PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[Tahun 1970]
Terlihat
spanduk bertuliskan "Tangkap
Mata-Mata, Jadi Pahlawan, Sejahtera
Melalui Reformasi" Hye Ja yang masih muda melihat "Toko Perhiasan
Taeseok" dan matanya menatap sebuah jam tangan yang menarik hati. Dua
temanya memanggil didepan "Bioskop
Sooning"
“Hye Ja,
Ayo cepat ke sini.... Kita terlambat. Ayo masuk.” Teriak Sang Eun. Hye Ja
meminta agar menunggu sebentar dan kembali melihat jam tangan di etalase
meminta agar menunggunya juga.
Akhirnya
Hye Ja berjalan tiga temanya. Sang Eun bertanya apakah dia terluka. Hye Ja
mengaku tidak hanya nyaris dan ia yang menghentikannya. Hyun Joo pikir dia pasti
memiliki banyak masalah.
“Romantisnya.”
Ucap Sang Eun. Hye Ja seperti tak percaya mendengarnya.
“Menurutku
kalian memiliki hubungan spesial. Kalian kebetulan bertemu saat protes.. Seperti
film.” Kata Sang Eun.
“Benar?
Aku juga berpikir kami ditakdirkan untuk bertemu.” Kata Hye Ja bahagia
“Omong-omong,
kita mau ke mana?” tanya Hyun Joo. Hye Ja mengaku akan memenuhi takdirnya. Hyun
Joo bertanya lalu merkea akan kemana.
“Kita
harus berpisah di sini. Hari ini kencan pertamaku.” Kata Hye Ja bergegas pergi
melambaikan tangan pada dua temanya.
Joon Ha
sudah menunggu di seberang jalan, Hye Ja terlihat bahagia melambaikan tangan
dan ingin menghampiri. Tapi sebuah peluit terdengar, lalu Hye Ja dengan wajah
tertunduk malu berdiri didepan kantor polisi didepan spanduk "Pejalan
Kaki, Sepeda, dan Gerobak Melewati Area Terbatas"
“Pak,
berapa lama lagi dia harus berdiri di sini?”tanya Joon Ha menahan tawa melihat
Hye Ja seperti dikurung
“Kenapa
pula dia sebarang menyeberang jalan?” kata Polisi memarahi Hye Ja.
“Aku
merusak kencan pertama kita.” Ucap Hye Ja sedih. Joon Ha pikir tak masalah.
“Ini
membuat kencan kita lebih berkesan.” Ucap Joon Ha. Polisi langsung memarahi
Joon Ah agar tak berdiri disamping tapi di tempat lain. Joon Ha akhirnya pergi.
Polisi
memarahi Joon Ha yang berjalan di depan polisi lalu menghukumnya. Joon Ah
akhirnya berdiri disamping Hye Ja ikut dihukum. Hye Ja kaget karena Joon Ha melakukan
itu. Joon Ha mengenggam tangan Hye ja beralasan Karena ini kencan pertama
mereka.
Polisi
menatap keduanya yang saling berpegangan. Joon Ha menantang bertanya kenapa
polisi menatapnya apakah mereka berbuat salah. Polisi mengaku tidak dan tak
ingin memperdulikanya. Joon Ha dan Hye Ja bisa tersenyum bahagia.
Hye Ja
dan Joon Ha akhirnya berjalan sambil bergandengan tangan. Hye ja melihat tidak
ada satu orang pun di sekitar merka jadi
bisa melakukan apa pun karena Tidak akan ada yang tahu. Joon Ha melihat
sekeliling lalu mendekati Joon Ha.
Keduanya
saling menatap, Hye Ja mengangkat kakinya, Joon Ha melihat Hye Ja memegang
pipinya lalu berkomentar kalau ada sesuatu di pipinya dan mengajak pergi. Hye
Ja terlihat kecewa karena tak bisa berciuman.
“Apa-apaan?
Seharusnya dia menggosok sampai lesung pipiku hilang.” Keluh Hye Ja. Joon Ha melihat Hye Ja hanya diam saja
mengajak segera pergi.
“Aku
tidak bisa membencinya... Aku akan pergi karena senyum itu.” Ucap Hye Ja
menahan rasa kecewa.
Hye Ja
yang sudah tua terbaring di rumah sakit, terlihat seorang dokter memeriksanya
dengan wajah Joon Ha tapi namanya tertulis
"Dokter Kim Sang Hyun"
Flash Back
Hye Ja
yang masih muda berkumpul dengan
temanya. Sang Eun ingin tahu apa yang terjadi dengan Hye Ja apakah Joon Ha
tidak menciumnya lagi. Hye Ja menceritakan Joon Ha yang memegang tangannya pada
kencan pertama jadi khawatir kalau terlalu cepat.
“Tapi
sudah beberapa bulan dia tidak melakukan hal lain. Pria sehat pasti ingin
memeluk wanitanya setelah memegang tangan. Setelah itu, dia ingin menciumnya,
kan? Tidak ada kemajuan dengannya.” Komentar Hye Ja kesal
“Aku suka
hatinya yang baik... Terserah... Aku tidak suka pria yang hanya mementingkan
fisik.” Ucap Sang Eun .
“Sampai
kapan aku harus menunggu?” keluh Hye Ja. Hyun Joo meminta Hye Ja agar bersabar
nanti juga ada kemajuan.
“Aku
hanya cemas... Dia pria ideal... Seo Yeon mendekatinya sejak menjadi pembawa
berita. Aku juga mendengar banyak ibu yang ingin menjodohkan putrinya dengan
Joon Ha. Bagaimana aku tidak cemas?” cerita Hye Ja.
“Kalau
begitu, minta saja dia menikahimu.” Kata Sang Eun santai.
“Hei,
wanita menikah dengan pria yang belum ditemui itu tahun 60-an, tapi sekarang
tahun berapa? Era liberal telah dimulai. Ini tahun 1970. Setidaknya aku harus mencium
dia sebelum menikah dengannya, kan?” ucap Hye Ja.
“Maaf,
tapi sepertinya itu tidak akan terjadi tahun ini.”kata Sang Eun.
“Lee Joon
Ha, aku akan membuatmu menciumku... Bersiaplah.” Kata Hye Ja penuh semangat.
Hye Ja
sudah menunggu di tepi danau. Joon Ha datang meminta maaf karena datang
terlambat lalu bertanya Apa rencana mereka hari ini. Hye ja mengajak cari
makanan enak. Joon Ha setuju dan bertanya Hye Ja ingin makan apa.
“Aku
menginginkan sesuatu... Jukkumi.” Ucap Hye Ja sengaja memajukan bibirnya supaya
bisa menciumnya.
“Jukkumi?
Tiba-tiba?” kata Joon Ha. Hye Ja terus memajukan bibirnya sambil mengatakan “Jukkumi.”
“Di mana
kita bisa makan jukkumi?” tanya Joon Ha. Hye Ja menjawab “Chungmu.”
“Chungmu?
Chungmu di Gyeongsang Selatan, yang memakan waktu 10 jam dari sini?”kata Joon
Ha. Hye Ja terus memajukan bibirnya ingin dicium mengatakan “Chungmu.”
“Apa Kau
sakit?” tanya Joon Ha panik. Hye Ja mengaku
baik-baik saja.
“Untuk
pergi ke Chungmu, walaupun kita pergi sekarang...” kata Joon Ha. Hye Ja
akhirnya pasrah merasa kesal.
“Lupakan...
Kita makan tteokbokki saja... Bibirku berkedut.” Keluh Hye Ja kesal. Joon Ha
bingung karena tadi Hye Ja ingin makan jukkumi.
Hye Ja
dan Joon Ha berjalan di jembatan membahas
film "East of Eden" tayang di bioskop pekan depan. Hye Ja
mengaku ingin menonton film itu. Joon Ha pun mengajak menontonnya pekan depan.
Hye Ja bersin, Joon Ha melepaskan syalnya memakaikan untuk Hye Ja agar tak masuk
angin.
“Sekarang.”
Gumam Hye Ja mengangkat kakinya lebih dulu lalu memajukan bibirnya. Joon Ha
menatapnya tapi bergegas mengajak Hye Ja
pergi.
“Kenapa
dia?” kata Hye Ja marah lalu berjalan mengikutinya.
Keduanya
duduk di hutan, Hye Ja melihat Joon Ha yang terus menatapnya. Joon Ha juga tak
bisa lepas menatap Hye Ja. Akhirnya Hye Ja pikir itu saatnya dan menangkat kaki
lebih dulu untuk berciuman. Joon Ha menatapnya dan akhirnya bersin.
Hye Ja
hanya bisa menghela nafas kesal berjalan bergendangan dengan Joon Ha lalu
menariknya agar masuk ke dalam hutan agar tak banyak yang melihat. Joon Ha bingung kenapa Hye Ja menariknya
“Aku
ingin menikmati udara bersih.” Kata Hye Ja. Joon Ha bingung karena Ini agak
gelap.
“Berarti
udaranya bersih. Aku perlu membawamu ke tempat sepi untuk mencoba...” kata Hye
Ja karena terlalu cepat berjalan membuatnya terpeleset.
Hye Ja
kesal membersikan sepatunya dan mengeluh ada yang buang air dan mengumpat akan menyumbat bokongnya. Joon
Ha tak bisa berkata-kata. Hye Ja dkk akhirnya bertemu lagi, Hye Ja bertanya
apakah mereka butuh bibir tambahan.
“Aku
tidak bisa mendapat ciuman. Kalian bisa mengambil bibirku.” Ucap Hye Ja duduk
lemas dikamarnya.
“Hei, Apa
kau mau semangkuk ini? Dongchimi menyegarkan tidak seperti yang lainnya.” Kata
Hyun Joo
“Bangun.
Ayo kita pergi.”ucap Hye Ja. Sang Eun bertanya kemana mereka akan pergi.
“Ke
belakang pabrik... Di sana, ada peramal terkenal.” Kata Hye Ja. Sang Eun heran
Hye Ja yang ingin ke sana
“Sebagai
manusia biasa, aku bingung mengatasi masalah ini. Aku akan ke sana dan meminta
tanggal terbaik untuk menciumnya.” Kata Hye Ja penuh keyakinan bahkan meminta
jimat juga
Mereka
akhirnya bertemu dengan peramal dengan gugup duduk didepanya. Si peramal wanita
ingin tahu alasan mereka datang. Hye Ja menceritakan punya pacar, tapi Pacarnya
itu belum menciumnya jadi ingin tahu kapan Joon Ha akan menciumnya.
“Besok.”
Ucap peramal setelah membuka kipas dan berkonsentrasi. Hye Ja terlihat sangat
bersemangat mendengarnya.
“Itu hari
yang pas untuk berciuman.” Kata Peramal. Hye ja makin senang mendengarny dan
merasa sudah sangat gugup.
“Apa yang
harus aku kenakan besok? Terima kasih.” Kata Hye Ja. Tapi si peramal terus
menatap Hye Ja dengan tatapan sedih. Hye Ja ingin tahu ada apa.
“Astaga,
tidak apa-apa. Mustahil kau tidak melakukannya jika aku mencoba menghentikanmu.
Itu hanya nasibmu.” Kata si peramal lalu menatap Hyun Joo.
“Apa Kau
ingin diramal juga?” kata si peramal. Hyun Joo langsung mengelengkan kepala.
“Kau yang
butuh diramal.” Ucap peramal. Hyun Joo kaget ingin tahu alasanya.
“Apa Kau ingin
menjadi biarawati atau biksu?” tanya Peramal. Hyun Joo mengaku tidak.
“Kau
memiliki kepala biksu.” Ucap Peramal. Hyun Joo merasa tidak tertarik.
“Itu
satu-satunya cara untuk menyingkirkannya.” Kata Peramal. Hyun Joo bingung
Menyingkirkan apa maksudnya.
“Kau akan
sangat menyesal tiga kali dalam hidupmu... Baik. Rawat saja.” Ucap peramal
Hyun Joo
binggung rawat apa maksudnya. Si peramal mengatakan Rawat saja lalu pindah ke
Sang Eun memastikan kalau ia seorang penyanyi atau aktris. Hye Ja dan Sang Eun
melonggo kaget karena peramal bisa mengetahuinya.
“Kau
terlihat seperti penghibur.” Ucap si peramal. Sang Eun mengaku sudah berlatih untuk menjadi penyanyi.
“Kalau
begitu, seharusnya kau sudah terkenal. Apa yang menghalangi kau? Itu
benar-benar terhalang.” Kata siperamal/
Sang Eun
binggung apa maksudnya "Terhalang" lalu berpikir kalau sebenarnya
sembelit. Si peramal akhirnya ingin tahu namanya, Sang Eun menjawab Yoon Sang Eun. Si peramal
menulis dan menyingkat "YSE"
lalu berpikir Namanya itu yang harus disalahkan.
“Namamulah
masalahnya. Ini bukan nama untuk penghibur. Begitu namamu diganti, kau akan
menjadi bintang. Jadi Lakukan.” Kata Si peramal. Sang Eun ingin tahu apa
namanya.
“Coba
kulihat... "YB".. "YBH" Namamu seharusnya "Bok"
untuk keberuntungan, dan "Hee" untuk kebahagiaan. Jadi "Bok
Hee"... "Yoon Bok Hee" kata si peramal. Sang Eun mengulang nama
baru "Bok Hee" seperti tak
percaya.
Joon Ha
dan Hye Ja akhirnya pulang dimalam hari sambil bergandengan tangan. Hye Ja
bertanya apakah akan mengantar pulang. Joon Ha menganguk. Hye Ja mengeluh kalau Joon Ha hanya itu saja.
Joon Ha terlihat binggung.
“Aku
punya waktu.” Kata Hye Ja. Joon Ha pikir Ini sudah jam malam dan Orang tua akan
khawatir.
“Apa Aku
akan dicium hari ini?” gumam Hye ja terlihat kesal. Joon Ha mengajak Hye Ja
segera pulang sebelum dapat masalah.
Hye Ja
terlihat bingung apa maksudnya Masalah lalu mengeluh dalam hati Joon Ha adalah masalahnya.
Saat itu seperti petugas partroli melihat keduanya keluar saat jam malam.
Akhirnya kejar-kejaran pun terjadi di malam hari.
Joon Ha
bisa menemukan tempat persembunyian di lorong. Petugas tak bisa melihat mereka
karena gelap. Keduanya saling menatap akhirnya Joon Ha mendekati Hye Ja dan
menciumnya. Hye Ja tak lupa mengangkat kakinya. Keduanya pun berciuman untuk
pertama kalinya, Hye Ja langsung menarik Joon Ha agar lebih dalam menciumnya.
Hye Ja
dengan bangga memegang bibirnya lalu mengejek
betapa membosankannya bibir dua temanya kalau Bibir mereka tidak punya
perasaan dan Kurang narasi. Hyun Joo mengeluh
yang dikatakan Hye Ja itu "Narasi"
“Apa yang
sebenarnya kau lakukan? Bergulat bibir?” ucap Sang Eun.
“Kalian
tahu apa tentang ciuman? Ini..Memalukan.”ejek Hye Ja bangga.
“Lihat
dirimu, Hye Ja... Setelah impianmu terwujud, kau tidak perlu khawatir lagi.”
Kata Hyun Joo
“Benar. Setelah
ciuman, maka datanglah lamaran dan pernikahan.” Kata Hye Ja yakin
“Apa Kau
yakin tidak akan dapat masalah?” tanya Hyun Joo. Hye Ja binggung apa maksudnya
lalu memegang bibirnya.
“Aku akan
bilang kalau tadi jatuh.” Kata Hye Ja memegang bibirnya. Sang Eun pikir
Bagaimana bisa Hye Ja itu jatuh mendarat
di bibirnya.
“Benar, dan
bibirku akan tetap bengkak. Dasar Joon Ha keterlaluan. Dia sangat antusias
dengan semua yang dilakukan. Bahkan Dia terlalu bersemangat.” Kata Hye Ja
bangga
“Dia
terlalu bersemangat dan kau gila, kan?” ejek Hyun Joo. Hye Ja akhirnya meminta
izin agar bisamenginap di rumah Hyun Joo beberapa hari.
“Intinya,
jika kami berciuman lebih dari ini, maka aku akan menjadi seperti pelican,
kan?” kata Hye Ja senang
“Setelah
dipikir-pikir, peramal itu cukup akurat.” Kata Sang Eun. Hyun Joo ingin tahu
apalagi yang memang benar.
“Ini dia!
Album debutku.” Ucap Sang Eun bangga. Dua temanya pun ikut senang melihatnya.
“Aku
bukan Sang Eun lagi... Tapi Aku Yoon Bok Hee.” Kata Sang Eun. Mereka pun
memanggil nama Bok Hee... Yoon Bok Hee...dan memuji kalau Ini luar biasa sambil mengucapkan selamat.
Hye Ja
melihat fotonya saat masih muda bersama Sang Eun dan juga Hyun Joo dengan gaya
70an. Nyonya Lee masuk kamar memberitahu wanita dengan wajah Hye Ja
memanggilnya “Ibu dan mengatakan teman-teman Ibunya datang. Hyun Joo dan Sang
Eun terlihat sama-sama tua menyapa Hye Ja.
“Aku Bok
Hee.” Ucap Sang Eun. Hye Ja mengingat kalau nama temanya Bok Hee dan mengajak
mereka duduk
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Hyun Joo khawatir. Hye Ja mengaku baik-baik saja dan tahu kalau keduanya pasti
sibuk.
“Sesibuk
apa pun, kami tetap ingin melihatmu, Hye Ja.” Kata Sang Eun.
“Hei. Aku
tidak tahu kau mau makan apa, jadi, kubawakan tumis boga bahari kesukaanmu dan
beberapa lainnya. Apa Kau boleh memakannya?” ucap Hyun Joo.
“Makanan
di sini juga cukup enak...Tidak perlu repot. Omong-omong... Bok Hee, kau masih
sangat cantik.” Puji Hye Ja.
“Kau yang
tercantik di antara kita.” Balas Sang Eun yang terus memegang tangan Hye Ja.
“Aku bertemu
dengan Hyun Joo sesekali. Tapi kau sudah tidak terlalu sering tampil di TV.”
Kata Hye Ja.
“Apa Kau
sedih? Kalau begitu Aku akan bernyanyi untukmu di sini.” Ucap Sang Eun penuh
semangat. Keduanya pun dengan senang hati ingin mendengarnya.
Sang Eun
yang sudah tua masih terdengar merdu menyanyi tapi lalu sedih. Hyun Joo
mengeluh kalau lagu itu tak cocok dengan
suasana saat ini. Sang Eun memikirkan lagu satunya yaitu "Musim Semi
Berakhir" dan itu kesukaan Hyun Joo.
Akhirnya
Sang Eun menyanyi seperti mengingat saat mereka rekama ditahun 1970, berjalan
bersama. Sang Eun terus menyanyi dan
Hyun Joo mendorong Hye Ja keluar ruangan yang duduk dikursi roda. Hye Ja yang
berkencan dengan Joon Ha terlihat gembira dan Mereka bertiga yang tertawa
bersama saat masih muda.
Hye Ja
keluar ruangan bertemu salah satu temanya, Si Nenek Klepto melihat Sang Eun
sebagai Yoon Bok Hee langsung menjabat tanganya. Hye Ja dengan bangga kalau sudah bilang Sang
Eun adalah temannya. Si nenek Klepto mengaku tidak pernah memercayainya.
“Tapi sekarang
aku melihat itu benar... Boleh minta tanda tangan? Putri bungsuku menyukaimu.”
Kata Si nenek.
“Berikan
dia tanda tanganmu. Kami mengambil kelas bersama.”ucap Hye Ja. Sang Eun pun
memberikan tanda tanga akan mengambil pena dan selembar kertas.
Nenek
Cha mengaku punya pena dan kertas lalu mengeluarkan dari dalam
celanaya. Akhirnya Sang Eun menuliskan nama “Cha Eun Sook.” Nyonya Cha mengaku
itu nama putrinya setelah itu mengucapkan
Terima kasih.
Ruangan
di tengah seperti tempat fanmeeting karena banyak nenek dan kakek yang
mengantri menerima tanda tangan. Sang Eun memberikan tandatangan pada Nenek
yang berjalan dengan tongkat, wajahya terihat bahagia. Kakek yang menganggap anjingnya
layak anak pun memperlihatkan pada anjingnya dengan wajah bahagia.
Kakek
yang buta mengaku ingin tanda tangan Sang Eun juga, tapi tidak bisa melihat.
Sang Eun akhirnya berdiri dibelakang kakek dan memberikan tanda tangan dibagian
belakang. Si kakek senang karena bisa merasakan tanda tangan Sang Eun.
Hyun Joo
dan Hye Ja menunggunya,Sang Eun akhirnya selesai memberikan tanda tangan. Hye
Ja mengaku bangga memiliki teman
terkenal sepertinya. Sang Eun dengan rendah hati kalau Hye Ja tak perlu begitu.
Hye Ja memuji Sang Eun itu Hebat.
“Omong-omong,
Bok Hee pasti lapar. Mari makan yang kita bawa.” Kata Hyun Joo
Saat itu
Dokter Kim datang menyapa Hye Ja dan dua nenek lainya. Hyun Joo dan Sang Eun
melonggo karena wajah sangat mirip dengan Joon Ha, Dokter Kim senang karena Hye
Ja memilii teman yang datang dan akan bertemu lagi nanti.
“Jantungku
hampir copot.” Ucap Hyun Joo tak percaya. Hye Ja memberitahu kalau Dokter Kim
adalah dokter yang bekerja di rumah sakit.
“Itu
Sangat mirip, kan?”kata Hye Ja melihat wajah Dokter Kim yang mirip dengan Joon
Ha.
“Tidak,
Hye Ja. Bukan hanya mirip... Kupikir Joon Ha kembali hidup.” Ucap Hyun Joo
“Saat Hye
Ja menikah...Bukan, Saat Dae Sang lahir... Begitulah penampilannya.”kata Sang
Eun.
“Benar...
Setiap kali aku melihatnya, aku juga kaget.”ucap Hye Ja. Hyun Joo bisa
mengerti.
“Itu
pasti sangat mengingatkanmu akan masa lalu.” Ucap Hyun Joo. Hye Ja juga berpkir
seperti itu.
Flash Back
Hyun Joo
mengeluh apalagi yang terjadi pada temanya berpikir Hye Ja baru saja disiksa.
Hye Ja dengan bibir yang terlihat terluka kesal karena Joon Ha tidak melamarnya
padahal Hari ini, sudah satu tahun sejak
pertama kali berciuman.
“Bisa-bisanya
ada orang selambat dan kurang kreatif seperti itu... Yang dia lakukan hanyalah
menciumku. Sial.” Ucap Hye Ja. Hyun Joo tak percaya kalau Apa kali ini lamaran
“Bagaimana
jika aku bosan menunggu dan menikah dengan pria lain? Apa dia meremehkan aku? Aku
tidak merasakan hasrat dalam hubungan kami. Haruskah aku sedikit memancingnya?”
kata Hye Ja.
“Kau
harus terus menunggu selama yang bibirmu sanggup. Dia pasti akan melamar.” Kata
Hyun Joo. Hye Ja ingin tahu kapan.
“Apa Saat
aku ulang tahun ke-60? Untuk pria seperti dia yang tidak bisa belajar sendiri, tidak
ada cara selain membuat dia belajar dengan hafalan. Mulai hari ini, akan
kulancarkan aksiku untuk membuatnya melamarku.”kata Hye Ja.
“Bagaimana
kau bisa mengulangi rutinitas yang sama dengan tujuan yang berbeda? Bagaimana
kau membuatnya melamarmu?” tanya Sang Eun.
“Mencium
dan melamar itu berhubungan dengan suasana hati. Jika suasana hatinya tepat, dia
akan terdorong melakukannya. Untuk mengatur suasana hati itu, kami akan
bepergian semalaman.” Ucap Hye Ja.
Hyun Joo
yakin Orang tua Hye Ja yang tidak akan izinkan. Hye Ja pikir tak mungkin
melarang karena akan pergi bersama Hyun Joo. Hyun Joo kaget. Hye Ja meminta
Hyun Joo Datang ke rumahnya dan beri tahu orang tuanya kalau mereka akan pergi
bersama.
Hyun Joo
pikir Hye Ja ingin berbohong. Hye Ja pikir tak masalah dan berpikir Hyun Joo
bisa melakukannya demi temannya. Hyun Joo mengeluh kalau takut punya putri
seperti Hye Ja. Sang Eun pikir Hyun Joo akan menikah dengan Young Soo. Hyun Joo
mengeluh mendengarnya.
Sementara
Young Soo dirumah melakukan siaran dengan radio pemancarnya, mengakus sebagai
operator dan akan menyerahkan mikrofon
kepada mereka. Salah seorang membalasnya memastikan kalau memang Kim Young Soo.
“Senangnya.
Aku banyak mendengar tentang kau dari operator lain.” Ucap si pria
“Apa
rumor tentangku sudah menyebar?” tanya Young Soo. Si pria mengaku Young Soo bintang
di operator amatir seperti mereka.
Di luar
ruangan, Hye Ja berbicara dengan ibunya, mengaku pergi dengan Hyun Joo. Young
Soo mendengar teriakan adiknya berpikir Ada sedikit gangguan dan meminta maaf.
“Kau
bilang Pergi? Lalu Bibirmu kenapa?” ucap Ibu Hye Ja melihat bibir anaknya yang
terluka.
“Aku
makan sesuatu yang panas. Bibirku kepanasan dan Sakit.... Bu, aku akan pergi
dengan Hyun Joo... Kenapa Ibu khawatir?” ucap Hye Ja merengek.
“Bagaimana
Ibu tidak khawatir mendengar kalian mau pergi?” kata Ibu Hye Ja.
“Tidak
perlu khawatir. Aku putri Ibu... Kami tidak akan membuat masalah dan kembali.
Apa Ibu tidak percaya kepadaku?” Hye Ja menyakinkan ibunya.
“Dua
gadis melakukan perjalanan? Di dunia yang begitu mengerikan? Perjalanan
semalam? Tidak boleh.” Kata Young Soo keluar kamar. Hye Ja berteriak kesal.
“Ibu
jangan pernah percaya padanya. Dia pernah menyuruh Ibu untuk percaya padanya dan
mencuri semua uang dari Ibu untuk membeli buku- Jika dia tidak mengambilnya....
kita tidak akan semiskin ini. “ ucap Young Soo
“Hei,
hentikan!.. Itu tidak benar! Keluar sekarang!
Ibu, jangan dengarkan dia... Itu tidak benar. Dia mencuri lebih banyak uang
daripadaku.” Teriak Hye Ja.
Akhirnya
Young Soo melakukan siaran radio kembali "Di tengah Badai salju Di dermaga
Heungnam... Di tengah bunyi klakson kapal, 15.000 burung di Dermaga Heungnam
terbang ke langit. Saat menyaksikan kapal pergi berlayar, orang-orang pun
berpamitan.”
Ia
membuat suara dari kaki dan juga mulutnya,
Hye Ja yang melihatnya mengejek kalau pendengarnya tak bisa melihat
melalui radio lalu mengumpatnya kalau itu Bodoh. Young Soo menegaskan
kalau Ini bukan radio biasa tapi ini
radio amatir.
“Aku
sudah menyuruhmu diam. Jangan bicara sedikit pun.” Tegas Young Soo lalu
melanjutkan siaranya.
“Terima
kasih untuk hari ini. Terima kasih atas komentar terakhirmu. Sekian dan terima
kasih.” Kata Young Soo lalu mematikan radio dan mengusir Hye Ja dari kamarnya.
“Aku
hampir berhasil membujuk Ibu, tapi Kakak mengacaukannya.” Keluh Hye Ja. Young
Soo dengan santai kalau Hye Ja bisa membujuk lagi kalau begitu.
“Apa
Kakak pikir itu mudah?” keluh Hye Ja. Young Soo pikir kalau ada jalan. Hye Ja
ingin tahu apa yang akan dilakukanya.
“Apa Kau
ingin melakukan perjalanan? Apa Kau benar-benar ingin melakukan perjalanan
semalam?” tanya Young Soo memastikan. Hye Ja membenarkan.
“Kalau
begitu, katakan padanya kau mengajakku” ucap Young Soo. Hye Ja mengeluh karena
tak ingin melakukanya.
“Kalau
begitu, kau tidak akan bisa pergi.” kata Young Soo. Hye Ja makin kesal dengan
kakaknya
“Kakak
juga sibuk dan juga tidak ingin pergi. Tapi Kakak hanya menawarkan itu karena
kamu sangat ingin pergi. Ibu tidak akan khawatir jika kakak ikut. Apa kau tidak
mau pergi?” ucap Young Soo. Hye Ja mengaku sangat ingin pergi.
Akhirnya
Young Soo berjalan dengan Joon Ha terlihat bersemangat. Hye Ja berjalan dengan
Hyun Joo mengelu kakaknya yang bersemangat sekali. Hyun Joo meminta agar tenang
karena ia yang menanganinya. Hye Ja yang kesal menyuruh Hyun Joo membawa
kakaknya ke tebing lalu mendorongnya.
“Apa Aku
boleh mendorongnya?” kata Hyun Joo. Hye Ja yang kesal memperbolehkanya.
Mereka
akhirnay sampai di "Penginapan Tuan Choi" Young Soo mulai membuat
api. Joon ha akan membantu tapi Young Soo melarang agar Jangan disentuh dengan memberitahu akalu menyalakan
api itu tak mudah.
“Apa Kau
belajar tentang era Neolitik? Saat itu, hanya kepala desa yang menangani api. Apa
kau tahu kenapa? Karena itu sulit... Kamu tidak tahu apa-apa.” Ucap Young Soo
bangga.
“Tapi
Apinya mengecil.” Ucap Joon Ha ingin memberikan kayu bakar.
“Jangan!
Sudah kubilang, jangan disentuh... Tidak ada api yang padam di depanku.” Kata
Young Soo dan melihat api malah mati. Joon Ha pun tak bis kata-kata karena
lebih senior dan kakak iparnya.
“Mungkin
karena kita di lingkungan yang berbeda. Aku perlu waktu untuk beradaptasi.”
Ucap Young Soo. Joon Ha ingin mencobanya.
“Benar,
bagus. Waktunya menambahkan kayu bakar.” Kata Young Soo menuruti perintah Young
Soo.
Hyun Joo
datang mengajak Young Soo untuk bicara. Young Soo menolak karena sedang sibuk.
Hyun Joo menegaskan ingin mengatakan sesuatu. Young Soo memberitahu sedang
menyalakan api jadi Hyun Joo bisa mengatakan saja di sini.
“Apa aku
akan bertanya jika itu bukan hal penting?” kata Hyun Joo. Akhirnya Young Soo
mengalah pamit pergi pada Joon Ha.
“Omong-omong,
Hye Ja di dekat sungai di sana.” Kata Hyun Joo memberitahu. Joon Ha terlihat
diam saja.
Joon Ha
akhirnya datang bertanya apa yang dilakukan Hye Ja sendirian. Hye Ja mengaku
kalau ditepi sungai itu indah. Lalu mengaku
ingin membangun rumah yang indah dan tinggal di desa. Joon Ha pikir
kalau Kedengarannya bagus. Hye Ja makin senang mendengarnya.
“Anak-anak
bisa bermain di air, lalu aku dan suamiku bisa menyaksikan mereka dengan
bahagia. Berapa anak yang harus aku miliki?” ucap Hye Ja penuh semangat.
“Entahlah...
Mungkin satu anak akan sepi.” Kata Joon Ha.
Hye ja pikir akan punya setidaknya tiga anak.
“Lalu
sebelumnya aku harus apa? Haruskah aku membangun rumah? Tidak... Haruskah aku
membeli tanah? Tidak... Aku harus menikah dahulu. Untuk menikah, ada sesuatu
yang perlu dilakukan...” kata Hye Ja dengan penuh semangat dan melonggo melihat
Joon Ha yang tak ada disampingnya.
“Coba
Lihat... Aku jago melempar batu, kan? Kali ini, aku akan berhasil melewati arus
ini.” Kata Joon Ha melempar batu dengan membuat lemparan yang bagus.
Hye Ja
hanya bisa cemberut. Joon Ha menyuruh
Hye Ja harus mencobanya juga dengan memberikan batu. Hye Ja melempar batu
melampiaskan amarahnya. Joon Ha mengeluh Jangan dilempar seperti itu dan
memberikan batu lagi agar bisa mencoba lagi.
“Astaga,
kau payah... Ayo coba lagi...” kata Joon Ha yang memberikan cincin. Hye Ja yang
marah langsung melemparnya. Joon Ha panik.
“Apa Kau
terobsesi dengan kerikil itu?” kata Hye Ja marah. Joon Ha memberitahu kalau
tadi itu cincin. Hye Ja kaget.
“Aku
ingin melamarmu hari ini.” Ucap Joon Ha. Hye Ja melonggo kaget.
“Seharusnya
pakaikan kepadaku. Kenapa kamu berikan kepadaku?” keluh Hye Ja.
“Tidak
bisa begitu saja. Aku harus membuatnya istimewa. Aku ingin memberimu kejutan.”ucap
Joon Ha.
Keduanya
akhirnya mencari cincin disungai, Hye Ja mengeluh kalau Joon Ha bahkan tidak
bisa memilih waktu yang tepat dan ingin tahu Kapan Joon Ha memutuskan untuk
melamarnya. Joon Ha mengaku Beberapa bulan lalu dan sudah menunggu saat yang
tepat.
“Kenapa
kau tidak melamarku saat sudah yakin?” ucap Hye Ja. Joon Ha pikir Hye Ja sudah
menunggu lama
“Kau
sebenarnya tahu, tapi kau hanya menerima petunjuk yang kau mau!” kata Hye Ja
sambil menangis.
Saat itu
Joon Ha bisa menemukan cincin, Hye Ja langsung bersemangat melihatnya dan berpikir
terlihat cantik dan bertanya apakah Cincinnya tergores. Joon Ha melihat
cincinnya baik-baik saja lalu mengaku pada Hye Ja akalu dirinya tidak peka.
“Aku pun kurang
menunjukkannya kepadamu. Kekuranganku lebih banyak daripada kelebihanku. Tapi
jika kau tidak keberatan dengan itu, maukah kau menikah denganku?” kata Joon Ha
berlutut depan Hye Ja lalu masangkan cincin di jari manis.
“Kau
sangat cantik memakainya.” Ucap Joon Ha terlihat bahagia melihat Hye Ja yang
menangis bahagia.
“Aku
membelinya untuk melamarmu. Aku membawanya, kupikir aku harus melamarmu jika kau
tidak melamarku.” Kata Hye Ja memberikan jam tangan.
“Kau
belum memberiku jawaban. Maukah kamu menikah denganku?” kata Joon Ha. Hye Ja
pun menjawab dengan anggukan sambil menangis lalu berpelukan.
Young Soo
dan Hyun Joo datang dengan wajah panik melihat Hye Ja yang menangis. Hye Ja memperlihatkan jarinya kalau Joon Ha
melamarnya. Joon Ha melihat wajah Young
Soo yang berlepotan lipstik lalu bertanay kenapa dengan wajahnya.
“Bagaimana
kalau kita kembali dan menyelesaikan percakapan kita?” kata Young Soo. Hyun Joo
menjadi penurut mengikuti Young Soo. Young Soo menyuruh mereka melanjutkan saja
Bersambung ke part 2
Cek My Wattpad... Stalking
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar