PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[Episode 35-36 KEHIDUPAN ANAK USIA DELAPAN
TAHUN]
Dong Baek
terlihat marah pada Pil Goo yang sangat merepotkan lalu berpikir kalau sedang
puber. Jong Ryul yang melihat keduanya hanya diam saja. Pil Goo pikir kalau
ibunya yang puber dan yang merepotkan. Dong Baek tak peduli dan menolak dengan
permintaan Pil Goo.
“Apa kau
hanya peduli diri sendiri? Bagaimana keinginanku?” ucap Pil Goo marah
“Lalu apa
yang kau mau?” tanya Dong Baek. Pil Goo ingin tahu apakah Dong Baek pernah tanya pendapatnya saat melahirkannya.
“Kau
tanya apa aku tak butuh ayah? Apa Kau tanya perasaanku saat mulai kencan dengan
Yong-sik? Apa Kau sudah minta izinku?” ucap Pil Goo. Dong Baek hanya bisa diam
saja.
“ Dia
akan bercerai. Jadi Hanya ada kami bertiga. Aku, dia, dan sang bayi. Dia akan
memasang arkade dan mengirimku ke Liga Utama.”kata Pil Goo menunjuk ke arah
Yong Sik
Polisi
bertanya pada Heung Sik apakah setuju untuk tes DNA. Heung Sik balik bertanya
apakah Boleh menolaknya. Polisi menatapnya, Heung Sik melihat tatapan polisi
akhirnya setuju akan melakukannya dan harus bekerja sama.
Semua
polisi mengeledah rumah Heung Sik, lalu merasa heran tak ada jam yang
berfungsi. Salah seorang polisi kaget saat membuka pintu kamar ternyata Ada
seseorang. Heung Sik langsung memberitahu kalau itu adalah ayahnya.
“Kenapa
dia duduk diam di sana?” tanya polisi. Heung Sik memberitahu ayahnya tak bisa
bergerak. Si polisi terlihat tak percaya
“Dia tak
bisa berjalan.” Kata Heung Sik. Polisi melihat ada kursi roda dalam kamar.
“ Apa
kita ambil sampelnya juga?” tanya Polisi pertama, tapi Polisi lain langsung
menutup pintu sambil meminta maaf dan merasa kalau tak perlu melakukanya.
“Jika ada
yang mati lagi, maka mereka akan sangat ketakutan.” Ucap Ayah Heung Sik lalu
mengoles tangnya yang terluka.
Heung Sik
mengunci pintu dari luar, Polisi heran Heung Sik yang mengunci pintunya meski ayahnya ada di dalam.
Heung Sik mengaku khawatir seseorang akan masuk karena Di luar menakutkan.
“Dia
benar. Ibuku juga tak bisa berjalan normal karena pinggulnya sakit. Ini sungguh
menghancurkan keluarga.” Ungkap Polisi lainya.
Saat itu
truk sampah datang, salah satu petugas turun mengambil sampah di depan toko
Heung Sik. Yong Sik menyamar mengambil sampah dengan wajah bahagia.
“Bermain
cepat adalah strategiku Semua orang di Ongsan di pihakku.” Gumam Yong Sik
bahagia.
Di depan
kantor polisi, Tuan No mengeluh karena ibunya yang datang jadi tak heran
Ja-yeong tak datang. Ibunya tak percaya kalau Nyonya Hong sungguh
mengeluarkanmu dari kantor polisi dan tak perlu kembali. Tuan No
menegaskan Jika bukan karena Ja-yeong,
maka polisi akan menanyainya.
“Syukurlah,
sapi sombong itu masih setia. Bibimu di Daejeon ingin menjodohkanmu dengan guru
seni sekolah.” Ucap Ibu Tuan No
“Sudahlah.
Aku tak akan menikah lagi. Sebagai hukuman melukai Ja-yeong, aku akan mati
sebagai pria tua kesepian.” Kata Tuan No marah
“Kau
dungu tak bersyukur. Bisakah ada seseorang selain dia?” keluh ibunya.
“Kenapa
tanya kalau tak bisa menyatukan kami kembali?” balas Tuan No lalu berjalan
pergi. Ibunya mengejar sang anak agar berhenti.
“Kenapa
kau melakukan ini padaku? Kau mau ke mana?” keluh sang ibu. Tuan No setelah
makan tahu merasa harus buang air besar.
Di dalam
kantor polisi, sudah banyak artikel tentang Heung Sik. Yong Sik membuka semua
sampah di lantai. Tuan Byun dkk masuk ruangan mengeluh dengan bau yang
menyengat. Tuan Byun akhirnya menyuruh Buka jendelanya dan juga Buka pintunya.
“Apa yang
kalian lakukan di ruang tertutup? Apa Kau
tak menjual kacamata lagi?” tanya Tuan Byun pada Tuan No yang membantunya juga.
“Bisnis
sedang buruk. Kudengar dia jadi polisi setelah menangkap buronan.” Kata Tuan No
“Benar,
lalu kenapa? Apa Kau ingin mendaftar setelah menangkap Pengusil?” ejek Tuan
Byun. Tuan No pikir ini takdirnya.
“Kepala,
kudengar kita dapat DNA Pengusil. Bisa pakai jalan belakang lagi dan berikan
ini kepada temanmu di lab?” ucap Yong Sik memberikan rambut pada Tuan Byun.
“Aku
membuat dia kesulitan. Dia harus menulis surat minta maaf karena urusan setir
mobil.” Ucap Tuan Byun
“Tak ada
yang namanya kejahatan sempurna. Kita hanya kurang menggali. Jadi, kita akan
menggali, dan terus menggali, untuk menemukan bukti nyata agar dia tak bisa
sembunyi lagi.” Kata Yong Sik lalu menemukan seperti bekas tempat salep.
“Tetap
saja, Dongbaek berkata dia tak mengenali pria itu.” Kata Tuan Byun.
“Kekeliruan
dalam ingatan seseorang menjadikan mereka lolos dari kejahatan. Bagaimana bisa
Dongbaek langsung mengingat pria dalam situasi itu saat dia memakai topi?” kata
Yong Sik
“Itu
seperti saat ayahku tertangkap berjudi. Aku tak mengenalinya di berita karena
topi yang dipakainya.” Kata Tuan No
“Dia
melaporkan kehilangan truk dan Dongbaek tak melihatnya jelas. Kurasa dia bangga
pada dirinya, tapi dia tak bisa menipuku. Tak mungkin.” Tegas Yong Sik
“Tampaknya
dia tipe yang punya harga diri tinggi. Aku juga takkan tertipu.”ucap Tuan Byun
ikut berkomentar.
Dong Baek
memasak daging babi panggang untuk anaknya, lalu berkomentar Pil Goo melakukan
ini karena kesal dengannya. Pil Goo hanya diam saja. Dong Baek memastikan
apakah Pil Goo sungguh ingin pindah ke Seoul dan akan tinggalkan ia dan Jun-gi.
“Tapi
ayahku di sana. Aku tinggal denganmu selama ini. Jadi Aku juga harus tinggal
dengan Ayah.” Ucap Pil Goo. Dong Baek menatap marah dan juga sedih.
“Kenapa
berwajah aneh? Apa Kau ingin aku tumbuh tanpa ayah? Tapi seharusnya tidak perlu
begitu.” Kata Pil Goo
“Benar...
Kau benar. Hanya karena aku tak punya suami bukan berarti kau tak berayah.
Yah... Kenapa aku tak pernah terpikir?” ucap Dong Baek merasa bersalah.
“Selagi
berjalan di bawah payung rusak yang sama, aku pasti juga bergantung padanya
dalam beberapa hal. Aku pasti merasa bersalah karena itu aku kesal dengan
keputusannya.” Gumam Dong Baek.
Di depan
rumah. Yong Sik tak percaya kalau Dong Baek akan melepasnya? Dong Baek
menegaskan kalau ini hanya sampai Pengusil tertangkap. Yong Sik mengaku tak
memberi tahu ini karena akan membuatnya takut, lalu memberitahu dugaanya
Heung-sik adalah Pengusil.
“Aku
yakin 85 persen.” Ucap Yong Sik. Dong Baek yakin bukan dia karena Yong Sik
bersikukuh bahwa Pengusil adalah Tuan No .
“Dongbaek,
tatap mataku. Apa aku akan biarkan dia lepas?” ucap Yong Sik dengan tatapan
penuh amarah
“ Tapi
aku penasaran, Kenapa kau selalu menatap seperti itu?” kata Dong Baek. Yong Sik
mengedikan mata agar bisa lebih santai.
“Percaya
saja padaku. Aku akan segera menangkap Pengusil dan membawa Pil-gu pulang.”
Tegas Yong Sik menyakinkan.
Yong Sik
pergi ke TKP tempat Hyang Mi yang mengantarkan pesanan, ia bisa membayngkan
makana diatas meja yang dipesan. Sementara Hyang Mi datang saat hujan dengan
motor mengeluh Orang aneh macam apa yang memesan cumi-cumi dan babi tumis di
tempat yang gelap.
“Karena kecelakaan itu, Hyang-mi
terlambat Saat itu, dia kehilangan kendali dan lupa berhati-hati. Kebiasaannya kembali
setelah lama hilang dan keliru mengira Hyang-mi adalah Dongbaek.”
Hyang Mi
datang dengan menaruh pesanan diatas meja dengan kasar, si pelaku sedang
mengesek korek api. Hyang Mi dengan kesal memukul meja agar si pria segera
membayar pesananya, Si pria terlihat marah sedikit batuk dan akhirnya
mengeluarkan pisaunya lalu menyerang Hyang Mi
“Dia menusuknya
sekali di leher. Tak ada luka perlawanan. Ini serangan mendadak yang tidak
diduga.” Ucap Pria bagian foressik
“Tapi aku
penasaran. Kenapa dia masukkan serbuk gergaji ke mulut orang?” kata Tuan Byun
yang diam-diam menaruh sample rambut yang ditemukan Yong Sik .
“Siapa
yang tahu? Aku menemukan yang lebih aneh kali ini. Sebesar ini dan berwarna
kuning terang.” Ucap Dokter. Yong Sik memastikan kalau itu Kuning terang?
“Ya...
Bentuknya tidak jelas, tapi warnanya terang. Sejujurnya aku tak tahu apa
ini.”kata si dokter. Tuan Byun heran Kenapa Hyang Mi memasukkan itu ke
mulutnya?
“Dia tak memasukkan itu ke
mulutnya. Tapi Korban menelannya sendiri. Benda kuning itu ada di
tenggorokannya. Untuk sampai di sana, butuh tekanan lebih dari seseorang
memasukkannya. Ini menunjukkan korban sengaja menelannya sebelum mati.”
Flash Back
Hyang Mi
terjatuh di lantai dengan darah yang mengalir deras, matanya bisa melihat si
pelaku yang keluar dari rumah. Akhirnya Hyang Mi dibawa ke dalam truk dengan
tangan yang mengenggam keras.
“Kalau begitu, dia masih hidup saat
itu. Jika arteri teriris, dia pasti langsung mati. Namun, hanya venanya yang
teriris, jadi, darah dia keluar perlahan. Dia masih hidup sekitar 30 menit.”
Yong Sik
terdiam karena mengetahui kenyataan, Tuan No mengaku ingin tahu alasan Hyang-mi
menelannya. Yong Sik pikir Mungkin dia meninggalkan pesan untuk mereka.
Dong Baek
menarik koper dari sekolah anaknya. Pil Goo memberitahu Chung-jae pergi ke Filipina jadi meminta
ibunya agar Anggap saja ini seperti itu. Dong Baek bertanya apakah Pil goo
ingin belajar di luar negeri dan selalu seambisius ini.
“Aku
harus main di Liga Utama untuk membelikanmu restoran babi tumis.” Kata Pil Goo
“Tunggu.
Apa aku harus terus menjual babi tumis bahkan setelah kau masuk Liga Utama?”
ucap Dong Baek dan akhirnya langsung menangis
“Apa Kau
menangis lagi? Jika kau sering menangis, orang akan merendahkanmu. Ibu Jun-gi
tidak menangis walau jari kakinya tersandung.” Kata Pil Goo mengeluh kesal lalu
melangkah pergi
“Kau akan
panggil model itu apa? Kau takkan menyebutnya ibu, 'kan? Apa Kau sudah gila?”
kata Dong Baek kesal.
Didepan
sekolah, Jong Ryul sudah menungunya. Dong Baek memberikan tas dan juga berkas
dari sekolah. Pil Goo langsung masuk mobil. Dong Baek mengetuk jendela mengeluh
Pil Goo masuk begitu saja. bahkan tak dipelu. Pil Goo pikir bukan bayi.
“Jangan
terlalu cemas. Menangis hanya buat kami merasa bersalah. Kami pergi.” ucap Jong
Ryul. Dong Baek menghapus air matanya.
“Telepon
jika sudah sampai.” Ucap Dong Baek mengelus kepala anaknya. Pil Goo mengeluh
kalau ibuya sudah mengatakan 100 kali.
“Aku
sakit kepala, jadi, pergilah.” Kata Pil Goo. Akhirnya Jong Ryul pun pergi
meninggalkan Ongsan.
“Terlalu
berlebihan untuk anak manja. Dia bahkan tak menengok.” Komentar Dong Baek
melihat anaknya.
Tapi
ternyata Pil Goo menangis histeris dalam mobil. Jong Ryul melihatnya mengeluh
Pil Goo harus menangis, karena membuatnya merasa bersalah. Pil Goo masih saja
terus menangis. Jong Ryul pun heran Pil Goo
pura-pura tak apa-apa dan baik-baik saja.
“Aku
pergi karena tak ingin!” akui Pil Goo. Jong Ryul pun ingin tahu alasan Pil Goo
pergi dan Bukan ia yang menculik anaknya.
“Jika aku
akan menjadi beban, maka aku akan menjadi bebanmu.” Ucap Pil Goo. Jong Ryul
terlihat bingung.
“Kau bisa
menikahi model itu karena kau tak punya anak. Hal yang penting bagiku, kini Ibu
bisa menikahi Yong-sik!” tegas Pil Goo yang masih terus menangis.
“Apa Karena
itu kau ikut denganku?” ucap Jong Ryul tak percaya. Pil Goo kesal karena semua
orang menikah.
“Apa aku
tak cukup untuk kalian? Kenapa kalian terus menikahi orang lain?” teriak Pil
Goo kesal.
Ayah Sang
Mi makan di meja membahasjika Sang-mi tinggal di sini lagi, maka keduanya akan
diusir. Ibu Sang Mi mengeluh pada suaminya sambil memasukan baju ke dalam
koper, lalu memberithu kalau orang berkata putrinya pencari perhatian.
“Kata
mereka itu penyakit. Ayahnya tak pernah memberi perhatian yang dibutuhkannya, karena
itu dia cari di tempat lain. Bagaimana dia tak mencari cinta jika ayahnya
seperti ini?” komentar Ibu Sang Mi
“Aku apa?”
teriak Ayah Sang Mi. Ibunya menjawab kalau
hanya menteri dan akuntan yang menjadi anak suaminya.
Sang Mi
sedang membereskan barang-barang ke koper dalam kamar mendengar pertengkaran
orang tuanya.
“Aku tak
apa dikucilkan, tapi dia...” kata Ibu Sang Mi. Ayahnya ta bisa terima
menurutnya Ini tak akan terjadi jika kau benar membesarkannya.” Ucap Sang ayah.
“Baiklah.
Ini salahku. Aku yang harus disalahkan. Aku harus dipukuli lagi karena ini,
'kan?” teriak Ibu Sang Mi.
Sang Mi
mengejar ibunya yang berjalan dengan ibunya lalu meminta berhenti karenatak
pergi untuk mati tapi hanya pindah ke apartemen lain di komplek ini. Ibunya
mengeluh dengan sikap sang anak, Sang Mi berpikir tak akan berdebat dengannya.
“Bercerai
dua kali bukan hal yang memalukan sekarang ini. Tinggalkan dia kalau ingin.
Jangan hidup untukku dan lakukan keinginanmu.” Ucap Ibu Sang Mi
“Aku bisa
bawa ini sendiri.. Kenapa kau menjadi seperti ini? Kau konyol.” Keluh Sang Mi
“Baiklah.
Kau bisa membawanya.” Kata Ibu Sang Mi. Sang Mi mengeluh ibunya gampang
menyerah seperti itu?
“Apa Kau
berutang padaku? Apa Karena itu kau menjadi ibuku? Berhenti selalu merasa
terintimidasi karena kekuranganku. Itu lebih menggangguku!” ucap Sang Mi lalu
menarik kopernya sendiri.
Di dalam
lift seorang anak menatap Sang Mi yang menangis histeris, Sang Mi terus
menangis tak peduli dengan anak yang terus menatapnya memanggil Ibunya. Sang
ibu duduk ditaman menatap ke arah langit,
“Apa
salah anakku? Jika harus menyalahkan, ini salahku.” Ungkap Ibu Sang Mi
“Anak-anak, setelah mendapat
sembilan benda pun, akan meminta satu lagi. Orang tua merasa sedih tak bisa
memberi lebih bahkan setelah beri sepuluh.”
Dong Baek
mengeluarkan baju dari mesin cuci lalu melihat kaos kaki yang dipakain Pil Goo,
akhirnya kembali menangis. Saat itu pintu rumahnya seperti ada seseorang yang
mencoba masuk, Nyonya Jo datang. Dong Baek membuka pintu kaget melihat ibunya
kembali.
“Walau orang tua terus
memberi...Mereka selalu merasa berutang kepada anak-anaknya.”
“Kenapa
mengganti nomor sandinya? Apa untuk menjauhkanku?” keluh Nyonya Jo
“Jadi, Apa
yang satu pergi dan satu datang?” keluh Dong Baek. Nyonya Jo mengaku Pil-gu
menyerahkan tongkat estafet. Dong Baek tak percaya mendengarnya.
“Kapan
kau bertemu dia? Apa katanya?”tanya Dong Baek tak bisa menahan tangis. Nyonya Jo tak menjawab langsung menyelonong
masuk.
“Ini
bukan tempat kau bisa datang sesukamu. Kau selalu pergi lalu kembali.Apa ini
semacam ujian? Kalau begitu, kau sudah ke dokter? Kenapa bisa tidak mengganggu?”
keluh Dong Baek,
“Apa
Sudah makan malam?” tanya Nyonya Jo. Dong Baek balik bertanya Apa Nyonya Jo
makan saat meninggalkannya akhirnya menangis.
Sang Mi
sudah membongkar barang-barangnya, Jong Ryul mengeluh dengan Sang Mi yang harus
melakukan ini. Sang Mi menyindir kalau Jong Ryul ingin mengusirnya dan membawa Dongbaek lalu
menegaskan Tak akan dibiarkan. Jong Ryul bertanya apakah Sang Mi tinggal
dengannya demi orang lain.
“Kau yang
bersalah, artinya kau tak bisa minta cerai.” Ucap Sang Mi. Jong Ryul menegaskan
Sang Mi yang terus memintanya.
“Aku
hanya meminta dan Kau yang punya anak lain.” Balas Sang Mi. Jong Ryul meminta
agar Sang Mi memelankan suaranya.
“Dia tahu
semuanya, jadi, kenapa harus kupelankan?” uap Sang Mi. Jong Ryul berteriak
memarahinya.
Di luar,
Pil Goo terdiam menatap foto keluarga sang ayah dengan anak perempuanya,
wajahnya terlihat tak bisa berkata-kata. Jong Ryul akhirnya mengantar Pil Goo
masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan tapi tak tahu anaknya akan suka sama
dia atau tidak.
“Apa satu
lembar sehari cukup untuk anak delapan tahun? Aku tak tahu harga pasarannya.”ucap
Jong Ryul akhirnya memberikan 20ribu won untuk Pil Goo. Pil Goo pun langsung
mengambilnya.
“Ini kali
pertamamu punya ayah, tapi ini kali pertamaku punya anak delapan tahun. Mari
anggap ini masa penyesuaian.” Ucap Jong Ryul gugup.
“Baiklah.
Aku tak masalah” kata Pil Goo sambil mengeluarkaan barang-barangnya.
“ Selain
itu, wanita model itu akan tinggal di sini.” Jelas Jong Ryul. Pil Goo pikir Itu
juga tak apa-apa.
“Baiklah.
Aku paham... Omong-omong, adikmu di rumah ibuku, tapi dia akan kembali besok.
Kurasa itu juga tak apa-apa untukmu, tapi...” kata Jong Ryul yang langsung
disela oleh Pil Goo.
“Apa dia
sering tinggal di rumah lain?” tanya Pil Goo. Jong Ryul terlihat bingung.
“Begini...
Dia tinggal di rumah Ibu, lalu di rumah ibu Jessica...” kata Jong Ryul dan Pil
Goo langsung berkomentar kasihan padanya.
“Dia
jelek dan buang air di celana, tapi harus sering pindah.” Ucap Pil Goo. Jong
Ryul bertanya apakah Pil Goo juga menganggap dirinya seperti itu
“Tentu.
Aku tinggal dengan ibuku dan kini dengan ayahku.” Komentar Pil Goo.
“Apa Kau
biasa tidur sendiri? Karena ini hari pertamamu, mungkin...” kata Jong Ryul
“Tidur
bersama akan aneh. Tapi Boleh aku kunci pintu saat tidur?” kata Pil Goo.
Didepan
kamar, Nyonya Jo sudah membawa bantal dan terlhat gugup lalu bertanya-tanya Bagaimana
menghibur putri 34 tahun. Ia measa Tak bisa dipercaya dan akan kembali ke
kamar, tiba-tiba Dong Baek kaget keluar kamarnya. Ibunya menyadarkan sang anak
kalau bukan orang jahat.
“Kenapa?
Apa Kau ingin tidur bersama?” ucap Dong Baek melihat ibunya membawa bantal.
“Itu
aneh.” Kata Dong Baek. Ibunya pikir juga seperti itu. Tapi akhirnya mereka
tidur satu kamar juga.
Dong Back
menatap punggung ibunya lalu bertanya Bagaimana ibunya bisa tinggalkan anaknya,
Walau Pil Goo dengan ayahnya, tapi merasa khawatir dia tidur nyenyak, atau
apakah lampu tidur dan pelembap udaranya menyala.
“Jadi Bagaimana
kau bisa tinggalkan aku? Bagaimana kau bisa hidup setelah tinggalkan anak?”
ucap Dong Baek
“Kau
sekesal ini walaupun Pil-gu hanya pergi
sementara. Aku meninggalkan anakku. Saat
meninggalkanmu, maka aku menjadi gila. Apa Kau ingin kutepuk punggungmu?” ucap
Ibu Dong Baek
“Ranjangku
terlalu kecil.” Ucap Dong Baek dan kembali menangis. Nyonay Jo pun meminta Dong Baek Berhenti
menangis dan tidur saja.
“Walau
tanpa pelembap udara, dia lebih aman di sana. Kau bisa bawa dia kembali setelah
Pengusil tertangkap. Anak lebih butuh ibunya daripada uang sebanyak apa pun.”
Kata Nyonya Jo
“Lalu Apa
kau tetap membuatku menjadi anak yatim?” sindir Dong Baek.
“Jika kau
menyerahkan anakm, karena tak bisa menghidupinya, hatimu mati.” Ucap Nyonya Jo.
Dong Baek tiba-tiba mendekat pada ibunya.
“Jangan
mati, Ibu.” Kata Dong Baek. Nyonya Jo seperti tak ingin mendengarnya menyuruh
anaknya berhenti bicara dan tidur saja.
“Ginjal
atau empedu, apa pun itu... Akan kuberikan milikku.” Ucap Dong Baek. Nyonya Jo
langsung duduk dan berteriak marah.
“Hei! Aku
tak ingin kembali karena tahu kau akan katakan itu. Lebih baik aku mati
daripada mengambil ginjal dari putri yang kutinggalkan.” Ucap Nyonya Jo
“Yang
diberikan adalah empeduku.” Ucap Dong Baek merasa tak bersalah dengan sikapnya.
“Siapa
kau memberitahuku harus berbuat apa? Kenapa kau peduli? Seharusnya kau
membenciku dan Seharusnya kau dengki. Kenapa kau berkata akan memberikannya?”
ucap Nyonya Jo marah
“Bukan karena
aku menyukaimu. Aku bisa benci kau semauku sambil memberikan yang kau butuhkan.
Jika kau mati karena tak kuberikan padamu, bagaimana kau pikir perasaanku?”
jelas Dong Baek
“Kenapa
semua orang di rumah ini terlalu baik? Hatiku hancur setiap melihat kalian
semua. Kenapa kau tumbuh menjadi baik? Tak akan ada yang baik padamu karena
kebaikanmu.” Keluh Nyonya Jo geram
“Terserah.
Berhenti mengomel dan jangan mati. “ komentar Dong Baek.
“Aku
ingin berhenti ucapkan selamat tinggal kepada semuanya.Astaga. Kukira aku bisa
mati dengan tenang setelah bertemu denganmu, tapi kini aku tak sanggup untuk
mati.” Ucap Nyonya Jo
“Jadi,
ambil saja kantong empeduku atau apa pun itu.” Kata Dong Baek.
“Kenapa mengambil
kantong empedumu? Itu Ginjalku. Ginjal, dasar bodoh.” Kata Nyonya Jo kesal
Bersambung ke EPISODE 36
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar