PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di papan
sebuah danau [DILARANG BERENANG - PERATURAN KEAMANAN - 1. JANGAN BERENANG SAAT
MABUK] Dua orang Penyelam dari pemadam kebakaran sedang beristirahat sambil
makan Jajangmyeon.
“Tidak penting dalamnya air. Kau
akan cenderung lapar.”
Seung Hui
mengemudikan mobilnya terlihat sangat marah, berbicara di telp kalau Apartemen itu mahal jadi tak bisa biarkan
dilelang. Ia menegaskanbisa dapatkan uang.
“Harga diri tak bisa dijaga saat
sangat membutuhkan uang.”
Di dalam
bar sedang banyak pegunjung dengan seorang pria yang mengibarkan bendera sambil
menyanyi. Dong Baek membereskan meja dan membawakan menu lainya.
“Sekalipun
dunia kiamat besok, aku harus menjual babi tumis.” Gumam Dong Baek. Yong Sik
pun membantu dengan memakai celemek.
“Sial,
kenapa mereka menang hari ini? Hei, hentikan! Bisakah kau ambil bendera itu
darinya? Apa kepala sekolah sudah gila? Kenapa beri bendera sekolah pada klub
bola?” keluh Yong Sik kesal
“Satu-satunya cara mengusir
kepedihan kemarin mungkin dengan kepedihan hari ini.”
Pil Goo
berjalan sendirian sambil bermain games, Jong Ryul mengikutinya menyuruh agar
masuk ke dalam mobil. Pil Goo menolaknya sambil mengeluh karena terus
mengikutinya. Jong Ryul mengaku kalau ia bukan orang yang suka memohon.
“Anak-anak
seusiamu harusnya menggila dan sangat ingin berfoto denganku.” Komentar Jong
Ryul bangga
“Kau
mungkin bukan ayah mereka.” Kata Pil Goo santai. Jong Ryul mengaku semua sudah
berat baginya tanpa Pil Goo.
“Bisa
tolong ringankan bebanku? Aku membelikanmu Dinos Blade Triple Note.” Teriak
Jong Ryul. Pil Goo mengeluh kesal akhirnya naik ke dalam mobil.
Pil Goo
akhirnya membuka mainan yang diberikan sang ayah, lalu memperingatkan Jangan
kira ia akan baik dengan gasing. Ia menegaskan kalau Gasing adalah gasing, Jong
Ryul adalah Jong Ryul jadi bisa pisahkan keduanya. Jong Ryul menganguk
mengerti.
“ Aku ingin
katakan sesuatu kepadamu. Bisa fokus sebentar?” ucap Jong Ryul melihat Pil Goo
asik bermain.
“Katakan
saja... Main gasing tak perlu telinga.” Kata Pil Goo tetap bermain gangsing.
“Pil-gu,
ayo tinggal bersamaku. Aku tak pandai berbasa-basi, dan kau anak delapan tahun
pertamaku. Aku langsung saja. Tinggallah dengan ayah.” Kata Jong Ryul. Pil Goo
terdiam melihat ayahnya.
“Kau bisa
beri aku kesempatan untuk mengenal sisi baikmu, 'kan? Kau sudah tinggal dengan
ibumu, jadi, jika kau beri aku kesempatan, kau mungkin akan menyukaiku, dan kau
mungkin juga akan suka perempuan yang buang air sambil berbaring.” Ungkap Jong
Ryul
Pil Goo
hanya menatap ayahnya, lalu mengeluarkan semua dari tasnya. Jong Ryul bingung
ada apa dengan anaknya itu.
“Kenapa
tiba-tiba dibongkar?” tanya Jong Ryul. Pil Goo mengaku juga tak ingin ranselnya
lalu bergegas membawa bukunya dan meninggalkan semua pemberiaan Jong Ryul. Jong
Ryul langsung mengejar anaknya.
“Ibuku
adalah ibuku, dan gasing adalah gasing. Apa Aku tak bisa bersamanya? Aku takkan
menukarnya untuk ratusan atau ribuan gasing. Aku paling membencimu di dunia
ini.” Ucap Pil Goo sambil menangis. Jong Ryul melongo tak percaya.
Akhirnya
Yong Sik dan Dong Baek mengunci pintu bar. Keduanya berjalan pulang bersama,
Yong Sik mengeluh kalau mereka berkumpul hari ini. Dong Baek Tapi di hari seperti
ini.. Yong Sik pikir Lebih baik sibuk. Dong Baek pikir Hari ini penjualan terbaik bulan ini.
“Rasanya
seperti novel One Lucky Day. Tuan Kim menarik becak, dan Dongbaek menjual babi
tumis. Hidup ini sangat murah.” Kata Dong Bae k sambil tersenyum
“Hei,
Dongbaek.. Aku akan segera menemukan ibumu. Jangan khawatirkan apa pun.” Kata
Yong Sik menyakinkan Dong Baek
“Yong-sik,
setelah menemukan ibuku, katakan aku takkan memaafkannya. Dia membuatku... Dia meninggalkanku
di panti asuhan, membuatku membeli gimbap 1.000 won untuk piknik sekolah, membesarkan
Pil-gu sendirian, dan pulih dari melahirkan sendirian.” Kata Dong Baek marah
“Apa Kini
dia berkata akan mati sendirian? Bukankah dia kurang ajar?” keluh Dong Baek.
Yong Sik menenangkan dengan memegang tangan Dong Baek.
“Uang
asuransi itu tak cukup untuk minta maaf, minta dia cepat datang dan tinggal
bersamaku. Katakan padanya untuk tinggal saja di sisiku. Katakan padanya jika
menemukannya.” Jelas Dong Baek. Yong Sik menganguk mengerti.
[Episode 31-32.. ANTARA MENYERANG DAN
BERTAHAN (BERSAMA ORANG YANG MENGINJAK AKSELERATOR)
Pil Goo
mencoba tidur dikamar tapi matanya masih terus terbuka. Di ruang tengah Dong
Baek sedang mengemas baju dalam koper sambil bergumam “Putraku membuang
ranselnya di suatu tempat. Ibuku tak ada. Aku melamun, tapi tanganku terus
bergerak.”
“Kau
tangguh sekali. Kau mengelola bisnis dan mulai berkemas juga.” Ucap Dong Baek
pada dirinya sendiri.
Sementara
didalam mobil Yong Sik sedan mendengarka siaran pertandingan terlihat sangat
bahagia, pemainya membuat Gol
“Kita bisa hidup... karena kita
bergerak hampir otomatis.”
Saat itu
Pil Goo keluar kamar terlihat sangat lesu. Dong Baek berpikir anaknyTerlalu
semangat hingga sulit tidur. Ia pun memastikan anaknya takkan melupakan dirinya karena di Tiongkok
menyenangkan.
Pil Goo
bertanya apakah Dong Baek melupakannya saat
sangat menyukai Tuan Hwang. Dong Baek hanya menatap sang anak.
“Aku
pusing... Aku tak bisa tidur karena sakit kepala.” Keluh Pil Goo sambil
membaringkan kepalanya diatas meja.
Yong Sik
seperti sedang menunggu di dalam mobil, membaca pesan dari Dong Baek dengan
wajah bahagia. Dong Baek menuliskan “Aku tak bisa pergi malam ini.” Yong Sik ingin
membalas tapi Dong Baek sudah mengirimkan pesan yang lainnya.
“Pil-gu
mendadak seperti bayi.” Yong Sik ingin membalas kalau akan menunggu, Dong Baek
kembali mengirimkan pesan lebih dulu.
“Kau
Pulang saja, Yong-sik. Ibumu pasti khawatir juga.” Tulis Dong Baek. Yong Sik
terlihat kecewa tapi menenangkan diri kalau tak masalah.
“Kau tak
akan tahu hingga menjadi ibu. Bahwa ibumu menghabiskan setiap malam dengan
khawatir.”
Nyonya
Kwak sibuk memasukan jus ke dalam lemari es sambil mengeluh anaknya tidak minum
jus pir dan bunga lonceng cina. Ia pikir kalau tak seberat itu untuk meminumnya
“Kenapa
dia selalu membuatku memohon? Anakmu selalu membuatmu kewalahan. Dia selalu
menang dan aku selalu kalah. Astaga, itu rendah” keluh Nyonya Kwak
“Kenapa Ibu tak pernah tidur?”
Nyonya Jo
terlihat dibawa kerumah sakit tak sadarkan diri. Dokter bertanya pada perawat
apakah baru dibawa kemari. Ia pikir harus cepat cari keluarganya karena Luar
bisa dia bertahan dengan angka seperti ini. Ia yakin ibu ini pasti sangat
bertekad untu hidup.
“Kenapa dia tak bisa sakit? Dia
selalu cemas dan khawatir.”
Jessica
terlihat sangat frustasi hanya berbaring dikamarnya dengan penuh botol soju.
Ibunya datang menyuruh sang anak bangun, karean Ayahnya akan membunuh Jessica
jika tahu. Jessica mengaku tak takut. Ibunya kaget sang anak yang tak takut padanya
“Aku tak
takut apa pun saat ini.” ucap Jesisca. Ibunya pun bertanya Apa tepatnya saat
ini
“Apa
hidupmu tiba-tiba berakhir?” kata Ibunya. Jessica kesal menyuruh ibunya keluar
saja. Ibunya terus menarik anaknya untuk bangun.
“Hei...
Lihat aku... Beri tahu lebih banyak soal yang kau katakan kemarin.” Ucap Ibu
Jessica.
Sebelumnya Jessica mengaku “Aku menabraknya dengan
mobil.” Akhirnya Ia mengaku tak tahu dan tak ingat. Ibunya ingin tahu alasan
mobil Jessica diperbaiki dan sudah
melihat semua di tempat parkir jadi tak percaya anaknya yang tak tahu.
“Sang-mi,
kenapa tak memberitahuku? Kau bohong soal Hawaii, lalu mengambil lemak pahamu
untuk ditaruh di dada, tapi kau akhirnya memberitahuku. Kenapa tak mengatakan
apa pun?” ucap Ibu Jessica.
“Ibu...
Aku harus apa?” kata Jessica frustasi. Ibu Jessica yakin kalau terjadi Hari itu. Jessica hanya diam saja.
Flash Back
Ibu
Jessica bertanya pada anaknya dimana keberdaanya, Jessica penuh amarah menegaskan akan membunuh mereka semua lalu
mengikuti motor Hyang Mi. Di pematang sawah pun, Jessica langsung menyalakan
klakson melajukan mobil dengan cepat.
Ia
mengingat yang dikatakan Hyang Mi sebelumnya “Rahasia ini tak akan bocor jika orang gila ini
diam. Ini harga yang harus dibayar
Jessica untuk ketenarannya. Kau harus berusaha keras untuk menutup mulutku.”
“Hanya
dia yang harus pergi, Itu sebab aku berusaha menyingkirkannya.” ucap
Jessica terus menyalakan klaksonya.
Akhirnya
motor Hyang Mi terjatuh dan Hyang Mi pun masuk ke sawah. Mobil Jessica pun
menabrak tiang, Jessica panik seperti baru saja menyadari yang dilakukanya lalu
mencoba membuka ponselnya, tapi tanganya gemetar tak bisa membuka ponselnya.
Jong Ryul
sedang berbicara di telp seperti melaporkan ada wartawan yang mengikutinya
dengan Blitz kameranya mati jadi meminta agar memeriksanya. Ia lalu melihat nama Sang Mi mencoba
menelpnya, tapi mengabaikanya dan kembali bicara dengan agencynya.
“Hyang-mi.
Apa Kau sudah mati?” tanya Tuan No memastikan. Hyang Mi melhat dari kaca spion
kesal karena ada orang yang melihatnya.
“Gyu-tae
Oppa ... Sial. Bisa kau tangkap berengsek itu? Tapi Pertama, bisa kau bantu aku?”
ucap Hyang Mi mengulurkan tanganya.
“Kau
belum mati.” Komentar Tuan No, Hyang Mi kesal karena Tuan No seperti
mengingikanya mati. Tuan No mengaku
bukan seperti itu.
“Cepat Ulurkan
tanganmu!” kata Hyang Mi. Tuan No pun mengulurkan tangan untuk membantu. Hyang
Mi menyuruh agar menariknya.
Tuan No
akan menariknya, tapi melihat Jessica berjalan mendekat langsung melepasan
tangan Hyang Mi. Hyang Mi pun terjatuh kembali ke sawah yang kering. Tuan No memanggil kalau Jessica yang baru
menabrak orang dan berpikir sedang mabuk.
Jessica
seperti ketakutan memilih untuk kabur, Tuan No memperingati Jessica tak boleh
masuk mobil yang baru saja tabrakan. Ia pun memberitahu Jika pergi sebelum
perusahaan asuransi tiba, maka akan kehilangan banyak uang...
“Hei, Nyonya!
Hei, Kau! Ini tabrak lari!” teriak Hyang Mi kesal. Tuan No kaget melihat Hyang
Mi seperti hantu sudah ada didekatnya dengan rambut berantakan.
“Ikat rambutmu,
bisa? Kau menakutiku.” Keluh Tuan No kesal melihat Hyang Mi yang terluka dan
kotor.
Jong Ryul
akhirnya mengangkat telp Jessia terlihat malas karena menanyakan keberadaanya.
Ia pikir Jessica tak perlu peduli lalu kaget kalau baru saja menabrak dan
bertanya lagi untuk memastkan. Jessica mengeluh kalau Jong Ryul tak
mendengarnya.
“Aku
menabrak orang! Aku menabrak orang dengan mobilmu!” ucap Jessica.
“Jika
tidak, aku akan bilang begitu.”keluh Hyang Mi. Tuan No menyuruh Hyang Mi sadar.
“Pemalsuan
kecelakaan mengacaukan hukum lalu lintas!” tegas Tuan No. Hyang Mi mengaku A
jatuh untuk menghindari mobil yang ingin menabraknya.
“Lalu
kenapa kau memakai itu? Kenapa?” tanya Tuan No melihat Hyang Mi memakai helm.
Hyang Mi menjawab Harus mengantar pesanan.
“Kau tak
bisa mengantar pesanan seperti ini!” kata Tuan No. Hyang Mi pikir Cumi-cumi
tumis dan babi enak saat dicampur.
“Dia mungkin
menebak sengaja dicampur.” Tegas Hyang Mi seolah tak peduli dan tetap ingin
pergi.
“Bukan
pesanannya yang penting. Aku mencemaskan kondisimu, Bodoh! Kau penuh darah dan
keringat. Orang yang mendapat makanan itu juga akan terkejut.” Jelas Tuan No
“Ini
pesan antar pertamaku. Aku tak boleh sebabkan masalah di percobaan pertama. Aku
juga harus membayar Dongbaek. Apa Kau tahu, Aku harus membayar utang?” ucap
Hyang Mi
“Aku juga
akan bayar kau.” Kata Tuan No. Hyang Mi menegaskan kalau mulai besok akan menjadi orang berbeda.
“Lupakan
dirimu yang baru. Seluruh lututmu tergores! Tak masuk akal bagimu mengantar
pesanan sekarang... Hei, kumohon!” ucap Tuan No. Hyang Mi tak peduli ingin
menyalakan motornya.
“Lihat ini. Bahkan benda ini bisa diset ulang.
Rongsokan ini masih bisa menyala. Kenapa aku tidak? Jika berusaha keras, aku
bisa. Selalu ada kesempatan lain. Ada kesempatan untukku juga.” Kata Hyang Mi
lalu berjalan pergi.
“Kata
orang, kau akan mati jika tiba-tiba dewasa. Dia mungkin akan jadi orang baik.”
Kata Tuan No yang saat itu tanpa sadar darah Hyang Mi mengenai tanganya saat
menolongnya.
Jong Ryul
kembali ke tempat kejadian, mencari sesuatu lalu berteriak marah dimana Jessica
menabrak orang itu. Ia pun ingin tahu siapa yang dtabraknya dan berpikir kalau
Ini bohong, Jessica malah berkomentar Jong Ryul sampai dalam sepuluh menit.
“Kau ke
Ongsan lagi.” Keluh Jessica marah. Jong Ryul ingin tahu Kenapa Jessica tiba-tiba
ada di sini...
“Aku
ingin membunuhnya. Choi Hyang-mi akan membongkar semuanya, jadi, aku mau
membunuhnya.” Ucap Jessica. Jong Ryul melonggo mendengarnya.
“Kenapa
menemuinya? Kenapa kau bertemu dengannya?” keluh Jong Ryul kesal.
“Jong Ryul,
aku Jessica.” Tegas Jessica. Jong Ryul mengeluh kenapa dan Apa hubungannya
dengan ini?
“Aku
Jessica, Nyonya Kang Jong Ryul. Pencari perhatian yang tak punya harga diri
selain angkuh.” Kata Jessica.
“Apa kau
mabuk?” komentar Jong Ryul melihat tingkah istrinya. Jessica mengaku sempat
khawatir, tapi kini yakin bertindak benar.
“Aku
benar membunuhnya.” Ungkap Jessica marah. Jong Ryul pikir Jessica hanya
pura-pura
“Katakan
kau hanya berusaha menakutiku.” Kata Jong Ryul. Tapi Jessica malah menyuruh
Jong Ryul Cari mayatnya.
“Sang-mi,
beri tahu yang terjadi!”teriak Jong Ryul frustasi. Jessica menegaskan Choi
Hyang-mi, Dongbaek, bahkan Jong Ryul
“Kubunuh
semua yang merendahkanku, jadi, jangan memancingku. Bom busuk sepertiku lebih
berbahaya.” Ucap Jessica.
“Hei..
Jangan pergi seperti ini... Sang-mi... Hei!” teriak Jong Ryul melihat Jessica
melaju pergi dengan mobilnya.
Sementara
Hyang Mi masih mengirimkan pesanan ditengah hujan deras dan masuk ke dalam
sebuah rumah. Ayah Heung Sik melihat Hyang Mi masuk rumah terlihat senyuman
sebagai pembunuh berdarah dingin.
Di
lapangan sekolah
Pil Go
mengeluh kalau Perutnya sakit dan tak tahu kenapa rasanya sakit sekali. Dng
Baek bertanya apakah Pil Goosudah ke toilet dan sudah buang air besar. Ia heran
karean Pertama punggung sakit dan kini perut sakit sambil mengusap punggung
anaknya.
“Apa Kau
takut pergi ke tempat yang jauh dari rumah?” tanya Dong Baek
“Apa Kau
akan tinggal di rumah? Kau takkan pergi, 'kan?” tanya Pil Goo seperti
ketakutan. Dong Baek bingung akan pergi kemana .
“Ini
hanya empat malam. Aku akan datang dari bandara ke Ongsan. Bar Ibu, rumah kita.
Paham.” Tegas Pil Goo
“Apa Kau
merasa takkan melihatku lagi?” tanya Dong Baek menenangkan anaknya.
Sementara
Nyonya Park sibuk memasukan barang untuk anaknya, dengan banyak makanan lalu
melihat kearah Pil Goo dan Dong Baek. Sementara Pil Goo mengaku kalau perutnya
masih saja sakit.
Di depan
bagasi bus, Yeong Sub mmbantu memasukan koper. Yong Sik membahas Di masa lalu,
saat Jang Bo-ram memutuskan Yeong Suk, Ia tak mengejeknya. Yeong Sub kesal Yong
Sik yang tiba-tiba membahasnya. Yong Sik
kembali membahas Saat Yeong Sub mabuk dan buang air di matras giok bahkan tak
memberi tahu saudarimu.
“Lalu
kenapa? Apa maumu?” tanya Yeong Sub. Yong Sik memperingatan agar mengawasi Pil
Goo baik-baik.
“Beruntung
sekali Pil-gu... Apa Dia punya berapa pengawal?” keluh Yeong Sub.
Yong Sik
tiba-tiba dikagetkan dengan Pil Go yang menyolek pinggangnya. Ia pun tersenyum
melihat anak Hyang Mi, lalu membahas kenapa punggugnya sakit. Ia pun membuat
lelucon kalau Mungkin sayap Pil Goo akan keluar. Pil Goo hanya menatap Yong Sik
lalu dengan jarinya menyuruh agar mendekat.
Nyonya
Park memberitahu Don Baek Ini gangguan kecemasan perpisahan. Dong Baek heran
Kenapa Pil-gu mengalaminya. Nyonya Park menceritakan Saat ia menjemput Jun-gi dari
rumah neneknya setelah sebulan, Jung Gi pun juga begitu.
“Mungkin
dia cemas aku akan mengirimnya lagi. Jadi Dia ikuti aku ke mana pun aku pergi dan
mengeluh setiap bagian tubuhnya sakit. Ternyata itu kecemasan perpisahan. Itu
bisa menjadi depresi.” ucap Nyonya Park
Dong Baek
melihat anaknya sedang berbicara dengan Yong Sik. Pil Goo membisikan sesuatu
dan Yong Sik hanya bisa melonggo seperti sangat kaget. Pil Goo pun mengeluh
kalau Yong Sik seperti sulit untuk memahaminya.
Yong Sik
akhirnya berjalan bersama Dong Baek lalu menyarankan untuk menyewa pekerja
paruh waktu sementara, karena itu Akan lebih mudah untuk Dong Baek dan ia akan
lebih tenang. Dong Baek yakin kalau Hyang-mi
akan segera kembali.
“Aku merasa
dia akan segera kembali.” tegas Dong Baek yakn. Yong Sk terlihat bingung.
“Maka,
aku akan datang di jam makan siang.” Kata Yong Sik. Dong Baek pikir akan
menutup bar hari ini. Yong Sik kaget mendengarnya.
“Mungkin
ada hubungannya dengan mengantar Pil-gu, tapi kurasa aku sakit.” Kata Dong
Baek. Yong Sik langsung memeriksa keningnya.
“Astaga.
Kau panas sekali... Biar kubawa kau ke dokter dahulu.” Kata Yong Sik gugup.
“Lebih
baik aku tidur saja. Pil-gu tak ada di rumah, jadi, aku akan pakai kesempatan
ini untuk tidur tenang.” Kata Dong Baek lalu berjalan pergi.
“Dongbaek
telah menjadi seperti petinju yang tetap tegak setelah beberapa hantaman.”
Gumam Yong Sik lalu mengejar Dong Baek sambil mengengam tanganya.
“Nanti
aku akan mampir ke rumah.” Kata Yong Sik. Dong Baek bertanya apakah itu
rumahnya.
“Pil-gu
tak ada... Aku tak menganggap ini kesempatan.”ucap Yong Si. Dong Baek mengerti
seperti berpikir berlebihan.
“Aku
bukan orang jahat.” Tegas Yong Sik. Dong Baek mengeluh kalau Yong Sik tak perlu
membahasnya.
“Jadi,
berapa nomor sandimu? Aku akan mengantar bubur dan obat selagi kau tidur. Aku
bukan orang jahat.” Ucap Yong Sik
“Dua,
lima, delapan, nol.” Bisik Dong Baek dengan mengoda. Yong Sik hanya bisa
menghela nafas lalu berjalan pergi. Dong Baek bertanya kemana Yong Sik akan
pergi.
“Siapa
yang pasang nomor sandi dua, lima, delapan, nol? Aku sungguh harus cepat
tangkap Pengusil.” Keluh Yong Sik kesal.
Di sebuah
ruangan, Tuan Byun terlihat ketakutan memegang laptopnya lalu meminta Yong Sik
mengatakan yang sebenarnya, Bagaimana
Yong Sik kenal dia. Yong Sik mengaku Waktu masih menjadi sopir taksi,
saat menangkap perampok sembarang dan bertemu dengan orang ini.
“Apa dia
korbannya? Astaga. Itu sungguh kebetulan.” Kata Tuan Byun. Yong Sik mengaku Bukan
seperti itu juga.
Flash Back
Yong Sik
sedang mengemudikan mobilnya lalu memberitahu pelangganya kalau menyaksikan
sesuatu jadi meminta maaf sebelumnya. Si pria langsung membantu dengan menunjuk
arahnya. Yong Sik pun mengeluh kemana
itu karena si pria hanya menunjuk “disana... disana”
Papan
nama terlihat “PROFESOR KRIMINOLOGI” Sang prof melihat video pelaku lalu
memberitahu ciri-ciri fisiknya, Tingginya 170 hingga 175 cm, Berperawakan
sedang. Yong Sik pikir mengaku sudah tahu sambil terus mencatat pada ponselnya.
“Dia tak
berjalan dengan postur tegak. Torsonya sedikit condong ke depan.” Kata si pria.
Yong Sik mengaku tahu itu juga.
“Kau tak
pernah tahu itu... Katakan kau tidak tahu.” Kata Tuan Byun menyenggol Yong Sik.
Yong Sik akhirnya menyadari ucapanya seperti tak baik.
“Kriminal
yang tak memeriksa wilayahnya walau sekali? Artinya dia kenal gang itu dan
letak kamera dipasang. Tak ada yang berjalan begini kecuali lehernya kaku.” Ucap
Prof
“Dia
benar soal sudut aneh. Dia tahu letak kameranya.” Kata Tuan Byun memastikan
dengan memiringkan wajahnya.
“Senjatanya
pasti muat di kantongnya.” Kata Prof. Yong Sik pikir Kawat untuk pasang bingkai
“Secara
tak sadar, kita menaruh yang penting di sisi yang lebih akrab. Dia mungkin
ambidekstrus.” Kata Prof
“Aku
paham kau bukan orang sembarangan.” Komentar Yong Sik. Prof bertanya siapa tepatnya ini
“Kau
tahu, ada pencuri di lingkungan ini.” kata Yong Sik gugup. Prof pikir Ongsan
dan kawat bingkai foto jadi Ini pasti dia.
“Apa?
Siapa maksudmu? Jangan bicara seakan tahu semuanya.” Kata Yong Sik panik.
“Yong-sik,
tetap tenang dan jangan usil.” Kata Prof memperingatkan. Yong Sik hanya bisa
terdiam.
Keduanya
keluar bersama, Tuan Byun mengingatkan mereka bukan detektif swasta jadi Apa bijak
menyelidikinya sendiri. Yong Sik mengingatkan
Setelah melaporkannya, mereka akan minta agar bicara dengan Prof itu juga.
“Lagi pula,
aku tak bisa percaya mereka sejak kita diminta memeriksa sepatu 260 mm.” Keluh Yong
Sik kesal
“Tetap
saja, lingkup kasus ini sudah di luar kendali.” Ucap Tuan Byun. Yong Sik mengeluh kesal mendengarnya.
“Ibu
Dongbaek tertangkap kamera. Dia adalah Penyintas tunggal. Pengusil legendaris. Cinta
ibu yang kalahkan monster. Apa Kau pikir mereka yang di atas akan membiarkan
ini?” komentar Yong Sik kesal
“Mereka
mendatangi Dongbaek seperti hiena. Hidupmu berakhir saat orang menggali
kehidupan pribadimu.” Tegas Yong Sik
“Bisakah
kau... Bisakah kau sungguh menangkapnya?” tanya Tuan Byun seperti tak yain
“Siapa yang
menangkap direktur akademi? Siapa Yang dapat rekaman kamera? Siapa Yang buat
kita bisa bertemu Kim Bok-jun?Apa Kau meragukanku?” ucap Yong Sik
“Peramal
itu memberitahuku untuk hati-hati dengan orang gila.” Kata Tuan Byun gugup.
“Apa Kau
pikir aku tak bisa menangkapnya?” tanya Yong Sik. Tua Byun yakin Yong Sik pasti
bisa. Yong Sik pun meminta Tuan Byun agar bergabung denganya.
“Baiklah.
Kupertaruhkan sisa karierku kepadamu. Aku dipromosikan atau dipecat. Kini semua
tergantung kepadamu!” kata Tuan Byun yakin.
Dongbaek
tertidur pulas dikamarnya, sementara terdengar suara yang berusaha menekan
password rumahnya. Ternyata Yong Sik dengan memeriksa kunci rumah agar tak di bobol
pengusil.
Yong Sik
memasangkan penghangat ditubuh Dong Baek bahkan memasangkan selimut agar tetap
hangat. Dong Baek masih saja tidur, Yong Sik membuatkan bubur dan menaruhnya
diatas meja.
“Dong Baek....
aku pergi sekarang. Apa Kau tidur?” Ucap Yong Sik mengintip melihat Dong Baek
yang masih saja tertidur. Dong Baek seperti masih saja tidur.
Yong Sik
akhirnya mendekat dengan memeriksa kening Dong Baek, lalu menatap lama. Dong
Baek merubah posisi tidurnya. Yong Sik akhirnya mencoba berbaring
disampinganya. Dong Baek langsung mengubah posisi kembali ke arah Yong Sik.
“Dongbaek,
aku tahu kau pura-pura tidur.” Goda Yong Sik dengan mata tertutup lalu
memberikan kecupan di keningnya. Dong Baek
tersenyum bisa merasakan ciuman Yong Sik.
Keduanya berbaring
dengan tangan Yong Sik yang memeluk Dong Baek.
Bersambung
ke episode 32
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar