PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ki Bong
berjalan pulang sambil mengeluh kalau sudah memperbaiki kepala pancuran untuk
junior sombong itu seharian dan menyakinkan diri kalau harus berhasil dan
membalas dendam. Ia melihat seseorang duduk di taman dengan pakaian aneh dan
berpikir orang gila.
Joon Ki
mengangkat wajahnya, lalu menjerit histeris memanggil temanya. Ki Bong kaget
ternyata Joon Ki bertanya Sedang apa di
taman dengan pakaian jaman dulu. Joon Ki langsung memeluk Ki Bong sambil
menangis. Ki Bong merasakan ada bau aneh.
“Tidak,
Joon Ki!.. Kau bau! Jangan bergerak! Diam...” ucap Ki Bong histeris, Tapi Joon
Ki malah melompat kepelukan Ki Bong.
Bibi Kim
melihat Soo Yeon seperti orang gila memutar-mutar kabel telp ada merasa
kasihan, lalu melihat ada tanam ditengah-tengah dan melihat diatap ada foto
Joon Ki yang membuat tempat ini berantakan.
“Mereka
menutupi lubang bekas meteor jatuh.” Ucap Soo Yeon santai. Bibi Kim kaget
mengetahui Meteor
“Ya...
Apa Anda tidak tahu apa itu meteor?
Sebuah batu dari alam semesta...” kata Soo Yeon
“Astaga,
kasihan... Sadarlah, Nona... Kau memiliki wajah yang cantik. Apa yang terjadi
sampai kau seperti ini?” kata Bibi Kim merasa Soo Yeon memang gila.
“Maaf?
Siapa? Aku?” ucap Soo Yeon. Bibi Kim pikir siapa lagi selain Soo Yeon yang ada
didepanya.
“Astaga,
lupakan saja... Kenapa repot-repot mengobrol dengan gadis yang tidak waras?”
ucap Bibi Kim. Soo Yeon tak terima mendengarnya.
“Sudahlah,
lupakan saja... Orang gila menganggap semua orang gila.” Ucap Soo Yeon. Bibi
Kim tak terima mendengarnya.
“Kau
bilang "Gila"? Siapa? Aku?” kata Bibi Kim. Soo Yeon pikir memang
seperti itu karena tak mungkin dirinya.
“Mereka
bilang meteor jatuh di sini melalui plafon. Apa Anda mau melihatnya?” ucap Soo
Yeon.
Soo Yeon
mendorong pot bunga terlihat ada bentuk seperti kubangan, dan juga membuka
poster Joon Ki terlihat bolong dibagian atap. Nyonya Kim hanya bisa melonggo
melihatnya. Soo Yeon pikir Bibi Kim bisa percaya sekarang.
Woo Sik
baru saja keluar kamar mengajak Bibi Kim untuk pergi. Bibi Kim langsung
bertanya apa yang terjadi dengan rumahnya. Woo Sik kage dan ingin memberitahu
yang sebenarnya. Joon Ki dan Ki Bong akhirnya pulang. Nyonya Kim bertanya apa
yang terjadi pada Joon Ki.
“Tidak,
ada hal yang lebih penting yang harus kita bahas.” Ucap Joon Ki malu.
“Apa Kalian
berdua tahu tentang itu juga? Apa Kau semua tahu? Apa Kalian membodohi aku
selama ini?” ucap Nyonya Kim marah, Keduanya binggung. Joon Ki memberikan kode
“Sebaiknya
kalian jujur kepadaku!” tegas Nyonya Kim. Joon Ki memohon agar Jangan
mengatakan.
“Woo Shik,
kenapa kamu membohonginya? Kau seharusnya tidak berpura-pura mencintainya. Omong
kosong apa lagi ini?” ucap Joon Ki. Woo Shik panik
“Apa Dia
berbohong kepadaku bahwa dia mencintaiku?” ucap Nyonya Kim marah
“Bukankah
itu yang Anda tanyakan?” kata Joon Ki. Woo Sik terlihat panik dan binggung.
“Woo
Shik, katakan kepadaku... Apa itu bohong?”ucap Nyonya Kim. Woo Sik kebingungan menjelaskan.
“Ada apa?
Kenapa semua terlihat tegang?” kata Nyonya Kim dan saat itu Jung Eun baru saja
turun tangga membawa pakaian
“Jung
Eun, Apa kau tahu soal itu juga? Apa Kau tahu Woo Shik membohongiku?” ucap
Nyonya Kim. Jung Eun panik.
“Itu...
maksudku ... Woo Shik, kenapa kamu bilang bahwa Bu Kim gila? Dia waras. Kau
tidak boleh menyebut orang seperti dia gila.” Kata Jung Eun.
Nyonya
Kim tak percaya dianggap gila dan omong kosong yang lagi. Woo Sik panik. Soo
Yeon kaget karena Woo Sik sebelumnya bilang bibi Kim itu tidak waras. Semua hanya bisa melonggo dan
Nyonya Kim terlihat sangat marah.
“Kau, Cha
Woo Shik! Aku akan memberimu pelajaran hari ini.” Ucap Nyonya Kim. Woo Sik
meminta Nyonya Kim untuk tenang tapi tamparan pun diterimanya dan Nyonya Kim
membabi buta memukuli Woo Sik
Akhirnya
semua barang terkena label "Disita" Joon Ki dkk pun duduk diruang
tengah. Joon Ki mengompres memarnya dengan es batu. Ki Bong bingung dengan
nasib mereka sekarang. Woo Sik pikir
Nyonya Kim itu akan mengusir mereka tapi
bisa memberikan satu hari.
“Kita
harus bersyukur..” ucap Woo Sik. Ki Bong mengeluh dan marah karena Bibi Kim menempelkan
stiker "disita" di semua benda dan meminta 10.000 dolar sore ini.
“Intinya,
dia mengusir kita, kan? Lagi pula, kenapa kau membohonginya?” keluh Ki Bong
“Maaf.
Aku tidak menyangka ini akan terjadi.”ucap Ki Bong
“Tadi kau
membahas tentang pria dan cinta pertamanya. Kau membuatnya terkesan.” Keluh
Jung Eun
“Wahh... Bahkan
kamu juga jahat kepadaku? Aku sudah merasa tidak enak. Omong-omong, bagaimana
kita mendapat uang sebanyak itu hari ini?” kata Woo Sik dan berteriak marah.
Joon Ki
menjerit kesakitan karena kaget, Woo Sik mengeluh Joon Ki seharusnya tidak bersantai mencabut
bulu hidung sekarang. Joon Ki mengaku sedang berpikir sambil mencabut bulu
hidungnya dan tak bisa melakukan apapun sekarang.
“Kita
harus meminjam uang kepada kenalan kita.”ucap Woo Sik
“Aku akan
mencoba meminjam uang dari orang-orang di timku.” Kata Ki Bong
“Aku
juga. Akan kulihat apakah aku bisa dibayar di muka. Aku berangkat dahulu... Sampai
nanti.” kata Jung Eun.
“Kawan,
kita harus bergerak juga.” Kata Woo Sik. Joon Ki setuju karena Duduk-duduk seperti
ini tidak akan membantu.
Soo Yeon
turun sudah berganti pakaian, Joon Ki bertanya apakah butuh sesuatu. Soo Yeon
mengaku tak butuh dan harus pergi sekarang. Woo Sik kaget karena ayah Soo Yeon
yang belum bisa dihubungi jadi ingin pergi kemana. Soo Yeon pikir ingin pulang
dan memeriksanya.
“Soal
itu, bisakah kalian mengantarku pulang?” ucap Soo Yeon. Woo Sik pikir tak bisa
karena ada urusan mendesak.
“Ayolah.
Beri aku tumpangan... Kuberikan ini sebagai gantinya.” Kata Soo Yeon memberikan
tasnya.
“Bukankah
ini gaun pengantinmu? Ini tidak ada gunanya bagi kami.”kata Joon Ki
“Itu dari
merek desainer ternama. Aku tahu ini bekas, tapi masih bisa dijual 5.000 dolar...
Kembalikan kalau tidak mau.” Kata Soo Yeon. Joon Ki langsung bertanya Di mana
alamat Soo Yeon.
["Putri Ajaib Minky"]
Didepan
rumah dengan pagar tinggi dan besar seperti terjadi demo, berteriak memanggil
Tuan Han yang meminta agar uangnya dikembali dan menganti uangnya. Joon Ki
pikir tak ada yang salah dengan dugaanya kalau , penagih utang akan menunggu didepan
rumah.
“Apa yang
harus kulakukan?” ucap Soo Yeon binggung. Joon Ki pikir bisa mengantar Soo Yeon
ke kantor ayahnya.
“Lihat
para penagih utang ini. Di kantornya akan ada lebih banyak.” Kata Woo Sik
mengeluh. Joon Ki mengaku kalau hanya bertanya saja. Woo Sik pun mengaku kalau tadi hanya memberi
tahu.
“Atau
adakah orang yang mungkin tahu di mana ayahmu sekarang?” kata Joon Ki
“Ahhh.. Benar,
Sekretaris Kim mungkin tahu.” Ucap Soo Yeon. Joon Ki pun menyuruh Soo Yeon agar
menelpnya.
“Ponselku
hilang... Aku tidak ingat nomor teleponnya... Itu pasti disimpan di ponsel
lamaku.” Kata Soo Yeon
“Benarkah?
Di mana ponsel lamamu?” tanya Ki Bong. Soo Yeon ingat ada Di laci meja riasnya.
Semua
kaget dan itu artinya adan di dalam rumah. Soo Yeon membenarkan lalu meminta
tolong agar bisa mengambilkannya. Joon Ki tak pecaya kalau harus menyelinap ke
sana sekarang. Soo Yeon pikir Joon Ki tak mau melakukanya.
“Gaun
pengantin itu sangat mahal. Seorang penjahit terkenal menjahit setiap
jahitannya dengan tangan.” Kata Soo Yeon merayu.
“Baik!
Kami tidak bilang enggan melakukannya. Kami akan mengambilkannya. Jangan
khawatir.” Kata Joon Ki
“Apa?
Lihat para penagih utang itu. Bagaimana kita menyelinap masuk?” kata Woo
Sik binggung.
“Kita
hanya perlu melompati tembok... Kita tidak punya waktu untuk itu! Kamu bisa
tinggal di sini, Pengecut! Dua pria
sejati akan pergi.” kata Joon Ki mengajak Ki Bong pergi.
Joon Ki
dan Ki Bong berjalan ke sisi rumah lainya.
Woo Sik berada dimobil melihat bertanya kemana dua temanya akan pergi.
Soo Yeon pun tak tahu Di luar masih terus penagih hutang memanggil ayah Soo
Yeon menuntut ganti rugi.
“Langit
sangat biru hari ini... Buktikan kejantananmu... Mulailah memanjat.” Ucap Joon
Ki. Ki Bong mengaku takut dan mulai memanjat.
Tapi Joon
Ki seperti seorang monyet bisa menaiki tembok dan sampai keatas. Ki Bong
binggung melihat Joon Ki sudah ada diatas. Joon Ki mengeluh Ki Bong itu lama
sekali. Ki Bong pikir Joon Ki itu Spider-Man. Joon Ki mengeluh Ki Bong yang
tinggi tapi tak bisa melakukan apapun.
“Ayo Jangan
membuang waktu.” Ucap Joon Ki. Ki Bong mengaku sudah tidak bisa naik lagi
meminta agar menariknya. Joon Ki menarik Ki Bong untuk segera naik ke dinding.
Ki Bong
masuk rumah merasa itu sangat menegangkan dan merasa tak percaya kalau harus
melakukan ini. Joon Ki pikir tak ada yang bisa dilakukan karena Minimal mereka
harus berterima kasih kepadanya untuk gaun mahal itu lalu mencacari ponselnya
dan keluar.
“Astaga.
Kita di dalam istana atau apa?” ucap Joon Ki melihat ruang tengah yang mewah.
Ki Bong pun tak percaya Keluarga Soo Yeon masih kaya.
“Hei, ayo
cepat. Cari kamarnya dahulu.” Kata Joon Ki. Ki Bong menganguk setuju.
Mereka
mencari setiap pintu kamar, Ki Bong
memangil Joon Ki karena bisa menemukan kamar Soo Yeon. Joon Ki melihat ada foto
Soo Yeon, menurutnya sangat cantik dan ada meja rias. Ia pun menemukan ponsel
yang dicari Soo Yeon untuk menelp Sek Kim.
Mereka
pun akan keluar dengan wajah bahagia, tapi terdengar teriak para penagih hutang
mencari Tuan Han. Joon Ki dan Ki Bong
panik langsung bergegas masuk kamar Soo Yeon. Seorang pria menyuruh agar mengambil apa saja yang terlihat
berharga.
“Lukisan
ini, misalnya. Itu juga...Keluarkan semuanya dari kamar juga.” Perintah si
pria.
Seorang
pria melaporkan ada pintu yang terkunci. Joon Ki dan Ki Bong panik karena pria
itu untuk mendobrak pintu. Akhirnya
Pintu dibuka paksa. Ki Bong dan Joon Ki pindah bersembunyi didalam lemari.
“Wahhh...
Lihat, Ada banyak hal di sini. Keluarkan semua yang terlihat berharga. Meja
rias, tempat tidur, dan lemari pakaian.” Ucap si pria ingin tahu isi lemari itu
lalu membukanya.
Joon Ki
dan Ki Bong tak terlihat karena tertutup dengan pakaian SooYeon yang mahal. Si
pria menyuruh mereka agar Keluarkan seluruh pakaiannya. Joon Ki dan Ki Bong
panik karena lemari mereka mulai bergerak.
Di luar
rumah
Joon Ki
heran dengan dua temanya yang lama datang. Di luar rumah suda ada mobil bak
terbuka. Soo Yeon melihat ada meja rias dan lemari pakaiannya dibawa keluar rumah.
Ki Bong bingung karena terlalu gelap dan ingin tahu keberdaanya.
“Apa yang
mereka lakukan?” ucap Won Sik binggung dan melihat Joon Ki yang menelpnya.
“Hei, apa
yang terjadi? Kenapa lama?” ucap Woo Sik binggung. Joon Ki sambil membisik
memberitahu kalau ini gawat karena terkurung.
“Kalian terkurung?
Di mana?” tanya Woo Sik kaget. Joon Ki mengaku adan Di lemari pakaian Soo Yeon.
“Lemari
pakaiannya? Kalian... Apa Lemari pakaiannya merah muda?” ucap Woo Sik. Joon Ki
kaget Woo Sik bisa mengetahuinya.
“Kalian
sedang dimuat ke atas truk sekarang.” Kata Woo Sik. Ki Bong panik karena
merasakan lemari seperti mulai bergerak. Joon Ki menyuruh Woo Sik untuk diam.
“Selamatkan
kami! Selamatkan kami! Kami bisa dibunuh!” ucap Keduanya akhirnya panik.
Woo Sik
mengumpat dua temanya yang bodoh, Soo
Yeon ingin tahu apa yang terjadi. Woo Sik mengaku tak tahu dan mulai
mengemudikan mobil mengikuti kemana truk pergi.
Jung Eun
pulang ke rumah dengan wajah terlihat marah karena kantornya yang tak mau
memberikan uang muka. Ia pun tak melihat ada orang dirumah, lalu melihat tas
berisi gaun diruang tengah, lalu bertanya-tanya kenapa Soo Yeon meninggalkan
gaunnya di sana.
“Wahhh...
Ini indah... Sepertinya cocok kupakai... Aku ingin menikah juga... Apa aku akan
tetap melajang seumur hidup?” ucap Jung Eun akhirnya mencoba melihat wajahnya
dengan gaun yang indah.
“Ah.... Masa
bodoh. Aku harus melepas ini... Memalukan jika mereka melihatku memakai ini.” Ucap
Jung Eun akan membuka risleting tap malah membuat rambutnya tersangkut.
Jung Eun
binggung bahkan membuat rambutnya tertarik dan berpikir kalau akan
menguntingnya saja dan mencoba mencari gunting. Tanpa sadar gaunya malah menyangkut
di pinggiran meja yang tajam. Jung Eun
kesal mencoba terus mencari gunting dengan kepala mendonga keatas.
“Wahh.. Apa
lagi sekarang?... Kenapa aku tidak bisa menarik kakiku? Halo? Apa ada orang di sini? Siapa saja?”teriak
Jung Eun binggung karena kakinya malah terjerumus ke lubang meteor.
Woo Sik
melihat dari mobil dengan beberapa pekerja yang akan menurunkan barang memilih
untuk merokok dulu. Woo Sik pikir waktu
yang tepat, dan bergegas membuka pintu lemar memastikan kalau teman-temanya
baik-baik saja. Keduanya meminta agar Woo Sik segera mengeluarkanya.
“Hei...
Kita tidak punya waktu. Keluar.” Ucap Woo Sik tak ingin dua temanya merengek
tapi para pekerja sudah datang dan akhirnya ikut masuk ke dalam lemari.
Soo Yeon
yang melihatnya hanya bisa melonggo. Para pekerja binggung melihat talinya
terlepas, tapi mencoba untuk tak peduli mengajak agar seger memindahkan lemari
dahulu.
Akhirnya
lemari sudah ada di dalam rumah, Seorang wanita keluar kamar basu saja bangun
menyapa suaminya yang sudah pulang, lalu kaget karena banyak barang diruangan
mereka. Sipra mengaku sudah pergi ke rumah Pak Han dan mengambil semua yang
berharga.
“Lemari
pakaian ini sangat cantik... Semua berwarna merah muda. Ini gayaku.” Ucap si
wanita membuka pintu lemari
“Sayang,
apa ini di lemari?” kata Si wanita melihat tiga pria muda. Si pria mengatakan
semua untuk istrinya
“Pilih
yang kau suka...” ucap suaminya. Sang istri ingin memilih satu dari tiga pria.
Suamianya melihat istrinya sudah gila.
Woo Sik
memberi kode pada Joon Ki untuk berpikir.
Si pria bertanya siapa mereka dan kenapa bisa sampai dirumahnya. Joon Ki
langsung berteriak pada Woo Sik sebagai Dokter Cha & Kook mereka akhirnya
berhasil. Sepasang suami istri binggung.
“Izinkan
kami memperkenalkan diri.. Senang bertemu denganmu. NASA sedang mempelajari
teleportasi rahasia dan kami adalah peneliti.” Ucap Joon Ki. Keduanya tak
percaya dengan Teleportasi?
“Setelah
percobaan panjang, akhirnya kami berhasil berteleportasi ke sini.” Ucap Joon
Ki. Keduanya masih tak percaya kalau mereka
berteleportasi Ke dalam lemari pakaian ini.
“Aku tahu
kamu tidak percaya.... Maka kami harus tunjukkan kepadamu. Ini adalah perangkat
teleportasi. Dalam hitungan ketiga, kami akan teleportasi ke lemari lain. Jadi Tutup
mata kalian.” Kata Joon Ki mengeluarkan sebuah pulpen.
Si pria
heran kenapa mereka harus menutup mata. Joon Ki beralasan Cahaya yang sangat kuat dari alat ini bisa
menghancurkan saraf optik dimatanya dan Jika merkea ingin menjadi buta jadi buka
saja matanya. Keduanya pun mulai menutup
mata, Joon Ki akan menghitung sampai tiga.
Keduanya
mulai menutup mata, Joon Ki mengajak dua temanya untuk segera pergi. Si istri
ingin tahu apakah tiga pria itu sudah pergi. Saat membuka mata, Si pria melihat
Ki Bong yang kabur dan langsung mengambil stick golf berpikir anak buah Tuan
Ha.
Soo Yeon
menunggu dengan wajah panik, Joon Ki berlari keluar apartement menyuruh Soo
Yeon untuk segera menyalakan mobil. Si pria terus mengejar mereka dengan stick
golf.
Ki Bong
mereka akan mati dan sangat ketakutan. Woo Sik pikir sudah memberitahu
kalau jangan masuk ke sana dan bisa
melihat yang terjadi. Joon Ki pikir berjalan dengan baik sampai... Woo Sik
menyuruh diam lalu berpikir itu semua salah Soo Yeon. Soo Yeon membela kalau
Soo Yeon cinta pertama mereka.
“Halo,
Sekretaris Kim... Apa Kau tahu di mana ayahku berada?” ucap Soo Yeon mencoba
mencari ayahnya. Sek Kim mengatakan kalau sedang bersama dengan Tuan Han.
“Soo
Yeon.,, Soo Yeon, kau di mana? Apa Kau baik-baik saja?” kata Tuan Han khawatir.
Soo Yeon mengaku baik-baik saja dan bertanya balik.
“Ayah
baik-baik saja... Maafkan Ayah, Soo Yeon. Ini semua salah Ayah.” Ucap Tuan Han.
“Tidak
apa-apa. Tapi ada apa semua ini?” kata Soo Yeon bingung. Tuan Han berpikir telah
ditipu.
“Pokoknya,
Ayah akan membereskannya dan menghubungimu. Jadi Bersabarlah, oke?” ucap Tuan
Han.
Soo Yeon
binggung maksud ayahnya. Tuan Han pikir tidak bisa bicara lama jadi akan
menghubunginya lagi. Soo Yeon panik karena ayahnya sudah menutup telp lalu
menangis. Joon Ki melihatnya bertanya apa yang terjadi dan apa yang dikatakan
ayahnya. Woo Sik seperti meraasa kasihan.
Joon Ki
mengantar Soo Yeon ke sebuah apartement mewah memastikan kalau tunangan Soo
Yeon tinggal disana. Woo Sik pikir para
penagih utang itu tidak akan datang. Joon Ki teringat kalau Soo Yeon bilang tunanganna tidak bisa dihubungi
“Apa yang
kau rencanakan?” tanya Joon Ki. Soo Yeon pikir akan menunggu sampai dia datang.
“Pokoknya,
terima kasih atas segalanya. Aku berjanji akan membalas kalian suatu hari
nanti.” kata Soo Yeon.
“Ayolah,
tidak perlu... Jaga dirimu, Soo Yeon... Hubungi kami jika ada masalah.” Kata Joon
Ki. Soo Yeon pun mengucapkan terimakasih lalu turun dari mobil.
Joon Ki
melihat merasa khawatir dengan keadaan Soo Yeon. Woo Sik pikir Ini bukan waktunya mereka mencemaskan orang
lain dan mengajak untuk mencari uang. Saat akan pergi Joon Ki melihat Soo Yeon
bertemu dengan tunangan didepan pintu.
“Min
Seok...” ucap Soo Yeon melihat calon suaminya dengan ibunya yang baru makan
steak. Joon Ki masih ingat dengan
pengantin prianya,
“Apa yang
sebenarnya terjadi? Aku tidak bisa menghubungimu.” Ucap Soo Yeon. Min Seok
binggung menjelaskan.
“Maaf.
Aku tahu Ibu khawatir.” Kata Soo Yeon sopan, tapi ibu mertuanya merasa Soo Yeon
tak perlu memanggilnya ibu.
“Apa Kamu
tahu, bagaimana keluarga kami dipermalukan karenamu?” ucap Ibu Min Seok.
Joon Ki
melihat dari mobil seperti terjadi sebuah masalah. Ibu Min Seok pikir ingin
bicara to the point kalau membatalkan pernikahan ini. Soo Yeon kaget dan tak
mengerti. Ibu Min Seok langsung mengejek Soo Yeon itu lamban atau memang bodoh.
“Apa Kau
pikir aku setuju karena kami menyukaimu? Itu semua karena kekayaan ayahmu. Jadi,
sadarlah dan jangan datang lagi. Jangan hubungi kami juga. Bagaimana kau bisa
tidak tahu malu?”ucap Ibu Min Seok.
“Hei,
wanita itu kasar sekali.” ucap Joon Ki marah mendengar ucapan Min Seok.
Soo Yeon
menahan Min Seok agar tak ikut masuk, Tapi Min Seok seperti tak peduli hanya
meminta maaf mengaku Tidak ada yang bisa dilakukan. Ki Bong melihatnya mulai
mengumpat karena tega melakukan itu. Joon Ki pun akan membunuhnya. Woo Sik
melihat Soo Yeon menangis keluar dari mobil. Joon Ki panik menyuruh mereka
untuk pulang saja.
“Bangunlah.
Ayo pergi.” ucap Woo Sik. Soo Yeon bertanya kemana karena tidak punya tempat tujuan.
“Kenapa? Apa
Kau akan berlutut dan memohon kepada mereka? Apa Kau tidak marah mendengar
seperti itu?” kata Woo Sik
“Aku
marah.... Aku marah dan kesal... Tapi aku bisa apa? Aku bisa apa dalam
situasiku ini?” ucap Soo Yeon
“Tidak
ada yang akan berubah jika begini terus. Ikutlah denganku.” Ucap Woo Sik
menarik Soo Yeon.
“Aku
tidak mau pergi... Kubilang aku tidak mau pergi.” jerit Soo Yeon lalu mengaku
kalau Barang-barangnya ada di rumah itu.
Min Seok
membuka pintu bertanya siapa yang datang dan kaget melihat tiga pria dengan Soo
Yeon. Joon Ki menegaskan kalau mereka datang untuk mengambil barang-barang Soo
Yeon. Min Seok bingung bertanya pada Soo Yeon siapa pria yang terlihat seperti
preman.
“Itu
bukan urusanmu... Ayo Minggir.” Ucap Joon Ki. Min Seok tak terima ingin tahu
siap mereka
“Kami?
Kami cinta pertama Soo Yeon.” Ucap Joon Ki bangga, Semua binggung.
“Apa Mereka
cinta pertamamu? Mereka bertiga?” kata Min Seok kaget, Woo Sik panik.
“Bukan...
Soo Yeon adalah cinta pertama kami. Aku cinta pertama nomor satu.” Kata Joon Ki
“Aku
nomor dua.” Kata Ki Bong lalu menyuruh Woo Sik bicara. Woo Sik perlahan mengaku
menjadi nomor tiga.
“Kenapa
diam saja? Ayo kita ambil barang-barangnya.” Ucap Joon Ki. Min Seok mengeluh
kalau ini penerobosan... mereka tak peduli.
Semua
barang-barang milik Soo Yeon dibawa ke ruang tengah. Ibu Min Seok mengeluh yang
dilakukan oleh 3 pria. Woo Sik pikir mereka bisa melihat kalau sedang mengambil
barang-barang milik Soo Yeon karena tadi mengatakan ingin membatalkan
pernikahan.
“Jadi,
Anda harus meluruskan ini... Bagaimana Anda bisa tidak tahu malu?” ucap Woo
Sik. Ibu Min Seok melonggo binggung.
“Aku tidak
bisa menoleransi ini lagi.”kata Ibu Min Seok. Woo Sik membalas dengan perlakuan
ibu Min Seok tadi.
“Soo
Yeon, ini sudah semua? Apa ada yang tertinggal?” tanya Woo Sik. Soo Yeon mengaku Ada satu lagi menunjuk ke
arah Min Seok
“Apa? Jas
itu? Apa Kau juga membelikannya jas itu?” ucap Woo Sik mengejek. Min Seok heran yang akan mereka lakukan.
“Apa Kau
lamban atau memang bodoh? Buka jasmu.” Kata Woo Sik. Joon Ki memperlihatkan
amarahnya.
Akhirnya
Min Seok membuka jasnya, Joon Ki pikir Min Seok itu bodoh karena jas itu dibuat
satu set jadi meminta agar membuka celananya juga. Min Seok memegang tangan Soo
Yeon yang sungguh akan memperlakukannya seperti ini. Soo Yeon mengikuti gaya
Min Seok “ Maafkan aku... Tidak ada yang bisa aku lakukan.”
Mereka
pun keluar rumah dengan membawa banyak barang. Woo Sik memastikan kalau tidak
ada yang tertinggal, Soo Yeon mengatakan tak ada yang tertingga lalu teringat
kalau dengan Minky yang hampir melupakannya. Mereka bertanya-tanya siapa Minky.
Iguana
dibawa dalam rumah kaca, mobil berjalan
dengan bagasi terbuka. Joon Ki seperti tak percaya kalau Minky adalah
iguananya. Soo Yeon menceritakan membesarkannya sejak kecil dan seperti
keluarga. Joon Ki mengerti dan ingin tahu apa rencananya sekarang.
“Haruskah
aku mengantarmu ke rumah kerabat?” ucap Joon Ki. Soo Yeon pikir Sudah lama berpisah
karena uang.
“Lalu apa
kau punya tempat tujuan?” tanya Joon Ki. Soo Yeon pikir harus mulai mencari
sekarang.
“Apa Kau
harus mulai mencari? Kau bisa tinggal di hostel kami. Benarkah Woo Shik?” ucap
Joon Ki
“Benar.
Kami punya banyak kamar kosong dan tidak ada tamu.” Ucap Ki Bong penuh
semangat.
“Bolehkah
aku tinggal di sana?” ucap Soo Yeon. Joon Ki pikir itu boleh. Dengan memastikan
pada Woo Sik.
“Yah... Kalau
dia mau.” Kata Woo Sik. Soo Yeon tersenyum mendengarnya
“Terima
kasih, Teman-teman. Aku akan membalas kebaikan kalian suatu hari nanti.” ucap
Soo Yeon
“Jangan
terlalu bersemangat. Kami juga tidak tahu kapan akan diusir.” Kata Woo Sik
pasrah.
“Ayolah,
tidak apa-apa... Kita punya gaun pengantin Soo Yeon. Kita bisa menjual itu dan
membayar pemiliknya 5.000 dolar dahulu. Dia akan memberi kita waktu.” Kata Joon
Ki yakin
Semua pun
membawa barang-barang Soo Yeon ke dalam hostel, Soo Yeon mengucapkan Terima
kasih banyak dan berjanji pasti akan membalas kebaikan, lalu mereka kaget melihat
kaki yang tergantung seperti mayat.
Mereka tahu kalau itu Jung Eun lalu naik ke lantai atas.
“Jung Eun,
sedang apa di sini? Kenapa kau tidur seperti ini?” kata Joon Ki melihat Jung Eun
tertidur. Jung Eun terbangun.
“Sedang
apa di sini? Bukankah itu gaun Soo Yeon?” ucap Joon Ki.
“Ya, gaun
ini ada di ruang tamu, aku hanya ingin mencobanya.” Kata Jung Eun
“Itu
bukan milikmu! Kenapa kamu mencobanya? Apa Kau tahu gaun itu sangat mahal? Tunggu.
Kenapa gaun itu tersangkut? Hei, ini... Kenapa gaunnya robek?” jerit Joon Ki
marah
“Saat aku
membukanya, rambutku... Rambutku tersangkut.” Kata Jung Eun.
“Kau
seharusnya berhati-hati! Dasar bodoh! Matilah kita. Kau menghancurkan rencana
kami! 5.000 dolarku hilang begitu saja!” jerit Joon Ki
Saat itu
terdengar suara bibi Kim datang memanggil Woo Sik, mereka panik karena Bibi Kim datang, mereka
pun bergegas untuk turun. Jung Eun menjerit meminta tolong agar membantu
mengeluarkan kakinya lebih dulu.
Nyonya
Kim masuk rumah kaget melihat kaki yang melayang, Joon Ki dkk pun menyapa Nyonya Kim yang sudah
membawa anak buahnya. Nyonya Kim masih
memanggil Woo Shik dengan mesra tapi mengubah dengan “Tuan Cha” meminta uang
yang sudah disiapkan. Woo Sik bingung.
“Sudah
kuduga. Kalian tidak bisa dapat uangnya. Kalau begitu, aku terpaksa... Ayo Mulai.”
Ucap Nyonya Kim. Semua binggung yang akan dilakukan Nyonya Kim.
“Bu Kim,
maafkan kami kali ini saja... tolong beri kami sepekan lagi... aku mohon
kepadamu.” Ucap Joon Ki dan Ki Bong memohon. Nyonya Kim tak peduli. Woo Sik pun
ikut berlutut memohon. Nyonya Kim
mendorong ketiganya sampai terjatuh.
“Astaga,
kejam sekali... Coba Lihat. Mereka hanya perlu memberi Anda uang hari ini,
bukan?” ucap Soo Yeon membela. Nyonya Kim membenarkan.
“Berapa
total uang sewa kalian yang sudah jatuh tempo?” kata Soo Yeon
“Termasuk
semuanya, sepertinya 10.000 dolar.” Ucap WooShik. Soo Yeon mengerti.
“Teman-teman,
ambil Minky.” Kata Soo Yeon setelah berpikir sejenak.
Seorang
pria memberikan dua gepok uang 50ribu won, merkea tak menyangka kalau Iguana
berharga 10.000 dolar. Soo Yeon memberitahu kalau Minky adalah yang langka, bahkan Ini spesies
langka. Joon Ki sibuk menghitung uang.
“Apa Kau
sungguh baik-baik saja?” tanya Joon Ki merasa kasihan. Soo Yeon pikir mereka tidak punya pilihan.
“Minky,
aku berjanji akan menjemputmu... Pastikan kau selalu makan teratur.” Kata Soo
Yeon mengucapkan salam perpisahan pada binatang kesayanganya.
Joon Ki
pkir Setelah membayar sewa yang sudah jatuh tempo, maka dunia ini seperti
tempat yang indah. Ki Bong berpikir kalau mereka akan diusir kali ini. Woo Sik
seperti tak enak hati dengan Soo Yeon yang harus merelakan binatang
kesayanganya.
“Apa pun
itu, kamu menyelamatkan kami... Terima kasih.” Ucap Woo Sik
“Tenang
saja... Sudah kubilang aku akan membalas kebaikan kalian.” Ucap Soo Yeon lalu melihat ada beberapa remaja
sedan makan toppoki.
Soo Yeon
pikir melihat mereka jadi mengingkat dengan masa lalu, karena dahulu bersama
seperti itu sepanjang waktu. Joo Ki tak percaya kalau Soo Yeon mengingatnya.
Soo Yeon pikir Itu hari-hari yang
menyenangka dan merasa Ada sesuatu yang
membuatnya penasaran. Mereka ingin tahu apa itu.
“Apa aku
benar-benar cinta pertama kalian? Kalian bertiga?” ucap Soo Yeon. Ketiganya
langsung berpura-pura tak mendengar dan menghindar mengajak seger pergi karena
udara makin dingin.
“Apa?
Kenapa mengganti topik? Apa Benar aku cinta pertama kalian? Katakan. Jawab aku.”
Ucap Soo Yeon. Ketiganya langsung berlari. Soo Yeon mengejarnya karena mereka
malah berlari.
Diwarung
mobil, seperti terlihat mereka berempat dulu adalah teman yang sangat dekat.
Joon Ki dan Ki Bong saling berebut makanan dan Woo Sik serta Soo Yeon seperti
sangat bahagia.
Bersambung
ke episode 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar