PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Hye Ja
melihat si kakek tua, seperti ingin mengambil jam tapi tiba-tiba tubuhnya
jatuh. Perawat dan yang lainya panik memastikan keadanan Hye Ja baik-baik.
"Panti Wreda Hyoja, Melayani Perawatan Sehari Penuh"
Hye Ja
sedang berbicara dengan teman-temanya membahas tentang sebuah film yang selalu ditonton. Tuan Kim melihat dari kejauhan, menatap
ibunya. Dokter memberitahu kalau ada keributan semalam dan Hye Ja membahas
tentang Arloji.
Flash Back
“Ada
masalah beberapa bulan lalu karena arloji itu juga. Terkadang, pasien
cenderung menunjukkan perilaku
kekerasan, tapi sebelumnya, Beliau tidak
pernah seperti itu. Apakah beliau memiliki pengalaman traumatis atau memori
spesifik yang terkait dengan arloji itu?” ucap Dokter Kim.
Tuan Kim
mendekati ibunya, sementara Hye Ja asyik mengobrol mengaku tidak pernah belanja
dari saluran belanja rumah. Tuan Kim pun menyapa Hye Ja, Hye Ja pun dengan
senang hati melihat Tuan Kim.
“Bagaimana
dengan pekerjaan?” tanya Hye Ja. Tuan Kim menjawab Hari ini aku shif malam.
“Ohh..
Begitu... Itu pasti melelahkan.” Kata Hye Ja merasa kasihan.
“Ibuku
menderita Alzheimer.” Gumam Tuan Kim melihat ibunya Hye Ja kembali mengobrol
Flash Back
Seorang
anak jatuh dan Seorang wanita akan membantunya untuk bangun. Tapi Hye Ja dengan
sinis menyuruh untuk membiarkan anaknya agar bisa bangun sendiri. Sang anak
memanggil ibunya agar bisa membantu untuk membangunkanya.
“Kau bisa
bangun sendiri. Jika kau tidak bisa bangun sendiri, bagaimana kau akan hidup. Ayo
cepat Bangun.” Ucap Hye Ja lalu melangkah pergi. Dae Sang menangis meminta
tolong ibunya, tapi Hye Ja tak peduli membiarkan begitu saja.
Hye Ja
menceritakan Ada perawat baru yang baru
mulai bekerja menurutnya perawat itu bekerja sangat keras. Tuan Kim bertanya
siapa itu. Hye Ja pikir Tuan Kim tidak melihatnya, lalu menceritakan wanita berwajah
bulat, dan sepertinya orangnya hangat.
“Dia
bilang perkerjaanya penata rambut. Dia menyisir rambut Ibu kemarin. Bahkan Dia
cukup mahir.” Cerita Hye Ja.
“Maksud
Ibu siapa? Aku khawatir ibuku tidak ingat istriku.” Gumam Tuan Kim panik
“Seiring
waktu, gejalanya hanya akan memburuk. Tapi aku menyarankan Anda tetap
mengikutinya. Itu lebih baik daripada emosinya terpancing.” Pesan Dokter Kim
pada Tuan Kim
Tuan Kim
pulang ke rumah yang masih gelap. Nyonya Lee akhirnya pulang bertanya apakah Ibunya sudah tidur. Tuan Kim melihat banyak belanjaan dan
bertanya apa yang dibawanya. Nyonya Lee mengaku ini untuk upacara peringatan
Ayah.
“Harinya
sudah dekat, kau tahu... Aku harus membelinya selagi bisa agar sempat mengunjungi Ibu.” Kata Nyonya Lee
“Apa Kau
akan mengadakannya tahun ini? Dengan kondisi Ibu seperti itu?” kata Tuan Kim
“Apa
hubungannya itu dengan upacara peringatan Ayah? Aku bisa sendiri karena sudah
pernah sebelumnya. Sekarang akan kubereskan.” Kata Nyonya Lee penuh semangat.
Tuan Kim
duduk di sofa menerawang mengingat kejadian sebelumnya.
Flash Back
Dae Sang
sedang bermain bola dengan temannya, Sang Yong di panggil oleh ayahnya. Sang
Yong pun pergi meninggalkan Dae Sung dan pergi dengan ayahnya. Dae Sang
cemberut karena hanya bisa bermain sendirian. Hye Ja panik mencari anaknya,
sampai akhirnya Dae Sang menyebarang jalan mengambil bola dan sebuah mobil ada
didepanya.
Dae Sang
berjalan dengan kaki pincang, semua temanya mengejek “Pincang” dan punya kaki
robot bahkan mengajaknya untuk bertarung seperti Robot Taekwon V
Akhirnya
Dae Sang pulang dengan wajah sumringah, tapi ibunya seperti tak peduli hanya
melayani pelanggan yang datang. Dae Sang seperti kesepian sendirian, hanya ada
ibunya yang sibuk berkerja dan tak peduli padanya.
Esok
paginya
Hye Ja
sedang berhias menyuruh Dae Sang Bangun karena sudah pukul 8.00 lalu Makan
sarapannya dan berangkat sekolah. Dae Sang yang sedang berbaring mengakusakit
jadi tidak bisa sekolah hari ini.
“Ayo
bangun. Walaupun sakit, kau tetap harus sekolah. Jika kau terlambat lagi, kau
harus membersihkan kamar mandi.” Ucap Hye Ja menarik selimut anaknya.
“Ini hari
tur.” Keluh Dae Sang. Hye Ja pikir tak ada alasan menurutnya Dae Sang tidak bisa pergi karena malu.
“Kalau
begitu, hiduplah sendirian seumur hidupmu... Jangan sekolah. Jangan keluar
selama sisa hidupmu.” Kata Hye Ja marah. Dae Sang hanya diam saja.
Seorang
pelanggan datang memberikans sesuatu. Hye Ja mengucapkan terima kasih banyak.
Si wanita merasa Hye Ja tak perlu melakukan itu kareana hanya memberikan pakaian putranya yang sudah tidak muat
menurutnya masih lebih baik daripada membeli pakaian bekas
“Kita
cemas karena tidak tahu itu bekas siapa.” Ucap Si wanita. Hye Ja membenarkan.
“Apa Kau
ingin rambutmu ditata lagi? Silakan duduk.” Ucap Hye Ja penuh semangat.
Dae Sang
melihat ibunya yang terlihat ramah tapi denganya sangat sinis, akhirnya dengan
wajah cemberut pamit berangkat ke sekolah.
Dae Sang
berjalan dengan kakinya yang pincang, teman-teman mendorong agar Dae Sang Jalan
yang benar. Dae Sang pun terjatuh, temanya makin mengejek kalau Dae Sang bahkan
tidak bisa meliha dan seorang pincang
bodoh.
Para
teman-temanya akhirnya meninggalkan Dae Sang sendiri, tiba-tiba teman yang
mendorongnya terkena pukulan dikepala. Dae Sang sudah memegang batu, semua
teman Dae Sang ketakutan dan berlari pergi.
“Setelah itu, anak lain di sekolah
berhenti mengolok-olok aku. Mereka bahkan tidak berani mendekat. Entah di rumah
atau di tempat lain, aku selalu sendirian.”
Dae Sang
terlihat lebih percaya diri sambil makan mengeluh karena menunya Otak-otak,
lagi. Hye Ja dengan sinis menyuruh Dae Sang Jangan makan kalau tidak mau. Dae
Sang meminta ibunya agar memasukkan
daging.
“Keluarga
lain...” kata Dae Sang yang langsung dipotong oleh Hye Ja agar Dae Sang tinggal
saja bersama mereka.
“Ibu
membenciku, kan? Aku merepotkan Ibu, kan?” kata Dae Sang berani bicara pada
ibunya.
“Akan Ibu
buang jika tidak kamu makan.” Kata Hye Ja tak ingin membahasnya.
“Ibu...
Ibu ingin aku mati saja,kan? Apa Ibu tidak kasihan padaku?” kata Dae Sang
“Apa
kasihan memberimu makan? Apa Memberimu uang? Kalau begitu, Ibu akan bilang Ibu
kasihan padamu. Kau harus Cuci piring setelah selesai.” Ucap Hye Ja tak peduli
dan bergegas pergi
“Entah
karena kakiku yang cedera atau karena kebencianku kepada Ibu. Setelah itu pun,
masa remajaku terasa sangat panjang dan berat.” Gumam Dae Sang mulai makan.
Tuan Kim
teringat saat ibunya yang lupa ingatan melihat kakinya yang palsu menangis
meminta maaf dan merasa kalau dirinya sebagai Ayahnya. Akhirnya Tuan Kim
terbangun karena bunyi alarm dan melihat istrinya yang tertidur disalon sambil
duduk.
“Ya. Kau
bilang Shif malam hari ini, ya?” ucap Nyonya Lee melihat Tuan Kim akan pergi.
Tuan Kim menyuruh istrinya untuk tidur dikamar karena sangat dingin.
“Aku akan
mengunjungi Ibu besok agar kau bisa istirahat.” Ucap Nyonya Lee. Tuan Kim pikir
tak perlu
“Tidak
apa-apa. Pasti sulit karena cuaca dingin.” Kata Nyonya Lee akan masuk kamar.
“Ibu
tidak mengenalimu.” Kata Tuan Kim. Nyonya Lee mengaku sudah tahu. Tuan Kim
kaget kalau Nyonya Lee bisa mengetahuinya.
“Tidak apa-apa,
karena aku mengenalinya..Sampai nanti.” kata Nyonya Lee santai.
Tuan Kim
pergi ke ruangan kerjanya sambil mengingat kenangan saaat ibunya yang datang
menganggap dirinya sebagai ayah.
Flash Back
Tuan Kim
kaget melihat ibunya datang. Hye Ja mengaku
membawakan makanan, Tuan Kim pikir akan memakan nanti. Hye Ja pikir
ayahnay pasti akan menyisihkan terinya jadi tidak akan pergi sampai habis,
jadi, Ayahnya harus makan semuanya.
“Beraninya
kau mengatakan itu! Aku ibunya. Aku ibu petugas penjaga ini. Jika kau
dipermalukan seperti ini di depan ibumu oleh orang lain, bagaimana perasaanmu? Ayo
Jawab.” Teriak Hye Ja membela anaknya. Tuan Kim kaget berpikir ibunya itu sudah
teringat kalau ia anaknya.
"Panti
Wreda Hyoja"
Nyonya
Lee kembali datang menemui Hye Ja, Hye Ja menatap Nyonya Lee dengan senyuman
bahagia. Nyonya Lee mengoda Hye Ja pasti binggung karena ada peri yang datang
sendirian. Hye Ja bertanya Berapa umur Nyonya Lee seperti memang tak
mengenalnya.
“Setua
apa rupaku?” ucap Nyonya Lee. Hye Ja pikir kalau Pekerjaan Nyonya Lee pasti
berat.
“Kau
pasti harus bersabar dengan orang tua yang cerewet.” Ucap Hye Ja. Nyonya Lee
pikir Tidak apa-apa.
“Aku
menganggap mereka orang tuaku.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja ingin tahu Di mana
orang tuanya.
“Keduanya
sudah lama meninggal. Salah satunya, yang dia pedulikan hanyalah minum. Suatu
hari, dia minum seperti biasa dan tenggelam di sungai dalam perjalanan pulang, lalu
satu lagi menderita diabetes sepanjang hidupnya...” cerita Nyonya Lee. Hye Ja
meminta agar tak meneritakan lagi.
“Tapi
untungnya, mertuaku baik.” Kata Nyonya Lee. Hye Ja tak ingin mendengarnya.
“Mereka
beruntung memiliki menantu sepertimu. Aku bisa tahu dari tanganmu.” Ucap Hye Ja
yang memegang tangan Nyonya Lee
“Apa Ibu
sungguh tidak mengenaliku?” tanya Nyonya Lee. Hye Ja pikir Nyonya Lee pernah
menata rambutnya di salonnya dahulu.
Tuan Kim
datang melihat istrinya sedang bersama ibunya. Hye Ja memberitahu kalau Tuan
Kim sebagai putranya dan Nyonya Lee yang belum bertemu dengannya lalu memberitahu kalau
Nyonya Lee adalah perawat yang diceritakan.
Keduanya
hanya saling berpandangan didepan ruangan terlihat nama "Kim Hye Ja"
Tuan Kim
bersama dengan ibunya masuk ruangan puzzle yang Hanya tersisa satu bagian jadi
bisa menaruh ditempat yang kosong. Hye Ja hanya diam saja terlihat binggung.
Tuan Kim memancing akalu Segitiganya hilang jadi ibunya bisa meletakanya.
Hye Ja
menatap Tuan Kim tapi matanya terlihat kabur. Tuan Kim meminta ibunya agar
meletakan segitiga ditempat yang kosong. Tapi HyeJa tetap diam. akhirnya Tuan Kim tak bisa menahan amarah pergi keluar
dari ruangan. Nyonya Lee sedari tadi hanya menatap sedih.
“Perawat
itu... Sepertinya dia memiliki kehidupan yang berat, dan dia bilang penata
rambut... Apakah dia menantuku?” gumam Hye Ja menatap Nyonya Lee
“Apakah
memulihkan ingatan tentang arloji itu akan membantu?” tanya uan Kim.
“Aku
tidak bisa memastikan bagaimana ingatannya tentang arloji akan memengaruhi
Beliau, tapi menurutku ini patut dicoba.” Kata Dokter Kim
Tuan Kim
pergi ke kamar ibunya mencari sesuatu menemukan, barang-barang milik ibunya
dikardus, foto Hye Ja dengan Joon Ha. Lalu
"Buku Akun dan struk Pembayaran untuk bulan Maret, Departemen
Sosial, Lee Joon Ha”
Flash Back
Di depan
gedung “Surat Kabar Hanmin, jujur dan pekerja keras." Hye Ja sudah
menunggu didepan pintu melihat Joon Ha akan keluar lalu mengejutkan. Teryata
Joon Ha keluar dengan seniornya, Hye Ja pun terlihat malu.
“Kalian
sangat mesra... Kalian membuat pria lajang ini merasa kesepian.” Goda Senior
Hye Ja.
“Mereka
pengantin baru... Itu tidak sampai dua tahun. Tahan saja.” Kata senior lainya.
“Bu Kim,
jangan datang lagi. Aku iri. Jika aku sangat iri, aku mungkin tidak membiarkan
Joon Ha pulang.” Kata Senior Joon Ha
“Aku akan
menguranginya.” Ucap Hye Ja malu-malu. Seniornya menyetujuinya.
Mereka
akhirnya berpisah, Joon Ha mengeluarkan sebuah amplop sebagai bulannya. Hye Ja
mengucapkan terima kasih untuk bulan ini
sambil memukul bokong suaminya. Joon Ha panik padahal sudah berjanji akan
menguranginya.
“Apa? Aku
bukan menyentuh orang asing... Kau suamiku.” Ucap Hye Ja.
“Kau Mau
makan apa? Haruskah kita mengajak orang tuamu ke tempat yang bagus?” ucap Joon
Ha.
“Aku
punya ide... Ayo Ikut aku.” Kata Hye Ja mengajak Joon Ha pergi. Joon Ha
bertanya apakah harganya malah. Hye Ja mengatakan akan memilih hidangan paling
mahal.
Hye Ja
pergi ke bar yang ada didekat rumah dan makan udon. Joon Ha heran Hye Ja yang
tidak membeli yang lebih enak. Hye Ja mengaku Tidak ada yang lebih enak dari
ini jadi akan makan banyak hari ini karena Joon Ha gajian.
“Di hari
lain, memimpikannya pun aku tidak berani.” Ucap Hye Ja penuh semangat.
“Seleramu
benar-benar...” komentar Joon Ha. Hye Ja pikir itu bagus.
“Itu
sebabnya aku memilihmu.” Kata Joon Ha. Hye Ja pun setuju.
Pemilik
melihat Hye Ja dan Joon Ha bertanya apakah sudah hampir selesai karena Sebentar
lagi jam malam. Joon Ha dan Hye Ja panik bergegas menghabiskan makanan
dimangkuk. Setelah itu keduanya bergegas
pergi dari bar.
Keduanya
bergegas sebelum jam malam, tapi Joon Ha kelelahan. Hye Ja pikir kalau Biaya
perawatan Joon Ha mahal, Joon Ha mengucapkan Terima kasih tidak meninggalkan.
Saat itu
alarm berbunyi, Joon Ha langsung mengendong Hye Ja dan berlari pergi. beberapa
petugas pun mengejar orang-orang yang masih berkeliaran di jam malam.
Foto
penikahan Hye Ja dan Joon Ha dipajang diatas dinding. Joon Ha seduh siap berkerja terlihat binggug.
Hye Ja heran melihat wajah Joon Ha berpikir apakah Itu caranya memberi selamat.
Joon Ha dengan sikap canggung mengucapkan “Selamat”
“kau
bilang "Selamat"? Ini anak kita.” Keluh Hye Ja heran dengan sikap
Joon Ha.
“Haruskah
aku mengucapkan terima kasih?” kata Joon Ha. Hye Ja makin binggung.
Di
restoran
Hyun Joo
memberikan tumis tahu yang dibawanya sambil mengendong bayi di punggungnya. Hye
Ja dengan wajah cemberut menceritakan
Ketika tahu hamil, ia melompat kegirangan meskipun aku sendirian tapi
heran dengan Joon Yang mengatakan "terima kasih"
“Lalu,
kenapa harus "Selamat"?” keluh Joon Ha kesal. Hyun Joo pikir Semua pria seperti itu.
“Jangan
berharap kepada mereka. Dia pasti malu. Pria memang seperti itu. Mungkin juga itu
seperti mimpi. Benarkan?” ucap Sang Eun.
“Sepertinya...
Tapi aku juga tidak percaya Ini masih sekecil kuku....”kata Hye Ja.
“Masih di
perutmu lebih baik. Sekarang bayiku harus makan dan buang air besar. Ini
membuatku gila.” Kata Hyun Joo
“Makanya
duduklah. Berhenti bergerak.” Kata Sang Eun. Hyun Joo dengan senang hati duduk
bersama teman-temanya.
“Di mana
Yeong Soo Oppa?” tanya Hye Ja. Hyun Joo menjawab ada di dapur karena sanga Ayah ingin
melatihnya.
“Apa Dia
dipromosikan?” tanya Hye Ja. Hyun Joo pikir Bukan hal yang membahagiakan.
Young Soo
memotong daun bombay dengan lamban, Seroang anak kecil dengan sombongnya
memanggil “Kim” menyuruh agar melakukan
yang benar karena Ketebalannya berbeda. Young Soo tak percaya kalau di
panggil Kim mengeluh kalau itu tidak sopan.
“Apa Kau
tahu siapa aku? Aku akan mewarisi tempat ini dari ayah mertuaku. Kau tidak
mengerti. Bukankah dia menyuruhmu memperlakukanku dengan hormat?” ucap Young
Soo. Saat itu si anak kecil memotong dengan cepat dan pas.
“Apa Kau
ingin aku mengadukanmu?” ancam si anak. Young Soo panik memintaa agar jangan
melakukanya.
“Kau
seperti anak kecil. Begitu aku mewarisi tempat ini, dia yang pertama aku pecat...
Hei. Siapa namamu?” ucap Young Soo. Si pria menjawab namanya Lee Yeon Bok.
“Lee Yeon
Bok? Akan kuingat itu. Tapi Firasatku berkata dia akan menjadi sukses.” Kata
Young Soo lalu melihat kalau bawang bombaynya jadi berwarna merah.
“Itu
Sakit, kan?” ucap si anak. Young Soo menjerit kesakitan karena ternyata
tanganya terluka, dan di bawa pergi ke "Klinik Kebidanan Kim Seon
Young" dengan jeritan keras.
Hye Ja
sibuk memasak sambil mengendong Dae Sung, meminta maaf pada anaknya yang lapar.
Ia mengepel lantai sambil mengedong Dae Seung agar jangan menangis. Joon Ha
sedang berkerja tiba-tiba Hye J datang
“Kau Awasi
Dae Sang. Aku harus merebus popoknya.” Ucap Hye Ja memberikan anaknya
“Kau Istirahatlah.
Apa Tidak bisa besok?” ucap Joon Ha. Hye Ja mengeluh kalau besok mengerjakanya
maka anaknya tak pakai popok besok.
“Kau
harus Jaga dia.” Ucap Hye Ja. Joon ha menganguk mengerti mengejek Dae Sung itu
nakal menyuruh biarkan ibunya istirahat. Dae Sung malah menangsi.
“Jangan
menangis. Maafkan Ayah... Ayah harus bagaimana?” ucap Joon Ha bingung.
Hye Ja
bangun kaget melihat anaknya hanya tergeletak dibawah sementara Joon Ha duduk
di meja kerja. Ia memarahi Joon Ha
padahal sudah minta agar menjaganya dan Joon Ha hanya menatapnya. Joon Ha
bingung karena tak mengerti.
“Kau
seharusnya bermain dengannya dan memastikan
dia tidak terluka. Kau ayahnya. Ini bukan pertama kalinya...” ucap Hye Ja marah
lalu meminta maaf pada anaknya.
“Kenapa?
Apa Kau tidak menyayanginya? Apa Kau tidak peduli padanya?” ucap Hye Ja kesal
“Sejujurnya,
aku merasa canggung di dekatnya. Aku tidak mendapatkan apa pun dari ayahku. Jadi,
aku tidak tahu cara menyayangi seorang anak. Dan Aku juga takut salah bahkan Aku
juga belum pernah melakukan ini. Jadi Ini juga pertama kalinya bagiku.” Ucap
Joon Ha
“Aku
belum pernah menjadi ibu... Ayo kita berusaha Ayo lakukan yang terbaik untuk
menjadi orang tua yang baik.” Kata Hye Ja. Joon Ha tak percaya Hye Ja bisa
mengerti.
Akhirnya
Hye Ja mengajak Joon Ha untuk memandikan Dae Sang bersama Joon Ha memastikan
kalau dirinya sudah benar melakukanya. Hye Ja menganguk lalu memberitahu kalau
Joon Ha merasa gugup maka bayinya juga gugup.
“Coba
bersihkan wajahnya sekarang.” Ucap Hye Ja. Joon Ha panik takut kalau air masuk
ke hidungnya
“Itu
sulit bahkan untuk orang dewasa.” Kata Joon Ha merasa tak tega.
“Apa Kau
mau wajah dan rambutnya tidak dibersihkan selamanya? Dia bukan anjing... Kau Lakukan
saja dengan lembut. Percikkan sedikit air ke wajahnya... Dan Mulai dari
pipinya.” Kata Hye Ja.
Joon Ha
terlihat masih gugup, tapi saat itu tangan Dae Sang memegang tangan ayahnya.
Hye Ja tersenyum karena yakin anak mereka itu
menggemaskan, Joon Ha seperti baru merasakan sentuhan dari anaknya. Hye
Ja menegaskan kalau mereka keluarga sekarang.
Joon Ha
mengendong Dae Sang dipelukanya, Hye Ja melihat anaknya yang tertidur pulas.
Joon Ha mengucapkan Terima kasih pada
Hye Ja. lalu mengaku Rasanya seperti masalah yang selama ini menghantuinya
mulai terpecahkan.
“Apa yang
aku lakukan? Aku tidak melakukan apa-apa. Aku sangat bangga padamu.” Kata Hye
Ja.
Saat itu
Ayah Joon Ha datang seperti sedang mabuk, Tuan Lee mengaku hanya datang untuk
melihat cucunya. Joon Ha menyuruh ayahnya pulang karena terlihat mabuk. Tuan
Lee mengumpat ksal.
“Bukankah
ini karena Ayah tidak mendapat uang yang kau mau?” kata Joon Ha. Hye Ja hanya
melihat sambil mengendong anaknya.
“
Bagaimana rasanya? Sekarang kamu punya anak. Bisakah kau bersimpati dengan
perasaan Ayah dahulu?” kata Tuan Lee.
“Ya. Aku
bingung kenapa seorang ayah bisa hidup seperti itu.” Komentar Joon Ha sinis
“Ya
ampun. Kau seperti ibumu... Ayah tidak bisa dekat denganmu. Sekarang kau punya
anak dan semuanya, Ayah tidak ingin memperburuk keadaan kita. Aku datang untuk
memperbaiki keadaan dengan damai... Tidak, seperti Ayah bilang, aku ayah dari
seorang anak dan suami dari seorang wanita.” Ucap Tuan Lee
“Aku akan
berusaha sebisaku untuk melindungi keluargaku. Selain itu, aku bisa saja
melakukan hal buruk. Jadi Pulanglah.” Kata Joon Ha. Tuan Lee mengumpat Joon Ha
Anak kurang ajar.
“Dasar
Tidak sopan. Keterlaluan... Sial.” Kata Tuan Lee akhirnya berjalan pergi.
Hye Ja
melihat suaminya merasa kasihan lalu mengusap punggung suaminya agar bisa
tenang lalu mengaja masuk karena Dingin. Joon Ha seperti bisa tersenyum
memiliki anak dan juga istri yang mengerti dengan semua kekurangan pada
dirinya.
Tuan Kim
menatap foto ibunya dengan sang ayah lalu melihat penghuni baru datang dan
memberitahu kalau ada paket untuknya. Esok pagi di panti, Hye Ja duduk di
ruangan dengan senyuman bahagia melihat Nyonya Lee datang lalu berkomentar
Rambutnya terlalu panjang.
“Benarkah?
Ini... Tidak banyak yang memperhatikan rambut belakangku. Lagi pula, aku tidak memamerkannya
kepada siapa pun.” Ucap Nyonya Lee
“Apa Kau
tidak punya suami?” tanya Hye Ja. Nyonya Lee mengaku punya dan terlihat
bingung.
“Semua
suami seperti itu... Kau tahu yang orang katakan. Suami selalu memihak orang
lain, bukannya memihak aku. Aku dahulu juga penata rambut saat masih muda. Apa
Kau mau aku memotong rambutmu?” ucap Hye Ja. Nyonya Lee menganguk setuju.
Hye Ja
mulai memotong pasien nenek yang selalu ditemani suaminya dan hanya diam saja,
tangaya seperti masih cekatan. Tuan Kim
melihat ibunya yang masih berkerja dan terlihat seperti baik-baik saja. Nyonya
Lee mendekati suaminya dengan senyuma.
“Bagaimana
penampilanku? Ibu memotong rambutku. Baguskan?” ucap Nyonya Lee bangga. Tuan
Kim membenarkan.
Saat itu
Hyun Joo datang melihat temanya terlihat sedih. Tuan Kim heran melihat Hyun Joo
yang datang lagi. Hyun Joo masih dengan gaya machonya mengaku ingin menemui
temannya dan bertanya Bagaimana kabar Hye Ja.
Tuan Kim pikir Hye Ja tampak lebih baik hari ini.
“Hei.
Saat kita masih muda, aku yang tercantik di antara kita bertiga.” Kata Hyun Joo
bertemu dengan Hye Ja.
“Apa Itu
sebabnya kau menikah dengan kakakku?” goda Hye Ja.
“Kakak
lelaki selalu memilih gadis tercantik di antara teman adik perempuannya. Aku
tidak pernah membayangkan itu.” Ucap Hyun Joo
“Kau
selalu kesal setiap Sang Eun membahas kakakku.” Komentar Hye Ja.
“Hei.
Peramal itu memberitahuku bahwa akan ada tiga momen yang aku sesali. Aku memikirkannya.
Pertama, saat aku jatuh cinta pada Yeong Soo sewaktu SMA. Kedua, saat berkencan
dengannya saat sudah cukup umur untuk menikah. Ketiga adalah saat kami menikah.
Hei. Peramal itu hebat, kan? Kata Hyun Joo tertawa bahagia.
“Rice
selalu menggonggong setiap melihatmu. Dia sangat menyukai Yeong Soo karena dia
anjing betina. Dia tahu itu secara insting. Aku tidak tahu dan selalu
memarahinya.” Ucap Hye Ja.
“Aku
ingat Rice... Dia sangat menggemaskan... Rasanya semua itu baru kemarin.” Ucap
Hyun Joo. Hye Ja pikir benar juga, Rasanya seperti baru beberapa hari lalu.
Hyun Joo
akhirnya berjalan dengan Tuan Kim ingin tahu
Bagaimana nafsu makannya menurutnya Hye Ja selalu kurus, tapi malah
makin kurus. Tuan Kim mengaku ibunya tidak makan sebanyak sebelumnya jadi
Istrinya masih merawatnya.
“Aku dengar
dia tidak mengenali istrimu... Tapi aku senang dia masih mengenali Anda.” Ucap
Hyun Joo
“Omong-omong...
Apa Anda tahu arloji yang ada kaitannya dengan ibuku?” tanya Tuan Kim. Hyun Joo
binggung arloji apa yang dimaksud.
“Hanya
arloji biasa. Tapi Anehnya, Ibu terus bereaksi terhadap arloji seorang pria
tua.” Cerita Tuan Kim
“Di mana
pria itu? Di mana? Tunggu. Apa Dia masih hidup?” kata Hyun Joo terlihat marah.
Flash Back
Hye Ja
dengan wajah cemberut menunjuk sebuah kalender yang ditandai lalu bertanya pada
Joon Ha hari ini, hari apa. Joon Ha
menjawab Hari ini tanggal 22 lalu pamit pada Dae Sang yang akan pergi kerja.
Hye Ja makin cemberut melihatnya.
“Apa? Apa
Aku lupa sesuatu?” ucap Joon Ha binggung melihat Hye Ja yang masih cemberut.
“Kau lupa
hal terpenting... Apa itu? Coba kulihat... Sebelum menikah, kamu selalu mempelajari
ekspresiku dan bahkan cara bicaraku. Kenapa kau menjadi sangat lamban setelah
menjadi reporter?” keluh Hye Ja.
“Maaf.
Hari ini ulang tahunmu.” Kata Joon Ha memberikan ciuman. Hye Ja mengeluh
“Ini
ulang tahun pernikahan kita... Kau bahkan lupa ulang tahunku.” Keluh Hye Ja.
“Akhir-akhir
ini sangat sibuk, karena berita yang aku liput. Aku sungguh minta maaf. Apa Kau
mungkin lupa alamat kita dan tersesat.” Ejek Hye Ja.
“Haruskah
kita makan di luar malam ini?” ucap Joon Ha meredakan amarah istrinya.
“Pastikan
kau pulang sebelum restorannya tutup.”ancam Hye Ja. Joon Ha pun berjanji akan
pulang lebih awal hari ini.
“Aku selalu
memaafkanmu, tapi jika kau terlambat hari ini, maka aku akan menutup pintu.”
Tegas Hye Ja. Joon Ha menganguk pergi lalu pamit pergi.
“Dae
Sang, Ayah pergi kerja... Aku akan pulang lebih awal.” Kata Joon Ha pamit
pulang.
Hye Ja
sudah menaruh kue dengan dan juga banyak menu makanan diatas meja, tapi sampai
malah Joon Ha belum juga datang. Wajahnya terlihat kesal merasa sudah menduga
kalau suaminya pasti telat datang.
Akhirnya Ia keluar rumah walaupun Dingin dan berpikir sudah bekerja
lembur lagi.
Pagi hari
Joon Ha
belum juga pulang, Hye Ja pergi ke "Surat
Kabar Hanmin, jujur dan pekerja keras." Seniornya menyapa Hye Ja yang
datang lagi ke kantor. Hye Ja memohon
agar senior suaminya itu Berhentilah membuatnya bekerja keras.
“Di mana
Joon Ha? Apa Dia tidur ruang sif malam lagi?” ucap Hye Ja.
“Apa Joon
Ha belum pulang?” kata seniornya. Hye Ja binggung mendengarnya dan berpikir
suaminya pergi ke suatu tempat
“Sejujurnya,
kemarin, petugas pemerintahan menerobos masuk dan menangkap semua karyawan
surat kabar kami. Aku dan Joon Ha juga dibawa.” Ucap Senior. Hye Ja kaget kalau
suaminya dibawa pergi.
“Aku
dibebaskan dini hari tadi, jadi, kupikir dia sudah pulang.” Ucap seniornya. Hye
Ja terlihat kaget.
Hye Ja
duduk kebingungan sementara, Ibunya bersama dengan Dae Sang meminta agar bisa
mengatakan, "Ayah, cepatlah pulang." Hye Ja terlihat masih
kebingungan dan panik. Ayahnya memberitahu kalau mereka K sudah melaporkan
orang hilang ke polis jadi pasti akan menghubungi.
“Dia
mungkin kelelahan setelah diselidiki semalaman dan tertidur di penginapan atau
apa.” Kata ayahnya. Hye Ja terlihat masih sangat khawatir.
Nyonya
Lee memasak sendiri didapur, Tuan Kim melihatnya bertanya apakah butuh bantuan.
Nyonya Lee menolak karena hampir selesai menyuruh bergegas karena Hye Ja pasti
menunggumnya. Tuan Kim mengatakaan harus segera pergi.
“Belakangan
ini, Ibu makan sedikit... Cuaca makin dingin, aku sangat khawatir.” Ucap Nyonya
Lee. Tuan Kim meminta Nyonya Lee agar tenang saja.
“Untuk
Ibu, ini mungkin upacara peringatan terakhir. Aku harus menyiapkannya dengan
baik.” Kata Nyonya Lee.
Dokter
Kim bertemu dengan Hye Ja karena mendengar tidak nafsu makan, jadi akan
memberikan infus sebagai gantinya. Hye Ja mengangguk mengert. Dokter Kim
memberitahu kalau Cairan ini memang mengandung banyak nutrisi.
“Tapi itu
jelas tidak sebanding dengan makan makanan bergizi, jadi, tolong cepatlah pulih
agar kita bisa makan sesuatu bersama, oke?” kata Joon Ha. Hye Ja menganguk
mengerti.
“Mari
kita lihat ke depannya. Beliau mungkin akan pulih.” Kata Joon Ha pada Tuan Kim.
Tuan Kim menganguk mengerti.
Flash Back
Hye Ja
tak bisa menunggu lalu meminta ibunya agar
jaga Dae Sang. Ibunya memberitahu kalau Ayah Hye Ja pergi ke kantor polisi untuk mencari tahu apa
yang terjadi. Hye Ja merasa harus mencari tahu sendiri dan bergegas pergi.
Didepan
kantor polisi tertulis spanduk "Reformasi
Revitalisasi Akan Membuat Sejarah Baru" Hye Ja mencoba merobso masuk
mengaku hanya ingin melihat apakah suaminya ada di dalam tapi kenapa malah tak
boleh. Petugas tetap tidak memperbolehkan.
“Biarkan
aku masuk untuk memastikan dia tidak di sini. Dia seorang jurnalis surat kabar
bernama Lee Joon Ha. Apa Dia memiliki pekerjaan yang layak. Kenapa kalian
menahannya?” ucap Hye Ja.
“Lee Joon
Ha? Dari Surat Kabar Hanmin?” kata seorang polisi. Hye Ja membenarkan kalau
Joon Ha adalah suaminya.
“Apa Kau
tahu kalau dia ada di sini?” ucap Joon Ha. Si polisi mengaku mereka sedang
menyelidiki sesuatu.
“Menyelidiki
apa? Apa yang suamiku perbuat onar?” kata Hye Ja membela
“Kami
akan menyelidiki apakah dia melakukan kesalahan.. Tolong pergi.” ucap polisi
“Kalian
menahan orang tidak bersalah tanpa alasan yang sah.” Teriak Hye Ja marah
“Kudengar
kau memiliki satu putra. Jika kau tidak ingin masa depan putramu hancur tolong
pergi saja. Paham?” ucap Si pria yang mengunakan jam tangan milik Joon Ha
terlihat sangat jahat.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar