PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Nyonya
Kwak berlari terburu-buru di sepanjang jalan, wajahnya sangat panik. Seorang
pria bertanya mau kemana Nyonya Kwak. Nyonya Kwak hanya terus berlari wajahnya
ketakutan.
“Ada
kebakaran di pasar dan Yong-sik terluka. Dia coba menyelamatkan Dongbaek, lalu...”
ucap Tuan Byun. Nyonya Kwak menginga kejadian di masa lalu.
Flash Back
[MUSIM GUGUR 1987, ONGSAN]
Nyonya
Kwak yang sedang hamil berlari dengan sandal yang berbeda. Beberapa orang sudah
berkumpul berkomentar Semuanya terbakar habis jadi tak yakin dia masih hidup.
Mereka pikir Pasti panas sekali. Nyonya Kwak menerobos masuk.
Ia
melihat sepatu suaminya dengan taksi disampingnya, lalu menjerit histeris
karena Apinya pasti panas sekali. Polisi menolong Nyonya Kwak yang jatuh lemas.
Di rumah
seorang pria seperti sedang melakukan pemujaan, sambil berputar-putar. Nyonya
Kwak di rumah duka membaca pesan suaminya “Hwang Yong-sik... Kwak Deok-sun, aku
membayar 200.000 won untuk nama ini.” Ibu Tuan Hwang menangis melihat arwah
anaknya yang masuk kedalam tubuh si pria.
“Aku pria
yang ditakdirkan untuk keagungan dan umur panjang, tapi kutukan janda lebih
besar!” ucap si Pria menunjuk ke arah Nyonya Kwak.
“Jiwaku
yang malang dan kurang beruntung. Aku tak bisa pergi seperti ini. Tidak, tapi
aku harus pergi... Ibu, saudariku, aku akan pergi sekarang. Jaga keluargaku
untukku.” Kata si pria akan berjalan pergi sambil mengambil uang yang disebar.
Ibu Tuan
Hwang menjerit histeris, Nyonya Kwak tiba-tiba berlari kearah si pria menahanya
pergi. Si pria menyapa istrinya lalu mengatakan kalau harus pergi sekarang jadi kenapa harus
menahannya. Nyonya Kwak heran suaminya bicara dengan logat Provinsi Jeolla.
“Dia tak
pernah ke sana. Kenapa kau membohongi kami? Kau bahkan bukan suamiku.” Teriak
Nyonya Kwak marah
“Deok-sun...
Kenapa kau menyalahkanku?” kata Si pria mencoba mengelak.
“Berani
sekali kau bilang suamiku meninggal karena takdirku menjadi janda? Kenapa kau
berkata begitu? Teganya kau...” teriak Nyonya Kwak dan ditahan oleh saudara
lainya.
Di depan
restoran
Beberapa
ibu-ibu berkumpul berkomentar Nyonya Kwak yang buka kembali kedainya sebelum
ritual 49 hari selesai. Mereka pun mengejek kalau Tak heran hal semacam itu
terjadi pada suami Nyonya Kwak dan ditakdirkan menjadi janda.
“Pergi
jika tak ingin kugigit putus kepalamu.” Teriak Nyonya Kwak keluar menyiram
ibu-ibu yang sedang berkumpul. Mereka pun mengeluh Nyonya Kwak itu sudah gila
“Haruskah
kami mati berduka Atau lebih baik biarkan tiga anakku mati kelaparan?” teriak
Nyonya Kwak
“Hidupmu
tampaknya sial, jadi, kami mengasihanimu. Kami tidak salah bicara!” balas Si
Bibi
“Apa
maksudmu aku sial? Siapa kau menilai kualitas hidupku? Katakan. Apa Kalian
punya tiga putra? Kau bilang "Malang sekali. Kasihan dia." Apa kau Ingin
merasa baik dengan membandingkan? Setidaknya beli makan di sini dahulu.” Teriak
Nyonya Kwak.
Para bibi
berkomentar kaalu Nyonya Kwak sangat emosinya.
“Tunggu
saja... Aku akan tetap hidup. Akan kulakukan apa saja untuk membesarkan
putraku.” Tegas Nyonya Kwak.
Nyonya
Kwak sampai di IGD mencoba mencari Yong Sik dengan wajah panik, akhirnya
menemuikan Yong Sik sedang terbaring di ranjang. Yong Sik kaget melihat ibunya.
Nyonya Kwak sedih melihat anaknya yang Pasti terbakar ditubuhnya.
“Ibu, aku
tak apa-apa. Jangan khawatir...” ucap Yong Sik menenangkan ibunya. Dong Baek
datang.
“Tolonglah,
apa yang akan terjadi padanya. Anakku sayang.. Kenapa kau butuh banyak perban?”.”
kata Nyonya Kwak sedih.
“Kau
pasti terkejut... Kata dokter...” ucap Dong Baek menenangkan dengan memegang
tanganya, tapi Nyonya Kwak langsung melepaskan tanganya.
“Kau
harus pergi.. Kau harus pergi sekarang.” Ucap Nyonya Kwak mengusirnya. Yong Sik
mengeluh ibunya bersikap tak baik pada Dong Baek.
“Kau belum
pernah terluka separah ini.” Ucap Nyonya Kwak sedih, Dong Baek pun hanya bisa
tertunduk sedih dan berjalan pergi. Nyonya Jung datang pun hanya melihat dari
kejauhan.
“Kita
semua terbentuk dari pengalaman dalam hidup. Entah itu pengalaman baik atau
buruk, kau tak bisa mencegahnya terpatri dalam dirimu. Walau kita benci
mendengar takdir kita sudah digariskan, kita terus menjadi pengecut.
[GARIS UMUR IBUKU "BEGITULAH IBUKU
MENUA"]
Di tempat
kejadian
Tuan Byun
melihat kalau Ini jelas pembakaran. Oh
Joon memberitahu Tuan Byun kalau Semua
kamera pengawas pasar rusak, lalu Ditemukan sebuah pemantik, tapi mungkin
terlalu kecil untuk sidik jari. Tuan Byun memastikan Apa warnanya hijau lagi?
Di sebuah
ruangan, seorang pria menuliskan [IGD RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ONGSAN] lalu
merobek dengan wajah kesal. Terlihat banyak coretan seperti benang kusut
melampiaskan emosinya, dan terlihat tulisan [KAU AKAN TAHU SETELAH MENYALAKAN
API]
“Terjadi
kebakaran di pasar. Apa Kau tahu itu?”tanya Heung Sik. Si pria hanya diam saja.
“Ayah,
kumohon... Ya? Tolong jangan lakukan apa pun... Kumohon.” Pinta Heung Sik.
“Dia
masih hidup... Karena itu kau akan tahu setelah menyalakan api. Manusia akan
mati terbakar, tapi penyihir tidak.” Kata Ayah Heung Sik.
Nyonya
Jung memberikan obat pada Dong Baek saat berjalan di lorong rumah sakit. Dong
Baek mengeluh ibunya Jika punya waktu
untuk ambil obat penenang, kenapa tak pakai waktu itu untuk tampil lebih layak.
Ia merasa tak percaya ibunya
membawakannya sepatu yang tak serasi.
“Ini
memalukan... Apa Seberapa terburu-buru kau?” ejek Dong Baek.
“Bagaimana
kebakaran itu? Apa pembakaran?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek juga tak tahu.
“Apa luka
Yong-sik akan berbekas?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek juga tak tahu karena harus
terus memeriksa dia.
“Apa Kau
akan kembali? Kenapa kembali jika ibunya menganggapmu setan?” keluh Nyonya Jung
“Putranya
terluka, tentu saja dia membenciku. Jika harus jujur, aku bukan calon menantu
idaman.” Ungkap Dong Baek
“Kenapa?
Karena kau anak yatim? Apa Karena punya putra?
Lagi pula, salahku kau menjadi yatim.” Kata Nyonya Jung.
“Kenapa
kau sangat percaya diri?” kata Dong Baek heran melihat ibunya berjalan ke
counter kasir rumah sakit.
“Kenapa
jika punya anak? Dunia berubah dan kau cantik. Haruskah kau bunuh diri saja?
Haruskah kau aborsi? Berani sekali mereka merendahkanmu meski tak ada yang
memalukan? Dasar berengsek.” Kata Nyonya Jung marah lalu membayar tagihan
anaknya.
“Ibu, kau
membelaku, 'kan?” ucap Dong Baek bahagia. Nyonya Jung mencoba mengelak.
Saat itu
diujung ruangan terlihat seorang pria berjas menatap Nyonya Jung. Nyonya Jung
terlihat ketakutan dan langsung mengajak anaknya pergi.
Tuan Byun
dataang menjenguk Yong Sik sambil mengipas dibagaian luka bakar. Yong Sik
melihat Banyak minyak di mana-mana jadi yakin Itu pembakaran dan ingin tahu
Bagaimana jika benar. Tuan Byun dengan sinis menjawab Itu bukan prioritasnya
saat ini.
“Tak bisa
dipercaya... Tunggu sebentar. Dokter? Dokter,
bisa tolong lepaskan ini?” ucap Yong Sik memanggil Dokter yang lewat.
Nyonya
Jung menarik Dong Baek seperti ketakutan.
Dong Baek mengeluh bertanya apa menjualnya ke pabrik briket karena
Cengkeramannya kencang sekali. Dong Baek menariknya dengan waja kesal, Nyonya
Jung seperti melihat Dong Baek di masa kecil.
Flash Back
Dong Baek
mengeluh kalau anganya bilang sakit. Nyonya Jung mengancam Dong Baek kalau
mengatakan sekali lagi maka akan bunuh diri. Dong Baek kembali menayakan
tentang dia. Nyonya Jung kembali mengancam kalau Dong Baek menanyakan orang itu
lagi maka akan meninggalkannya.
“Akan
kujual kau ke pabrik briket.” Ucap Nyonya Jung mengancam anaknya.
“Apa kau
kenal pria itu? Tolong jangan bilang kau berutang padanya. Kenapa... Aku senang
setidaknya kau ingat utangmu. Bagaimana kau ingat itu?” ejek Dong Baek
“Tak
mengetahui perasaan anakmu menyesakkan.” Gumam Nyonya Jung
Yong Sik
mencoba memakai kaos kakinya karena harus pergi, Tuan Byun menyuruh Yong Sik
untuk Berbaring saja. Yong Sik tetap akan pastikan Pengusil tak melukai
Dongbaek. Nyonya Kwak yang mendengarnya hanya bisa bergumam “Tahu perasaannya
juga menyesakkan.”
“Kau bisa
mati!” kata Tuan Byun menahan Yong Sik dengan menarik kaos kakinya.
“Bagaimana
aku bisa berbaring saat tahu dia mengincar Dongbaek? Karena itu kau terus
menyelidiki kasus ini.” Teriak Yong Sik
“Apa
ini... terjadi padamu saat mencoba menangkap Pengusil? Apa semua untuk
Dongbaek? Apa Pengusil mengincarnya? Sejak kapan dia begitu sial?” teriak
Nyonya Kwak marah. Yong Sik kaget melihat ibunya.
Jong Ryul
mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah, Wartawan mengikutinya dari belakang.
Jong Ryul menelp pelatih meminta maaf lebih dulu karena harus melewatkan musim
ini. Pelatihnya bingung bertanya apakah pundk Jong Ryul terluka lagi.
“Apa Kau
takut sesuatu?” tanya Pelatih. Jong Ryul mengaku tidak seperti itu dan
kondisinya masih bagus.
“Hanya
saja aku mungkin dilarang bermain.” Kata Jong Ryul. Pelatih makin panik
bertanya apakah melakukan sesuatu.
“Tidak, tapi
kurasa akan begitu.” Kata Jong Ryul. Wartawan meminta temanya agar Jaga jarak
karena Jong Ryul cepat tanggap.
Saat
mobil akan keluar, mobil Jong Ryul langsung menghadangnya. Si wartawan langsung
mengumpat kesal. Jong Ryul turun membawa stick baseball dan langsung memukul
spion mobil si wartawan seperti melampiaskan amarahnya.
“Tidak,
diam saja. Jangan buka jendela.” Ucap si wartawan saat Jong Ryul mengetuk
jendela mobil.
“Berapa
harga spion? Katakan. Berapa harganya?” teriak Jong Ryul marah
Tuan Byun
mengoceh sendiri didepan bagasi kalau Berobat jalan meningkatkan peluang
terkena infeksi, tapi Yong Sik hanya membuat ibunya cemas dan kembali kemari.
Ia lalu membawa barang bukti jaket pink dengan ke tempat penyewaaan PERAHU
MOTOR
“Apa Kau
melihat wanita memakai ini beberapa malam lalu?” tanya Tuan Byun memperlihatkan
jaket.
“Tidak,
aku tak pernah melihat pakaian itu.” Kata pemilik. Tuan Byun pun meminta izin
memeriksa kamera pengawas.
“Maaf,
tapi sejak pekan lalu tak berfungsi.” Kata Pemilik. Tuan Byun kaget mengetahui
Sejak pekan lalu.
“Jadi, Apa
mati sejak Selasa atau Rabu?” tanya Tuan Byun. Pemilik membenarkan. Yong Sik
melihat wajah Tuan Byun ingin tahu ada apa dengan itu.
“Ini
gila... Kamera pengawas pasar juga mati sekitar waktu itu.” Kata Tuan Byun.
Yong Sik kaget mendengarnya.
“Apa Kau
masih mengira ini hanya kecelakaan?” kata Yong Sik menyakinkan
Saat itu
seorang pria mengeluh karena Orang-orang
melempar macam-macam barang di sini. Yong Sik melihat ke atas helm warna
kuning, lalu teringat kalau itu helm yang dibeli Dong Baek saat membeli
motor.
“Jika ini
darah manusia, maka asalnya dari leher dan bukan kepala.” Ucap Yong Sik
akhirnya melihat helm. Tuan Byun bingung.
“Pak
Kepala... Apa mungkin mengirim penyelam kemari?” kata Yong Sik dengan wajah
serius.
Di dalam
mobil, suasana terasa tegang. Yong Sik mengaku
akan menghargai jika Tuan Byun tak memberi tahu Dongbaek. Ia pikir Jika
Hyang-mi meninggal, itu terjadi saat antar pesanan menggantikan Dongbaek. Maka
Dongbaek tak akan berhenti menyalahkan diri sendiri.
“Tetap
saja, ini mungkin perbuatan Pengusil. Dia perlu tahu agar tetap aman.” Kata
Tuan Byun.
“Aku tak
ingin dia makin khawatir. Kau tak melihat saat kuberi tahu Dongbaek jangan
lakukan pesan antar. Ini Menyedihkan. Daripada dia berhati-hati, aku harus
tangkap bajingan itu. Aku harus menangkapnya.” Tegas Yong Sik
“Kenapa
Dongbaek harus selalu hidup dalam ketakutan?” keluh Yong Sik kesal
“Yong-sik,
aku tahu kau selalu bertindak tanpa berpikir panjang, tapi kau bukan tandingan
Pengusil.” Pesan Tuan Byun
“Aku akan
menangkapnya. Aku takkan berhenti sampai menangkap orang yang mengganggu
Dongbaek.” Ucap Yong Sik
Dong Baek
akhirnya melepas tulisan “MENAWARKAN PESAN ANTAR” lalu duduk bersama
ibunya, sambil berkata kalau hidup orang
lain juga sama dengan dirinya. Nyonya Jung mengeluh anaknya yang penasaran
dengan hidup orang.
“Jika
hidup orang seberat hidupku, aku tak akan iba pada diri sendiri.” Kata Dong
Baek
“Semua
mementingkan diri sendiri. Hidup semua orang keras. Tetap saja, kau tak punya
ayah pemabuk atau ibu peselingkuh.” Kata Nyonya Jung
“Apa itu
untuk menghiburku? Katamu setiap orang sama, tapi siapa lagi yang menghentikan
pesan antar karena Pengusil?” kata Dong Baek
“Apa Perlu
kutangkap bedebah itu?” tanya Nyonya Jung, Dong Baek menyuruh ibunya Kupas
bawang putih saja.
“Kubilang
aku akan lakukan setidaknya satu hal untukmu.” Kata Nyonya Jung. Dong Baek
mengejek kalau ibunya harus menangkap saja.
“Haruskah
Atau harus kubunuh dia?” kata Nyonya Jung. Dong Baek memastikan ibunya tak punya catatan kriminal.
“Kau bisa
memberitahuku.” Ucap Dong Baek, Nyonya Jung tiba-tiba terdiam melihat seorang
wanita turun dari mobil. Dong Baek pun melihatnya.
Di
pinggir sungai Han.
Wartawan
menjelaskan Mudah untuk menutupi masalah pernikahan dan perselingkuhan, tapi
tidak soal punya anak haram. Menurutnya Jika kabar tersiar, maka orang-orang
akan menyalahkan Jong Ryul ke mana pun
ia pergi. Jong Ryul mengeluh kalau bukan ingin diceramahi.
“Kau Sebutkan
saja harganya. Berapa yang kalian dapat dari ini? Akan kubayar... Kubayar yang
kau dapat dari bocorkan rahasia.” Kata Jong Ryul
“Namun,
kau takut, 'kan? Aksi pura-pura tangguhmu tak bisa menyembunyikannya. Sikap
naifmu tak akan membantu permohonanmu...” ejek Wartawan
“Kenapa
aku memohon?” ucap Jong Ryul marah, Wartawan mengejek lalu apa yang dilakukan
ini.
“Apa Kau
mengancamku?” kata Jong Ryul. Wartawan menegaskan Satu hal yang pasti, Jong
Ryul pria sejati, tapi bukan ayah baik lalu kelua dari mobil. Jong Ryul hanya
bisa menjerit histeris meluapkan emosinya
Jong Ryul
menahan si wartawan sebelum naik ke mobil mengajak makan dan menegaskan tak akan
mencoba menutupi. Ia pikir wartawan bisa meLaporkan perpisahannya dan
kemungkinan perceraian bahkan melakukan wawancara eksklusif.
“Kenapa? Agar
kau tak melibatkan anak itu.” Ucap wartawan dengan nada mengejek.
“Aku akan
bayar berapa pun yang kau minta, jadi, jangan libatkan putraku.” Kata Jong Ryul
santai
“Setidaknya
buat ini terdengar lebih menyentuh, oke? Asal kau tahu saja, orang kaya dan
berbakat sepertimu membuatku muak.” Kata wartawan.
“Tuan...
Jika aku yang kau benci, incar saja aku. Selama ini, aku tak berbuat apa pun
untuk dia. Dia tak pantas mendapatkan kekacauan ini. Jadi, tolong kacaukan aku
saja. Aku tak akan melawan atau menjerit.” Ucap Jong Ryul dengan mata
berkaca-kaca
“Kubiarkan
kau menginjakku, jadi, tolong... jangan libatkan putraku.” Pinta Jong Ryul
“Akhirnya,
kau terdengar seperti ayah... Kini, Tuan Kang, dengarkan aku baik-baik. Saat
bicarakan pembayaran, kau akan menerima tawaranku dengan wajah dan sikap ini,
oke?” kata si wartawan lalu masuk mobil memikirkan akan makan apa.
Nyonya
Jung menarik si wanita pergi, Dong Baek menanhanya ingin tahu siapa wanita itu.
Nyonya Jung terus menarik anaknya agar
bicara di tempat lain. Dong Baek ingin tahu Siapa wanita dan kenapa
kemari. Si wanita terlihat bingung.
“Seong-hui...”
ucap Nyonya Jung memperingatkan, Tapi si wanita langsung memberitahu kalau ia
adalah Putrinya.
“Mari pergi.
Kita bicara di tempat lain.” Kata Nyonya Jung. Dong Baek ingin tahu apakah
Seung Hui yang mengirimnya kemari. Seung
Hui bingung.
“Kau meninggalkan
ibumu yang demensia, dia mencari putri yang ditinggalkannya.” Kata Dong Baek
“Demensia?
Kurasa kau punya malu. Akan memalukan mencari anak yang kau tinggalkan jika
waras.”sindir Si anak. Dong Baek tak
percaya mendengarnya. Pil Goo datang menghampiri ibunya.
“Dongbaek,
ajak Pil-gu masuk.” Kata Nyonya Jung lalu menarik Seung Hui pergi. Dong Baek
pun hanya bisa diam saja.
Yong Sik
menelp adik Hyang Mi bertanya apakah sudah lama
tak menghubungi kakaknya dan ingin tahu
apa dia punya keluarga di Korea. Adik Hyang Mi malah bertanya apakah kakaknya
berutang. Yong Sik mengaku bukan karena itu aku menelepon.
“Kau
tahu, dia sebenarnya bisa saja hilang.” Jelas Yong Sik sedikit gugup.
“Sekalipun
dia berutang, bukan kewajibanku membayarnya. Benar, 'kan?” kata adik Hyang Mi.
Yong Sik kaget mendengar reaksinya.
“Aku
bilang, dia tak berutang pada siapa pun.. Tetap saja, kau keluarganya, jadi, setidaknya
laporkan dia hilang. Kami tak bisa meneruskan investigasi tanpa laporan resmi.”
Ucap Yong Sik lalu melihat buku tabungan didalam laci milik Hyang Mi.
“Tunggu,
kau masih di sana? Apa Kau tahu tanggal lahir kakakmu? Tidak, bisa beri tahu
tanggal lahirmu??” tanya Yong Sik.
Di bank
Tuan Byun
dan Yong Sik baru saja dari teller bank, Tuan Byun heran Hyang Mi pakai tanggal
lahir adiknya untuk pin. Yong Sik pikir dugaanya benark karena itu Hyang Mi
hanya punya adiknya. Tuan Byun pikir Tak ada aktivitas di rekeningnya
belakangan ini.
“Orang
mungkin mengira dia korban penipuan suara. Semua penghasilannya tampaknya
dikirimkan ke luar negeri. Namun, jumlahnya...” ucap Yong Sik heran.
“Fakta
bahwa dia mengirim minimal 380.000 won membuktikan dia menyayanginya. Dia
selalu mendahulukannya.” Kata Tuan Byun
“Bedebah
itu hanya cemas apa Hyang-mi berutang pada seseorang. Dasar bajingan kurang
bersyukur.” Keluh Yong Sik lalu melihat
Nama ini muncul lagi. Tuan Byun ingin tahu Siapa.
“Kenapa
namanya muncul di sini?” komentar Tuan Byun heran. Yong Sik pikir semua
dugaanya memangbenar.
“Semua
jejak mengarah ke satu pria.” Kata Yong Sik yakin dan melihat nama NO GYU-TAE
yang mengirimkan uang.
Nyonya
Hong tersenyum bahagia, seperti semua bebanya sudah hilang. Tiba-tiba ibu Tuan
No datang menyindir Nyonya Hong yang bisa tersenyum sekaran dan senang soal
perceraiannya. Nyonya Hong tak mengubrisnya memilih untuk pamit pergi saja.
“Jangan
berlagak menjadi korban.” Sindir ibu Tuan No. Tuan No meminta ibunya agar pergi
saja karena Ini bukan pernikahan ibunya.
“Kenapa
kau mengikuti proses perceraianku?” keluh Tuan No kesal pada ibunya.
“Jujur
saja, kau pandai dan miskin, dan dia bodoh tetapi kaya. Kau menikahinya karena
itu, 'kan?” sindir ibu Tuan No
“Ibu, aku
menikahinya karena menyukainya.” Akui Nyonya Hong, Tuan No yang mendengarnya tak bisa menahan
haru.
“Tak
sepertiku yang kumal karena disiplin, dia tampak manis karena kejujurannya.”
Ucap Nyonya Hong
“Lalu
kenapa kau menceraikanku? Kenapa?” tanya Tuan No kesal, tapi Ibu Tuan No yakin
semua hanya Omong kosong.
“Maukah
kau menikahinya jika dia tidak punya uang?” tanya Ibu Tuan No
“Rasanya
aneh menyebutkannya saat ini, tapi pria termiskin perjodohanku putra CEO
perusahaan ekspedisi. Aku juga lebih kompeten dari perkiraanmu. Kenapa aku
harus serakah soal uang sedikit jika aku bisa menghasilkannya sendiri?” balas
Nyonya Hong
“Apa? Kau
bilang "Uang sedikit"? Hei, kalau begitu kembalikan rumahnya.” Kata
Ibu Tuan No marah
“Kita
bisa anggap itu harga yang harus dibayarnya untuk biaya hidup yang selalu
kubayar. Putramu tak pernah membayar biaya hidup kami.” Kata Nyonya Hong
“Ini
Mustahil... Aku senang kau menceraikannya. Aku tak bisa dapat cucu darinya...”
ucap Ibu Tuan No. Anaknya langsung berteriak kesal pada ibunya.
“Kurasa
ini akhir bagi kita. Kuharap kau temukan menantu yang patuh dan suka uang.”
Sindir Nyonya Hong lalu berjalan pergi
“Apa Kau
mencoba membalas kata-kataku? Hei, kau!” teriak Ibu Tuan No marah.
“Kenapa
kau mengikutiku sampai kemari?”keluh Tuan No. Ibunya tak terima disalahkan oleh
anaknya.
“Kau
pikir kau siapa? Apa Kau tokoh utama wanita di hidupku? Ja-yeong tokoh utama
wanitaku, bukan kau! Jika kau ingin melihatku menjalani hidup, kau harusnya
menjadi tokoh pembantu!” teriak Tuan No merasa ibunya selalu ikut campur.
Ibunya tak percaya mendenga ucapan anaknya.
Akhirnya
Tuan No masuk lebih dulu ke dalam mobil, Ibunya masih mengeluh dengan sikap
Nyonya Hong yang bersikap seperti itu, lau mengeluh karena ada permen karet
disamping jok. Tuan No bingung kalau Ada permen karet. Ibunya yakin kalau
Ja-yeong tak akan begini.
Tuan No
mengeluh kesal karena pasti Hyang Mi yang mendengarnya, Ibunya langsung memarahi
anaknya yang idiot karena selingkuh dengan orang yang taruh permen karet di
mobil.
“Tidak
tiap hari, Tapi Dia sebut namaku saat kau tak ada.” Kata Pil Goo. Dong Baek
kaget mendengarnya.
“Saat kau
ada, dia panggil aku Dongbaek, saat kau pergi, dia panggil aku Pil-gu.” Akui
Pil Goo. Dong Baek ingin tahu alasanya.
“Dia tak
punya demensia. Dia sebenarnya yang paling pintar di antara kita.” Cerita Pil
Goo. Dong Baek ingin tahu Siapa yang
bilang. Pil Goo menajwab Semua orang berkata begitu.
Flash Back
Saat
semau bibi berkumpul di rumah bibi Kim sedang memotong kue beras. Dong
Baek,bersama anak dan ibunya mencoba kue beras yang baru matang. Nyonya Park
berkomentar kalau berat badan Dong Baek naik. Dong Baek terlihat malu memegang
pipinya.
“Itu
jarang terjadi... Itu kekuatan ibu-ibu.” Ucap Nyonya Park. Nyonya Jung pikirberat
Pil-gu juga naik.
“Jika kau
kembalikan anak kurus kepada ibunya satu bulan saja,maka mereka akan tampak
seperti babi. Kalian berdua kini gemukberkat masakannya.” Ucap Nyonya Park
menyindir.
“Aku
benci tempat kue beras ini karena dia cerewet.” Kata Nyonya Jung berbisik pada
Pil Goo
“Kurasa
beratku tak pernah naik karena tak makan masakan Ibu.” Komentar Pil Goo
“Dongbaek,
lupakan saja soal sup kue beras.” Kata Nyonya Jung lalu melangkah pergi dengan
Pil Goo. Dong Baek bingung kemana ibunya akan pergi lalu mengejarnya.
Nyonya
Park melihat Nyonya Jung yakin kalau tak punya demensia bahkan ibunya sendiri
tak seperti itu dan semua hanya lelucon. Bibi Kim tak tahu Entah mana yang buruk, ibu DongBek
berpura-pura, atau Dongbaek yang tertipu aksi itu. Ia yakin Dong Baek mungkin
tak pernah lihat orang demensia.
Dong Baek
akhirnya pulang memeriksa semua bagian rumah yang rapih bahkan baju dilemari,
ternyata ibunya tak memakai satu pun dan ingin tahu Apa yang terjadi. Ia melihat jemuran yang
rapih lalu melihat banyak tempelan resep di kulkasnya.
“Kenapa
dia taruh ini di sini?” tanya Dong Baek heran melihat list makanan mulai ASPARAGUS, KACANG HITAM
“Semua
lebih mudah bagi kita setelah dia datang.” Komentar Dong Baek melihat kulkas
yang rapih dan teratur.
“Pil-gu,
menurutmu apa alasan Nenek datang ke rumah kita?” tanya Dong Baek peasaran. Pil
Goo berpikir ini untuk memasak.
Di sebuah
cafe
Seung Hui
berbicara di telp mengaku bisa bicara dan ingin tahu kata dokter. Ia sengaja menyaringkan suara
kalau Mong-sil perlu operasi dan Batu
empedu kucingnya juga diangkat. Nyonya Jung sengaja berbicara apakah Seung Hui
itu putrinya.
“Tidak,
tak apa.” Kata Seung Hui agak panik karena suara nyaring Nyonya Hong sampai
terdengar
“Apa Kau
putri pengincar harta? Berhenti perlakukan aku seakan tak ada.” Kata komentar
Nyonya Jung, Seung Hui pun memilih untuk menelpnya lagi nanti.
Seung Hui
memperingatkan agar Jangan kasar saat sedang menelepon. Nyona Jung bertanya
apakah Seung Hui itu masih berpikir ia lebih rendah dari kucing peliharaannya.
Seung Hui menyindir kalau Kucing bisa
berterima kasih.
“Berterima
kasih? Untuk apa? Aku pembantu di keluargamu selama sepuluh tahun, tapi kau dan
saudara pintarmu anggap aku pengincar harta. Kenapa kau mencariku? Apa yang kau
inginkan dariku?” ucap Nyonya Jung Sinis.
“Jangan
seperti itu, Ibu. Kami anak-anakmu secara hukum.” Kata Seung Hui. Nyonya Jung
menatap anaknya seperti menahan emosi
Bersambung
ke EPISODE 28
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar