PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 15 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 35

PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
[Episode 35-36 KEHIDUPAN ANAK USIA DELAPAN TAHUN]
Dong Baek terlihat marah pada Pil Goo yang sangat merepotkan lalu berpikir kalau sedang puber. Jong Ryul yang melihat keduanya hanya diam saja. Pil Goo pikir kalau ibunya yang puber dan yang merepotkan. Dong Baek tak peduli dan menolak dengan permintaan Pil Goo.
“Apa kau hanya peduli diri sendiri? Bagaimana keinginanku?” ucap Pil Goo marah
“Lalu apa yang kau mau?” tanya Dong Baek. Pil Goo ingin tahu apakah Dong Baek pernah  tanya pendapatnya saat melahirkannya.
“Kau tanya apa aku tak butuh ayah? Apa Kau tanya perasaanku saat mulai kencan dengan Yong-sik? Apa Kau sudah minta izinku?” ucap Pil Goo. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“ Dia akan bercerai. Jadi Hanya ada kami bertiga. Aku, dia, dan sang bayi. Dia akan memasang arkade dan mengirimku ke Liga Utama.”kata Pil Goo menunjuk ke arah Yong Sik 


Polisi bertanya pada Heung Sik apakah setuju untuk tes DNA. Heung Sik balik bertanya apakah Boleh menolaknya. Polisi menatapnya, Heung Sik melihat tatapan polisi akhirnya setuju akan melakukannya dan harus bekerja sama.
Semua polisi mengeledah rumah Heung Sik, lalu merasa heran tak ada jam yang berfungsi. Salah seorang polisi kaget saat membuka pintu kamar ternyata Ada seseorang. Heung Sik langsung memberitahu kalau itu adalah ayahnya.
“Kenapa dia duduk diam di sana?” tanya polisi. Heung Sik memberitahu ayahnya tak bisa bergerak. Si polisi terlihat tak percaya
“Dia tak bisa berjalan.” Kata Heung Sik. Polisi melihat ada kursi roda dalam kamar.
“ Apa kita ambil sampelnya juga?” tanya Polisi pertama, tapi Polisi lain langsung menutup pintu sambil meminta maaf dan merasa kalau tak perlu melakukanya.
“Jika ada yang mati lagi, maka mereka akan sangat ketakutan.” Ucap Ayah Heung Sik lalu mengoles tangnya yang terluka. 


Heung Sik mengunci pintu dari luar, Polisi heran Heung Sik yang  mengunci pintunya meski ayahnya ada di dalam. Heung Sik mengaku khawatir seseorang akan masuk karena Di luar menakutkan.
“Dia benar. Ibuku juga tak bisa berjalan normal karena pinggulnya sakit. Ini sungguh menghancurkan keluarga.” Ungkap Polisi lainya.
Saat itu truk sampah datang, salah satu petugas turun mengambil sampah di depan toko Heung Sik. Yong Sik menyamar mengambil sampah dengan  wajah bahagia.
“Bermain cepat adalah strategiku Semua orang di Ongsan di pihakku.” Gumam Yong Sik bahagia. 

Di depan kantor polisi, Tuan No mengeluh karena ibunya yang datang jadi tak heran Ja-yeong tak datang. Ibunya tak percaya kalau Nyonya Hong sungguh mengeluarkanmu dari kantor polisi dan tak perlu kembali. Tuan No menegaskan  Jika bukan karena Ja-yeong, maka polisi akan menanyainya.
“Syukurlah, sapi sombong itu masih setia. Bibimu di Daejeon ingin menjodohkanmu dengan guru seni sekolah.” Ucap Ibu Tuan No
“Sudahlah. Aku tak akan menikah lagi. Sebagai hukuman melukai Ja-yeong, aku akan mati sebagai pria tua kesepian.” Kata Tuan No marah
“Kau dungu tak bersyukur. Bisakah ada seseorang selain dia?” keluh ibunya.
“Kenapa tanya kalau tak bisa menyatukan kami kembali?” balas Tuan No lalu berjalan pergi. Ibunya mengejar sang anak agar berhenti.
“Kenapa kau melakukan ini padaku? Kau mau ke mana?” keluh sang ibu. Tuan No setelah makan tahu merasa harus buang air besar. 

Di dalam kantor polisi, sudah banyak artikel tentang Heung Sik. Yong Sik membuka semua sampah di lantai. Tuan Byun dkk masuk ruangan mengeluh dengan bau yang menyengat. Tuan Byun akhirnya menyuruh Buka jendelanya dan juga Buka pintunya.
“Apa yang kalian lakukan di ruang tertutup?  Apa Kau tak menjual kacamata lagi?” tanya Tuan Byun pada Tuan No yang membantunya juga.
“Bisnis sedang buruk. Kudengar dia jadi polisi setelah menangkap buronan.” Kata Tuan No
“Benar, lalu kenapa? Apa Kau ingin mendaftar setelah menangkap Pengusil?” ejek Tuan Byun. Tuan No pikir ini takdirnya.
“Kepala, kudengar kita dapat DNA Pengusil. Bisa pakai jalan belakang lagi dan berikan ini kepada temanmu di lab?” ucap Yong Sik memberikan rambut pada Tuan Byun.
“Aku membuat dia kesulitan. Dia harus menulis surat minta maaf karena urusan setir mobil.” Ucap Tuan Byun
“Tak ada yang namanya kejahatan sempurna. Kita hanya kurang menggali. Jadi, kita akan menggali, dan terus menggali, untuk menemukan bukti nyata agar dia tak bisa sembunyi lagi.” Kata Yong Sik lalu menemukan seperti bekas tempat salep.
“Tetap saja, Dongbaek berkata dia tak mengenali pria itu.” Kata Tuan Byun.
“Kekeliruan dalam ingatan seseorang menjadikan mereka lolos dari kejahatan. Bagaimana bisa Dongbaek langsung mengingat pria dalam situasi itu saat dia memakai topi?” kata Yong Sik
“Itu seperti saat ayahku tertangkap berjudi. Aku tak mengenalinya di berita karena topi yang dipakainya.” Kata Tuan No
“Dia melaporkan kehilangan truk dan Dongbaek tak melihatnya jelas. Kurasa dia bangga pada dirinya, tapi dia tak bisa menipuku. Tak mungkin.” Tegas Yong Sik
“Tampaknya dia tipe yang punya harga diri tinggi. Aku juga takkan tertipu.”ucap Tuan Byun ikut berkomentar. 


Dong Baek memasak daging babi panggang untuk anaknya, lalu berkomentar Pil Goo melakukan ini karena kesal dengannya. Pil Goo hanya diam saja. Dong Baek memastikan apakah Pil Goo sungguh ingin pindah ke Seoul dan akan tinggalkan ia dan Jun-gi.
“Tapi ayahku di sana. Aku tinggal denganmu selama ini. Jadi Aku juga harus tinggal dengan Ayah.” Ucap Pil Goo. Dong Baek menatap marah dan juga sedih.
“Kenapa berwajah aneh? Apa Kau ingin aku tumbuh tanpa ayah? Tapi seharusnya tidak perlu begitu.” Kata Pil Goo
“Benar... Kau benar. Hanya karena aku tak punya suami bukan berarti kau tak berayah. Yah... Kenapa aku tak pernah terpikir?” ucap Dong Baek merasa bersalah.
“Selagi berjalan di bawah payung rusak yang sama, aku pasti juga bergantung padanya dalam beberapa hal. Aku pasti merasa bersalah karena itu aku kesal dengan keputusannya.” Gumam Dong Baek. 


Di depan rumah. Yong Sik tak percaya kalau Dong Baek akan melepasnya? Dong Baek menegaskan kalau ini hanya sampai Pengusil tertangkap. Yong Sik mengaku tak memberi tahu ini karena akan membuatnya takut, lalu memberitahu dugaanya Heung-sik adalah Pengusil.
“Aku yakin 85 persen.” Ucap Yong Sik. Dong Baek yakin bukan dia karena Yong Sik bersikukuh bahwa Pengusil adalah Tuan No .
“Dongbaek, tatap mataku. Apa aku akan biarkan dia lepas?” ucap Yong Sik dengan tatapan penuh amarah
“ Tapi aku penasaran, Kenapa kau selalu menatap seperti itu?” kata Dong Baek. Yong Sik mengedikan mata agar bisa lebih santai.
“Percaya saja padaku. Aku akan segera menangkap Pengusil dan membawa Pil-gu pulang.” Tegas Yong Sik menyakinkan. 


Yong Sik pergi ke TKP tempat Hyang Mi yang mengantarkan pesanan, ia bisa membayngkan makana diatas meja yang dipesan. Sementara Hyang Mi datang saat hujan dengan motor mengeluh Orang aneh macam apa yang memesan cumi-cumi dan babi tumis di tempat yang gelap.
“Karena kecelakaan itu, Hyang-mi terlambat Saat itu, dia kehilangan kendali dan lupa berhati-hati. Kebiasaannya kembali setelah lama hilang dan keliru mengira Hyang-mi adalah Dongbaek.”
Hyang Mi datang dengan menaruh pesanan diatas meja dengan kasar, si pelaku sedang mengesek korek api. Hyang Mi dengan kesal memukul meja agar si pria segera membayar pesananya, Si pria terlihat marah sedikit batuk dan akhirnya mengeluarkan pisaunya lalu menyerang Hyang Mi 


“Dia menusuknya sekali di leher. Tak ada luka perlawanan. Ini serangan mendadak yang tidak diduga.” Ucap Pria bagian foressik
“Tapi aku penasaran. Kenapa dia masukkan serbuk gergaji ke mulut orang?” kata Tuan Byun yang diam-diam menaruh sample rambut yang ditemukan Yong Sik .
“Siapa yang tahu? Aku menemukan yang lebih aneh kali ini. Sebesar ini dan berwarna kuning terang.” Ucap Dokter. Yong Sik memastikan kalau itu Kuning terang?
“Ya... Bentuknya tidak jelas, tapi warnanya terang. Sejujurnya aku tak tahu apa ini.”kata si dokter. Tuan Byun heran Kenapa Hyang Mi memasukkan itu ke mulutnya?
“Dia tak memasukkan itu ke mulutnya. Tapi Korban menelannya sendiri. Benda kuning itu ada di tenggorokannya. Untuk sampai di sana, butuh tekanan lebih dari seseorang memasukkannya. Ini menunjukkan korban sengaja menelannya sebelum mati.”
Flash Back
Hyang Mi terjatuh di lantai dengan darah yang mengalir deras, matanya bisa melihat si pelaku yang keluar dari rumah. Akhirnya Hyang Mi dibawa ke dalam truk dengan tangan yang mengenggam keras.
“Kalau begitu, dia masih hidup saat itu. Jika arteri teriris, dia pasti langsung mati. Namun, hanya venanya yang teriris, jadi, darah dia keluar perlahan. Dia masih hidup sekitar 30 menit.”


Yong Sik terdiam karena mengetahui kenyataan, Tuan No mengaku ingin tahu alasan Hyang-mi menelannya. Yong Sik pikir Mungkin dia meninggalkan pesan untuk mereka. 
Dong Baek menarik koper dari sekolah anaknya. Pil Goo memberitahu  Chung-jae pergi ke Filipina jadi meminta ibunya agar Anggap saja ini seperti itu. Dong Baek bertanya apakah Pil goo ingin belajar di luar negeri dan selalu seambisius ini.
“Aku harus main di Liga Utama untuk membelikanmu restoran babi tumis.” Kata Pil Goo
“Tunggu. Apa aku harus terus menjual babi tumis bahkan setelah kau masuk Liga Utama?” ucap Dong Baek dan akhirnya langsung menangis
“Apa Kau menangis lagi? Jika kau sering menangis, orang akan merendahkanmu. Ibu Jun-gi tidak menangis walau jari kakinya tersandung.” Kata Pil Goo mengeluh kesal lalu melangkah pergi
“Kau akan panggil model itu apa? Kau takkan menyebutnya ibu, 'kan? Apa Kau sudah gila?” kata Dong Baek kesal. 


Didepan sekolah, Jong Ryul sudah menungunya. Dong Baek memberikan tas dan juga berkas dari sekolah. Pil Goo langsung masuk mobil. Dong Baek mengetuk jendela mengeluh Pil Goo masuk begitu saja. bahkan tak dipelu. Pil Goo pikir bukan bayi.
“Jangan terlalu cemas. Menangis hanya buat kami merasa bersalah. Kami pergi.” ucap Jong Ryul. Dong Baek menghapus air matanya.
“Telepon jika sudah sampai.” Ucap Dong Baek mengelus kepala anaknya. Pil Goo mengeluh kalau ibuya sudah mengatakan 100 kali.
“Aku sakit kepala, jadi, pergilah.” Kata Pil Goo. Akhirnya Jong Ryul pun pergi meninggalkan Ongsan.
“Terlalu berlebihan untuk anak manja. Dia bahkan tak menengok.” Komentar Dong Baek melihat anaknya. 

Tapi ternyata Pil Goo menangis histeris dalam mobil. Jong Ryul melihatnya mengeluh Pil Goo harus menangis, karena membuatnya merasa bersalah. Pil Goo masih saja terus menangis. Jong Ryul pun heran Pil Goo  pura-pura tak apa-apa dan baik-baik saja.
“Aku pergi karena tak ingin!” akui Pil Goo. Jong Ryul pun ingin tahu alasan Pil Goo pergi dan Bukan ia yang menculik anaknya.
“Jika aku akan menjadi beban, maka aku akan menjadi bebanmu.” Ucap Pil Goo. Jong Ryul terlihat bingung.
“Kau bisa menikahi model itu karena kau tak punya anak. Hal yang penting bagiku, kini Ibu bisa menikahi Yong-sik!” tegas Pil Goo yang masih terus menangis.
“Apa Karena itu kau ikut denganku?” ucap Jong Ryul tak percaya. Pil Goo kesal karena semua orang menikah.
“Apa aku tak cukup untuk kalian? Kenapa kalian terus menikahi orang lain?” teriak Pil Goo kesal. 


Ayah Sang Mi makan di meja membahasjika Sang-mi tinggal di sini lagi, maka keduanya akan diusir. Ibu Sang Mi mengeluh pada suaminya sambil memasukan baju ke dalam koper, lalu memberithu kalau orang berkata putrinya pencari perhatian.
“Kata mereka itu penyakit. Ayahnya tak pernah memberi perhatian yang dibutuhkannya, karena itu dia cari di tempat lain. Bagaimana dia tak mencari cinta jika ayahnya seperti ini?” komentar Ibu Sang Mi
“Aku apa?” teriak Ayah Sang Mi. Ibunya menjawab kalau  hanya menteri dan akuntan yang menjadi anak suaminya.
Sang Mi sedang membereskan barang-barang ke koper dalam kamar mendengar pertengkaran orang tuanya.
“Aku tak apa dikucilkan, tapi dia...” kata Ibu Sang Mi. Ayahnya ta bisa terima menurutnya Ini tak akan terjadi jika kau benar membesarkannya.” Ucap Sang ayah.
“Baiklah. Ini salahku. Aku yang harus disalahkan. Aku harus dipukuli lagi karena ini, 'kan?” teriak Ibu Sang Mi.
Sang Mi mengejar ibunya yang berjalan dengan ibunya lalu meminta berhenti karenatak pergi untuk mati tapi hanya pindah ke apartemen lain di komplek ini. Ibunya mengeluh dengan sikap sang anak, Sang Mi berpikir tak akan berdebat dengannya.
“Bercerai dua kali bukan hal yang memalukan sekarang ini. Tinggalkan dia kalau ingin. Jangan hidup untukku dan lakukan keinginanmu.” Ucap Ibu Sang Mi
“Aku bisa bawa ini sendiri.. Kenapa kau menjadi seperti ini? Kau konyol.” Keluh Sang Mi
“Baiklah. Kau bisa membawanya.” Kata Ibu Sang Mi. Sang Mi mengeluh ibunya gampang menyerah seperti itu?
“Apa Kau berutang padaku? Apa Karena itu kau menjadi ibuku? Berhenti selalu merasa terintimidasi karena kekuranganku. Itu lebih menggangguku!” ucap Sang Mi lalu menarik kopernya sendiri. 



Di dalam lift seorang anak menatap Sang Mi yang menangis histeris, Sang Mi terus menangis tak peduli dengan anak yang terus menatapnya memanggil Ibunya. Sang ibu duduk ditaman menatap ke arah langit,
“Apa salah anakku? Jika harus menyalahkan, ini salahku.” Ungkap Ibu Sang Mi
“Anak-anak, setelah mendapat sembilan benda pun, akan meminta satu lagi. Orang tua merasa sedih tak bisa memberi lebih bahkan setelah beri sepuluh.”

Dong Baek mengeluarkan baju dari mesin cuci lalu melihat kaos kaki yang dipakain Pil Goo, akhirnya kembali menangis. Saat itu pintu rumahnya seperti ada seseorang yang mencoba masuk, Nyonya Jo datang. Dong Baek membuka pintu kaget melihat ibunya kembali.
“Walau orang tua terus memberi...Mereka selalu merasa berutang kepada anak-anaknya.”
“Kenapa mengganti nomor sandinya? Apa untuk menjauhkanku?” keluh Nyonya Jo
“Jadi, Apa yang satu pergi dan satu datang?” keluh Dong Baek. Nyonya Jo mengaku Pil-gu menyerahkan tongkat estafet. Dong Baek tak percaya mendengarnya.
“Kapan kau bertemu dia? Apa katanya?”tanya Dong Baek tak bisa menahan tangis.  Nyonya Jo tak menjawab langsung menyelonong masuk.
“Ini bukan tempat kau bisa datang sesukamu. Kau selalu pergi lalu kembali.Apa ini semacam ujian? Kalau begitu, kau sudah ke dokter? Kenapa bisa tidak mengganggu?” keluh Dong Baek,
“Apa Sudah makan malam?” tanya Nyonya Jo. Dong Baek balik bertanya Apa Nyonya Jo makan saat meninggalkannya akhirnya menangis. 

Sang Mi sudah membongkar barang-barangnya, Jong Ryul mengeluh dengan Sang Mi yang harus melakukan ini. Sang Mi menyindir kalau Jong Ryul  ingin mengusirnya dan membawa Dongbaek lalu menegaskan Tak akan dibiarkan. Jong Ryul bertanya apakah Sang Mi tinggal dengannya demi orang lain.
“Kau yang bersalah, artinya kau tak bisa minta cerai.” Ucap Sang Mi. Jong Ryul menegaskan Sang Mi yang terus memintanya.
“Aku hanya meminta dan Kau yang punya anak lain.” Balas Sang Mi. Jong Ryul meminta agar Sang Mi memelankan suaranya.
“Dia tahu semuanya, jadi, kenapa harus kupelankan?” uap Sang Mi. Jong Ryul berteriak memarahinya.
Di luar, Pil Goo terdiam menatap foto keluarga sang ayah dengan anak perempuanya, wajahnya terlihat tak bisa berkata-kata. Jong Ryul akhirnya mengantar Pil Goo masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan tapi tak tahu anaknya akan suka sama dia atau tidak.
“Apa satu lembar sehari cukup untuk anak delapan tahun? Aku tak tahu harga pasarannya.”ucap Jong Ryul akhirnya memberikan 20ribu won untuk Pil Goo. Pil Goo pun langsung mengambilnya.
“Ini kali pertamamu punya ayah, tapi ini kali pertamaku punya anak delapan tahun. Mari anggap ini masa penyesuaian.” Ucap Jong Ryul gugup.
“Baiklah. Aku tak masalah” kata Pil Goo sambil mengeluarkaan barang-barangnya.
“ Selain itu, wanita model itu akan tinggal di sini.” Jelas Jong Ryul. Pil Goo pikir Itu juga tak apa-apa.
“Baiklah. Aku paham... Omong-omong, adikmu di rumah ibuku, tapi dia akan kembali besok. Kurasa itu juga tak apa-apa untukmu, tapi...” kata Jong Ryul yang langsung disela oleh Pil Goo.
“Apa dia sering tinggal di rumah lain?” tanya Pil Goo. Jong Ryul terlihat bingung.
“Begini... Dia tinggal di rumah Ibu, lalu di rumah ibu Jessica...” kata Jong Ryul dan Pil Goo langsung berkomentar kasihan padanya.
“Dia jelek dan buang air di celana, tapi harus sering pindah.” Ucap Pil Goo. Jong Ryul bertanya apakah Pil Goo juga menganggap dirinya seperti itu
“Tentu. Aku tinggal dengan ibuku dan kini dengan ayahku.” Komentar Pil Goo.
“Apa Kau biasa tidur sendiri? Karena ini hari pertamamu, mungkin...” kata Jong Ryul
“Tidur bersama akan aneh. Tapi Boleh aku kunci pintu saat tidur?” kata Pil Goo. 




Didepan kamar, Nyonya Jo sudah membawa bantal dan terlhat gugup lalu bertanya-tanya Bagaimana menghibur putri 34 tahun. Ia measa Tak bisa dipercaya dan akan kembali ke kamar, tiba-tiba Dong Baek kaget keluar kamarnya. Ibunya menyadarkan sang anak kalau bukan orang jahat.
“Kenapa? Apa Kau ingin tidur bersama?” ucap Dong Baek melihat ibunya membawa bantal.
“Itu aneh.” Kata Dong Baek. Ibunya pikir juga seperti itu. Tapi akhirnya mereka tidur satu kamar juga. 

Dong Back menatap punggung ibunya lalu bertanya Bagaimana ibunya bisa tinggalkan anaknya, Walau Pil Goo dengan ayahnya, tapi merasa khawatir dia tidur nyenyak, atau apakah lampu tidur dan pelembap udaranya menyala.
“Jadi Bagaimana kau bisa tinggalkan aku? Bagaimana kau bisa hidup setelah tinggalkan anak?” ucap Dong Baek
“Kau sekesal ini walaupun  Pil-gu hanya pergi sementara.  Aku meninggalkan anakku. Saat meninggalkanmu, maka aku menjadi gila. Apa Kau ingin kutepuk punggungmu?” ucap Ibu Dong Baek
“Ranjangku terlalu kecil.” Ucap Dong Baek dan kembali menangis.  Nyonay Jo pun meminta Dong Baek Berhenti menangis dan tidur saja.
“Walau tanpa pelembap udara, dia lebih aman di sana. Kau bisa bawa dia kembali setelah Pengusil tertangkap. Anak lebih butuh ibunya daripada uang sebanyak apa pun.” Kata Nyonya Jo
“Lalu Apa kau tetap membuatku menjadi anak yatim?” sindir Dong Baek.
“Jika kau menyerahkan anakm, karena tak bisa menghidupinya, hatimu mati.” Ucap Nyonya Jo. Dong Baek tiba-tiba mendekat pada ibunya. 


“Jangan mati, Ibu.” Kata Dong Baek. Nyonya Jo seperti tak ingin mendengarnya menyuruh anaknya berhenti bicara dan tidur saja.
“Ginjal atau empedu, apa pun itu... Akan kuberikan milikku.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo langsung duduk dan berteriak marah.
“Hei! Aku tak ingin kembali karena tahu kau akan katakan itu. Lebih baik aku mati daripada mengambil ginjal dari putri yang kutinggalkan.” Ucap Nyonya Jo
“Yang diberikan adalah empeduku.” Ucap Dong Baek merasa tak bersalah dengan sikapnya.
“Siapa kau memberitahuku harus berbuat apa? Kenapa kau peduli? Seharusnya kau membenciku dan Seharusnya kau dengki. Kenapa kau berkata akan memberikannya?” ucap Nyonya Jo marah
“Bukan karena aku menyukaimu. Aku bisa benci kau semauku sambil memberikan yang kau butuhkan. Jika kau mati karena tak kuberikan padamu, bagaimana kau pikir perasaanku?” jelas Dong Baek
“Kenapa semua orang di rumah ini terlalu baik? Hatiku hancur setiap melihat kalian semua. Kenapa kau tumbuh menjadi baik? Tak akan ada yang baik padamu karena kebaikanmu.” Keluh Nyonya Jo geram
“Terserah. Berhenti mengomel dan jangan mati. “ komentar Dong Baek.
“Aku ingin berhenti ucapkan selamat tinggal kepada semuanya.Astaga. Kukira aku bisa mati dengan tenang setelah bertemu denganmu, tapi kini aku tak sanggup untuk mati.” Ucap Nyonya Jo
“Jadi, ambil saja kantong empeduku atau apa pun itu.” Kata Dong Baek.
“Kenapa mengambil kantong empedumu? Itu Ginjalku. Ginjal, dasar bodoh.” Kata Nyonya Jo kesal
Bersambung ke  EPISODE 36

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar