PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Kang Woo
pun tersadar kalau Seo Yeon itu adalah wanita yang menolaknya, saat itu juga
perutnya kembali terasa sakit dan ingin buang air besar. Seo Yeon melihat Kang
Woo memastikan kalau baik-baik saja. Kang Woo mencoba menahan dengan menjepit
bokongnya.
“Ada apa
dengannya?” komentar teman-teman Kang Woo. Kang Woo pun terus menahan sambil
berjalan ke toilet.
Saat
masuk ke toilet ternyata hanya ada toilet jongkok dan sangat kotor, Kang Woo
sampai ingin muntah melihatnya. Ia merasa tidak bisa melakukannya di sini. Ia
pun keluar dari restoran mencoba mencari toilet dengan terus menahan sakit
perutnya.
Setiap
melangkah seperti memohon agar Tuhan bisa menolongnya, akhirnya Kang Woo
melihat ada sebuah restoran yang masih buka. Dengan kaki yang terus mengapit
bokongnya berusana terus berjalan, tapi saat sudah mendekat restoran itu tutup.
Akhirnya Kang Woo pun tak bisa menahanya.
“Hei...
Sedang apa kamu di sini? Kenapa kamu sudah mau pergi? Padahal Aku datang terburu-buru.” Ucap Hyun
Soo datang.
Kang Woo
hanya diam saja, sampai akhirnya hanya bisa menatap temanya dengan wajah butuh
bantuan.
Hyun Soo
mengemudikan mobilnya sambil berkomentar kalau Banyak hal terjadi... Banyak hal
bisa terjadi. Di bangku belakang Kang Woo duduk dengan menaikan kakinya tanpa
mengunakan celana, wajahnya terlihat sangat sedih lalu menatap keluar jendela.
Semua
alumni akan pergi ke tempat berikutnya, Min Kyung sudah memapah Seo Yeon yang
mbauk dibahunya mengakutidak bisa pergi. Si pria merengek agar Min Kyung ikut
saja untuk pindah ke bar lainya. Min
Kyung menolak tak bisa ikut karena Seo Yeon sudah mabuk.
“Suruh
dia pulang dan bergabunglah dengan kami.” Ucap Temanya. Min Kyung pikir tak
mungkin bisa jadi mereka pergi saja tanpa dirinya.
“Dia
membuat keributan lagi.” Keluh temanya. Min Kyung pun menyuruh mereka pergi
saja. Akhirnya semua teman Min Kyung pun pergi.
Seo Yeon
mengintip untuk memastikan kalau semua temanya sudah pergi, Min Kyung pun
menyuruh Seo Yeon berdiri tegak karena semua temanya sudah pergi, lalu mengeluh
Berapa banyak yang Seo Yeon makan karena tubuhnya berat sekali.
“Seharusnya
kau menolak saja. Kenapa kau membuatku melakukan ini?” keluh Seo Yeon.
“Hei, aku
harus menjaga martabatku. Tidakkah kau tahu mereka benar-benar terpesona dengan
wajah ini dan pekerjaanku? Mereka harus tahu posisi mereka.” Ucap Min Kyung
bangga
“Kamu
benar-benar menjengkelkan.” Keluh Seo Yeo. Mi Kyung mengejek Seo Yeon yang
berani bicara seperti itu.
“Seperti
kau menilai pria dari penampilannya, maka aku menilai pria dari penampilan,
kompetensi, dan kekayaan.” Ucap Min Kyung
“ Kau
akan minum lagi, bukan? Mari kembali ke tempatku.” Kata Seo Yeon
“ Apa kau
gila? Aku tidak bisa bertemu kakakmu seperti ini. Langkahi dulu mayatku.” Kata Seo Yeo
“Hei,
kakak tertuaku mata duitan, dan kakak keduaku... Kau tahu.” Ucap Seo Yeon
“Meski
tidak bisa memacari mereka, aku ingin terlihat cantik di depan para pria
tampan. Kita akan pergi ke tempatku.” Kata Min Kyung
Seo Yeon
mengeluh kalau Rumahnya Min Kyung itu
sangat jauh, Mi Kyung tak peduli menarik temanya untuk pergi. Seo Yeon
pikir kalau kakaknya itu pasti belum pulang Min Kyung terus menarik Seo Yeon
pergi. Seo Yeon kesal karena rumah temanya cukup jauh.
Won Jae
berada di club duduk dengan beberapa wanita mengajak bersulang. Seorang pria
menyapa Won Jae karena sudah lama tak datang dan ingin tahu alasanya, terdengar
suara wanita yang memanggil Won Jae. Won Jae mengaku kalau alasanya karena
wanita itu.
“Won Jae,
tentang saat itu...” ucap si wanita dan Won Jae langsung memotongnya.
“Aku
tidak tahu betapa menakutkannya dirimu. Kudengar kau menjambak adikku.”ucap Won
Jae sinis.
“Itu
karena kalian tidak mirip.” Komentar Si wanita. Won Jae dengan santai bertanya
apa Ada lagi yang ingin dikatakan
“Aku
membencimu.” Kata Si wanita lalu melangkah pergi. Teman Won Jae pikir Won Jae berusaha
keras memenangkan hatinya.
“Hei, aku
juga harus menikah. Aku tidak bisa selalu bermain-main. Jadi
Bersenang-senanglah.” Kata Won Jae lalu berjalan meninggalkan club. Temanya
terlihat bingung.
Di lobby,
Seorang pria menemui Won Jae yang memanggil sopir. Won Jae meminta agar bisa
menunggu karena mobilnya nanti akan datang. Sopir pun meminta izin untuk bisa
merokok sejenak. Won Jae pun menganguk setuju.
Joo Hee
turun dari mobil melihat Won Jae berpikir seperti valley langsung memberikan
uang dan kunci mobilnya. Won Jae bingung apa maksudnya, Joo Hee dengan tatapn
merendahkan menyuruh Won Jae agar memarkirkan mobilnya.
Won Jae
menahan amarahnya, saat itu Valley datang membawa mobil Won Jae. Joo Hee
terlihat malu dan Won Jae memberikan uang pada Valley lalu akan bergegas pergi.
Joo Hee hanya bisa menatapnya. Won Jae
akhirnya berbicara dengan Joo Hee sebelum masuk mobil.
“Hei...
Tunjukkan sopan santun saat kau membayar. Apa Kau tidak tahu tindakanmu lebih
penting daripada kata-kata?” sindir Won Jae sinis lalu masuk ke dalam mobil.
Joo Hee
hanya menatapnya tanpa berkata-kata, sementara di dalam mobil Won Jae ingin
tahu siapa wanita itu.
Foto
makana dengan style yang bagus terlihat disebuah social media dengan caption #segelas
bir saat larut malam. #ada yang mau minum denganku?#merasa sentimental. Dan
dislide berikutnya ada foto Min Kyung dengan gaya berbeda sedang minum.
“Hei... Mari
minum sekarang.” Ucap Min Kyung setelah menyelesaikan sesi foto dan merasa
kalau bir itu menyegarkan.
“Bukankah
ibumu datang pekan lalu?” kata Seo Yeo. Min Kyung membenarka dan heran Seo Yeo
menanyakan hal itu.
“Apa Dia
tidak membersihkan kamarmu?” tanya Seo Yeon melonggo melihat kamar Min Kyung
berantakan dari ujung pintu.
“Ini baru
beberapa hari, tapi kamarmu...” ucap Seo Yeon tak percaya lalu tak ingin
membahasnya mengajak mereka minum saja. minum.
“Apa kamu
sungguh-sungguh cinta pertama Kang Woo?” tanya Min Kyung penasaran.
“Aku
tidak yakin menjadi cinta pertamanya, tapi dia bilang dia menyukaiku.” Cerita
Seo Yeon. Min Kyung pun ingin tahu kelanjutanya. Seo Yeo mengaku tidak ingat.
“Jika
dipikir-pikir, dia tidak kembali ke restoran.”ucap Min Kyung. Seo Yeon pikir
benar. Min Kyung yakin Kang Woo itu Pria yang aneh.
“Lihat
dirimu. Bukankah kamu duduk di sampingnya?”ejek Seo Yeon. Min Kyung mengaku Awalnya
tergila-gila dengan penampilan Kang Woo.
“Tapi
kurasa hanya itu yang dia miliki.” Ungkap Min Kyung. Seo Yeon pikir kalau sudah
jelas.
“Wajahnya
berteriak, "Aku penipu." Ucap Seo Yeon yakin,Min Kyung pikir si
cepirit itu tetap cepirit.
“Omong-omong,
kenapa itu julukannya?” tanya Seo Yeon. Min Kyung pikir Seo Yon tak ingat
karyawisata mereka
“Aku
tidak bisa pergi.” kata Seo Yeon. Min Kyung mengingatnya. Lalu mereka pun kembali bersulang.
“Jadi
Kenapa kamu memanggilnya seperti itu?” tanya Seo Yeon penasaran.
“Karena
si gemuk itu buang air besar di celana.” Kata Min Kyung. Seo Yeon melonggo tak
percaya.
Dirumah,
Kang Woo menjerit sendiri saat berbaring ditempat tidur, seperti trauma malah
makin tambah membuatnya gelisah. Dokter Kim terbangun dari tidurnya karena
suara bunyi ketukan pintu rumahnya, dengan mata setengah tertutup bertanya
siapa yang datang.
Ternyata
Kang Woo datang ke tempatnya, Kang Woo menatap mata dingin Dokter Kim langsung
mengambil foto yang digantung dan menyembunyikanya. Ia sedikit membuka pintu
dan menolak Kang Woo untuk masu.
“Ini
sudah larut malam... Seharusnya kau menjadwalkan pertemuan lebih dahulu.” Ucap
Dokter Kim. Kang Woo menahanya agar terbuka.
“Kenapa
dia kuat sekali?” keluh Dokter Kim dan Kang Woo pun memberikan uang sambil
mengeluh karena kakinya terjepit. Dokter Kim akhirnya melepaskan tanganya dan
Kang Woo pun masuk ke dalam rumah.
“Wanita
itu penyebab semua ini!” ucap Kang Woo
marah memberikan gambar yang sudah jelas dengan mata, hidung dan bibir.
Flash back
Seo Yeon
yang masih remaja mengaku tidak menyukai
Kang Woo karena jelek dan gemuk. Kang
Woo terlihat sangat frustasi mendengarnya, saat pulang ke rumah menatap cermin
mengingat kembali yang dikatakan Seo Yeon “Aku tidak menyukaimu karena kau
jelek dan gemuk.”
“Anakku,
makan kudapannya... Ini kue, kesukaanmu.” Ucap Nyonya No masuk kamar.
“Tidak,
terima kasih. Aku tidak mau.” Kata Kang Woo menolak, Nyonya No bingung anaknya
menolak.
“Aku
tidak mau... Aku tidak mau.” Jerit Kang Woo lalu mendorong ibunya keluar dari
kamar. Sang ibu bingung anaknya menolak untuk makan.
“Selama empat hari, aku tidak makan
apa pun. Setetes air pun tidak.”
Kang Woo
dengan wajah yang kusam karena tak makan akhirnya pergi ke sekolah dan tak
sengaja bertemu dengan Seo Yeon, Tapi Seo Yeon malah mengabaikanya seperti
sangat jijik. Kang Woo terlihat sangat frustasi.
“Yang lebih mengejutkan, setelah
merendahkanku seperti itu, dia tiba-tiba menghubungiku saat larut malam.”
Kang Woo
terbangun dari tidurnya dan membaca pesan yang dikirimkan Seo Yeon. “Ada yang
ingin kukatakan. Di mana alamatmu?” Kang Woo pun pergi menemui Seo Yeon, Dokter
Kim ingin tahu apa yang dikatakan Seo Yeon saat itu.
“Dia tidak datang. Astaga... Dia
mempermainkan aku. Merasa dipermalukan dan marah, maka aku tidak bisa
menahannya lagi. Aku bukan diriku. Aku bahkan lupa bahwa aku akan pergi
karyawisata sehari setelahnya.”
Kang Woo
menghabiskan malam itu makan semua makanan didalam kulkas dan esok paginya
pergi karyawisata dengan teman-temanya. Wajah semua anak terlihat bahagia dan
Kang Woo seperti memegang perut dan merasa mulas.
“Toilet di area peristirahatan
penuh hari itu. Jadi, aku berusaha menahannya sampai kami tiba di penginapan.”
Tiba-tiba
teman yang disampingnya merasakan ada bau yang tak sedap. Ia lalu berteriak kalau Kang Woo buang air
besar. Kang Woo pun tak bisa menyangkalnya, semua anak murid pun langsung
menjauhkan dan mengejeknya.
Dokter
Kim pun mengerti kalau karena wanita ini. Kang Woo dengan wajah penuh amarah
berteriak Joo Seo Yeon! Jika bukan karena dia, maka ia tidak akan berdiet atau
dipermalukan seperti itu. Dokter Kim mengerti meminta Kang Woo untuk duduk dan
tenang.
“Karena
insiden itu, kau menderita sindrom gangguan pencernaan.Selain itu, kamu
kesulitan menjalin hubungan dengan wanita.” Ucap Dokter Kim menyimpulkan. Kang
Woo terlihat bingung.
“Apa itu
tidak benar? Saat aku menyimpulkan apa yang baru saja kau katakan, sejak hari
itu, kau tidak pernah punya perasaan khusus kepada wanita lain. Kau tidak
pernah mengencani wanita, kan?” komentar Dokter Kim
“Bukannya
aku tidak bisa. Aku memilih tidak mengencani mereka.” Kata Kang Woo mencari
alasan.
“Kenapa begitu?
Kamu tampan dan menarik.” Ucap Dokter. Kang Woo pikir karena ia menunggu wanita
sempurna yang pantas untuknya.
“Bagi Lee
Kang Woo yang berusia 15 tahun, wanita ini adalah wanita sempurna. Lalu, dia
ditolak. Kau masih bocah 15 tahun yang sama. Kau masih takut ditolak. Kau dirantai
ketakutan itu. Apa Kau mengerti?” ucap Dokter Kim dengan membuat wajahnya
bersembunyi dibalik gambar.
“Kau muak
menderita diare. Kau akan membaik setelah berbaikan dengan wanita ini.” Kata
Dokter Kim. Kang Woo hanya diam saja.
Seo Yeon
melepaskan anting ditelinga Min Kyung dengan berkomentar kalau kulitnya itu
sensitif dan Kenapa harus memakai begitu banyak kosmetik. Min Kyung terlihat
tertidur lelap dipangkuan temanya, Seo Yeon pikir Min Kyung cantik bahkan tanpa riasan.
Tiba-tiba
Min Kyung membuka matanya, Seo Yeon kaget ternyata temanya terbangun.
“Jika
kita berdua tidak menikah sampai usia 40 tahun, kita harus tinggal bersama, ya?
Baiklah. Ini cincin kita... Mengerti?” ucap Min Kyung tiba-tiba mengambil
kertas berbentuk cincin dan dimasukn ke jari Seo Yeon.
Seo Yeon
hanya bisa menganguk setuju lalu menyuruh Min Kyung Tidur saja.
Seo Yeon
akhirnya pulang dan melihat sang kakak keluar dari mobil. Ia langsung mengomel
kakaknya itu gila karena mengemudi setelah minum-minum. Waon Jae mengaku tidak
seperti itu. Seo Yeon terus memarahi kakaknya yang bisa begitu ceroboh?
“Apa Kau
tahu yang telah kau lakukan?” teriak Seo Yeon marah. Won Jae memberitahu
adiknya kalau sudah menelepon layanan sopir.
“Aku
tertidur di mobil sebentar. Aku baru bangun.” Ucap Won Jae. Seo Yeon pun bisa
bernafas lega.
“Hei,
bukan hanya kamu yang mengalami kerugian. Aku juga menderita sepertimu. Aku
mengerti aku bisa bersikap berengsek, tapi bagaimana bisa?” kata Wo Jae. Seo
Yeon tak percaya mendengarnya.
“Apa
orang-orang selalu berbohong kepadamu? Hei.. Apa Kau minum-minum?”ucap Won Jae
mencium adiknya bau alkohol.
“Ya. Aku
banyak minum... Tapi aku segera sadar berkat kau.” Kata Seo Yeon.
“Putri
bungsu kita pasti sendirian.” Komentar Won Jae melihat lampu rumah yang menyala
terang.
Seo Joon
sibuk bermain games diruang tengah, Won Jae dan Seo Yeon pun masuk. Seo Joo yang seolah tak pedul akhirnya
mengeluh kesal pada sang kaka yang datang terlambat sekali, karean takut
setengah mati sendirian di rumah.
“Hei.
Melihatmu lebih menakutkan daripada sendirian di rumah... Berhenti
membuang-buang listrik.” Ucap Seo Yeon langsung mematikan lampu diruangan yang
tak perlu.
“Uang
tidak penting sekarang. Aku takut di rumah.” Keluh Seo Joon. Seo Yeon
menegaskan kalau uang itu penting. Won Jae tak ingin mendengarnya memilih untuk
tidur saja.
“Aku
meneleponmu, tapi kau tidak menjawab. Saat kau tidak menjawab teleponku, kau
tahu aku menggila.” Ucap Seo Joon akhirnya duduk disofa sambil terus bermain
games
“Apa Kau
menelepoku? Maaf. Aku tidak mendengar deringnya.” Hei.. Apa Kau mendengar hal lain tentang Joo
Hee?” Kata Seo Yeon. Seo Joon mengaku tidak
tahu.
“Astaga.
Dia sudah sering absen... Hei... Berhentilah bermain. Tidurlah.” Ucap Seo Yeon
mengambil stick dari tangan adiknya.
“Maksudku,
aku sangat mengantuk tadi, tapi aku tidak bisa tidur karena tidak ada orang di
sini, dan kini aku tidak bisa tidur.” Akui Seo Joon. Akhirnya Seo Yeon
membiarkan adiknya main.
“Oh yah..
Ini tentang Park Seok Min.” Kata Seo Joon. Seo Yoon tak mengenalnya dan ertanya
siapa pria itu.
“Pria
dengan kue mahal.” Kata Seo Joon. Seo Yoon mengingatnya dan bertanya ada apa
dengannya
“Kudengar
Won Seok bicara di telepon. Kurasa dia pelanggan tetap di bar Won Seok.” Cerita
Seo Joon.
Seo Yeon
tak percaya mendengarnya. Seo Joon pikir ini memang gila. Seo Yeon pun memperingatkan adiknya agar Jangan
berani memberi tahu orang soal ini. Seo Joon mengeluha kakaknya berpikir
dirinya itu bermulut besar.
“Astaga,
hanya pria tampan yang minum di bar Won Seok... Hei, itu diskriminasi, bukan? Diskriminasi
rasial bukan satu-satunya masalah serius.” Kata Seo Yeon sambil melepaskan kaos
kakinya.
“Seo
Yeon... Kau bau.” Keluh Seo Joon. Seo Yeon malah dengan sengaja memberikan kaos
kakinya pada sang adik. Seo Joon menjerit meminta agar sang kakak
menghentikanya.
Seorang
pria muda yang sebelumnya gugup masuk bar akhirnya berani masuk dan melihat
semua pengunjung adalah pria. Ia pun memilih duduk didepan meja bar, Won Seo
sedang melayani tamu akhirnya berpindah ke anak tersebut.
“Apa
maumu?” tanya Won Seok terdengar sinis. Si anak meminta agar memberikan bir.
“Apa Kau
datang untuk berita?” kata Won Seok. Si anak terlihat bingung.
“Atau kamu
punya kamera di suatu tempat? Atau ini untuk saluran daring?” ucap Won Seok. Si
pria mengaku tidak mengerti.
“Kau tahu
tentang bar ini. Kau tahu ini bar homoseksual, bukan?” ucap Won Seok
“Ya, aku
tahu... Aku datang untuk bersenang-senang.” Ungkap si anak yang terlihat masih
sangat muda.
“Aku
mengatakan ini karena kau bisa menjadi adikku. Bar ini tidak cocok untukmu. Kau
akan tahu begitu kamu melihat-lihat. Ini gratis. Jadi kau bisa Minum dan
pergi.” ucap Won Seok memberikan minum lalu pindah ke meja sebelahnya.
Ia
kembali mengobrol dengan tamu lainya, lalu melihat meja si anak yang kosong dan
menaruh uang 10ribu diatas meja.
Kang Woo
kembali berolahraga seperti ingin melupakan semuanya saat itu bayangan Dokter
Kim datang “Kau muak menderita diare. Kau akan membaik setelah berbaikan dengan
wanita ini.” Tangan Kang Woo tiba-tiba lemas dan besi angkat beban pun tertimpa
didadanya.
Akhirnya
Kang Woo minum susu protein, saat sedang minum bayangan Dokter Kim kembali
datang sambil berkata “Kau akan membaik setelah berbaikan dengan wanita ini.”
Mata Kang Woo langsung melotot kaget.
Kang Woo
pun mandi dengan santai dengan shower, Bayangan Dokter Kim pun kembali datang
“Kau akan membaik begitu kau berdamai...”
“Baik! Kau
bilang tidak menyukaiku karena aku gemuk dan jelek! Joo Seo Yeon, ini
giliranku. Tunggu aku! Joo Seo Yeon!” teriak Kang Woo menjerit histeris sambl
mencuci rambutnya.
Seo Yeon
berjalan masuk ke sekolah, Min Hyuk melihat Seo Yeon berjalan lebih dulu
seperti ingin Seo Yeon memanggilnya tapi Seo Yeon hanya diam saja. Akhirnya Min
Hyuk pun berjalan mundur, Seo Yeon hanya bisa mengerutkan dahi melihat tingkah
Min Hyuk.
“Astaga.
Lucu bertemu denganmu di sini. Apa Kau masih belum menemukan Lee Joo Hee?” ucap
Min Hyuk. Seo Yeon mengaku belum.
“Aku
bertanya kepada pemilik bar anggur untuk berjaga-jaga. Ternyata Dia benar-benar
berhenti.” Ucap Min Hyuk.
“Terima
kasih sudah berusaha.” Kata Seo Yeon akan pergi. Min Hyuk menahanya memberikan
sebatang coklat pada Seo Yeon yang menurutnya enak.
“Jika kau
melakukan ini karena insiden pot bunga...” ucap Seo Yeon dan disela oleh Min
Hyuk
“Ini
bagus. Jadi, kupikir berbagi akan menyenangkan.” Kata Min Hyuk. Seo Yeon
bingung mendengarnya. Min Hyuk pun pergi meninggalkanya.
Min Kyung
berjalan mendekati Seo Yeon ingin tahu apa yang terjadi karena Min Hyuk hanya
bersikap baik setelah bersikap kejam kepada temanya. Ia menduga kalau Min Hyuk
itu mengejek Seo Yeon. Seo Yeon memberikan coklat pada Min Kyung agar memakanya
saja.
“Baiklah...
Apa Begitu caranya menafsirkan ketertarikannya?” komentar Min Hyuk heran. Seo
Yeon seperti tak peduli.
Kang Woo
bertemu dengan nenek dan juga ibunya, Nenek Han menyuruh Kang Woo untuk memilih
departemen untuk bekerja tapi belum memberikan jawaban. Kang Woo mengaku tidak
tahu. Nenek Han merasa sudah menduga
yang akan dikatakan
“Ini
adalah tempat kamu bisa bergabung dengan kualifikasimu... Kau bisa Pilih saja
satu.” Ucap Nenek Han. Kang Woo malah mengejek mendengarnya. Ibunya mengeluh
anaknya memang nakal.
“Ada
orang lain yang lebih memenuhi syarat dariku.
Nenek punya saudari, tangan kanan Nenek.” Ucap Kang Woo
“Apa aku
hanya perlu tangan kananku? Aku harus punya semua anggota tubuh dan organ
tubuhku.” Kata Nenek Han.
“Nenek,
ada hal lain yang ingin kulakukan dengan hidupku. Tidak bisakah Nenek
membiarkanku melakukan itu?” pinta Kang Woo
“Kau
tidak bisa mahir hanya karena kau mau. Aku sudah melihat banyak orang yang
menghancurkan hidup mereka karena mereka hanya melakukan apa yang mereka
inginkan.” Jelas Nenek Han
“Entah
aku menghancurkan hidupku atau menjadi sukses, maka aku akan menghadapi
konsekuensinya.” Ucap Kang Woo.
Nyonya Oh
mengeluh mendengarnya, Kang Woo pun mulai merengek pada ibunya. Nyonya Oh pikir
Kang Woo lebih keras kepala daripada yang mereka antisipasi, sambil berbisik
pada nenek Han kalau bisa menjalankan rencana B. Kang Woo mengeluh kalau bisa
mendengar mereka.
“Apa
maksudnya rencana B?” tanya Kang Woo. Nenek Ha meminta Kang Woo Bertanggung
jawablah atas salah satu tempat ini
“Kau bisa
lanjutkan selama setahun. Setelah kau melakukan itu, aku tidak akan mencampuri
hidupmu.” Kata Nenek Han. Kang Woo terlihat masih kesal.
“Tidak
bisakah kamu berinvestasi demi kebebasan hidupmu Atau kamu kurang percaya
diri?” ucap Nenek Han.
“Kau
sudah berjanji. Ini untuk satu tahun.” Tegas Kang Woo memastikan. Nenek Han
menganguk setuju.
Akhirnya
Kang Woo membawa berkas yang diberikan neneknya lalu pamit pergi. Nyonya Oh pun
melambaikan tangan pada anaknya. Setelah anaknya pergi, bersama dengan nenek
Han menjerit bahagia karena bisa mengubah pilihan Kang Woo.
“Ya, kita
dapat satu tahun... Kita akan menikahkannya tahun itu dan membuatnya tinggal.”
Ucap Nenek Han
“Tentu
saja. Aku akan mencari calon istri terbaik.” Kata Nyonya Oh. Nenek Han pun
menganguk setuju.
Seo Joon
pergi dengan temanya yang membahas Evaluasi bulan ini sangat penting dan Pak
Park datang bulan ini. Seo Joon merasa tak percaya kalau belum pernah
melihatnya. Temanya pikir Tidak banyak siswa yang melihatnya.
“Kudengar
dia akan memutuskan anggota yang akan debut setelah evaluasi.” Kata temanya.
“Kenapa
kau khawatir? Kau penyanyi yang hebat... Tentu saja, kau akan menjadi vokalis
utama.” Kata Seo Joon yakin pada temanya.
“Kau
tidak bisa bertahan di industri ini hanya karena bisa bernyanyi. Andai saja aku
punya seperempat penampilanmu.” Kata Temanya.
“Ayolah.
Ini karena tata rias dan operasi plastik. Jangan khawatir. Jangan cemas sedikit
pun.”ucap Seo Joon menyakinan.
“Benar.
Selain penampilan, aku penari dan penyanyi yang lebih baik daripada kau.” Kata
temanya jadi merasa bangga dan sedikit mengejek.
“Astaga.
Kenapa kau mengejekku seperti itu?” keluh Seo Joon. temanya mengaku kalau hanya
bercanda.
Saat itu
Seo Joon meliha sosok yang sedang mengantar makanan turun dari motor, lalu
meminta temanya masuk lebih dahulu. Temanya ingin tahu alasanya. Seo Joon
mengaku harus menemui seseorang. Temanya makin penasaran siapa.
“Ini
masalah pribadi.” Kata Seo Joon, Akhirnya si pria pun masuk ke dalam agency
lebih dulu.
Seorang
wanita keluar dari gedung setelah mengantar makanan, Seo Joon sudah berdiri
disamping motor tahu kalau wanita itu Joo Hee dan ie memperkenalkan diri kalau
mereka ada di kelas yang sama. Joo Hee seoleh tak peduli naik ke atas motornya.
“Aku
tahu. Semua orang mengenalmu di sekolah.” Ucap Joo He. Seo Joon dengan bangga
kalaucukup terkenal.
“Kau
sangat suka memamerkan dirimu.”sindir Joo He. Seo Joon memberitahu kalau
kakaknya itu guru Jo sedang mencarinya jadi meminta segera menelp
“ Urus
saja urusanmu.” Ucap Joo Hee. Seo Joon menyampaikan pesan kalau Joo Hee itu perlu
hadir. Joo Hee mengeluh agar Seo Joon jangan ikut campur.
“Aku
tidak melakukan ini karena mencemaskanmu.” Ucap Seo Joon, Joo Hee tak peduli
langsung meninggalkanya.
Seo Joon
mengumpat kesal akhirnya langsung mengirimkan gambar motor pada sang kakak.
Diam-diam teman Seo Joon melihat dari balik gedung seperti ingin melakukan
sesuatu yang buruk.
Joo Hee
datang mengantarkan makanan pada Jang Mi yang masih ada ditaman karena memesan
ayam goreng. Jang Mi tak percaya ternyata yang mengantar adalah wanita. Joo Hee
pikir Tidak ada gender dalam urusan mengantar sambil mengeluarkan banyak kotak
ayam.
“Apa Kau
juga mau? Terlalu membosankan bagiku untuk makan sendirian.” Ucap Jang Mi
“Apa Kau
memesan semua ini untuk dirimu sendiri?” tanya Joo Hee tak percaya.
“Semua
memiliki rasa yang berbeda. Aku ingin
mencicipi setiap rasa. Makanlah sebelum kamu pergi.” kata Jang Mi
“Tidak
apa-apa. Harganya 73 dolar.” Ucap Joo Hee, Jang Mi mencoba dua potong ayam
berkomentar kalau rasanya enak.
Ia lalu
membuka tasnya, Joo Hee melonggo melihat ada tumpukan uang yang banyak. Jang Mi
pun memberikan lembaran uang 50ribu won. Joo Hee ingin memberikan kembalian.
Jang Mi menolak mengangap sebagai tip dan juga tidak suka uang kembalian.
Seo Yeon
tiba-tiba datang langsung menangkap Joo Hee dan mengumpat si anak nakal. Joo
Hee kaget Seo Yeon bisa tahu keberadaanya. Seo Yeon mengaku menanyakan toko
tempatnya mengantar dan meminta agar mengikutinya. Joo Hee menolak sambil mendorong Seo Yeon
karana tidak mau.
“Wahhh...
Sulit dipercaya. Apa Kau mendorongku?” ucap Seo Yeon. Joo He beralasan Seo Yeon
yang memaksanya untuk ikut.
“Kau
sudah besar sekarang. Kau tumbuh dewasa saat pergi.” kata Seo Yeon akhirnya memiting
leher Joo He.
“Tidak,
leherku... Bu Joo, sakit sekali.” jerit Joo Hee. Seo Yeon langsung memarahinya.
“Dasar
anak nakal... Apa Kau tidak tahu betapa menakutkannya dunia ini?” ucap Seo Yeon
Tiba-tiba
Jang Mi memukul kepala Seo Yeon sampai jatuh pingsan. Joo Hee menjerit panik
memanggil gurunya. Jang Mi kageta kalau ternyata Seo Yeon itu adalah gurunya
karena berpikir pencuri.
Keduanya
terus menatap Seo Yeon dan berpikir sudah mati. Joo Hee merasakan kalau Seo Yeon
masi bernapas. Jang Mi pikri harus membawanya ke dokter. Joo Hee merasa
gurunyaitu tidak akan terluka parah. Akhirnya Seo Yeon membuka matanya.
“Bu Joo, Apa kau baik-baik saja?” tanya Seo Yeon
khawatir. Seo Yeon kebingungan karena ada ditaman seperti hilang ingatan.
“Kupikir orang
jahat mengganggu kurirnya... Maaf.” Kata Jang Min. Seo Yeon pun tak bisa
berkata-kata
Bersambung ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar