PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 21 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 37

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 


Di dalam sebuah lemari terlihat penghargan [OUTFIELDER TERBAIK KANG JONG-RYEOL] dengan bentuk sarung tangan baseball. Jong Ryul mengeluh tentang Pemenang Sarung Tangan Emas dan Pemain terbaik. Ia mengaku terpilih sebagai pemain termuda yang memenangkan penghargaan itu.
“Kau tahu, itu seperti memiliki dunia di tanganku dengan begitu mudah membuat hidup tampak mudah. Kukira hidup akan semudah itu juga.” Ucap Jong Ryul sambil minum mengingatnya.
Flash Back
Jong Ryul baru saja membawa anaknya ke seoul dan tak tahu berapa uang jajannya, jadi memberikanya 20ribu won untuk Pil Goo.
“Kukira anak-anak bisa membesarkan dirinya sendiri.”
Saat Jong Ryul pergi dengan Dong Baek, ia tanpa rasa bersalah berkata  “Bagaimana aku mengenalkanmu? Akan merepotkan jika skandal beredar.”
“Kukira orang-orang akan tetap di sisiku.”
Di rumah Jong Ryul banyak foto pernikahan dibelakang sofa, Jong Ryul pikir pernikahan juga seperti itu kalau pernikahan tidak butuh usaha. Tapi dihajar di muka tadi membuatnya itu menyadarinya.
Flash Back
Jong Ryul kaget Dong Baek yang barus saja meninju hidungnya. Dong Baek pikir kalau Jong Ryul itu harus bersiaplah.
“Ternyata aku tak pernah berjuang demi segala yang kupunya. Pasti itu alasan ayahmu dihukum.”ucap Jong Ryul yang minum sambil bercerita pada anaknya yang sedang tertidur pulas. 



Dong Baek mengelus kepala anaknya, wajahnya tersenyum bahagia melihat Pil Goo tidur dengan nyenyak. Nyonya Jo pikir kalau Pil Goopasti juga senang pulang karena Setelah makan dua porsi, langsunga tertidur. Dong Baek keluar dari kamar.
“Dia memintaku membangunkannya pukul 06.00 agar bisa ke rumah Jun-gi.” Cerita Nyonya Jo
“Apa Dia sudah menyikat gigi?” tanya Dong Baek. Nyonya Jo pikir sudah dan bisa membantunya melakukannya jadi anaknya bisa keluar lebih lama jika mau.
“Tapi Apa ini? Astaga, kau kecanduan belanja belakangan ini.” Keluh Dong Bek melihat kardus besar yang dibuka oleh ibunya.
“Dongbaek, kau bisa terus pergi ke sauna di malam hari kalau mau. Pengusil sudah ditangkap, jadi, kalian berdua bisa menikmati waktu bersama sebagai hadiah.” Ucap Nyonya Jo bahagia.
“Ibu, Yong-sik dan aku putus, jadi, hentikan omong kosong ini.” Akui Dong Baek. Nyonya Jo kaget mendengarnya.
“Apa Kalian putus? Atau Kau diputuskan?” tanya Nyonya Jo. Dong Baek mengaku ia  yang memutuskannya.
“Kenapa? Untuk apa? Apa Kalian, dua idiot, putus begitu saja?” ucap Nyonya Jo marah. Dong Baek mengaku mereka putus begitu saja.
“Kau tahu, itu sederhana. Tidak ada keributan... Kami putus dengan tenang.” Ucap Dong Baek. 


Flash Back
Yong Sik dengan mata memerah karena habis menangis mengantar Dong Baek sampai depan rumah. Keduanya sempat diam sejenak, Yong Sik akhirnya mulai bicara membahas kalau hubungan mereka  sudah putus, tapi ia masih tak bisa biarkan Dong Baek pulang sendirian.
“Tidak perlu terus menjadi jentelmen. Kau pulang saja.” Ucap Dong Baek terus terunduk
“Kalau begitu... aku akan pergi... Aku pergi.” kata Yong Sik seperti ingin Dong Baek menahanya. Tapi Dong Baek seolah tak peduli, Yong Sik akhirnya berlari pulang tapi beberapa detik kemudian kembali lagi.
“Apa? Kenapa kau kembali?” tanya Dong Baek bingung.  Yong Sik menegaskan pada Dongbaek,
“Begini... Hubungi aku jika ada masalah. Aku akan selalu di sisimu” ucap Yong Sik
“Kenapa kau mengatakan itu? Kenapa kau ada di sisiku?” keluh Dong Baek kesal.
“Pengusil sudah ditangkap, jadi, kau bisa... Kau tahu, jalani hidupmu seperti dahulu.” Ucap Yong Sik
“Bukankah kau seharusnya menyuruhku bahagia? Kenapa menyuruhmu begitu?” komentar Dong Baek
“Walau aku tak mendoakan kebahagiaanmu, aku tahu pasti kau akan bahagia karena kau keren dan cantik.” Ungkap Yong Sik
“Semua yang dahulu kau katakan kepadaku terasa seperti jimat keberuntungan bagiku. Karena kau mendukungku, hidupku sungguh berubah. Terima kasih untuk semuanya.” Ungkap Dong Baek mencoba menahan air matanya.
“Begini, kau tahu... Ini... sungguh berakhir, 'kan?” ucap Yong Sik seperti masih ingin berharap.
“Aku tak pernah berpisah baik-baik denganmu dan Jong Ryul, jadi, aku tak pernah tahu perpisahan itu ada.” Gumam Dong Baek terus mencoba tak menangis. 




Dong Baek mengaku ini lebih menyebalkan karena Yong Sik itu sungguh pria idaman. Nyonya Jo pun bertanya apakah Dong Baek berencana melajang seumur hidup. Dong Baek mengaku pernah di masa lalu Mungkin saat itu dirinya sedang kerasukan.
“Bagaimanapun, hidup sangat melelahkan hingga aku mencari tahu seberapa sakit bunuh diri dengan karbon monoksida.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo kaget mendengarnya.
“Aku hanya mencari tahu. Lalu, tiba-tiba Pil-gu memanggilku. Itu kali pertama dia berkata "Ibu." Anehnya, satu kata itu menarikku dari neraka dan membawaku ke surga. Dia dewa bagiku. Jadi, tak masalah bagiku memberi semua untuknya di kehidupan ini.” Ungkap Dong Baek merasa bahagia.
“Dongbaek, kau akan kesepian... Lalu kesepian bisa membunuhmu.” Ucap Nyonya Jo. Dong Baek pikir Tak ada waktu untuk itu.

Didepan bar, Dong Baek sibuk melumuri pasta cabai pada sawi. Nyonay Jo membawa ember lain mengeluh Siapa yang mengobati patah hati dengan membuat kimchi. Dong Baek tak peduli mencoba menyibukan diri dengan membuat kimchi yang banyak.
“Aku menangis dalam hati, tapi tanganku sibuk.” Gumam Dong Baek
Sementara di restoran, Nyonya Kwak hanya bisa menatap sedih pada anaknya karena Yong Sik terus mengepel lantai. Yong Sik bergumam “Tetap sibuk untuk mengacaukan pikiran.
“Sama seperti orang-orang di serial TV, aku ingin biarkan kesedihan membawaku.” Gumam Dong Baek melihat semua tagihan yang harus dibayar.
“Apa Patah hati bohongan yang kamu lihat di TV? Itu hanya khayalan.” Gumam Yong Sik yang sibuk menemani orang mabuk yang tak bisa pulang. 


Dong Baek sibuk memasak didapur, Pelangganya meminta  Satu babi tumis, seperti sangat menyibukan diri agar tak ingat kalau dirinya sedang patah hati.
“Patah hati mungkin membuatku sedih, tapi harga sewaku membuatku bangkit.”
Yong Sik terbangun dari tidurnya karena alarm berbunyi, lalu tersadar kalau sudah tak berhubungan dengan Dong Baek jadi tak perlu mengantarnya ke pasar.
“Rutinitas harianku yang kejam dan berulang membuatku tetap waras.” 

Dong Baek pergi ke tempat Hyang Mi, ditaruh foto mereka berdua didalam kotak. Ia membahas Pengusil mungkin saja lebih pendek darinya, tapi yakin kalau Hyang Mi itu mewaspadai tipe itu. Ia pikir kalau pengusil iu sama seperti pria yang dlihat Hyang Mi di jalanan yaitu Hanya orang biasa.
“Kenapa kau memaksa pergi mengantar pesanan? Kenapa? Aku juga bisa mengendarai motor.” Ungkap Dong Baek sambil menangis. Ibu Dong Baek hanya bisa diam saja melihat anaknya. 

Flash Back
Dong Baek berlatih mengendarai motor yang baru dibelinya, lalu berteriak gembira saat sudah lancar . Ia berteriak gembir karean ini luar biasa dan sangat menyenangkan, lalu berpikir bagimana caranya kembali nanti. Tiba-tiba terdengar teriakan Hyang Mi memanggil Dongbaek!
“Aku lihat kau bisa mengendarainya kini. Apa Kau sadar melewati dua halte bus? Aku melihatmu dari persimpangan di sana, tapi kau terus mengendarainya.” Ucap Hyang Mi sambil terengah-engah.
“Jadi, kau mengikutiku berjalan kaki sampai kemari?” ucap Dong Baek kaget karena jaraknya cukup jauh.
“Kau tidak sekikuk yang kau kira.” Komentar Hyang Mi. Dong Baek merasa tak percaya Hyang Mi mengikutinya padahal Seharusnya tetap di sana karena tak akan jatuh.


Dong Baek menangis didepan pemakanan Hyang Mi mengeluh karena rekan kerjanya ini harus mengantar pesanan hari itu, Ia pun ta tahu kalau bagiamana bisa hidup tanpa Hyang Mi. Ia pikir kalau Seharusnya Hyang Mi mencuri uangnya saja dan hidup bahagia entah di mana.
“Kenapa kau kembali?” keluh Dong Baek terus menangis menyelesai kepergian Hyang Mi. Nyonya Jo pun memilih untuk meninggalkan anaknya. 

Didepan  BALAI PEMAKAMAN, Nyonya Jo memberikan minum untuk anaknya agar bisa tenang. Dong Baek mengaku entah kenapa merasa Hyang-mi masih hidup. Nyonya Jo meminta anaknya harus merelakannya agar Hyang Mi bisa tenang.
“Jangan pernah bermimpi bisa hidup tenang di surga. Jika kau mati, aku juga akan terus berduka. Hingga kau ingin membunuhku.” Tegas Dong Baek tak ingin kehilangan ibunya.
“Kepalaku lebih sakit dari ginjalku belakangan ini karenamu.”keluh Nyonya Jo melihat sikap anaknya.
“Hyang-mi sudah pergi, aku bahkan putus dengan Yong-sik. Jadi, bisa tolong tetap di sampingku?” pinta Dong Baek
“Biar kuberi tahu kau lagi. Jangan berikan ginjalmu.” Ucap Nyonya Jo menyakinkan anaknya.
“Lalu biar kuberi tahu kau ini.. Kau tidak sekarat... Kau harus Hidup dan bayar utangmu.” Tegas Dong Baek
“Bagaimana membayarnya? Aku berutang padamu selamanya.” Ucap Nyonya Jo akan berjalan pergi.
“Ibu... Aku hanya minta karena kesal, tapi bisa kita berpegangan tangan?” ucap Dong Baek merengek seperti anak kecil
“Apa kita pernah melakukan ini sebelumnya? Kau sungguh aneh, kau tahu. Bagaimana kau bisa menyukaiku?” keluh Nyonya Jo akhirnya mengenggam tangan anaknya.
“Entahlah. Aku suka memanggilmu Ibu... Berhenti melawan dan tetap di sisiku.” Kata Dong Baek berjalan pulang dengan wajah bahagia dengan ibunya.
[KEIBUAN SELAMA 7 TAHUN DAN 3 BULAN]


Nyonya Hong berdiri depan bar melihat gerbang di gembok, saat itu Dong Baek baru saja datang heran melihat Nyonya Hong ada didepan barnya. Nyonya Hong bertanya apakah barnya tidak buka hari ini. Nyonya Hong pun sudah duduk dalam bar, Dong Baek membawakan makanan extra.
“Aku hanya memesan babi tumis.” Ucap Nyonya Hong melonggo melihat Dong Baek memberikan banyak makanan.
“Semua berpikir pelanggan adalah raja, tapi sebenarnya ini kerajaanku. Aku hidangkan yang kumau.” Akui Dong Baek
“Apa Karena itu kau tak beri Gyu-tae kacang?” ucap Nyonya Hong. Dong Baek mengaku Tidak sekali pun dan tak pernah memberinya dengan wajah bahagia.
“Kenapa kau tertawa seperti itu? Senyummu agak mengintimidasi.” Kata Nyonya Hong
“Apa aku mengintimidasimu?” ucap Dong Baek bingung. Nyonya Hong menceritakan Sebagian orang mengira Dong Baek takkan bisa bahagia.
“Mereka mendapat kenyamanan dengan mengatakan mereka iba padamu. Tapi kau cukup mudah tersenyum. Senyummu juga manis. Tak heran ini menyebalkan... Tentu aku terintimidasi.” Ungkap Nyonya Hong.
“Omong-omong, kau harus terus tersenyum. Tunjukkan pada semua orang sebesar apa kebahagiaanmu.”tegas Nyonya Honga
“Begini, aku menyerah bahagia terang-terangan sejak dahulu.”akui Dong Baek Nyonya Hong bingung ingin tahu alasanya.
“Anggapan orang tentangku adalah urusan mereka. Dahulu aku merasa kebahagiaan seperti nilai ujian. Aku biasa melihat nilai orang lain di papan dan memikirkan posisiku. Tapi tak peduli betapa keras aku mencari, aku tak menemukan jawabannya.” Ungkap Dong Baek 
“Jadi, kenapa aku harus tetap mencarinya? Aku menganggap papan nilainya permainan mereka dan menilai hidupku sendiri berdasarkan standarku. Hanya bahagia dengan standarku sendiri yang kubutuhkan dalam hidup, 'kan?” kata Dong Baek
“Tampaknya hatimu memiliki kebun bunga sendiri. Sementara, nilai ujianku bagus, masuk sekolah hukum ternama, tapi tak ada bunga mekar di diriku.” Kata Nyonya Hong
Dong Baek pikir akan mengambil gelas untuk menemani Nyonya Hong minum. Nyonya Hong bertanya apakah ada alkohol berat yang disimpan Gyu-tae dibarnya dan apa mereknya. 

Nyonya Hong dibawa masuk ke dalam mobil terlihat sangat mabuk, Tuan No mengeluh Bagaimana caranya membawa mantan istrinya pulang, karena tak pernah bisa melakukannya. Dong Baek pikir tak ada yang bisa dilakukan karena Nyonya Hong tak bisa menginap dalam barnya.
“Kau memanggil namanya? Kau hanya butuh semalam untuk berteman dengannya, tapi kau masih bicara formal denganku selama ini? Ini konsep terbalik.”ucap Tuan No tak bisa terima istrinya sudah anggap kakak oleh Dong Baek.
“Ini diskriminasi terbalik...Cukup omong kosongnya. Asal kau tahu, aku memberi tahu Ja-yeong semuanya.” Ucap Dong Baek.

“Tentang apa? Apa Tentangku? Apa Kau bicarakan yang baik-baik tentangku?” tanya Tuan No
“Bukan itu... Aku menceritakan soal Hyang-mi. Kukatakan bahwa Hyang-mi bukan jalang atau penggoda lelaki.” Kata Dong Baek. Tuan No mengumpat kesal.
“Bukankah ada masa penyesuaian bagi pasangan yang bercerai? Dia belum mencampakkanmu. Datanglah dengan Ja-yeong kapan-kapan dan aku akan memberimu kacang gratis atas namamu.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek...” kata Tuan No menangis harus. Dong Baek tak percaya melihat Tuan No yang menangis lalu memilih untuk masuk bar.
“Bagaimana jika sewa tahunan mulai sekarang? Apa kau punya uang? Apa Kau mau pinjaman juga?” kata Tuan No. Saat itu Nyonya Hong keluar dari mobil mengetuk mobil menyuruh Tuan No agar cepat pergi.



Di dalam ruang ganti, Jong Ryul menerima telp dari managernya, seperti sedang terjadi gaduhan di internet. Ia ingin tahu ada apa dengan internet dan melihat semua pemain sudah menatap penasaran. Akhirnya Jong Ryul melihat ponsel milik temanya.
“Jessica... melampaui Pengusil.”
Jung Ryul melihat sang istri ada   di nomor 1, KATA KUNCI POPULER SAAT INI. Jessica sedang menyuapi anaknya terlihat sangat shock melihat berita diinternet [ISTRI KANG JONG-RYEOL PERNAH MENIKAH? KENAPA JESSICA BERBOHONG?] 

Kantor polisi Ongsan
Yong Sik sibuk melihat papan kasus yang dibuatnya, sementara dua polisi lainya sibuk menonton TV yang membahas tentang Kasus Pengusil.  MC memberitahu Polisi berjanji mengungkap setiap kejahatan yang dilakukannya, tapi hanya menunggu pengakuan.<
“Ya, itu kenyataannya.. Yang masih menjadi masalah adalah evaluasi psikologi tersangk yang sudah diserahkan.” Ucap Polisi
Dua polisi junior mengeluh kalau itu  membuat pembelaan itu lagi. Tuan Byun akhirnya memilih untuk mematikan TV. Yong Sik melihat papan dan merasa ada yang salah. Tuan Byun ingin tahu kenapa seperti itu
“Apa kau cemas hukumannya dikurangi karena gangguan jiwa?” ucap Tuan Byun.
“Tidak, bukan itu... Apa Heung-sik sungguh pindah?” tanya Yong Sik dengan wajah serius. 

Yong Sik pergi ke rumah teman masa kecilnya. Heung Sik sibuk memasukan semua barang ke dalam kotak. Yong Sik  memastikan kalau Heung SI memang sungguh pindah. Heung Sik pikir tak ada lagi yang akan memintanya datang memperbaiki sesuatu lagi.
“Ayahmu yang bersalah, bukan kau.” Tegas Yong Sik menyakinkan. Heung Sik pikr Tetap saja, karean ia sama bersalahnya.
“Aku sudah tahu kakinya sembuh dan aku tahu dia meracuni makanan kucing.” Ungkap Heung Sik dengan tatapan sedih 
“Bukankah kau pencinta kucing? Kenapa kau membiarkannya melakukan itu?” tanya Yong Sik
“Ayahku benci suara keras. Dia melampiaskannya kepada kucing saat mereka berteriak di malam hari. Dia hanya tak bisa mengendalikan dirinya.” Ungkap Heung Sik. Yong Sik terlihat kebingungan dan kesal sendiri.
“Kau tinggal di sini seumur hidupmu, lalu kau mau ke mana?” tanya Yong Sik. Heung Sik terus merapihkan barang-barang dalam kamar.
“Ayahku bahkan lupa membawa kacamatanya.” Kata Heung Sik. Yong Sik mengeluh kalau Heung Sik masih mencemaskan itu saat seperti ini.
“Aku juga benci dia... Tapi aku bisa apa? Dia tetap ayahku. Dia mungkin pembunuh, tapi dia tetap ayahku.” Kata Heung Sik sedih.
Yong Sik kembali kesal sendiri akhirnya meminta Heung Sik agar memberikan kacamata padanya. Heung Sik pun memberikan kacamata sang ayah pada Yong Sik. 



Di pinggir pantai, Nyonya Jo mengeluh anaknya yang terus mengikutinya.Dong Baek tahu kalau ibunya harus menemui dokter setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Nyonya Jo menegaksan dirinya tidak buta jadi bisa pergi sendiri. Dong Baek pun mengeluh ibunya tak pergi.
“Apa Kau ingin menontonku dicuci darah? Aku juga punya privasi. Aku berhak menyembunyikan sesuatu.” Kata Nyonya Jo
“Kudengar cuci darah bisa berat. Transplantasi yang terbaik.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek, aku mati atau tidak, aku berhak menentukan nasibku sendiri!” tegas Nyonya Jo
“Tidak, kau tak berhak mati.” Balas Dong Baek. Nyonya Jo heran kenapa tak boleh.
“Kau menjadi ibuku hanya tujuh tahun tiga bulan.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo terlihat bingung.
“Apa kau tahu berapa lama kita hidup bersama? Tujuh tahun saat aku kecil dan tiga bulan tahun ini. Hanya itu saja. Seharusnya ibu tak seperti itu. Kau ibu jangka pendek dan sekarang Apa kau ingin aku hidup dari uang asuransimu?” keluh Dong Baek.
“Ibu, Apa kau pernah menjadi anak yatim? Kau selalu ada dalam hidupku. Setiap hari, kehadiranmu menyakitiku. Aku terganggu dan kesal membiarkanmu lolos dengan uang asuransi. Kita harus bersama selama 20 tahun. Jadi, hiduplah dan bayar utangmu. Jadilah seorang ibu!” tegas Dong Baek.
 “Dia bahkan tak mengizinkanku mati karena kemauanku.” Ungkap Nyonya Jo sambil mengusap hidungnya yang basah karena menangis. 



Dong Baek pergi ke rumah sakit, Seorang perawat memarahi karena Nyonya Jo itu harus menepati kunjungannya dan harus tahu bahayanya melewatkan cuci darah. Dong Baek bertanya Apa yang terjadi jika ibunya melewatkan satu sesi.
“Terlambat untuk cuci darah sama saja bunuh diri.” Tegas si perawat lalu melangkah pergi. Dong Baek terdiam lalu pergi menemui ibunya yang sudah terbaring.
“Bibi perawat pernah terlambat sehari untuk cuci darah dan dia meninggal saat bermain golf. Apa Kau bertaruh dengan hidupmu? Apa Kau tak peduli soal hidup?” ucap Dong Baek memarahi ibuna.
“Kau tak tahu betapa menyakitkan ini. Darahku dikeringkan dari tubuhku dan diganti dengan darah bersih.” Ucap Nyonya Jo melihat bekas tanganya cuci darah.
“Ini Menakutkan, kan? Apa sakit?” tanya Dong Baek sedih. Nyonya Jo mengaku Bukan hanya iamerasa lemah tapi suasana hatinya juga kacau.
“Apa Kau tahu betapa menyedihkan mengetahui bahwa mesin menjagamu tetap hidup?” kata Nyonya Jo melirik mesin pencuci darah disampingnya.
“Aku akan jadwalkan operasi dengan doktermu, asal kau tahu.” Ucap Dong Baek akan pergi tapi tangan ibunya menahannya.
“Apa Kau takut? Haruskah aku tetap denganmu?” ucap Dong Baek kembali duduk disamping ibunya.
“ Jadi... bagaimana tujuh tahun dan tiga bulan ini bagimu? Apa baik-baik saja? Begitukah? Kau yang paling aneh. Mustahil.”tanya Ibunya.
“Tetap kuat dan bertahanlah... Jika kau tak bisa hidup untuk dirimu, hiduplah demi aku. Ya?” kata Dong Baek lalu meninggalkan ibunya. 



Polisi memberikan makan pada ayah Heung Sik yang masih diruang interogasi karena suka nasi dengan lauk. Ayah Heung Sik mulai membuka plastik yang menutup makanan, Polisi mengaku  hanya bertanya karena penasaran.
“Apa maksudmu dengan usil? Kami tak bisa berhenti usil kecuali kau beri tahu artinya.” Ucap Polisi. Ayah Heung Sik tak menjawab hanya meminta agar mengambilkan air minum lagi. 

Sementara diluar ruangan, Dua Polisi sibuk akan makan siang.  Yong Sik sibuk marah-marah karena tak boleh bertemu tersangka yang ditangkap sendiri. Ia pikir bisa menganggap sebagai kunjungan karena itu adalah haknya.  Polisi bertubuh tambun mengeluh kalau Sebenarnya tidak boleh karena Petugas biasa tidak mendapat hak itu.
“Tugasmu menjaga keamanan di jalanan.” Kata si polisi dengan nada mengejek.
“Aku tidak kemari untuk bersenang-senang. Tapi Aku punya sesuatu untuknya. Aku punya alasan menemuinya.” Ucap Yong Sik. Polisi lain ingin tahu apa alasanya.
“Kenapa putranya tak boleh mengunjunginya Kau melanggar haknya dengan melarang seseorang memakai kacamatanya.” Keluh Yong Sik
“Kami berhak memutuskan siapa yang boleh mengunjungi tersangka.” Balas si Polisi kedua.
“Benar, lalu aku juga bebas melaporkan ini kepada Komnas Hak Asasi Manusia. Aku yakin kau sadar hak seorang pembunuh lebih penting daripada hakmu.” Ucap Yong Sik kesal. Salah seorang polisi memanggil Yong Sik setelah memberikan makan pada ayah Heung Sik. 


Yong Sik masuk ruangan interogasi dengan wajah penuh amarah memberitahu kalau Tidak boleh ada kamera selama kunjungannya dan Semua demi hak asasinya. Polisi mengetahui kalau itu Hak asasi dan memperingatakan kalau waktunya hanya sepuluh menit.
“Putramu pergi dari Ongsan... Kenapa dia harus menderita padahal kau pembunuhnya?” ucap Yong Sik. Ayah Heung Sik hanya diam saja seperti tak peduli.
“Kau orang terakhir yang ingin kutemui, tapi aku kemari demi membantu Heung-sik. “ ucap Yong sik lalu memilih pergi.
“Apa orang-orang menuduhnya sebagai anak pembunuh?” tanya Ayah Heung Sik sebelum Yong Sik pergi.
“Heung-sik masih menganggapmu ayah walau begitu. Ayahnya berusaha menjebak putranya, tapi dia ingin memberimu kacamatamu.” Ucap Yong Sik sinis
“Dia bukan komplotanku.” Tegas Ayah Heung Sik, Yong Sik mengeluh karena ayah Heung Sik hanya duduk diam dalam ruang interogasi tapi  detail pribadi Heung-sik tersebar luas, bahkan sudah dikucilkan.
“Seharusnya kau memikirkannya dan membayar kejahatanmu seperti seorang ayah.” Ucap Yong Sik sinis.
“Mereka usil! Mereka semua mati karena usil.” Ucap Ayah Heung Sik mulai bicara. Yong Sik pun kaget mendekati ayah temanya. 



Di dalam kamar, Jessica melihat ponselnya dalam gelap. Jong Ryul datang menyalakan lampu seolah tak peduli. Jessica akhirnya mulai bicara mengaku kalau Semua diedit dan ibunya akan menuntut semuanya bahkan cari firma hukum...
“Serahkan ponselmu.” Ucap Jong Ryul mengulurkan tanganya. Jessica terlihat bingung
“Berhenti melihatnya sementara. Jangan nyalakan komputer dan masuk akun media sosial. Jangan baca komentar berita.” Tegas Jong Ryul
“Kau pasti mengira aku lucu. Kau sangat ingin menceraikanku, dan kini kau punya alasan.” Ucap Jessica marah
“Aku takkan mengabaikan yang jatuh. Meski akan menceraikanmu, tak sekarang. Kau ibu dari Ji-seon, dan aku takkan biarkan kau tampak konyol. Aku akan urus semuanya, jadi, berhenti cemas dan jangan lihat internet.” Tegas Jong Ryul. 


Flash Back
Jong Ryul berbicara dengan seorang pria, Si pria tahu kalau mereka bahkan tak tinggal bersama jadi Itu bukan urusan Jong Ryul. Jong Ryul pikir tak masuk akal kalau itu bukan jadi urusanya dan berpikir itu Karena merkea menjadi orang asing setelah cerai.
“Tapi sejujurnya, bukankah kita juga asing? Kau mendapat uang karenaku, dan itu juga bukan urusanku.” Sindir Jong Ryul. Seperti pemilik agency Jung Ryul terlihat marah.
“Maksudku, Pak... Tolong berhenti menerbitkan artikel tentang istriku. Jika kau melakukannya, maka aku akan perbaiki kontrak dan lakukan semua, iklan lintah darat hingga acara apa pun.” Tegas Jong Ryul
“Tapi... jika kau tak melakukannya, maka aku akan pensiun saja.” Kata Jong Ryul mengancam. 


Jong Ryul akhirnya mematikan ponsel Jessica.  Jessica terlihat menangsi dan merasa kalau Jon Ryul  juga bersalah karena ia hanya berbohong tapi tak punya anak. Jong Ryul mengaku dirinya memang salah jadi mengajaka agar mereka bisa memperjelas satu hal.
“Anggap saja aku tahu lebih dulu, Aku tahu kau sudah pernah menikah. Dan aku tahu, semua yang perlu ketahui sebelumnya. Jadi Artinya kau tak berbohong, dan kau tak perlu bersedih. Apa Kau paham?” ucap Jong Ryul. Jessia akhirnya hanya bisa menangis.
“Seseorang menunjukkan dirinya yang sebenarnya pada saat terakhir. Diri yang hangat yang tersembunyi di balik semua sifat dinginnya. Sisi dingin yang disembunyikan dalam diam mulai muncul tanpa ragu.” 


Di ruang interogasi, Ayah Hyeng Sik menceritakan  Mereka pengusil yang tak bisa memperbaiki toiletnya sendiri dan orang-orang idiot mencarinya bahkan saat gasnya mati. Tapi mereka sombong, jadi merasa tak tahan. Ia pikir jika bisa membunuh mereka, maka harus melakukannya.
“Apa Karena itu, kau mulai membunuh?” ucap Yong Sik penasaran. Ayah Heung Sik mengaku sulit saat memulainya.
“Kalian semua bisa melakukannya jika mau.”akui Ayah Heung Sik.  Yong Sik ingin tau apa Karena itu Tuan Park membunuh Nona Kim Song-hwa
“Si brengsek gila itu mengusiliku saat seharusnya berterima kasih.” Cerita Tuan Park 

“Si berengsek itu selalu memesan barang dengan uang hasil menjadi hostes. Tapi barangnya selalu dikirimkan ke toko kami. Pengantar paket meminta 2.500 won dariku karena katanya dibayar tunai. Si berengsek itu tak mau mengambil kembalian dariku. Dia tak mau mengambilnya.”
Sebuah paket terlihat diatas meja,  untuk Nyonya Kim. Seorang wanita dengan dandan heboh datang mengambil paket dan memberikan uang ganti. Tuan Park yang ada dalam ruangan akan mengembalikn 500won. Nyonya Kim melihat tangan Tuan Park yang kotor sampai ke kuku menolaknya.
“Lalu raut wajahnya... Raut wajahnya...Aku selalu mendengar suara ini setiap kali aku hilang kendali Aku tak bisa hidup dengan suara itu, 'kan Aku bahkan tak tahan mendengar suara jam.”
Akhirnya Tuan Park menceritakan tentang KORBAN KIM SEON-SUK, WANITA 50-AN TAHUN. Ia sedang memperbaiki toilet yang mampet setelah itu keluar dan ada bekas jejak kaki di lantai karena kaos kakinya yang basah.
“Si Jalang yang sukses itu, gila kebersihan. Tapi toiletnya selalu mampet. Aku memperbaiki toiletnya, tapi dia tak bisa berhenti mengikutiku.”
Nyonya Kim langsung mengepel pantai dengan wajah panik dan ketakutan. Tuan Park melihatnya. Nyonya Kim heran melihat Tuan Park hanya diam saja padahal sudah membayarnya. 

Beberapa anak membahas ibu kota Amerika dan ada yang mengangap New York dan yang lainya menganggap Washington D.C. Salah satu anak berpikir mereka bertanya pada paman yang ada didekat mereka, tapi satu anak berkomentar paman itu tak tahu apapun dengan nada mengejek.
“Kemudian,aku tak bisa hidup karena suara itu.” Ungkap Tuan Park saat itu sedang memengang tali.
“Apa Karena itu kau membunuh Nona Han Geum-ok juga?” tanya Yong Sik.
Dong Baek dan temanya berjalan bersama setelah menitipkan anak, Nyonya Oh berkomentar “Jika dia tak menyukaiku, kenapa dia meminjamkan payungnya? Entah kenapa aku selalu mendapat pria berengsek.”
“Jalang gila itu. Dia memperlakukanku seperti pria berengsek hanya karena kupinjamkan payung.” Ungkap Tuan Park yang saat itu sedang mencabut rumput. 


Seorang pria mengantar makanan, Yong Sik ingin tahu tentang pembunuhan  Pengantar pesanan restoran Tiongkok. Tuan Park mengaku memberi mereka bisnis, tapi apa yang dikatakannya.

“Seharusnya kau makan mi instan. Kenapa memesan di cuaca begini? “Lalu kau hanya pesan satu. ”keluh si pria dan Tuan Park terlihat kesal mendengarnya.
 “Pengusil adalah monster yang diciptakan karena rasa rendah dirinya.” Gumam Yong Sik menatap Tuan Park.
“Para idiot tak sopan itu terus bersikap usil.”akui Tuan Park. Yong Sik pun ingin tahu tentang Hyang Mi
“Kenapa membunuh Choi Hyang-mi?” tanya Yong Sik. Tuan Park mengaku  karena berpikir Hyang Mi itu jalang yang satu lagi.
“Dongbaek...” ucap Tuan Park dengan tatapan pembunuh berdarah dingin.
Bersambung ke episode 38

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar