PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pria melihat “RESUME - KANG DAN YI” Lalu berkomentar Dan Yi jelas memenuhi syarat, tapi ia tak bisa
berikan resume seperti ini. Eun Ho heran karena Dan Yi memenuhi syarat jadi
kenapa tak bisa. Temananya memberitahu alasan Karena waktu menganggur.
“Dia
tujuh tahun tak kerja. Agensi periklanan bekerja sangat cepat. “ jelas Si pria
“Di
lowongan yang mensyaratkan pengalaman tertulis bahwa orang pengalaman bisa
melamar. Perusahaan mana yang hanya...”
kata Eun Ho
“Diskriminatif
dan ilegal. Karena itu tertulis semua bisa melamar. Mereka terima lamaran dari
semua orang dan menyortirnya. Tapi Dia tak akan pernah diwawancarai.” Jelas Si
Pria. Eun Ho tak bisa berkata-kata
Eun Ho
pergi menemui temaya yang lain, meyakinkan Dan Yi sudah tujuh tahun tak bekerja, tapi hanya
perlu tiga bulan adaptasi dan Semua orang butuh waktu selama itu saat baru
bekerja.
“Apa
Menurutmu kami belum pernah pekerjakan orang seperti dia? Menerima wanita
seperti dia bisa merusak suasana kantor. Apa jabatannya Manajer? Senior Manajer?
Dia lama tak kerja. Rasanya serba salah. Manajer tak akan nyaman memberikan
tugas sepele.” Ucap Si pria
“Kalau
begitu, bisa tanyakan pada perusahaan lebih kecil...” pinta Eun Ho memohon.
“Hei,
Eun-ho... Traktir dia makanan enak saja dan beri semangat. Dia tak bisa kembali
ke periklanan. Selalu ada 100 orang lebih menunggu jawaban agensi.” Jelas
temanya.
Eun Ho
melihat beberapa baju lalu mengambil semuanya, Temannya binggung bertanya
apakah akan membeli semua ini dan hanya mencoba dulu, Eun Ho mengambil baju di gantungan
lainya. Temanya memastikan Eun Ho
mengambilnya dan memberikan pada pegawainya.
“Hei. Aku
butuh bantuanmu.”ucap Eun Ho dengan wajah serius, temanya bertanya apa.
“Pekerjakan
seseorang di pemasaranmu... Meski tak butuh. Lakukan untukku.” Ucap Eun Ho
memberikan CV Dan Yi.
“Hei, ini
perusahaan mode dan Pemasaran mode berbeda.” Kata temanya.
“Dia akan
cepat belajar dan Dia terlalu baik untuk perusahaanmu. Jadi Pekerjakan saja
dia.” Kata Eun Ho memaksa.
“Hei, kau
tak bisa memaksaku melakukannya.” Ucap Temanya. Eun Ho marah akhirnya
melepaskan jas yang dipakianya.
“Aku
kirimkan kembali padamu saat pulang dan Aku tak akan kemari lagi.” Tegas Eun
Ho. Temanya bingung dengan sikap Eun Ho seperti uring-uringan.
“Hei, apa
ini masuk akal? Dia belajar dengan keras, kompeten, dan lebih bersemangat dari
lainnya. Dan Konyol tak satu pun perusahaan mau mempekerjakannya.” Teriak Eun
Ho kembali masuk toko
“Kenapa
kau berteriak padaku?” ucap temanya binggung. Eun Ho pun melepaskan jasnya dan
mengatakan tak jadi beli.
Seo Joon
sedang membersihkan rumah melihat nama “BINTIK MERAH” lalu teringat sebelumnya
Hae Rin keluar dari kamarnya dengan wajah memerah karena alergi.
“Jangan
telepon aku, Song Hae-rin... Aku bukan temanmu.” Ucap Seo Joon lalu merenjek
telp Hae Rin.
Hae Rin
pun mencoba menelp Eun Ho, Eun Ho yang sedang menyetir mobil mengeluh kalau ingin
menghindarinya dulu. Akhirnya Hae Rin mengirimkan pesan.
“Eun-ho, aku
sedang di lingkunganmu. Aku merasa bersalah merepotkan Ji Seo-Joon saat mabuk, jadi,
aku kemari mau minta maaf, tapi dia tak menjawab panggilanku.” Tapi Eun Ho
seperti tak ingin membalasnya.
Hae Rin
keluar dari restoran sambil membaca sekotak kue mengingat saat pulang dari
restoran lalu binggung kemana arah jalan mereka pergi. Ia mencoba ke arah kanan
tapi berpikir kalau mungkin belok ke kiri.
“Dasar
Sial... Aku bahkan menginap di rumahnya. Kenapa tak ingat? Alamatnya seharusnya
ada di kontraknya... Seharusnya kuperiksa sebelum ke sini.” Keluh Hae Rin marah
Eun Ho mengirimkan
pesan “Nona Song... Pak Ji Seo-jun adalah rekan bisnis, bukan temanmu. Ya. Kau
sungguh merepotkan hari itu Aku pun akan menghindarimu jika jadi dirinya. Sebaiknya
kau minta maaf dengan baik. Masih empat buku lagi yang harus kita kerjakan.”
Saat itu
juga Seo Joon mengirimkan pesan “ Aku mencuci sepraiku Ada wanita tidur tanpa
mandi. Aku sudah cuci semua seprai, tapi masih ada bau pollock dan sotong Apa
kau bawa di kantong? Saat ini, aku tak mau jawab panggilan dari wanita. Kirim
email tentang pekerjaan, Maka aku akan membalasmu”
Hae Rin
panik membacanya, tak percaya kalau dua pria itu membencinya lalu mengeluh
Hidup terganggu oleh kesepian dan ia sangat kesepian. Seo Joon yang berada di
kamar membaca pesan dari Hae Rin “Aku bahkan bawa kue untuk meminta maaf.
Maafkan aku malam itu.”
“Aku tak
butuh maafmu. Dan jangan muncul di hadapanku. Sebenarnya, ada satu pertanyaan
terakhir Apakah dicampakkan membuatmu menjadi pemabuk Atau kau dicampakkan
karena tak bisa minum?” balas Seo Joon
“Hei, itu
tak benar! Kau salah! Sebenarnya aku wanita hebat!” teriak Hae Rin marah dengan
banyak orang yang melihat lalu bertanya-tanya dimana rumah Seo Joon.
Eun Ho
terdiam di dalam mobil teringat dengan cerita Dan Yi
“Dulu,
aku melamar untuk tiap posisi berpengalaman yang ada, dan mengikuti 50 lebih
wawancara. Meskipun terima sepuluh orang, mereka tak akan menerima wanita yang
hiatus kerja. Apa Aku harus terus begini? Anggap usiaku hanya 80 tahun, Berarti
setengah jalan lagi”
Ia
teringat juga ucapan Nyonya Go “Pecat
Dan-i, Pak Cha... Bukan. Karena dia karyawan kontrak, mengakhiri kontraknya adalah
istilah yang tepat.” Wajah Eun Ho terlihat benar-benar tak habis pikir
Sementara
itu Dan Yi sudah menuliskan note [SEMANGAT ESOK KONTES IDE GYEOROO] dan serius
menatap laptop lalu melihat Eun Ho yang baru pulang. Eun Ho menatap Dan Yi
dengan wajah sedih dan bertanya Apa rencananya.
“Aku
ingin ikut kontes ide jadi Berikan aku ide.” Ucap Dan Yi. Eun Ho pikir Dan Yi
yang mau dengan gratis
“Kau Mau
apa sebagai imbalannya?” tanya Dan Yi. Eun Ho menunjuk pipinya kode ingin
diberikan ciuman. Dan Yi ragu tapi akhirnya memberikan ciuman di pipi Eun Ho.
“Tidak,
itu setengah hati... Kau harus Lakukan lagi. Di pipi ini.” Ucap Eun Ho meminta
ciuman di pipi lanya. Dan Yi pun kembali membelikanya.
“Tidak,
belum cukup. Lakukan dengan baik.”keluh Eun Ho meminta ciuman dibibirnya. Akhirnya Dan Yi memberikan ciuman
dibibir.
“Lumayan,
tapi bisa lebih baik... Apa Kau hanya bisa itu? Ayoo Lakukan lagi.” Ucap Eun Ho
mengoda. Dan Yi langsung menepuk bibir Eun Ho yang maju dan meminta agar mengatakan
saja idenya.
“Dan Yi,
sebagai anggota pendiri, aku salah satu juri. Aku harus adil pada semua
peserta. Jika menjadi kau, maka aku tak akan ajukan buku dengan popularitas
jangka pendek. Aku lebih baik ajukan ide yang akan lama diingat orang.” Jelas
Eun Ho
“Itu
Bagus jika berkontribusi pada kesuksesan perusahaan jadi Cobalah berpikir
berbeda.” Kata Eun Ho
“Kau
andalanku... Tapi itu sulit... Jadi Harus kuajukan apa?” kata Dan Yi mencoba
mengingat-ingat.
“Setahun
lalu, saat kau coba cari kerja, itu membuat stres, 'kan? Kau bilang telah
lakukan 50 wawancara.” Kata Eun Ho
“Tentu
saja itu membuat stres. Suatu hari, saat berlari di antara gedung tinggi
membawa resume, aku kasihan pada diriku sendiri. Kupikir, "Pasti banyak
meja di gedung itu. Tidak bisa beri satu untukku?" Aku selalu bekerja
keras dan Kupikir itu tak adil. Uang di rekeningku habis dengan cepat, dan aku
tak dapat pekerjaan, sekeras apa pun usahaku.” .” Cerita Dan Yi sedih
Eun Ho
bertanya kenapa Dan Yi tak minta bantuannya,
Dan Yi yakin itu Karena Kalau Eun Ho tahuakan kesal. Eun Ho pikir lebih
baik kesal bersama. Dan Yi heran kenapa Eun Hotiba-tiba menanyakannya
menurutnya itu semua sudah lewat.
“Kini aku
punya pekerjaan, dan cukup baik melakukannya. Kini aku bahkan punya pacar.”ucap
Dan Yi malu-malu
“Saat itu
aku tak tahu apa pun. Maaf.” Kata Eun Ho mendekati Dan Yi dan memegang
tanganya. Dan Yi binggung dengan sikap Eun Ho. Eun Ho mengaku hanya terkenang.
“Omong-omong,Apa
menurutmu aku boleh ikut kontes? Aku pegawai kontrak. Apakah Berlebihan?” kata
Dan Yi. Eun Ho pikir tak masalah
“Lakukan
semua yang kau mau. Tidak apa-apa. Lalu, bagaimana dengan grup studi? Hari ini
pegawai baru belajar bersama. Ji Yool bilang kemarin.” Kata Eun Ho. Dan Yi
teringat kalau harus bersiap dan pergi.
“Bagaimana
semua ini?” kata Dan Yi panik. Eun Ho menyuruh Dan Yi bersiap-siap saja karena
akan membereskan mejanya. Dan Yi mengucapkan terimakasih lalu bergegas masuk
kamarnya.
Dan Yi
memoles bibirnya, Eun Ho masuk bertanya
apakah sudah siap membawakan tas yang akan dibawa. Dan Yi mengucapkan Terima
kasih. Eun Ho pikir Dan Yi belum siap. Dan Yi binggun. Eun Ho meminta Dan Yi
menutup matanya. Dan Yi bertanya Kenapa.
Eun Ho
meminta Dan Yi agar menutup mata saja. Akhirnya Dan Yi menutup mata dan Eun Ho
memasangkan sebuah anting di telinga Dan Yi, Dan Yi merasakan Eun Ho
memasangkan anting. Eun Ho meminta agar Jangan bergerak.
“Coba
Lihatlah... Aku bertemu temanku tadi dan memikirkanmu. Apa Kau suka?” ucap Eun
Ho. Dan Yi melihat anting berbentuk bunga.
“Ya, kau
memilih sepasang anting yang sepertiku. Aku mekar seperti bunga yang indah. Ini
Pilihan yang baik.” Puji Dan Yi membentuk wajah seperti bunga. Eun Ho memeluk
Dan Yi dari belakang.
“Aku akan
bersihkan rumah dan mencuci dan Aku akan keluar nanti.” ucap Eun Ho
“Kau mau
ke mana?” tanya Dan Yi. Eun Ho menjawab rahasia. Dan Yi pun tak banyak
berkata-kata.
Dan Yi
akhirnya bertemu dengan Ji Yool dan Park Hoon dicafe. Park Hoon dengan gaya
membersihkan kacamata walaupun tanpa lensa. Park Hoon mulai berbicara kalau
mereka berkumpul di sin untuk menyiapkan kontes ide,Semangat Esok. Dan Yi
melihat dengan wajah serius.
“Dengan
kata lain, meskipun saat ini duduk bersama, maka kita akan saling bersaing di
kompetisi itu.” Tegas Park Hoon.
“Benar.
Lima juta won itu milikku. Aku sangat butuh. Jadi, kita berbagi informasi, tapi
bukan ide. Paham?” kata Ji Yool
“Tidak...
Kita tak berbagi informasi. Informasi adalah aset... Kalau begitu, kita duduk
bersama, tapi bekerja sendiri.” Ucap Park Hoon. Ji Yool mengeluh karena dalam
masalah besar.
“Bagaimana
kau tanpa kami?.. Astaga, lihat wajahmu... Ini daftar ide pemenang sebelumnya yang
dibukukan. Lihat daftar ini dahulu.” Ucap Park Hoon
“Ini Daftar
semua buku terbitan Gyeoroo menurut tahunnya. Coba kau Lihat ini dulu... Romansa.”
Kata Dan Yi juga memberikan berkasnya. Ji Yool hanya bisa pasrah.
Dan Yi
pulang ke rumah melihat note yang ditinggalkan Eun Ho dimeja makan
“Aku sudah
bersihkan rumah, mencuci, dan beli bahan makanan untuk sepekan. Ada sup di
kompor. Hangatkan. Aku ikuti resep di buku. Semoga enak. Dan mimpi indah. -Dari
Eun-ho.-“
Dan Yi
tersenyum melihat panci diatas kompor lalu bertanya-tanya kemana Eun Ho. Ia
pikir Eun Ho aneh karena merasa sering tak pulang dan menduga pergi ke Gapyong lagi.
Eun Ho
dan Tuan Kim bertemu dengan Tuan Kang, Dokter selesai memeriksa memberitahu demam
tingginya disebabkan pneumonia. Tuan Kim kaget karena seperti itu lagi padahal
baru sembuh. Dokter memberitahu dengan kondisinya kini, sulit mengharapkan
peningkatan.
“Dia
nyaris tak selamat. Menurutku, dia sudah bertahan cukup lama. Kau harus siap
untuk yang terburuk.” Ucap Dokter lalu keluar ruangan.
“Aku tak
yakin apakah saat itu tindakanku benar... Pilihanku bisa berbeda saat itu. Aku
tak yakin melepasnya begini adalah pilihan tepat. Apakah menghilang dari dunia
keputusan yang tepat? Apakah menepati janji adalah hal yang tepat? Pak Kang,
katakan kepadaku bahwa tindakanku dulu dan saat ini benar...Katakan.” ucap Eun
Ho sambil menagis. Tuan Kim tak bisa berkata-kata.
Hae Rin
menemukan alamat Seo Joon menaiki tangga lalu mengetuk pintu dengan wajah
gugup. Seo Joon akan bersiap-siap mengajak jalan Geum Bi bertanya-tanya siapa
yang datang tapi tak mengubrisnya. Hae Rin kembali mengetuknya dan Seo Joon
akhirnya keluar dari pintu.
“Apa aku
salah dengar?” ucap Seo Joon binggung tak melihat siapapun. Hae Rin tersenyum
bahagia karena dugaanya benar dibalik dinding.
Seo Joon
akhirnya keluar membawa Geum Bi, Hae Rin berpura-pura tak sengaja bertemu lalu
menyapa Geum Bi. Seo Joon menahan rasa malas, Akhirnya Hae Rin mengeluarkan
buku dan memperlihatkan tulisanya
“Apa Kau baik-baik saja? Apa Kau
pasti kaget malam itu.”
“Aku ingin beri tahu aku sudah pulih.
Kau bilang tak akan jawab teleponku. Jadi, aku datang menemuimu karena ingin
mengatakan sesuatu.”
“Mulai saat itu, aku berhenti
minum. Jadi, tolong maafkan aku. Bagiku, kau sempurna. Bagiku, kau desainer
buku sempurna.”
Seo Joon
tersenyum lebar membaca tapi langsung berubah menatap dingin dan berjalan
pergi. Hae Rin mengeluh melihatnya.
Dan Yi
sedang membereskan meja, Nyonya Seo datang bertanya kemana semua pegawai. Dan
Yi memberitahu sedang waktu makan siang. Nyonya Seo pikir Dan Yi mungkin belum
makan siang dan mengajak makan siang bersama. Dan Yi dengan senang hati
menerimanya.
“Tunggu,
aku beri suara dulu.” Kata Nyonya Seo mengeluarkan kertas. Dan Yi pun bergegas
mengambil kotak suara bentuk buku.
“Apa ini Lingkaran?”
tanya Dan Yi penasaran. Nyonya Seo mengaku tak tahu lalu mengajak mereka untuk
pergi.
Mereka
makan sandwich bersama, Dan Yi membersihakn mulut Nyonya Seo yang belepotan
saat makan. Nyonya Seo merasa sandwichnya sangat enak sekali dan juga kelaparan
karena harus periksa toko buku online lalu mengeluh Kenapa pekerjaannya selalu
banyak bahkan selalu sangat banyak.
“Omong-omong,
Apa kau tertarik bergabung dengan timku?” tanya Nyonya Seo. Dan Yi mengaku
sangat malu.
“Tapi tak
apa-apa? Kau tahu aku pegawai kontrak.” Ucap Dan Yi ragu. Nyonya Seo meminta
agar diberi waktu.
“Rapat anggota
pendiri segera digelar. Nanti kubahas di sana. Aku akan minta kau dipindahkan
ke timku.” Kata Nyonya Seo penuh semangat.
Dan Yi
tak percaya mendengarnya. Nyonya Seo menyakinkan Tapi meminta agar jangan
terlalu berharap. Dan Yi tahu kalau Nyonya Seo
menggodanya. Nyonya Seo membenarkan, keduanya seperti teman dekat.
Seo Joon
mengajak jalan Geum Bi lalu mengeluh karena cepat sekali, ternyata Geum Bi
mengambil daging yang dipegang oleh Hae Rin. Hae Rin sengaaj bersembunyi
menarik perhatian Geum Bi, Seo Joon pun tak peduli menarik Geum Bi untuk
menjauh.
Akhirnya
Hae Rin mengikuti Seo Joon sampai ke toko buku dan memberikan daging pada Geum
Bi yang ada didepan. Seo Joon sibuk melihat buku, dikagetkan dengan Hae Rin
tiba-tiba memberikan buku padanya.
Seo Joon
tak mengubrinya lalu keluar toko kaget melihat Geum Bi sudah memakai pita, Hae
Rin tiba-tiba datang mengunakan pita yang sama.
“Kau
harusnya bekerja, 'kan? Kenapa mengikutiku?” keluh Seo Joon. Hae Rin mengaku
ambil cuti karena Seo Joon.
“Kubilang
kirim surel. Kenapa kau begini? Kau menggangguku sepanjang hari.” Ucap Seo Joon
“Aku
bersalah, jadi harus kuperbaiki... Selain itu, kau ada kontrak denganku. Aku
selalu mengurus orang yang kontrak denganku dan Tidak satu pun kontrak berakhir
buruk.” Ucap Hae Rin. Seo Joon pun bertanya apa maksud ucapanya.
“Aku Mohon
maaf soal tempo hari, Pak Ji... Aku sungguh berhenti minum.” Ucap Hae Rin
membungkuk meminta maaf
“Apa Kau
tahu aku sangat takut? Kau buat soju mentimun, padahal alergi... Astaga, ada
apa denganmu?” keluh Seo Joon marah
“Itu tak
akan terjadi lagi hingga kontrakmu berakhir. Aku akan berusaha lebih keras
menjadi rekan yang lebih baik.” Ucap Hae Rin.
Seo Joo
menganguk mengerti meminta agar melakukanya, Hae Rin pun meminta Hati-hati di jalan. Seo Joon berjalan pulang
dengan Geum BI. Hae Rin merasa perutnya lapar dan sadar belum makan siang.
“Kita
sudah berbaikan, tapi kurasa kau akan menolak jika aku ajak makan siang
bersama, 'kan?” teriak Hae Rin. Seo Joon tetap diam. Hae Rin pun tak percayaa
Seo Joon mengabaikannya.
Hae Rin
akhirnya mengirimkan pesan pada Eun Ho “Pak Cha... Aku sudah minta maaf pada
Pak Ji. Dia tak marah lagi padaku. Mulai kini, akan kupisahkan kerja dan
kehidupan pribadi.” Lalu merasakan perutanya sangat lapar.
Park Hoon
dkk berkumpul bersama merasa kalau hanya
omong kosong dengan membaca Berita mengejutkan sedang diunggah lima
menit lalu. Park Hoon pikir bloger ini melihat Kang Byeong-jun di Amsterdam, bersama
wanita muda.
“Saat ditanya
apa dia Kang Byeong-jun, dia tiba-tiba mulai bicara bahasa Jepang dan pergi. Hingga
saat itu, dia berbahasa Korea.” Ucap Park Hoon. Semua seperti tak percaya
mendengarnya.
“Orang-orang
gempar saat ini, berkata dia pasti pura-pura menghilang agar bisa bersama
kekasihnya.” Kata Park Hoon.
“Astaga,
kenapa ribut begini? Rumor tentang hilang atau kaburnya tak berdasar fakta.
Bahkan ada rumor yang berkata kita mengurungnya.” Ucap Tuan Bong ikut
berkomentar. Pegawai lain berpikir itu benar.
“Tapi aku
paham alasannya. Dia tiba-tiba mengumumkan akan pensiun, dan berikan hak
publikasi pada perusahaan kita, lalu hilang.” Kata Tuan Park
“Aku
yakin dia punya alasan untuk melakukannya. Kenapa orang terus menyelidiki
rencana besarnya? Aku yakin suatu saat nanti dia akan tiba-tiba muncul, seperti
saat menghilang. Apa Kau ingin tahu alasannya? Karena Para Pahlawan belum
selesai.”ucap Tuan Park yakin
“Apa itu
“Para Pahlawan”?” tanya Ji Yool binggung. Dan Yi memberitahu itu judul Buku
yang Pak Kang pernah singgung saat wawancara.
“Dia
berniat menulisnya. Tapi tak pernah diterbitkan karena tiba-tiba pensiun.” Kata
Dan Yi. Semua memuji Dan Yi tahu segalanya dan yang terbaik, bahkan Nyonya Seo
memberikan acungan jempol.
“Aku
yakin suatu saat nanti dia muncul membawa Para Pahlawan. Saat semua orang tak
menduga, dia muncul dengan karya hebat dan menimbulkan sensasi di dunia
penerbitan. Saat itu, aku yang akan menyunting Para Pahlawan. Apa Kalian semua dengar? Lihat aku. Aku akan
membunuh semua yang mencoba merebutnya.” Kata Tuan Bong penuh semangat. Semua
seperti tak peduli kembali berkerja.
Seo Joon
membuat kopi lalu duduk dimeja kerjanya, berkasnya jatuh ternyata itu berkas [PARA PAHLAWAN- DITULIS
OLEH PARK JEONG-HUN] wajahnya terlihat datar memperbaiki semuanya.
Dan Yi
mencari keyword “KANG BYEONG-JUN” dan menemukan artikel yang membahas tentang
Pahlawan.
"Pengumuman
akhir karier menulis Kang Byeong-jun. Dahulu, menulis adalah cara menunjukkan
semangat hidup dan perjalanan mencari alasan di balik keberadaanku."
Seo Joon
di rumah menatap note yang ditempelnya lalu melepaskanya.
“Namun, setelah
perjalanan panjang 60 tahun, menulis hanya menjadi karierku. Dan kini yang
tersisa dariku hanya rasa malu. Semua kehilangan arti, hasratku memudar, dan
sudah lama aku kehilangan tujuan. Kini, aku dipaksa ke dataran tandus
sendirian. Dan kini, pada saat terakhirku, aku akan bicarakan diriku sebelum
aku melupakannya.”
Dan Yi
terus membaca artikel KANG BYEONG-JUN UMUMKAN PENSIUN “Sumurku kering dan
kosong Dan kini, aku siap menikmati kebebasan jahat. Maka, aku, Kang
Byeong-jun, mengumumkan pensiun dari menulis." Lalu bertanya-tanya apa
maksud dari tulisanya.
“Maksudnya, tak ada alasan pasti... Apa hanya
aku yang tak paham?” kata Dan Yi lalu meraskan Eun Ho yang baru pulang.
“Kau
belum makan, 'kan? Kau sedang apa?” ucap Eun Ho membawa makanan ditanganya.
“Aku
membaca pengumuman akhir karier menulis Pak Kang.” Kata Dan Yi. Eun Ho terlihat
tengang bertanya balik kenapa tiba-tiba
mendadak baca itu
“Apa Kau
tak dengar rumornya? Dia dulu gurumu. Dia alasanmu menjadi penulis. Semua
berawal saat dia memintamu menulis novel.” Kata Dan Yi penuh semangat.
“Dia
bahkan tak menyukainya. Apa Tahu sebesar apa dia sakiti aku? "Itu bukan
novel. Tapi Tulisanmu harus lebih tulus." Aku menjadi penulis karenamu. Kau
diam-diam unggah novelku di internet.” Kata Eun Ho mengajak Dan Yi makan saja
seperti ingin menghindari topik.
“Kau
terima pengumumannya, 'kan?” ucap Dan Yi penasaran. Eun Ho heran Dan Yi bisa
berpikir seperti itu.
“Waktu
itu aku tak bisa bertanya karena sibuk mengurus Jae-hui dan bekerja. Bukankah
pengumumannya kontroversial Waktu itu, aku bahkan tak tahu kau bekerja di
Gyeoroo. Kupikir kau masih sekolah. Selain itu Kau aneh waktu itu. Tidak bisa
dihubungi dan tak pernah di rumah.” Ucap Dan Yi penuh semangat.
“Kenapa
tiba-tiba tertarik? Apa Karena aku pacarmu?” goda Eun Ho
“Dia memberikan
pengumumannya, 'kan? Aku membacanya, dan sama sekali tak paham. Kenapa dia
pensiun? Apa kau bisa memberi tahu? Akan kurahasiakan.” Kata Dan Yi penasaran.
Eun Ho
tak ingin menjawab mengajak Dan Yi makan saja karena sudah sangat lapar. Dan Yi bertanya keberadaan Tuan Kang, apakah
Eun Ho tetap komunikasi. Eun Ho mengaku tidak dan menegaskan kalau Tuan Kang menghilang karena menginginkanya.
“Dan dia
tulis pengumuman itu agar tak ada yang mencarinya. Selain itu, dia tak
berhubungan dekat dengan siapa pun. Menurutku, itu akhir sempurna baginya.”
Tegas Eun Ho
“Kenapa
kau pikir itu akhir? Buku judul “Para Pahlawan” belum selesai.” Kata Dan Yi.
Eun Ho menegaskan Tuan Kang sudah pensiun.
“Dia akan
kembali dengan buku itu... Bukan hanya aku yang pikir begitu. Semua di kantor
juga berkata sama. Mereka pikir dia akan kembali. Kuharap dia kembali dengan
dramatis dan mengguncang dunia. Omong-omong, apa sudah baca koleksi puisi?” ucap
Dan Yi. Eun Ho mengaku kalau itu bagus.
“Apa akan
kau terbitkan? Bagaimana? Apa kita harus
menerbitkannya?” tanya Dan Yi. Eun Ho piki itu sangat bagus. Dan Yi bertanya
apakah Eun Ho akan memberikan suara. Eun Ho mengaku tak tahu. Dan Yi pikir
kalau Eun Ho akan mengatakan tidak. Eun Ho menyuruh Dan Yi makan saja. Dan Yi
merengek agar Eun Ho memberikan suara yang benar.
Pagi hari
Hae Rin
baru saja turun dari bus meraskan sesuatu yang berhembus kencang. Nyonya Seo
datang mengibaskan jaket panjangnya turun dari bus, lalu dibelakangnya Tuan
Bong memakan jaketnya dengan gagah.
Keduanya
seperti seorang detektif yang akan memecahakan kasus. Hae Rin binggung, lalu
Tuan Bong dan Nyonya Seo melewatinya sambil menyapa. Hae Rin pun membalas
walaupun dengan tatapan binggung.
Park Hoon
akan masuk kantor, mendengar teriakan Ji Yool berjalan masuk. Park Hoon tak
percaya kalau Ji Yool naik bus. Ji Yool membenarkan dengan bangga. Angin
berhembus kencang, Tuan Kim memakai kacamata hitam dan jaketnya berjalan layaknya
pahlawan yang akan berjuang, keduanya hanya bisa melonggo.
Di dalam
ruangan terjadi juga kegaduhan, Nyonya Goo dengan gayanya masuk ruangan dengan
jas yang sama. Song Il melihatnya memuji Nyonya Goo yang keren sekali. Akhirnya
Eun Ho berjalan paling depan, bersaam dengan empat yang lainya seperti akan
melakukan misi penting dan masuk ruang rapat.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussuka banget, mesti cewenya lebih tua..
BalasHapusbtw aku juga ngrangkum di blogku, kunjungi juga yah
sinopsis romance is bonus book