PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 14 November 2019

Sinopsis When The Camellia Blooms Episode 33

PS : All images credit and content copyright : KBS

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 
Adik Hyang Mi terlihat sangat marah di telp berpikir semua polisi Korea kasar. Ia menegaskan tak peduli ulah kakaknya di Korea jadi tak peduli apa dia hidup. Ia meminta agar jangan menghubungnya lagi. Yong Sik memberitahu punya kabar terkait Nona Choi Go-un.
“Bagaimana... kau tahu nama itu? Itu nama kakakku dahulu.” Ucap Adik Hyang Mi terlihat shock.
“Dua KTP ditemukan di antara barang-barangnya. Dia sudah meninggal.< Dia dibunuh.” Ucap Yong Sik. 

Di ruangan, Polisi menjejerkan semua barang-barang Hyang Mi yang ditemukan tak bernyawa. Dengan KTP yang bernama Hyang Mi dan saat masuk remaja bernama Choi Go Un. Begitu juga gelang milik Dong Baek yang dipakai juga.
“Seumur hidupnya, Hyang-mi menyimpan Go-un di hati.”
Di rumah adik Hyang Mi terlihat shock melihat banyak barang dar korea yang dikirim oleh sang kakak dan itu jumlahnya banyak. Sang istri heran karena punya uang untuk beli kaus kaki tapi Hyang Miterus mengirimkannya.
Sang adik teringat saat memanggil Hyang Mi berlari sebelum masuk ke dalam bar. Hyang Mi mengeluh adiknya yang tak mengunakan kaos kaki padahal cuaca sangat dingin dan akan batuk jika flu.
“Go-un... Dia bahkan tak bisa ke surga, satu-satunya tempat yang tahu namanya.”

Di ruangan, Polisi menyuruh Dong Baek agar memeriksa  barang-barang korban. Ia memberitahu di telp kalau Tak ada keluarga dan Hanya teman lalu bergegas keluar ruangan. Dong Baek meliha uang yang dimilik Hyang Mi hanya pecahan 1.000 WON, 5.000 WON, lalu KTP dan juga gelang miliknya.
“Dia meninggalkan dunia tanpa pikir panjang dan sendiri.”
Dong Baek mulai menangis sampai akhirnya menangis histeris karena sangat shock. Yong Sik diluar berteriak marah karena menyuruhnya memeriksa barang-barang Hyang Mi dan saat masuk ruangan Dong Baek sudah bersimpuh di lantai.
Yong Sik langsung berlari menghampiri dan memeluknya. Dong Baek pun menangis histeris dipelukan Yong Sik, seperti masih tak percaya. Yong Sik pun menenangkan Dong Baek sambil menahan kesedihan aja.
“Kau tak perlu melihat itu semua, Dongbaek... Tak apa-apa.” Ucap Yong Sik terus memeluknya dengan erat. 

Akhirnya polisi lain memberikan minum untuk Dong Baek, dan kembali memastikan yang akan dikatakanya Dong Baek. Yong Sik menjawab kalau Dong Baek yakin belum pernah melihat wajah itu sebelumnya. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Apa Kau tak lihat dia masih terguncang?” ucap Yong Sik kesal. Dong Baek tiba-tiba menunjuk mata di layar komputer. Yong Sik terlihat kaget.
 “Kami semua memikirkan hal yang sama.”

Di ruang interogasi Tuan No ingin makan tapi seperti tak nafsu, lalu mengeluh Hyang Mi kalau yang dikatakan akan mulai hidup baru, tapi malah mati, lalu terlihat sedih mengingat tentang Hyang-mi...
Di ruangan kepala polisi, Tuan Lee menyindi kalau hanya kalian polisi di kota ini. Keduanya hanya diam saja. Tuan Lee mengejek keduanya berulah tanpa tahu posisnya.
“Kami semua menganggap tak seorang tetangga atau siapa pun pantas mati seperti itu.” 

Semua ahjumma berkumpul di ruang rapat, mereka membahas Apa Hyang-mi sungguh dibunuh karena Dongbaek, lalu berpikir Kalau begitu Pengusil sungguh mengincar Dongbaek. Lalu bibi yang lain merasa akan aneh jika Dongbaek sungguh mati.
“Orang-orang dahulu berkata Pengusil mulai membunuh setelah Dongbaek datang. Semua berubah semenjak itu. Tinggal di sini selama enam tahun menjadikan kita keluarga. Apa Kalian tahu? Kurasa kita tak boleh biarkan Dongbaek mati seperti ini.” Ucap Nyonya Park terlihat marah
“Kegilaan pria jahat membangkitkan pahlawan paling biasa dalam diri kita.”
 “Penjahat kecil nekat merendahkan Ongsan hingga berani mengganggu kita. Bagaimanapun, ini Ongsan, penguasa industri kepiting rendam Korea. Bagaimana jika kita cabut rumput tak berguna ini?” ucap Nyonya Park marah
“Seung-hui, kau kuasai SMK Khusus Perempuan Ongsan. Apa senjatamu?” ucap Bibi Kim. Seung Hui menjawab kakinya.
Mereka pun menaruh tangan diatas kaki Seung Hui seperti yakin bisa membalas dengan kaki Seung Hui pada si pelaku.
“Para pahlawan biasa Ongsan mulai bergerak. Dengan cara tak disangka-sangka”
“Kita akan ikuti petunjuk Seung-hui dan bergerak diam-diam.” kata Nyonya Park, Semua menganguk mengerti
[Episode 33-34 AVENGERS ONGSAN]


Di ruangan Kepala Polisi. Tuan Lee mengeluh petugas polsek meminta analisis darah di luar tuga dan meminta penyelam setelah salah melaporkan kasus pembunuhan. Ia pun menyindir polisi kota kecil mengejar Pengusil, keduanya hanya diam saja.
“Tak heran kalian diam. Apa alasan yang bisa kalian buat di situasi ini?”ejek Tuan Lee
“Bukan begitu. Aku hanya menolak menjawab.” Kata Yong Sik. Tuan Lee kaget dan Tuan Byun menatap Yong Sik tak percaya.
“Yong-sik tak merasa terintimidasi oleh atasan bintang empat.” Gumam Tuan Byun.
“Aku tunjukkan niatku untuk melanjutkan investigasi, dengan tak menjawab.” Tegas Yong Sik.
“Itu membuatku juga tidak terintimidasi.” Gumam Tuan Byun seperti mengumpulkan kekuatan.
“Ternyata ada bulldog di departemen kita. Kenapa tak memanggil media ke tempatku juga?” sindir Tuan Lee. Tuan Byun akhirnya mulai bicara. Tuan Lee bertanya ada yang ingn dikatakan.
“Siapa yang menemukan kameranya? Siapa yang menemukan direktur akademi? Siapa yang memprediksi korban ada di Ongsan? Yang orang-orang kalian tak bisa pecahkan dalam enam tahun, petugasku pecahkan dalam beberapa bulan sendirian.” Ucap Tuan Byun membela.
“Karena itu, Yong-sik lebih baik menyelidiki kasus ini daripada RIU.” Tegas Tuan Byun. Yong Sik terlhat menangis haru mendengarnya.
“Benarkan begitu? Jika ada yang mau dikatakan lagi, tulis di permohonan maafmu... Paham?” tegas Tuan Lee seperti tak menerima alasanya. 


Yong Sik merapihkan barang-barang Hyang Mi, Dong Baek yang melihatnya merasa Tak bisa dipercaya karena mencuri semua yang bisa diambil, tapi bukan untuknya sendiri. Ia melihat Semua yang Hyang Mi miliki murah dan lusuh.
“Kenapa dia bersikeras mengantar pesanan malam itu?” keluh Dong Baek dan kembali sedih.
“Dongbaek, kematian Hyang-mi adalah salah pembunuhnya, bukan kau. Dengan menyalahkan diri, kau membiarkan pembunuhnya tak merasa bersalah. Ini bukan waktunya menyalahkan diri. Kita harus tangkap dia. Kau tahu itu.” Ucap Yong Sik menyakinkan dengan memegang tangan Dong Baek.
“Tentu saja... Aku tak yakin soal yang lain, tapi aku masih ingat suara batuknya. Andai bisa mendengarnya sekali lagi. Aku pasti akan mengenalinya.” Kata Dong Baek
“Dari yang kutahu, batuknya bisa jadi gerakan spontan.” Kata Itu mungkin tindakan tak disengaja yang muncul saat dia bersemangat.” Kata Yong Sik. 


Dong Baek langsung melepaskan tangannya saat melihat seseorang yang datang.  Yong Sik kaget melihat Seung Hui datang dan menganggap wanita belalang lalu dengan gugup bertanya kenapa datang ke bar. Seung Hui bertanya apakah Dongbaek sudah memilah sampah daur ulang. Dong Baek menganguk.
“Aku akan menjadi pengawas mulai hari ini dan akan memeriksanya hari Senin, Rabu, dan Jumat. Pastikan kau lakukan dengan benar.” Ucap Seung Hui. Yong Sik bingung tiba-tiba sikap mereka yang aneh.
“Para wanita Ongsan diam-diam bertindak.”
Bibi Kim datang membawa tohu yang sudah digoreng beralsan Tahu akan busuk dalam sehari. Dong Baek terlihat bingung, Bibi Kim pikir dengan Memberikannya kepada Dong Baek  lebih baik daripada dibuang. Dong Bek masih terlihat bingung.
“Kunci pintu dan jendelamu walau siang hari. Paham?” ucap Bibi Kim sebelum meninggalkan bar. Setelah itu bibi Jung datang membawa kue beras.
“Katanya membuang makanan yang masih bagus akan membuatmu masuk neraka. Karena itu kau memberikannya kepadaku. Omong-omong, kapan kau tutup bar?” ucap bibi Jung. Dong Baek akhirnya bisa tersenyum karea semua bibi memberikan perhatian pada mereka.
Yong Sik mengandeng tangan Dong Baek untuk pulang, tapi tanganya kembali dilepas melihat banyak bibi didepan jalan. Yong Sik mengeluh Sedang apa mereka semua di sini dan berpikir kalau keluar untuk merokok. Semua bibi sudah mengunakan traning berwarna warni seperti berjaga-jaga.
“Urus saja urusanmu... Kami olahraga untuk turunkan berat.” Kata bibi mulai bergerak-gerak seperti sedang olahraga.


“Mustahil. Jangan berkeliaran berkelompok setelah gelap nanti Orang akan mengeluh.” Kata Yong Sik
“Dongbaek, pastikan saja kau selalu di samping Yong-sik. Paham?” tegas Nyonya Park
“Entah bagaimana, Patroli yang tampaknya tak bermutu ini jelas mengerahkan waktu dan upaya mereka untuk melindungi Dongbaek.” gumam Yong Sik dan menyuruh mereka segera berbubar saja.
“Kalian seperti gangster yang memancing keributan. Berhenti menggosok punggungmu pada tianga, Apa Kau tak lihat itu goyah?” teriak Yong Sik. Tapi semua bibi tetap berjaga-jaga. 


Beberapa bibi membahas Dong Baek, ingin tahu apakah masih hidup.  Salah bibi mengaku Dong Baek selamat dan sudah pergi ke pasar, jadi meminta agar periksa dia siang dan malam. Nyonya Park dan Nyonya Kwak berjalan mendengar pembicaran para bibi.
“Bukannya kami memihak Dongbaek. Kami hanya pikir jaga dia hidup dahulu.” Ucap Nyonya Park menjelaskan.
“Chan-suk, soal rapat dewan bulan ini...” kata Nyonya Kwak.

Di bar sudah banyak bibi berkumpul, Nyonya Park memberitahu untuk sementara, rapat dewan akan diadakan di sini. Dong Baek hanya bisa diam saja melihat semua bibi berkumpul dibarnya.
“Untuk pertama kali sejak dibuka, Camellia penuh dengan wanita.”
“Kau tahu berapa banyak kami makan. Setiap rapat, kami selalu makan banyak kudapan dan minum banyak kopi, jadi, harus berhenti rapat di toko kue beras. Sekarang, kami akan minum kopimu.” Ucap Nyonya Park. Dong Baek hanya bisa terunduk lalu menangis.
“Begitulah dia sepanjang waktu. Dia terus terisak-isak sambil makan tteokbokki kemarin. Kenapa kau terus menangis sambil makan tteokbokki?” ucap Bibi Kim
“Tangis tak kembalikan Hyang-mi. Kau harus lanjutkan hidupmu, jadi, berhenti menangis.” Ucap Bibi Jung.
“Kalau begitu, kalian semua kemari untuk melindungiku?” tanya Dong Baek memastikan.
“Kami orang sibuk, kau tahu. Hentikan omong kosong dan lindungi dirimu sendiri. Naikkan beratmu dahulu. Kau lemah sekali, kau bisa apa?” kata Bibi  Kim mencoba mengelak.
“Lihat caranya memasukkan sweter ke celana. Bagaimana dia terpikir melakukannya?” komentar bibi yang lain.
“ Pengusil mendatangimu karena kau sangat kurus. Kau tak makan banyak, ya? Badan Kurusmu menjengkelkan. Menggemukkannya harus jadi tujuan pertama kita. Kau pelatih yang ditugaskan.” Ucap Bibi Park menunjuk ke arah bibi Jung. Bibi Jung menganguk setuju.
“Kalian tahu, aku akan tinggal di Ongsan hingga 100 tahun.” Ucap Dong Baek menangis haru. Semua mengeluh kalau ini Menyebalkan sekali. Dong Baek bisa tersenyum tapi kembali menangis.
“Jangan lagi... Hei, berhenti menangis. Aku menangis saat yang lain menangis... Hentikan.” Keluh Bibi Jung. Bibi Park menepuk bahu Dong Baek agar berhenti.
“Sekali lagi, apa arti kita bagi Ongsan?” teriak Bibi Park, Semua menjawab “Jantung Ongsan.” 


Di kantor polisi, salah satu polisi berbisik kalau  ada yang mendatangi dan bilang tahu identitas Pengusil dan pernah melihatnya lima tahun lalu. Semua seperti tak percaya dan melihat Nyonya Jo datang ke kantor polisi.  Polisi menunjuk ke arah layar apakah bukan itu wajahnya.
“Tidak, bukan.” Ucap Nyonya Jo yang terlihat sedikit bingung. Salah satu polis lain membertahu rekannya kalau mereka tak bisa sembarang percaya.
“Kita terlalu sibuk melayani klaim palsu seperti ini.” Komentar si Polisi. Nyonya Jo meminta agar Periksa saja toko perkakas Heung-sik.
“Kenapa kau terus mengatakan Heung-sik pelakunya? Apa Kau punya bukti?” tanya Polisi menyindir.
“Aku melihat matanya, bahkan ingat baunya.”ucap Nyonya Jo yakin. Polisi makin mengejek kalau Nyonya Jo memang punya penciuman hebat. Nyonya Joo mengingat sesuatu. 

Flash Back
Nyonya Joo berjalan pulang dan saat itu seseorang mengikutinya, lalu bertanya apa yang dinginkanya dan apa mengikutinya untuk membunuhnya. Heung Sik membuka jaket dan memperlihatkan wajahnya pada Nyonya Jo.
“Tatapanku, bauku, dan tawa kecilku. Aku juga benci itu. Aku... Aku tak melakukannya karena ingin... Kumohon... Jangan lakukan apa pun... Aku akan tanggung semuanya, jadi, sekali ini saja... Kumohon.” Ucap Heung Sik sambil memohon.
Nyonya Jo tiba-tiba langsung jantuh pingsan, Heung Sik pun menolong Nyonya Jo. Akhirnya ambulance datang membawa Nyonya Jo,  perawat memberitahu kalau Jika Nyonay Jo melewatkan cuci darah, maka bisa mati begitu saja di jalanan.
Saat itu Nyonya Jo tersadar melihat Heung Sik yang menemaninya diambulance, lalu memeng erat tanganya. Heung Sik seperti orang baik yang terlahir dari ayah yang jahat.

Polisi ingin tahu apakah Nyonya Jo itu punya bukti. Polisi lain datang memberitahu kalau Nyonya Jo itu demensia. Polisi akhirnya bertanya Apa Heung-sik  melakukan sesuatu yang menyinggungnya. Nyonya Joo mengelubisa lebih payah dibandingkan polisi di polsek.
“Apa ini mirip pria dengan masker?” tanya si polisi menutup dibagian layar. Nyonya Joo menatap sesuatu.
“Coba Lihat? Mereka semua mirip dengan masker.” Komentar polisi lain terus meremehkan Nyonya Jo.
“Semuanya, kita dapat! Jaringan kulit ditemukan di bawah kuku korban. Kita dapat DNA pembunuhnya.” Teriak Tuan Lee masuk ruangan. Semua polisi terlihat bahagia karena bisa cepat pulang, dan tak percaya kalau Pengusil meninggalkan bukti fisik
“Tunggu! Bandingkan dengan DNA Heung-sik lebih dahulu. Kau bisa, 'kan? Detektif, kumohon. Ini membuatku gila.” Ucap Nyonya Jo menahan si polisi sebelum pergi. 


Yong Sik akhirnya membentangkan peta menyakinan semua anggota kalau  Mulai kini, pusat kasus Pengusil adalah di Kepolisian Ongsan. Ia menulisan namanya dipapan HWANG YONG-SIK dengan sangat yakin tak ada yang lebih tertarik dengan kasus ini daripada dirinya.
“Aku sudah mendukungmu.” Kata Tuan Byun, saat itu seorang masuk bertanya pada Tuan Byun.
“Apa Kau sungguh bisa menangkapnya?” kata Nyonya Jo. Yong Sik melonggo melihat Nyonya Jo datang ke kanto polisi
“Aku tak punya tempat tinggal, jadi, aku akan tidur di ruang santai.” Ucap Nyonya Jo
“Nyonya Jo, apa maksudmu kau tak punya tempat tinggal? Yang benar saja. Ayo, kuantar kau pulang.” Ucap Yong Sik akan membawa koper Nyonya Jo keluar.
“Jika kau beri tahu Dongbaek aku di sini, maka aku akan kabur lagi.” Ancam Nyonya Jo. Yong Sik mengeluh dengan calon ibu mertuanya.
“Kau tidak sehat... Dongbaek sangat khawatir...” kata Yong Sik yang langsung disela oleh Nyonya Jo agar urus saja urusannya.
“Idiot itu hanya akan berkata dia akan memberikan ginjalnya. Aku tak akan mudah menerimanya. Kami akan selesaikan masalah kami sendiri, jadi, fokus saja menangkap Pengusil. Karena dia, aku tak bisa tinggalkan kota ini atau mati di tempat lain.” Ucap Nyonya Jo penuh amarah.
Akhirnya Tuan Byun menyuruh anak buahnya agar memberikan kopi pada Nyonya Jo. Nyonya Jo mengaku kalau lebih suka kopi buatan Tuan Byun, akhirnya Tuan Byun bergegas membuatnya. 


Di ruang interogasi, Polisi memberitahu kalau Tuan No  boleh menolak jika mau dan Itu pilihannya. Tuan No masih diam saja, Polisi lalu menjelaskan kalau nanti jika tersiar kabar Tuan No menolak pendeteksi kebohongan dan oran akan menganggapnya apa.
“Bukankah impianmu menjadi gubernur?” kata Polisi. Tuan No akhirnya memutuskan untuk melakukanya.
“Tentu saja. Tak ada alasan menolaknya jika kau tak membunuh Nona Choi.” Kata Polisi. Tuan No memberitahu kalau  Dengan satu syarat.

Di luar kantor polisi, Nyonya Hong terlihat kesal dengan mantan suaminya karean Bahkan orang bertekad kuat akan kesulitan tenang dengan tes itu dan tes Ini bukan untuk orang lemah seperti Tuan No. Tuan No hanya bisa terdiam.
“Kau memang bertemu Hyang-mi hari itu, tapi kau tak sadarkan diri. Kenapa setuju tes pendeteksi kebohongan kalau ini hanya merugikan kasusmu?” ucap Nyonya Hong kesal.
“Ja-yeong... Jika bersalah, aku akan dihukum. Aku mohon ... percaya saja padaku kali ini.” Kata Tuan No dengan tatapan mata yang tulis
“Percaya padamu? Bagaimana aku bisa? Aku tahu kau akan bertindak bodoh.” Ucap Nyonya Hong kesal
“Itu yang kau sukai dariku.” Ungkap Tuan No. Nyonya Hong bingung apa maksudnya.
“Kau suka karena aku membuatmu merasa keibuan dan melindungi. Kau juga di sini sekarang karena tak bisa berpaling dari orang tak berdaya dalam masalah.” Ungkap Tuan No
“Bagaimana aku bisa tak peduli jika kau bisa dipenjara?” keluh Nyonya Hong. Tuan No malah meminta maaf.
“Maaf membuatmu seolah seperti ibu. Aku yakin kau hanya ingin menjadi wanita, tapi aku membuatmu menjadi layaknya seorang ibu, dan aku menyesal.” Ucap Tuan No terlihat sangat tulus.
“Namun, seperti kau mengomeliku dengan cinta, aku membuat masalah untukmu juga karena cinta. Aku ingin kau melihatku sebagai pria. Karena itu, aku menjadi kekanak-kanakan. Maafkan aku... Maafkan aku, Ja-yeong.” Kata Tuan No.
“Apa ini? Jangan katakan... kau sungguh membunuh seseorang.” Ucap Nyonya Hong seperti menahan rasa harunya. 


Di bar, Dong Baek dengan gugup berbicara dengan Nyonya Park kalau  harus menyelesaikan sketsa pelaku Namun, itu butuh beberapa jam. Ia pun tak bisa jadwalkan ulang karena polisi meminta... Nyonya Park langsung menyela kalau Dong Baek memintanya menjaga Pil-gu.
“Namun, aku yakin kau sibuk.” Ucap Dong Baek merasa tak enak hati. Nyonya Park mengeluh kalau bersikap sopan seperti ini membuat Dong Baek lebih sulit dijadikan teman.
“Seluruh lingkungan tahu betapa dekat Pil-gu dan Jun-gi. Lalu kenapa kau tak pernah memintaku menjaga Pil-gu sebelumnya? Kenapa sangat sulit memintanya?” ucap Nyonya Park kesal
“Kalau begitu, apa boleh aku meminta tolong?” tanya Dong Baek ragu-ragu.
“Tentu saja! Dengan begitu aku bisa memintamu menjaga Jun-gi saat pergi dengan teman-teman. Kenapa kau selalu menjaga jarak dengan orang lain?” keluh Nyonya Park. Dong Baek pun bisa tersenyum bahagia.
“Sebaiknya kau ingat ini. Orang hanya bisa dekat saat saling menyulitkan dan minta tolong dari waktu ke waktu.” Tegas Nyonya Park.
“Apa Kau juga bisa pastikan dia makan malam?” tanya Dong Baek khawatir.
“Kami tak hanya akan memberi makan, tapi juga menyeka bokongnya jika perlu.” Ucap Nyonya Park. Dong Baek pun mengucapkan Terima kasih.



Tuan No sudah siap masuk lagi ke RUANG INTEROGASI, Nyonya No mengingatkan Tuan Nok kalau ada diluar ruangan dan akan menunggunya, adji meminta agar tinggalkan ruangan jika keadaan berubah aneh. Ia menegaskan kalau Pengacaranya itu tetap mendukungnya.
Nyonya Hong terlihat gelisah menunggu Tuan No dengan tangan yang terus diremas. Ia mengambil permen karena merasa Gula darahnya mulai turun. Polisi keluar dari ruangan menyuruh Nyonya Hong agar masuk juga.  Nyonya Hong bingunga. Polisi memberitahu kalau ini Permintaan khusus Tuan No.

Flash Back
Tuan No meminta agar memutuskan tiga pertanyaan terakhir. Polisi pun memperbolehkan, karena mereka biasanya setujui pertanyaannya sebelumnya. Tuan No meminta agar panggil pengacaranya saat mengajukan pertanyan terakhir. Polisi terlihat bingung.
“Kau bisa Izinkan atau terus kutolak.” Ucap Tuan No memberikan pilihan. 

Akhirnya Tuan No dalam ruangan interogasi dengan tangan yang dipasang alat pedeteksi kebohongan. Polisi lain akan ajukan tiga pertanyaan yang diminta. Nyonya Hong melihatnya dari ruang kontrol. Polisi bertanya apakh Tuan No dan Choi Hyang-mi berselingkuh
“Tidak.” Jawab Tuan No. Polisi yang melihat grafiknya merasa tak percaya kalau Tuan No memang berkata jujur.
“Apa Kau di dalam kamar motel tempat Choi Hyang-mi menginap?” tanya polisi.
“Tidak... Tak pernah. Tak mungkin... Aku bersumpah demi nyawa orang tuaku.” Ucap Tuan No menatap ke arah kaca karena yakin kalau Nyonya Hong bisa melihatnya.
“Kenapa bersumpah demi nyawa orang tuamu? Katakan ya atau tidak saja.” Komentar polisi melihat Tuan No benar-benar berkata jujur.
“Yang Terakhir... Apa Kau mencintai istrimu?” tanya Polisi. Tuan No menjawab “Ya” dan saat itu grafik menanjak naik tanda Tuan No benar-benar mengatakan dari hati yang terdalam.
“Aku mencintainya dan mengaguminya. Aku hanya mencintaimu.” Ucap Tuan No.
“Dia sungguh mencintainya.” Komentar Polisi dan menyuruh Tuan No pergi saja. Nyonya Hong pun keluar sambil membuang bungkus permen yang belum dimakanya. 

Di papan tulis, tertulis ciri-ciri pelaku “TANGAN KIRI? BATUK? GERAKAN SPONTAN? KEBIASAAN?” lalu kejadian di  PERSIMPANGAN ONGSAN KOTA SALMON MASU ONGSAN saat Hyang Mi terjatuh ditabrak mobil.
“Baiklah, mari gabungkan. Kita menemukan darah pada setir Tuan No. Lalu darahnya milik Hyang-mi. Namun, kita tak seharusnya hanya mengejar Tuan No.” Ucap Tuan Byun
Sementara di Kepolisian Pusat juga mengadakan rapat tentang pengusi memberitahu kalau Nyonya Choi mencoba menelepon Kang Jong-ryeol sebanyak 14 kali, dan dia tak pernah mengangkatnya. Ia pikir mereka pasti juga merasakan hal mencurigakan.
Tuan Byun memperlihatkan buku tabungan milik Hyang Mi  kalau total 30 juta won masuk ke rekening ini setelah Hyang-mi menghilang. Tuan Lee bertanya Apa Jong-ryeol mengirimkannya dan berpikir mereka bisa dapatkan DNA-nya.
“Nama pengirimnya adalah Park Sang-mi, istri Kang Jong-ryeol. Bisa saja soal uang, afair, atau dendam, tapi pasti ada motif.” Kata Polisi
“Maka Pengusil salah satu dari mereka?” tanya Tuan Lee. Polisi mengaku tak tahu. Tuan Lee heran mereka yang tak tahu.
“Kami belum tahu apakah Pengusil membunuh Choi, atau seseorang pura-pura sebagai Pengusil untuk balas dendam. Jadi, kami mulai dari awal...” ucap Polisi yang langsung disela oleh Tuan Lee.
“Jika kalian akan diskusi dari awal, jangan panggil aku kemari.” Tegas Tuan Lee marah. 


Di kamar, Jessica melihat di internet [KATA PALING DICARI: PENGUSIL ONGSAN, ONGSAN] wajahnya langsung panik. Ibunya masuk ke dalam kamar terlihat marah mengangap anaknya itu akan menjadi Pengusil dan mengeluh karena mengiriminya uang
“Namamu kini ada di rekeningnya. Bagaimana jika polisi kemari?” ucap Ibu Jessica marah
“Lalu aku harus bagaimana? Dia berkata akan membongkar semuanya, jadi, aku terpaksa berikan dia 30 juta, juga sebagai kompensasi harga diriku. Aku tak bisa biarkan dia menuntutku untuk tabrak lari, jadi, aku terpikir ini dan...” ucap Jessica panik
“Kenapa kau memikirkan ini? Kenapa? Sang-mi... Sadarlah dan tatap mataku. Kau tak membunuhnya. Kau tak bisa menabrak orang. Kau putriku. Aku akan tahu itu. Aku akan mengurus semuanya, jadi, berhentilah memikirkannya.” Tegas Sang ibu menyakinkan.
“Ibu... Tapi kenapa aku tak boleh berpikir? Kau selalu lakukan semuanya untukku... Karena itu aku menjadi bodoh.” Keluh Jessica kesal.
“Apa kau menyalahkanku?” keluh ibunya dan saat itu ada seseorang yang datang. 


Jong Ryul masuk memberitahu kalau ibunya datang. Jessica bingung kenapa ibu Jong Ryul itu datang.  Jong Ryul mengaku kalau sudah memberi tahu keluarganya. Jessica panik mendengarnya. Ibu Jesica ingin tahu apa yang diberitahu Jong Ryul pada orang tuanya.
“Kau harus berpikir sebelum bicara. Kau tak bisa menarik kata-katamu.” Ucap Bu Jessica memperingatkan.
“Aku dengar kau pergi ke Ongsan.” Kata Jong Ryul. Ibu Jessica pikir  Seharusnya Jong Ryul tak membahas itu lebih dahulu.
“Kami... akan bercerai. Aku sungguh minta maaf.” Ucap Jong Ryul sambil berlutut pada ibu mertuanya.
“Tunggu, kau pikir, kau bisa katakan apa pun semaumu? Maksudku, apa yang kau bicarakan?” ucap Ibu Jessica.
“Kami mengulur pernikahan walau sudah lama berakhir. Ini disesalkan, tapi kami harus...” ucap Jong Ryul dan Ibu Jessica langsung memukul Jong Ryul dan berteriak histeris.
“Berengsek kau. Membusuklah di neraka... Dasar sampah. Jika kau... Jika kau hancurkan hidup anakku, kuhancurkan juga kau dan hidupmu! Aku akan... Aku akan ajukan petisi ke Gedung Biru.” Teriak Ibu Jessica. Jessica pun menahan ibunya agar tak melakukan kekerasan. 



Jessica mengejar Jong Ryul berteriak marah karena akan ke Ongsan lagi. Jong Ryul heran dengan sikap Sang-mi tiba-tiba berubah. Ia mengingatka kalau Sang-mi tak pernah menjadi ibu baginya jadi akan berusaha merawat Ji-seon.
“Kenapa? Apa dia berkata ingin tinggal denganmu?” tanya Jessica marah. Jong Ryul menjawab tidak.
“Tapi Aku harus membawa anak itu denganku. Aku tak ingin meninggalkan Pil-gu di sana lagi.” Ucap Jong Ryul
“Bawa dia pulang. Putramu. Lalu Kukatakan kita mengadopsi keponakanmu.” Kata Jessica.
“Apa yang coba kau lakukan?” keluh Jong Ryul. Jessica pikir akan memindahkan semua barangnya ke rumah pengantin baru mereka
“Kita harus hidup bersama selamanya.” Kata Jessica. Jong Ryul pikir Jessica adalah ibu Ji-seon, jadi, takkan bersikap kekanak-kanakan.
“Kau bisa pergi ke Milan, akan kuturuti semua keinginanmu. Jadi, kau tak perlu pura-pura.” Ucap Jon Ryul
“Aku takkan pergi ke Milan. Kenapa aku lakukan itu untukmu?” ucap Jessica.
“Sang-mi. Kita mungkin tak berpisah baik, tapi jangan serendah itu.” Tegas Jong Ryul
“Aku akan rawat Rebecca saat kita bercerai.” Kata Jessica. Jong Ryul pikir Jessica manfaatkan anak itu untuk bersepakat
“Kau yang bersalah, dan Rebecca milikku.” Tegas Jessica. Jong Ryul terlihat marah dengan ucapan Sang Mi.
“Jong-ryeol, Oppa.... Aku Jessica. Rebecca milikku, juga nama Nyonya Kang Jong-ryeol. Jadi Bawa anak itu.” Kata Jessica. Jong Ryul tak bisa berkata-kata.
Bersambung ke episode 34

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar