PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 04 Maret 2019

Sinopsis Romance is a Bonus Book Episode 12 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Tuan Bong dan Tuan Kim keluar dari restoran setelah menjamu para reporter sambil memberikan hadiah buku pada masing-masing reporter.  Tuan Bong meminta agar tulis artikel menarik soal buku baru mereka. Reporter bertanya apakah hanya satu per orang.
“Kami pikir akan berat.” Kata Tuan Kim mencari alasan. Reporter pikir benar juga.
“Ada reporter lain di divisi kebudayaan, jadi sepuluh buku cukup.” Kata Repoter.
“Itu agak banyak. Bagaimana jika tiga? Akan kukirim tiga buku ke kantor kalian.” Kata Tuan Kim. Reporter Lain pun mengingikan juga.
“Akan kukirim bukunya ke kantor kalian besok dengan kurir cepat.” Ucap Tuan Bong
“Serta jangan lupa mengirimkan sinopsis buku ini.” Kata Reporter seperti malas
“Akan kami kirimkan sinopsis bersama judul artikelnya. Kami ingin meringankan beban kerja kalian.” Ucap Tuan Kim. Para reporter pun pamit pulang. 

Tuan Kim mengeluh kalau mereka pasti tahu biaya mencetak sebuah buku , dan Tuan Bong pikir mereka yang menuliskan artikelnya untuk reporter. Tuan Kim menyetujuinya lalu membuka grup karena ingin tahu apa acaranya sudah usai.
“Apa? Hei, katanya 14 orang batal datang.” Ucap Tuan Kim. Tuan Bong panik bertanya apakah mereka bisa mengisinya.
“Apa Yeong-a tak datang? Ji-hong, Yeong-a mengalami kecelakaan.” Kata Tuan Kim.
“Kecelakaan? Apa yang terjadi?” tanya Tuan Bong panik mencoba membuak ponselnya. 

Nyonya Seo masih ada dirumah sakit, Dokter memberitahu kalau anak Nyonya Seo mengalam Demamnya tinggi,disertai juga sakit kepala dan muntah jadiButuh tes untuk tahu apa dia sakit meningitis. Nyonya Seo kaget mengetahui anaknya mungkin terkena Meningitis.
“Bukankah tulang belakangnya harus disuntik untuk tes itu?” ucap Nyonya Seo sedih
“Ya, dia cukup besar untuk itu.” Kata Dokter. Nyonya Seo sedih karena itu rasanya pasti sakit sekali.

Nyonya Seo mulai membaca buku "Hai, Orang asing. Halo... Aku kesepian. Namun, kesendirianku membuatnya sempurna. Kumohon jangan katakan hal memuakkan seperti kau merindukanku. Aku tak percaya keberadaan Tuhan."
Hae Rin menatap sedih melihat Eun Ho dan Dan Yi berdiri berdampingan, dengan saling menatap dan tersenyum. Tuan Song tertidur dan hampir bersandar pada Seo Joon. Nyonya Song pun meminta maaf pada Seo Joon.
"Namun, aku berharap setidaknya kau akan menunggu. Kuharap kita bisa saling mengenal. Dan karena itu, aku, untuk kali pertama dalam hidupku, akan mengucapkan sebuah nama yang tak ada di dunia ini dan itu adalah cinta. Kuharap aku bisa bilang bahwa aku mencintaimu saat kita bertemu lagi di tempat itu."
Nyonya Yoo terlihat sangat baik membaca buku yang ditulisnya. Nyonya Goo menatap ke arah panggung dengan tatapan makin dingin.  Semue memberikan tepuk tangan setelah Nyonya Yoo menyelesaikan bacaanya. Dan Yi pun naik keatas panggung lagi.

“Kata "orang asing" memberi makna jarak dan keterasingan. Tapi kenyataannya, kita semua orang asing bagi satu sama lain. Jauh tapi dekat. Asing, sekaligus akrab. Itulah kita.” Ucap Dan Yi. Seo Joon menatap Dan Yi seperti sangat terkesima.
“Mungkin itu sebabnya kita semua punya kisah tersembunyi di hati kita. Hari ini, kita berkesempatan dengarkan beberapa kutipan dari buku baru Bu Yoo yang mencerahkan hati kita seperti bintang di langit. Itu membuatku bercermin dan sangat penasaran dengan kisah terpendam di dalam hati kita. Apa kalian juga merasa begitu?” kata Dan Yi
Semua mengaku merasakan hal yang sama,  Dan Yi pikir bisa belajar soal buku baru luar biasa dengan orang hebat membuatnya sangat senang jadi ingin berterima kasih kepada semua karena telah datang pada malam awal musim semi ini. Tiap tamu memberikan tepuk tangan, Eun Ho memberikan acungan jempol untuk Dan Yi. 



Semua tamu keluar dari cafe, Mereka meminta agar mempromosikan bukunya. Seo Joon bertemu dengan Hae Rin memberitahu kalau Bukunya laris. Hae Rin tersenyum lalu menanyakan pendapat Seo Joon tentang acara yang dibuat. Saat itu Ibu Hae Rin datang menyapa anaknya.
“Astaga. Pria muda ini tadi duduk di sebelah kita.” Ucap Nyonya Song melihat Seo Joon. Hae Rin tak percaya mendengarnya.
“Mereka orang tuaku... Aku bekerja dengannya. Dia yang mendesain buku ini.” Ucap Hae Rin. Seo Joon pun memperkenalkan diri pada orang tua Hae Rin.
“Senang bertemu denganmu. Apa Kau suka pangsit?” kata Nyonya Song. Seo Joon binggung.
“Ya. Aku suka pangsit.” Kata Seo Joon. Nyonya Song pikir itu bagus. Hae Rin merasa tak enak hati dengan sikap ibunya.
“Kami punya restoran pangsit. Berkunjunglah bersama Hae-rin. Semua yang bekerja dengan Hae-rin dapat pangsit gratis. Semuanya.” Ucap Nyonya Song. Seo Joon menganguk mengerti.
“Butuh sejam untuk bersih-bersih. Jadi Kalian duluan saja. Aku harus bersih-bersih.” Kata Hae Rin. Orang tua merasa tak masalah meminta Seo Joon bisa Berkunjung


Saat itu Orang Tua Hae Rin melihat Eun Ho langsung bersemangat menghampirinya. Eun Ho pun senang melihat orang tua Hae Rin. Seo Joon melihat Sepertinya orang tua Hae Rin menyukai Pak Cha. Hae Rin mengerti tapi menurutnya  Mungkin tak lagi.
“Maaf menelepon mendadak... Aku tahu kalian sibuk.” Ucap Eun Ho
“Jangan khawatir... Kami di sini berkat Hae-rin... Aku menikmatinya.” Kata Nyonya Song
“Aku ingin mengantar kalian, tapi Bu Yoo menungguku. Ayo. Akan kupanggilkan taksi.” Kata Eun Ho ingin mengantar. Nyonya Song tak percya Eun Ho masih mau mengantarnya. 

Eun Ho mencari taksi di pinggir jalan. Nyonya Song piir Eun Ho  tak perlu memanggilkan taksi menurutnya Eun Ho pandai membuat orang senang. Tuan Song menyolek istrinya agar bisa membalas dendam untuk anaknya. Eun Ho akhirnya memanggil Taksi. Akhirnya Nyonya Song memukul kepala Eun Ho dengan tas. Eun Ho melonggo bingung.
“Astaga. Tidak... Astaga, kenapa tasku melayang ke arah sana... Sayang, kenapa bawa tas itu? Tas itu aneh. Maafkan aku, Pak Cha. Tas ini gila. Ini membuatku takut... Apakah sakit sekali?” ucap Nyonya Song gugup.
“Tidak, jangan cemas. Aku baik-baik saja.” Kata Eun Ho mencoba memastikan taksinya berhenti.
Eun Ho akan membuka pintu tapi kaki Tuan Song sengaja menyelengkatnya dan membuatnya hampir jatuh. Tuan Song berpura-pura tak bersalah berpikir kaki Eun Ho lelah. Eun Ho binggung berpikir Tuan Song yang sengaja melakukanya.
“Apa? Apa yang kulakukan? Kau pasti lelah karena sangat sibuk.” Ucap Tuan Song. Eun Ho pun akhirnya membenarkan walaupun terlihat masih binggung dengan sikap orang tua Hae Rin.
“Kalian Masuklah... Mereka ke Gaseon-dong, Antarkan dengan selamat.” Ucap Eun Ho membayar taksi dengan uangnya. Nyonya Song malah menatap Eun Ho sebelum masuk taksi.
“Apa Kau sama sekali tak suka Hae-rin? Kenapa?” tanya Nyonya Song. Eun Ho binggung menjelaskanya.
“Dia agak kaku, 'kan?” ucap Tuan Song. Eun Ho tak bisa menjawab.
“Kami tak bisa paksa kau menyukainya. Semuanya punya belahan jiwa. Tetaplah datang untuk mengambil kimchi. Aku selalu buatkan untukmu.” Kata Nyonya Song. Eun Ho menganguk mengerti memberikan hormat pada keduanya.
“Dia pria yang baik.” Komentar Tuan Song saat masuk mobil. Istrinya pun merasa Eun Ho tampak sangat tampan hari ini dan mengeluh karena tak berjodoh dengan Hae Rin. 


Dan Yi menemani Nyonya Yoo diruang tunggu. Nyonya Yoo mengaku Dan Yi yang membuatnya tak terlalu gugup Saat  ragu menjawab pertanyaan, Dan Yi sadar dan mengubah topik menurutnya Dan Yi  menjelaskan bukunya lebih baik ketimbang dirinya sendiri.
“Aku selalu suka bukumu, tapi acara ini buatku menjadi penggemar beratmu. Saat mendengarmu membacakan semua kutipan itu, aku terdiam. Penggemarmu menitipkan ini padaku. Mereka ingin aku memberikan ini kepadamu.” Ucap Dan Yi menunjuk banyak hadiah diatas meja.
“Astaga, aku sudah bersyukur mereka datang hari ini. “ kata Nyonya Yoo
“Semua yang datang, pulang dengan tersenyum lebar. Semua staf Gyeoroo ingin berterima kasih kepadamu, maka kami membelikan hadiah.” Kata Dan Yi.
Nyonya Yoo melihat isi hadiah yaitu syal, lalu mengaku sangat suka karena syalnya cantik lalu mengucapkan Terima kasih untuk semua kerja keras Dan Yi hari ini dan sungguh menghargainya. Eun Ho masuk ruangan meminta Dan Yi agar  bersih-bersih sebelum pulang.
“Aku akan antar Bu Yoo.. Kau sudah Kerja bagus hari ini.” Ucap Eun Ho. Dan Yi mengucapkan terimakasi atas pujianya.
“Bu Yoo, aku akan kirimkan ini ke rumahmu.” Kata Eun Ho melihat banyak hadiah. Nyonya Yoo pun mengucapkan terimakasih lalu pulang lebih dulu.
“Sampai jumpa di rumah.” Ucap Eun Ho mengoda Dan Yi kembali melonggo di pintu. Dan Yi tersenyum mengangguk. 


Tuan Bong menelp bertanya Siapa ini, karena Mantan istrinya pasti mengalihkan panggilannya dan harus segera bicara padanya. Dan Yi memberitahu kalau ia yang mengangkat telp dari Nyonya Seo. Tuan Bong terlihat sangat panik mengetahui tentang istrinya.
“Akan kukirimkan detailnya lewan pesan teks.” Kata Dan Yi dengan wajah serius. 

Park Hoon dengan bangga kalau acara mereka sukses dan menruutnya Kerja lembur mereka bisa terbayar. Ji Yool mengetahui kalau  membaca buku jadi lebih menyenangkan saat diceritakan kepada orang lain.
“Apa? Siapa kau? Kau bilang begitu? Apa Aku tak salah dengar?” ucap Park Hoon tak percaya.
“Aku mulai membaca. Aku sudah selesaikan dua dari daftar yang diberikan Pak Cha.” Kata Ji Yool bangga
“Coba Lihat kau, Ji-yul. Aku terkesan.” Ucap Park Hoon lalu muji Ji Yool  hebat. Ji Yool pun bangga dengan dirinya. 

Saat itu Ibu Ji Yool memanggil anaknya, Park Hoon langsung memperlihatkan wajah serius memanggil “Ibu”. Ibu Ji Yool mengeluh kalau bukan ibunya. Park Hoon pun makin memanggilnya “Ibu Mertua” Ibu Ji Yool langsung melotot tajam.
“Sapa dia. Dia yang akan kau temui hari Sabtu. Dia dokter bedah plastik. Namanya Kim Myeong-su.” Ucap Ibu Ji Yool dengan nada menyindir.
“Halo, Ji Yool... Kau lebih cantik secara langsung. Kudengar kau sangat suka pekerjaanmu dan terlalu sibuk untuk kencan, maka aku datang untuk menemui...” ucap Dokter Kim mengulurkan tanganya.
“Hei, Dr. Kim.” kata Park Hoon langsung menjabat tangan Dokter Kim. Ibu Ji Yool mengumpat Park Hoon sudah gila.
“Yah.... Aku tergila-gila pada Ji Yool” ucap Park Hoon. Ibu Ji Yool makin marah. Ji Yool tiba-tiba berteriak marah pada ibunya.
“Berhenti jahat pada Hoon... Jika muncul lagi dengan pria ini,maka aku bersumpah akan pindah dan tinggal dengan Hoon. Jadi Camkan itu.” Ucap J Yool mengancam.
“Ibu, aku memang hanya tinggal di apartemen seharga 500.000 won, tapi aku akan memastikan Ji  Yool nyaman.” Kata Park Hoon.
Ibu  Ji Yool pikir keduanya sudah gila, Park Hoon akhirnya mengajak Ji Yool bergegas pergi. Ibunya pun mengejarnya. 


Hae Rin, Seo Joon dan Dan Yi keluar dari cafe, terlihat senang karen mereka berhasil dan mengajak untuk minum bersama. Seo Joon pikir karena dua wanita itu sudah kerja keras jadi akan traktir. Hae Rin mengusulkan mereka berdua saja.
“Ada yang ingin kubicarakan dengan Pak Ji.” Ucap Hae Rin. Seo Joon bertanya soal apa dengan wajah binggung.
“Kau akan tahu. Hal mendalam...” ucap Hae Rin. Dan Yi pun mempersilahkan dan tak perlu khawatirkan dirinya lalu pamit pergi.
“Sampai jumpa di kantor.” Ucap Hae Rin dengan menahan amarah. Seo Joon pun mengajak pergi untuk mentraktirnya.

Saat itu tiba-tiba Ji Yool datang menemui Hae Rin, Hae Rin kaget karena Ji Yool tak pulang tapi masih ada didekat cafe. Ji Yool mengaku sudah pulang tapi kembali karena ada yang sangat ingin dikatakan kepada Hae Rin. Hae Rin terliha binggung.
“Aku ingin menjadi editor hebat sepertimu, Nona Song.” Ucap Ji Yool. Hae Rin heran kenapa tiba-tiba Ji Yool mengatakan itu.
“Aku ingin membuat buku-buku hebat sepertimu. Aku ingin sebarkan energi positif ke orang-orang lewat pekerjaanku, seperti hari ini. Tolong ajari aku, Nona Song.” Ucap Ji Yool. Seo Joon menahan tawa.
“Jangan minta diajari. Belajarlah dan unggul di pekerjaanmu.” Kata Hae Rin.
“Baik. Aku janji mulai sekarang akan bekerja lebih keras, Nona Song.” Ucap Ji Yool. Hae Rinpun pamit pergi.
“Ya. Sampai jumpa besok, Nona song... Aku mengagumimu, Nona Song.” Ucap Ji Yool membentuk tanganya hati diatas kepalanya lalu bergegas pergi.
“Lihat caramu mengajari bawahanmu.” Goda Seo Joon. Hae Rin hanya bisa tersenyum. 


Dan Yi pulang dengan bus menatap jendela dengan wajah bahagia, lalu menerima pesan dari Park Hoon “Kau sangat hebat hari ini Kau sangat kompeten. Kau hebat, Dan-i.”  Ji Yool juga mengirimkan pesan “Kau sangat hebat hari ini. Aku akan kerja keras dan berusaha sekompeten dirimu. Teruslah bekerja keras!”
Nyonya Go mengobrol dengan temanya kalau Dan Yi itu bukan lulusan SMA tapi Lulusan Universitas Yeonhui, bahkan rekam jejaknya bagus. Teman Nyonya Goo tak percaya kalau Dan Yi itu ada  di Tim Pembantu dan membuatnya binggung.
“Dia diwawancara untuk posisi staf sebagai pemasar berpengalaman. Kau tahu SH Advertising, 'kan? Dia pernah kerja di sana.” Ucap Teman Nyonya Goo
“Apa Kau yakin tak salah?” tanya Nyonya Go memastikan. Temanya yakin dengan ucapanya.
“Mencari kerja setelah hiatus karier memang berat. Aku pernah lihat orang memalsukan data resume mereka, tapi tak pernah lihat yang menghapus kredensial atau pengalaman.” Kata teman Nyonya Go
“Apa kau Masih punya resumenya?” tanya Nyonya Go. Temanya pikir bisa mencarinya.
“Tapi memberikan informasi pribadi sangat sensitif... Astaga, aku bingung.” Kata Teman Nyonya Goo.
“Bagaimana cara perusahaanmu menangani ini?” tanya Nyonya Go. Temanya mengatakan akan memecatnya.
“Bukankah itu membuatmu risi? Kualifikasinya terlalu tinggi untuk tugas sepele.” Ucap teman Nyonya Go. Nyonya Go terdiam memikirkanya. 



Eun Ho baru sampai rumah melihat lampu masih mati berpikir kalau  Dan Yi belum pulang. Sementara Dan Yi baru saja turun dari bus. Eun Ho menelp menanyakan keberadaanya.  Dan Yi mengaku membereskan semuanya di cafe  dan sedang dalam perjalanan pulang.
“Lalu Sekarang kau di mana?”tanya Eun Ho memastikan. Dan Yi mengaku ada di taman dekat rumah. Eun Ho berjalan keluar rumah.
“Kedengarannya kau senang.” Ucap Eun Ho. Dan Yi mengakuinya kalau bersemangat.
“Aku merasa hidup lagi. Membuatku merasa seperti di pekerjaan lama. Aku merasa telah memutar waktu. Aku merasa bisa melakukan segalanya. Sejujurnya, aku sangat takut saat kali pertama bergabung di Gyeoroo.” Ucap Dan Yi.
“Aku merasa terpojok, aku harus kerja keras agar bisa bertahan, tapi aku tak tahu apa-apa. Aku merasa tak berguna di dunia yang cepat ini. Aku sangat ketakutan”kata Dan Yi
“Bagaimana sekarang? Apa Sudah tak takut?” tanya Eun Ho melihat Dan Yi dari kejauhan.
“Tidak. Aku sama sekali tak takut. Aku ingin memuji diriku sendiri. "Kerja bagus, Dan Yi. Kerjamu hebat hari ini. Kau pasti sangat gugup, tapi kau tak membuat kesalahan. Aku benar-benar bangga padamu." Beberapa bulan lalu, aku akan pergi wawancara dan menangis terus.” Cerita Dan Yi
“Tapi kini, aku punya pekerjaan yang kusuka dan bahkan punya kartu nama. Dan kerjaku bagus. Aku kerja keras dan lancar, berinteraksi dengan orang-orang. Aku bangga pada diriku untuk hal itu. Aku kekanak-kanakan.” Kata Dan Yi. Eun Ho melihat Dan Yi dengan senyuman bahagia.
“Aku tahu, tapi aku tak peduli. Sekarang, aku sangat senang. Hari ini, aku mau menikmati perasaan ini sepenuhnya... Eun-ho... Aku senang kau ada di sisiku... Sungguh... Aku juga senang kau menggenggam tanganku. Aku merasa sangat aman... Terima kasih, Eun-ho.” Akui Dan Yi 



Eun Ho memanggil Dan Yi, lalu berlari dan memeluk lalu memutarnya. Dan Yi kaget tapi wajahnya terlihat bahagia. Eun Ho memegang wajah Dan Yi mengoda kalau terlihat sangat cantik sekali. Dan Yi mengeluh Eun Ho yang memanggil namanya lagi.
“Kau Hebat. Kerjamu luar biasa hari ini... Kang Dan-i yang terbaik!” ucap Eun Ho
“Aku juga tahu itu, Eun-ho!” ucap Dan Yi. Eun Ho pun kembali memuji Dan Yi yang sangat cantik. Dan Yi pun memuji Eun Ho yang tampan!
“Kapan kau tiba?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku Beberapa saat lalu dan mengaku tadi memperhatikannya. Dan Yi tak percaya mendengarnya lalu mereka pun berjalan bergandengan tangan. 

Hae Rin langsung meminum habis bir satu gelas. Seo Joon hanya bisa melonggo binggung. Hae Rin mengangkat satu ikan asin mengangap itu adalah pria dan cumi-cumi adalah wanita. Seo Joon bingung menatap ikan asin bertanya bagimana Hae Rin tahu ikan itu pria.
“Apa yang kau pikirkan? Tapi Anggap ini pria... Ikan Pollock ini si pria, dan sotong adalah si wanita.” Ucap Hae Rin. Seo Joon menganguk mengerti.
“Wanita ini membeli kemeja. Tapi suatu hari, pria ini terlihat memakai kemeja itu. Menurutmu apa artinya?” ucap Hae Rin mengikat tissue sebagai kemeja.
“Wanita itu memberikannya sebagai hadiah.” Kata Seo Joon. Hae Rin seperti bisa percaya.
“Mungkin. Hanya karena aku tertidur di bahunya, bukan berarti aku mencintainya.” Ucap Hae Rin. Se Joon pikir seperti itu.
“Tapi mereka mencurigakan... Ikan pollock muda ini terus menatap si sotong. Aku tak pernah melihat pollock menatap orang seperti itu.” Ucap Hae Rin menginta saat Eun Ho menatap Dan Yi yang ada diatas panggung.
“Bukan berarti mereka saling menyukai...” ucap Seo Joon yakin
“Aku yakin. Kau akan terus ingin menatap orang yang kau suka. Ini pengalamanku. Aku terus ingin menatap si pollock. Tapi masalahnya, si pollock juga terus ingin menatap si sotong.” Kata Hae Rin
“Bagaimana si sotong?” tanya Seo Joon.  Hae Rin mengaku tak tahu.
“Tampaknya perasaan dia sama. Itu berarti mereka saling menyukai, 'kan?” kata Hae Rin. Seo Joon pikir itu mungkin.
Hae Rin kesal merasa makin gila dan mengambil gelas Seo Joon dan langsung meminum habis. Ia pikir kalau membunuh saja mereka. Seo Joon kaget kalau akan membunuh keduanya. Hae Rin yakin akan membunuh mereka dengan memotong kepala Ikan dan memakanya. Seo Joon hanya bisa tersenyum. 



Dan Yi dan Eun Ho berjalan bergandengan tangan,  Seorang bibi penjual kue ikan menyapanya. Dan Yi ingin membeli porsi 2.000 won lalu mengambil satu dimakan langsung dan menyuapi Eun Ho, tangan mereka tak terlepas tetap saling bergengaman.
Eun Ho mengeluarkan dompet dan meminta Dan Yi mengambil uangnya.  Si bibi melihat keduanya yang terlihat serasi memberikan bonus.  Eun Ho dan Dan Yi berjalan sambil bergandengan sambil saling menyuapi. 

Tuan Bong sampai ke IGD dengan wajah panik menanyakan nama Bong Chan-min, Bocah usia 12 tahun. Perawat menunjuk ke ruangan. Tuan Bong berlari panik dan melihat anaknya yang tertidur dengan istrinya yang juga tertidur. Chan Min terbangun melihat ayahnya.
“Apa Kau baik-baik saja?” tanya Tuan Bong sedih melihat anaknya yang terbaring.
“Tadi aku mengira akan mati. Tapi mereka beri pereda sakit. Jadi, sudah lebih baik.” Ucap Chan Min
“Kau harus kuat dan sehat seperti ayah. Kenapa kau sakit?” keluh Tuan Bong
“Aku sakit meningitis. Tadi aku harus meringkuk seperti udang. Mereka menyuntik tulang belakangku untuk tes meningitis.” Cerita Chan Min
“Tapi kau takut jarum suntik. Apa Tadi menakutkan?” ungkap Tuan Bong duduk didekat anaknya.
“Tidak. Aku sudah SD.” Kata Chan Min. Tuan Bong akhirnya meminta maaf karena seharusnya menemaninya, lalu mengelus kepala anaknya dan melihat mantan istrinya ikut mengelusnya. 


Tuan Bong duduk di ruang tunggu dengan wajah sedih. Nyonya Seo berjalan mendekat bertanya kapan datang.  Tuan Bong pikir mereka harus ruju demi Chan-min dan mereka tak bisa tinggalkan anakn mereka. Nyonya Seo bertanya apakah Tuan Bong mencintainya.
“Bukan itu masalahnya... Kita punya anak.” Ucap Tuan Bong
“Ji-hong... Pak Bong... Kita sudah bercerai. Apa Pikirmu kita bercerai hanya karena bertengkar di pusat perbelanjaan waktu itu? Apa Kau meneken suratnya karena marah? Tidak... Kita hanya perlahan saling menjauh setelah sekian lama” ucap Nyonya Seo
“Aku akan jadi suami lebih baik. Bisakah beri aku kesempatan kedua?” ucap Tuan Bong
“Aku sudah menyukai orang lain, Ji-hong... Ini baru seminggu, tapi aku mulai menyukainya. Dia menganggapku wanita dan memperlakukanku begitu.” Kata Nyonya Seo berjalan pergi. 


Eun Ho terbangun dari tidurnya melihat Seo Joon menelp lalu mengangkatnya.  Seo Joon meminta Eun Ho datang. Akhirnya Eun Ho datang ke cafe melihat Hae Rin tertidur diatas meja dan berusaha untuk membangunkan.
“Dia tak akan bangun... Sudah 30 menit aku coba membangunkannya.” Keluh Seo Joon
“Kenapa kau membuat dia minum sampai pingsan?” balas Eun Ho kesal. Seo Joon pikir bukan dirinya yang membuat Hae Rin minum.
“Kau bisa menghentikannya.” Ucap Eun Ho, Seo Joon menceritakan kalau mereka ingin minum di bar dekat acara tadi.
“Tapi dia bersikeras kemari, Bahkan saat itu dia sudah mabuk. Aku sudah menyuruhnya pulang, tapi dia tak mau dengar. Lalu dia membuat soju mentimun yang bahkan tak ada di menu. Coba kau Lihat. Dia gunakan ketel ini.” Ucap Seo Joon menunjuk teko.
“Tunggu. Kau bilang Soju mentimun?” kata Eun Ho kaget.
“Dia bilang butuh mentimun agar merasa lebih baik dan dia akan mati setelah itu.” Kata Seo joon
“Dia mau makan itu lalu mati, tapi tak kau hentikan?” jerit Eun Ho. Seo Joon pikir bagaimana bisa menghentikanya.
“Dia alergi mentimun.” Ucap Eun Ho. Seo Joon melonggo kaget karena Hae Rin sudah minum dua teko.
“Tapi tampaknya dia hanya mabuk.” ucap Seo Joon panik. Eun Ho pikir Seo Joon bisa lihat yang terjadi besok.
“Apa yang akan terjadi? Dia tak akan mati, 'kan?” kata Seo Joon panik. Eun Ho menyuruh Seo Joo ingin mengendongna.
Seo Joon yang panik akan mengendong tapi akhirnya mengeluh kenapa harus dirinya.  Eun Ho pikir karena Seo Joon yang minum dengan Hae Rin jadi menyuruh untuk mengendongnya karena sudah membangunkannya. Seo Joon pikir Eun Ho itu atasannya jadi harus mengendong.
“Aku bukan siapa-siapanya.” Kata Seo Joon. Eun Ho mengeluh Seo Joon yang tidak sopan.


Akhirnya Eun Ho yang mengendong Hae Rin, Seo Joon bertanya kemana mereka pergi. Eun Ho menjawab ke rumah Seo Joon sekarang. Seo Joon heran kenapa harus ke rumahnya. Eun Ho pikir Seo Joon ingin membawa Hae Ri ke hotel dan meninggalkannya di sana.
“Bukan begitu maksudku... Bagaimana jika rumahmu?” ucap Seo Joon.
“Hei! Lihat pukul berapa sekarang. Sekarang pukul 03.00! Sudah cukup kita berurusan seperti ini dan Tidak perlu bangunkan Dan Yi” kata Eun Ho marah
“Tapi rumahku sangat jauh, akan melelahkan... Baiklah, ayo pergi.” ucap Seo Joon melihat Eun Ho yang mengendong Hae Rin. 


Eun Ho mengendong Hae Rin kelelahan, sambil mengeluh karena menaiki tangga dan Punggungnya mulai sakit. Seo Joon berjalan dibelakangnya, Eun Ho menyuruh Seo Joon agar lebih cepat padahal tak membawa apa pun. Eun Ho akhirnya sampai didepan pintu lebih dulu.
“Berapa nomor sandinya?” tanya Eun Ho. Seo Joon menjawab 0423. Akhirnya Eun Ho menekannya lalu membawa masuk Hae Rin.
Seo Joon pun mengantar Eun Ho masuk kamarnya dan Hae Rin pun berbaring diatas tempat tidur masih tak sadarkan diri. Eun Ho merasakan punggungnya terasa sakit dan akan  patah. Seo Joon menarik selimut untuk Hae Rin.
“Pegawai Gyeoroo memang sangat aneh.. Setiap orang aneh.”komentar Seo Joon.
“Apa Kau punya alat tidur lagi?” tanya Eun Ho mencari di lemari. Seo Joon binggung.
“Apa yang kau lakukan? Sedang apa kau?” kata Seo Joon binggung karena Eun Ho mengelar alas tidur diruang tengah.
“Aku tak bisa meninggalkan Hae-rin bersamamu. Kau lebih baik bersih-bersih.” Ucap Eun Ho membuka jaketnya.
“Apa kau Mau tidur di kasur yang sama?” ucap Seo Joon binggung.
“Kita hanya tidur di kasur yang sama. Apa Kau percaya padaku?”komentar Eun Ho tak masalah. Seo Joon pikir ada kamar lain.
“Tapi hanya ada satu ranjang lagi... Jadi kau bisa Bersih-bersih lalu tidur di pojok.”ucap Eun Ho sambil terus mengeluh karena punggungnya yang sakit. Seo Joon pun menuruti perintah Eun Ho.

Bersambung ke Part 2

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar