PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yong Sik
melihat sesuatu didepan Bar, lalu bertanya-tanya Siapa bedebah ini. Ia pun
melihat ada korek api didepan bar, seperti sengaja di tinggal dan
bertanya-tanya Bagaimana sekarang,Bagaimana menangkap bedebah ini. Saat itu
Dong Baek datang turun dari taksi.
“Dongbaek!
Dari mana kau? Kau bahkan tak menjawab telepon.” Kata Yong Sik. Dong Baek berlari langsung memeluk Yong-sik
dan menangis.
“Ada apa?
Ada masalah apa? Ada apa?” tanya Yong Sik bingung. Dong Baek mengaku benci
ibunya bahkan sangat benci ibunya.
“Apa kau sungguh
berpikir ibuku datang untuk meminta itu padaku? Ibu macam apa dia? Dia sangat
menyebalkan.” Ungkap Dong Baek.
Akhirnya
keduanya duduk didepan tangga. Yong Sik memberikan minum untuk Dong Baek agar
tenang. Dong Baek menegaskan kalau Ini
bukan balas dendam tapi mengeluh Kenapa ini malah hanya menyakiti hatinya. Yong
Sik pikir Balas dendam seharusnya memuaskan hatinya.
“Kenapa
kau merasa buruk soal ini? Apa dia Meminta ginjalmu setelah menelantarkanmu? Kau
tak bisa sebut itu ibu. Sebenarnya, bahkan tak bisa disebut manusia. Apa Seberapa
kacau itu?” keluh Yong Sik seperti mendukung Dong Baek.
“Yong-sik,
Apa kau memaki ibuku sekarang?” kata Dongbaek akhirnya tak ingin ibunya dihina.
Yong Sik pun seperti serba salah.
“Ini
mustahil bagimu, Dongbaek.” Kata Yong Sik sambil memegang tangan Dong Baek.
Dong Baek tak mengerti maksudnya.
“Kau...
Maksudku, kau punya sistem yang jauh lebih sederhana dan polos daripada orang
lain, jadi, mustahil bagimu untuk membenci orang.” Jelas Yong Sik. Dong Baek
melepaskan tangan Yong Sik.
“Jadilah
lebih kejam di kehidupan selanjutnya dan hidup saja seperti dirimu di kehidupan
yang ini.. Baiklah. Di mana restoran barbeku ini?” kata Yong Sik mencoba
menghibur
“Aku
benci ibuku.” Ucap Dong Baek kembali menangis. Yong Sik kebingungan dan mencoba
memeluknya.
Di kantor
polisi
Oh Joon
membahas Ibu Dong Baek pergi dari situ
tak lama setelahnya lalua Yong-sik dapat nomor KTP-nya dari RS. Jadi
mereka harus temukan ibu Dongbae dan
Hyang-mi dan harus tangkap Pengusil. Tuan Byun hanya diam saja.
“Ini
Tidak mudah, kan?” kata Oh Joon. Yong Sik terdiam dengan menaruh korek api
dalam laci sebagai barang bukti
“Astaga.
Dia disemprot merica, ditikam, dan padamkan api dengan tangannya. Kurasa kita
bisa memanggilnya Thanos dari Ongsan.” Ejek Tuan Byun.
“Baiklah,
mari tinjau situasinya. Begini... Hyang-mi menghilang, begitu juga ibu
Dongbaek. Artinya, Dongbaek sendirian siang dan malam.” Kata Yong Sik tak
mengubris ucapan Tuan Byun.
“Sebenarnya,
dia punya Pil-gu.” Komentar Oh Joon. Tuan Byun menegaksan kalau Pil-gu tak bisa
dianggap satu orang tapi separuh orang. Yong Sik pikir Tidak bisa begini dan
langsung keluar dari ruangan.
Dong Baek
menelp memberitahu Ibunya tak ada, jadi memesan makanan dan akan menelp setelah
selesai makan. Pil Goo terlihat sedang
lahap makan ayam goreng. Di dalam mobil, Yong Sik melihat In-gu, lalu bertanya
apakah masih mencuri uang dari mesin jual otomatis
“Sudah
tidak lagi, kau tahu itu.” Ucap In Gu dengan wajah gugup. Yong Sik melihat
sesuatu yang berbeda seperti In Gu sedang berbohong.
“Ya,
tentu saja.” Ucap In Gun mencoba menyakinkan.
Yong Sik seperti masih tak percaya dan In Gun berusaha untuk
menyakinkan.
“Kalau
begitu, karena aku bangga padamu..” ucap Yong Sik memberikan uang dalam
dompetnya. In Gun tersenyum bahagia.
“Bawakan
aku ayam juga.” Kata Yong Sik. In Gun hanya bisa menghela nafas panjang lalu
pergi dengan motornya.
Yong Sik
akhirnya tertidur di dalam mobil, Dong baek datang mengetuk jendela mobilnya.
Yong Sik kaget melihat Dong Baek yang datang. Dong Baek bertanya apakah Yong
Sik sedang mengintai. Yong Sik bingung karena Dong Baek bisa tahu keberadanya.
“Bagaimana
kau tahu aku pesan ayam?” tanya Dong Baek. Yong Sik terlihat bingung.
Flash Back
Dong
Baek berbicara di telp kalau mereka memesan makanan jadi akan menelepon usai
makan. Yong Sik mengerti dan menyuruh
Dong Baek agar menikmati ayam gorengnya. Dong Baek bingung, Yong Sik tahu kalau
menunya ayam goreng.
Yong Sik
mengingatnya hanya bisa melonggo karena penyamaranya terbongkar. Dong Baek
melihat ke dalam mobil berpikir Yong Sik belum makan tapi ternyata sudah karena
ada box ayam goreng disampingnya.
“Aku tak
pernah melewatkan makan, bahkan saat sakit perut. Makanan sumber energi.” Kata
Yong Sik dengan bangga.
Keduanya
akhirnya duduk ditangga depan rumah, Yong Sik memberikan permen pada sang
pacar. Dong Baek mengeluh Yong Sik itu
terus memberinya permen padahal sudah makan banyak. Yong Sik pikir Makan ini meningkatkan suasana hati.
“Kurasa
ini akan memberimu energi. Tak ada yang bisa membuatku sedih.” Ucap Yong Sik
dengan wajah tersenyum.
“Aku
bahkan menikmati ayam goreng. Aku berselera bahkan setelah meninggalkan ibuku.”
Ungkap Dong Baek sedih
“Itu
bukan berarti kau orang jahat... Itu hanya hidup. Hidup bukan seperti
drama, Tak bisa tidur berhari-hari
setiap ada kejadian.” Jelas Yong Sik
“Karena
itu aku bersyukur. Aku akan tidur berhari-hari jika sendirian. Berkat kau, aku
terus menjalani hidupku. Kau tahu, terkadang kau bergerak dengan tenaga cadangan.”
Ungkap Dong Baek
“Aku
masih ingin memastikan putraku makan, ayam gorengnya enak, dan aku mencemaskan
apa kau sudah makan malam.” Jelas Dong Baek.
“Omong-omong,
Pil-gu harus didahulukan, lalu ayam goreng, lalu aku yang memberimu energi
hidup. Dongbaek, aku yakin ibumu juga sudah makan malam, jadi, jangan
khawatir.” Kata Yong Sik
“Tidak,
dia pasti belum makan.” Kata Dong Baek. Yong Sik rasa itu Tidak mungkin.
“Itu yang
kupelajari dari ibuku. Cinta yang kau miliki untuk anakmu bisa mengerikan. Hidup
orang tua terkuras habis, sementara anak-anak masih bisa makan semangkuk sup di
pemakaman orang tuanya.” Jelas Dong Baek.
Nyonya
Kwak memasak diluar sambil memasukan ramuan pada panci besar. Helena bertanya
Berapa hargnya untuk menjual masakan ini. Nyonya Kwak mengatakan tak menjualnya
karena Ini hampir tak cukup untuk Yong-sik.
“Bahkan dalam bahasa Mandarin,
"Mama" berarti ibu. Ibu, mama, Mother. Bukankah semuanya mirip? Ini
pasti semacam mantra.”
Nyonya Jo
terlihat gugup didepan PUSAT CUCI DARAH, lalu terlihat gelisah apakah Dong Baek
membekukan sup tulang sapi yang dibuatnya atau tidak. Ibu yang lain pun berdoa
didepan ruang operasi terlihat sangat gugup.
“Kurasa itu mantra yang membuat
kita hidup hanya sebagai ibu daripada sekadar Deok-suk, Jeong-suk, dan
Dongbaek. Kita menjadi bodoh saat dipanggil "Ibu." Setelah mengabdikan
diri kepada anak kita, kita masih ingin melakukan lebih.”
[Episode 29-30 --- IBU]
Jong Ryul
melihat Pil Goo sedang berlatih sambl bergumam “Putraku ini lebih menakutkan daripada
satu juta pembenci.” Sementara Young Seub memberitahu kalau Belum pernah ada
alumni yang menunjukkan dukungan sebesar ini dan merasa Anak-anak ini
beruntung.
“Jadi
menurutku, aku rekomendasikan Cha Seung-u dari kelas enam, Kwon Jun-hyeong dari
kelas lima, dan Yun Ji-hyeok dari kelas tiga.” Ucap Young Seub.
“Apa kau
harus hanya memilih dari kelas lebih tinggi?” tanya Jong Ryul.
“Mereka
menunjukkan banyak potensi. Mereka giat dan orang tuanya berkecukupan.” Kata
Young Seub.
“Kenapa
aku harus bantu seseorang belajar di luar negeri jika sudah kaya?” keluh Jong
Ryul. Young seub pikirbenar sekali.
“Bagaimana
dengan Hong Ji-dam dari kelas lima?” kata Young Seon. Jong Ryul pikir tak perlu
membahasnya lagi.
“Aku
memilih Kang Pil-gu, kelas satu. Aku akan mendukungnya secara pribadi.” Kata
Jong Ryul. Young Seub bingung.
“Kurasa
Pil-gu bukan pilihan bagus.” Kata Young Seub. Jong Ryul tak terima mendengarnya
karena Menurutnya, anak itu natural.
“Bukan
masalah dia bagus atau tidak. Dia tak akan pergi. Dia bahkan tak pergi latihan
karena ibunya, jadi, belajar di luar negeri mustahil.” Kata Young Seub.
“Pilih
saja Pil-gu.” Tegas Jong Ryul. Young Seub heran tampaknya Jong Ryul tertarik
padanya, karena Pil Goo itu muridnya.
“Aku yang
menemukannya, jadi, akan kulatih dengan baik.” Tegas Young Seub tak ingin anak
muridnya diambil
“Aku adalah
ayah Pil-gu... Aku ayah biologis Pil-gu.” Akui Jong Ryul. Young Seub melonggo
mendengarnya.
“Aku membuat
drama ini untuk memberinya pendidikan bagus, jadi, jadilah orang baik dan latih
dia, bantu aku. Aku akan memastikan dia berhasil masuk Liga Utama.” Jelas Jong
Ryul penuh semangat.
“Jadi, apa
aku melatih calon Lion King?” ungkap Young Seub sambil melonggo tak pecaya.
Jong Ryul
mengajak makan Pil Goo di restoran dengan sibuk memasak. Pil Goo melihat isi
kado yang dibawa Jong Ryul mengaku bukan anak-anak jadi barang Ini tak akan
membuatnya dapat poin. Jong Ryul hanya diam saja. Pil Goo terus membuka isi
hadiah yang diberikan Jong Ryul.
“Apa Kau
pikir bermain gim bisa membuatku lupa semuanya? Tidak mungkin. Tidak akan”
ungkap Pil Goo
“Kau
tahu, bersama denganmu membuatku ingin bertemu ayahku.” Kata Jong Ryul
“Lalu,
berhenti datang ke sekolah. Anak-anak berkata kau dipecat dari Ligers.” Ungkap
Pil Goo sambil sibuk melihat games ditanganya.
“Kenapa
kau sangat membenciku? Beri aku satu alasan bagus.” Tegas Jong Ryul menahan
amarahnya.
“Bagaimana
bisa memilih satu?” komentar Pil Goo dengan tatapan snis. Jong Ryul melihat
kalau Pil Goo terlihat sangat jujur.
“Ekspresi
wajah itu... Dahulu aku menatap ayahku seperti itu. Kau akan menyesalinya
nanti.” kata Jong Ryul menasehati.
“Tapi kurasa
ayahmu tetap membesarkanmu.” Balas Pil Goo. Jong Ryul mengeluh karena Pil Goo
itu selalu sangat logis
“Kenapa
minta satu alasan saja? Kau Tak punya malu.” Komentar Pil Goo. Jong Ryul pun
memina Pil Goo beri tahu semuanya.
“Aku
benci kau di acara Superman.” Ucap Pil Goo. Jong Ryul mengatakan Itu akan
segera selesai.
“Kau
selalu dengan wanita berpakaian ketat.” Kata Pil Goo. Jong Ryul pikir lebih
baik membiarkan urusan orang dewasa.
“Kau
punya bayi yang masih buang air di celana, kenapa menggangguku?” keluh Pil Goo
“Anak
yang buang air itu adikmu.” Balas Jong Ryul. Pil Goo pun ingin tahua alasan
Jong Ryulbelum minta maaf. Jong Ryul terlihat bingung.
“Bahkan
saat aku sakit, Ibu selalu minta maaf sambil membuatkanku daging goreng. Tapi
kau tak pernah bahkan tidak sekali pun.” Cerita Pil Goo
“Aku
sungguh tak tahu. Andai aku mengenalmu, aku akan ada dalam hidupmu.” Kata Jong
Ryul
“Kami
diberi hukuman satu menit jika tak mengerjakan PR dan lima menit jika berkata tak
tahu ada PR.” Komentar Pil Goo
“Lalu apa
yang harus kulakukan? Apa Kau ingin aku duduk di pojok selama 100 menit?” tanya
Jong Ryul kesal
Yong Sik
ke papan pengumuman sambil bergumam TKP selalu mengungkap kebenaran.” Ia pun
memenelp seseroang kalau Orang yang meminta jasa kebersihannya jadi pasti pemilk
gedungnya. Si bibi pun memberitahu kalau Gyu-tae mungkin kenal dia.
“Ya,
mereka cukup dekat. Mereka sering bertemu.” Kata si bibi. Akhirnya Yong Sik
melihat rekaman CCTV dengan Tuan Lee
“Jika
dari sini, kau lihat jendela ini terbuka. Namun, saat dilihat dari arah lain,
tertutup.” Ucap Yong Sik
Akhirnya
Yong Sik didepan gedungTRANSPORTASI ONGSAN lalu bergumam “Bahkan pembunuh berantai, Jeong Nam-gyu,
muncul di TKP lamanya. Dia mengatasi kekosongannya dengan mengingat
pembunuhannya. Mereka yang mencurigakan adalah tersangka utama.”
“Jangan
gali soal Akademi Hanbit. Ongsan akan kacau.”kata Tuan No. Yong Sik pun
bergumam kalau TKP selalu mengungkap kebenaran sambil mengintai dari depan
toko.
“Datang
ke tokoku besok. Biar aku berkonsultasi soal masa berlaku perkara lebih dahulu.
Lalu akan kuputuskan memberitahumu atau tidak.” Ucap Tuan No
“Orang yang lari paling
mencurigakan TKP selalu mengungkap kebenaran. TKP mungkin mentertawaiku karena
aku belum memecahkannya. Tiap kasus terpengaruh keadaan sosial saat itu.
Pikirkan lobak emas Ongsan.”
Yong Sik
pun mencari ditempat Hyang Mi jatuh dengan motornya dan melihat rekaman CCTV
didekatnya dan ada perkebunan lobak dalam rumah plastik. Ia mengingat yang
dikatakan oleh ibunya “Harganya 7.000 won seikat. Disebut juga lobak emas.”
“Lobak
sangat mahal, jadi, tentu saja ada kamera di dekat kebun. Lalu ada...” gumam
Yong Sik lalu melihat seseorang menarik pacul dijalan.
Tuan Byun
berada di dalam mobil terlihat panik setelah melihat seseorang. Yong Sik
berbicara dengan bibi mengaku sebenarnya, ingin tahu apa boleh memeriksa kamera
pengawasnya. Tuan Byun memanggil Yong Sik dari pingir sawah. Yong Sik heran
Tuan Byun seperti sangat aneh.
“Apa Itu
namamu?” tanya si bibi mendengar nama Yong Sik yang dipanggil oleh Tuan Byun.
“Ya, aku
Hwang Yong-sik dari Polsek Ongsan. Omong-omong, rekaman dari tanggal 24...”
ucap Yong Sik yang langsung disela oleh bibi.
“Yong-sik,
kami pikir ada alasan untuk semua yang terjadi di dunia.” Kata si bibi sinis.
Yong Sik bingung mendengarnya.
“Jika kau
pikir semua yang terjadi adalah hasil dari sesuatu yang lain, itu masuk akal. Kau
tahu, aku belajar itu dari anjingku.” Ucap Tuan Byun. Saat itu Tuan Byun dengan
nafas terengah-engah memanggil Yeong-sim. Yong Sik terdiam mendengar nama si
bibi.
Flash Back
Yong Sik
baru saja kembali ke Ongsan, lalu Tuan Byun menyuruh Pergi ke ladang bawang
putih Yeong-sim. Yong Sik pun mengeluh kalau tak harus peduli dengan anjing
melahirka lalu mengumpat kesal. Ibunya memberitahu aklau Yeong-sim ingin
membunuhnya karenatak pernah datang.
“Hentikan!
Aku tak mau kunjungi Yeong-sim. Cukup dengan Yeong-sim!” ucap Yong Sik kesal
“Yeong-sim
kirim pengaduan. Buang air besarnya terganggu karena stres.” Kata Tuan Byun
memberikan selembar kertas. Yong Sik seperti tak peduli.
Yeong Sim
memberitahu Yang Yong Sik tanam adalah yang akan dituai. Ia menegaskan Jikaingin
melihat kamera pengawasnya maka bawalah surat perintah. Yong Sik mencoba
membahas tentang anjing, Yeong Sim terlihat marah memberikan sekopnya pada Tuan
Byun.
“Hal yang
awalnya dimulai dengan anjing berbalik menghukumku.” Gumam Yong Sik berjalan
mundur sambil cegukan.
Nyonya
Hong berbicara dengan klienya kalau Perceraian sekarang ini hanya pilihan hidup.
Tuan No melhat dari balik jendela bergumam Setiap perbuatan pasti ada
balasannya. Nyonya Hong pun tanpa penyelesalan mengaku statusnya bercerai juga.
“Apa istriku
selalu sekeren itu? Apa dia selalu mudah tertawa?” gumam Tuan No
“Pengacara
perceraian yang bercerai. Apa itu bagus untuk pemasaran?” ungkap Nyonya Hong
tersenyum
“Jika aku
dipenjara, aku tak bisa lihat senyum itu.” Gumam Tua No. Klienya pun bertanya
apakah Nyonya No tak kesepian karena Itu yang paling ditakutkan.
“Aku
kesepian. Sangat kesepian. Namun, aku lebih kesepian saat masih menikah. Lebih
sepi hidup dengan seseorang yang tak hadir.” Ungkap Nyonya Hong. Tuan No yang
mendengarnya hanya bisa bersedih.
“Kalau
begitu...Bibi tertuaku punya putra yang juga bercerai. Dia tak punya anak dan
seorang akuntan. Mungkin kalian berdua bisa...” ucap klien, tiba-tiba tuan No
masuk ruangan.
“Sayang,
aku butuh konsultasi. Ya, aku hanya... Kau tahu...” ucap Tuan No gugup. Nyonya
Hong aja bisa melonggo.
Dong Baek
menelp seseorang terlihat bingung, Seung Hui dengan nada sinis mengeluh Dong
Baek bertanya di mana wanita itu. Dong Baek tak percaya Seung Hui menyebutnya
Wanita itu. Seung Hui pikir kalau sekarang Nyonya Jo pura-pura bersembunyi
“Apa Dia
memintamu meneleponku?”kata Seung Hui sinis. Dong Baek pikir Seung Hui mengaku
Nyonya Jo sebagai ibunya.
“Ya,
jadi, tolong katakan kepada ibu tersayang untuk berhenti pura-pura. Aku akan kunjungi
dia beberapa hari lagi dengan sertifikasi konten.”kata Seung Hui.
Dong Baek
bingung apa itu Sertifikasi, tapi ponselnya sudah ditutup, lalu bertanya-tanya Apa
yang dilakukan Ibunya dalam hidupnya selama ini.
Nyonya
Park masuk bar bertanya apakah akan datang ke rapat komite hari ini. Dong Baek
seperti baru mengingatnay. Nyonya Park memebritahu Ini ada di agenda hari ini, jadi Dong Baek
harus memastikan saja untuk menyetujuinya. Dong Baek menganguk mengerti.
“Kenapa? Apa
Merasa aneh jika datang?” ucap Nyonya Park. Dong baek pikir Kepala komite adalah...
“Kau
tahu? Sering bertemu dengannya adalah cara terbaik melupakan masalah. Melihat
orang yang kau tak sukai bersikap malu dan kikuk bahkan lebih mengganggu.” Ucap
Nyonya Park
“Apa aku
seperti itu bagimu?” tanya Dong Baek. Nyonya Park menyuruh Dong Baek Datang dan
berinteraksi dengannya tanpa malu karena Sulit untuk marah pada yang seperti
itu.
Yong Sik
datang ke restoran ibunya dengan nafas terengah-engah. Nyonay Kwak sedang
mengaduk makana berpikir anaknya minum padhal sedang terluka jadi Harusnya
tidak minum. Yong Sik mengaku di kebun memetik lobak. Nyonya Kwan heran Lobak
apa itu.
“Yeong-sim
tertentu harus membuat pernyataan.. Astaga, ini bebek atau burung unta?” tanya
Yong Sik melihat ibunya mengeluarkan daging bebek dari dalam panci dalam ukuran
besar.
“Ini
sudah direbus berhari-hari dan Ini akan mempercepat pemulihanmu.” Jelas Nyonya
Kwak bangga
“Apa
hubungannya bebek dengan regenerasi kulit?” keluh Yong Sik heran.
“Saat kau
terkena gondok, kau pulih setelah makan daging bebek.” Kata Nyonya Kwak
“Kau
merawatku sangat baik hingga aku tak pernah izin sakit.” Komentar Yong Sik.
Nyonya
Kwak membawa bebek ukuran besar keatas meja dan mencoba memisahkan daginya
sambil mengeluh kalau Yong Sik itu tak pernah terluka saat membesarkannya Yong Sik mengaku Bekas lukanya
lebih dari lima.
“Yong-sik,
apa kau juga akan menyelamatkanku jika aku terjebak kebakaran?” tanya Nyonya
Kwak.
“Astaga.
Apa kau perlu bertanya? Jangan katakan kau cemburu.” Kata Yong Sik kesal
“Kalau
begitu, kukatakan dengan jelas. Jangan selamatkan aku dari situasi seperti itu.
Jika kau selamatkan, maka aku akan membunuhmu.” Ucap Nyonya Kwak. Yong Sik tak
percaya mendengar ucapan ibunya.
“Jangan
selamatkan Dongbaek juga! Putuskan hubunganmu dengannya. Kau hanya boleh sejauh
ini.” Tegas Nyonya Kwak.
“Ibu, kau
dahulu menyukai Dongbaek... Tidak, kau masih menyukainya, 'kan? Apa Kau suka
sebagai teman, tapi tak sebagai menantu? Apa kau selalu serendah ini?” keluh
Yong Sik
“Ya,
benar.... Tanya siapa saja di jalanan. Tak ada ibu di dunia ini yang suka
anaknya berlari ke dalam api dan mengejar pembunuh. Aku tak meminta banyak.”
Ucap Nyonya Kwak
“Bu, aku
sudah melamar Dongbaek.” Akui Yong Sik. Nyonya Kwak melonggo kaget
mendengarnya.
“Semua
orang takut api. Panasnya saja cukup membuatku takut.” Ungkap Nyonya Kwak.
“Tetap
saja, jika aku kembali ke waktu itu, maka aku akan senang menyelamatkan
Dongbaek lagi. Aku harus apa? Aku bahkan tak takut api. Kami harus hidup
bersama. Perasaan orang tak berubah semudah itu, kan?” akui Yong Sik
“Makin
kau seperti ini, maka makin aku membenci Dongbaek.”tegas Nyonya Kwak.
Pertemuan
Ongsan pun dibuat, mereka membahas Agenda
pertama kita adalah tentang nanas Lalu yang kedua Dongbaek membawa Jujube hari
ini. Dong Baek membawakan makanan diatas meja. Nyonya Park lalu bertanya apakah
apa ada yang ingin ditambahkan Nyonya Kwak
“Atmosfernya
dingin sekarang karena keduanya berselisih.” Komentar bibi Jung. Dong Baek dan
Nyonya Kwak hanya memalingkan wajahnya.
Flash Back
1 bulan
yang lalu, suasana terlihat sangat meriah.
Nyonya Park memberitahu Tak ada tempat lain di dunia ini dan mereka
wanita pengusaha yang memimpin Pasar Ongsan. Ia lalu bertanya siapa yang
menentang ini. Nyonya Kwak mencolek Dong Baek.
Dong Baek
langsung mengangkat tangan berbarengan dengan Nyonya Kwak. Seperti keduanya
sangat kompak. Mereka mengeluh
kalau Keputusan bulat kini tak mungkin
lagi. Nyonya Park bertanya apakah Dong Baek tahu tentang hal yang ditentangnya.
“Kau
hanya setuju dengan pandangan Deok-sun.” Kata Nyonya Park. Dong Baek seperti
tak menyadarinya.
“Dia
cukup politis, ya? Katakan. Kenapa menentang ini?” ucap Bibi. Dong Baek ingin
bicara tapi pada bibi terus bicara padanya.
“Dia
bahkan tak tahu yang kita bicarakan. Kau mengantuk.” Keluh bibi Jung. Dong Baek
mengaku Matanya hanya terpejam.
“Ini
bukan sekolah. Cukup dengan alasan payah itu dan beri tahu kami alasanmu
menentang ini.” Ucap bibi yang laina. Dong Baek ingin menjelaskn tapi kembali
disela.
“Siapa yang
butuh alasan? Dia mengangkat tangan karena aku menyentuhnya.” Ungkap Nyonya
Kwak. Nyonya Park ingin tahu alasanya.
“Artinya
kau yang seorang diri bisa beri dua suara, dan itu menentang prinsip demokrasi.”
Kata Nyonya Park. Semua pun menyetujuinya.
“Jika kau
terganggu, temukan sahabatmu juga.”kata Nyonya Kwak bangga. Semua hanya tertawa
mengejek.
“Dongbaek,
kau sungguh tahu cara memilih.” Ejek Nyonya Park. Nyonya Kwak pikir Anggap saja mereka berdua satu set.
“Kau
tahu, kami seperti...Kami seperti anggota grup wanita. Thelma dan Louise? Politikus
dan tangan kanannya?” kata Dong Baek bangga.
“Ayolah...
Lebih mirip raja tiran dan selirnya Mereka selalu seperti ini.” Keluh si bibi
kesal.
Suasana
berubah karena Dong Baek dan Nyonya Kwak duduk berjauhan. Nyonya Kwak pikir
mereka bisa urus ini sendiri karena Wanita
tua seperti dirinya tak ada urusan soal ini lalu berjalan pergi. Nyonya Park
memberitahu Nyonya Kwak itu ketua komitenya jadi meminta agar Jangan pergi!
“Nyonya
Kwak, Apa bisa berhenti menghindariku? Aku ingin berada di sisi baikmu.” Ucap
Dong Baek mengejar Nyonya Kwak.
“Sisi
baikku tidak penting. Apa yang penting sekarang?” kata Nyonya Kwak
“Aku tak
punya banyak dan hanya punya anak. Aku yakin kau tak senang denganku, tapi...”
ucap Dong Baek yang disela langsung oleh Nyonya Kwak.
“Tidak...
Aku benci ini... Aku sangat membencinya...
Hatiku hancur memikirkan Yong-sik membesarkan anak orang lain. Hatiku
juga hancur saat dia terluka karena mengikutimu. Jadi, bisakah kau biarkan aku?”
kata Nyonya Kwak.
“Tapi
Nyonya Kwak, aku menyukai Yong-sik. Aku sangat menyukainya. Aku sangat
menyukainya hingga tak tahu harus berbuat apa. Dia pria hangat dan aku tak
pernah mau sendirian lagi.” Ungkap Dong Baek
“Yong-sik
anak yang sangat hangat dan tulus. Itu hasil dari didikanku. Aku habiskan
seumur hidupku menaruh hanya hal-hal yang indah dan baik di matanya, sementara
aku melihat hal-hal buruk. Jadi, kenapa kau memperlihatkan hal-hal buruk di
mata anakku?” kata Nyonya Kwak marah
“Apa aku hal
buruk dalam hidup Yong-sik?” tanya Dong Baek merasa bersalah.
“Tak ada yang
membuatnya stres di dunia ini selain kau. Tak ada ibu di dunia ini yang akan
senang melihat putranya yang hidup tenang, memacari gadis malang hanya untuk
habiskan hidup bekerja untuknya.” kata Nyonya Kwak. Dong Baek hanya bisa diam
saja melihat Nyonya Kwak pergi.
Di
ruangan, Nyonya Hong dan Tuan No makan bersama sambl mengobrol. Nyonya Hong membahas Tuan No mencoba semua
yang dilakukan para pria menyedihkan ini setidaknya sekali. Tuan No pikir
mantan istrinya tahu kalau ia suka bersama orang dan membaur.
“Itu
bukan membaur.” Komentar Nyonya Hong. Tuan No berpikir seperti itu lalu ingin
membahas masa berlaku perkaranya...
“Lupakan
masa berlaku perkaranya. Kenapa kau coba menyerahkan diri sekarang?” ucap
Nyonya Hong. Tuan No terlihat gugup tak bisa berkata-kata
“Aku
takkan memberimu saran jika kau terus ragu. Keluar.” Kata Nyonya Hong sangat
tegas.
“Hanya
saja aku punya banyak alasan.” Kata Tuan No, Nyonya Hong mengeluh menyuruh
Keluar saja.
“Dia
sudah pergi.”ucap Tuan No, Nyonya Hong bertanya siapa yang dimaksud.
“Kau
tahu.... Dia... Hyang-mi... Dia tiba-tiba menghilang dalam semalam, jadi, dia
membuat masalah bagi banyak orang.” Kata Tuan No. Nyonya Hong kaget menjatuhkan
sushi pada kecap asinya.
“Apa
kasusnya dilaporkan? Apa Polisi mulai mencari tahu?” tanya Nyonya Hong. Tuan No
bingung Kasus apa, lalu bertanya Apa
mantan istrinya tahu sesuatu. Nyonya Hong hanya diam sambil makan.
Yong Sik
bergegas masuk ruangan tak percaya
kenapa Yeong Sim tiba-tiba membawanya dan bertanya Apa ini barangnya. Tuan Byu
mengaku tak tahu alasan karena Yeong Sim kemari dan menyerahkannya. Yong Sik
tak percaya mendengarnya.
“Apa dia
merasa bersalah menyuruhku bekerja?” tanya Yong Si. Tuan Byun kesal Yong Sik
terus bertanya menjawab kalau tidak tahu.
“Dia
menyuruhku memberitahumu untuk menjadi anak baik! Dia hanya berkata begitu.”
Kata Tuan Byun.
“Apa?
Nyonya Park mengatakan itu?” kata Yong Sik bingung.
Flash Back
Nyonya
Kwak menelp Yeong-sim dari restoran Baekdu lalu bertanya apakah menyuruh
putranya memanen lobak. Yeong Sim membenarkan. Nyonya Kwan mengerti dengan
situasi Yeong Sim sekarang lalu bertanya apakah ia bisa menyetir.
“Baiklah,
kalau begitu, buat salinan rekaman kamera pengawas dan bawa ke Polsek. Kau
membuat putraku yang menderita luka bakar bekerja seharian di bawah matahari.”
Ucap Nyonya Kwak
“Saat
Yong-sik ditampar oleh salah satu seniornya di militer, aku menggoreng 300 ayam
dan membawanya ke unitnya. Kwak Deok-sun selalu membela Yong-sik... Aku, Kwak Deok-sun.”
Tegas Nyonya Kwak
“Jika kau
mengganggu Yong-sik, aku akan menjadi babi liar. Jika kau tak ingin masa
depanmu hancur total, Yeong-sim, cari kunci mobilmu sekarang.” Kata Nyonya Kwak
mengancam.
Yong Sik
tak tahu kalau semua itu atas bantuan ibunya dengan bangga berpikir kalau ia
tipe yang tidak bisa dibenci orang, bahkan Saat masih sekolah dan di militer
pun. Ia pun merasa Nyonya Park Yeong Sim memberikan rekaman CCTV itu.
“Orang
tampaknya tak bisa membenciku untuk waktu lama. Kurasa aku sangat mudah
disukai.” Ucap Yong Sik bangga. Tuan Byun mengeluh kalau semua hanya omong
kosong.
“Hei...
Hei, lihat. Bukankah cahaya tunggal itu seperti sepeda motor?” ucap Tuan Byun
melihat rekaman CCTV. Yong Si melihat
rekaman terlalu gelap.
“Bukankah
itu terlalu cepat? Mobil itu jelas mengebut. Kenapa orang itu mengebut di
jalanan seperti ini? Hei, Apa kau bisa lihat nomor pelatnya?” kata Tuan Byun
melihat mobil yang melaju kencang.
“Kurasa
ini mobil Kang Jong Ryul , Dia sering mengendarai mobil berbeda untuk pamer.”
Kata Yong Sik melihat mobil yan suka dikendarai Jung Ryul.
“Tapi
kenapa Jong Ryul mengejar Hyang-mi?” tanya Tuan Byun bingung.
Jong Ryul
sedang merebus botol susu anaknya, sambil berbicara ditelp kalau sambil
mengeluh Yong Sik tanya tentang dia. Yong Sik pun ingin tahu dimana Jong
Ryul sekitar pukul 22.00 pada malam
tanggal 24. Jong Ryul terlihat gugup sampai menjatuhkan botol susu anaknya.
“Tuan
Kang... Kau di Ongsan, 'kan?” kata Yong Sik. Jong Ryul mencoba untuk tenang
kembali membahas tanggal 24
“Kenapa
tanggal 24? Apa dia sudah mati?” tanya Jong Ryul kaget. Yong Sik pun heran
karea Jong Ryul berpikir Hyang Mi sudah mati.
Bersambung ke EPISODE 30
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar