PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di
ruangan, Nyonya Hong seperti sangat serius mengatakan Ini sains. Dan Ada hasil
penelitian yang menyebutka akurasi pendeteksi kebohongan bisa mencapai 94
persen. Sek hanya diam saja, saat itu Ibu mertuanya datang dengan membawa kotak
besar.
“Aku tak
suka cake, tapi Gyu-tae menyukainya.” Ucap Nyonya Hong. Ibu Tuan No mengeluh
Nyonya Hong memanggilnya dengan nama.
“Dia
terus memanggilku dengan nama saat dengan ibuku walau aku lebih tua.” Balas
Nyonya Hong
“Kau
sangat jujur dan adil. Aku tak percaya mendapat Hakim Judy sebagai menantu.”
Komentar Ibu Tuan No
“Sepertinya
kau ingin katakan sesuatu yang kau ulur dengan cake itu.” Ucap Nyonya Hong. Ibu
Tuan No dengan sinis mengatakan Tapi itu tidak penting.
“Aku
punya pelampiasan sendiri setiap kau kejam.” Kata Nyonya Hong,Ibu Tuan No
merasa Nyonya Hong bukan tipe yang tak pernah membalas.
“Jika
dibandingkan ibu mertua lain, aku sungguh orang yang santai.” Kata Ibu Tuan No
“Ibu..
Kau tidak santai. Jika dipikir-pikir, aku selalu berhasil membalas dendam.”
Kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No mengeluh dendam dengan hal apa.
“Sesuatu
yang pasti kau tahu.” Kata Nyonya Hong. Ibu Tuan No bertanya apa itu dan
meminta agar mengatakanya.
“Bagaimana
kau balas dendam yang aku tahu? Kepada siapa kulampiaskan stres yang kudapat
darimu? Setiap kali kau memberiku stres sebesar bola pingpong, maka aku melempar
bola voli kepada Gyu-tae.” Ucap Nyonya Hong
“Dia
pasti sama lelahnya denganku setiap hari raya tiba. Aku histeris setidaknya
sepekan. Saat aku stres karenamu, tentu kulampiaskan kepada putramu. Aku yakin
kau tahu itu karena kau juga melakukannya. Kau tahu itu wajar.” Kata Nyonya
Hong
“Apa kau
mencoba membalasku? Maksudmu jika aku mengkritik menantuku, putraku akan
terkena pelampiasan amarahmu? Kau bertekad untuk membuatku meledak, kan?” ucap
Ibu Tuan No marah
“Kau menusukku,
aku menusuk Gyu-tae. Lalu Gyu-tae takut padaku. Lalu kau menusukku lagi. Kita semua
hanya korban di lingkaran setan.” Komentar Nyonya Hong
“Aku
sungguh berharap kau mendapat menantu sepertimu.” Kata Ibu Tuan No akhirnya
keluar ruangan sambil membawa cakenya.
Pil Goo
melakukan video call dengan anaknya bertanya apa selalu menyiapkan kebutuhannya
sendiri Pil Goo tak menjawab meminta ibunya menunggu lalu mengunci pintu
kamarnya. Dong Baek hanya bisa bergumam “Pil-gu tak bisa membaur dengan baik.”
“Apa Kau
mengunci pintu lagi? Kenapa kau terus melakukannya?” tana Dong Baek
“Dia tampak
malu dan cemas sepertiku setiap mendapat teman sekelas baru. Hati kecil Pil-gu
juga cemas.” Gumam Dong Baek lalu melihat anaknya kembali duduk.
“Omong-omong,
aku bertemu dia. Rebecca.” Cerita Pil Goo. Dong Baek bertanya apakah anaknya
menyapa.
“Dia botak,
tapi dia perempuan, Mereka menaruh pita di kepalanya.” Bisik Pil Goo. Dong Baek
bisa tahu kalau Suara Pil-gu makin mengecil.
“Lalu? Apa
Kau dapat teman baru? Berapa teman yang kau dapat?” tanya Dong Baek
“Anak-anak
di sini sangat aneh. Mereka tidak ke gunung untuk melihat kumbang. Tapi Kumbangnya
dikirim ke rumah dan dirawat. Mereka sangat aneh.” Cerita Pil Goo
“Kurasa dia
tidak menuruni sifatku.” Gumam Dong Baek melihat sikap anaknya.
Pagi
hari, Pil Goo melihat note dan sarapan diatas meja dari Jong Ryul “Ayah pergi
mencari uang. Seharusnya ini telur orak-arik. Akan kucoba lebih baik besok!”
“Aku tak
bisa minum susu.” Keluh Pil Goo kesal melihat cereal dengan susu lalu pergi
dari meja makan.
“Tapi dia terus menuruni sifatku. Dia
terus merasa cemas akan dirinya dan menjadi makin muram.”
Ibu Dong
Baek sibuk mengambar “ALPUKAT, ZUKINI, MAKEREL, GARAM” Dong Bae bertanya pada
ibunya Kapan ia mulai bicara. Ibunya bercerita Dong Baek nyaris belum bisa
bicara setelah dua tahun dan sungguh membuatnya stres karena butuh waktu lama
hingga bisa bicara.
“Pil-gu
juga terlambat bicara. Tapi seseorang berkata anak orang tua tunggal cenderung
terlambat bicara. Hanya ibunya yang bicara, jadi, tak dapat banyak stimulasi. Setelah
mendengarnya, jadi kugendong dia dan kuajak keluar setiap malam.” Cerita Dong
Baek yang membuat Nyonya Jo terdiam.
“Aku
berkeliling di lingkungan ini dan berkata, "Sapa bibi itu. Sapa nenek itu
juga." Aku berkeliling mengajak semua bicara seperti orang gila. Tapi tak
peduli usaha kerasku, orang-orang terus berkata semuanya hanya karena aku ibu
tunggal.”cerita Dong Baek.
“Astaga...
Orang-orang selalu mengomentari segala hal, ya?” komentar Nyonya Jo
“Aku tak
peduli pendapat mereka tentangku, tapi ini yang paling tidak ingin kudengar.
Mereka berkata "Astaga, aku kasihan pada anak itu. Anak yang malang."
Mereka berengsek tak berperasaan. Mereka tak akan merasa seburuk ibunya.”
Cerita Dong Baek
“Kenapa
mereka bicara seakan tahu semuanya? Aku
sungguh tak ingin mendengar mereka mengatakannya, jadi, kubesarkan dia menjadi
anak ceria. Tak peduli usahaku, dia tetap putra Dongbaek. Dia terus menuruni
sifatku. Itu menyebalkan.” Keluh Dong Baek
Saat itu Yong Sik datang, Nyonya Jo langsung
menyuruh Yong Sik agar memberikan Dong Baek makan pangsit. Yong Sik dengan
senyuman bahagia menganguk mengerti.
Pil Goo
berjalan kearah kulkas dan melihat banyak makanan tapi tak sesuai dengan
seleranya. Ia lalu melihat ada banyak kotak susu, saat itu Jessica baru bangun
keluar dari kamar. Pil Goo langsung bergegas kembali ke tepat duduknya.
Jessica
membuka kulkasnya setelah itu sarapan dengan salad, sementara Pil Goo sudah
makan dengan nasi serta lauk lainnya yang instant. Sang Mi mengaku tak ingin menjadi ibu tiri jahat seperti di
cerita atau berita. Tapi juga tak punya
energi untuk berpura-pura.
“Mari
hidup nyaman saja, anggap ini rumah bersama.” Kata Jessica. Pil Goo setuju.
“Maksudku
kau bisa minta makanan tanpa merasa bersalah. Anggap saja aku wanita kantin
sekolah.”jelas Jessica. Pil Goo menganguk mengerti.
“Beri tahu
ayahmu jika butuh sesuatu.” Kata Jessica. Pil Goo mengaku tak dekat dengannya.
“Dia
terus bertanya apa aku butuh sesuatu setiap melihatku, jadi, aku tak mau
bicara.” Cerita Pil Goo.
“Kalau
begitu, beri tahu aku.”kata Jessica. Pil Goo pikir ia hanya anak yang biasa
saja.
“Omong-omong,
wanita kantin belakangan mogok.” Komentar Pil Goo, Jessica seperti baru tahu
dan merasa Mencari nafkah itu berat.
Dong Baek
makan pangsit tanpa nafsu, Yong Sik melihatnya hanya bisa bergumam Setelah
Pil-gu pergi, Dongbaek seperti alien yang pura-pura menjadi dirinya. Nyonya Jo
melayani tamu yang datang, pelangan mengeluh Dong baek tak membuat pangsit lagi
bahkan kemarin juga tak membuatnya.
“Pemiliknya
sedang tak ingin membuat pangsit.” Ucap Nyonya Jo, Yong Sik melayani Dong Baek
memberikan kecap asin agar bisa dicelupkan pada pangsitnya. Dong Baek mengaku
tak menginginkanya.
“Kenapa?
Kau sedang tak ingin mencelupkannya ke kecap asin?” ucap Nyona Jo marah
“Ibu,
tetapkan saja tanggal untuk operasinya.” Kata Dong Baek, Nyona Jo pikir Tak
mungkin melakukannya.
“Jika aku
tak setuju dioperasi, maka tak mungkin dokter, bahkan dewa, datang dan mengambil
ginjalmu.” Kata Nyonya Jo. Dong Baek mengeluh dengan kata-kata ibunya.
“Aku
harus menangkap Pengusil dan memakamkan Hyang-mi. Aku masih merasa Hyang-mi
berjalan keluar dari dapur dengan bir di tangan. Lalu Baru beberapa hari Pil-gu
pergi ke Seoul, tapi pangsit ini tak terasa apapun... Keadaan berat untuk
putrimu, Ibu.” Ucap Dong Baek sambil menangis.
“Aku tak
pandai berpamitan. Jadi, berhenti menyiksaku dan tetapkan tanggalnya. Biar
kuberikan saja kepadamu.” Kata Dong Baek
“Jangan
buat seakan mudah.” Ucap Nyonya Jo langsung berjalan ke dapur. Yong Sik menatap
Dong Baek dengan sedih.
“Dongbaek
mulai lelah dengan cobaan tak berkesudahan.” Gumam Yong Sik.
Di depan
bar
Dong Baek
menerima pesanan kalau Bawang sedang tidak bagus. Yong Sik melihat Dong Baek menjadi
sangat lelah seakan jiwanya jatuh di suatu tempat. Dong Baek melihat
bawangnya Tampak lembe tapi tak ada
pilihan lain jadi meminta memberikan saja
“Tidak,
kami ingin yang lain... Barang jelek ini hampir bukan bawang.” Keluh Nyonya Jo
keluar dari bar. Dong Baek pikir cuma sedikit.
“Kembalikan.”
Kata Nyonya Jo tapi Dong Baek tetap ingin mengambil saja. “Aku tak bisa berbuat
apa pun untuk mengisi ruang kosong Pil-gu, sedikit pun tidak.” Gumam Yong Sik
hanya bisa melihat Dong Baek dari belakang.
Yong Sik
melihat Dong Baek berjalan sendiri lalu berteriak kalau menginjak kotoran anjing. Dong Baek seperti
tak sadar dan melihat sepatunya yang sudah kotor. Yong Sik langsung mengomel
kalau Orang harus bersihkan kotoran anjingnya!
“Kau harus
memungut kotoran anjing ini! Tak ada yang suka menginjak kotoran anjing!”
teriak Yong Sik marah
“Kotoran
anjing tetap kotoran anjing.” Ucap Dong Baek merasa tak ada yang salah
“Kenapa
kau melamun? Kau harus perhatikan kotoran anjing.” Ucap Yong Sik. Dong Baek
hanya berjalan pergi saja.
“Dia tidak
menangis atau tersenyum. Menjadi tanpa jiwa dalam segala hal.” Gumam Yong Sik
menatap Dong Baek.
Yong Sik
mencuci sepatu Dong Baek sambil berjemur didepan bar, Nyonya Jo bertanya apakah
tahu kalimat apa dalam drama yang membuat mengganti salurannya. Yong Sik pikir
tak mungkin tahu.
"Kita
putus karena cinta." Tak ada yang lebih congkak dan murahan daripada itu. Kenapa
kalian putus jika saling cinta? Kau harus berusaha mempertahankannya. Seperti
berkata, "Aku lapar, tapi tak ingin makan." Itu hanya berarti mereka
tak cukup lapar. Mereka masih punya waktu memilih.” Jelas Nyonya Jo
“Aku
lapar... Aku sama saja kelaparan.” Ungkap Yong Sik. Nyonya Jo pikir Percuma
membuat alasan murahan seperti itu.
“Jujur
saja dan katakan, "Aku menyukaimu, tapi aku tak suka latar belakangmu. Aku
tak ingin hal lain yang menyertaimu. Tidak, terima kasih." Kenapa mereka
beralasan dan berkata, "Aku mencintaimu"?” kata Nyonya Jo
“Aku tak
berkata, "Aku menyukaimu Dongbaek, tapi aku tak bisa menerima
Pil-gu." Lalu bukan gaya Hwang Yong-sik untuk putus dengan seseorang jika
masih menyukainya. Jadi... Bisakah kau berhenti melepas stiker itu? Kau terus
melakukannya.” Kata Yong Sik melihat Nyonya Jo sibuk mengorek di dinding
“Apa Kalian
tak akan putus?” tanya Nyonya Jo. Yong Sik menegaskan Tidak akan pernah.
“Kalau
begitu, kutinggalkan wasiatku kepadamu.” Tegas Nyonya Jo.
Nyonya
Kim berkomentar mereka seperti Romeo dan Juliet, bukan ibu dan putra. Nyonya Jo
pun pikir Nyonya Kwak sungguh sudah gila
karena tak akan senang menyingkirkan bebannya. Nyonya Park menyuruh keduanya
hanya diam melihat Nyonya Kwak berbaring didekat mereka.
“Nyonya
Kwak... Berhenti berbaring. Bangunlah dan kupas kacang. Setiap keluarga punya
cerita sendiri. Aku yakin dia tak tiba-tiba pergi ke Seoul karena kesal dengan
kata-katamu.” Kata Nyonya Park.
“Percuma
saja semua persembahan ini jika aku tak bisa sungguh menjadi dewasa. Aku menghancurkan
hati anak-anak di usia 70 tahun.” Kata Nyonya Kwak merasa sangat kesal dengan
dirinya sendiri.
“Dia
masih anak-anak... Dia akan segera lupa.” Kata Nyonya Kim yakin. Nyonya Kwak yakin
Akan membekas seumur hidup karena Pil Goo masih anak-anak.
“Aku merusak
semen yang belum mengeras. Bagaimana aku menebusnya? Itu akan terus diingat
seumur hidupnya.” Kata Nyonya Kwak frustasi.
“Aku tahu
kau takkan mampu. Kami semua hanya pura-pura takut padamu, tapi kau terlalu
baik.Tak mungkin kau bisa mengusir Dongbaek dan Pil-gu. Itu Tak akan terjadi”
komentar Nyonya Park
“Lalu
kenapa? Apa Kau berharap kunikahkan mereka? Berhenti memberiku saran karena aku
yang akan mati.” Kata Nyonya Kwak marah.
Yong Sik
berjalan menuruni tangga terlihat gugup,Nyonya Jo menatapnya memberikan kode
kalau akan memperhatikanya. Yong Sik mengeluh kalau sudah paham jadi Nyonya Jo
bisa pergi sekarang. Nyonya Jo tetap memperhatikanya.
“Ya,
Kepala Byeon... Aku dalam perjalanan kembali... Apa Byeong-rae dari NISI
menghubungimu? Minta saja dia memeriksa milik kita dahulu?” ucap yong Sik
mengangkat telp dari Tuan Byun.
“Sudah.
Dia sudah dapat hasilnya.” Kata Tuan Byun dengan terlihat rambut yang mulai
diperiska oleh tim forensik
Nyonya
Kwak akhirnya bertemu dengan Dong Baek, ingin tahu Bagaimana kabar anak itu di
rumah mereka, apakah baik-baik saja. Dong Baek pikir seperti itu dengan wajah
masih terlihat sedih. Nyonya Kwak ingin
tahu keadaan Dong Baek.
“Aku bahkan
tak perlu bertanya. Kukira aku merawat Pil-gu, tapi kurasa malah sebaliknya.
Aku tak ingin melakukan apa pun tanpa Pil-gu di sini. Entah aku terlalu tua
atau kerasukan. Entah kenapa aku mengatakan itu. Aku seharusnya menjaga
mulutku.” Ungkap Nyonya Kwak
“Bagaimana
bisa aku memberitahunya kau seharusnya tak punya beban sepertinya? Aku yakin
itu berdampak besar dalam hatinya. Bagaimana aku bisa menebusnya?” akui Nyonya
Kwak merasa bersalah.
“Apa Kau
memberitahunya, aku seharusnya tak punya beban sepertinya? Kau...” ucap Dong
Baek marah
“Apa Kau
tak tahu?” ucap Nyonya Kwak binggung dan panik.
Dong Baek
keluar dari bar, Nyonya Kwak pikir Pil Goo Dia seharusnya memberi tahu ibunya
saat mendengar hal semacam itu lalu mengeluh Ada apa dengan anak itu dan Kenapa
hatinya hancur tanpa memberitahu Dong Baek. Nyonya Jo sedang merapihkan botol
hanya menatap keduanya.
“Kau orang
dewasa. Kenapa melakukannya? Kenapa harus kau yang mengatakan itu kepadanya?”
ucap Dong Baek marah
“Dongbaek...
Tentu saja aku tak sengaja.” Akui Nyonya Kwak. Dong Baek masih tak habi pikir
kalau Nyonya Kwak mengatakan Pil goo sebagai Beban.
“Kenapa
dia harus mendengarhal seperti itu? Aku berusaha keras agar dia tak mendengar
sesuatu... Sesuatu seperti itu...” kata Dong Baek sedih
“Dia
anak-anak... Aku yakin dia akan cepat lupa. Aku akan perlakukan dia lebih baik
agar dia lupa.” Kata Nyonya Kwak
“Para
wanita di kotaku berkata aku beban ibuku saat usiaku baru tujuh tahun dan aku
ingat itu hingga hari ini. Nyonya Kwak, kau takkan bisa menebusnya. Dia akan
ingat itu seumur hidup.” Tegas Dong Baek marah lalu berjalan pergi
“Kau
membuat kesalahan... Bagaimana kau akan menebusnya? Kau suka menjadi dermawan, tapi
kau tak bisa terus berutang. Nyonya Kwak.” Kata Nyonya Jo. Nyonya Kwak hanya diam
saja.
Tuan Byun
menghapus catatan di papan, Yong Sik frustasi karena ternyaat bukan Heung Sik
seperti dugaanya. Tuan Byun memberitahu
kalau tim Forensik sudah menyeka setiap
sudut mulut Heung-sik dengan kapas pentul, dan tetap bukan dia pelakunya.
“Kalau
begitu, tes DNA mungkin salah! Aku tahu Heung-sik pelakunya!” teriak Yong Si
marah
“Apa Kau
menaruh dendam padanya?” keluh Tuan Byun. Yong Sik kesal karena dianggap
emosional
“Aku
pakai bukti... Lihat saja fakta-faktanya!” kata Yong Sik
Flash Back
Yong Sik
mengingat kalau Yong Sik yang memasang camerd di bar, lalu bertanya pada Tuan
Byun“Siapa yang memasang kamera pengawas di bar? Heung-sik juga yang
membersihkan gedung yang terbakar.”
Mereka
pun bisa melihat rekaman CCTV yang berbeda, Yong Sik yakin Heung Sik tahu semua
soal gedung itu Karena itu dia sembunyi di sana dan mengawasinya.
“Selain
itu, dia yang memberi makan kucing. Tapi tak terdeteksi pestisida dari pakan
yang dibawanya”
Hyang Mi
memberitahu pada pelaku kalau Yong-sik sungguh penasaran siapa yang memberi
makan kucing. Yong Sik yakin pelaku berhenti menambahkan pestisida karena tahu
akan memeriksa pakannya. Ia pun sempat melihat Heung Sik memberikan makanan
untuk kucing.
“Di dalam
toko perkakas kecilnya, ada banyak peralatan yang bisa dipakai membunuh. Kawat
pembunuh ahli kulit itu juga ada di tokonya. Selain itu, truknya juga milik
Heung-sik. Apa lagi yang kau butuhkan?” ucap Yong Sik kesal saat itu fax masuk
ke dalam kantor.
“Dengarkan
aku... Sketsa tersangka tidak sesuai, dan hasil tes DNA juga negatif. Sains
memberi tahu kita bukan dia.” Kata Tuan Byun.
“Kau tahu
apa soal sains? Astaga, ini membuatku gila. Aku tahu pasti Heung-sik pelakunya!
Aku tahu itu. Semua bukti mengarah kepadanya! Kenapa kau tak bisa lihat?” ucap
Yong Sik terus mengomel.
“Apa kau
hakim? Apa Kau pikir kau hakim? Apa Kau pikir bisa memilih siapa tersangkanya?”
keluh Tuan Byun kesal.
Oh Joon
baru saja menempelkan fax pada papan. Yong Sik merasakan sesuatu dan langsung
bergegas pergi.Tuan Byun hanya bisa mengeluh melihat tingkah Yong Sik yang
selalu pergi tanpa rencana.
Di depan
mobil polisi, Teman Tuan Byun mengeluh agar Berhenti menyuruhnya melakukan
tugas diam-diam lagi. Temanya ingin tahu alasanya. Si pria memberitahu Satu tes tak cocok, tapi
yang satu lagi cocok dan ingn tahu Dari mana mendapat rambutnya.
Saat itu
polisi dari kantor pusat bergegas keluar seperti akan menangkap pelaku. Polisi
menelp ketua kalau sdudah mengonfirmasi DNA-nya jadi akan cek keberadaannya,
lalu pergi.
“Aku
harus pikirkan alasan dia berhenti membunuh orang alih-alih alasan dia
membunuh. Pengusil berhenti membunuh orang lima tahun lalu. Lalu lima tahun
lalu...” gumam Yong Sik yang sudah berlari dengan sangat kencang.
Flash Back
Lima
tahun lalu berita TV pada Bar Dong Baek “Sekitar
pukul 16.00 hari ini, seorang pria jatuh dari gedung saat coba memasang
pendingin luar ruangan untuk mal di dekat terminal.”
Yong Sik
menatap toko Heung Sik sambil gumam “Lima tahun lalu, seseorang mengalami
kecelakaan.” Lalu mengingat sesuatu tentang temanya.
Yong
Sik masuk ke dalam toko menatap Heung Sik lalu akan masuk ke dalam rumah. Heung
Sik menahanya dengan wajah pank tapi Yong Sik sudah sangat yakin.
Flash Back
Heung Sik
jatuh tersungkur setelah di pukul oleh ayahnya, sambil menangis karena sudah
membunuh cukup banyak kucingnya. Ayahnya sangat marah memperingatkan sang anak
agar jangan bawa kucing lagi. Heung Sik bertanya Apa yang dilakukan sang ayah pada kucingnya.
“Kulempar
dari gedung! Setiap kali kau bawa kucing, akan kulempar juga dari gedung.” Ucap
Ayah Heung Sik. Heung Sik pun hanya bisa menangis. Yong Sik mendengarnya dari
depan pintu seperti baru saja ingin bermain.
“Orang dengan mudah cenderung
melupakan wajah orang. Sebagian orang sulit diingat, sekeras apa pun kita
mencobanya. Saat dia berada dalam kegelapan selama lima tahun, semua sudah
melupakannya dan semua menyingkirkannya selamanya.”
Tuan Byun menatap wajah sketsa dan seperti mulai mengenalnya
Yong Sik
akhirnya membuka pintu kamar dan melihat ayah Heung Sik duduk dalam kegelapan.
“Apa? Kau
kemari untuk menahanku?” ucap Ayah Heung Sik sinis. Heung Sik masuk ruangan
menatap sedih.
“Semua punya
orang tua masing-masing.” Gumam Yong Sik melihat Heung Sik seperti melindungi
ayahnya.
“Yong-sik,
aku bisa... Aku bisa bertanggung jawab untuk semuanya. Aku serius. Yong-sik,
aku berjanji... Aku berjanji akan terus mengurungnya. Aku tak akan pernah lupa.”
Ucap Heung Sik.
Yong Sik
mulai mendekat, tangan Heung Sik menahanya memohon tolong jangan lakukan ini
dan abaikan kali ini saja. Yong Sik melepaskan tangan Heung Sik mengajak Ayah
Heung Sik pergi.
“Yong-sik...
Ayahku... satu-satunya yang kupunya.” Kata Heung Sik, Tapi Yong Sik tak peduli
menyuruh agar Ayah Heung Sik segera Bangunlah. Akhirnya Ayah Heung Sik berdiri
walaupun kakinya masih terlihat pincang.
Dong Baek
berada dalam diterminal bus terlhat gugup dan berita di TV terlhat “Pekerja kontrak di
sekolah berencana meneruskan aksi mogoknya. Mereka meminta kesenjangan lebih
kecil terkait bonus yang diterima.”Akhirnya Dong Baek pergi ke
sekolah tempat demo terjadi.
“Apa Kau
kenal anak kelas satu bernama Kang Pil-gu?Apa Kalian tahu dia? Dia baru pindah.”
Tanya Dong Baek
“Apa Maksudmu
Acar Lobak? Dia mungkin di kantin.” Kata si anak. Dong Baek bingung anaknya
dianggap "Acar Lobak"
Di kantin, semua makan dengan bekal dan
terlihat anak elit. Dua temanya membahas paman Pil Goo yang tinggal di Elegance
Palace tapi Kenapa makanannya begitu jika tinggal di sana. Terlihat makanan Pil
Goo hanya nasi instant dengan acar dan juga hotang.
“Aku
pemain bisbol terbaik di antara kita... Terserah makan apa. Aku cuma perlu jadi
pemain Liga Utama.” Ucap Pil Goo makan dengan lahap walaupun makannya
sederhana.
“Dia
bahkan makan mi instan di toko kelontong. Ibunya pasti sangat baik.” Komentar temanya.
Pil Goo tersadar ibunya menatap marah ke arahnya.
“Aku
belum pernah melihat ibuku sangat marah sebelumnya. Saat itu, kukira dia marah..”
Gumam Pil Goo panik.
“Ayo Bangun.”
Ucap Dong Baek menarik anaknya pergi. Pil Goo mengeluh pada ibunya dan mengaku
tak mau pergi.
“Tapi kini setelah dipikirkan, dia hanya
sedih.”
Dong Baek
menarik anaknya sampai ke lapangan, Pil Goo mengaku ada latihan jadi ada latihan. Dong Baek mengeluh dengan
sikap Pil Goo dan memastikan kalau mau tinggal di sini dan ingin tahu apakah
ada masalah. Pil Goo mengaku kalau ia akan menjadi pemain Liga Utama!
“Aku
ingin kau memilih antara aku dan Liga Utama.” Ucap Dong Baek. Pil Goo mengeluh
ibunya meminta agar memilih
“Pil-gu,
aku tak butuh kau menjadi pemain Liga Utama. Aku tak akan menukarmu dengan Ryu
Hyun-jin. Jadi, aku ingin kau pilih. Aku atau Liga Utama? Katakan keinginanmu.”
Ucap Dong Baek. Pil Goo hanya diam saja.
“Apa
maumu? Kenapa tak menjawab? Ada apa denganmu? Kenapa kau terlalu berhati-hati
bicara ? Kenapa tak jujur padaku?” kata Dong Baek marah. Pil Goo masih tetap
diam.
“ Siapa
yang memintamu berhati-hati dan malu untuk bicara? Jika terus begini, aku tak
mau menjadi ibumu! Aku akan pergi juga! Aku pergi saja!” kata Dong Baek
mengancam.
“Sejujurnya,
aku tak sungguh ingin menjadi pemain Liga Utama! Sekalipun pergi ke Amerika, aku
tak akan bahagia!”akui Pil Goo sambil menangis.
“Lalu
kenapa bohong? Kenapa bilang mau menjadi pemain Liga Utama?” ucap Dong Baek
“Bagaimana
denganmu? Kenapa bohong?” balas Pil Goo. Dong Baek bertanya kapan ia berbohong.
“Katamu
kau hanya butuh aku! Ibu macam apa yang menikah? Tak ada anak lain yang ibunya
menikah lagi! Apa Kau tahu rasanya menyaksikan ibumu sendiri menikah?
Setidaknya kau bisa menikah karena aku sudah dewasa!” ucap Pil Goo menangis
“Tapi aku
tak bisa karena aku masih SD! Aku juga tak bisa masuk militer! Aku tak punya
tujuan! Ini sangat menyebalkan! Hidup sangat menyebalkan!” ungkap Pil Goo
meluapkan semuanya.
“Jadi,
cepat pilih! Kau mau ikut denganku atau tidak?”tanya Dong Baek. Pil Goo
menjawab akan ikut dengan ibunya.
Pil Goo
berjalan keluar sekolah bertemu dengan Jong Ryul datang dengan mobilnya. Jong Ryul turun dari mobil bertanya Dong Baek
mau kemana dan kenapa datang ke sekolah anaknya. Dong Baek menatap Jong Ryul
dan langsung melepaskan tinjunya.
Pil Goo
melonggo dan mengingat yang dikatakan pada ibunya “Sudah kubilang, 'kan? Jika
mereka mencoba lakukan sesuatu, tinju hidungnya.” Jong Ryul memegang hidungnya
tak pecaya kalau Dong Baek baru saja meninju hidungnya.
“Apa Kau
tahu Pil-gu makan nasi instan dan acar lobak untuk makan siang?” ucap Dong Baek
marah
“Kukira
kau mendaftar makan siang.” Ucap Jong Ryul bingung. Dong Baek pikir kalau Jong
Ryul tak perlu katakan apa pun soal Pil-gu mulai sekarang lalu menyuruhnya
pergi saja.
“Dongbaek,
jika kau terus begini, dia akan bingung.” Ucap Jong Ryul menahan Dong Baek
pergi.
“Aku tak
butuh pamannya mencemaskannya. Apa kau pamannya Apa Kau cemas dia mungkin dapat
masalah jika orang tahu dia sebenarnya putramu?” kata Dong Baek mara
“Lalu
bagaimana perasaanku? Aku tak bisa mengaku ayahnya. Apa Bisa berhenti emosi?” ucap Jong Ryul
“Aku tak
akan biarkan putraku tinggal di rumah pamannya dan makan nasi instan dan acar
lobak untuk makan siang.” Tegas Dong Baek
“ Ini
kali pertamaku. Biarkan aku menyesuaikan diri.” Pinta Jong Ryul Don Baek
menegaskan tak akan terbawa omong kosongnya lagi.
“Dengarkan
baik-baik. Jika kau terlibat dalam hidup Pil-gu sekali lagi, akan kutuntut kau
sebagai ayahnya dan biarkan seluruh dunia tahu, jadi, lain kali bersiaplah.” Ucap
Dong Baek berjalan pergi.
Jong Ryul
hanya bisa berteriak memanggil Dong Baek dan Dong Baek tak peduli berjalan
bersama dengan Pil Goo.
“Akulah yang perlu kuhancurkan, bukan
Pengusil.” Gumam
Dong Baek
Pil Go
menatap ibunya dengan wajah bangga, Dong Baek bertanya apda anaknya apakah tak muak dan lelah selalu diintimidasi. Ia
pir Orang selalu bertingkah karena terlalu baik pada mereka.
“Aku orang yang mampu mematahkan hidung
orang dengan tinjuku. Aku juga pejuang yang mampu melindungi anakku.”
Pil Goo
berkomentar kalau ibunya mirip Conor McGregor. Dong Baek tersenyum bahagia
mendengarnya.
“Mulai
kini, aku putuskan menjadi ibu terkuat di dunia.”
Dilayar
lebar terlihat berita [PEMBUNUH BERANTAI, PENGUSIL, DITANGKAP SETELAH ENAM
TAHUN]
Ayah
Heung Sik sudah dibawa polisi, wartawan langsung mengerubungi bertanya “Apa
alasanmu melakukannya? Apa Kau mengakuinya? Apa Kau mengakui tuntutannya?” Ayah
Heung Sik terlihat kesal langsung berteriak “Berhenti ribut!”
Di sisi
kantor polisi pusat, Yong Sik dan Tuan Byun serta Tuan No seperti tersingkir
karena mereka bukan polisi pusat. Tuan Byun piir Ternyata gangguan kepribadian
antisosial atau semacamnya. Yong Sik pikir Siapa peduli yang dipikirkan
psikopat itu.
“Yang
terpenting kita harus fokus pada fakta bahwa kita, pria baik-baik, berusaha
menangkapnya. Itulah intinya.” Ucap Yong Sik mencoba untuk tetap santai.
“Apa Kau
datang dari pernikahan?” tanya Tuan Byun melihat pakaian Tuan No yang rapih.
Yong Sik seolah tak mengubrisnya.
“Apa Kau
tahu orang Paris? Walau ada serangan teroris, mereka tetap pergi ke kafe
besoknya dan minum kopi. "Tak ada yang bisa kau rebut dari kami." Itu
yang mereka coba katakan saat minum kopi.” Ucap Yong Sik terus mengoceh
“Kau
ingin wawancara, 'kan?” ucap Tuan Byun pada Tuan No. Tuan No mengaku sebenarnya
juga berkontribusi di penyelidikan ini.
Tuan Byun
mengaku sudah tahu lalu memeluknya sebelum Tuan No menangis. Sementara Yong Sik
yang bahagai mencoba menelp Dong Bae tapi Dong Baek yang tak mengangkat.
Dong Baek
sedang ada dibus dengan Pil Goo yang tertidur di pangkuanya, lalu melihat Yong
Sik menelpnya tapi seperti sengaja tak mengangkatnya. Ia melihat tangan ananya
berkomentar Pil Goomasih seperti bayi.
“Pil-gu melindungiku seumur
hidupnya.”
Flash Back
Pil Goo
berlari keluar dari kamar mandi mengaku sudah menangkap jangkrik. Dong Baek
mengeluh agar meminta buang saja keluar. Pil Goo dengan bangga mengatakan ibuny
bisa ke kamar mandi sekarang dan bisa buang air besar!
“Pil-gu menyelamatkanku dengan
datang ke dunia. Saat makin besar, dia berjuang agar bisa melindungiku.”
“Kenapa
aku harus melindungimu? Kau seharusnya melindungiku.” Ucap Pil Goo pada ibunya.
“Aku menjadi gadis kecil.Tapi dia
menjadi dewasa.”
“Kita tak akan tinggal bersama saat aku dewasa
dan menikah, 'kan Bukankah biasanya begitu?” kata Pil Goo sebelumnya.
Dong Baek
akhirnya sampai rumah dan Pil Goo masuk lebih dulu berlari memangil neneknya.
Ia menatap Pil Goo bergumam tak tahu dia berusaha keras untuk tidak menjadi
anak-anak. Aku mengkhianatinya dan sibuk jatuh cinta.”
“Astaga,
Dongbaek! Kenapa lama sekali menjawab telepon? Astaga, yang benar saja.” Keluh Yong
Sik sedang berjalan terlihat bahagia karean Dong Baek mengangkat telpnya.
“Maaf.
Tadi aku tak bisa menjawab telepon.” Ucap Dong Baek. Yong Sik bertanya apakah Dong
Baek sudah lihat berita
“Terima
kasih banyak. Aku akan ketakutan seumur hidupku jika bukan karenamu.” Kata Dong
Baek
“Aku akan
ke bar sekarang. Jadi, sebaiknya kau memujiku.” Ucap Yong Sik pun rasa bahagia.
“Tidak,
jangan datang ke bar. Kutemui kau di tempat pertama kali aku jatuh cinta
padamu.” Ucap Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung.
Dong Baek
sudah ada di stasiun Ongsan, duduk dibangku sendirian saat itu Yong Sik datang
memanggil Dongbaek dengan wajah bahagia sambil melambaikan tanganya. Dong Baek
heran Yong Sik yang selalu tersenyum seperti itu. Yong Sik datang dan langsung
mencium bibir Dong Baek.
“Wahhh.
Apa Di sini kau jatuh cinta padaku?” ucap Yong Sik penuh semangat. Dong Baek
bingung Untuk apa ciuman itu
“Saat aku
melihatmu duduk di sini, kau tak tahu betapa emosional aku. Saat itu, jantungku
berdebar kencang hanya karena duduk di sebelahmu. Tapi sekarang, kita cukup
dekat untuk berciuman. Ini bisa dianggap keajaiban.” Ucap Yong Sik penuh
semangat
“Kenapa
menciumku seperti itu? Yang benar saja. Itu sungguh tak pantas.” Kata Dong Baek
memalingkan wajahnya.
“Ada
apa?Apa Ini karena aku menciummu? Astaga, dahulu kau bisa menciumku lebih
dahulu. Kenapa tiba-tiba malu?” ucap Yong Sik bingung.
Dong Baek
tiba-tiba menangis mengeluh dengan yang harus dilakuannya sekarang karena tak
bisa mengatakannya. Yong Sik bingung akhirnya duduk bertanya apakah sesuatu
terjadi lagi. Dong Baek merasa tak bisa dan tak mau menangis saat
mengatakannya.
“Aku tak
mahir soal berpisah.” Ucap Dong Baek. Yong-sik terkejut mendengar yang
dikatakan Dong Baek.
“Apa?
Kenapa melihatku seperti itu?”kata Dong Baek melihat tatapan Yong Sik yang
berubah
“Omong
kosong macam apa yang akan kau katakan kali ini?”ucap Yong Sik Shock. Akhirnya
Dong Baek menangis histeris sambil menutup matanya seperti anak yang kehilangan
permenya.
“Astaga,
siapa yang memutuskan orang dan sambil menangis seperti bayi?” keluh Yong Sik
mencoba menahan rasa sedihnya.
“Aku tak
ingin melukai Pil-gu agar aku bisa bahagia.” Ucap Dong Baek. Yong Sik ingintahu
apakah Pil Goo sangat membencinya dan menentangnya.
“Aku akan
lebih baik jika dia berkata begitu. Tapi dia terus... Dia terus berhati-hati
bicara dan Dia mulai menjadi sepertiku. Berpacaran tak pernah kupilih. Pil-gu
selalu yang utama bagiku, tapi bersikap begitu kekanak-kanakan.” Ucap Dong Baek
sambil terus menangis.
“Tak
apa-apa... Aku akan berusaha lebih keras memenangkan restunya. Jangan khawatir.”
Ucap Yong Sik mencoba menghapus air mata yang terus mengalir.
“Kukira...
semua akan seperti itu. Tapi itu hanya keinginan kita. Sejak Pil-gu mulai
bicara, dia berkata akan melindungiku. Pikirannya yang seperti itu membuatku
merasa menyesal dan terganggu.” Ucap Dong Baek
“Astaga...
Kenapa kau harus...sangat teguh?” kata Yong Sik menatap Dong Baek.
“Pil-gu
masih anak-anak. Yang terpenting bagiku adalah memastikan Pil-gu tumbuh menjadi
anak bahagia dan percaya diri.” Ucap Dong Baek,
“Kurasa
waktu dan faktor hanya omong kosong.” Guman Yong Sik
“Aku sudah
tahu yang harus kukatakan untuk membuat Hulk baik ini menyerah.” Gumam Dong
Baek menatap Yong Sik.
“Aku
hanya ingin menjadi ibu. Aku tak ingin hanya menjadi wanita. Aku ingin bahagia
sebagai ibu.” Ucap Dong Baek.
“Astaga...
Kau sungguh kejam... Apa yang harus kukatakan untuk membantahnya?” kata Yong Sik
“Kau tak
bisa apa-apa... Kita hanya harus putus.” Kata Dong Baek akhirnya menangis
kencang.
“Entah
bagaimana aku akan putus dari Dongbaek. tapi aku juga tak bisa mempertahankannya”
gumam Yong Sik
“Begitulah
musim semi ajaib ibuku berakhir. Lalu dengan cinta dan kasih sayangnya, aku
akhirnya dewasa.” Gumam Pil Goo
Pil Goo
yang sudah dewas berjalan dengan setelah jas, sambil menelp memberitahu kalau
sudah makan. Ia mengeluh pada ibunya yang terus bertanya apakah sudah makan dan
mengaku agak sibuk sekarang jad meminta agar berhenti meneleponnya dan akan
segera datang
Bersambung ke episode 37
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar