PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
kaget melihat kakek yang memakai jam padahal yakin jamnya rusak tapi melihat
jam itu masih berdetik. Ia bertanya pada kakek apaa jam tangan ini selalu
berdeti seperti ini. Si kakek hanya diam dan saat itu perawat datang.
“Pak. Kau
bilang harus pergi ke rumah sakit pukul 2:30 untuk pengobatan. Sudah waktunya
sekarang.” Ucap Perawat lalu berjalan pergi.
Hye Ja
menatap si pria dengan wajah kebingungan dan memanggilnya, tapi tak bisa
berkata-kata. Nenek hostel mendekati Hye Ja agar tak perlu mengejarnya lebih
baik melihat bunga-bunga lalu menarik tanganya.
Hye Ja
masih mikirkan tentang jam tangan miliknya, dengan tatapan kosong berpikir
kalau jam tangan itu hanya jam yang
mirip. Sang Eun sibuk memoles jari Hye Ja dengan cat kuku, wajahnya bahagia karena
merasa yakin semua perhatian akan
terfokus pada kuku temanya.
“Orang-orang
tidak akan melihat kerutan atau bintik-bintik penuaan di tanganmu. Aku juga
akan melakukannya pada kukumu, jadi sabar saja. Kau Pilih warnanya di sini.”
Ucap Sang Eun pada Hyun Joo
“Lupakan.
Aku mengupas bawang dan mencuci piring setiap hari. Apa gunanya itu?”kata Hyun
Joo
“Lalu...
kuku kakimu! Bagaimana kalau pedikur? Lepaskan kaus kakimu.” Kata Sang Eun
“Hei! Kenapa
kau melepas kaus kakiku?” keluh Hyun Joo kesal. Sang Eun tak percaya Telapak
kaki Hyun Joo kasar seperti amplas.
“Kau akan
merusak stokingmu.” Kata Sang Eun. Hyun Joo mengeluh kalau Sang Eun itu tak
pernah lihat dirinya yang memakai stoking lalu memakai kembali kaos kakinya.
“Ayolah,
sini kakimu. Aku akan membuatnya lembut seperti kaki bayi.” Ucap Sang Eun
menarik kaki Hyun Joo.
“Dia
tinggal di daerah ini. Dia mungkin mengambil jam tanganku dan memperbaikinya..Bukankah
begitu?” gumam Hye Ja.
Sang Eun
berusaha menarik kaki Hyun Joo agar dibersihkan, Hye Ja bertanya pada temanya
kaalu tidak akan pergi sekarang, karena akan segera kembali.
Hye Ja
berjalan dengan senter yakin kalau ada disekitar sana waktu membuang jam
tanganya. Ia pun mengeluh bahkan tidak bisa melihat dengan baikdan mengingat
kalau berada di atap lalu melihat Joon Ha sedang ada diatap.
“Bukankah
tempat ini terasa agak familiar? Apa yang terjadi? Apa kau bisu?” ucap Hye Ja.
Joon Ha hanya diam saja seorang tak peduli.
“Aku
sedang mencari sesuatu. Tapi apa karena gelap, atau aku sudah tua? Aku tidak
bisa melihatnya di mana pun. Aku penasaran apakah ada anak muda yang ingin
membantuku. Kuharap seekor lalat jatuh
ke dalam bir.”kata Hye Ja akhirnya naik ke atas sambil minum bir.
“Kau
terkesan, wanita tua ini tahu cara menikmati bir?” kata Hye Ja meminum bir.
“Aku
hanya aneh, kau selalu bertindak seperti kita dekat.” Komentar Joon Ha dingin.
“Kita
dekat. Apa kau marah padaku karena mengajarimu tentang bagaimana kau harus
menjalani hidupmu Atau kau marah pada Hye Ja karena pergi tanpa berpamitan?”
tanya Hye Ja.
“Aku
menunjukan ketidaknyamanan beberapa kali, tapi kau masih tetap membahasnya. Aku
tidak tahu kenapa kau begitu. Apa Kau ingin aku merindukan keponakanmu terus?” ucap Joon Ha. Hye Ja
terlihat bingung.
“Bisa
tolong hentikan itu jika itu tidak
terjadi? Tidak baik mendengar seseorang mengkritik situasiku saat ini, dan situasiku
tidak ada hubungannya dengan keponakanmu di luar negeri.” Tegas Joon Ha
“Biar
lebih jelas, keponakanmu dan aku hanya kenal saja, tapi kami benar-benar orang
asing sekarang.” Ucap Joon Ha.
“Kau
begitu tegas... Dasar jahat... Tidak bisakah khawatir satu sama lain walaupun
sudah asing serkarang? Bagaimana jika dia kembali? Bagaimana jika Hye Ja
kembali?” ucap Hye Ja.
Joon Ha
menegaskan tidak ada yang berubah dan membereskan kaleng bir. Hye Ja
memberitahu kalau Hye Ja akan sedih lalu mengucapkan Terima kasih untuk birnya dan berjanji Lain
kali, akan membelikan minuman. Joon Ha hanya bisa terdiam.
Hye Ja
merasa tiba-tiba pusing setelah minum sekaleng bir lalu mengumpat marah karena
Joon Ha bisa mengatakan itu dan mengeluh Karena itulah tidak suka orang pintar.
“Dia
sengaja memilih kata-kata yang akan menyakiti perasaanku dan membekas
selamanya. Kami "saling mengenal", tapi Apa kami "orang
asing" sekarang? Baik, itu semua salahku.... Itu salahku... Itu semua
salahku.” Ucap Hye Ja sambil menangisi nasibnya.
Di kamar
Sang Eun membersihkan kulit mati dan banyak banget. Hyun Joo mengeluh meminta
agar menghentikan karena jarang melepas
sepatunya. Sang Eun mengeluh temanya yang mengatakan itu setelah melihat semua ini. Saat itu Young
Soo berteriak memanggil Kim Hye Ja.
Hyun Joo
panik langsung menarik kakinya dengan wajah panik. Young Soo melihat ada
seperti tepung diatas koran dan mencobanya. Hyun Joo hanya bisa melonggo dan
Sang Eun tak percaya melihatnya.
“Apa Kalian
makan mochi tanpaku? Kejam sekali... Terutama kau! Aku sangat kecewa padamu.”
Ucap Young Soo marah menunjuk Hyun Joo.
“Hye Ja
keluar, dia harus melakukan sesuatu... Sudah larut, jadi dia akan segera
pulang.” Ucap Sang Eun
“Kenapa
kau membutuhkannya untuk siaranmu?” tanya Hyun Joo
“Dia
bilang akan bergabung denganku di
siaranku hari ini. Hei, Apa kau membawa gitarmu?” tanya Young Soo. Sang Eun
menganguk dan Young Soo menyuruh agar ikut denganya.
“Aku
ingin kau menggantikannya.” Kata Young Soo.
Hyun Joo tak peduli mengajak untuk akan pulang. Sang Eun merasa kalau
itu suatu kehormatan. Young Soo melihat 32 orang telah menambahkan salurannya
dan mengajaknya pergi.
“Halo,
aku Prince, joki siaranmu... Selamat datang, Dr. Ssamjang.” Ucap Young Soo
menyapa semua penontonya. Hyun Joo mengeluh dengan panggilan Young Soo “Prince”
“Baiklah
kalau begitu... Hari ini, aku mengundang seorang penyanyi untuk kalian.” Ucap
Young Soo. Ada penonton yang berpikir kalau suka GFRIEND.
“Aku
sudah punya 100 bintang. Kalian bisa mengirim bintang setelah tahu siapa penyanyi ini. Penyanyi
ini...” kata Young Soo
“Halo, aku
penyanyi baru Yoon Sang Eun. Senang bertemu kalian semua. Kuharap kalian
menikmati laguku.”ucap Sang Eun dan melihat ada jumlah penonton: 27
“Kalian
semua pasti bingung. Aku juga sangat bingung saat ini.” Ungkap Sang Eun. Young
Soo panik melihat penontonya pergi
“Lalu
bagaimana kalau aku menyanyikan sebuah lagu untuk membuat kalian semua
semangat?” kata Sang Eun penuh semangat.
“Hei,
tidak. Tidak. Itu tidak akan membantu.”ucap Young Soo. Sang Eun malah tak
peduli berpikir Jika mereka ingin encore, maka akan melakukannya lain kali.
Sang Eun
mulai menyanyi dengan suara fals, penonton mengeluh kalau pengembalian dana
dari 100 bintang, mereka menyuruh Sang Eun pergi karena suaranya tak enak.
“Bukankah
kau bilang kau sibuk hari ini? Kau harus cepat pulang dan...” ucap Young Soo
mencoba agar menyudahi Sang Eun. Tapi Sang Eun melihat komentar. [Anjingku bernyanyi lebih baik daripada kau.]
“Seperti
inilah siaran langsungku... Benarkan? Bukankah aku benar, semuanya? Kita selalu
seperti ini, kan? Sang Eun, ayo pergi.” ucap Young Soo
“Terima
kasih... Terima kasih banyak... Aku sudah terbiasa dengan semua orang yang
memperlakukanku seolah-olah aku tak terlihat. Kurasa komentar seperti ini setidaknya
menunjukkan ketertarikanmu, dan aku berterima kasih untuk itu.” Akui Sang Eun.
Hyun Joo mulai panik
“Bahkan
saat aku bernyanyi sepanjang hari di ruang praktek di agensiku, tidak ada yang
memperhatikanku. Bahkan jika aku harus mendengar komentar keras ini, aku benar-benar
membutuhkan seseorang untuk mendengarkan nyanyianku. Terima kasih banyak.” Kata
Sang Eun
Akhirnya
penonton memberikan “Semangat.” Sang Eun mengucapkan Terima kasih dan berjanji akan ceriadan
mengaku tak masalah dengan komentar negatif sambil menahan tangis.
“Three-minute
Phlegm berkata, "Pemilihan lagu yang buruk. Apa ada hal lain yang bisa kau
nyanyikan?" Itulah yang dia minta. Apa Kau bisa menyanyikan sesuatu yang
lain?” kata Young Soo
“Ya, ada
banyak. Aku bisa menyanyi sepanjang malam jika kau ingin.” Ucap Sang Eun. Young
Soo menolak meminta agar menyanyikan lagu dengan percaya diri.
“Lalu aku
akan menyanyikan sesuatu yang sempurna untuk suasana ini.” Ucap Sang Eun.
Akhirnya
Sang Eun menyanyi dengan suara merdu, sementara Hye Ja berjalan pulang dengan
wajah sedih. Joon Ha pun masih berdiri
di atap gedung dengan menatap sedih. Hye
Ja akhirnya tertidur dan mengeluh dengan suara ribut dikamar kakaknya. Young
Soo mengeluarkan suara binatang pada siaranya lalu melihat Hye Ja masuk
kamarnya.
“Wanita yang
kalian tunggu ada di sini. Mari kita sambut nenek berusia 25 tahun, Kim Hye Ja.” Ucap Young
Soo. Hye Ja mengeluh agar berhenti bicara omong kosong.
“Hei, ini
pekerjaan... Kau berjanji untuk bekerja sama.” Bisik Young Soo lalu mengucapkan
terima kasih untuk bintangnya.
“Terima
kasih, Nenek Monster... Aku menghargai itu.” Kata Young Soo dan penonton ingin
memastikan kalau Hye Ja benar-benar 25 tahun.
“Berapa
kali aku harus memberitahumu? Apa Ingin lihat KTP-ku? Jika salah satu dari
kalian berubah menjadi lebih tua dariku,
Apa kalian akan mengirim bintang?” ucap Hye Ja lalu kaget banyak penonton
mengaku setuju.
[Aku 27 tahun. Aku 44 tahun, aku lahir pada
tahun 1973. Jika kau memanggilku Oppa, aku akan mengirimkan 58 bintang.]
“Oppa.”
Ucap Hye Ja mengucapkan Terima kasih. Penonton berkomentar Hye Ja adalah
monster yang diciptakan oleh kapitalisme.
“Kau
memintaku untuk melakukannya... Lakukan sendiri dan aku akan pergi.”keluh Hye
Ja. Young Soo meminta Hye Ja agar tenang.
“Baiklah,
teman-teman. Inilah saatnya... Mari kita
ke sesi tanya jawab. Pertanyaan tentang informasi pribadi, ukuran tubuh, dinas militer, sepak
bola, dan gosip dilarang. Kalian tahu itu, kan?” ucap Young Soo.
“Pertanyaan
dari Ppippuppappujjuppu. "Kau bilang kau menua semalam. Bagaimana rasanya
menjadi tua?" Jadi bagaimana rasanya?” kata Young Soo membaca pertanyaaan.
“Menyebalkan
sekali.”kata Hye Ja. Young Soo panik menganti ucapan adiknya kalau itu
menyenangkan.
"Apa
benar-benar ada manfaatnya menjadi
tua?" kata Young Soo membaca pertanyaan lain.
“Ya, ada
manfaat tertentu... Ada banyak, sebenarnya.. Kalian prihatin tentang menemukan pekerjaan, kan? Kenapa kau tidak
tua sepertiku? Bila kau tua, kau tidak
perlu melakukan apa-apa. Bahkan jika kau hanya duduk saja, tidak
ada yang menyuruhmu untuk mencari
pekerjaan. Tidak ada yang ingin mempekerjakanmu pula.” Ucap Hye Ja. Young Soo
ingin tahu Apa ada manfaat lain?
"Aku
baru-baru ini mendapat pekerjaan, Tapi aku bekerja sampai larut malam, dan atasanku adalah pengganggu."
Komentar penonton.
“Menjadi
tua saja. Maka kau tidak harus bekerja.” Ucap Hye Ja.
“"Ini
menggangguku kalau aku tidak punya
pacar." Tulis penonton
“Seperti
yang kukatakan, jadilah tua. Jadi tidak akan ada yang mengganggumu lagi. Satu-satunya masalah
adalah tubuhmu terasa agak lemah. Kau
benar-benar tidak harus melakukan apa
pun. Hanya duduk saja dan menunggu harimu mati.” Ucap Hye Ja. Young Soo terdiam
mendengarnya.
[Aku benar-benar tidak bisa tertawa. Ini
tiba-tiba begitu canggung.] Young Soo membaca suasana jadi diam lalu
mengusulkan untuk mendengarkan musik.
“Aku
menjawab pertanyaan mereka. Kenapa
mereka tidak mengatakan apa-apa?” ucap Hye Ja heran.
[Tapi tidak ada cara bagi kami untuk menjadi
tua.]
“Jika ada
caranya, kalian mau? Apa Kalian siap? Aku yakin kalian semua tidur di kelas,
jadi aku ragu kalian mendengar apa yang
guru katakan. Tapi ada hal yang disebut
Hukum Pertukaran Setara. Dunia pada dasarnya seperti itu.” Ucap Hye Ja.
Young Soo tak mengerti maksudnya.
“Untuk
membeli sesuatu, kau harus membayar dengan layak, kan? Demikian juga, saat
kau menginginkan sesuatu, kau harus
memberikan sesuatu yang sama berharganya dengan itu. Mengingat kapasitas mental
kalian, aku mencoba mengatakannya
sesederhana mungkin. Jika kalian tidak bisa mengikuti, aku harus menyerah.”ucap Hye Ja.
[Apakah
ini semacam saluran pendidikan?.. Sudah, jangan bertele-tele....Jika kau tidak
ingin mendengarkan dia, keluar saja.]
“Siapa
yang ingin melihat siaranku mulai besok?
Aku akan menyiarkan kalian yang tidak
bekerja kehancuran, single tak berdaya, dan kehidupan yang membingungkan. Kalian makan makanan yang dimasak orang lain.” Ucp Hye Ja.
“Duduk
dikursi yang diberikan untukmu di kereta
bawah tanah, dan tidur sepanjang hari dan tidak ada yang membuat keributan tentang itu. Jalani
kehidupanku. Bagaimana? Kedengarannya cukup mengerikan, kan? Kalian secara
naluriah tahu kalau itu tidak baik,
bukan?” kata Hye Ja.
Penonton
berkomentar kalau membayangkannya dan mengaku Tidak terdengar menakutkan sama
sekali, tapi meminta izin untuk
mengganti pakaian dalamnya.
“Apa
kalian menjalani hidup dengan sepenuh
hati atau hanya buang-buang waktu seperti
yang kalian lakukan saat ini? Setiap orang pernah menjadi muda. Jadi kalian
mungkin tidak banyak berpikir. Tapi lihat aku dan sadari hal berharga yang
kalian miliki. Hargai hal-hal yang paling biasa. Ingatlah ini.” Kata Hye Ja
“Hukum
Pertukaran Setara... Didunia ini tidak ada yang gratis.” Kata Hye Ja. Young Soo
menuliskan di buku [Setera] Hye Ja menekankan kalau yang dimaksud
“Setara”
“Mungkin
saja itu jamku... Aku harus memastikannya.” Gumam Hye Ja.
Hye Ja
makan terburu-buru saat sarapan, Tuan Kim melihatnya dengan tatapan binggung.
Nyonya Lee hanya diam saja. Tuan Kim heran anaknya yang makan sedang terburu-buru karena bisa melakukan itu untuknya. Hye Ja mengaku harus
pergi sendiri dan bergegas pergi.
“Bagaimana
pergelangan tanganmu?” tanya Tuan Kim pada istrinya.
“Kau
tidak perlu melakukan itu. Kau hanya berpura-pura khawatir karena tidak ada yang ingin kau katakan.”
Kata Nyonya Lee ketus. Tuan Kim hanya bisa diam saja.
Hye Ja
sudah menunggu di pingir jalan tapi mobil belum datang berpikir terlalu pagi.
Joon Ha datang dengan mobil menuju Aula Pameran Hyoja tapi melewati begitu
saja. Hye Ja berpikir Joon Ha tidak melihatnya.
Tapi akhirnya mobil Hye Ja pun mundur.
“Aku
biasanya pergi ke daerah berikutnya dahulu. Ini akan memakan waktu cukup
lama.”ucap Joon Ha akhirnya membawa Hye Ja.
“Apa Kau
tak bisa menurunkanku di ruang pameran?” tanya Hye Ja. Joon Ha mengatakan Ada
orang yang harus dijemput.
“Apa ini
akan membuat perbedaan?”ucap Hye Ja mencoba menberikan aegyonya, tapi Joon Ha
malah memberikan tatapan dingin.
Hye Ja
pun memutuskan akan diam. Joon Ha tiba-tiba bertanya “Bagaimana dia?” Hye Ja
bertanya siapa yang dimaksud. Joon Ha
menjawab keponakannya. Hye Ja binggung yang mengerti kalau Hye Ja yang berumur
25 tahun.
“Kau
bilang kau tidak peduli tentang orang asing.” Sindir Hye Ja. Joon Ha pikir
masih bisa bertanya bagaimana kabarnya.
“Dia akan
segera kembali dan Ada jalan keluarnya.” Ucap Hye Ja yakin lalu beberapa kakek
dan nenek sudah menunggu dijemput.
Hye Ja
masuk ke aula matanya terus mencari seseorang, tapi yang datang malah si kakek
genit berpikir Hye Ja baru saja tertarik padanya karena mencarinya. Hye Ja
langsung menoyor wajah Si kakek untuk menjauh lalu melihat si kakek yang duduk
di luar ruangan.
“Cukup
hangat hari ini.... Jadi Di mana kau mendapatkan jam tangan ini? Apa aku Bisa
lihat lebih dekat? Ada sesuatu yang terjadi...Pak, jam ini...” ucap Hye Ja
penasaran.
“Kapan
kau datang? Kau tidak ada ketika aku di dalam mobil.” Kata Si nenek Hostel
datang.
“Aku
sedikit lebih pagi hari ini.”ucap Hye Ja akhirnya gagal lagi berbicara dengan
kakek.
Saat
makan siang, beberapa kakek dan nenek masuk ke kantin. Joon Ha melayani semua
nenek dengan kebiasaan masing-masing yang berbeda. Si nenek masih saja mengambil banyak makanan
dalam saku bajunya.
Hye Ja
akan mengambil sendiri, tapi Joon Ha mencoba membantunya. Tapi ye Ja menolak,
Joon Ha tetap memaksa bahkan membawa sampai ke meja makan. Hye Ja mencoba
menyuapi si kakek untuk pendekatan, Joon Ha menatap si Hye Ja dengan tatapan
binggung.
Hye Ja
masuk kelas masak, di papan terlihat Cara Membuat Kari. Pengajar meminta mereka
untuk memotong sayuran terlalu banyak. Dan harus memotongnya dalam ukuran yang lebih besar. Hye Ja duduk
disamping si kakek memberikan pisau agar bisa memotongnya.
“Pak, jam
tangan ini bukan milikmu, kan Benarkan? Ini bukan milikmu, kan? Ini milikku...”ucap
Hye Ja. Tiba-tiba sikakek histeris tanpa sadar tanganya mengangkat pisau yang
didepanya.
Semua
kakek dan nenek panik melihat pisau yang diacungkan si kakek. Hye Ja binggung.
Joon Ha dan Tuan Park datang mencoba menenangkan si kakek, tapi kakek tiba-tiba
pingsan dan mereka pun segera membawa ke rumah sakit.
Hye Ja
pulang dengan wajah sedih, Young Soo keluar kamar memberitau adiknya kalau memikirkan
tentang konsep siaran hari ini. Hye Ja yang kelelahan hanya ingin berbaring. Young Soo pun dengan
penuh semangat mengaja Hye Ja melakukan acara berbaring!
“Konsep hari
ini adalah acara berbaring. Aku harap kalian semua yang ada di depan monitor berbaring juga. Maka aku
akan...” ucap Young Soo menyapa penontonnya.
Hyun Joo
menontonya acara Young Soo sambil tertawa. Sang
Eun bertanya apa yang sedang ditonton Hyun Joo karen sedih tadi tertawa. Hyun
Joo mengelak kalau tertawa lalu melihat ada pelanggan yang datang. Sang Eun pun
buru-buru melayaninya.
“Bisa-bisanya
dia mengemis bintang menggunakan
neneknya? Dasar pecundang... Siapa brengsek ini? Hard Puncher dari Doksan-dong?
Kurasa dia benar-benar pecundang dari
julukannya.” Ucap Hyun Joo akhirnya menuliskan balasan komentar.
“Siapa
yang menyedihkan? Siapa pun yang menonton ini menyedihkan juga.” Balas Young
Joo
“Kenapa
kalian semua marah? Apa kalian berteman dengan si Prince itu?” tanya Hard
Pucher
“Itulah
yang ingin kutanyakan. Aku tidak pernah menyebutkan nama panggilanmu. Kenapa
kau bereaksi berlebihan saat aku bilang
kau menyedihkan?” balas Hyun Joo
“Ini
pertengkaran! Ini menyenangkan!” tulis
Hard Pucher.
“Tunggu...
Apa yang terjadi di sini? Kalian tidak boleh bertengkar. Aku, Prince Young Soo,
bertujuan untuk siaran damai. Berpegangan tangan dengan orang-orang di sebelah kalian. Mari kita
bergandengan tangan dan bergaul secara
harmonis.” Kata Young Soo mengajak Hye Ja bergendangan tangan.
Hye Ja
yang kesal ingin menolak tapi Young Soo memaksa. Hyun Joo yang melihatnya hanya
bisa menghela nafas.
[Aula
Pameran Hyoja]
Dua orang
nenek mengobrol kalau Jika seseorang
tiba-tiba menghilang pada usia ini,
hanya ada satu jawaban, Itu berarti dia pergi ke dunia lain. Nenek lain
berpikir itu bekerja dengan baik karea kakek itu bahkan nyaris bernafas di
kursi rodanya itu, seperti orang yang sudah mati.
“Astaga.
Apa pria di kursi roda itu meninggal?” tanya Hye Ja panik.
“Di usia
segitu, tidak ada yang bisa menjamin dia
akan hidup sehari lagi. Apa Kau tidak melihat dia terengah-engah kemarin?”komentar si kakek.
Joon Ha
membereskan meja melihat surat Program Pengajuan, Kontrak Asuransi dan
dituliskan Ditandatangani oleh Kim Dong Seok. Saat itu Tuan Park masuk ruangan,
Joon Ha memastikan kalau itu tulisan tangan Tuan Park di surat itu.
“Butuh
waktu satu hari untuk mengisi formulir
ini. Aku bahkan tidak pernah bertanya, dan dia mengoceh sepanjang hari tentang
Retret 4 Januari.” Kata Tuan Park
“Kenapa
tidak ada nama yang diasuransikan?” tanya Joon Ha. Tuan Park terlihat binggung.
“Apa Ini
kosong? Aku lupa... Ini hanya kesalahan.” Kata Tuan Park.
Hye Ja
masuk ruangan bertanya apakah Joon Ha bisa menghubungi pria yang sakit
kemarin. Joon Ha terlihat binggung. Hye
Ja mengaku baru tahu hari ini dan panik jika sesuatu yang buruk terjadi.
“Orang itu
tidak datang ke sini sekitar satu bulan,
beberapa bulan yang lalu. Kondisinya cukup tak terduga.” Ucap Tuan Park santai
“Karena
itulah kau harus terus menghubunginya. Lihatlah
apa yang terjadi kemarin.” Kata Hye Ja.
“Kenapa
harus? Kenapa melakukanya? Bahkan keluarganya tidak menghubungi dia.” Ucap Tuan
Park
“Ada apa
ini? Di mana alamatnya? Kau pasti punya
informasi pribadinya.” Ucap Hye Ja. Joon Ha menatap Hye Ja seperti merasakan
sesuatu.
“Kita
tidak bisa memberitahu itu. Itu rahasia.”
Kata Tuan Park. Hye Ja pikir itu tak penting saat seorang pria akan mati saat ini lelu bergegas keluar.
“Kondisi
nenek itu tampaknya penting juga. Aku ingin tahu apakah dia punya asuransi.”
Kata Tuan Park. Joon Ha hanya diam saja.
Hye Ja
pergi mencari tahu informasi si kakek, Nenek lain berpikri Si kakek yang selalu
di bus ketika masuk jad berpikir kakeknya itu turun tepat sebelum mereka
melewati jalan itu. Akhirnya Hye Ja pergi ke kantor polisi
“Aku
tidak kabur dari rumah. Aku tidak pernah melakukannya sebelumnya.” Ucap Hye Ja
“Nenek,
kami tidak mencurigaimu. Kau memiliki memori yang luar biasa. Aku tidak tahu
tentang Brazilia dengan baik.” Kata Polisi
“Berhenti
tertawa. Karena kita sudah bertemu,
temukan seseorang untukku.” Kata Hye Ja.
Hye Ja
akhirnya pergi ke kantor polisi untuk mencari bantuan.
“Nenek, bagaimana
kami bisa memberitahu alamatnya saat kau
tidak tahu? Bahkan jika kau tidak tahu, kami tidak bisa memberitahu siapa pun kecuali anggota keluarga.”
Ucap Polisi
“Ini
bukan untukku... Kakek tua itu...” kata Hye Ja.
“Dia
orang sakit... dan kau khawatir karena dia
tidak datang hari ini? Seperti yang kau bilang, jika kondisinya kritis, keluarganya mungkin
sudah membawanya ke rumah sakit.” Kata Polisi
menenangkan
“Dia
mungkin hidup sendiri.” Ucap Hye Ja.
“Dia
pasti mampu bergerak karena seseorang membantunya. Tapi karena kau bersikeras,
kami akan melakukan patroli di sekitar
sini.” Ucap Polisi.
Hye Ja
yang kesal merasa tak perlu karena tahu Polisi pasti bohong jadi akan melakukan patroli dan meminta memberikan
alamat. Ia mengancam tak akan pergi kalau polisi tidak memberitahunya. Tapi Hye
Ja bisa dibawa keluar dari kantor polisi.
“Aku
menyia-nyiakan semua energiku... Di mana aku akan menemukannya?Wah... Lututku
sakit karena terlalu banyak membungkuk.” Keluh Hye Ja mencoba mengambil minum.
Saat itu
pria muda datang membantu Hye Ja memberikan minumanya, Hye Ja mengucapkan
Terima kasih lalu kaget melihat jam yang sama dan berpikir kalau pria tua itu
sudah menjadi muda seperti dengan dirinya dan yakin pria itu memutar jamnya.
Ia
mencoba mengejar si pria tapi karena sudah terlalu tua tak bisa mengejarnya
karena Lututnya sakit. Ia pun kehilangan si pria dan yakin kalau sudah memutar
waktunya Karena itulah pria tua seperti dirinya.
“Jika aku
menemukan dia dan mengambil jam
tanganku, aku punya kesempatan untuk
memutar waktu!” ucap Hye Ja yakin lalu melihat kakinya yang lecet.
Hye Ja
masuk kamar ibunya untuk mencari obat, tapi saat itu malah melihat surat cerai
yang ditulis oleh ibunya. Wajahnya kaget karen orang tuanya akan bercerai. Tuan
Kim pulang melihat anaknya ada dikamar bertanya apa yang dilakukan.
“Kakiku
sakit dan aku hendak memakai salep.” Ucap Hye Ja. Tuan Kim menyuruh anaknya
untuk lebih hati-hati dan langsung berbaring di tempat tidur.
“Kenapa
kau tidak mandi? Ibu akan marah lagi.” Kata Hye Ja. Tapi Tuan Kim seperti
sangat lelah sudah tertidur lelap.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar