PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Bong
dan Tuan Kim keluar dari restoran setelah menjamu para reporter sambil
memberikan hadiah buku pada masing-masing reporter. Tuan Bong meminta agar tulis artikel menarik soal
buku baru mereka. Reporter bertanya apakah hanya satu per orang.
“Kami pikir
akan berat.” Kata Tuan Kim mencari alasan. Reporter pikir benar juga.
“Ada reporter
lain di divisi kebudayaan, jadi sepuluh buku cukup.” Kata Repoter.
“Itu agak
banyak. Bagaimana jika tiga? Akan kukirim tiga buku ke kantor kalian.” Kata
Tuan Kim. Reporter Lain pun mengingikan juga.
“Akan
kukirim bukunya ke kantor kalian besok dengan kurir cepat.” Ucap Tuan Bong
“Serta
jangan lupa mengirimkan sinopsis buku ini.” Kata Reporter seperti malas
“Akan
kami kirimkan sinopsis bersama judul artikelnya. Kami ingin meringankan beban
kerja kalian.” Ucap Tuan Kim. Para reporter pun pamit pulang.
Tuan Kim
mengeluh kalau mereka pasti tahu biaya mencetak sebuah buku , dan Tuan Bong
pikir mereka yang menuliskan artikelnya untuk reporter. Tuan Kim menyetujuinya lalu
membuka grup karena ingin tahu apa acaranya sudah usai.
“Apa?
Hei, katanya 14 orang batal datang.” Ucap Tuan Kim. Tuan Bong panik bertanya
apakah mereka bisa mengisinya.
“Apa
Yeong-a tak datang? Ji-hong, Yeong-a mengalami kecelakaan.” Kata Tuan Kim.
“Kecelakaan?
Apa yang terjadi?” tanya Tuan Bong panik mencoba membuak ponselnya.
Nyonya
Seo masih ada dirumah sakit, Dokter memberitahu kalau anak Nyonya Seo mengalam
Demamnya tinggi,disertai juga sakit kepala dan muntah jadiButuh tes untuk tahu apa
dia sakit meningitis. Nyonya Seo kaget mengetahui anaknya mungkin terkena
Meningitis.
“Bukankah
tulang belakangnya harus disuntik untuk tes itu?” ucap Nyonya Seo sedih
“Ya, dia
cukup besar untuk itu.” Kata Dokter. Nyonya Seo sedih karena itu rasanya pasti
sakit sekali.
Nyonya
Seo mulai membaca buku "Hai, Orang asing. Halo... Aku kesepian. Namun, kesendirianku
membuatnya sempurna. Kumohon jangan katakan hal memuakkan seperti kau
merindukanku. Aku tak percaya keberadaan Tuhan."
Hae Rin
menatap sedih melihat Eun Ho dan Dan Yi berdiri berdampingan, dengan saling
menatap dan tersenyum. Tuan Song tertidur dan hampir bersandar pada Seo Joon.
Nyonya Song pun meminta maaf pada Seo Joon.
"Namun,
aku berharap setidaknya kau akan menunggu. Kuharap kita bisa saling mengenal.
Dan karena itu, aku, untuk kali pertama dalam hidupku, akan mengucapkan sebuah
nama yang tak ada di dunia ini dan itu adalah cinta. Kuharap aku bisa bilang
bahwa aku mencintaimu saat kita bertemu lagi di tempat itu."
Nyonya
Yoo terlihat sangat baik membaca buku yang ditulisnya. Nyonya Goo menatap ke
arah panggung dengan tatapan makin dingin.
Semue memberikan tepuk tangan setelah Nyonya Yoo menyelesaikan bacaanya.
Dan Yi pun naik keatas panggung lagi.
“Kata
"orang asing" memberi makna jarak dan keterasingan. Tapi
kenyataannya, kita semua orang asing bagi satu sama lain. Jauh tapi dekat. Asing,
sekaligus akrab. Itulah kita.” Ucap Dan Yi. Seo Joon menatap Dan Yi seperti
sangat terkesima.
“Mungkin
itu sebabnya kita semua punya kisah tersembunyi di hati kita. Hari ini, kita
berkesempatan dengarkan beberapa kutipan dari buku baru Bu Yoo yang mencerahkan
hati kita seperti bintang di langit. Itu membuatku bercermin dan sangat
penasaran dengan kisah terpendam di dalam hati kita. Apa kalian juga merasa
begitu?” kata Dan Yi
Semua
mengaku merasakan hal yang sama, Dan Yi
pikir bisa belajar soal buku baru luar biasa dengan orang hebat membuatnya
sangat senang jadi ingin berterima kasih kepada semua karena telah datang pada
malam awal musim semi ini. Tiap tamu memberikan tepuk tangan, Eun Ho memberikan
acungan jempol untuk Dan Yi.
Semua
tamu keluar dari cafe, Mereka meminta agar mempromosikan bukunya. Seo Joon
bertemu dengan Hae Rin memberitahu kalau Bukunya laris. Hae Rin tersenyum lalu
menanyakan pendapat Seo Joon tentang acara yang dibuat. Saat itu Ibu Hae Rin
datang menyapa anaknya.
“Astaga.
Pria muda ini tadi duduk di sebelah kita.” Ucap Nyonya Song melihat Seo Joon.
Hae Rin tak percaya mendengarnya.
“Mereka
orang tuaku... Aku bekerja dengannya. Dia yang mendesain buku ini.” Ucap Hae
Rin. Seo Joon pun memperkenalkan diri pada orang tua Hae Rin.
“Senang
bertemu denganmu. Apa Kau suka pangsit?” kata Nyonya Song. Seo Joon binggung.
“Ya. Aku
suka pangsit.” Kata Seo Joon. Nyonya Song pikir itu bagus. Hae Rin merasa tak
enak hati dengan sikap ibunya.
“Kami
punya restoran pangsit. Berkunjunglah bersama Hae-rin. Semua yang bekerja
dengan Hae-rin dapat pangsit gratis. Semuanya.” Ucap Nyonya Song. Seo Joon
menganguk mengerti.
“Butuh
sejam untuk bersih-bersih. Jadi Kalian duluan saja. Aku harus bersih-bersih.”
Kata Hae Rin. Orang tua merasa tak masalah meminta Seo Joon bisa Berkunjung
Saat itu
Orang Tua Hae Rin melihat Eun Ho langsung bersemangat menghampirinya. Eun Ho
pun senang melihat orang tua Hae Rin. Seo Joon melihat Sepertinya orang tua Hae
Rin menyukai Pak Cha. Hae Rin mengerti tapi menurutnya Mungkin tak lagi.
“Maaf
menelepon mendadak... Aku tahu kalian sibuk.” Ucap Eun Ho
“Jangan
khawatir... Kami di sini berkat Hae-rin... Aku menikmatinya.” Kata Nyonya Song
“Aku
ingin mengantar kalian, tapi Bu Yoo menungguku. Ayo. Akan kupanggilkan taksi.”
Kata Eun Ho ingin mengantar. Nyonya Song tak percya Eun Ho masih mau
mengantarnya.
Eun Ho
mencari taksi di pinggir jalan. Nyonya Song piir Eun Ho tak perlu memanggilkan taksi menurutnya Eun
Ho pandai membuat orang senang. Tuan Song menyolek istrinya agar bisa membalas
dendam untuk anaknya. Eun Ho akhirnya memanggil Taksi. Akhirnya Nyonya Song
memukul kepala Eun Ho dengan tas. Eun Ho melonggo bingung.
“Astaga.
Tidak... Astaga, kenapa tasku melayang ke arah sana... Sayang, kenapa bawa tas
itu? Tas itu aneh. Maafkan aku, Pak Cha. Tas ini gila. Ini membuatku takut... Apakah
sakit sekali?” ucap Nyonya Song gugup.
“Tidak,
jangan cemas. Aku baik-baik saja.” Kata Eun Ho mencoba memastikan taksinya
berhenti.
Eun Ho
akan membuka pintu tapi kaki Tuan Song sengaja menyelengkatnya dan membuatnya
hampir jatuh. Tuan Song berpura-pura tak bersalah berpikir kaki Eun Ho lelah.
Eun Ho binggung berpikir Tuan Song yang sengaja melakukanya.
“Apa? Apa
yang kulakukan? Kau pasti lelah karena sangat sibuk.” Ucap Tuan Song. Eun Ho
pun akhirnya membenarkan walaupun terlihat masih binggung dengan sikap orang
tua Hae Rin.
“Kalian
Masuklah... Mereka ke Gaseon-dong, Antarkan dengan selamat.” Ucap Eun Ho
membayar taksi dengan uangnya. Nyonya Song malah menatap Eun Ho sebelum masuk
taksi.
“Apa Kau
sama sekali tak suka Hae-rin? Kenapa?” tanya Nyonya Song. Eun Ho binggung
menjelaskanya.
“Dia agak
kaku, 'kan?” ucap Tuan Song. Eun Ho tak bisa menjawab.
“Kami tak
bisa paksa kau menyukainya. Semuanya punya belahan jiwa. Tetaplah datang untuk
mengambil kimchi. Aku selalu buatkan untukmu.” Kata Nyonya Song. Eun Ho
menganguk mengerti memberikan hormat pada keduanya.
“Dia pria
yang baik.” Komentar Tuan Song saat masuk mobil. Istrinya pun merasa Eun Ho
tampak sangat tampan hari ini dan mengeluh karena tak berjodoh dengan Hae Rin.
Dan Yi
menemani Nyonya Yoo diruang tunggu. Nyonya Yoo mengaku Dan Yi yang membuatnya
tak terlalu gugup Saat ragu menjawab
pertanyaan, Dan Yi sadar dan mengubah topik menurutnya Dan Yi menjelaskan bukunya lebih baik ketimbang dirinya
sendiri.
“Aku
selalu suka bukumu, tapi acara ini buatku menjadi penggemar beratmu. Saat
mendengarmu membacakan semua kutipan itu, aku terdiam. Penggemarmu menitipkan
ini padaku. Mereka ingin aku memberikan ini kepadamu.” Ucap Dan Yi menunjuk
banyak hadiah diatas meja.
“Astaga,
aku sudah bersyukur mereka datang hari ini. “ kata Nyonya Yoo
“Semua
yang datang, pulang dengan tersenyum lebar. Semua staf Gyeoroo ingin berterima
kasih kepadamu, maka kami membelikan hadiah.” Kata Dan Yi.
Nyonya
Yoo melihat isi hadiah yaitu syal, lalu mengaku sangat suka karena syalnya
cantik lalu mengucapkan Terima kasih untuk semua kerja keras Dan Yi hari ini
dan sungguh menghargainya. Eun Ho masuk ruangan meminta Dan Yi agar bersih-bersih sebelum pulang.
“Aku akan
antar Bu Yoo.. Kau sudah Kerja bagus hari ini.” Ucap Eun Ho. Dan Yi mengucapkan
terimakasi atas pujianya.
“Bu Yoo,
aku akan kirimkan ini ke rumahmu.” Kata Eun Ho melihat banyak hadiah. Nyonya
Yoo pun mengucapkan terimakasih lalu pulang lebih dulu.
“Sampai
jumpa di rumah.” Ucap Eun Ho mengoda Dan Yi kembali melonggo di pintu. Dan Yi
tersenyum mengangguk.
Tuan Bong
menelp bertanya Siapa ini, karena Mantan istrinya pasti mengalihkan
panggilannya dan harus segera bicara padanya. Dan Yi memberitahu kalau ia yang
mengangkat telp dari Nyonya Seo. Tuan Bong terlihat sangat panik mengetahui
tentang istrinya.
“Akan
kukirimkan detailnya lewan pesan teks.” Kata Dan Yi dengan wajah serius.
Park Hoon
dengan bangga kalau acara mereka sukses dan menruutnya Kerja lembur mereka bisa
terbayar. Ji Yool mengetahui kalau
membaca buku jadi lebih menyenangkan saat diceritakan kepada orang lain.
“Apa? Siapa
kau? Kau bilang begitu? Apa Aku tak salah dengar?” ucap Park Hoon tak percaya.
“Aku
mulai membaca. Aku sudah selesaikan dua dari daftar yang diberikan Pak Cha.”
Kata Ji Yool bangga
“Coba Lihat
kau, Ji-yul. Aku terkesan.” Ucap Park Hoon lalu muji Ji Yool hebat. Ji Yool pun bangga dengan dirinya.
Saat itu
Ibu Ji Yool memanggil anaknya, Park Hoon langsung memperlihatkan wajah serius
memanggil “Ibu”. Ibu Ji Yool mengeluh kalau bukan ibunya. Park Hoon pun makin
memanggilnya “Ibu Mertua” Ibu Ji Yool langsung melotot tajam.
“Sapa
dia. Dia yang akan kau temui hari Sabtu. Dia dokter bedah plastik. Namanya Kim
Myeong-su.” Ucap Ibu Ji Yool dengan nada menyindir.
“Halo, Ji
Yool... Kau lebih cantik secara langsung. Kudengar kau sangat suka pekerjaanmu
dan terlalu sibuk untuk kencan, maka aku datang untuk menemui...” ucap Dokter
Kim mengulurkan tanganya.
“Hei, Dr.
Kim.” kata Park Hoon langsung menjabat tangan Dokter Kim. Ibu Ji Yool mengumpat
Park Hoon sudah gila.
“Yah....
Aku tergila-gila pada Ji Yool” ucap Park Hoon. Ibu Ji Yool makin marah. Ji Yool
tiba-tiba berteriak marah pada ibunya.
“Berhenti
jahat pada Hoon... Jika muncul lagi dengan pria ini,maka aku bersumpah akan
pindah dan tinggal dengan Hoon. Jadi Camkan itu.” Ucap J Yool mengancam.
“Ibu, aku
memang hanya tinggal di apartemen seharga 500.000 won, tapi aku akan memastikan
Ji Yool nyaman.” Kata Park Hoon.
Ibu Ji Yool pikir keduanya sudah gila, Park Hoon
akhirnya mengajak Ji Yool bergegas pergi. Ibunya pun mengejarnya.
Hae Rin,
Seo Joon dan Dan Yi keluar dari cafe, terlihat senang karen mereka berhasil dan
mengajak untuk minum bersama. Seo Joon pikir karena dua wanita itu sudah kerja
keras jadi akan traktir. Hae Rin mengusulkan mereka berdua saja.
“Ada yang
ingin kubicarakan dengan Pak Ji.” Ucap Hae Rin. Seo Joon bertanya soal apa
dengan wajah binggung.
“Kau akan
tahu. Hal mendalam...” ucap Hae Rin. Dan Yi pun mempersilahkan dan tak perlu
khawatirkan dirinya lalu pamit pergi.
“Sampai
jumpa di kantor.” Ucap Hae Rin dengan menahan amarah. Seo Joon pun mengajak
pergi untuk mentraktirnya.
Saat itu
tiba-tiba Ji Yool datang menemui Hae Rin, Hae Rin kaget karena Ji Yool tak
pulang tapi masih ada didekat cafe. Ji Yool mengaku sudah pulang tapi kembali
karena ada yang sangat ingin dikatakan kepada Hae Rin. Hae Rin terliha
binggung.
“Aku
ingin menjadi editor hebat sepertimu, Nona Song.” Ucap Ji Yool. Hae Rin heran
kenapa tiba-tiba Ji Yool mengatakan itu.
“Aku
ingin membuat buku-buku hebat sepertimu. Aku ingin sebarkan energi positif ke
orang-orang lewat pekerjaanku, seperti hari ini. Tolong ajari aku, Nona Song.”
Ucap Ji Yool. Seo Joon menahan tawa.
“Jangan
minta diajari. Belajarlah dan unggul di pekerjaanmu.” Kata Hae Rin.
“Baik.
Aku janji mulai sekarang akan bekerja lebih keras, Nona Song.” Ucap Ji Yool.
Hae Rinpun pamit pergi.
“Ya.
Sampai jumpa besok, Nona song... Aku mengagumimu, Nona Song.” Ucap Ji Yool
membentuk tanganya hati diatas kepalanya lalu bergegas pergi.
“Lihat
caramu mengajari bawahanmu.” Goda Seo Joon. Hae Rin hanya bisa tersenyum.
Dan Yi
pulang dengan bus menatap jendela dengan wajah bahagia, lalu menerima pesan
dari Park Hoon “Kau
sangat hebat hari ini Kau sangat kompeten. Kau hebat, Dan-i.” Ji Yool juga mengirimkan pesan “Kau sangat hebat
hari ini. Aku akan kerja keras dan berusaha sekompeten dirimu. Teruslah bekerja
keras!”
Nyonya Go
mengobrol dengan temanya kalau Dan Yi itu bukan lulusan SMA tapi Lulusan
Universitas Yeonhui, bahkan rekam jejaknya bagus. Teman Nyonya Goo tak percaya
kalau Dan Yi itu ada di Tim Pembantu dan
membuatnya binggung.
“Dia
diwawancara untuk posisi staf sebagai pemasar berpengalaman. Kau tahu SH
Advertising, 'kan? Dia pernah kerja di sana.” Ucap Teman Nyonya Goo
“Apa Kau
yakin tak salah?” tanya Nyonya Go memastikan. Temanya yakin dengan ucapanya.
“Mencari
kerja setelah hiatus karier memang berat. Aku pernah lihat orang memalsukan
data resume mereka, tapi tak pernah lihat yang menghapus kredensial atau
pengalaman.” Kata teman Nyonya Go
“Apa kau Masih
punya resumenya?” tanya Nyonya Go. Temanya pikir bisa mencarinya.
“Tapi
memberikan informasi pribadi sangat sensitif... Astaga, aku bingung.” Kata
Teman Nyonya Goo.
“Bagaimana
cara perusahaanmu menangani ini?” tanya Nyonya Go. Temanya mengatakan akan
memecatnya.
“Bukankah
itu membuatmu risi? Kualifikasinya terlalu tinggi untuk tugas sepele.” Ucap
teman Nyonya Go. Nyonya Go terdiam memikirkanya.
Eun Ho
baru sampai rumah melihat lampu masih mati berpikir kalau Dan Yi belum pulang. Sementara Dan Yi baru
saja turun dari bus. Eun Ho menelp menanyakan keberadaanya. Dan Yi mengaku membereskan semuanya di cafe dan sedang dalam perjalanan pulang.
“Lalu Sekarang
kau di mana?”tanya Eun Ho memastikan. Dan Yi mengaku ada di taman dekat rumah.
Eun Ho berjalan keluar rumah.
“Kedengarannya
kau senang.” Ucap Eun Ho. Dan Yi mengakuinya kalau bersemangat.
“Aku
merasa hidup lagi. Membuatku merasa seperti di pekerjaan lama. Aku merasa telah
memutar waktu. Aku merasa bisa melakukan segalanya. Sejujurnya, aku sangat
takut saat kali pertama bergabung di Gyeoroo.” Ucap Dan Yi.
“Aku
merasa terpojok, aku harus kerja keras agar bisa bertahan, tapi aku tak tahu
apa-apa. Aku merasa tak berguna di dunia yang cepat ini. Aku sangat
ketakutan”kata Dan Yi
“Bagaimana
sekarang? Apa Sudah tak takut?” tanya Eun Ho melihat Dan Yi dari kejauhan.
“Tidak.
Aku sama sekali tak takut. Aku ingin memuji diriku sendiri. "Kerja bagus,
Dan Yi. Kerjamu hebat hari ini. Kau pasti sangat gugup, tapi kau tak membuat
kesalahan. Aku benar-benar bangga padamu." Beberapa bulan lalu, aku akan
pergi wawancara dan menangis terus.” Cerita Dan Yi
“Tapi
kini, aku punya pekerjaan yang kusuka dan bahkan punya kartu nama. Dan kerjaku
bagus. Aku kerja keras dan lancar, berinteraksi dengan orang-orang. Aku bangga
pada diriku untuk hal itu. Aku kekanak-kanakan.” Kata Dan Yi. Eun Ho melihat
Dan Yi dengan senyuman bahagia.
“Aku
tahu, tapi aku tak peduli. Sekarang, aku sangat senang. Hari ini, aku mau
menikmati perasaan ini sepenuhnya... Eun-ho... Aku senang kau ada di sisiku...
Sungguh... Aku juga senang kau menggenggam tanganku. Aku merasa sangat aman...
Terima kasih, Eun-ho.” Akui Dan Yi
Eun Ho
memanggil Dan Yi, lalu berlari dan memeluk lalu memutarnya. Dan Yi kaget tapi
wajahnya terlihat bahagia. Eun Ho memegang wajah Dan Yi mengoda kalau terlihat
sangat cantik sekali. Dan Yi mengeluh Eun Ho yang memanggil namanya lagi.
“Kau Hebat.
Kerjamu luar biasa hari ini... Kang Dan-i yang terbaik!” ucap Eun Ho
“Aku juga
tahu itu, Eun-ho!” ucap Dan Yi. Eun Ho pun kembali memuji Dan Yi yang sangat
cantik. Dan Yi pun memuji Eun Ho yang tampan!
“Kapan
kau tiba?” tanya Dan Yi. Eun Ho mengaku Beberapa saat lalu dan mengaku tadi
memperhatikannya. Dan Yi tak percaya mendengarnya lalu mereka pun berjalan
bergandengan tangan.
Hae Rin
langsung meminum habis bir satu gelas. Seo Joon hanya bisa melonggo binggung.
Hae Rin mengangkat satu ikan asin mengangap itu adalah pria dan cumi-cumi
adalah wanita. Seo Joon bingung menatap ikan asin bertanya bagimana Hae Rin
tahu ikan itu pria.
“Apa yang
kau pikirkan? Tapi Anggap ini pria... Ikan Pollock ini si pria, dan sotong
adalah si wanita.” Ucap Hae Rin. Seo Joon menganguk mengerti.
“Wanita
ini membeli kemeja. Tapi suatu hari, pria ini terlihat memakai kemeja itu.
Menurutmu apa artinya?” ucap Hae Rin mengikat tissue sebagai kemeja.
“Wanita
itu memberikannya sebagai hadiah.” Kata Seo Joon. Hae Rin seperti bisa percaya.
“Mungkin.
Hanya karena aku tertidur di bahunya, bukan berarti aku mencintainya.” Ucap Hae
Rin. Se Joon pikir seperti itu.
“Tapi
mereka mencurigakan... Ikan pollock muda ini terus menatap si sotong. Aku tak
pernah melihat pollock menatap orang seperti itu.” Ucap Hae Rin menginta saat
Eun Ho menatap Dan Yi yang ada diatas panggung.
“Bukan berarti
mereka saling menyukai...” ucap Seo Joon yakin
“Aku
yakin. Kau akan terus ingin menatap orang yang kau suka. Ini pengalamanku. Aku terus
ingin menatap si pollock. Tapi masalahnya, si pollock juga terus ingin menatap
si sotong.” Kata Hae Rin
“Bagaimana
si sotong?” tanya Seo Joon. Hae Rin
mengaku tak tahu.
“Tampaknya
perasaan dia sama. Itu berarti mereka saling menyukai, 'kan?” kata Hae Rin. Seo
Joon pikir itu mungkin.
Hae Rin
kesal merasa makin gila dan mengambil gelas Seo Joon dan langsung meminum
habis. Ia pikir kalau membunuh saja mereka. Seo Joon kaget kalau akan membunuh
keduanya. Hae Rin yakin akan membunuh mereka dengan memotong kepala Ikan dan
memakanya. Seo Joon hanya bisa tersenyum.
Dan Yi
dan Eun Ho berjalan bergandengan tangan,
Seorang bibi penjual kue ikan menyapanya. Dan Yi ingin membeli porsi
2.000 won lalu mengambil satu dimakan langsung dan menyuapi Eun Ho, tangan
mereka tak terlepas tetap saling bergengaman.
Eun Ho
mengeluarkan dompet dan meminta Dan Yi mengambil uangnya. Si bibi melihat keduanya yang terlihat serasi
memberikan bonus. Eun Ho dan Dan Yi
berjalan sambil bergandengan sambil saling menyuapi.
Tuan Bong
sampai ke IGD dengan wajah panik menanyakan nama Bong Chan-min, Bocah usia 12
tahun. Perawat menunjuk ke ruangan. Tuan Bong berlari panik dan melihat anaknya
yang tertidur dengan istrinya yang juga tertidur. Chan Min terbangun melihat
ayahnya.
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Tuan Bong sedih melihat anaknya yang terbaring.
“Tadi aku
mengira akan mati. Tapi mereka beri pereda sakit. Jadi, sudah lebih baik.” Ucap
Chan Min
“Kau harus
kuat dan sehat seperti ayah. Kenapa kau sakit?” keluh Tuan Bong
“Aku
sakit meningitis. Tadi aku harus meringkuk seperti udang. Mereka menyuntik
tulang belakangku untuk tes meningitis.” Cerita Chan Min
“Tapi kau
takut jarum suntik. Apa Tadi menakutkan?” ungkap Tuan Bong duduk didekat
anaknya.
“Tidak.
Aku sudah SD.” Kata Chan Min. Tuan Bong akhirnya meminta maaf karena seharusnya
menemaninya, lalu mengelus kepala anaknya dan melihat mantan istrinya ikut
mengelusnya.
Tuan Bong
duduk di ruang tunggu dengan wajah sedih. Nyonya Seo berjalan mendekat bertanya
kapan datang. Tuan Bong pikir mereka
harus ruju demi Chan-min dan mereka tak bisa tinggalkan anakn mereka. Nyonya
Seo bertanya apakah Tuan Bong mencintainya.
“Bukan
itu masalahnya... Kita punya anak.” Ucap Tuan Bong
“Ji-hong...
Pak Bong... Kita sudah bercerai. Apa Pikirmu kita bercerai hanya karena
bertengkar di pusat perbelanjaan waktu itu? Apa Kau meneken suratnya karena
marah? Tidak... Kita hanya perlahan saling menjauh setelah sekian lama” ucap
Nyonya Seo
“Aku akan
jadi suami lebih baik. Bisakah beri aku kesempatan kedua?” ucap Tuan Bong
“Aku sudah
menyukai orang lain, Ji-hong... Ini baru seminggu, tapi aku mulai menyukainya.
Dia menganggapku wanita dan memperlakukanku begitu.” Kata Nyonya Seo berjalan
pergi.
Eun Ho
terbangun dari tidurnya melihat Seo Joon menelp lalu mengangkatnya. Seo Joon meminta Eun Ho datang. Akhirnya Eun
Ho datang ke cafe melihat Hae Rin tertidur diatas meja dan berusaha untuk
membangunkan.
“Dia tak
akan bangun... Sudah 30 menit aku coba membangunkannya.” Keluh Seo Joon
“Kenapa
kau membuat dia minum sampai pingsan?” balas Eun Ho kesal. Seo Joon pikir bukan
dirinya yang membuat Hae Rin minum.
“Kau bisa
menghentikannya.” Ucap Eun Ho, Seo Joon menceritakan kalau mereka ingin minum di
bar dekat acara tadi.
“Tapi dia
bersikeras kemari, Bahkan saat itu dia sudah mabuk. Aku sudah menyuruhnya
pulang, tapi dia tak mau dengar. Lalu dia membuat soju mentimun yang bahkan tak
ada di menu. Coba kau Lihat. Dia gunakan ketel ini.” Ucap Seo Joon menunjuk
teko.
“Tunggu. Kau
bilang Soju mentimun?” kata Eun Ho kaget.
“Dia
bilang butuh mentimun agar merasa lebih baik dan dia akan mati setelah itu.”
Kata Seo joon
“Dia mau
makan itu lalu mati, tapi tak kau hentikan?” jerit Eun Ho. Seo Joon pikir
bagaimana bisa menghentikanya.
“Dia
alergi mentimun.” Ucap Eun Ho. Seo Joon melonggo kaget karena Hae Rin sudah
minum dua teko.
“Tapi
tampaknya dia hanya mabuk.” ucap Seo Joon panik. Eun Ho pikir Seo Joon bisa
lihat yang terjadi besok.
“Apa yang
akan terjadi? Dia tak akan mati, 'kan?” kata Seo Joon panik. Eun Ho menyuruh
Seo Joo ingin mengendongna.
Seo Joon
yang panik akan mengendong tapi akhirnya mengeluh kenapa harus dirinya. Eun Ho pikir karena Seo Joon yang minum
dengan Hae Rin jadi menyuruh untuk mengendongnya karena sudah membangunkannya.
Seo Joon pikir Eun Ho itu atasannya jadi harus mengendong.
“Aku
bukan siapa-siapanya.” Kata Seo Joon. Eun Ho mengeluh Seo Joon yang tidak
sopan.
Akhirnya
Eun Ho yang mengendong Hae Rin, Seo Joon bertanya kemana mereka pergi. Eun Ho
menjawab ke rumah Seo Joon sekarang. Seo Joon heran kenapa harus ke rumahnya.
Eun Ho pikir Seo Joon ingin membawa Hae Ri ke hotel dan meninggalkannya di
sana.
“Bukan
begitu maksudku... Bagaimana jika rumahmu?” ucap Seo Joon.
“Hei!
Lihat pukul berapa sekarang. Sekarang pukul 03.00! Sudah cukup kita berurusan
seperti ini dan Tidak perlu bangunkan Dan Yi” kata Eun Ho marah
“Tapi
rumahku sangat jauh, akan melelahkan... Baiklah, ayo pergi.” ucap Seo Joon
melihat Eun Ho yang mengendong Hae Rin.
Eun Ho
mengendong Hae Rin kelelahan, sambil mengeluh karena menaiki tangga dan
Punggungnya mulai sakit. Seo Joon berjalan dibelakangnya, Eun Ho menyuruh Seo
Joon agar lebih cepat padahal tak membawa apa pun. Eun Ho akhirnya sampai
didepan pintu lebih dulu.
“Berapa
nomor sandinya?” tanya Eun Ho. Seo Joon menjawab 0423. Akhirnya Eun Ho
menekannya lalu membawa masuk Hae Rin.
Seo Joon
pun mengantar Eun Ho masuk kamarnya dan Hae Rin pun berbaring diatas tempat
tidur masih tak sadarkan diri. Eun Ho merasakan punggungnya terasa sakit dan
akan patah. Seo Joon menarik selimut
untuk Hae Rin.
“Pegawai
Gyeoroo memang sangat aneh.. Setiap orang aneh.”komentar Seo Joon.
“Apa Kau
punya alat tidur lagi?” tanya Eun Ho mencari di lemari. Seo Joon binggung.
“Apa yang
kau lakukan? Sedang apa kau?” kata Seo Joon binggung karena Eun Ho mengelar
alas tidur diruang tengah.
“Aku tak
bisa meninggalkan Hae-rin bersamamu. Kau lebih baik bersih-bersih.” Ucap Eun Ho
membuka jaketnya.
“Apa kau Mau
tidur di kasur yang sama?” ucap Seo Joon binggung.
“Kita
hanya tidur di kasur yang sama. Apa Kau percaya padaku?”komentar Eun Ho tak
masalah. Seo Joon pikir ada kamar lain.
“Tapi
hanya ada satu ranjang lagi... Jadi kau bisa Bersih-bersih lalu tidur di pojok.”ucap
Eun Ho sambil terus mengeluh karena punggungnya yang sakit. Seo Joon pun
menuruti perintah Eun Ho.
Bersambung
ke Part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar