PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di dalam
bus, Jun Gi bertanya Pil Goo akan memihak siapa Pil Goo menjawab benci
keduanya. Jung Gi memastikan kalau Pil Goo juga membenci Tuan Hwang. Pil Goo
membenarkan, Jung Gi ingin tahu alasanya.
“Hei,
anggap saja kau duduk dengan Hong Jae-min di bus. Aku duduk dengan Yang
Jeong-wu. Tapi Jeong-wu selalu mengupil. Sekalipun aku ingin tetap duduk
denganmu, bagaimana aku bisa jika kau punya sahabat baru? Apa Kau paham?” ucap
Pil Goo
“Itu tak
adil untukku. Tak ada yang lebih pusing dariku di antara anak delapan tahun
sekelasku.” Keluh Pil Goo. Jun Gi pun hanya bisa diam saja.
Bus
dengan spanduk bertuliskan [SEKOLAH DASAR ONGSAN PELATIHAN TIM BISBOL] akhirnya
sampai juga disekolah. Para ibu menjemput anaknya, Jun Gi pun berlari pada
ibunya. Pil Goo memanggil ibunya, tapi ternyata Dong Baek tak menjemput.
“Pil
Goo.. Kemari.. Ibumu agak sibuk sekarang. Makanlah di rumahku. Dia akan datang
menjemputmu.” Ucap Nyonya Park.
“Kenapa
dia sibuk?” tanya Pil Goo.Nyonya Park tak menjawab malah mencari dimana tasnya
Pil Goo
“Aku yang
utama. Kenapa dia sibuk?” keluh Pil Goo terlihat sangat marah.
Di depan
restoran, KEPITING RENDAM JUN-GI. Dua bibi Jung dan Kim sedang membersihkan
sawi untuk kimchi. Nyonya Kwak datang ingin tahu keadaan Dong Baek., apakah
sudah membuka bar dan sudah makan. Bibi Jung mengeluh kalau Dong Baek itu tak akan kelaparan.
“Dia
bukan orang asing.” Kata Nyonya Kwak. Bibi Jung mengeluh kalau Dong Baek orang
asing.
“Khususnya
kau dan dia. Entah kau keluarga atau musuhnya. Kenapa kau mengkhawatirkannya?
Biarkan saja dia. Terserah apa maunya. Jangan terlalu cemas.” Kata Bibi Kim
“Kalian
berdua sangat kejam. Jika kalian tetangganya selama enam tahun, dia lebih
keluargadaripada kerabat yang jarang ditemui. Kenapa kau katakan kita harus
membiarkannya?” komentar Nyonya Kwak.
“ Apa
yang akan kau lakukan? Entah hindari atau rangkul dia. Pilih posisimu. Kau
sayang atau benci dia, apa yang akan kau lakukan?” komentar Nyonya Jung
“Kau
sudah menyukainya, dan kini dia di hubungan benci tapi cinta. Dia tak tahan
lagi.” Ejek Nyonya Kim
“Baiklah,
kau orang suci soal urusan orang lain. Tunggu dan lihat saja sampai Geum-mi dan
Jang-jong menikah. Apa Kau mau mereka menikahi seseorang yang sudah punya anak?
Bahkan Buddha akan merasa itu berat. “ keluh Nyonya Kwak.
“Kenapa
kau berharap aku pura-pura tak apa-apa? Apa aku meminta terlalu banyak?
Setidaknya dia seharusnya tanpa anak delapan tahun. Setidaknya dia bisa tanpa
beban.” Kata Nyonya Kwak.
Dua bibi
mengeluh agar Nyonya Kwak berhenti, saat itu pintu restoran terbuka. Pil Goo
keluar dengan menarik kopernya. Nyonya Park panik mencoba menahan Pil Goo.
Nyonya Kwak melonggo kaget ternyata ada Pil Goo dalam restoran.
“Pil
Goo.. Pikirkanlah. Bukan hanya kau anak
delapan tahun di sini. Aku sungguh tak membicarakanmu. Aku hanya bicarakan anak
delapan tahun lain di keluarga lain.” Ucap Nyonya Kwak mengejar Pil Goo
“Apa aku
beban ibuku? Apa aku menjadi beban?”tanya Pil Go marah. Nyonya Kwak hanya bisa
terdiam.
Akhirnya
Pil Goo sampai di rumah mencoba masuk rumah tapi ternyata password rumahnya
diganti. Ia pun berteriak memanggil ibunya, tapi tak ada sahutan. Pil Goo terus
berteriak memanggilibunya sambil mengedor pintu sambil menangis.
Dong Baek
baru saja keluar dari kantor polisi ingin menanyakan tentang ibunya. Yong Sik
menemaninya terlhat gugup memberitahu kalau hampir menemukannya. Dong Baek inin
tahu Apa dia pergi ke rumah sakit. Yong Sik membenarkan.
“Aku
terus melihat catatan rumah sakitnya.” Kata Yong Sik. Dong Baek pun meminta
agar cepat membawa ibunay saat datang ke
rumah sakit
“Hei,
Dongbaek... Sebaiknya kau datang ke polsek dan beri kami kejutan.” Ucap Yong
Sik
“Aku
mencari di internet dan mendengar cuci darah sangat menyakitkan. Dia sangat membengkak
karena sakit. Namun, aku kasar padanya dan menyalahkannya karena gemuk setelah
meninggalkanku.” Ucap Dong Baek sedih.
“Dongbaek...
Jika kau harus memberinya ginjalmu, maukah kau melakukannya?” tanya Yong Sik
gugup
“Tak ada
yang bisa komentar apa pun sekalipun aku menolak.” Ucap Dong Baek dan saat itu
Nyonya Park menelp.
Dong Baek
berlari pulang ke rumah dengan Yong Sik memanggil anaknya dan terlihat Pil Goo
hanya duduk didepan pintu. Dong Baek mengeluh akalu anaknya itu membuatnya
ketakutan, Yong Sik pun mencoba membuka pintu rumah dengan sandi baru.
“Pil-gu,
kenapa kau duduk di sini?” tanya Dong Baek. Pil Goo bertanya pada ibunya ganti
nomor sandinya. Dong Baek terlihat bingung.
“Kenapa
dia tahu?” tanya Pil Goo. Yong Sik mencoba menjelaskan. Pil Goo bertanya apakah
ibunya akan menikahi pria ini. Dong Baek
terlihat bingung.
“Lebih
aneh Ibu, aku, dan dia hidup bersama daripada hanya kita berdua. Ini
menyebalkan, membuat kepalaku lebih sakit, dan memalukan!” teriak Pil Goo
marah.
“Hei...
Kemari. Kau! Kau tak boleh... Kau tak boleh bicara begitu.” Ucap Dong Baek
marah. Yong Sik menenangkan Pil Goo dan mencoba membuat Dongbaek agar bisa
tenang.
“Tak boleh
bicara seenakmu kepada orang dewasa. Kau mengecewakanku jika seperti itu” kata
Dong Baek
“Kau tak
sekecewa aku. Saat kau tak datang menjemputku dan mengganti nomor sandi rumah
kita, rasanya seperti Bumi hancur.” Teriak Pil Goo mendorong Yong Sik dan
menangis didepan ibunya.
Nyonya
Hong mengemudikan mobilnya. Tuan No memberitahu Jika dipenjara, maka Nyonya
Hong bisa miliki kebun pir di Nonsan. Karean itu Satu-satunya yang bisa
diberikan yaitu rumah atau kebun itu. Nyonya Hong mengeluh kenapa Tuan No harus
dipenjara.
“Kau tak
membunuh Hyang-mi.” Kata Nyonya Hong, Tuan No kaget kalau Nyonya Hong sungguh
percaya padanya.
“Bukannya
aku memercayaimu. Aku percaya pada diri sendiri. Kurasa aku melihat dia hari
itu.” Ucap Nyonya Hong. Tuan No kaget mendengarnay.
“Katamu
kau melihatnya di jalan yang mengarah ke pemancingan. Aku melihatnya di
pemancingan. Jadi, itu berarti dia tidak mati di jalan.” Ucap Nyonya Hong.
Nyonya
Hong turun dari mobil. Tuan No panik karena merasa tak perlu memberitahu mereka
kalau melihat Hyang Mi juga. Nyonya Hong tetap ingin memberi tahu detektif.
Tuan No bertanya apakah percaya mereka,
karena mereka sibuk melindungi diri sendiri.
“Karena
itu, mereka berusaha menjebloskanmu.” Ucap Nyonya Hong menyindir.
“Apa Mantan istri No Gyu-tae perlu beri tahu dia
melihat Hyang-mi pada hari kematiannya? Apa Kau percaya orang kampung itu? Dia
tak tahu perbuatannya.” Kata Tuan No marah
“Kurasa
orang udik yang bodoh lebih baik daripada detektif cerdik. Karena itu aku
menikahimu. Walau kau menusukku dari belakang.”sindir Nyonya Hong berjalan
masuk ke kantor polisi. Tuan No hanya bisa mengumpat kesal.
Di kantor
polisi, semua sedan makan jajangmyun. Tuan Byun yang pertama kali melihat
Nyonya Hong kaget dan langsung berdiri diikuti oleh semunya. Nyonya Hong mengatakan yang dikatakan oleh
kepolisan Ongsan "Yong-sik mengalahkan Investigasi Wilayah."
“Jangan
buat aku menyesal memihakmu.” Ucap Nyonya Hong. Yong Sik melongongo bingung.
“Di malam
tanggal 24, aku lihat Choi Hyang-mi.” Akui Nyonya Hong. Nyonya Kwak terlihat
penuh semangat medengarnya langsung memasukan buah ke dalam mulutnya.
Flash Back
Nyonya
Hong ternyata melihat Hyang Mi di seberang pintu rumah saat datang mengantar
pesanan. Ia mengaku tak bisa lepas mengawasinya dan heran karena Hyang Mi
mengantar pesanan dan merasa sudah terlalu lapar.
“Jika itu
Dongbaek, aku pasti memesan sup pangsit. Aku masih bernafsu makan besar sebelum
perceraianku. Berat badanku jelas takkan turun.” Ungkap Nyonya Hong
Akhirnya
Nyonya Hong memilih tidur dan terbangun mendengar suara motor dinyalahkan lalu
suara mobil truk. Ia membuka jendela rumah dan heran karena truk itu membawa
motor, bahkan Lampunya juga mati.
Saat
makan bersama suaminya, Tuan No memberitahu Hyang Mi sudah pergi. Nyonya Hong
pun kaget sampai menjatuhkan sushi ke dalam kecap asinnya.
“Lalu
kudengar dia menghilang, jadi, kupikir itu juga aneh.”
***
“Jika
truk itu membawa motornya.. Artinya Hyang-mi dalam keadaan tak bisa
mengendarainya. Apa kau melihat pengemudinya Atau mungkin pelat nomornya?”
tanya Yong Sik
“Saat itu
cukup gelap, dan anehnya, truk itu tak menyalakan lampu depannya.” Kata Nyonya
Hong
“Jika
lampunya dimatikan, maka itu tersangkanya. Baiklah, permainan akan berakhir setelah
kita menemukan truknya.” Kata Yong Sik
“Kenapa
aku melihat truk itu?” ucap Nyonya Jo. Semua hanya bisa melonggo mendengarnya.
“Truk
yang mencuri motor Dongbaek. Aku lihat hari itu.” Kata Nyonya Jo.
***
Flash Back
Nyonya Jo
meesan taksi agar menjemputnya Di depan Camellia. Sekarang. Dong Baek heran
ibunya yang memanggil taksi saat larut malam. Nonya Jo menyuruh Dong baek agar
membawa anaknya pulang karena Lebih baik dia tidur di sini lagi.
Di dalam
taksi, Nyonya Jo terlihat menahan rasa sakit lalu melihat truk yang berhenti
disampingnya. Ia pun melihat stiker CAMELLIA dan yain kalau motor itu milik Dong
Baek. Ia pun berpikir Hyang-mi bahkan
menjual motor mereka.
“Haruskah
kukejar truk itu?” tanya supir taksi. Nyonya Jo menolak agar membawa ke rumah
sakit dahulu.
Setelah
itu, Dong Baek mengeluh Hyang Mi itu mematikan ponselnya lalu berpikir sudah memutuskan
hubungan karena 30 juta won. Nyonya Jo yakin Hyang Mi takkan datang lagi. Dong
Baek terlihat bingung. Nyonya Joo pikir Dong Baek Jangan tunggu, karena Hyang
Mi yang takkan datang.
“Kukira dia
menjual motor dan kabur” akui Nyonya Jo. Yong Sik pun bertanya apaka Nyonya Jo
kebetulan ingat nomor pelat taksi yang dinaiki hari itu.
“Kau
bercanda? Siapa yang ingat pelat taksi? Saat itu, perutku sakit.” Keluh Nyonya
Jo.
“Kamera
dasbor taksi akan merekam truk itu.” Ucap Yong Sik. Tuan No akhirnay
menyusulkan periksa taksi di Ongsan karena Pamanny sopir taksi.
“Bicara
dengan Jong-ryeol... Aku melihatnya di jalan.” Kata Nyonya Jo. Semua melonggo
lagi mendengarnya.
“Aku baru
dapat hadiah besar.” Gumam Yong Sik mendongkan kepalanya dan terlihat sangat
bahagia.
Flash Back
Jong Ryul
mencari sesuatu di pingir jalan mengeluh kesal karena tak ada yang Mi jadi apa
yang ditabrak oleh istrinya tadi. Ia pun mengumpat kesal sendiri dijalan,
Nyonya Jo pun sedang menaiki taksi pun bisa melihatnya dengan mobil sportnya.
“Mobilnya
diparkir di jalan, dan dia berteriak seperti orang gila.” Ucap Nyonya Jo yakin.
Tuan No
seperti seorang kepala tim investigasi langsung membagi tugas Yong-sik bisa mulai dengan memeriksa kamera
dasbor Jong Ryul, lalu memberitahu istrinya
kalau ingin bersiap menuntut negara. Ia akan mentuntut negara karena
menodai kejujurannya dan langsung disela oleh Yong Sik.
“Ini
kesimpulanku. Para tersangka yang melihat Hyang-mi malam itu sebenarnya bukan
tersangka.” Ucap Yong Sik menulis nama TERSANGKA, SAKSI, GYU-TAE, JESSICA,
JONG-RYEOL, JA-YEONG, NYONYA JO
“Kurasa
mereka saksi Aku baru dapat lima kartu beruntung. Lalu setelah mengatur
kartu-kartu ini, lalu aku tahu pasti Pengusil akan tertangkap.” Ucap Yong Sik
“Hei.. Buku petunjuk itu tak berguna. Kau bela kami,
dan kau akan naik pangkat.” Kata Tuan Byun pada Oh Joon. Oh Joon langsung
menutup buku “PETUNJUK UJIAN POLISI”
lalu bergegas pergi.
Di rumah
Dong Baek
dan anaknya hanya diam dimeja makan, seperti sedang tak nafsu makan. Dong Baek
mengingat pesan dari si pengusil [ KAU HARUS DATANG, DIA MATI KARENAMU SEMUA
YANG DEKAT DENGANMU AKAN MATI]
Sementara
Pil Goo mengingat yang dikatakan Nyonya Kwak “ Setidaknya dia seharusnya tanpa
anak delapan tahun. Setidaknya dia bisa tanpa beban.” Wajahnya seperti sangat
sedih. Dong Baek akhirnya mulai berbicara pada anaknya.
“Pil-gu,
mulai sekarang kau tak boleh berkeliaran sendirian. Kau harus turuti
kata-kataku, oke?” ucap Dong Baek memperingatkan
“Di mana
Nenek?” tanya Pil Goo. Don Baek terlihat bingung dan menjawab kalau nenek Pil
Goo akan kembali.
“Bagaimana
dengan Hyang-mi? Apa mereka pergi agar kau tenang?” tanya Pil Goo. Dong Baek
terlihat makin bingung.
“Apa kau
nyaman saat aku pergi ke Tiongkok?” tanya Pil Goo. Dong Baek mengeluh agar
anaknya Berhenti bicara omong koson dan
makan makanannya.
“Kita
takkan tinggal bersama saat aku dewasa dan menikah, 'kan? Bukankah biasanya
begitu?” kata Pil Goo
“Kenapa? Apa
Kau cemas aku memintamu tinggal denganku?” tanya Dong Baek.
“Orang
tua akan ditinggal saat menikah. Kebanyakan temanku tak tinggal dengan nenek.
Aku tahu saat tak diterima. Aku takkan memintamu tinggal denganku setelah
menikah.” Ucap Pil Goo
“Apa kau
seperti ini karena kupukul waktu itu? Setidaknya kau bisa tenang karena kau
yang dipukul.” Kata Dong Baek
“Aku tak
bisa tidur. Apa Kau pikir anak-anak selalu tidur nyenyak?” keluh Pil Goo
Tuan No
sedang dihipnotis agar bisa kembali ke masa lalu. Di ruangan kontrol Yong Sik
dan Tuan Byun menungu dengan gugup. Yong Sik bergumam kalau ternyata tak semua
kartu beruntung.
“Biarkan
saja dia... Dia hanya ingin membantu sebagai satu dari lima kartu
keberuntungan. Yang dapat nilai buruk itu yang selalu minta keberuntungan
sehari sebelum ujian.” Ucap Tuan No. Yong Sik masih terus mengeluh
“Apa yang
kau lihat?”tanya si pria. Tuan No menjawab Hyang-mi membuat hati dengan lengan di
atas kepalanya.
“Aku
sangat marah.” Ucap Tuan No. Sementara Tuan Byun di ruangan masih berpikir
mereka mungkin dapat sesuatu dari ini.
“Pengemudi
yang menabraknya keluar dari mobil. Dia perempuan.” Kata Tuan No Tuan Byun panik mendengar Perempuan
“Astaga,
itu mungkin hanya Jessica.” Komentar Yong Sik sudah tahu. Tuan No pun meminta
agar memberitahu nomor pelat mobilnya.
“Empat...
Delapan.... delapan...Lima” ucap Tuan No terbata-bata. Yong Sik mengeluh
mendengarnya, sementara Tuan Byun merasa
nomor itu terdengar akrab.
“Astaga,
kau bicara omong kosong!” teriak Yong Sik akhirnya masuk ruangan interogasi dan
akhirnya Tuan No langsung membuka matanya.
“Nomor
pelat Jong-ryeol di rekaman kamera pengawas adalah 4904. Tapi kenapa kau bilang
"4885"? Kau pasti bercanda” teriak Yong Sik marah keluar dari kantor
polisi.
“Hei!
Membuat kesalahan adalah bagian dari penyelidikan!” komentar Tuan Byun membela
Tuan No yang tertunduk.
“Jujur
saja dan katakan kau tak tahu! Kenapa kau mengarang?” Sejak awal aku tak suka sikapnya!” teriak Yong
Sik kesal.
“Aku
terus meyakinkan diriku, bahkan aku dihipnotis!” ungkap Tuan No. Yong Sik kesal
hanya bisa menginjak kakinya sendiri dijalan.
“Lalu ada kartu keberuntungan yang
tak membuatku nyaman.”
Jong Ryul
datang ke kantor polisi Ongsan dan langsung memberikan SD Cardnya. Yong Sik
dengan suara lirik mengucapkan Terima kasih
untuk kerja samanya. Jong Ryul bertanya apakah Yong Sik sungguh bisa menangkap
Pengusil dengan itu
“Tuan
Kang, apa kau pernah menangkap perampok bank dengan kotak bekal?” tanya Yong
Sik.
“Bukan
itu pertanyaanku.” Komentar Jong Ryul. Yong Sik bertanya lagi apakah Jon Ryul Pernah
mengikat pembunuh dengan selotip?
“Bukan
itu pertanyaanku.” Komentar Jong Ryul. Yong Sik pikir Pengusil hanya bisa
berulah karena belum bertemu dengannya.
“Yong-sik,
kau bisa katakan itu setelah kau sungguh menangkapnya. Tak ada gunanya kita
mengobrol panjang.” Keluh Jong Ryul
“Namun,
asal kau tahu saja, Dongbaek...” kata Yong Sik yang langsung disela Jong Ryul
kalau tak tanya itu.
“Aku tak
perlu kau memberi tahu kabarnya. Aku bisa temui dia sendiri. Apa Kau pikir kita
dekat? Aku dekat dengan Dongbaek.” Ucap Jon Ryul
“Logika
macam apa itu? Baiklah. Silakan saja. Coba saja semuanya. Namun, apa pun yang
kau lakukan, hubungan kami akan selalu kuat.” Tegas Yong Sik
“Terserah.
Kau bisa katakan itu setelah menikah. Silakan hadapi semua yang menghalangimu. Lalu
kau bisa katakan itu kepadaku.” ejek Jong Ryul
“Astaga,
kau terus membahas semua penghalang itu. Apa itu membuatmu lega? Aku tak
perhitungkan semua. Aku hidup sesuai keinginanku. Jadi, kebanyakan penghalang tak
bisa menghalangi.” Komentar Yong Sik lalu mengucapkan terimakasih lagi dan
segera masuk ke dalam kantor polisi.
Dua teman
Pil Goo berjalan meminta agar meminjamnya dan
berjanji takkan merebutnya. Pil Goo hanya diams aja. Temanya terus
mengku hanya tanya apa boleh
meminjamnya. Jung Gi pikir temanya sama saja ingin merebut dari Pil Gooo dengan
menyebutkan kakaknya.
“Aku bisa
bicarakan dia semauku.” Kata teman Pil Goo. Jun Gi mengelu agar Berhenti bersikap
egois.
“Hei,
kakakku kelas enam. Dia hampir sabuk hitam.” Kata anak. Pil Goo akhirnya
menatap dua temanya.
“Kalian
belum pernah sakit kepala, 'kan?”tanya Pil Goo. Si anak mengaku hanya pernah beringus. Pil Goo akhirnya
memberikan games yang diberikan oleh Jong Ryul.
Keduanya
akhirnya bermain tanpa Pil Goo, salah satu heran dengan Pil Goo tiba-tiba bisa
kaya dan sudah punya tiga konsol gim. Temanya mengaku tak peduli apa Pil Gooo kaya
karena menurutnya ia utetap lebih kuat dari Pil Goo dan Kakaknya kelas enam
bahkan hampir sabuk hitam.
“Lalu
bagaimana denganku? Menurutmu berapa usiaku?” uca Nyonya Jo tiba-tiba datang. Keduanya
terlihat bingung.
“Kau mungkin
punya kakak kelas enam. Tapi Pil-gu punya nenek berusia 57 tahun. Kau boleh
pinjam hari ini saja. Bersenang-senanglah hari ini dan kembalikan besok. Sebaiknya
kau lakukan itu, oke?” ucap Nyonya Jo. Keduanya
terliha bingung.
“Pil-gu
punya nenek berusia 57 tahun. Aku selalu ada untuknya dan selalu mengawasinya.”
Tegas Nyonya Jo. Saat itu Pil Goo dan Jun Gi berlari mengejar keduanya. Nyonya
Jo akan bergegas pergi.
“Hei,
kembalikan itu... Dia sakit kepala dan tak berpikir benar.” Ucap Jun Gi
“Nyonya,
tunggu.. Dia baru merebutnya dariku.” Kata Teman Pil Goo. Pil Goo heran siapa
wanita itu.
“Nenek
Pil-gu berusia 57 tahun.” Ucap Teman Pil Goo. Nyonya Jo seperti sudah tak bisa
bersembunyi akhirnya menyapa Pil Goo. Pil Goo kaget meliha neneknya.
Dong Baek
baru pulang lalu mengeluh melihat Jong Ryul kembali datang ke barnya. Jong Ryul
sambil menghela nafas menanyakan keadaan Dong Baek karena pasti ketakutan. Dong
Baek balik bertanya apakah Jong Ryul cemas kalau ia mungkin mati.
“Aku tak
percaya penakut sepertimu malah menghadapi pembunuh. Kau pasti terguncang. Aku
takkan minta kau tinggal denganku. Pastikan saja kau tak mati. Pastikan saja
kau tetap hidup. Kau harus Hidup dan sehat.” Tegas Jong Ryul
Di dalam
bar
Jong Ryul
mengaku Saat melihat Don baek lagi
setelah delapan tahun, jadi lebih terganggu pelindung tangan yang dipakai daripada
gelang germanium yang dipakai. Ia tahu Dong Baek bekerja dan merawat Pil-gu
sendiri membuatnya gila.
“Selain
itu, kenapa... Kenapa kau harus...” ucap Jong Ryul tak bisa berkata-kata.
“Kenapa
aku harus bertemu pembunuh?” ucap Dong Baek. Jong Ryul tak bisa percaya Dong
Baek harus hidup seperti ini
“Hidupmu
seperti semacam tantangan.” Komentar Jong Ryul. Dong Baek tak ingin
berbasa-basi ingin tahu Apa sebenarnya yang ingin dikatakan
“Kuminta
untuk terakhir kali... Mari pergi ke Seoul. Aku tahu uang bukan segalanya dalam
hidup. Namun, uang membuat hidupmu jauh lebih nyaman. Berhenti hidup miskin dan
berbahaya.” Ucap Jong Ryul
“Kenapa
kau tak bisa hidup nyaman, stabil, dan makmur? Apa Tak bisa kulakukan itu untukmu?”
tanya Jong Ryul memohon
“Jong-Ryul,
saat kita masih bersama, aku tak pernah mencemaskan sewa. Tapi aku merasa tak
nyaman. Aku sama sekali tak nyaman. Aku selalu gugup, terintimidasi, dan berhati-hati.
Itu yang kurasakan.” Akui Dong Baek
“Tapi
belakangan ini, aku nyaman. Aku tak pernah sebangga ini pada diriku. Jadi,
bisakah tolong biarkan aku? Tak bisakah biarkan kami sendiri?” kata Dong Baek
“Maka
maaf mengatakan ini, kau tak memberiku pilihan selain menjadi orang jahat.” Ungkap
Jong Ryul. Dong Baek terlihat bingung.
“Biarkan
aku membawa Pil-gu. Aku tak tahan setiap hari memikirkan putraku dibesarkan di
bar yang didatangi pembunuh.” Ucap Jong Ryul
Nyonya Jo
mengajak makan cucunya lalu mengaku berniat pergi setelah melihat keadaan Pil
Goo dari kejauhan. Pil Goo bertanya kenapa neneknya tak pulang. Nyonya Joo balik bertanya apakah
Pil Goo merindukannya. Pil Goo memberitahu kalau ibunya menunggu Nyonya Jo.
“Sungguh?!!”
ucap Nyonya Jo tak percaya. Pil Goo memberitahu kalau ibunya itu menyukai
Nyonya Jo.
“Apa dia
mengatakannya?” tanya Nyonya Jo. Pil Goo mengaku bisa tahu tentang hal itu.
Nyonya Jo menyimpulkan Dong Baek tak pernah mengatakannya.
“Aku tahu
dia selalu marah padamu, tapi dia tak pernah sungguh-sungguh. Saat dia sungguh
marah, alis, lubang hidung, dan suaranya sangat berbeda. Setelah kau pergi, dia
terus menghela napas saat makan Lalu tiap kali pengantar paket mengetuk pintu,
dia bangkit dan melihat keluar.” Cerita Pil Goo
“Tampaknya
kau sangat mengenalnya.” Komentar Nyonya Joo. Pil Goo yakin lebih kenal ibunya daripada
siapa pun.
“Kau dan
Tuan Hwang tak sebanding denganku. Jadi, cepatlah kembali ke rumah. Saat Ibu
menangis, dia tak berhenti.” Kata Pil Goo
“Kenapa
dia menangis?” tanya Nyonya Jo heran. Pil Goo mengaku akan tinggal dengan
ayahnya. Nyonya Jo kaget mendengarnya.
Nyonya Kwak
bertemu dengan Pil Goo berpikir kalau masih marah karena menyebutnya beban. Pil
Goo memberikan banyak makanan untuk Nyonya Kwak dan semua itu untuknya. Nyonya
Kwak bingung kenapa memberikan itu padanya dan berpikir agar bisa lebih tinggi
lagi.
“Ibuku
adalah orang baik... Ibuku baik... Dia sangat baik.” Ucap Pil Goo dengan mata
berkaca-kaca lalu keluar dari restoran.
“Kau dan
ibumu membuatku kesulitan.” Ungkap Nyonya Kwak sambil menghela nafas.
Jun Gi
menangis tersedu-sedu, Pil Goo meminta agar Jun Gi berjanji dengan ibunya agar
memastikan tak jahat pada ibunya dan tak
merundung lalu memberikan gamenya. Jun Gi mengeluh tak butuh game konsolnya itu karena tak ada
guna kalau Pil Goo pergi
“Kau
harus berkunjung ke Seoul.” Ucap Pil Goo tak bisa menahan tangisnya.
“Kapan?
Tanggal berapa?” tanya Jun Gi sepert sudah tak sabar.
Yong Sik
dkk melihat rekaman dari black box mobil Jong Ryul dan akhirnay menemukan mobil
truk tepat Malam tanggal 24 pukul 23.58. Ia pun melihat Nomor pelatnya adalah 6033. Tuan Byun mencari
informasi dan kaget kalau itu kendaraan curian.
“Tapi pemilik
yang melaporkan hilang adalah Park Heung-sik.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik
tersenyum bahagia karena bisa menemukanya.
Sementara
Heung Sik duduk dimeja makan, beberapa polisi mengeledah rumahnya. Polisi mengaku
Sekalipun itu laporan palsu jadi harus pertimbangkan keadaannya. Heung Sik
mengerti. Polisi memberitahu sudah mendeteksi
DNA dari mayat.
“Kami
mungkin harus memeriksa DNA setiap orang di negara ini. Jadi, kami sungguh
menghargai kerja samamu.” Jelas polisi
“Apa Kau
menyetujui tes DNA?” tanya petugas forensik. Heung Sik bertanya apakah juga
boleh menolak.
Tuan Byun
melihat Yong Sik sedang berbicara di telp,lalu mengeluh menatap marah lagi.
Yong Sik meminta tolong membantunya, setelah itu langsung mengambil sesuatu di
tempat penyimpanan. Tuan Byun panik melihat Yong Sik membawa pistol
“ Kau mau
ke mana membawa pistol itu?” tanya Tuan Byun bingung. Yong Sik mengaku akan ke
tempat Heung-sik.
“Bisakah
kau pikirkan strategi sebelumnya? Apa yang akan kau katakan kepadanya? Aa Kau
akan menembaknya karena truk itu ternyata miliknya?” tanay Tuan Byun kesal
“Strategiku
adalah selalu menyerang cepat. Lalu semua orang di Ongsan memihakku.” Kata Yong
Sik
“Astaga,
kenapa kau sangat percaya diri?” keluh Tuan Byun lalu melihat Pil Goo lewat
didepan kantor polisi dengan wajah lesu.
Di bar
Dong Baek
terlihat marah pada Jong Ryul yang terpikir mengambil Pil-gu darinya, Ia
menegaskan Jong Ryul tak berhak dan merasa Jong Ryul itu bersikap seperti itu
karena dirinya kaya. Jong Ryul mengeluh
kalau Dong Baek berpikir mereka masih di tahun '80-an.
“Aku tak
berhak melakukannya dan juga punya kesadaran.
Aku takkan merebutnya, tapi Biarkan saja aku membantunya. Pembunuh datang ke
barmu. Tak bisakah kau percayakan dia kepadaku? Hal yang penting adalah dia
aman.”Jelas Jong Ryul.
Dong Baek
duduk kembali teringat dengan pesan si pelaku [KAU HARUS DATANG, DIA MATI
KARENAMU SEMUA YANG DEKAT DENGANMU AKAN MATI]
“Kau pikir
siapa yang pedulikan Pil-gu sebesar dirimu? Itu aku.” Tegas Jong Ryul
menyakinkan.
Saat itu
Pil Goo pulang, Dong Baek mencoba untuk tak terjadi masala lau menyuruh Jong
Ryul harus pergi dan jangan kembali lagi. Ia lalu bertanya tentang sekolah pada
sangat anak dan menyuruh mencuci tangan setelah itu aakan membuat kari
untuknya.
“Aku tak
ingin kari... Aku ingin tinggal dengan Ayah mulai sekarang.” Ucap Pil Goo. Dong
Baek kaget begitu juga Jong Ryul.
“Aku
sudah memutuskan.” Kata Pil Goo. Dong Baek terlihat benar-benar tak pecaya
mendengarnya.
[EPILOG]
Yong Sik
mengejar Pil Goo dan langsung memeluknya saat lewat didepan kantor polisi. Pil
Goo langsung melepaskan tanganya, Yong Sik heran Pil Goo begitu saja dan
berpikir tak ingin bertemu dengannya. Pil Goo langsung bertanya apa yang
disukai dari ibunya.
“Apa?
Pertanyaan macam apa itu?” komentar Yong Sik bingung.
“Kenapa
kau suka orang yang tamak?” ucap Pil Goo. Yong Sik bingung Pil Goo bicara
seperti itu dan menegaskan kalau ibunya tidak tamak.
“Dia
punya anak... Kini dia bahkan punya ibu. Namun kini, dia ingin suami. Sementara
aku hanya punya dia. Kurasa aku lebih bahagia saat usiaku tujuh tahun.” Ungkap Pil
Goo
“Apa
karena aku belum datang ke Ongsan saat itu?” tanya Yong Sik. Pil Goo hanya
menjawab dengan helaan nafas lalu berjalan pergi.
Bersambung
ke episode 35
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar