangat tak romantis
lalu membahas Jika ke Kutub Utara, bisa lihat aurora.
“Akan
kupastikan untuk lihat aurora suatu hari.. Seperti ini, aku akan naik kereta
jurusan Siberia.” Ucap Hye Ja mengangkat kepalanya. Joon Ha menganguk setuju.
“Menurut
pendapatku, aurora adalah sebuah error.” Kata Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Ja
mengatakan Aera
“Error,
bug, kekeliruan... Aku membaca ini di suatu tempat. Aurora awalnya adalah medan
magnet di luar Bumi. Tapi tak sengaja mengalir ke Kutub Utara. Itu berarti...
aurora tak dimaksudkan untuk ada. Itu hanya error yang terjadi secara
kebetulan.” Jelas Hye Ja.
“Itu Sama
sepertiku... Tapi, sangat indah... Error itu... Walau itu sebuah error... Error
pun bisa indah...Sampai membuat air mata tumpah. Aku... jika bertemu aurora,
sepertinya akan menangis. Aurora... Sepertinya mereka akan sangat indah.” Ucap
Hye Ja berkaca-kaca
Hee Won
memberitahu Jika semuanya berjalan sesuai rencana,mereka akan pindah ke Cina Dan
kemudian akan menarik pelanggan dalam bahasa Cina. Hyun Joo menatap kenangannya
lalu bertanya apakah Hee Won mengingat janjinya.
“Kau
bilang aku bisa pergi kapan pun aku ingin.” Kata Joon Ha. Hee Won membenarkan
“Jadi Apa
kau ingin melakukan sesuatu yang lain sekarang?” tanya Hee Won. Joon Ha mengaku
belum
“Tapi aku
akan pergi begitu aku melakukannya.” Kata Joon Ha. He Won pikir bisa
membicarakan nanti karena harus pindah ke China dulu dan mengajak bersulang!
Young Soo
menyapa lagi dichannelnya, sambil berbaring diatas tempat tidur menceritakan
kalau Punggungnya sakit dan tak punya pilihan selain berbaring untuk siaran
hari ini jadi meminta agar mengerti.
[Lihat
bedebah ini. Dia mencoba sesuatu yang lain. Apa itu siaran berbaring lagi? Apa
Kau meniru nenekmu? Dia mengarang segala macam alasan.] komentar penonton.
“Ahh... Serius.
Aku tak mengarang alasan... Aku bekerja untuk mencari nafkah, dan punggungku
cidera.. Coba Lihat. Kau lihat ikat pinggang ini, kan? Aku benar-benar sakit.”
Ucap Young Soo
“Sudah
jelas. Dia akan pura-pura menyedihkan dan bilang dia terluka untuk meminta
lebih banyak bintang.” tulis komentar lain.
[Dia
mungkin benar-benar terluka.]
[Apa kau
pengacaranya? Dia pria yang hidup dari kebohongannya. Apa Kau meminjamkan uang
kepadanya atau apa? Apa dia mengambil pacarmu? Dasar pecundang.]
“Mereka
bertengkar lagi.... Tuan Hard Puncher, Tuan Ppukka! Sudah kubilang jangan
bertengkar. Mari akur.” Ucap Young Soo
“Apa Kau
ingin bertemu dan bertarung? Kau tak punya nyali untuk bertemu. Pecundang”tulis
komentar.
“Kelihatannya
sangat serius... Ini salahku, berhenti bertengkar... Tak boleh bertengkar. Kita
akan dapat masalah!” keluh Young Soo.
Hye Ja
terbaring di ruang tengah, Tuan Kim melihat anaknya berkomentar Harusnya tidur
di kamar lalu duduk di depan kamar mandi dan merasakan kakinya terasa kaki dan
melepaskan kaki palsunya. Hye Ja terbangun dari tidurnya dan kaget melihat
melihat ayahnya.
Tuan Kim
panik tapi akhirnya tak bisa berkata-kata. Hye Ja panik melihat ayahnya pakai
kaki palsu dan hanya keseleo. Tuan Kim binggung menjelaskanya. Hye Ja bertanya
bagaimana bisa ini terjadi. Tuan Kim menagku Terjadi begitu saja dan baik-baik
saja.
Hye Ja
mengingat saat menyelamatkan ayahnya sebelum terjadi kecelakaan. Tuan Kim
mengaku baik-baik saja sekarang. Hye Ja merasa bersalah meminta maaf pada
ayahynya sambil menangis.
“Ada hal
yang disebut Hukum Pertukaran Ekuivalen. Ketika menginginkan sesuatu, kau harus
menyerahkan sesuatu yang sama berharganya dengan itu. Itulah aturan dunia ini. Aturan
pertukaran di dunia ini berbeda dari yang kukira.” Gumam Hye Ja membersihkan
sisir di salon ibunya.
“Kupikir
kematian Ayah, masa muda, mimpi, dan cintaku itu setara. Namun, sebodoh ketika
seorang anak mencoba membeli hadiah mahal di supermarket dengan hanya 1000 won
di tangannya.” Gumam Hye Ja.
“Aku
tahu. Jika aku memutar arloji dan menjadi muda lagi, dan jika sesuatu perlu
dikorbankan lagi sebagai gantinya, aku tak akan bisa mengatasinya.”gumam Hye
Ja.
Pagi hari
Hye Ja sudah ada didapur, Nyonya Lee bertanya apa yang dilakukan anaknya
padahal akan bangun dan membuat sarapan. Hye Ja mnegaku bangun duluan, jadi
kuputuskan untuk membuat makarel rebus meminta ibunya agar mencicipnya. Nyonya
Lee memujinya kalau rasanya baik.
“Apa ada
ikan kembung di rumah? Sudah lama sejak aku tak belanja.” Ucap Nyonya Lee
“Ibu
terlalu sibuk untuk membeli bahan makanan. Apa Ibu ingin pergi ke pasar
denganku sesudah sarapan? Aku biasa ikut dan makan pancake ketika masih kecil. Pancake
yang pedas dengan penuh cinta.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee setuju.
Hye Ja memanggil
kakak dan ayanya untuk sarapan. Nyonya
Lee merasa lebih baik membawa sarapan untuk anaknya yang mematahkan punggungnya.
Tapi Hye Ja mengaku sudah membawakan untuk kakaknya dan meminta ibunya untuk
makan saja. Tuan Kim pun akhirnya keluar kamar.
“Aku membuat
makarel rebus dengan lobak... Rasanya sangat manis. Ayo Cepat makan Ayah bisa makan semua tulang ini... Itu akan
baik-baik saja. Karena itu sumber kalsium yang bagus.” .” Ucap Hye Ja
memberikan ikan untuk ayahnya.
“Apa kau
bermimpi? Sampai suasana hatimu seperti ini. Apa Mimpi keberuntungan?” ucap
Nyonya Lee.
“Aku
bermimpi sejenak.” Akui Hye Ja. Nyonya Lee ingin tahu Mimpi apa itu. Hye Ja
mengaku tak ingat dan mengajak semua makan saja.
Keduanya
pergi ke pasar. Hye Ja mengajak ibunya beli
kacang lalu makan nasi kacang. Nyonya Lee tahu anaknya tak suka kacang. Hye Ja tahu Kacang bagus
untuk menopause karena penuh dengan estrogen dan bergegas pergi untuk membeli
kacang.
“Kudengar
delima juga bagus” ucap Hye Ja dan bertanya apakah Ada buah delima juga lalu
beroikir lebih baik bertanya di toko buah untuk itu.
“Astaga,
Bu... Siapa yang menjual buah delima selama musim ini?” kata Si bibi. Hye Ja
mengaku tak tahu.
“Sangat
menyenangkan melihat kau berbelanja dengan putrimu seperti ini.” Kata si bibi.
Nyonya Lee terlihat bingung.
“Dia
menantunya. Tak lihatkah wajahnya sangat berbeda? Kau ibu mertuanya, kan?” ucap
si bibi. Hye Ja membenarkan.
“Aku
butuh sesuatu yang bagus untuk menopause.” Ucap Hye Ja.
“ Bagaimana
dengan obat herbal? Apa efektif? Kudengar mereka membuat teh menggunakan bunga
bulu.” Ucap si bibi.
Nyonya
Lee terlihat tak enak hati pada anaknya, Hye Ja terlihat santai mengajak ibunya
untuk mebeli seikat bunga bulu karena menghasilkan cukup uang untuk itu. Si
bibi berkomenatr Menantu Hye Ja pasti
baik terhadapya.
“Kau
bahkan merawatnya ketika dia sedang mengalami menopause. Benar, Bu?” komentar
si bibi. Hye Ja membenarkan.
“Menantuku
adalah yang terbaik.” Kata Hye Ja. Si bibi melihat Hye Ja sangat lucu berkomentar Orang mungkin
berpikir Hye Ja adalah putrinya.
Hye Ja
berjalan mengaku bisa mencium mie kaldu ikan teri dan Menu ini harus ditentukan
sebagai obat lalu bertanya apaka ibunya tak lapar. Nyonya Lee yang melamun
terlihat binggung. Akhirnya mereka duduk
di restoran makan mie teri.
“Aku selalu
datang ke sini dengan Ayah. Ini pertama kalinya aku bersama Ibu.” Cerita Hye
Ja.
“Apa ini
yang kalian berdua ketika keluar untuk makan? Kupikir sesuatu yang istimewa.”ejek
Nyonya Lee
“Apa Ibu
tak tahu seberapa bagus ini? Ketika berbaring tidur, aroma kaldu ini melekat di
hidung.” Kata Hye Ja. Nyonya Lee mengeluh kalau itu Alasan yang payah.
“Aku yang
traktir, Ibu jangan bayar.”ucap Hye Ja. Nyonya Lee menyetujuinya.
“Bahkan
jika Ibu dan Ayah bercerai, aku akan ada di sisi Ibu. Hanya kau yang bisa tahan
dengan seseorang seperti Ayah. Bahkan Buddha tak bisa hidup bersamanya..” Cerita
Hye Ja. Nyonya Lee hanya diam.
“Dia tak
pernah menjawab pertanyaan. Bahkan ketika menjawab, itu pun sangat tidak jelas Dia
selalu tak peduli dengan orang lain. Bahkan ketika kehabisan beras, dia terus
membaca bukunya.” Kata Hye Ja bisa mengerti.
“Ayahmu
tak seburuk itu.” Kata Nyonya Lee membela
“Walau
begitu, dia pasti punya selera yang bagus pada wanita. Dia memilih Ibu yang
pandai mencari nafkah, dan tak pernah membiarkan anak-anaknya kelaparan
setidaknya.” Komentar Hye Ja.
“Jika aku
adalah nenek, maka Aku akan memukul Ayah dan bertanya apa dia menikah dengan
Ibu karena dia butuh pelayan Aku akan selalu ada di sisi Ibu bagaimanapun
caranya. Ibu akan mendapatkan dukunganku terlepas dari keputusan apa yang Ibu
buat. “ kata Hye Ja. Nyonya Lee menatap anaknya berkacak-kaca
Hyun Joo
didalam helmnya mengumpat Para Keyboard Warrior yag bicara seolah-olah akan muncul.
Saat itu seorang pria datang, Hyun Joo memanggil apakah ia Hard Puncher lalu
berkomentar kalau pria itu Lebih berani
dari yang dipikir. Si pria memastikan Hyun Joo “Ppukka”
“Kenapa? Apa
Kau takut?” ucap Hyun Joo. Si pria melihat Hyun Joo yang memakai helm.
“Aku tak
ingin menunjukkan wajahku padamu.” Kata Hyun Joo. Si pria menduga kalau wanita
“Kenapa? Apa
Kau akan bertindak seperti pria terhormat yang tak memukul wanita? Perlakukan
aku sebagaimana biasanya!” ucap Hyun Joo. Si pria mengeluh wanita dibalik helm
itu payah sekali.
“Kau suka
pecundang itu, kan? Kau pasti menyukainya. Itu sebabnya kau tak bisa menjawab
pertanyaanku... Kenapa? Apa kau mengasihani dia? Kudengar semua wanita bermimpi
berpura-pura seperti Bunda Teresa sambil bertahan dengan pecundang seperti dia.”
Komentar si pria.
“Tidak
seperti itu!” teriak Hyun Joo marah.
Young Soo
membuat siaran lagi mengaku tak enak
badan sekarang, tapi merasa bertanggung jawab untuk ini karena terjadi di ruang
obrolannya. Ia pikir Dengan rasa
tanggung jawab itu, akan live updates dari tempat pertemuan mereka.
“Aku siap
untuk memanggil polisi jika diperlukan, jadi jangan khawatir. Tapi kau harus
tetap diam... Ayo Diam mulai sekarang. Kita hampir sampai. Apaini Mengerikan? Aku
akan update sebentar lagi. Ayo.” Ucap Young Soo
Beberapa orang
mulai berkomentar, Young Soo meihat keduanya berdiri berhadap-hadapan dan
memperlihatkan gambar keduanya saling berhadapan. Penonton merasa Semakin
menarik dan akan menyenangkan. Young Soo tiba-tiba merasa terlihat seperti Hyun
Joo.
“Lalu apa
kalau bukan? Apa Tidak menonton si idiot itu membuatmu merasa, "Oh,
hidupku tak terlalu buruk"? Bukankah itu memberimu kelegaan? Mungkin
itulah yang kau rasakan.” Ejek Si pria
“Ya, itu
sebabnya aku masuk ke ruang obrolan itu.” Akui Hyun Joo
“Bahkan
idiot menyedihkan seperti dia bisa hidup.” Kata Si pria. Akhirnya Hyun Joo
melepaskan helmnya.
Young Soo
terkejut melihatnya lalu menurunkan cameranya. Hyun Joo langsung memberikan
tendangan dan membuat si pria terjatuh dengan hidung berdarah. Ia mengaku kalau
Young Soo adalah cinta pertamanya.
“Dan
juga, sekarang pun masih menyukainya. Aku tahu dia benar-benar pecundang, tapi
aku menyukainya. Jadi jika perlu dihancurkan, maka aku akan melakukannya. Jika
aku melihatmu berbicara buruk soal dia sekali lagi... Kau tahu apa arti
"pengebirian", kan?” ucap Hyun Joo Young Soo terdiam dan banyak
penonton yang memberikan bintang.
Hye Ja
pergi ke Aula Pameran Hyoja, lalu melihat si kakek dan berjalan mendekatinya.
Joon Ha dan Tuan Park melihat dari kejauhan. Hye Ja duduk disampingnya bertanya
apa yang didapatkanatas pertukaran masa mudanya.
“Apa yang
ingin kau ubah dengan memutar kembali waktu?” tanya Hye Ja mengingat kejadian
sebelumnya mengingat saat melihat surat cerai ayah dan ibunya.
“Apa
Kebahagiaan keluarga? Apa Kesehatanmu hancur Atau cintamu yang tak pernah
terwujud?” tanya Hye Ja mengingat tenang ayah dan juga Joon Ha.
“Apapun
itu, kuharap sepadan. Mungkin kau sudah tahu, segalanya dalam hidup membutuhkan
harga.” Kata Hye Ja. Si kakek pun menatap Hye Ja yang menerima sebuah selimut.
Bersambung
ke episode 8
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar