PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
dkk berbaring menaikan kaki sambil mengunakan masker. Hye Ja pikir Jika ini
penerbangan tengah malam, dia pasti
sudah berkemas sekarang. Sang Eun bertanya siapa itu. Hye Ja menjawab Tuan
Aurora. Sang Eun mengerti dan berpikir seperti itu juga.
“Dia membawa
tabir surya atau tidak, kan? Kulitnya bisa mudah terbakar karena wajahnya
pucat.” Ucap Hye Ja khawatir
“Kudengar
mi gelas mahal di tempat-tempat seperti itu. Aku harap dia membawa mi gelas.”
Kata Sang Eun
“Apa Kau
tahu betapa pemilihnya dia dengan makanan? Dia harus membawa gochujang dan
doenjang juga.” Kata Hye Ja membayangkan isi koper.
“Apa Tempat
itu dingin?” tanya Sang Eun. Hye Ja menjawab kalau Sangat dingin.
“Kalau
begitu, dia juga harus membawa jaket panjang.” Kata Sang Eun.
“Tapi
rentang suhu di negara itu sangat buruk. Seharusnya dia tidak hanya membawa
pakaian musim dingin yang tebal.” Ucap Hye Ja.
“Kalau
begitu, tambahkan pakaian tipis agar dia bisa melapisi di dalam. “ kata Sang
Eun
“Tapi
mungkin tidak muat karena ada jaket panjang.” Komentar Hye Ja. Sang Eun pikir
bisa mengeluarkan gochujang dan doenjang-nya.
“Tidak.
Ganti saja ke tabung-tabung kecil yang bisa dia tekan.” Kata Hye Ja. Sang Eun
berpikir nasi instan.
“Dia
tidak bisa melupakan itu. Haruskah kita mengeluarkan celana dalamnya? Jadi, dia
bisa membelinya di sana?” ucap Sang Eun
“Anggarannya
terbatas. Bagaimana dia bisa membeli pakaian dalam?” kata Hye Ja.
Sang Eun
lalu berpikir mereka ganti ke koper lebih besar. Hye Ja pikir itu ide bagus
lalu berpikir Joon Ha harus membayar
lebih mahal di bandara saat mendaftar.
Hyun Joo yang mendengar dua temanya mengeluh kalau mereka saja yang mengemasi
kopernya. Sang Eun pun setuju mengajak Hye Ja pergi. Hye Ja setuju dan akan
pergi
“Hei... Jangan
pernah berpikir tentang itu. Jangan mengikuti dia terus. Kau sudah berpamitan,
maka itu sudah berakhir.” Kata Hyun Jo. Hye Ja pikir benar karena sudah
berpamitan.
“Kenapa? Apa
Kau ingin melihatnya lagi?” ejek Hyun Joo. Hye Ja mengaku tidak dengan wajah
cemberut.
Sementara
Joon Ha dalam keadaan babak belur. Hee Won datang mengumpat Joon Ha adalah pria
menyebalkan itu lalu mengeluh meminta pada orang tua untuk bersikap baik
padanya dan melihat Wajah kecil rupawan
temanya itu hancur.
“Hei,
Joon Ha...Apa Kau sungguh akan melaporkan aku ke polisi?” ucap Hee Won
“Hentikan
ini, Hee Won.” Kata Joon Ha memohon. Hee Won malah makin marah karena bertanya
apakah Joon Ha akan melaporkannya.
“Kau
keterlaluan... Bisa-bisanya kau berpikir melakukan itu kepadaku? Selama ini,
aku membantumu. Apa Kau tidak ingat? Saat nenekmu meninggal, aku yang memimpin
pelayat. Saat kau dikurung karena ayahmu, aku berusaha mengeluarkanmu. Apa Kau
tidak ingat? Bisa-bisanya kau memperlakukan aku seperti...” ucap Hee Won marah
“Kau Sudah
keterlaluan. Tolong hentikan.” Pinta Joon Ha. Hee Won tak terima dianggap
Keterlaluan
“Keterlaluan
apa? Apa tindakan aku yang keterlaluan? Hei. Apa Kau pikir bisnis kami bisa
bertahan dengan menjual produk murah? Kami panik sepanjang waktu. Aku pun
mengambil pinjaman pribadi untuk mengelola bisnis ini. Bagaimana aku bisa
melunasinya?” tegas Hee Won
“ Apa Kau
akan melakukannya untukku? Aku perlu memiliki sesuatu untuk diandalkan, kan? Para
orang tua itu bahkan ditinggalkan oleh anak-anak mereka. Kami bermain dengan
mereka, menjaga mereka, dan bahkan membantu mereka memiliki asuransi. Lalu jika
mereka meninggal, aku akan menerima uang asuransi sebagai hadiah atas kerja
kerasku. Aku bukan berencana untuk membunuh orang.” Tegas Hee Won. Joon Ha
hanya bisa diam saja.
Pagi hari
Hye Ja heran
karena Hyun Joo meminta mereka untuk berkumpul pagi-pagi begini. Sang Eun juga
mengaku tak tahu sambil menguap karena masih
mengantuk. Tiba-tiba sebuah mobil datang dan Hyun Joo membuka jendela dengan
kacamata hitanya. Hye Ja dan Sang Eun tak percaya melihatnya.
“Aku
menyewa mobil untuk kalian. Kalian ingin melakukan perjalanan. Ayo lakukan. Dia akan melihat Aurora. Kenapa kita tidak? Ayo
jalan-jalan juga. Masuk!” ucap Hyun Joo penuh semangat. Keduanya pun masuk
mobil
“Sudah
kubilang hormati orang tua... Kalian harus menghormati pendapatku.” Kata Hye Ja
masuk mobil
“Aku
memang akan melakukannya.” Akui Hyun Joo. Hye Ja bertanya kemana mereka akan
pergi. Hyun Joo menjawab Pantai.
“Melihat
matahari terbit.” Kata Hye Ja semua pun setuju akan pergi ke pantai.
Hyun Joo
menyalakan mobil tapi tiba-tiba berhenti seperti tak bisa jalan mulus. Sang Eun
memberitahu kalau ada rekaman hari ini. Hye Ja pikir mereka harus berkemas
juga. Hyun Joo setuju kalau mereka pergi
besok saja.
Mereka
berkumpul dikamar Hye Ja. Sang Eun melihat isi koper bertanya apakah Hyun Joo hanya
membawa ini. Hyun Joo hanya membawa satu baju yang menurunya sangat nyaman
untuk tidur lalu mengeluh Sang Eun bawa banyak barang seperti mau menjual
pakaianmu.
“Apa Kau
mau menjual pilmu?” komentar Hyun Joo melihat Hye Ja membawa banyak pil
“Aku baru
membawa obat. Kita perlu koper lain jika aku juga membawa suplemenku.” Kata Hye
Ja
“Semua
pil itu pasti membuatmu kenyang.”ejek Hyun Joo. Hye Ja menegaskan kalau ini
masa depan mereka.
“Sekarang,
kalian hanya memedulikan penampilan, tapi saat tua sepertiku, kalian harus
bertahan hidup.” Ucap Hye Ja.
“Apa yang
harus kita lakukan setelah melihat matahari terbit?” tanya Sang Eun. Hyun Joo
mengatakan mereka harus makan sashimi.
“Ada
banyak kafe bagus di sana, jadi, mari kita berfoto. Kita harus ke spa juga.”
Kata Hyun Joo. Sang Eun mengaku ingin melakukan itu. Hyun Joo bertanya apa itu.
“Kembang
api.” Kata Sang Eun penuh semangat. Hye Ja pun mau juga. Hyun Joo menegaskan
mereka akan melakukan semuanya.
Hyun Joo
keluar kamar mengambil minum melihat Young Soo makan ramyun. Young Soo bertanya
apakah Hyun Joo mau berwisata. Hyun Joo mengeluh Young Soo yang mendengar
pembicaran merkea. Young Soo pikir mereka para wanita aoa tidak masalah jika
tidak ditemani.
“Kau
tidak boleh ikut. Jangan mencoba mencari alasan. Perjalanan ini untuk
persahabatan kami.” Tegas Hyun Joo
“Apa? Aku
bahkan tidak mau ikut!” balas Young Soo dan kembali makan mie.
“Hei,
lihat aku... Jangan menghindari kontak mata.” Kata Hyun Joo menarik wajah Young
Soo agar menatapnya.
“Matamu
berair pasti karena kecewa... Apa Kau masih menyangkal?” ejek Hyun Soo
“Itu
karena ini terlalu pedas... Aku harus melakukan siaranku.” Kata Young Soo
menghindar. Hyun Joo mengingatkan kalau saluran Young Soo sudah diblock.
“Hei,
kenapa kau terus bicara santai kepadaku? Aku kakak temanmu. Apa aku seperti
lelucon bagimu?” teriak Young Soo marah
Saat itu
Hye Ja datang menyuruh Young Soo untuk minggir karena berdiri ditengah
meja. Young Soo mengeluh Hye Ja yang
berpikir telah menghalangi jalannya.
Di kamar
Hyun Joo
bertanya apakah Hye Ja sudah membawa matras. Hye Ja mengaku belum. Hyun Joo
bertanya dimana itu. Hye Ja pikir Mungkin di kamar Young Soo. Saat itu Hyun Joo
masuk kamar Young Soo bertanya dimana matras.
“Keluar!
Cepat keluar! Kau masuk tanpa mengetuk. Keluar!” teriak Young Soo panik
menutupi tas yang baru saja dikemar.
“Apa itu?
Minggir.” Kata Hyun Joo curiga. Young Soo terus menutupnya. Hyun Joo langsung
mencubit dengan kakinya, Young Soo pun menyerah.
“Kenapa
kau berkemas? Apa Kau berencana ikut?” ucap Hyun Joo melihat tas milik Young
Soo
“ Tidak..
Aku akan pergi beberapa hari juga.” Kata Young Soo. Hyun Joo ingin tahu kemana
Young Soo akan pergi.
“Aku mau
pergi ke kuil. Itu akan membantuku menjernihkan pikiran. Aku mau mencari udara
segar dan menjernihkan pikiran juga.” Kata Young Soo
“Kalau
mau ke kuil, kenapa membawa panggangan steik?” ucap Hyun Joo melihat isi tas
“Angin di
sana cukup kencang. Saat membaca buku, halamannya akan tertiup angin, jadi, aku
membawanya untuk menahan halaman.” Kata
Young Soo
“Baiklah.
Anggap saja aku sudah gila. "Tentu saja, kau bisa membawa panggangan steik
ke kuil." Anggap aku percaya argumenmu itu. Lalu kenapa kamu membawa
celana renangmu ke kuil?”ucap Hyun Joo mengeluarkan celana pendek
“Kepala
biksu memintaku membawanya.” Ucap Young Soo mencari alasan.
“Kenapa
kepala biksu butuh celana renang seperti ini?” ucap Hyun Joo. Young Soo mengaku
tak tahu alasan Biksu membawanya.
“Apa
Hasrat duniawinya kembali? Tapi aku harus membawanya karena dia memintaku
membawanya. Aku akan mencoba membujuknya agar melupakan hasrat duniawinya.”
Ucap Young Soo
“Hentikan
itu... Kau tidak boleh ikut! Ini kuambil!” kata Hyun Joo. Young Soo mengeluh
lalu berteriak marah kalau tidak akan ikut. Hyun Joo binggung dengan sikap
Young Soo yang aneh.
Hye Ja
mencari sesuatu di salon. Ibunya datang bertanya apa yang dicari Hye Ja. Hye Ja
mengatakan untuk kompres hangat. Yang bisa masuk microwave dan melihat disalon.
Nyonya Lee pun menemukan di atas kursi. Hye Ja pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa Kau
mau berwisata?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja membenarkan karena tak tahu kapan
lagi bisa pergi dengan gadis-gadis.
“Bagaimana
dengan kita? Kapan kita bisa berwisata keluarga? Kita harus pergi ke suatu
tempat.” Kata Nyonya Lee
“Ayo pergi
saat Ayah libur... Ingat saat kita ke pantai dan makan semangka? Wisata yang
menyenangkan.” Ucap Hye Ja lalu pamit pergi lalu melihat ayahnya.
Tuan Kim
bertanya apa yang mereka lakukan. Hye ja mengajak ayahnya untuk berwisata keluarga seperti dahulu saat mereka
bahagia. Tuan Kim hanya diam saja lalu keluar rumah. Hye Ja dan Nyonya Lee
sedih akhirnya Hye Ja mengeluh karena lama sekali berkemas untuk perjalanan ini
lalu masuk kamar.
Young Soo
masuk kamar bertanya kapan mereka pergi. Hyun Joo menjawab Besok subuh dan
ingin tahu alasanya. Young Soo mengucapkan Semoga selamat sampai tujuan lalu
memberikan sebuah amplop. Hye Ja binggung apa itu.
“Belilah
makanan enak untukmu dengan ini. Maaf sedikit sekali.” kata Young Soo. Hye Ja
binggung berpikir kakaknya sedang sakit.
“Kenapa? Apa
salahnya aku memberi adikku uang saku?” kata Young Soo
“Tidak,
bukan itu maksudku... Terima kasih, Young Soo Oppa.” Ucap Hye Ja.
“Hyun
Joo, jaga Hye Ja.” Kata Young Soo. Hyun Joo terlihat bingung lalu menganguk
mengerti.
“Kau bilang
akan pergi besok subuh, kan? Ini pasti berat. Aku akan menaruhnya di bagasi.
Kau Berkendaralah dengan aman.” Ucap Young Soo dan mengucapkan selamat
bersenang-senang.
Hye Ja
dan Hyun Joo melonggo bingung melihat tingkah Young Soo. Hyun Joo pikir Young
Soo makan sesuatu yang aneh karena sikapnya berbeda. Hye Ja pikir ibunya yang menaruh
racun tikus ke makanannya membuat sikap kakaknya berbeda.
“Bagus.
Ini sempurna... Aku berhasil menipu mereka... Apa Kalian berpikir aku tidak
bisa ikut? Semuanya sudah siap sekarang... Pasti kalian tidak menyangka aku
melakukan ini.” Ucap Young Soo bahagai memasukan koper dibagasi dan menaikinya.
Hye Ja
mengantar Hyun Joo berpikir Seharusnya menginap di rumahnya agar bisa pergi bersama di pagi hari. Young Soo
pikir akan pergi selama beberapa hari, setidaknya harus memotong bawang agar
tidak terlalu merasa bersalah. Sang Eun pulang dengan wajah cemberut.
“Apa Rekamannya
berjalan dengan baik?” tanya Hyun Joo. Sang Eun menganguk tapi wajahnya
terlihat sedih
“Lalu
kenapa kau terlihat sedih?” tanya Hyun Joo. Sang Eun mengaku kelaparan.
“Aku
belum makan seharian karena terjebak di bilik rekaman.” Kata Sang Eun. Hyun Joo
mengajak pergi ke restoranya karena akan
memasak sesuatu.
“Hyun
Joo! Aku akan memastikan namamu masuk ke bagian terima kasih di albumku.” Jerit
Sang Eun bahagia.
Hye Ja
melihat nenek tetangga Joon Ha menyapanya kalau baru pulang dan bertanya
darimana. Si nenek mengaku dari pesta ulang tahun ke-70 sepupunya dan
membawakan semua makanan untuknya. Hye Ja membantu untuk membawakanya. Si nenek
menolak tapi Hye Ja memaksa.
“Aku akan
mengantarnya pulang dan menyusul kalian.” Kata Hye Ja. Hyun Joo dan Sang Eun
berjalan pergi membiarkan keduanya berbeda arah.
Hyun
Joo melewati parkiran mobil karena Young
Soo bilang akan memasukkan koper kita ke bagasi tapi tak tahu dimana kakak
temanya itu. Young Soo berdoa agar tak ketahuan didalam bagasi. Hyun Joo
teringat dengan kunci mobilnya.
“Apa dia
kabur dengan kunci itu supaya kita tidak bisa pergi?” ucap Hyun Joo marah.
Young Soo buru-buru menjatuhkan kunci mobil karena pintu bagasi masih terbuka.
“Bukankah
ini kuncinya?”kata Sang Eun melihat kunci mobil yang jatuh. Hyun Joo
mengambilnya.
“Astaga,
dasar pria ceroboh... Aku kasihan dengan gadis yang akan menikah dengannya.
Tapi Kenapa bagasinya...” ucap Hyun Joo curiga. Young Soo berdoa agar tak
ketahuan.
“Apa ada
orang di dalam? Ah... Tidak mungkin.” Kata Hyun Joo langsung menutup rapat
mengajak Sang Eun pergi untuk makan malam dengan menu Tangsuyuk.
“Misi
selesai!!! Astaga! Sekarang, aku terkunci di dalam bagasi... Satu hari tidak
akan membunuhku.” Kata Young Soo menjerit bahagia.
Hye Ja
mnegantar si nenek ke dekat rumah Joon Ha lalu binggung karena melihat lampu
menyala. Nenek memberitahu Sudah
beberapa hari lampu menyala, bahkan siang hari. Hye Ja mengerti. Si nenek pun
mengucapkan terima kasih lalu masuk ke dalam rumah.
Hye Ja
yang penasaran mencoba masuk ke rumah Joon Ha dengan lampu yang masih
terang. Ia pikir Joon Ha belum pergi dan
tak melihat ada dirumah, lalu melihat meja yang terbalik lalu tas Joon Ha masih
ada di dalam rumah.
Hee Won
bertanya apakah Tuan Park mengawasi kertas asuransi para lansia itu. Tuan Park
menjelaskan Sekarang hanya lima atau enam orang yang belum mendaftar asuransi
Tapi masalahnya, ada banyak yang ingin membatalkan kontraknya.
“Mari
kita selesaikan.” Kata Hee Won. Tuan Park bingung dengan kata "Selesaikan"
“Panggil
semua orang yang telah mendaftar asuransi. Katakan pada mereka kita buka
kembali besok.” Ucap Hee Won. Tuan Park ingin tahu rencananya.
“Aku
lelah berurusan dengan orang tua lagi. Ikuti perkataanku. Selain itu, pastikan
bedebah itu tetap di sini sampai semuanya selesai. Kau Awasi dia.” Perintah Hee
Won. Tuan Park menganguk mengerti
Joon Ha
masih berada di lantai dengan banyak luka, sementara Hye Ja memeluk tas Joon Ha
bertanya-tanya keberadaan Joon Ha meminta agar kembali karena khawatir. Ia pun
tertidur sambil memeluk tas Joon Ha dan melihat jam tangan tapi Joon Ha belum
pulang, wajahnya pun mulai khawatir.
“Aula Pameran Hyoja”
Hye Ja
pergi ke aula dengan wajah khawatir bertemu dengan sepasang kakek dan
nenek lalu pergi ke "Ruang Belajar" Semua kakek dan
nenek berkumpul sambil bermainya. Mereka melihat Hye Ja menyapa kalau sudah
menunggu.
“Aku
pikir tempat ini akan ditutup sementara.” Kata Hye Ja. Salah satu nenek
menceritakan mereka membuka kembali.
“Sebagai
permintaan maaf karena telah menutup tempat ini, mereka mengajak kami piknik.” Ucap
Nenek lan. Hye Ja binggung karena mereka akan pergi piknik.
“Kami
akan menginap di sini semalam dan berangkat besok pagi.” Ucap si nenek.
“Apa
kalian melihat Pak Lee?” tanya Hye Ja. Si nenek mengaku belum melihatnya dan
bertanya pada nenek yang lain.
“Bukankah
dia bilang mau ke luar negeri?” kata Nenek lain. Hye Ja pun pamit pergi.
Hye Ja
mencoba mencari Joon Ha, tiba-tiba si kakek di kursi roda menahanya. Hye Ja
mengeluh meminta agar melepaskan tanganya. Si kakek seperti berbicara sesuatu.
Hye Ja melihat dan bertanya apakah ingin mengatakan sesuatu.
“Lee... Joon...”
kata Si kakek terbata-bata. Hye Ja
mengerti kalau itu tentang Joon Ha
“Kau
melihatnya, kan? Di mana dia sekarang?” kata Hye Ja penasaran.
Tiba-tiba
Tuan Park datang melihat si kakek yang selama ini dicarinya, mengajak pergi
karena waktunya makan. Hye Ja pun tak bisa berkata apa-apa lalu mencari ke
ruangan lain.
Hye Ja
melhat jalan menurun yang gelap, tapi terlihat ragu. Akhirnya Hye Ja
memberanikan diri menuruni tangga dan menemukan ada bandul dan teringat kalau
itu gelang milik Joon Ha dari sang nenek.
“Apa yang
harus aku lakukan?” ucap Hye Ja panik akhirnya masuk ke dalam ruangan Joon Ha
dan melihat surat asuransi diatas meja.
Hee Won
masuk dengan wajah dingn melihat Hye Ja dan bergegas memasukan surat ke dalam
laci. Hye Ja berbohong mengaku butuh obat. Hee Won curiga karena mencari obat
di ruanganya dan bertanya obat apa yang dibutuhkan. Hee Won binggung.
“Katanya
Anda mencari obat. Obat apa?” tanya Hee Won.
Hye Ja mengaku obat untuk persendian.
“Obat
Untuk sendi? Di sana.” Kata Hee Won menunjuk meja lain. Hye J mengaku tidak
bisa melihat dengan baik.
“Anda
rabun jauh.” Kata Hee Won melihat mata Hye Ja lalu mengambil sekotak obat. Hye
Ja pun mengucapkan terimakasih dan bergegas
pergi
Hee Won
mengikuti menawarkan Hye Ja ikut piknik bersama. Hye Ja menolak karena
Keluarganya tidak akan suka. Hee Won menahanya meminta Hye Ja tak perlu
khawatir karena akan menghubungi mereka dan Keluarga lain suka ide itu saat
menghubunginya.
“Entahlah,
aku tidak ikut.” Kata Hye Ja. Hee Won menahan Hye Ja ingin tahu alasanya.
“Ikutlah
dengan kami Kita bersenang-senang bersama.” Kata Hee Won. Hye Ja menolak
mengaku akan ikut lain kali.
“Ikutlah
dengan kami, Bu.” Kata Hee Won dan Hye Ja tetap ingin nanti saja...
Saat itu
si kakek datang, terlihat marah karean Hee Won menahan lengan Hye Ja. Hye Ja
pun berpura-pura mengeluh karena Si kakek yang masuk padahal sudah meminta
tunggu di luar lalu memberitahu kalau akan pergi ke bioskop dengannya hari ini.
“Kurasa
Anda sangat ingin menonton film itu.” Ucap Si kakek. Hye Ja langsung merangkul
si kakek meminta agar jangan beri tahu orang lain.
“Aku
bilang bertemu di luar. Ini memalukan.” Kata Hye Ja mengajak si kakek pergi dan
hampir jatuh.
Tuan Park
dan Hee Won melihat dari jendela ruangan, Tuan Park pikir Hye Ja tak masalah.
Tuan park yakin kalau Hye Ja tidak tahu apa-apa. Sementara Hye Ja berusaha
cepat luar aula. Si kakek merasapasti lupa kalau pergi ke bioskop hari ini.
“Jangan
katakan apa pun. Jalan saja” kata Hye Ja. Si kakek berpikir Hye Ja hari pertama mereka sebagai pasangan. Hye Ja
mengeluh akhirnya si kakek pun menutup mulutnya
Young Soo
didalam bagasi bingung karena Hye Ja dkk belum pergi padahal ingin buang air
kecil. Ia pun mengeluh karena lupa ke kamar mandi, tiba-tiba tak bisa menahan
lalu panik dengan keadaan gawat.
Ia
mengambil botol melihat kalau Terlalu banyak air dalam botol, lalu menyakinkan Sebelum
dikosongkan, harus diisi dahulu. Ia mulai minum tapi tak kuat karena banyak,
lalu menyakinkan diri bisa melakukan ini.
Baru saja beberapa teguk sudah terlalu kenyang
dan makin membuatnya ingin buang air kecil.
Akhirnya terlihat air menetes dari luar bagasi seperti Young Soo
berhasil.
Hye Ja
akhirnya duduk di luar aula. Si kakek kaget kalau Pak Lee diculik dan ingin
tahu alasanya. Hye Ja mengaku belum tahu pasti dan ingin tahu alasan si kakek
datang ke aula berpikir mau piknik. Si kakek binggung kalau temanya pergi
piknik.
“Apa Kau
belum dengar?” tanya Hye Ja. Si kakek mengaku belum. Hye Ja pikir Tidak mungkin
hanya piknik biasa teringat dengan surat
"Kontrak asuransi - Penerima, Kim Hee Won"
“Apa Kau
mendaftar asuransi melalui tempat ini?” tanya Hye Ja. Si kakek mengaku tidak
karena tidak perlu asuransi.
“Gigiku
masih lengkap, dan aku banyak berolahraga. Coba kau Rasakan ototku” kata Si
kakek bangga.
“Bisakah
kau membantuku? Jika ada lebih banyak orang yang tidak mendaftar, bisakah kau
mencarinya dan membawa mereka kepadaku?” ucap Hye Ja. Si kakek menganguk
mengerti.
Hee Won
bertanya apakah Tuan Park sudah siapkan busnya. Hee Won mengatakan mereka
sedang mengerjakannya, dan akan membawanya ke aula. Joon Ha memastikan Ini
tidak seperti yang dipikirkan, Hee Won marah karean dipanggil dengan namanya. Joon
Ha meminta maaf.
“Aku
berterima kasih karena kau sudah merawat aku dan Nenek. Aku tidak akan ke Rusia,
aku akan membantu rencanamu. Jadi, tolong hentikan itu Itu tidak benar” Ucap
Joon Ha.
“Lakukan
apa pun yang kau mau, Brengsek... Dengarkan aku baik-baik. Para orang tua itu
akan mati karena kau, Berengsek. Ucap Tuan Park kembali memberikan pukulan pada
Joon Ha.
Hye Ja
gugup menunggu di restoran Hyun Joo, saat itu nenek dan kakek yang tak daftar
asuransi pun datang. Hye Ja pun memberitahu Aula pameran akan piknik besok dan
mereka semua yag datang tidak diundang, Semua menganguk membenarkan.
“Kenapa
kalian tidak diundang? Karena tidak
menandatangani polis asuransi rekomendasi mereka.” Kata Hye Ja.
Sementar
di ruangan, Hee Won melihat jumlahnya yang akan mereka dapatkan sekitar 1,5
juta dolar lalu bertanya apakah busnya sudah datang.
Hye Ja
memberitahu semua nenek kalau pihak aula hanya mengundang yang punya asuransi Lalu
orang-orang itu akan berpiknik.
Tuan Park
bertanya apakah mereka harus ke
Daegwallyeong. Hee Won pikir Jalanan di sana berbatu Jika sopir bus lengah
sedikit saja, mereka bisa jatuh dan akan menjadi yang pertama dicurigai. Tuan
Park merasa kalau ragu dengan hal itu.
“Kenapa
mereka mencurigai kita? Kita akan berada di bus itu juga.” Ucap Hee Won. Tuan
Park pikir itu sudah gila karena Hee Won ingin mati juga.
“Mereka
mungkin punya suatu cara. Mereka akan selamat, sementara yang lainnya..” ucap
Hye Ja berbicara dengan semua nenek dan kakek.
“Itu
sebabnya kita menyabotase busnya, Bodoh. Pastikan saja sabuk pengaman kita
bekerja dengan benar.” Kata Hee Won yang tak ingin dicurigai.
Nenek
mengumpat merek itu Penjahat. Kakek lain berpikir lebih cepat jika melaporkannya ke polisi. Hye
Ja pikir Percuma melaporkannya ke
polisi. Di ruangan, Hee Won pikir percuma melakukan semua mengingat semua kakek
dan nenek itu ingin pikinik.
“Harus
ada kecelakaan agar mencurigakan.” Kata Hee Won merencanakan sesuatu.
“Pak Lee
mungkin tahu segalanya. Dia akan melaporkannya, lalu dia pun diculik.” Ucap Hye
Ja.
“Kau
bilang percuma melapor.” Kata kakek. Hye Ja memberitahu Joon Ha adalah orang dalam jadi berbeda dari mereka.
“Lalu
bagaimana dengan Pak Lee?” tanya kakek terlihat binggung.
Hee Won
melihat surat "Polis Asuransi - Tertanggung, Lee Joon Ha Penerima, Kim Hee
Won" dan menyuruh Tuan Park memasukan semua ke dalam bus.
Hye Ja
memberitahu kalau yang bisa menyelamatkan Joon Ha dan para manula yang pergi
piknik adalah mereka. Tuan Park pikir
ada sesuatu terus mengganggunya, yaitu semua harus lancar sampai mereka memulai
piknik.
“Aku yakin
mereka akan lebih waspada. Kita butuh rencana yang tepat untuk menyelamatkan
mereka.” Kata Hye Ja.
Si nenek
yang suka mengambil barang mengambil sumpit diatas meja. Sementara Nenek lain
yang mengunkan tongkat meminta izin untuk pergi ke toilet. Hye Ja seperti tak
bisa berharap dengan para teman manula bahkan untuk berjalan saja susah.
Di dalam
bagasi
Young Soo
kelaparan mulai makan ramen tanpa direbus, lalu mengeluh kalau lebih baik
merasa lapar tapi tidak tahan haus. Ia bertanya-tanya kenapa Hyun Joo dkk akan
pergi lalu mulai merasa haus melirik pada botol yang sudah penuh dengan air
seni dan mencoba menahanya.
Hyun Joo
menemui Hye Ja bertanya apakah bisa bergabung. Hye Ja pikir tak perlu karena mungkin
lebih menonjol karena teman-temanya masih muda. Hyun Joo pikir benar juga.
“Lalu Kau
mau apa dengan orang-orang itu?” tanya Hyun Joo. Hye Ja mengatakan harus
mencobanya.
“Sang
Eun, kita berwisata setelah mengurus ini saja.. Tidak apa-apa, bukan?” kata Hye
Ja. Sang Eun mengangk mengerti.
Hye Ja
pun akan kumulai pengarahannya, pertama akan menyusup ke aula pameran tengah
malam malam ini, saat semua orang tertidur dan menulis dibuku catatanya. Nenek
yang mengunakan tongkat mengaku harus tidur pukul 22.00.
“Kalau
begitu, tengah malam tidak akan berhasil. Pukul 21.00.” kata Hye Ja menulis
pada catatanya.
“Aku
selalu tidur pukul 20.00.”kata Pria yang tak bisa melihat. Kakek yang lain
mengaku tidur setelah makan malam.
“Aku
biasanya tidur setelah matahari terbenam.” Kata Kakek yang lain.
“Baik,
jadi tidak ada yang bisa pergi setelah matahari terbenam. Kalau begitu, sebelum
matahari terbenam besok, saat siapa pun bisa melihat kita, saat terlihat jelas
kita hendak menyelamatkan mereka, kita akan menyusup pukul 10.00.” ucap Hye Ja
mencatat dalam notenya.
Di dalam
bagasi, Young Soo mengeluh Kapan mereka akan pergi. Sang Eun pikir sia-sia menyewa mobil karena Biayanya mungkin mahal.
Hyun Joo pikir mereka bisa tenang karena Sebenarnya tak bayar, Pamannya bekerja
di sana.
“Kita
bisa mengembalikannya. Ayo.” Ucap Hyun Joo. Sang Eun tersenyum bahagia mengucap
syukur.
“Apa
Mereka di sini?” kata Young Soo penuh semangat mendengar. Hyun Joo meminta agar
Sang Eun memakai sabuk pengaman. Young Soo pun senang akhirnya pergi juga.
“Rasanya
seperti berwisata sungguhan.” Ucap Hyun Joo. Sang Eun pikir seharusnya pergi saja. Hyun Joo pikir bisa
pergi lain kali. Young Soo menari-nari bahagia.
Di
restoran
Si kakek
yang memiliki anjingnya layaknya seorang anak memuji kalau menggemaskan. Beberapa
nenek merasa tak yakin bisa menyelamatkan pada nenek karena sudah tua dan
hampir tidak bisa berjalan. Kakek yang lain juga berpikir yang sama seperti tak
bisa dilakukan.
“Secara
fisik, itu sulit.. Tapi secara mental, lain cerita... Aku menyadarinya setelah
menua... Pikiran kita bisa melampaui kelemahan fisik kita.” Ucap Hye Ja lalu
melihat kakek kembar.
“Kakek
Kembar... Kalian dapat berpura-pura menjadi satu orang, bukan?” ucap Hye Ja.
Keduanya menganguk membenarkan.
“Dengarkan
baik-baik... Mulai sekarang, beri tahu aku keahlian kalian. Dengan begitu, kita
bisa menyusun strategi dan menyelamatkan para lansia serta Pak Lee.” Ucap Hye
Ja menyakinkan semuanya.
Bersambung ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar