PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Sabtu, 02 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 27

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 



Nyonya Kwak berlari terburu-buru di sepanjang jalan, wajahnya sangat panik. Seorang pria bertanya mau kemana Nyonya Kwak. Nyonya Kwak hanya terus berlari wajahnya ketakutan.
“Ada kebakaran di pasar dan Yong-sik terluka. Dia coba menyelamatkan Dongbaek, lalu...” ucap Tuan Byun. Nyonya Kwak menginga kejadian di masa lalu.
Flash Back
[MUSIM GUGUR 1987, ONGSAN]
Nyonya Kwak yang sedang hamil berlari dengan sandal yang berbeda. Beberapa orang sudah berkumpul berkomentar Semuanya terbakar habis jadi tak yakin dia masih hidup. Mereka pikir Pasti panas sekali. Nyonya Kwak menerobos masuk.
Ia melihat sepatu suaminya dengan taksi disampingnya, lalu menjerit histeris karena Apinya pasti panas sekali. Polisi menolong Nyonya Kwak yang jatuh lemas. 

Di rumah seorang pria seperti sedang melakukan pemujaan, sambil berputar-putar. Nyonya Kwak di rumah duka membaca pesan suaminya “Hwang Yong-sik... Kwak Deok-sun, aku membayar 200.000 won untuk nama ini.” Ibu Tuan Hwang menangis melihat arwah anaknya yang masuk kedalam tubuh si pria.
“Aku pria yang ditakdirkan untuk keagungan dan umur panjang, tapi kutukan janda lebih besar!” ucap si Pria menunjuk ke arah Nyonya Kwak.
“Jiwaku yang malang dan kurang beruntung. Aku tak bisa pergi seperti ini. Tidak, tapi aku harus pergi... Ibu, saudariku, aku akan pergi sekarang. Jaga keluargaku untukku.” Kata si pria akan berjalan pergi sambil mengambil uang yang disebar.
Ibu Tuan Hwang menjerit histeris, Nyonya Kwak tiba-tiba berlari kearah si pria menahanya pergi. Si pria menyapa istrinya lalu mengatakan kalau  harus pergi sekarang jadi kenapa harus menahannya. Nyonya Kwak heran suaminya bicara dengan logat Provinsi Jeolla.
“Dia tak pernah ke sana. Kenapa kau membohongi kami? Kau bahkan bukan suamiku.” Teriak Nyonya Kwak marah
“Deok-sun... Kenapa kau menyalahkanku?” kata Si pria mencoba mengelak.
“Berani sekali kau bilang suamiku meninggal karena takdirku menjadi janda? Kenapa kau berkata begitu? Teganya kau...” teriak Nyonya Kwak dan ditahan oleh saudara lainya. 


Di depan restoran
Beberapa ibu-ibu berkumpul berkomentar Nyonya Kwak yang buka kembali kedainya sebelum ritual 49 hari selesai. Mereka pun mengejek kalau Tak heran hal semacam itu terjadi pada suami Nyonya Kwak dan ditakdirkan menjadi janda.
“Pergi jika tak ingin kugigit putus kepalamu.” Teriak Nyonya Kwak keluar menyiram ibu-ibu yang sedang berkumpul. Mereka pun mengeluh Nyonya Kwak itu sudah gila
“Haruskah kami mati berduka Atau lebih baik biarkan tiga anakku mati kelaparan?” teriak Nyonya Kwak
“Hidupmu tampaknya sial, jadi, kami mengasihanimu. Kami tidak salah bicara!” balas Si Bibi
“Apa maksudmu aku sial? Siapa kau menilai kualitas hidupku? Katakan. Apa Kalian punya tiga putra? Kau bilang "Malang sekali. Kasihan dia." Apa kau Ingin merasa baik dengan membandingkan? Setidaknya beli makan di sini dahulu.” Teriak Nyonya Kwak.
Para bibi berkomentar kaalu Nyonya Kwak sangat emosinya.
“Tunggu saja... Aku akan tetap hidup. Akan kulakukan apa saja untuk membesarkan putraku.” Tegas Nyonya Kwak. 

Nyonya Kwak sampai di IGD mencoba mencari Yong Sik dengan wajah panik, akhirnya menemuikan Yong Sik sedang terbaring di ranjang. Yong Sik kaget melihat ibunya. Nyonya Kwak sedih melihat anaknya yang Pasti terbakar ditubuhnya.
“Ibu, aku tak apa-apa. Jangan khawatir...” ucap Yong Sik menenangkan ibunya. Dong Baek datang.
“Tolonglah, apa yang akan terjadi padanya. Anakku sayang.. Kenapa kau butuh banyak perban?”.” kata Nyonya Kwak sedih.
“Kau pasti terkejut... Kata dokter...” ucap Dong Baek menenangkan dengan memegang tanganya, tapi Nyonya Kwak langsung melepaskan tanganya.
“Kau harus pergi.. Kau harus pergi sekarang.” Ucap Nyonya Kwak mengusirnya. Yong Sik mengeluh ibunya bersikap tak baik pada Dong Baek.
“Kau belum pernah terluka separah ini.” Ucap Nyonya Kwak sedih, Dong Baek pun hanya bisa tertunduk sedih dan berjalan pergi. Nyonya Jung datang pun hanya melihat dari kejauhan.
“Kita semua terbentuk dari pengalaman dalam hidup. Entah itu pengalaman baik atau buruk, kau tak bisa mencegahnya terpatri dalam dirimu. Walau kita benci mendengar takdir kita sudah digariskan, kita terus menjadi pengecut.
[GARIS UMUR IBUKU "BEGITULAH IBUKU MENUA"]



Di tempat kejadian
Tuan Byun melihat kalau  Ini jelas pembakaran. Oh Joon  memberitahu Tuan Byun kalau Semua kamera pengawas pasar rusak, lalu Ditemukan sebuah pemantik, tapi mungkin terlalu kecil untuk sidik jari. Tuan Byun memastikan Apa warnanya hijau lagi?

Di sebuah ruangan, seorang pria menuliskan [IGD RUMAH SAKIT UNIVERSITAS ONGSAN] lalu merobek dengan wajah kesal. Terlihat banyak coretan seperti benang kusut melampiaskan emosinya, dan terlihat tulisan [KAU AKAN TAHU SETELAH MENYALAKAN API]
“Terjadi kebakaran di pasar. Apa Kau tahu itu?”tanya Heung Sik. Si pria hanya diam saja.
“Ayah, kumohon... Ya? Tolong jangan lakukan apa pun... Kumohon.” Pinta Heung Sik.
“Dia masih hidup... Karena itu kau akan tahu setelah menyalakan api. Manusia akan mati terbakar, tapi penyihir tidak.” Kata Ayah Heung Sik. 

Nyonya Jung memberikan obat pada Dong Baek saat berjalan di lorong rumah sakit. Dong Baek mengeluh ibunya  Jika punya waktu untuk ambil obat penenang, kenapa tak pakai waktu itu untuk tampil lebih layak. Ia merasa  tak percaya ibunya membawakannya sepatu yang tak serasi.
“Ini memalukan... Apa Seberapa terburu-buru kau?” ejek Dong Baek.
“Bagaimana kebakaran itu? Apa pembakaran?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek juga tak tahu.
“Apa luka Yong-sik akan berbekas?” tanya Nyonya Jung. Dong Baek juga tak tahu karena harus terus memeriksa dia.
“Apa Kau akan kembali? Kenapa kembali jika ibunya menganggapmu setan?” keluh Nyonya Jung
“Putranya terluka, tentu saja dia membenciku. Jika harus jujur, aku bukan calon menantu idaman.” Ungkap Dong Baek
“Kenapa? Karena kau anak yatim? Apa Karena punya putra?  Lagi pula, salahku kau menjadi yatim.” Kata Nyonya Jung.
“Kenapa kau sangat percaya diri?” kata Dong Baek heran melihat ibunya berjalan ke counter kasir rumah sakit.
“Kenapa jika punya anak? Dunia berubah dan kau cantik. Haruskah kau bunuh diri saja? Haruskah kau aborsi? Berani sekali mereka merendahkanmu meski tak ada yang memalukan? Dasar berengsek.” Kata Nyonya Jung marah lalu membayar tagihan anaknya.
“Ibu, kau membelaku, 'kan?” ucap Dong Baek bahagia. Nyonya Jung mencoba mengelak.
Saat itu diujung ruangan terlihat seorang pria berjas menatap Nyonya Jung. Nyonya Jung terlihat ketakutan dan langsung mengajak anaknya pergi.



Tuan Byun dataang menjenguk Yong Sik sambil mengipas dibagaian luka bakar. Yong Sik melihat Banyak minyak di mana-mana jadi yakin Itu pembakaran dan ingin tahu Bagaimana jika benar. Tuan Byun dengan sinis menjawab Itu bukan prioritasnya saat ini.
“Tak bisa dipercaya...  Tunggu sebentar. Dokter? Dokter, bisa tolong lepaskan ini?” ucap Yong Sik memanggil Dokter yang lewat. 

Nyonya Jung menarik Dong Baek seperti  ketakutan. Dong Baek mengeluh bertanya apa menjualnya ke pabrik briket karena Cengkeramannya kencang sekali. Dong Baek menariknya dengan waja kesal, Nyonya Jung seperti melihat Dong Baek di masa kecil.
Flash Back
Dong Baek mengeluh kalau anganya bilang sakit. Nyonya Jung mengancam Dong Baek kalau mengatakan sekali lagi maka akan bunuh diri. Dong Baek kembali menayakan tentang dia. Nyonya Jung kembali mengancam kalau Dong Baek menanyakan orang itu lagi maka  akan meninggalkannya.
“Akan kujual kau ke pabrik briket.” Ucap Nyonya Jung mengancam anaknya. 
“Apa kau kenal pria itu? Tolong jangan bilang kau berutang padanya. Kenapa... Aku senang setidaknya kau ingat utangmu. Bagaimana kau ingat itu?” ejek Dong Baek
“Tak mengetahui perasaan anakmu menyesakkan.” Gumam Nyonya Jung 

Yong Sik mencoba memakai kaos kakinya karena harus pergi, Tuan Byun menyuruh Yong Sik untuk Berbaring saja. Yong Sik tetap akan pastikan Pengusil tak melukai Dongbaek. Nyonya Kwak yang mendengarnya hanya bisa bergumam “Tahu perasaannya juga menyesakkan.”
“Kau bisa mati!” kata Tuan Byun menahan Yong Sik dengan menarik kaos kakinya.
“Bagaimana aku bisa berbaring saat tahu dia mengincar Dongbaek? Karena itu kau terus menyelidiki kasus ini.” Teriak Yong Sik
“Apa ini... terjadi padamu saat mencoba menangkap Pengusil? Apa semua untuk Dongbaek? Apa Pengusil mengincarnya? Sejak kapan dia begitu sial?” teriak Nyonya Kwak marah. Yong Sik kaget melihat ibunya. 



Jong Ryul mengemudikan mobilnya meninggalkan rumah, Wartawan mengikutinya dari belakang. Jong Ryul menelp pelatih meminta maaf lebih dulu karena harus melewatkan musim ini. Pelatihnya bingung bertanya apakah pundk Jong Ryul terluka lagi.
“Apa Kau takut sesuatu?” tanya Pelatih. Jong Ryul mengaku tidak seperti itu dan kondisinya masih bagus.
“Hanya saja aku mungkin dilarang bermain.” Kata Jong Ryul. Pelatih makin panik bertanya apakah melakukan sesuatu.
“Tidak, tapi kurasa akan begitu.” Kata Jong Ryul. Wartawan meminta temanya agar Jaga jarak karena Jong Ryul cepat tanggap.
Saat mobil akan keluar, mobil Jong Ryul langsung menghadangnya. Si wartawan langsung mengumpat kesal. Jong Ryul turun membawa stick baseball dan langsung memukul spion mobil si wartawan seperti melampiaskan amarahnya.
“Tidak, diam saja. Jangan buka jendela.” Ucap si wartawan saat Jong Ryul mengetuk jendela mobil.
“Berapa harga spion? Katakan. Berapa harganya?” teriak Jong Ryul marah 

Tuan Byun mengoceh sendiri didepan bagasi kalau Berobat jalan meningkatkan peluang terkena infeksi, tapi Yong Sik hanya membuat ibunya cemas dan kembali kemari. Ia lalu membawa barang bukti jaket pink dengan ke tempat penyewaaan PERAHU MOTOR
“Apa Kau melihat wanita memakai ini beberapa malam lalu?” tanya Tuan Byun memperlihatkan jaket.
“Tidak, aku tak pernah melihat pakaian itu.” Kata pemilik. Tuan Byun pun meminta izin memeriksa kamera pengawas.
“Maaf, tapi sejak pekan lalu tak berfungsi.” Kata Pemilik. Tuan Byun kaget mengetahui Sejak pekan lalu.
“Jadi, Apa mati sejak Selasa atau Rabu?” tanya Tuan Byun. Pemilik membenarkan. Yong Sik melihat wajah Tuan Byun ingin tahu ada apa dengan itu.
“Ini gila... Kamera pengawas pasar juga mati sekitar waktu itu.” Kata Tuan Byun. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Apa Kau masih mengira ini hanya kecelakaan?” kata Yong Sik menyakinkan
Saat itu seorang pria mengeluh karena  Orang-orang melempar macam-macam barang di sini. Yong Sik melihat ke atas helm warna kuning, lalu teringat kalau itu helm yang dibeli Dong Baek saat membeli motor. 
“Jika ini darah manusia, maka asalnya dari leher dan bukan kepala.” Ucap Yong Sik akhirnya melihat helm. Tuan Byun bingung.
“Pak Kepala... Apa mungkin mengirim penyelam kemari?” kata Yong Sik dengan wajah serius. 




Di dalam mobil, suasana terasa tegang. Yong Sik mengaku  akan menghargai jika Tuan Byun tak memberi tahu Dongbaek. Ia pikir Jika Hyang-mi meninggal, itu terjadi saat antar pesanan menggantikan Dongbaek. Maka Dongbaek tak akan berhenti menyalahkan diri sendiri.
“Tetap saja, ini mungkin perbuatan Pengusil. Dia perlu tahu agar tetap aman.” Kata Tuan Byun.
“Aku tak ingin dia makin khawatir. Kau tak melihat saat kuberi tahu Dongbaek jangan lakukan pesan antar. Ini Menyedihkan. Daripada dia berhati-hati, aku harus tangkap bajingan itu. Aku harus menangkapnya.” Tegas Yong Sik
“Kenapa Dongbaek harus selalu hidup dalam ketakutan?” keluh Yong Sik kesal
“Yong-sik, aku tahu kau selalu bertindak tanpa berpikir panjang, tapi kau bukan tandingan Pengusil.” Pesan Tuan Byun
“Aku akan menangkapnya. Aku takkan berhenti sampai menangkap orang yang mengganggu Dongbaek.” Ucap Yong Sik 


Dong Baek akhirnya melepas tulisan “MENAWARKAN PESAN ANTAR” lalu duduk bersama ibunya,  sambil berkata kalau hidup orang lain juga sama dengan dirinya. Nyonya Jung mengeluh anaknya yang penasaran dengan hidup orang.
“Jika hidup orang seberat hidupku, aku tak akan iba pada diri sendiri.” Kata Dong Baek
“Semua mementingkan diri sendiri. Hidup semua orang keras. Tetap saja, kau tak punya ayah pemabuk atau ibu peselingkuh.” Kata Nyonya Jung
“Apa itu untuk menghiburku? Katamu setiap orang sama, tapi siapa lagi yang menghentikan pesan antar karena Pengusil?” kata Dong Baek
“Apa Perlu kutangkap bedebah itu?” tanya Nyonya Jung, Dong Baek menyuruh ibunya Kupas bawang putih saja.
“Kubilang aku akan lakukan setidaknya satu hal untukmu.” Kata Nyonya Jung. Dong Baek mengejek kalau ibunya harus menangkap saja.
“Haruskah Atau harus kubunuh dia?” kata Nyonya Jung. Dong Baek memastikan ibunya  tak punya catatan kriminal.
“Kau bisa memberitahuku.” Ucap Dong Baek, Nyonya Jung tiba-tiba terdiam melihat seorang wanita turun dari mobil. Dong Baek pun melihatnya. 


Di pinggir sungai Han.
Wartawan menjelaskan Mudah untuk menutupi masalah pernikahan dan perselingkuhan, tapi tidak soal punya anak haram. Menurutnya Jika kabar tersiar, maka orang-orang akan menyalahkan Jong Ryul ke mana pun  ia pergi. Jong Ryul mengeluh kalau bukan ingin diceramahi.
“Kau Sebutkan saja harganya. Berapa yang kalian dapat dari ini? Akan kubayar... Kubayar yang kau dapat dari bocorkan rahasia.” Kata Jong Ryul
“Namun, kau takut, 'kan? Aksi pura-pura tangguhmu tak bisa menyembunyikannya. Sikap naifmu tak akan membantu permohonanmu...” ejek Wartawan
“Kenapa aku memohon?” ucap Jong Ryul marah, Wartawan mengejek lalu apa yang dilakukan ini.
“Apa Kau mengancamku?” kata Jong Ryul. Wartawan menegaskan Satu hal yang pasti, Jong Ryul pria sejati, tapi bukan ayah baik lalu kelua dari mobil. Jong Ryul hanya bisa menjerit histeris meluapkan emosinya
Jong Ryul menahan si wartawan sebelum naik ke mobil mengajak makan dan menegaskan tak akan mencoba menutupi. Ia pikir wartawan bisa meLaporkan perpisahannya dan kemungkinan perceraian bahkan melakukan wawancara eksklusif.
“Kenapa? Agar kau tak melibatkan anak itu.” Ucap wartawan dengan nada mengejek.
“Aku akan bayar berapa pun yang kau minta, jadi, jangan libatkan putraku.” Kata Jong Ryul santai 


“Setidaknya buat ini terdengar lebih menyentuh, oke? Asal kau tahu saja, orang kaya dan berbakat sepertimu membuatku muak.” Kata wartawan.
“Tuan... Jika aku yang kau benci, incar saja aku. Selama ini, aku tak berbuat apa pun untuk dia. Dia tak pantas mendapatkan kekacauan ini. Jadi, tolong kacaukan aku saja. Aku tak akan melawan atau menjerit.” Ucap Jong Ryul dengan mata berkaca-kaca
“Kubiarkan kau menginjakku, jadi, tolong... jangan libatkan putraku.” Pinta Jong Ryul
“Akhirnya, kau terdengar seperti ayah... Kini, Tuan Kang, dengarkan aku baik-baik. Saat bicarakan pembayaran, kau akan menerima tawaranku dengan wajah dan sikap ini, oke?” kata si wartawan lalu masuk mobil memikirkan akan makan apa. 

Nyonya Jung menarik si wanita pergi, Dong Baek menanhanya ingin tahu siapa wanita itu. Nyonya Jung terus menarik anaknya agar  bicara di tempat lain. Dong Baek ingin tahu Siapa wanita dan kenapa kemari. Si wanita terlihat bingung.
“Seong-hui...” ucap Nyonya Jung memperingatkan, Tapi si wanita langsung memberitahu kalau ia adalah Putrinya.
“Mari pergi. Kita bicara di tempat lain.” Kata Nyonya Jung. Dong Baek ingin tahu apakah Seung Hui  yang mengirimnya kemari. Seung Hui bingung.
“Kau meninggalkan ibumu yang demensia, dia mencari putri yang ditinggalkannya.” Kata Dong Baek
“Demensia? Kurasa kau punya malu. Akan memalukan mencari anak yang kau tinggalkan jika waras.”sindir Si anak.  Dong Baek tak percaya mendengarnya. Pil Goo datang menghampiri ibunya. 
“Dongbaek, ajak Pil-gu masuk.” Kata Nyonya Jung lalu menarik Seung Hui pergi. Dong Baek pun hanya bisa diam saja. 


Yong Sik menelp adik Hyang Mi bertanya apakah sudah lama  tak menghubungi kakaknya dan ingin tahu  apa dia punya keluarga di Korea. Adik Hyang Mi malah bertanya apakah kakaknya berutang. Yong Sik mengaku bukan karena itu aku menelepon.
“Kau tahu, dia sebenarnya bisa saja hilang.” Jelas Yong Sik sedikit gugup.
“Sekalipun dia berutang, bukan kewajibanku membayarnya. Benar, 'kan?” kata adik Hyang Mi. Yong Sik kaget mendengar reaksinya.
“Aku bilang, dia tak berutang pada siapa pun.. Tetap saja, kau keluarganya, jadi, setidaknya laporkan dia hilang. Kami tak bisa meneruskan investigasi tanpa laporan resmi.” Ucap Yong Sik lalu melihat buku tabungan didalam laci milik Hyang Mi.
“Tunggu, kau masih di sana? Apa Kau tahu tanggal lahir kakakmu? Tidak, bisa beri tahu tanggal lahirmu??” tanya Yong Sik. 

Di bank
Tuan Byun dan Yong Sik baru saja dari teller bank, Tuan Byun heran Hyang Mi pakai tanggal lahir adiknya untuk pin. Yong Sik pikir dugaanya benark karena itu Hyang Mi hanya punya adiknya. Tuan Byun pikir Tak ada aktivitas di rekeningnya belakangan ini.
“Orang mungkin mengira dia korban penipuan suara. Semua penghasilannya tampaknya dikirimkan ke luar negeri. Namun, jumlahnya...” ucap Yong Sik heran.
“Fakta bahwa dia mengirim minimal 380.000 won membuktikan dia menyayanginya. Dia selalu mendahulukannya.” Kata Tuan Byun
“Bedebah itu hanya cemas apa Hyang-mi berutang pada seseorang. Dasar bajingan kurang bersyukur.” Keluh Yong Sik lalu melihat  Nama ini muncul lagi. Tuan Byun ingin tahu Siapa.
“Kenapa namanya muncul di sini?” komentar Tuan Byun heran. Yong Sik pikir semua dugaanya memangbenar. 
“Semua jejak mengarah ke satu pria.” Kata Yong Sik yakin dan melihat nama NO GYU-TAE yang mengirimkan uang. 

Nyonya Hong tersenyum bahagia, seperti semua bebanya sudah hilang. Tiba-tiba ibu Tuan No datang menyindir Nyonya Hong yang bisa tersenyum sekaran dan senang soal perceraiannya. Nyonya Hong tak mengubrisnya memilih untuk pamit pergi saja.
“Jangan berlagak menjadi korban.” Sindir ibu Tuan No. Tuan No meminta ibunya agar pergi saja karena Ini bukan pernikahan ibunya.
“Kenapa kau mengikuti proses perceraianku?” keluh Tuan No kesal pada ibunya.
“Jujur saja, kau pandai dan miskin, dan dia bodoh tetapi kaya. Kau menikahinya karena itu, 'kan?” sindir ibu Tuan No
“Ibu, aku menikahinya karena menyukainya.” Akui Nyonya Hong,  Tuan No yang mendengarnya tak bisa menahan haru.
“Tak sepertiku yang kumal karena disiplin, dia tampak manis karena kejujurannya.” Ucap Nyonya Hong
“Lalu kenapa kau menceraikanku? Kenapa?” tanya Tuan No kesal, tapi Ibu Tuan No yakin semua hanya Omong kosong.
“Maukah kau menikahinya jika dia tidak punya uang?” tanya Ibu Tuan No
“Rasanya aneh menyebutkannya saat ini, tapi pria termiskin perjodohanku putra CEO perusahaan ekspedisi. Aku juga lebih kompeten dari perkiraanmu. Kenapa aku harus serakah soal uang sedikit jika aku bisa menghasilkannya sendiri?” balas Nyonya Hong
“Apa? Kau bilang "Uang sedikit"? Hei, kalau begitu kembalikan rumahnya.” Kata Ibu Tuan No marah
“Kita bisa anggap itu harga yang harus dibayarnya untuk biaya hidup yang selalu kubayar. Putramu tak pernah membayar biaya hidup kami.” Kata Nyonya Hong
“Ini Mustahil... Aku senang kau menceraikannya. Aku tak bisa dapat cucu darinya...” ucap Ibu Tuan No. Anaknya langsung berteriak kesal pada ibunya.
“Kurasa ini akhir bagi kita. Kuharap kau temukan menantu yang patuh dan suka uang.” Sindir Nyonya Hong lalu berjalan pergi
“Apa Kau mencoba membalas kata-kataku? Hei, kau!” teriak Ibu Tuan No marah.
“Kenapa kau mengikutiku sampai kemari?”keluh Tuan No. Ibunya tak terima disalahkan oleh anaknya.
“Kau pikir kau siapa? Apa Kau tokoh utama wanita di hidupku? Ja-yeong tokoh utama wanitaku, bukan kau! Jika kau ingin melihatku menjalani hidup, kau harusnya menjadi tokoh pembantu!” teriak Tuan No merasa ibunya selalu ikut campur. Ibunya tak percaya mendenga ucapan anaknya.
Akhirnya Tuan No masuk lebih dulu ke dalam mobil, Ibunya masih mengeluh dengan sikap Nyonya Hong yang bersikap seperti itu, lau mengeluh karena ada permen karet disamping jok. Tuan No bingung kalau Ada permen karet. Ibunya yakin kalau Ja-yeong tak akan begini.
Tuan No mengeluh kesal karena pasti Hyang Mi yang mendengarnya, Ibunya langsung memarahi anaknya yang idiot karena selingkuh dengan orang yang taruh permen karet di mobil. 





 Dong Baek mengambil foto mobil dengan ponselnya, bahkan meihat STIKER PARKIR BANPO HIGH CASTLE. Pil Goo juga melihat dari kejauhan, Dong Baek lalu bertanya pada anaknya apakah Nenek pernah memanggilnya Pil-gu. Pil Gu menjawab tidak pernah. Dong Baek pun bisa bernafas lega.
“Tidak tiap hari, Tapi Dia sebut namaku saat kau tak ada.” Kata Pil Goo. Dong Baek kaget mendengarnya.
“Saat kau ada, dia panggil aku Dongbaek, saat kau pergi, dia panggil aku Pil-gu.” Akui Pil Goo. Dong Baek ingin tahu alasanya.
“Dia tak punya demensia. Dia sebenarnya yang paling pintar di antara kita.” Cerita Pil Goo. Dong Baek ingin tahu  Siapa yang bilang. Pil Goo menajwab Semua orang berkata begitu.

Flash Back
Saat semau bibi berkumpul di rumah bibi Kim sedang memotong kue beras. Dong Baek,bersama anak dan ibunya mencoba kue beras yang baru matang. Nyonya Park berkomentar kalau berat badan Dong Baek naik. Dong Baek terlihat malu memegang pipinya.
“Itu jarang terjadi... Itu kekuatan ibu-ibu.” Ucap Nyonya Park. Nyonya Jung pikirberat Pil-gu juga naik.
“Jika kau kembalikan anak kurus kepada ibunya satu bulan saja,maka mereka akan tampak seperti babi. Kalian berdua kini gemukberkat masakannya.” Ucap Nyonya Park menyindir.
“Aku benci tempat kue beras ini karena dia cerewet.” Kata Nyonya Jung berbisik pada Pil Goo
“Kurasa beratku tak pernah naik karena tak makan masakan Ibu.” Komentar Pil Goo
“Dongbaek, lupakan saja soal sup kue beras.” Kata Nyonya Jung lalu melangkah pergi dengan Pil Goo. Dong Baek bingung kemana ibunya akan pergi lalu mengejarnya.
Nyonya Park melihat Nyonya Jung yakin kalau tak punya demensia bahkan ibunya sendiri tak seperti itu dan semua hanya lelucon. Bibi Kim tak tahu  Entah mana yang buruk, ibu DongBek berpura-pura, atau Dongbaek yang tertipu aksi itu. Ia yakin Dong Baek mungkin tak pernah lihat orang demensia.


Dong Baek akhirnya pulang memeriksa semua bagian rumah yang rapih bahkan baju dilemari, ternyata ibunya tak memakai satu pun dan ingin tahu  Apa yang terjadi. Ia melihat jemuran yang rapih lalu melihat banyak tempelan resep di kulkasnya.
“Kenapa dia taruh ini di sini?” tanya Dong Baek heran melihat list makanan mulai  ASPARAGUS, KACANG HITAM
“Semua lebih mudah bagi kita setelah dia datang.” Komentar Dong Baek melihat kulkas yang rapih dan teratur.
“Pil-gu, menurutmu apa alasan Nenek datang ke rumah kita?” tanya Dong Baek peasaran. Pil Goo berpikir ini untuk memasak. 

Di sebuah cafe
Seung Hui berbicara di telp mengaku bisa bicara dan ingin tahu  kata dokter. Ia sengaja menyaringkan suara kalau  Mong-sil perlu operasi dan Batu empedu kucingnya juga diangkat. Nyonya Jung sengaja berbicara apakah Seung Hui itu putrinya.
“Tidak, tak apa.” Kata Seung Hui agak panik karena suara nyaring Nyonya Hong sampai terdengar
“Apa Kau putri pengincar harta? Berhenti perlakukan aku seakan tak ada.” Kata komentar Nyonya Jung, Seung Hui pun memilih untuk menelpnya lagi nanti. 

Seung Hui memperingatkan agar Jangan kasar saat sedang menelepon. Nyona Jung bertanya apakah Seung Hui itu masih berpikir ia lebih rendah dari kucing peliharaannya. Seung Hui menyindir kalau  Kucing bisa berterima kasih.
“Berterima kasih? Untuk apa? Aku pembantu di keluargamu selama sepuluh tahun, tapi kau dan saudara pintarmu anggap aku pengincar harta. Kenapa kau mencariku? Apa yang kau inginkan dariku?” ucap Nyonya Jung Sinis.
“Jangan seperti itu, Ibu. Kami anak-anakmu secara hukum.” Kata Seung Hui. Nyonya Jung menatap anaknya seperti menahan emosi
Bersambung ke EPISODE 28

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar