PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
seperti menyidang Hyun Joo dan Young Soo inin tahu kapan mereka berkencan.
Young Soo menagku Saat mereka melakukan perjalanan itu. Hye Ja tak percaya
kalau mereka sempat untuk melakukan itu. Hyun Joo pikir tidak perlu banyak
waktu untuk hamil. Tiba-tiba Young Soo
merasa mual.
“Apa Kau
baik-baik saja?”kata Hyun Joo panik. Hye Ja mengeluh kakaknya itu tak hamil
“Maaf,
aku mudah mual... Aku pikir kau akan menikah lebih dahulu. “ kata Hyun Joo tak
enak hati.
“Tidak
ada aturan tepatnya... Benar. Karena aku kakak laki-lakimu, sebaiknya kakak
yang menikah lebih dahulu jadi akan kakak belikan Joon Ha jas baru.” Kata Young
Soo
“Kita
bahkan tidak punya uang untuk membeli jasmu.” Keluh Hye Ja.
“Karena
sudah diucapkan, bisakah kau membelikanku jas...Tidak bisa, kan?” ejek Young
Soo.
Hye Ja
berjalan dengan wajah bahagia melewati
"Studio Foto Rami yang Potret, Foto KTP, dan Paspor, Pernikahan,
Ulang tahun” terlihat wajah Hye Ja dan Joon yang mengunakan pakaian pengantin,
tersenyum bahagia. Ditangan Joon Ha memegang jam tangan pemberian dari Joon Ha.
"Panti
Wreda Hyoja"
Tuan Kim
ingin tahu Apakah kondisi ibunya akan terus memburuk Dokter Kim memberitahu
kalau Kondisinya tidak akan membaik. Tuan Kim mengartikan kalau obatnya tidak bekerja. Dokter Kim memberitahu
kalau itu hanya memperlambat perkembangan.
“Kalau
begitu, dia tidak perlu di sini.” Kata Tuan Kim merasa tak ada gunanya.
“Anda dan
istri bekerja, jadi, Anda akan kerepotan menjaganya siang dan malam. Selain
itu, jika gejala delirium tiba-tiba memburuk seperti saat itu, insiden bisa
saja terjadi. Kami juga akan mengawasinya,tapi pastikan dia tidak ke basement.”
Ucap Dokter Kim. Tuan Kim binggung
kenapa tak boleh ke Basement
Hye Ja
berjalan terlihat shock melihat sesuatu di depan pintu. Dokter Kim baru keluar
ruangan melihat Hye Ja bertanya apa yang dilakukanya mengajak untuk kembalilah
ke kamarnya. Hye Ja melonggo kaget dan akhirnya berjalan bersama Dokter Kim.
Sementara didalam ruangan terlihat kakek yang mengunakan jam tangan yang
diberikan pada Joon Ha.
Hye Ja
sedang membereskan baju ke dalam tas. Tuan Kim datang melihatnya bertanya apa
yang sedang dilakukan. Hye Ja pikir tidak
perlu tinggal di kamar khusus yang mahal ini jadi meminta dipindahkan ke
bangsal untuk enam orang. Tuan Kim meminta Hye Ja agar tetap tinggal dikamarnya
sekarang.
“Kamar khusus
tidak ditanggung asuransi. Selain
masalah uang, Ibu juga bosan di sini karena selalu sendirian.” Ucap Hye Ja.
“Semua bangsal
penuh, tetaplah di sini.” Kata Tuan Kim memaksa
“Mereka
bilang akan memindahkan Ibu begitu ada yang kosong.”ucap Hye Ja. Tuan Kim melihat obat yang masih utuh.
“Apa Ibu
sudah minum obat? Aku sudah minta Ibu untuk teratur minum obat... Terutama yang
ini. Harus diminum tepat waktu.” Kata Tuan Kim lalu memberikan pada ibunya agar
bisa meminumnya.
Hye Ja
buru-buru minum obat lalu memakai sandal yang terbalik dan bergegas pergi. Tuan
Kim bertanya kemana ibunya mau pergi. Hye Ja mengetahui dari Tuan Kim kalau
cucu kesayangannya Young Soo akan datang jadi ingin menunggunya di lobi.
Hee Won
menepuk bagian kaki mengeluh pada pasien karena
tidak bisa menemukan pembuluh darah di lengan jadi akan menyuntik
kakidan bisa mendapatkannya di lengan lagi jika sudah pulih. Si nenek hanya
tertidur seperti tanpa berekspresi.
“Ini
seperti digigit semut... Anda baik-baik saja, kan?” Ucap Hee Won melihat
pasienya yang tak bergeming. Si kakek
melihat istrinya. Hee Won pun pamit pergi mempersilahkan untuk istirahat.
“Apa
terasa Sakit? Kau hebat... Sayang, setelah selesai dengan ini, ayo kita pergi
jalan-jalan.” Ucap suami pada istriya.
Hee Won
mendorong trollynya, Tuan Park memanggil Hee Won sebagai Perawat Kim. Hee Won
pun menyahut dengan wajah cemberut. Tuan Park mengeluh meminta agar Berhenti
cemberut di rumah sakit. Hee Wonmengaku tidak cemberut tapi hanya melihatnya.
“Lalu
kenapa aku merasa buruk? Kerjamu apa saja selama ini? Para pasien takut padamu.
Mereka ingin perawat lain. Jadi Cobalah tersenyum.” Ucap Tuan Park
“Aku
selalu tersenyum. Aku bahkan tersenyum sekarang.” Kata Hee Won mengangkat
bibirnya tapi masih terlihat cemberut.
“Apa Kau
tersenyum sekarang?” ucap Tuan Park tak percaya. Hee Won membenarkan.
“Kalau
begitu, berhenti tersenyum... Kau menakutkan... Sekarang Saatnya mandi.
Cepat... Beberapa mahasiswa datang untuk membantu jadi Awasi mereka.” Ucap Tuan
Park. Hee Won menganguk mengerti.
Hee Won
masuk ruangan melihat kakek genit ada didalam danb berpikir Sepertinya para
mahasiswa itu belum datang. Si kakek binggung. Hee Won pun mengajak Si kakek
untuk mencuci kaki lebih dulu jadi meminta agar membuka pakaian.
“Jangan panggil
aku "Pak".” Kata kakek. Hee Won mengajak untuk segera mencuci
kakinya.
“Aku
seorang mahasiswa. Angkatan 2018.” Kata Si kakek. Hee Won mengeluh kakek itu
lucu dan seharus menjadi komedian.
“Aku
serius. Lihat jaket kampusku.” Kata si kakek. Hee Won mengaku tidak pernah pergi ke Harvard tapi punya
jaket Harvard.
“Mari
kucuci kaki Anda. Buka bajunya.” Ucap Hee Won. Si kakek menegaskan kalau sungguh
mahasiswa. Hee Won tetap ingin membersihkan.
“Berhenti
melepas pakaianku! Apa Aku harus melepas ini juga?” kata Si kakek mengeluh dan
Hee Won sudah melepaskan pakaian bahkan celana dalam.
Si kakek
duduk di bathtub sambil menangis. Hee Won mengeluh heran melihat sikakek
menangis. Saat itu seorang mahasiswa masuk ruangan heran melihat Tuan Hyun yang
ada dibathtub lalu bertanya sedang apa. Tuan Hyun sambil menangis meminta
tolong.
“Sudah
kubilang aku mahasiswa!” teriak Tuan Hyun kesal. Si kakek tak percaya kalau
pria itu sungguh angkatan 2018. Tuan Hyun mengeluh padahal sudah memberitahu.
Hee Won kesa akhirnya melepaskan sarung tanganya lalu beranjak pergi.
Young Soo
menemui neneknya dengan channel barunya, tak pecaya Ini masih siang, tapi sudah
banyak yang menonton da memberitahu Hari ini, ada di rumah sakit untuk melihat
Nenek Hye Ja. Hye Ja pun datang menyapa penonton di channel Young Soo.
“Ini
nenekku. Bagaimana menurut kalian?.. Cantik, bukan? Saat masih muda, Nenek
ingin menjadi pembawa berita... Suara nenekku bagus... Apa Kalian ingin mendengarnya?
Nenek, katakan itu.” Ucap Young Soo. Hye Ja bingung apa maksudnya.
“Nenek
tahu yang kumaksud... Ya, ini dia.” Ucap Young Soo. Hye Ja langsung mengatakan
“Young Soo, ayo makan!”
“Bagaimana?
Menawan, kan? Nenek, Coba kihat kemari... Semua orang bilang Nenek cantik.”
Ucap Young Soo. Hye Ja mendekati layar ingin tahu dimana tepatnya.
“Ini. Apa
Nenek lihat komentar-komentar itu?” ucap Young Soo. Tuan Kim melihat anaknya.
Hye Ja
teringat Ada jus mangga di kulkas, menawarkan pada Young Soo. Young Soo
menolak. Saat itu Tuan Kim langsung menyindir Young Soo yang masih melanjutkan
itu. Akhirnya Young Soo mengucapkan selamat tinggal pada penonton dan meminta
Hye Ja juga ucapkan selamat tinggal. Hye Ja pun melambaikan tangan pada kamera.
“Nenekmu
butuh istirahat.” Ucap Tuan Kim. Hye Ja mengaku baik-baik saja.
“Kau
pasti sibuk. Jadi Kau tidak perlu datang.” Ucap Hye Ja pada cucunya.
“Tenang
saja. Aku rindu Nenek, aku langsung ke sini dari bandara.” Kata Young Soo
“Kau
terlalu sering melakukan perjalanan bisnis... Bosmu jahat.” Keluh Hye Ja.
“Jangan
mengkritik bosku, Karena aku bosku sendiri.. Oh Ya. Aku punya sesuatu untuk
Nenek.” ucap Young Soo.
Hye Ja
ingin tahu apa itu, Young Soo memberikan buket bunga. Hye ja mengeluh Young Soo
yang membuang-buang uang untuk hal seperti ini. Young Soo memberitahu kalau itu
uang yang bentuk menjadi bunga jadi meminta agar Hye Ja bisa membeli pakaian
bagus untuk musim dingin.
“Berikan
pada ibumu.” Kata Hye Ja. Young Soo pikirTidak apa-apa karena akan memberinya
yang lain jadi bunga untuk Nenek.
“Apa Kau
sudah makan?” tanya Hye Ja lalu menyuruh Tuan Kim agar mengajak Young Soo makan
karena pasti belum makan juga.
“Jika kau
tidak makan teratur saat muda, tubuhmu akan rusak.” Ucap Hye Ja. Young Soo
menganguk mengerti.
Young Soo
keluar dari ruangan memberitahu Tuan Kim kalau akan segera kembali karean masih
ada pekerjaan jadi harus pergi. Tuan Kim menyuruh Young Soo agar mampirlah ke
rumah kapan-kapan karean Ibunya ingin bertemu.
“Aku akan
meneleponnya. Sampai jumpa.” Ucap Young Soo terkesan dingin pada ibunya.
Nenek Klepto
duduk bersama dengan cucu-cucunya yang sedang menari dan menyanyi untuknya.
Saat itu dua orang pria memberikan kode pada seorang wanita, akhirnya wanita
mengajak cucu Nenek Klepto untuk makan es krim karena neneknya pasti lelah jadi
butuh istirahat. Hye Ja yang melihat dari jendela pun terlihat bahagia.
“Ada apa?
Apa Ada yang mengganggumu?” tanya Si nenek. Anak pria terlihat gugup mengaku tidak ada.
“Bu, kami
sedang kesulitan... Bisakah Ibu membantu kami? Ibu masih punya uang dari rumah,
bukan? Aku mulai mengelola toko untuk menafkahi keluargaku, jadi aku sedang
mengalami kesulitan... Tolong bantu aku sekali ini.” Ucap anak pertama.
“Ya. Bu,
aku juga... Aku menaruh banyak uang di sana... Jika dia bangkrut, aku juga.”
Ucap anak kedua
“Ibu
tidak punya uang. Ibu menjual rumah itu dan memberi kalian semua uangnya
sebelum Ibu pindah ke sini.” Kata si nenek
“Aku tahu
Ibu tidak memberikan semuanya.” Keluh anaknya. Nenek menegaskan kalau Tidak
bisa.
“Ini
untuk Eun Sook... Dia juga anak Ibu... Dia tidak butuh uang.” Ucap Si nenek.
Keduanya mengeluh kalau sedang kesulitan.
“Eun Sook
lebih membutuhkan uang daripada kalian. Berkat dia, kalian bisa lulus kuliah dan
menjual tanahnya untuk kalian menikah. Demi kalian bisa kuliah, dia harus bekerja
di pabrik bertahun-tahun. Tapi Ibu tidak memberikan apa-apa saat dia menikah.”
Ucap Si Nenek
“Ini
Sudah cukup.. Aku tidak memaksa Ibu. Pada akhirnya, akulah yang akan mengadakan
upacara peringatan Ibu. Kenapa Ibu tidak bisa membantuku sedikit saja? Kami
yang mengunjungi Ibu di sini. Kami melakukan tugas kami.”ucap Si anak sini.
“Apa
Kalian pikir dia tidak mau? Jika tidak ada lagi yang ingin kalian katakan,
keluar.” Kata si nenek klepto marah.
Hye Ja
datang memberikan minum pada nenek mengeluh kalau Anak-anak memang seperti itu,
karena tidak pernah mengerti orang tua mereka dan Yang mereka pedulikan
hanyalah uang. Ia pikir kedua anak itu tak melihat kalau ibu mereka sedang
sakit.
“Aku bisa
mengerti jika Eun Sook meminta uang. Tidak ada yang menyambutnya saat lahir
karena dia perempuan. Dia mulai bekerja di pabrik sejak usia dini. Dia
menguliahkan kakak-kakaknya, bahkan membiayai pernikahan mereka.”cerita si
nenek
“Saat dia
menikah, dia tidak mengambil uang dariku. "Tidak apa-apa, Bu." Itu
yang dia katakan. Dia anak yang baik dan sangat bijaksana.” Ucap si nenek
“Apa Dia
tinggal jauh? Aku belum pernah melihatnya.” Kata Hye Ja. Si enek memberitahu
kalau anaknya ada di rumah sakit.
“Mungkin
dia terlalu bijaksana... Dia menderita kanker. Kanker rahim. Tapi masih stadium
awal, jadi, itu akan baik-baik saja. Teknologi sekarang sudah canggih. Jika
kemoterapi atau apa pun itu, berjalan dengan baik, dia bisa pulih sepenuhnya.”
Kata si nenek.
Hye Ja
pun bisa mengucap syukur, Si nenek merasa Tapi tetap saja, merasa ini semua
salahnya. Ia Terkadang berpikir apakah
ini semua karena dirinya yang hidup terlalu lama. Hye Ja yakin nenek itu pasti
berpkir sama sekali tidak benar.
“Dia
menelepon aku waktu itu. Dia mengatakan pengobatannya berjalan lancar dan akan
datang mengunjungiku.” Kata Nenek. Hye Ja pun mengucap syukur merasa senang
mendengarnya.
Nyonya
Lee membuat campuran sayur diatas meja, Tuan Kim datang ingin tahu apa yang
dibuat istrinya. Nyonya Lee mengaku sedang membuat Kimchi segar karena makanan
rumah sakit tampaknya tidak enak tapi tak tahuapakah Ibu boleh makan makanan
pedas.
“Semoga
Ibu suka... Tapi Aku hanya perlu mengurangi pedasnya.”ucap Nyonya Lee
memberikan buku cabe. Tapi tanganya terasa perih dan langsung mencucinya. Tuan
Kim menatap sedih. Nyonya Lee merasakan tanganya sakit karena luka.
"Panti
Wreda Hyoja"
Si nenek
pergi ke lorong melihat Eun Sook yang datang, lalu keduanya duduk bertanya
Kapan tiba lalu memuji Putrinya yang cantik. Eun Sook tak enak hati melihat
ibunya yang kurus sekali. Si ibu pikir memang selalu kurus.
“Tapi Ibu
makan enak di sini. Bagaimana dengan kankermu?” tanya Nenek.
“Aku
sudah sembuh. Aku baik-baik saja.” Ucap Eun Sook. Nenek tak percaya kalau
anaknya sudah sembuh
“Apa
Doktermu bilang kau sudah sembuh?” ucap Nenek menyakinkan.
“Tentu
saja. Itu sebabnya aku datang menemui Ibu.” Kata Eun Sook. Si nenek mengucap
syukur.
“Kakak-kakakmu
tadi berkunjung.Apa Kau tahu betapa mereka membuat Ibu kesal? Mereka menginginkan
uang dari rumah lama kita. Ibu tidak akan membiarkan uang itu jatuh ke tangan
mereka. Ibu akan memberikannya kepadamu.” Ucap si nenek
“Bu... Tidak
apa-apa. Berikan saja kepada mereka.” Kata Eun Sook
“Kata-kata
itu masih membuat Ibu sedih. Kau selalu berkata tidak apa-apa. "Tidak apa-apa
jika kakak-kakakku senang." Lalu Apa akibatnya? Kau yang akhirnya sakit. Apa
kakak-kakakmu pernah memberi uang? Mereka tidak punya malu.” Ucap Si Nenek
kesal.
“Ibu...
Aku sungguh tidak apa-apa.” Kata Eun Sook. Si Nenek kesal karean hanya itu yang
bisa dikatakan, karena tak suka.
“Ibu ingin
memberimu uang itu. Seumur hidup, Ibu tidak pernah melakukan apa-apa untukmu
dan Ibu masih menyesali itu... Oh Ya, Ibu punya sesuatu untukmu. Ini tanda
tangan penyanyi idolamu, Yoon Bok Hee dan Ini suplemen nutrisi... Ini juga baik
untuk kesehatanmu, jadi, bawalah.” Ucap Si nenek.
Eun Sook
menatap ibunya dengan berkaca-kca. Ibunya meminta maaf pada Eun Sook sebagia
ibunya, lalu bertanya apakah Di kehidupanmu selanjutnya, maukah terlahir
sebagai putri Ibunya lagi. Eun Sook terus menatap ibunya
“Jika itu
benar-benar terjadi, Karena Ibu sudah mengalaminya, maka Ibu akan menjadi Ibu
yang sangat baik untukmu.” Kata Nenek lalu menangis sendirian dalam ruangan
seperti hanya halusinasi melihat Eun Sook.
Nyonya
Lee membuka lemari teringat kalau kaki ibuny yang dingin jadi harus membawakan
kaus kaki tidur lalu melihat pergi ke rumah sakit. Hye Ja melihat Nyonya Lee
sedang memasukan makan ke dalam kulkas, berpikir pasti lelah jadi seharusnya bisa datang
besok.
“Apa aku
membangunkan Ibu? Aku membawa kimchi segar dan jangjorim kesukaan Ibu.” Ucap Nyonya
Lee
“Ibu
kesulitan makan makanan yang mereka sajikan di sini. Ibu bahkan tidak tahu
seperti apa rasa yang lain.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee pikir tetap saja Ibunya
harus makan.
“Astaga,
kaki Ibu dingin sekali... Baguslah aku membawa beberapa kaos kaki tidur. Ibu,
ini akan.. menghangatkan kaki Ibu. Sekarang Ibu akan merasa lebih baik.” Ucap Nyonya
Lee memasangkan kaos kaki.
“Sudahlah...
Sudah cukup.” Kata Hye Ja. Nyonya Lee memijat kaki Nyonya Lee karena Kakinya
masih terasa kaku dan Tangan dan kaki bahkan selalu dingin.
“Sudahlah..
Kau telah menjalani kehidupan yang sibuk. Ibu sangat beruntung memiliki menantu
sepertimu.” Ucap Hye Ja.
“Itu
tidak benar... Aku tidak pantas mendapat pujian seperti itu.” Kata Nyonya Lee
merendahkan diri
“Kau
sudah cukup berbuat banyak... Tidak...Ini Sudah lebih dari cukup. Sekarang,
letakkan bebanmu dan jalani hidup dengan nyaman. Lagi pula, menurutmu berapa
lama lagi Ibu akan hidup? Dengan kesulitan keuanganmu dan suamimu yang cacat, Ibu
tahu sulit bagimu untuk menyambung hidup.” Kata Nyonya Lee
“Tapi Ibu
sibuk sendiri dan berpura-pura tidak tahu. Ibu tidak mau menyalahkan anakku, jadi,
Ibu meninggalkanmu sendiri padahal kau sebatang kara. Ibu tahu berapa banyak penderitaan
dan penuaan yang kau alami saat bekerja di sudut salon kecantikan tua itu. Itu
semua karena keserakahan Ibu. Ibu minta maaf.” Ucap Hye Ja.
“Tidak
apa-apa, Ibu.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja meminta Mulai sekarang, pikirkan saja
hidup Nyonya Lee.
“Kau
layak mendapatkannya. Jadi Bebaskan dirimu dari suami dan anakmu, lalu
jalanilah kehidupanmu. Itulah satu-satunya cara agar Ibu bisa pergi dengan
tenang.” Kata Hye Ja. Nyonya Lee menangis.
“Jeong
Eun... Menantu Ibu yang manis... Apa pun yang ingin kau lakukan, Ibu akan
selalu mendukungmu... Jangan menangis, Sayang... Jangan menangis.” Ucap Hye Ja.
Nyonya
Lee masuk kamar terlihat marah pada suaminya ada "Surat Cerai, Lee Dae
Sang, Moon Jung Eun" tak percaya kalau suaminya ingin bercerai. Tuan Kim
pikir Nyonya Lee sudah banyak menderita. Nyonya Lee mengartikan kalau Tam ingin
menyingkirkannya dan Ibnya karena Alzheimer agar ia bisa hidup dengan nyaman
sendirian
“Lalau Sementara
aku harus rela dianggap sebagai orang jahat? Bisa-bisanya kau mengatakan itu
kepada pendamping hidupmu!” kata Nyonya Lee
“Lalu aku
harus bagaimana? Soal Ibu itu lain hal, aku bahkan tidak bisa mati sekarang.” Ucap
Tuan Kim
“Kau
jahat! Astaga, kau benar-benar kejam. Jika ingin meninggalkanmu, aku tidak akan
mengemas barangku hanya untuk membongkarnya lagi berkali-kali selama
bertahun-tahun. Hatimu lebih kacau daripada kakimu. Kau selalu memperlakukanku
seperti orang asing.” Ucap Nyonya Lee. Tuan Kim hanya diam saja.
“Yang
kuterima hanyalah kekecewaan, tapi aku masih... Melihat punggungmu berbaring di
ranjang saja sudah membuatku menangis, tapi aku akan hidup berbeda. Itu bukan
hanya karena kau. Aku tidak bisa bercerai. Sampai saat-saat terakhir ibu, aku
akan membuatkan kimchi dan lauk untuknya. Jadi, mulai sekarang, jangan
mendikteku.” Tegas Nyonya Lee.
Nyonya
Lee pergi dari rumah dan salonnya tutup, tanpa sengaja melihat penjual kue
ikan.
Flash Back
Nyonya
Lee yang masih muda hanya bisa tertunduk. Pelanggan mengeluh kalau rambutnya ada
yang bergelombang dan lurus menurutnya itu bukan ikal. Nyonya Lee hanya bisa
tertunduk. Pelanggan marah kalau ke salonbukan untuk merusaknya
“Kau
terlihat sangat marah. Aku akan mengoleskan krim perawatan yang tebal untukmu. Aku
juga akan melihat apakah ada perawatan gratis lain yang bisa aku berikan
kepadamu jadi Tenanglah.”ucap Hye Ja mengajak pelanggan pergi.
Hye Ja
masuk salon dan Nyonya Lee terlihat menangis.
Nyonya Lee memberitahu klau ada yang sudah menjual bungeoppang di jalanan. Nyonya
Lee mengatakan Hye Ja bisa memakanya karena harus merapikan barang—barang dahulu.
“Ada krim
di dalamnya. Mereka tidak menjual pasta kacang merah. Sepertinya banyak yang
tidak suka kacang merah seperti kau. Jadi Cobalah.” Ucap Hye Ja memberikan satu
kue untuk ibunya.
“Apa Ibu
sudah cerita? Seorang pria meminta Ibu memotong rambutnya lima cm, tapi Ibu
mengira dia berkata lima mm dan menghabisi rambutnya.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee
tak percaya mendengarnya
“Ibu
tidak pernah cerita.”kata Nyonya Lee. Hye Ja pikir kalau setelah Ibu membuka
salon.
“Seorang
pria datang dan minta dipotong rambutnya lima cm, tapi Ibu benar-benar lupa. Mata
pria besar berkulit cokelat itu mulai berair dan memelototi Ibu seperti ini. Tapi
Apa kau tahu? Ibu tidak minta maaf padanya sama sekali. Ibu terus bersikeras
bahwa dia berkata lima mm, bukan lima cm.” Cerita Hye Ja.
“Apa Ibu
tidak takut?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja mengaku Saat itu, uang paling membuatnya
takut.
“Bagaimana
jika dia meminta Ibu mengganti uangnya dua kali lipat?” kata Hye Ja. Nyonya Lee
pikir itu Benar dan mengucapkan Terima kasih.
Nyonya
Lee datang menemui Hye Ja, membawakan
kue ikan memebritahu kalau Tempat
bungeoppang dekat rumah sudah berjualan lagi hari ini meminta agar makan sebelum
dingin. Hye Ja melihat tangan Nyonya Lee yang terluka.
“Kau
harus menjadi penata rambut.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee terlihat bingung.
“Kurasa
salonmu sangat ramai. Kau bahkan tidak sempat memakai sarung tangan. Kau harus
merawat tanganmu sebelum kulitmu pecah-pecah. Ini pasti sangat sakit dan Pasti
perih saat kena air..” ucap Hye Ja.
“Kau Pergilah
ke apotek dan beli salep dalam wadah seperti ini. Namanya Vaseline. Oleskan
tebal di seluruh tanganmu Lalu ambil kantong plastik. Jad Pakai itu sebelum kau
tidur. Itu akan membantu.” Pesan Hye Ja.
Nyonya
Lee menganguk mengerti kalau akan melakukannya. Hye Ja mengaku tahu karena dahulu
pernah punya salon rambut dan Salon Happy dekat penatu di persimpangan adalah
miliknya lalu merasa Bungeoppang ini sangat enak.
Nyonya
Lee hanya diam saja lalu keluar ruangan dan hanya bisa mengangis. Setelah
Nyonya Lee pergi, Hye Ja pergi ke ruangan si kakek yang mengunakan jam seperti
ingin mengambilnya.
Bersambung
ke episode 12
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar