PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di dalam
sebuah lemari terlihat penghargan [OUTFIELDER TERBAIK KANG JONG-RYEOL] dengan
bentuk sarung tangan baseball. Jong Ryul mengeluh tentang Pemenang Sarung
Tangan Emas dan Pemain terbaik. Ia mengaku terpilih sebagai pemain termuda yang
memenangkan penghargaan itu.
“Kau
tahu, itu seperti memiliki dunia di tanganku dengan begitu mudah membuat hidup
tampak mudah. Kukira hidup akan semudah itu juga.” Ucap Jong Ryul sambil minum
mengingatnya.
Flash Back
Jong Ryul
baru saja membawa anaknya ke seoul dan tak tahu berapa uang jajannya, jadi
memberikanya 20ribu won untuk Pil Goo.
“Kukira
anak-anak bisa membesarkan dirinya sendiri.”
Saat Jong
Ryul pergi dengan Dong Baek, ia tanpa rasa bersalah berkata “Bagaimana aku mengenalkanmu? Akan merepotkan
jika skandal beredar.”
“Kukira orang-orang
akan tetap di sisiku.”
Di rumah
Jong Ryul banyak foto pernikahan dibelakang sofa, Jong Ryul pikir pernikahan
juga seperti itu kalau pernikahan tidak butuh usaha. Tapi dihajar di muka tadi
membuatnya itu menyadarinya.
Flash
Back
Jong Ryul
kaget Dong Baek yang barus saja meninju hidungnya. Dong Baek pikir kalau Jong
Ryul itu harus bersiaplah.
“Ternyata
aku tak pernah berjuang demi segala yang kupunya. Pasti itu alasan ayahmu
dihukum.”ucap Jong Ryul yang minum sambil bercerita pada anaknya yang sedang
tertidur pulas.
Dong Baek
mengelus kepala anaknya, wajahnya tersenyum bahagia melihat Pil Goo tidur
dengan nyenyak. Nyonya Jo pikir kalau Pil Goopasti juga senang pulang karena
Setelah makan dua porsi, langsunga tertidur. Dong Baek keluar dari kamar.
“Dia
memintaku membangunkannya pukul 06.00 agar bisa ke rumah Jun-gi.” Cerita Nyonya
Jo
“Apa Dia
sudah menyikat gigi?” tanya Dong Baek. Nyonya Jo pikir sudah dan bisa
membantunya melakukannya jadi anaknya bisa keluar lebih lama jika mau.
“Tapi Apa
ini? Astaga, kau kecanduan belanja belakangan ini.” Keluh Dong Bek melihat
kardus besar yang dibuka oleh ibunya.
“Dongbaek,
kau bisa terus pergi ke sauna di malam hari kalau mau. Pengusil sudah
ditangkap, jadi, kalian berdua bisa menikmati waktu bersama sebagai hadiah.”
Ucap Nyonya Jo bahagia.
“Ibu,
Yong-sik dan aku putus, jadi, hentikan omong kosong ini.” Akui Dong Baek.
Nyonya Jo kaget mendengarnya.
“Apa
Kalian putus? Atau Kau diputuskan?” tanya Nyonya Jo. Dong Baek mengaku ia yang memutuskannya.
“Kenapa?
Untuk apa? Apa Kalian, dua idiot, putus begitu saja?” ucap Nyonya Jo marah.
Dong Baek mengaku mereka putus begitu saja.
“Kau
tahu, itu sederhana. Tidak ada keributan... Kami putus dengan tenang.” Ucap
Dong Baek.
Flash Back
Yong Sik
dengan mata memerah karena habis menangis mengantar Dong Baek sampai depan
rumah. Keduanya sempat diam sejenak, Yong Sik akhirnya mulai bicara membahas
kalau hubungan mereka sudah putus, tapi ia
masih tak bisa biarkan Dong Baek pulang sendirian.
“Tidak
perlu terus menjadi jentelmen. Kau pulang saja.” Ucap Dong Baek terus terunduk
“Kalau
begitu... aku akan pergi... Aku pergi.” kata Yong Sik seperti ingin Dong Baek
menahanya. Tapi Dong Baek seolah tak peduli, Yong Sik akhirnya berlari pulang
tapi beberapa detik kemudian kembali lagi.
“Apa?
Kenapa kau kembali?” tanya Dong Baek bingung.
Yong Sik menegaskan pada Dongbaek,
“Begini...
Hubungi aku jika ada masalah. Aku akan selalu di sisimu” ucap Yong Sik
“Kenapa
kau mengatakan itu? Kenapa kau ada di sisiku?” keluh Dong Baek kesal.
“Pengusil
sudah ditangkap, jadi, kau bisa... Kau tahu, jalani hidupmu seperti dahulu.”
Ucap Yong Sik
“Bukankah
kau seharusnya menyuruhku bahagia? Kenapa menyuruhmu begitu?” komentar Dong
Baek
“Walau
aku tak mendoakan kebahagiaanmu, aku tahu pasti kau akan bahagia karena kau
keren dan cantik.” Ungkap Yong Sik
“Semua yang
dahulu kau katakan kepadaku terasa seperti jimat keberuntungan bagiku. Karena
kau mendukungku, hidupku sungguh berubah. Terima kasih untuk semuanya.” Ungkap
Dong Baek mencoba menahan air matanya.
“Begini,
kau tahu... Ini... sungguh berakhir, 'kan?” ucap Yong Sik seperti masih ingin
berharap.
“Aku tak
pernah berpisah baik-baik denganmu dan Jong Ryul, jadi, aku tak pernah tahu
perpisahan itu ada.” Gumam Dong Baek terus mencoba tak menangis.
Dong Baek
mengaku ini lebih menyebalkan karena Yong Sik itu sungguh pria idaman. Nyonya
Jo pun bertanya apakah Dong Baek berencana melajang seumur hidup. Dong Baek
mengaku pernah di masa lalu Mungkin saat itu dirinya sedang kerasukan.
“Bagaimanapun,
hidup sangat melelahkan hingga aku mencari tahu seberapa sakit bunuh diri dengan
karbon monoksida.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo kaget mendengarnya.
“Aku
hanya mencari tahu. Lalu, tiba-tiba Pil-gu memanggilku. Itu kali pertama dia
berkata "Ibu." Anehnya, satu kata itu menarikku dari neraka dan
membawaku ke surga. Dia dewa bagiku. Jadi, tak masalah bagiku memberi semua
untuknya di kehidupan ini.” Ungkap Dong Baek merasa bahagia.
“Dongbaek,
kau akan kesepian... Lalu kesepian bisa membunuhmu.” Ucap Nyonya Jo. Dong Baek
pikir Tak ada waktu untuk itu.
Didepan
bar, Dong Baek sibuk melumuri pasta cabai pada sawi. Nyonay Jo membawa ember
lain mengeluh Siapa yang mengobati patah hati dengan membuat kimchi. Dong Baek
tak peduli mencoba menyibukan diri dengan membuat kimchi yang banyak.
“Aku
menangis dalam hati, tapi tanganku sibuk.” Gumam Dong Baek
Sementara
di restoran, Nyonya Kwak hanya bisa menatap sedih pada anaknya karena Yong Sik
terus mengepel lantai. Yong Sik bergumam “Tetap sibuk untuk mengacaukan
pikiran.
“Sama seperti
orang-orang di serial TV, aku ingin biarkan kesedihan membawaku.” Gumam Dong
Baek melihat semua tagihan yang harus dibayar.
“Apa Patah
hati bohongan yang kamu lihat di TV? Itu hanya khayalan.” Gumam Yong Sik yang
sibuk menemani orang mabuk yang tak bisa pulang.
Dong Baek
sibuk memasak didapur, Pelangganya meminta
Satu babi tumis, seperti sangat menyibukan diri agar tak ingat kalau
dirinya sedang patah hati.
“Patah hati mungkin membuatku
sedih, tapi harga sewaku membuatku bangkit.”
Yong Sik
terbangun dari tidurnya karena alarm berbunyi, lalu tersadar kalau sudah tak
berhubungan dengan Dong Baek jadi tak perlu mengantarnya ke pasar.
“Rutinitas harianku yang kejam dan
berulang membuatku tetap waras.”
Dong Baek
pergi ke tempat Hyang Mi, ditaruh foto mereka berdua didalam kotak. Ia membahas
Pengusil mungkin saja lebih pendek darinya, tapi yakin kalau Hyang Mi itu
mewaspadai tipe itu. Ia pikir kalau pengusil iu sama seperti pria yang dlihat
Hyang Mi di jalanan yaitu Hanya orang biasa.
“Kenapa
kau memaksa pergi mengantar pesanan? Kenapa? Aku juga bisa mengendarai motor.”
Ungkap Dong Baek sambil menangis. Ibu Dong Baek hanya bisa diam saja melihat
anaknya.
Flash Back
Dong Baek
berlatih mengendarai motor yang baru dibelinya, lalu berteriak gembira saat
sudah lancar . Ia berteriak gembir karean ini luar biasa dan sangat menyenangkan,
lalu berpikir bagimana caranya kembali nanti. Tiba-tiba terdengar teriakan
Hyang Mi memanggil Dongbaek!
“Aku lihat
kau bisa mengendarainya kini. Apa Kau sadar melewati dua halte bus? Aku melihatmu
dari persimpangan di sana, tapi kau terus mengendarainya.” Ucap Hyang Mi sambil
terengah-engah.
“Jadi,
kau mengikutiku berjalan kaki sampai kemari?” ucap Dong Baek kaget karena
jaraknya cukup jauh.
“Kau
tidak sekikuk yang kau kira.” Komentar Hyang Mi. Dong Baek merasa tak percaya
Hyang Mi mengikutinya padahal Seharusnya tetap di sana karena tak akan jatuh.
Dong Baek
menangis didepan pemakanan Hyang Mi mengeluh karena rekan kerjanya ini harus
mengantar pesanan hari itu, Ia pun ta tahu kalau bagiamana bisa hidup tanpa
Hyang Mi. Ia pikir kalau Seharusnya Hyang Mi mencuri uangnya saja dan hidup
bahagia entah di mana.
“Kenapa
kau kembali?” keluh Dong Baek terus menangis menyelesai kepergian Hyang Mi.
Nyonya Jo pun memilih untuk meninggalkan anaknya.
Didepan BALAI PEMAKAMAN, Nyonya Jo memberikan minum
untuk anaknya agar bisa tenang. Dong Baek mengaku entah kenapa merasa Hyang-mi
masih hidup. Nyonya Jo meminta anaknya harus merelakannya agar Hyang Mi bisa
tenang.
“Jangan
pernah bermimpi bisa hidup tenang di surga. Jika kau mati, aku juga akan terus
berduka. Hingga kau ingin membunuhku.” Tegas Dong Baek tak ingin kehilangan
ibunya.
“Kepalaku
lebih sakit dari ginjalku belakangan ini karenamu.”keluh Nyonya Jo melihat
sikap anaknya.
“Hyang-mi
sudah pergi, aku bahkan putus dengan Yong-sik. Jadi, bisa tolong tetap di
sampingku?” pinta Dong Baek
“Biar
kuberi tahu kau lagi. Jangan berikan ginjalmu.” Ucap Nyonya Jo menyakinkan anaknya.
“Lalu
biar kuberi tahu kau ini.. Kau tidak sekarat... Kau harus Hidup dan bayar
utangmu.” Tegas Dong Baek
“Bagaimana
membayarnya? Aku berutang padamu selamanya.” Ucap Nyonya Jo akan berjalan
pergi.
“Ibu...
Aku hanya minta karena kesal, tapi bisa kita berpegangan tangan?” ucap Dong
Baek merengek seperti anak kecil
“Apa kita
pernah melakukan ini sebelumnya? Kau sungguh aneh, kau tahu. Bagaimana kau bisa
menyukaiku?” keluh Nyonya Jo akhirnya mengenggam tangan anaknya.
“Entahlah.
Aku suka memanggilmu Ibu... Berhenti melawan dan tetap di sisiku.” Kata Dong
Baek berjalan pulang dengan wajah bahagia dengan ibunya.
[KEIBUAN SELAMA 7 TAHUN DAN 3 BULAN]
Nyonya
Hong berdiri depan bar melihat gerbang di gembok, saat itu Dong Baek baru saja
datang heran melihat Nyonya Hong ada didepan barnya. Nyonya Hong bertanya
apakah barnya tidak buka hari ini. Nyonya Hong pun sudah duduk dalam bar, Dong
Baek membawakan makanan extra.
“Aku
hanya memesan babi tumis.” Ucap Nyonya Hong melonggo melihat Dong Baek memberikan
banyak makanan.
“Semua
berpikir pelanggan adalah raja, tapi sebenarnya ini kerajaanku. Aku hidangkan
yang kumau.” Akui Dong Baek
“Apa Karena
itu kau tak beri Gyu-tae kacang?” ucap Nyonya Hong. Dong Baek mengaku Tidak
sekali pun dan tak pernah memberinya dengan wajah bahagia.
“Kenapa
kau tertawa seperti itu? Senyummu agak mengintimidasi.” Kata Nyonya Hong
“Apa aku
mengintimidasimu?” ucap Dong Baek bingung. Nyonya Hong menceritakan Sebagian
orang mengira Dong Baek takkan bisa bahagia.
“Mereka
mendapat kenyamanan dengan mengatakan mereka iba padamu. Tapi kau cukup mudah
tersenyum. Senyummu juga manis. Tak heran ini menyebalkan... Tentu aku
terintimidasi.” Ungkap Nyonya Hong.
“Omong-omong,
kau harus terus tersenyum. Tunjukkan pada semua orang sebesar apa
kebahagiaanmu.”tegas Nyonya Honga
“Begini, aku
menyerah bahagia terang-terangan sejak dahulu.”akui Dong Baek Nyonya Hong bingung
ingin tahu alasanya.
“Anggapan
orang tentangku adalah urusan mereka. Dahulu aku merasa kebahagiaan seperti
nilai ujian. Aku biasa melihat nilai orang lain di papan dan memikirkan
posisiku. Tapi tak peduli betapa keras aku mencari, aku tak menemukan
jawabannya.” Ungkap Dong Baek
“Jadi,
kenapa aku harus tetap mencarinya? Aku menganggap papan nilainya permainan
mereka dan menilai hidupku sendiri berdasarkan standarku. Hanya bahagia dengan
standarku sendiri yang kubutuhkan dalam hidup, 'kan?” kata Dong Baek
“Tampaknya
hatimu memiliki kebun bunga sendiri. Sementara, nilai ujianku bagus, masuk
sekolah hukum ternama, tapi tak ada bunga mekar di diriku.” Kata Nyonya Hong
Dong Baek
pikir akan mengambil gelas untuk menemani Nyonya Hong minum. Nyonya Hong
bertanya apakah ada alkohol berat yang disimpan Gyu-tae dibarnya dan apa
mereknya.
Nyonya
Hong dibawa masuk ke dalam mobil terlihat sangat mabuk, Tuan No mengeluh
Bagaimana caranya membawa mantan istrinya pulang, karena tak pernah bisa
melakukannya. Dong Baek pikir tak ada yang bisa dilakukan karena Nyonya Hong
tak bisa menginap dalam barnya.
“Kau
memanggil namanya? Kau hanya butuh semalam untuk berteman dengannya, tapi kau
masih bicara formal denganku selama ini? Ini konsep terbalik.”ucap Tuan No tak
bisa terima istrinya sudah anggap kakak oleh Dong Baek.
“Ini
diskriminasi terbalik...Cukup omong kosongnya. Asal kau tahu, aku memberi tahu
Ja-yeong semuanya.” Ucap Dong Baek.
“Tentang
apa? Apa Tentangku? Apa Kau bicarakan yang baik-baik tentangku?” tanya Tuan No
“Bukan
itu... Aku menceritakan soal Hyang-mi. Kukatakan bahwa Hyang-mi bukan jalang
atau penggoda lelaki.” Kata Dong Baek. Tuan No mengumpat kesal.
“Bukankah
ada masa penyesuaian bagi pasangan yang bercerai? Dia belum mencampakkanmu. Datanglah
dengan Ja-yeong kapan-kapan dan aku akan memberimu kacang gratis atas namamu.”
Ucap Dong Baek
“Dongbaek...”
kata Tuan No menangis harus. Dong Baek tak percaya melihat Tuan No yang
menangis lalu memilih untuk masuk bar.
“Bagaimana
jika sewa tahunan mulai sekarang? Apa kau punya uang? Apa Kau mau pinjaman
juga?” kata Tuan No. Saat itu Nyonya Hong keluar dari mobil mengetuk mobil menyuruh
Tuan No agar cepat pergi.
Di dalam
ruang ganti, Jong Ryul menerima telp dari managernya, seperti sedang terjadi
gaduhan di internet. Ia ingin tahu ada apa dengan internet dan melihat semua
pemain sudah menatap penasaran. Akhirnya Jong Ryul melihat ponsel milik
temanya.
“Jessica...
melampaui Pengusil.”
Jung Ryul
melihat sang istri ada di nomor 1, KATA
KUNCI POPULER SAAT INI. Jessica sedang menyuapi anaknya terlihat sangat shock
melihat berita diinternet [ISTRI KANG JONG-RYEOL PERNAH MENIKAH? KENAPA JESSICA
BERBOHONG?]
Kantor
polisi Ongsan
Yong Sik
sibuk melihat papan kasus yang dibuatnya, sementara dua polisi lainya sibuk
menonton TV yang membahas tentang Kasus Pengusil. MC memberitahu Polisi berjanji mengungkap setiap
kejahatan yang dilakukannya, tapi hanya menunggu pengakuan.<
“Ya, itu
kenyataannya.. Yang masih menjadi masalah adalah evaluasi psikologi tersangk
yang sudah diserahkan.” Ucap Polisi
Dua
polisi junior mengeluh kalau itu membuat
pembelaan itu lagi. Tuan Byun akhirnya memilih untuk mematikan TV. Yong Sik
melihat papan dan merasa ada yang salah. Tuan Byun ingin tahu kenapa seperti
itu
“Apa kau
cemas hukumannya dikurangi karena gangguan jiwa?” ucap Tuan Byun.
“Tidak,
bukan itu... Apa Heung-sik sungguh pindah?” tanya Yong Sik dengan wajah serius.
Yong Sik
pergi ke rumah teman masa kecilnya. Heung Sik sibuk memasukan semua barang ke
dalam kotak. Yong Sik memastikan kalau
Heung SI memang sungguh pindah. Heung Sik pikir tak ada lagi yang akan
memintanya datang memperbaiki sesuatu lagi.
“Ayahmu
yang bersalah, bukan kau.” Tegas Yong Sik menyakinkan. Heung Sik pikr Tetap
saja, karean ia sama bersalahnya.
“Aku
sudah tahu kakinya sembuh dan aku tahu dia meracuni makanan kucing.” Ungkap
Heung Sik dengan tatapan sedih
“Bukankah
kau pencinta kucing? Kenapa kau membiarkannya melakukan itu?” tanya Yong Sik
“Ayahku
benci suara keras. Dia melampiaskannya kepada kucing saat mereka berteriak di
malam hari. Dia hanya tak bisa mengendalikan dirinya.” Ungkap Heung Sik. Yong
Sik terlihat kebingungan dan kesal sendiri.
“Kau tinggal
di sini seumur hidupmu, lalu kau mau ke mana?” tanya Yong Sik. Heung Sik terus
merapihkan barang-barang dalam kamar.
“Ayahku bahkan
lupa membawa kacamatanya.” Kata Heung Sik. Yong Sik mengeluh kalau Heung Sik
masih mencemaskan itu saat seperti ini.
“Aku juga
benci dia... Tapi aku bisa apa? Dia tetap ayahku. Dia mungkin pembunuh, tapi
dia tetap ayahku.” Kata Heung Sik sedih.
Yong Sik
kembali kesal sendiri akhirnya meminta Heung Sik agar memberikan kacamata
padanya. Heung Sik pun memberikan kacamata sang ayah pada Yong Sik.
Di
pinggir pantai, Nyonya Jo mengeluh anaknya yang terus mengikutinya.Dong Baek
tahu kalau ibunya harus menemui dokter setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Nyonya
Jo menegaksan dirinya tidak buta jadi bisa pergi sendiri. Dong Baek pun
mengeluh ibunya tak pergi.
“Apa Kau
ingin menontonku dicuci darah? Aku juga punya privasi. Aku berhak
menyembunyikan sesuatu.” Kata Nyonya Jo
“Kudengar
cuci darah bisa berat. Transplantasi yang terbaik.” Ucap Dong Baek
“Dongbaek,
aku mati atau tidak, aku berhak menentukan nasibku sendiri!” tegas Nyonya Jo
“Tidak,
kau tak berhak mati.” Balas Dong Baek. Nyonya Jo heran kenapa tak boleh.
“Kau
menjadi ibuku hanya tujuh tahun tiga bulan.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo terlihat
bingung.
“Apa kau
tahu berapa lama kita hidup bersama? Tujuh tahun saat aku kecil dan tiga bulan
tahun ini. Hanya itu saja. Seharusnya ibu tak seperti itu. Kau ibu jangka
pendek dan sekarang Apa kau ingin aku hidup dari uang asuransimu?” keluh Dong
Baek.
“Ibu, Apa
kau pernah menjadi anak yatim? Kau selalu ada dalam hidupku. Setiap hari,
kehadiranmu menyakitiku. Aku terganggu dan kesal membiarkanmu lolos dengan uang
asuransi. Kita harus bersama selama 20 tahun. Jadi, hiduplah dan bayar utangmu.
Jadilah seorang ibu!” tegas Dong Baek.
“Dia bahkan tak mengizinkanku mati karena
kemauanku.” Ungkap Nyonya Jo sambil mengusap hidungnya yang basah karena
menangis.
Dong Baek
pergi ke rumah sakit, Seorang perawat memarahi karena Nyonya Jo itu harus menepati
kunjungannya dan harus tahu bahayanya melewatkan cuci darah. Dong Baek bertanya
Apa yang terjadi jika ibunya melewatkan satu sesi.
“Terlambat
untuk cuci darah sama saja bunuh diri.” Tegas si perawat lalu melangkah pergi.
Dong Baek terdiam lalu pergi menemui ibunya yang sudah terbaring.
“Bibi perawat
pernah terlambat sehari untuk cuci darah dan dia meninggal saat bermain golf.
Apa Kau bertaruh dengan hidupmu? Apa Kau tak peduli soal hidup?” ucap Dong Baek
memarahi ibuna.
“Kau tak
tahu betapa menyakitkan ini. Darahku dikeringkan dari tubuhku dan diganti
dengan darah bersih.” Ucap Nyonya Jo melihat bekas tanganya cuci darah.
“Ini
Menakutkan, kan? Apa sakit?” tanya Dong Baek sedih. Nyonya Jo mengaku Bukan
hanya iamerasa lemah tapi suasana hatinya juga kacau.
“Apa Kau
tahu betapa menyedihkan mengetahui bahwa mesin menjagamu tetap hidup?” kata
Nyonya Jo melirik mesin pencuci darah disampingnya.
“Aku akan
jadwalkan operasi dengan doktermu, asal kau tahu.” Ucap Dong Baek akan pergi
tapi tangan ibunya menahannya.
“Apa Kau
takut? Haruskah aku tetap denganmu?” ucap Dong Baek kembali duduk disamping
ibunya.
“ Jadi...
bagaimana tujuh tahun dan tiga bulan ini bagimu? Apa baik-baik saja? Begitukah?
Kau yang paling aneh. Mustahil.”tanya Ibunya.
“Tetap
kuat dan bertahanlah... Jika kau tak bisa hidup untuk dirimu, hiduplah demi
aku. Ya?” kata Dong Baek lalu meninggalkan ibunya.
Polisi
memberikan makan pada ayah Heung Sik yang masih diruang interogasi karena suka
nasi dengan lauk. Ayah Heung Sik mulai membuka plastik yang menutup makanan,
Polisi mengaku hanya bertanya karena
penasaran.
“Apa
maksudmu dengan usil? Kami tak bisa berhenti usil kecuali kau beri tahu
artinya.” Ucap Polisi. Ayah Heung Sik tak menjawab hanya meminta agar
mengambilkan air minum lagi.
Sementara
diluar ruangan, Dua Polisi sibuk akan makan siang. Yong Sik sibuk marah-marah karena tak boleh
bertemu tersangka yang ditangkap sendiri. Ia pikir bisa menganggap sebagai
kunjungan karena itu adalah haknya.
Polisi bertubuh tambun mengeluh kalau Sebenarnya tidak boleh karena Petugas
biasa tidak mendapat hak itu.
“Tugasmu
menjaga keamanan di jalanan.” Kata si polisi dengan nada mengejek.
“Aku
tidak kemari untuk bersenang-senang. Tapi Aku punya sesuatu untuknya. Aku punya
alasan menemuinya.” Ucap Yong Sik. Polisi lain ingin tahu apa alasanya.
“Kenapa
putranya tak boleh mengunjunginya Kau melanggar haknya dengan melarang
seseorang memakai kacamatanya.” Keluh Yong Sik
“Kami
berhak memutuskan siapa yang boleh mengunjungi tersangka.” Balas si Polisi
kedua.
“Benar,
lalu aku juga bebas melaporkan ini kepada Komnas Hak Asasi Manusia. Aku yakin kau
sadar hak seorang pembunuh lebih penting daripada hakmu.” Ucap Yong Sik kesal.
Salah seorang polisi memanggil Yong Sik setelah memberikan makan pada ayah
Heung Sik.
Yong Sik
masuk ruangan interogasi dengan wajah penuh amarah memberitahu kalau Tidak
boleh ada kamera selama kunjungannya dan Semua demi hak asasinya. Polisi mengetahui
kalau itu Hak asasi dan memperingatakan kalau waktunya hanya sepuluh menit.
“Putramu
pergi dari Ongsan... Kenapa dia harus menderita padahal kau pembunuhnya?” ucap
Yong Sik. Ayah Heung Sik hanya diam saja seperti tak peduli.
“Kau orang
terakhir yang ingin kutemui, tapi aku kemari demi membantu Heung-sik. “ ucap
Yong sik lalu memilih pergi.
“Apa
orang-orang menuduhnya sebagai anak pembunuh?” tanya Ayah Heung Sik sebelum
Yong Sik pergi.
“Heung-sik
masih menganggapmu ayah walau begitu. Ayahnya berusaha menjebak putranya, tapi dia
ingin memberimu kacamatamu.” Ucap Yong Sik sinis
“Dia
bukan komplotanku.” Tegas Ayah Heung Sik, Yong Sik mengeluh karena ayah Heung Sik
hanya duduk diam dalam ruang interogasi tapi
detail pribadi Heung-sik tersebar luas, bahkan sudah dikucilkan.
“Seharusnya
kau memikirkannya dan membayar kejahatanmu seperti seorang ayah.” Ucap Yong Sik
sinis.
“Mereka
usil! Mereka semua mati karena usil.” Ucap Ayah Heung Sik mulai bicara. Yong Sik
pun kaget mendekati ayah temanya.
Di dalam
kamar, Jessica melihat ponselnya dalam gelap. Jong Ryul datang menyalakan lampu
seolah tak peduli. Jessica akhirnya mulai bicara mengaku kalau Semua diedit dan
ibunya akan menuntut semuanya bahkan cari firma hukum...
“Serahkan
ponselmu.” Ucap Jong Ryul mengulurkan tanganya. Jessica terlihat bingung
“Berhenti
melihatnya sementara. Jangan nyalakan komputer dan masuk akun media sosial.
Jangan baca komentar berita.” Tegas Jong Ryul
“Kau
pasti mengira aku lucu. Kau sangat ingin menceraikanku, dan kini kau punya
alasan.” Ucap Jessica marah
“Aku
takkan mengabaikan yang jatuh. Meski akan menceraikanmu, tak sekarang. Kau ibu
dari Ji-seon, dan aku takkan biarkan kau tampak konyol. Aku akan urus semuanya,
jadi, berhenti cemas dan jangan lihat internet.” Tegas Jong Ryul.
Flash Back
Jong Ryul
berbicara dengan seorang pria, Si pria tahu kalau mereka bahkan tak tinggal bersama
jadi Itu bukan urusan Jong Ryul. Jong Ryul pikir tak masuk akal kalau itu bukan
jadi urusanya dan berpikir itu Karena merkea menjadi orang asing setelah cerai.
“Tapi
sejujurnya, bukankah kita juga asing? Kau mendapat uang karenaku, dan itu juga
bukan urusanku.” Sindir Jong Ryul. Seperti pemilik agency Jung Ryul terlihat
marah.
“Maksudku,
Pak... Tolong berhenti menerbitkan artikel tentang istriku. Jika kau
melakukannya, maka aku akan perbaiki kontrak dan lakukan semua, iklan lintah
darat hingga acara apa pun.” Tegas Jong Ryul
“Tapi...
jika kau tak melakukannya, maka aku akan pensiun saja.” Kata Jong Ryul
mengancam.
Jong Ryul
akhirnya mematikan ponsel Jessica.
Jessica terlihat menangsi dan merasa kalau Jon Ryul juga bersalah karena ia hanya berbohong tapi tak
punya anak. Jong Ryul mengaku dirinya memang salah jadi mengajaka agar mereka
bisa memperjelas satu hal.
“Anggap
saja aku tahu lebih dulu, Aku tahu kau sudah pernah menikah. Dan aku tahu, semua
yang perlu ketahui sebelumnya. Jadi Artinya kau tak berbohong, dan kau tak
perlu bersedih. Apa Kau paham?” ucap Jong Ryul. Jessia akhirnya hanya bisa
menangis.
“Seseorang menunjukkan dirinya yang
sebenarnya pada saat terakhir. Diri yang hangat yang tersembunyi di balik semua
sifat dinginnya. Sisi dingin yang disembunyikan dalam diam mulai muncul tanpa
ragu.”
Di ruang
interogasi, Ayah Hyeng Sik menceritakan Mereka pengusil yang tak bisa memperbaiki toiletnya
sendiri dan orang-orang idiot mencarinya bahkan saat gasnya mati. Tapi mereka
sombong, jadi merasa tak tahan. Ia pikir jika bisa membunuh mereka, maka harus
melakukannya.
“Apa
Karena itu, kau mulai membunuh?” ucap Yong Sik penasaran. Ayah Heung Sik mengaku
sulit saat memulainya.
“Kalian
semua bisa melakukannya jika mau.”akui Ayah Heung Sik. Yong Sik ingin tau apa Karena itu Tuan Park
membunuh Nona Kim Song-hwa
“Si brengsek
gila itu mengusiliku saat seharusnya berterima kasih.” Cerita Tuan Park
“Si
berengsek itu selalu memesan barang dengan uang hasil menjadi hostes. Tapi
barangnya selalu dikirimkan ke toko kami. Pengantar paket meminta 2.500 won
dariku karena katanya dibayar tunai. Si berengsek itu tak mau mengambil
kembalian dariku. Dia tak mau mengambilnya.”
Sebuah
paket terlihat diatas meja, untuk Nyonya
Kim. Seorang wanita dengan dandan heboh datang mengambil paket dan memberikan
uang ganti. Tuan Park yang ada dalam ruangan akan mengembalikn 500won. Nyonya
Kim melihat tangan Tuan Park yang kotor sampai ke kuku menolaknya.
“Lalu raut wajahnya... Raut wajahnya...Aku
selalu mendengar suara ini setiap kali aku hilang kendali Aku tak bisa hidup
dengan suara itu, 'kan Aku bahkan tak tahan mendengar suara jam.”
Akhirnya
Tuan Park menceritakan tentang KORBAN KIM SEON-SUK, WANITA 50-AN TAHUN. Ia
sedang memperbaiki toilet yang mampet setelah itu keluar dan ada bekas jejak
kaki di lantai karena kaos kakinya yang basah.
“Si Jalang
yang sukses itu, gila kebersihan. Tapi toiletnya selalu mampet. Aku memperbaiki
toiletnya, tapi dia tak bisa berhenti mengikutiku.”
Nyonya
Kim langsung mengepel pantai dengan wajah panik dan ketakutan. Tuan Park
melihatnya. Nyonya Kim heran melihat Tuan Park hanya diam saja padahal sudah
membayarnya.
Beberapa
anak membahas ibu kota Amerika dan ada yang mengangap New York dan yang lainya
menganggap Washington D.C. Salah satu anak berpikir mereka bertanya pada paman
yang ada didekat mereka, tapi satu anak berkomentar paman itu tak tahu apapun
dengan nada mengejek.
“Kemudian,aku
tak bisa hidup karena suara itu.” Ungkap Tuan Park saat itu sedang memengang
tali.
“Apa
Karena itu kau membunuh Nona Han Geum-ok juga?” tanya Yong Sik.
Dong Baek
dan temanya berjalan bersama setelah menitipkan anak, Nyonya Oh berkomentar “Jika
dia tak menyukaiku, kenapa dia meminjamkan payungnya? Entah kenapa aku selalu
mendapat pria berengsek.”
“Jalang
gila itu. Dia memperlakukanku seperti pria berengsek hanya karena kupinjamkan
payung.” Ungkap Tuan Park yang saat itu sedang mencabut rumput.
Seorang
pria mengantar makanan, Yong Sik ingin tahu tentang pembunuhan Pengantar pesanan restoran Tiongkok. Tuan
Park mengaku memberi mereka bisnis, tapi apa yang dikatakannya.
“Seharusnya
kau makan mi instan. Kenapa memesan di cuaca begini? “Lalu kau hanya pesan
satu. ”keluh si pria dan Tuan Park terlihat kesal mendengarnya.
“Para
idiot tak sopan itu terus bersikap usil.”akui Tuan Park. Yong Sik pun ingin
tahu tentang Hyang Mi
“Kenapa
membunuh Choi Hyang-mi?” tanya Yong Sik. Tuan Park mengaku karena berpikir Hyang Mi itu jalang yang satu
lagi.
“Dongbaek...”
ucap Tuan Park dengan tatapan pembunuh berdarah dingin.
Bersambung ke episode 38
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar