PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Yool Moo
datang ke tempat persembunyianya, semua sekutunya sudah berkumpul. Yool Moo
pikir mereka pasti sudah dengar yang terjadi pada Tuan Heo. Mereka menganguk
dan mengaku berutang pada Yool Moo karena telah menangani situasi itu.
“Jika tidak,
kami semua akan terancam dan menghadapi kesulitan.” Jelsa salah satu pria.
“Aksi
pemberontakan dimulai pada tanggal 15 bulan depan. Saat Raja meninggalkan Hanyang
ke area leluhur kerajaan untuk penghormatan, aku akan menduduki istana. Pukul
23.00, aku ke istana dengan prajurit dari Gerbang Changui. Pastikan gerbangnya
terbuka.” Jelas Yool Moo
“Ya. Akan
kupastikan gerbangnya terbuka.” Kata salah satu pria.
“Kau
harus membawa segel kerajaan, menangkap Raja, dan kembali ke istana. Wakil Kepala,
setelah mengawal Ibu Suri dan dia memberimu perintah, pemberontakan akan
berjalan lancar.” Jelas Yool Moo
“Ya. Dia
mengusir adiknya dan membunuhnya. Dia telah melakukan kejahatan berat dengan
memenjarakan ibunya. Aku ragu orang-orang akan menentang. Alasan kita lebih
dari cukup.” Kata pria tua yang lain.
“Mungkin
kita bisa menambahkan satu orang lagi ke daftar. Aku tahu rahasia Raja yang
lebih mengerikan dan jahat dari yang kalian tahu.” Ucap Yool Moo
Di rumah
Yeon Bon
dan Jung Sook kaget mengetahui Semua ini perbuatan Pangeran Agung Neungyang.
Kim Sook memberitahu Yool Moo adalah yang membakar desa mereka Sementara kematian Nyonya Chun... Yeon
Bon pikir mereka tidak punya bukti.
“Tapi
melihat dia berusaha menjatuhkan Tuan Heo dengan memaksa kalian berbohong...”
kata Kim Sook.
“Gawat...
Kalau begitu, Tuan Heo tewas karena kita.” Ucap Jung Sook merasa bersalah.
“Aku
harus habisi Pangeran Agung Neungyang.” Kata Yeon Bon marah. Kim Sok menegaskan
kalau mereka gegabah karena emosi, maka semuanya akan sia-sia.
“Kita
bertiga tidak bisa mengalahkan Dan Ho. Sampai kita menemukan cara
mengalahkannya, kalian sembunyilah. Aku akan menghubungi kalian.” Ucap Kim
Sook.
Nok Du
melihat Dong Joo yang sedang menunggu sendiri dan berusaha untuk mengagetkanya,
Tapi malah membuat tangan Dong Joo yang kaget menampar pipinya dan membuatnya
terluka. Dong Joo panik melihat hidung Nok Du yang terluka.
“Kau salah
sendiri. Kenapa kau begitu? Aku kaget.” Ucap Dong Joo berjalan pulang bersama.
“Aku
hanya ingin melihatmu terkejut. Puas?” kata Nok Du dengan hidunya yang diberi
kapas. Dong Joo hanya menatapnya.
“Pasti kau
heran betapa tampannya aku meski terluka, kan?” kata Nok Du bangga.
“Benar...
Kau sangat tampan... Tapi kau juga cantik. Saat kau menyamar menjadi janda, kau
lebih cantik dari wanita.” Ucap Dong Joo memegang wajah Nok Du.
“Kenapa
kau begitu baik kepadaku?”tanya Nok Du. Dong Joo pikir Nok Du tidak bisa menerima pujian darinya.
“Kenapa
kau selalu pamer? Cepatlah. Banyak yang harus kita lakukan.” Kata Dong Joo. Nok Du
pun mengikutinya lalu berusaha memeluk Dong Joo, tapi Dong Joo seperti malu dan
memilih untuk mengandeng tangan Nok.
Nok Du ingin
membeli cermin untuk Dong Joo, Tapi Dong Joo menolaknya. Nok Du pikir Dong Joo
itu tidak tahu betapa cantiknya dia. Akhirnay mereka pergi ke tempat kembang
api yang dibawa langsung dari Kekaisaran Ming. Nok Du memberikan kembang api
yang besar dan langsung memberikan pada Dong Joo.
“Hei,
kita harus membeli semua yang ada di keranjang.” Ucap Dong Joo mencoba kue beras yang dijual
“Beri
kami semuanya termasuk keranjangnya.” Kata Nok Du, keduanya terlihat sangat
bahagia. Dong Joo mengaku juga ingin
okchundang.
“Ayo...Buka
mulutmu... Kau sangat manis saat makan okchundang. Mirip kelinci.” Komentar
Dong Joo melihat mulut Nok Du yang penuh dengan permen. Nok Du hanya bisa
tersenyum.
“Belikan
aku sepatu.” Kata Dong Joo menunjuk sebuah sepatu. Nok Du menolaknya. Dong Joo
merengek kenapa tak boleh.
“Kubilang
tidak.” Kata Nok Du. Dong Joo mengeluh padahal sepatu itu cantik dan tetap ingi
meminta sepasang sepatu.
“Jika
kubelikan sepatu, kau akan kabur lagi, kan? Tidak mau.” Kata Nok Du. Dong Joo
mengaku tidak akan lari dan merengek meminta agar membelikanya.
“Aku akan
membelikanmu semuanya kecuali sepatu. Yang penting bukan sepatu.” Ucap Nok Du
lalu berjalan pergi.
Tuan Yeon
melihat keduanya dari kejauhan sambil bergandengan tangan berkomentar dengan
wajah sedih kalau Mereka memang pasangan yang serasi. Lalu tiba-tiba seseorang
nabraknya, Tuan Yeon mengeluh kalau Keras sekali dorongannya.
“Tunggu.
Kau... Wakil Kurator.” Kata Nyonya Park melihat Tuan Yeon.
Sementara
Dong Joo memilih sebuah kain karena bisa membuat jubah untuk Nok Du karean
Tangannya yang terampil. Nok Du tiba-tiba melihat Nyonya Park dari kejauhan dan
mengenal kalau itu orang dari desa mereka. Saat itu dua Nyonya lainya
datang. Mereka terlihat kelaparan
langsung memakan kue ditangan Nok Du.
Mereka
akhirnya diajak makan malam bersama, Nyonya Kang pikir kalau Pasti sulit bagi
Dong Joo karena di dalam sumur selama
dua hari. Dong Joo pikir Tidak apa-apa tapi menurutnya Pasti keadaan mereka
juga sulit. Nyonya Kang meminta agar Jangan mulai membahasnya.
“Dua
hari? Apa Kau tidak makan selama dua hari?” ucap Aeng Du tak percaya.
“Ya.
Karena itulah aku kelaparan.” Kata Dong Joo. Nok Du datang membawa mangkuk nasi untuk mereka.
“Nok
Du... Kenapa kamu ingin menyiapkan nasi hari ini?”tanya Tuan Hwang
“Anda
sudah bekerja keras memasak lauk lain.” Kata Nok Du membagikan mangkuk nasi
pada semuanya dan mengajak mereka mulai makan.
“Berhenti...
Letakkan sendokmu sebentar.” Tegas Aeng Du. Semua bingung apa yang dilakukan
Aeng Du.
“Kuning
telurnya.” Ucap Aeng Du menusuk nasi milik Dong Joo, Semua melonggo. Nok Du
hanya bisa terdiam dan terlihat gugup.
“Telur
mata sapi.. Coba Lihat telur mata sapi ini!” kata Aeng Du membalikan nasi dan
melihat telur dibagian bawah mangkuk.
“Ini
Hanya tersisa satu... Tabib menyuruhku memberinya makan dengan baik. Dia harus
makan telur dan daging.” Kata Nok Du beralasan. Tuan Hwang mengumpat dengan
gerakan mulutnya. - Berengsek.
Akhirnya mereka
mulai makan, Dong Joo merasa tak enak hati dan Nok Du langsung menyuapinya. Nyonya Kang
mengeluh kalau tidak bisa melihatnya. Kaena membuat para janda ini sangat
sedih. Tuan Yeon pun mengeluh kalau mereka tak bisa makan.
“Berhentilah
membuat keributan saat makan.. Mengerti?” kata Tuan Yeon kesal. Saat itu Nyonya
Park memberika lauk untuk Tuan Yeon. Tuan Yeon terdiam tapi terlihat senang.
“Makanan
ini cukup manis. Memang manis.” Ungkap Nyonya Kang, lalu saling bertatapan pada
Tuan Hwang. Keduanya saling menatap dan tiba-tiba merasa gugup.
“Aeng
Du... Akan kuambilkan air tajin untukmu.” Kata Tuan Hwang. Aeng Du terlihat
masih kesal dengan Nok Du yang memberikan telur pada Dong Joo mengaku juga suka
telur.
“Lain
kali kugorengkan untukmu. Aeng Du, kamu bisa makan daging... Makanlah.” Kata Nok
Du memberikan lauk untuk Aeng Du.
Kim Sook
bertemu dengan Anak buah Tuan Heo kalau bisa menyelinap ke dalam istana, tapi pasti
sulit langsung bertemu. Si pria mmenegaskankalau Kim Sook hanya perlu
memastikan Ratu menerima surat itu. Kim Sook pun meminta agar memberikan
padanya.
“Tolong
berhati-hati. Omong-omong, jika kau berhasil memasuki istana, kau bisa mencari
tahu keadaan Kanselir?” ucap Si pengawal
“Sebenarnya
aku ingin mengatakan sesuatu.” Kata Kim Sook dengan wajah serius.
Nok Du
mengeluh pada Dong Joo bisa tidur dikamarnya saat banyak orang dan pasti sudah
gila. Nok Du mengaku kalau memang sudah
gilan dan meminta izin apakah boleh tidur disampinganya sekarang. Dong Joo
pikir Bagaimana jika ada yang membuka pintu kamarnya.
“Hei,
siapa yang membuka pintu kamarmu selarut ini? Dasar Kau aneh.” Komentar Nok Du
“Kau
sungguh membuatku tidak bisa berkata-kata.” Kelu Dong Joo. Nok Du pikir Karena
ucapannya itu benar. Nok Du pun ingin segara ada disamping Dong Joo.
“Aku
lelah, jadi, jangan mengobrol dan langsung tidur saja.” Kata Dong Joo dan
langsung berbaring.
Nok Du
bergegas berbaring disamping Dong Joo, lalu memeluknya dengan erat. Dong Joo
pun membiarkannya dan terlihat tertidur lelap.
Di kamar
samping, Aeng Du tidur dengan dengan tiga orang wanita. Saat itu kaki dan
tangan dua wanita menimpa badanya. Aeng Du menjerit kesakitan karena ketiban.
Sementara Dong Joo membuka mata dan melihat tangan Nok Du didepanya.
Dong Joo
memegang tangan Nok Du lalu membalikan badanya dan melihat kalau pacarnya sudah
tertidur. Ia memegang wajah Nok Du tak percaya kalau selalu menuruti
perintahnya. Saat itu tiba-tiba Nok Du membuka matanya. Dong Joo kaget karena
mengira Nok Du tertidur.
“Apa kau
bodoh? Bagaimana bisa aku tidur?” ucap Nok Du memegang tangan Dong Joo.
“Kenapa
kau tidak bisa tidur?” tanya Dong Joo dengan nada mengoda. Nok Du balik bertanya apakah sungguh menanyakan
itu karena tidak tahu
“Tidur
saja. Berhentilah bercanda” kata Dong Joo. Nok Du mengaku Setiap kali melihat Dong
Joo, membuatnya melupakan semuanya.
“Aku
tidak bisa menahan senyum meski sedang kesulitan dan melewati masa berat. Ini
Aneh, kan?” ucap Nok Du
“Benar...
Aku tidak mengerti kenapa aku menyukai bedebah sepertimu.” Kata Dong Joo
“Ingatlah,
jika aku menutup mataku, kaulah yang membangunkanku.” Kata Nok Du.
Dong Joo
terlihat bingung maksud ucapan Nok Du, Nok Du langsung mencium kening Dong Joo,
lalu kebagian mata, hidung dan akhirnya bibir. Dong Joo akhinya membaringkan
tubuhnya, Nok Du pun berada diatasnya menciumnya lebih dalam.
Tiba-tiba
pintu dibuka, Nok Du langsung mendorong Dong Joo dan keduan tampak kaget dan
juga panik. Aeng Du datang membawa bantal langsung tertidur ditengah
mengaku Para janda itu punya kebiasaan
tidur yang sangat buruk jad tidak bisa tidur.
“Aeng
Du... Apa Kau melihatnya?” tanya Nok Du, Aeng Du dengan mata tertutup bali
bertanya melihat apa yang dimaksud.
“Apa Melihat
kalian menempel seperti lem dan berciuman Atau melihat kalian panik seolah-olah
bokong kalian terbakar? Yang mana maksudmu?” sindir Aeng Du.
Nok Du
mengeluh kalau ternyata Aeng Du melihat semuanya. Dong Joo pun terlihat malu
dipojokan kamar.
“Apa Kau
tahu? Makin aku memikirkannya, makin aku yakin kau tidak cocok menjadi suamiku.
Aku harus bagaimana dengan pria yang hatinya milik orang lain?” kata Aeng Du.
Akhirnya Dong Joo mengeser tubuhnya dialas tidur dan hanya saling berpegangan
tangan dengan Aeng Du tidur ditengah.
Pagi hari
Dua
dayang membahas tentang Penjara bawah tanah, kalau orang itu hampir seperti tinggal di sanam bahkan selalu
keluar dari sana dengan jubah kerajaan yang berlumuran darah. Dong Joo
mendengar berpkir kalau itu pasti raja yang dibahasnya.
“Kudengar
ada orang yang tewas di sana semalam. Tampaknya, orang itu mantan pejabat
tinggi. “ kata dayang satu
“Memang
itu gunanya penjara bawah tanah. Tapi Kenapa hanya diam saja?” komentar si
dayang dua. Dong Joo langsung memberikan tumpukan baju kotor.
Yool Moo
berjalan keluar melihat Hwang Tae yang berwajah murung dan ingin tahu alasanya.
Hwang Tae pikir Seseorang tewas karena ia berbohong. Yool Moo menegaskan kalau
mereka tak hanya akan berjalan di jalan
yang elegan dan indah
“Bukan
itu maksudku.” Ucap Hwang Tae sedikit gugup, seperti ketakutana.
“Kau
tidak perlu mengikutiku jika seperti ini sikapmu di depan Yang Mulia. Aku akan
menemuinya sendirian.” Ucap Yool Moo lalu melihat Dong Joo berjalan dengan pakaian
dayang dan langsung mengikutinya.
Dong Joo
kaget melihat Nok Du datang lagi lalu bertanya apakah tidak bekerja dan Kenapa selalu di istana. Nok
Du mengaku Ada yang harus dilakukan di sini. Dong Joo memberitahu akan tidur di
istana mulai malam ini. Nok Du kaget dan ingin tahu alasanya.
“Ini
untuk pekerjaan.” Kata Dong Joo. Nok Du pikir Tapi itu tidak wajib. Dong Joo
mengaku lebih suka tidur di sini.
Tiba-tiba
Yool Moo datang langsung memukul wajah Nok Du. Dong Joo kaget. Yool Moo
langsung memegang tangan Dong Joo dengan kasar. Dong Joo meminta agar
melepaskan dan bisa bicara jika melepaskannya. Yool Moo tetap memegang tangan
Dong Joo.
“Lepaskan
dia, Pangeran Agung Neungyang.” Ucap Nok Du berusaha bersikap sopan dengan
memegang tangan Yool Moo. Yool Moo menghempaskan tangan dan langsung
mencengkram baju Nok Du.
“Hei...
Apa kau sudah gila?” kata Pengawal lalu meminta maaf pada Yool Moo.
“Aku
tidak tahu apa masalahnya, tapi banyak yang melihat Anda.” Ucap Pengawal. Yool
Moo melihat semua orang sedang menatapnya dan melepaskan tangan pada Nok Du.
“Aku
mencarimu ke mana-mana, dan di sini aku menemukanmu? Sedang apa kau di sini?”
kata Yool Mo memegang tangan Dong Joo
“Aku
harus bekerja di sini.” Kata Dong Joo. Yool Moo pikir Dong Joo bisa apa dengan
bekerja di sini dan mengajak untuk ikut dengan sekarang. Dong Joo menolaknya.
Yool Moo langsung berteriak marah pada Dong Joo.
Semua
terlihat kaget karena Yool Moo seperti tak bisa menahan emosinya, Dayang
memberitahu ratu datang. Akhirnya semua menunduk memberikan hormat. Ratu
mengaku ingin tahu siapa yang sudah lancang menyebabkan keributan di istana.
“Ternyata
kau, Pangeran Agung Neungyang,” ucap Ratu dengan dan menyindir. Yool Moo pun minta
maaf.
“Apa
namamu Dong Joo? Apa kau pelayan Dayang Kim?” kata Ratu. Dong Joo membenarkan.
“Aku
tidak tahu apa masalahnya, tapi dia bekerja untuk dayangku yang berarti dia
bekerja untukku. Jangan perlakukan dia dengan sembarangan.” Ucap Ratu lalu
memperbolehkan Dong Joo pergi. Dong Joo akhirnya pergi.
“Kau juga
boleh pergi, Pangeran Agung Neungyang.” Kata Ratu, akhirnya Yool Moo pergi
dengan wajah penuh amarah
“Aku
ingin bicara denganmu.” Kata Ratu pada pegawal. Pengawal menganguk mengerti.
Nok Du bisa bernafas sedikit lega melihat Dong Joo bisa diselamatkan.
Nok Du
mengejar kakaknya dan langsung menarik sebelum Yool Moo menyadari. Ia langsung
bertanya kenapa wajah Hwang Tae seperti bahkan pucat sekali. Hwang Tae meminta
agar jangan menghiraukanya. Nok Du pikir itu tak akan mungkin bisa.
“Kak
Hwang Tae, belum terlambat untuk berhenti. Aku akan...” ucap Nok Du. Hwang Tae
menolak.
“Aku
tidak bisa berhenti. Aku sudah terlalu jauh. Jadi, kau harus berhenti membuang
waktumu.” Ucap Hwang Tae.
“Apa
maksud Kakak? Kak Hwang Tae, apa si berengsek itu tahu sesuatu tentangmu?”
tanya Nok Du. Hwang Tae mengaku tidak dan meminta Nok Du agar jangan
mengikutinya.
Kim Sook
pergi ke bagian dapur, terlihat seorang pelayan memberitahu kehabisan teh. Pegawai lain mengatakan akan
mengambil lagi. Pegawai memberitahu kalau Ini untuk Ratu jadi meminta agar membawakan
teh terbaik. Kim Sook pun mencari kesempatan menaruh surat dibawah teko.
Sementara
diruang ratu kaget mengetahui tentang
Pengkhianatan Kanselir. Pengawal membernarkn dan Itulah alasan kenapa
dia dipenjara lalu akhirnya kehilangan nyawanya. Ratu tahu Tuan Heo teman terdekat Yang Mulia jadi itu sulit
dipercaya.
“Apa Kau
punya bukti? Siapa kaki tangannya? Dia berencana memberikan takhta kepada
siapa?” tanya Ratu.
“Yang
Mulia memberi perintah untuk merahasiakannya. Maafkan aku, Yang Mulia.” Kata Pegawal.
“Dia
seperti ingin mengatakan sesuatu kepadaku hari itu.” Ungkap Ratu. Pengawal
bingung. Ratu tak ingin membahasnya dan menyuruh pengawal pergi. Pengawal pun
berjalan pergi.
Ratu
ingin meminum teh lalu kaget melihat ada selembar kertas, pengawal melihat
kalau Ratu menerima surat.
Raja
berada di balkon ruanganya, Kasim memberitahu Jasad kanselir masih ada di dalam
istana Dan seluruh keluarganya tidak bisa ditemukan lalu Apa yang harus mereka
lakukan. Raja menyuruh agar meninggalkan jasadnya di depan Gerbang Sigu. Kasim
terlihat kaget.
“Yoon..
sudah lama menelantarkanku. Aku akan melakukan hal yang sama.”kata Raja. Kasim
pun menganguk mengerti perintah Raja. Saat
itu pengawal datang menemui Raja.
Di pintu
para dayang, Nok Du bertanya apakah Pergelangan tangan Dong Joo baik-baik saja.
Dong Joo hanya melihatnya. Nok Du pikir kalau Dong Joo pasti terkejut dan seharusnya
memberi bedebah itu pelajaran. Don Joo mengaku baik-baik saja.
“Nok Du..
Aku hanya ingin mengingatkanmu, dan aku tidak akan pulang mulai malam ini.” Kata
Dong Joo
“Kenapa
kau terus mengingatkanku? Itu tidak menyenangkan... Tidak apa-apa. Aku bisa ke
sini untuk menemuimu. Kau masuk dan istirahatlah.” Kata Nok Du. Akhirnya Dong
Joo pun masuk istana. Nok Du pun pamit pulng dan akan kembali besok.
Kim Sook
sedang menunggu didepan pintu, Nok Du datang mengejutkanya. Kim Sook mengeluh
Nok Du akan terus mengejutkannya seperti
ini. Nok Du meminta maaf lalu bertanya apakah
sudah dengar yang terjadi pada kanselir. Kim Sook menganguk mengerti.
“Kau akan
membiarkan Pangeran Agung Neungyang bertindak sesukanya?” tanya Nok Du
“Tidak...
Aku memikirkan apa yang harus kulakukan.” Kata Kim Sook. Nok Du pun mengajak
mereka saling membantu dan mengajak untuk saling berjabat tangan.
Anak buah
Tuan Heo terlihat sangat marah mengetahui tentang Tuan Heo, seperti tak percaya
kalau Raja membunuh Tuan Heo tidak cukup tapi juga membuang jasadnya seperti
itu. Ia pun tak habis pikir dengan Raja berbuat seperti itu.
“Aku
harus menemui Yoon. “ kata Tuan Jung akhirnya berdiri dengan wajah penuh amarah
“Pastikan
Anda bertemu Yang Mulia tepat waktu. Aku akan mengurus jasadnya.” Kata Pengawal
“Kalau
begitu, kita pergi bersama saja.” Ucap Tuan Jung. Pengawal memberitahu Tuan Jung
itu akan berbahaya. Tuan Jung pikir
pengawal pun dalam bahaya.
“Aku hampir
mati karena demam saat masih kecil. Bahkan ibuku sendiri menyerah
menyelamatkanku. Tapi kanselir membawaku ke tabib dan menyelamatkanku. Ternyata
dia menangis dan memohon agar ayahnya menyelamatkanku.” Cerita si pengawal
“Dan saat
dia menangis untukku, aku mengalami lebih dari sekadar sembuh dari demam. Aku
merasa... Aku merasa seperti manusia untuk kali pertama dalam hidupku.
Sebaiknya aku yang pergi karena hidupku layak berkat kanselir. Maaf aku tidak
bisa melindungi Anda sampai akhir.” Kata Pengawal.
Raja
gelisah dikamar dan kembali minum, Kasim berpikir kalau Sebaiknya memanggil Kepala Petugas
Administratif Yeon dan minum dengannya. Raja mersa kalau Kasim pasti
mengasihaninya. Kasim mengaku Bukan itu
maksudnya.
“Baiklah...
Suruh dia kemari.” Kata Raja sambil terus minum.
Di sebuah
pintu masuk, Pengawal mencari sosok Tuan Heo yang dibiarkan begitu saja oleh
pegawai istana. Ia akhirnya menemukan Tuan Heo lalu menangis sesungukan, saat
itu sebuah pedang disamping lehernya. Dan Oh ingin tahu Di mana Jung Yun Jeo.
“Dia lari
jauh dari sini. Jangan mencarinya.” Ucap anak buah Tuan Heo. Dan Oh menegaskan
kalau Berikutnya adalah kepalanya jadi lebih
biak Jangan ragu, jawab saja.
“Kau
tetap memenggal kepalaku meski kujawab. Aku tidak terburu-buru karena tuanku
ada di sini. Itu berarti aku tidak akan memudahkan tugasmu. Lagi pula aku
datang untuk menemaninya di perjalanan terakhirnya.” Ucap Anak buah Tuan Heo
dan langsung menusuk sendiri pedang Dan Oh dan langsung jatuh disamping Tua
Heo.
Ratu keluar
dari istana dan berada disebuah ruangan dengan pembatas bertemu dengan Tuan
Jung yang meminta bertemu. Ia tak percaya kalau selama ini masih hidup. Tuan Jung bertanya apakah Ratu
ingat bahwa ia mengubur putra Yang Mulia 20 tahun lalu.
“Ya. Aku
ingat Dan kamu tergelincir hari itu.” Kata Ratu. Tuan Jung mengaku Hari itu,
aku tidak mati.
“Dan
bukan hanya aku yang selamat hari itu.”akui Tuan Jung. Ratu kaget mendengarn
dan ingin memastikan yang dimaksud.
“Putra
Yang Mulia masih hidup, Yang Mulia. Tolong lindungi dia.”kata Tuan Jung memohon
“kau
bilang "Lindungi dia"? Apa maksudmu? Di mana dia? Di mana dia?”
teriak Ratu
“Anda
harus melindunginya dari Yang Mulia.” Ucap Tuan Jung memohon.
“Aku
bertanya di mana putraku! Aku akan mempertaruhkan segalanya untuk
melindunginya. Katakan padaku... Kumohon.” Teriak Ratu histeris. Saat itu raja
datang keduanya kaget.
Raja
akhirnya pergi membawa Tuan Jung sebagai tawanan. Nok Du sedang berjalan kaget melihat
Ratu berlari memanggil Raja, lalu terjatuh saat menaiki tangga dan Nok Du yang
menahanya. Keduanya saling menatap. Dong Joo mengintip dari depan dinding.
“Hei... Siapa
di sana?” teriak pengawal dan langsung menaruh pedang dilehernya. Dong Joo
kaget seperti pasrah lalu menyembunyikan pedang dibawah bajunya.
“Kepala
Petugas Administratif...” ucap Dong Joo kaget ternyata dia adalah Raja yang
selama ini dicari olehnya.
Ratu
mencoba untuk berdiri dan mengeja Raja kembali, saat itu Nok Du melihat
potongan yang bandul yang sama miliknya, lalu berjalan masuk seperti ingin
mengaku semuanya.
Bersambung
ke episode 23
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar