PS : All images credit and content copyright : KBS
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Adik
Hyang Mi terlihat sangat marah di telp berpikir semua polisi Korea kasar. Ia
menegaskan tak peduli ulah kakaknya di Korea jadi tak peduli apa dia hidup. Ia
meminta agar jangan menghubungnya lagi. Yong Sik memberitahu punya kabar
terkait Nona Choi Go-un.
“Bagaimana...
kau tahu nama itu? Itu nama kakakku dahulu.” Ucap Adik Hyang Mi terlihat shock.
“Dua KTP
ditemukan di antara barang-barangnya. Dia sudah meninggal.< Dia dibunuh.”
Ucap Yong Sik.
Di
ruangan, Polisi menjejerkan semua barang-barang Hyang Mi yang ditemukan tak
bernyawa. Dengan KTP yang bernama Hyang Mi dan saat masuk remaja bernama Choi
Go Un. Begitu juga gelang milik Dong Baek yang dipakai juga.
“Seumur hidupnya, Hyang-mi
menyimpan Go-un di hati.”
Di rumah
adik Hyang Mi terlihat shock melihat banyak barang dar korea yang dikirim oleh
sang kakak dan itu jumlahnya banyak. Sang istri heran karena punya uang untuk
beli kaus kaki tapi Hyang Miterus mengirimkannya.
Sang adik
teringat saat memanggil Hyang Mi berlari sebelum masuk ke dalam bar. Hyang Mi
mengeluh adiknya yang tak mengunakan kaos kaki padahal cuaca sangat dingin dan akan
batuk jika flu.
“Go-un... Dia bahkan tak bisa ke
surga, satu-satunya tempat yang tahu namanya.”
Di
ruangan, Polisi menyuruh Dong Baek agar memeriksa barang-barang korban. Ia memberitahu di telp
kalau Tak ada keluarga dan Hanya teman lalu bergegas keluar ruangan. Dong Baek
meliha uang yang dimilik Hyang Mi hanya pecahan 1.000 WON, 5.000 WON, lalu KTP
dan juga gelang miliknya.
“Dia meninggalkan dunia tanpa pikir
panjang dan sendiri.”
Dong Baek
mulai menangis sampai akhirnya menangis histeris karena sangat shock. Yong Sik
diluar berteriak marah karena menyuruhnya memeriksa barang-barang Hyang Mi dan
saat masuk ruangan Dong Baek sudah bersimpuh di lantai.
Yong Sik
langsung berlari menghampiri dan memeluknya. Dong Baek pun menangis histeris
dipelukan Yong Sik, seperti masih tak percaya. Yong Sik pun menenangkan Dong
Baek sambil menahan kesedihan aja.
“Kau tak
perlu melihat itu semua, Dongbaek... Tak apa-apa.” Ucap Yong Sik terus
memeluknya dengan erat.
Akhirnya
polisi lain memberikan minum untuk Dong Baek, dan kembali memastikan yang akan
dikatakanya Dong Baek. Yong Sik menjawab kalau Dong Baek yakin belum pernah
melihat wajah itu sebelumnya. Dong Baek hanya bisa diam saja.
“Apa Kau
tak lihat dia masih terguncang?” ucap Yong Sik kesal. Dong Baek tiba-tiba
menunjuk mata di layar komputer. Yong Sik terlihat kaget.
“Kami semua memikirkan hal yang sama.”
Di ruang
interogasi Tuan No ingin makan tapi seperti tak nafsu, lalu mengeluh Hyang Mi
kalau yang dikatakan akan mulai hidup baru, tapi malah mati, lalu terlihat
sedih mengingat tentang Hyang-mi...
Di
ruangan kepala polisi, Tuan Lee menyindi kalau hanya kalian polisi di kota ini.
Keduanya hanya diam saja. Tuan Lee mengejek keduanya berulah tanpa tahu
posisnya.
“Kami semua menganggap tak seorang
tetangga atau siapa pun pantas mati seperti itu.”
Semua
ahjumma berkumpul di ruang rapat, mereka membahas Apa Hyang-mi sungguh dibunuh karena Dongbaek, lalu berpikir Kalau begitu Pengusil sungguh mengincar Dongbaek. Lalu bibi yang lain
merasa akan aneh jika Dongbaek sungguh mati.
“Orang-orang
dahulu berkata Pengusil mulai membunuh setelah Dongbaek datang. Semua berubah
semenjak itu. Tinggal di sini selama enam tahun menjadikan kita keluarga. Apa
Kalian tahu? Kurasa kita tak boleh biarkan Dongbaek mati seperti ini.” Ucap
Nyonya Park terlihat marah
“Kegilaan pria jahat membangkitkan
pahlawan paling biasa dalam diri kita.”
“Penjahat kecil nekat merendahkan Ongsan hingga
berani mengganggu kita. Bagaimanapun, ini Ongsan, penguasa industri kepiting
rendam Korea. Bagaimana jika kita cabut rumput tak berguna ini?” ucap Nyonya
Park marah
“Seung-hui,
kau kuasai SMK Khusus Perempuan Ongsan. Apa senjatamu?” ucap Bibi Kim. Seung
Hui menjawab kakinya.
Mereka
pun menaruh tangan diatas kaki Seung Hui seperti yakin bisa membalas dengan
kaki Seung Hui pada si pelaku.
“Para pahlawan biasa Ongsan mulai
bergerak. Dengan cara tak disangka-sangka”
“Kita
akan ikuti petunjuk Seung-hui dan bergerak diam-diam.” kata Nyonya Park, Semua
menganguk mengerti
[Episode 33-34 AVENGERS ONGSAN]
Di
ruangan Kepala Polisi. Tuan Lee mengeluh petugas polsek meminta analisis darah
di luar tuga dan meminta penyelam setelah salah melaporkan kasus pembunuhan. Ia
pun menyindir polisi kota kecil mengejar Pengusil, keduanya hanya diam saja.
“Tak
heran kalian diam. Apa alasan yang bisa kalian buat di situasi ini?”ejek Tuan
Lee
“Bukan
begitu. Aku hanya menolak menjawab.” Kata Yong Sik. Tuan Lee kaget dan Tuan
Byun menatap Yong Sik tak percaya.
“Yong-sik
tak merasa terintimidasi oleh atasan bintang empat.” Gumam Tuan Byun.
“Aku
tunjukkan niatku untuk melanjutkan investigasi, dengan tak menjawab.” Tegas
Yong Sik.
“Itu
membuatku juga tidak terintimidasi.” Gumam Tuan Byun seperti mengumpulkan
kekuatan.
“Ternyata
ada bulldog di departemen kita. Kenapa tak memanggil media ke tempatku juga?”
sindir Tuan Lee. Tuan Byun akhirnya mulai bicara. Tuan Lee bertanya ada yang
ingn dikatakan.
“Siapa yang
menemukan kameranya? Siapa yang menemukan direktur akademi? Siapa yang
memprediksi korban ada di Ongsan? Yang orang-orang kalian tak bisa pecahkan
dalam enam tahun, petugasku pecahkan dalam beberapa bulan sendirian.” Ucap Tuan
Byun membela.
“Karena
itu, Yong-sik lebih baik menyelidiki kasus ini daripada RIU.” Tegas Tuan Byun.
Yong Sik terlhat menangis haru mendengarnya.
“Benarkan
begitu? Jika ada yang mau dikatakan lagi, tulis di permohonan maafmu... Paham?”
tegas Tuan Lee seperti tak menerima alasanya.
Yong Sik
merapihkan barang-barang Hyang Mi, Dong Baek yang melihatnya merasa Tak bisa
dipercaya karena mencuri semua yang bisa diambil, tapi bukan untuknya sendiri.
Ia melihat Semua yang Hyang Mi miliki murah dan lusuh.
“Kenapa
dia bersikeras mengantar pesanan malam itu?” keluh Dong Baek dan kembali sedih.
“Dongbaek,
kematian Hyang-mi adalah salah pembunuhnya, bukan kau. Dengan menyalahkan diri,
kau membiarkan pembunuhnya tak merasa bersalah. Ini bukan waktunya menyalahkan
diri. Kita harus tangkap dia. Kau tahu itu.” Ucap Yong Sik menyakinkan dengan
memegang tangan Dong Baek.
“Tentu
saja... Aku tak yakin soal yang lain, tapi aku masih ingat suara batuknya. Andai
bisa mendengarnya sekali lagi. Aku pasti akan mengenalinya.” Kata Dong Baek
“Dari
yang kutahu, batuknya bisa jadi gerakan spontan.” Kata Itu mungkin tindakan tak
disengaja yang muncul saat dia bersemangat.” Kata Yong Sik.
Dong Baek
langsung melepaskan tangannya saat melihat seseorang yang datang. Yong Sik kaget melihat Seung Hui datang dan
menganggap wanita belalang lalu dengan gugup bertanya kenapa datang ke bar.
Seung Hui bertanya apakah Dongbaek sudah memilah sampah daur ulang. Dong Baek
menganguk.
“Aku akan
menjadi pengawas mulai hari ini dan akan memeriksanya hari Senin, Rabu, dan
Jumat. Pastikan kau lakukan dengan benar.” Ucap Seung Hui. Yong Sik bingung
tiba-tiba sikap mereka yang aneh.
“Para wanita Ongsan diam-diam
bertindak.”
Bibi Kim
datang membawa tohu yang sudah digoreng beralsan Tahu akan busuk dalam sehari.
Dong Baek terlihat bingung, Bibi Kim pikir dengan Memberikannya kepada Dong
Baek lebih baik daripada dibuang. Dong
Bek masih terlihat bingung.
“Kunci
pintu dan jendelamu walau siang hari. Paham?” ucap Bibi Kim sebelum
meninggalkan bar. Setelah itu bibi Jung datang membawa kue beras.
“Katanya
membuang makanan yang masih bagus akan membuatmu masuk neraka. Karena itu kau
memberikannya kepadaku. Omong-omong, kapan kau tutup bar?” ucap bibi Jung. Dong
Baek akhirnya bisa tersenyum karea semua bibi memberikan perhatian pada mereka.
Yong Sik
mengandeng tangan Dong Baek untuk pulang, tapi tanganya kembali dilepas melihat
banyak bibi didepan jalan. Yong Sik mengeluh Sedang apa mereka semua di sini
dan berpikir kalau keluar untuk merokok. Semua bibi sudah mengunakan traning
berwarna warni seperti berjaga-jaga.
“Urus
saja urusanmu... Kami olahraga untuk turunkan berat.” Kata bibi mulai
bergerak-gerak seperti sedang olahraga.
“Mustahil.
Jangan berkeliaran berkelompok setelah gelap nanti Orang akan mengeluh.” Kata
Yong Sik
“Dongbaek,
pastikan saja kau selalu di samping Yong-sik. Paham?” tegas Nyonya Park
“Entah
bagaimana, Patroli yang tampaknya tak bermutu ini jelas mengerahkan waktu dan
upaya mereka untuk melindungi Dongbaek.” gumam Yong Sik dan menyuruh mereka
segera berbubar saja.
“Kalian
seperti gangster yang memancing keributan. Berhenti menggosok punggungmu pada
tianga, Apa Kau tak lihat itu goyah?” teriak Yong Sik. Tapi semua bibi tetap
berjaga-jaga.
Beberapa
bibi membahas Dong Baek, ingin tahu apakah masih hidup. Salah bibi mengaku Dong Baek selamat dan
sudah pergi ke pasar, jadi meminta agar periksa dia siang dan malam. Nyonya
Park dan Nyonya Kwak berjalan mendengar pembicaran para bibi.
“Bukannya
kami memihak Dongbaek. Kami hanya pikir jaga dia hidup dahulu.” Ucap Nyonya Park
menjelaskan.
“Chan-suk,
soal rapat dewan bulan ini...” kata Nyonya Kwak.
Di bar
sudah banyak bibi berkumpul, Nyonya Park memberitahu untuk sementara, rapat
dewan akan diadakan di sini. Dong Baek hanya bisa diam saja melihat semua bibi
berkumpul dibarnya.
“Untuk pertama kali sejak dibuka, Camellia
penuh dengan wanita.”
“Kau tahu
berapa banyak kami makan. Setiap rapat, kami selalu makan banyak kudapan dan
minum banyak kopi, jadi, harus berhenti rapat di toko kue beras. Sekarang, kami
akan minum kopimu.” Ucap Nyonya Park. Dong Baek hanya bisa terunduk lalu
menangis.
“Begitulah
dia sepanjang waktu. Dia terus terisak-isak sambil makan tteokbokki kemarin.
Kenapa kau terus menangis sambil makan tteokbokki?” ucap Bibi Kim
“Tangis
tak kembalikan Hyang-mi. Kau harus lanjutkan hidupmu, jadi, berhenti menangis.”
Ucap Bibi Jung.
“Kalau
begitu, kalian semua kemari untuk melindungiku?” tanya Dong Baek memastikan.
“Kami
orang sibuk, kau tahu. Hentikan omong kosong dan lindungi dirimu sendiri. Naikkan
beratmu dahulu. Kau lemah sekali, kau bisa apa?” kata Bibi Kim mencoba mengelak.
“Lihat
caranya memasukkan sweter ke celana. Bagaimana dia terpikir melakukannya?”
komentar bibi yang lain.
“
Pengusil mendatangimu karena kau sangat kurus. Kau tak makan banyak, ya? Badan
Kurusmu menjengkelkan. Menggemukkannya harus jadi tujuan pertama kita. Kau
pelatih yang ditugaskan.” Ucap Bibi Park menunjuk ke arah bibi Jung. Bibi Jung
menganguk setuju.
“Kalian
tahu, aku akan tinggal di Ongsan hingga 100 tahun.” Ucap Dong Baek menangis
haru. Semua mengeluh kalau ini Menyebalkan sekali. Dong Baek bisa tersenyum
tapi kembali menangis.
“Jangan
lagi... Hei, berhenti menangis. Aku menangis saat yang lain menangis... Hentikan.”
Keluh Bibi Jung. Bibi Park menepuk bahu Dong Baek agar berhenti.
“Sekali
lagi, apa arti kita bagi Ongsan?” teriak Bibi Park, Semua menjawab “Jantung
Ongsan.”
Di kantor
polisi, salah satu polisi berbisik kalau
ada yang mendatangi dan bilang tahu identitas Pengusil dan pernah
melihatnya lima tahun lalu. Semua seperti tak percaya dan melihat Nyonya Jo
datang ke kantor polisi. Polisi menunjuk
ke arah layar apakah bukan itu wajahnya.
“Tidak,
bukan.” Ucap Nyonya Jo yang terlihat sedikit bingung. Salah satu polis lain
membertahu rekannya kalau mereka tak bisa sembarang percaya.
“Kita
terlalu sibuk melayani klaim palsu seperti ini.” Komentar si Polisi. Nyonya Jo
meminta agar Periksa saja toko perkakas Heung-sik.
“Kenapa
kau terus mengatakan Heung-sik pelakunya? Apa Kau punya bukti?” tanya Polisi
menyindir.
“Aku melihat
matanya, bahkan ingat baunya.”ucap Nyonya Jo yakin. Polisi makin mengejek kalau
Nyonya Jo memang punya penciuman hebat. Nyonya Joo mengingat sesuatu.
Flash Back
Nyonya
Joo berjalan pulang dan saat itu seseorang mengikutinya, lalu bertanya apa yang
dinginkanya dan apa mengikutinya untuk membunuhnya. Heung Sik membuka jaket dan
memperlihatkan wajahnya pada Nyonya Jo.
“Tatapanku,
bauku, dan tawa kecilku. Aku juga benci itu. Aku... Aku tak melakukannya karena
ingin... Kumohon... Jangan lakukan apa pun... Aku akan tanggung semuanya, jadi,
sekali ini saja... Kumohon.” Ucap Heung Sik sambil memohon.
Nyonya Jo
tiba-tiba langsung jantuh pingsan, Heung Sik pun menolong Nyonya Jo. Akhirnya
ambulance datang membawa Nyonya Jo,
perawat memberitahu kalau Jika Nyonay Jo melewatkan cuci darah, maka bisa
mati begitu saja di jalanan.
Saat itu
Nyonya Jo tersadar melihat Heung Sik yang menemaninya diambulance, lalu memeng
erat tanganya. Heung Sik seperti orang baik yang terlahir dari ayah yang jahat.
Polisi ingin
tahu apakah Nyonya Jo itu punya bukti. Polisi lain datang memberitahu kalau
Nyonya Jo itu demensia. Polisi akhirnya bertanya Apa Heung-sik melakukan sesuatu yang menyinggungnya. Nyonya
Joo mengelubisa lebih payah dibandingkan polisi di polsek.
“Apa ini
mirip pria dengan masker?” tanya si polisi menutup dibagian layar. Nyonya Joo
menatap sesuatu.
“Coba Lihat?
Mereka semua mirip dengan masker.” Komentar polisi lain terus meremehkan Nyonya
Jo.
“Semuanya,
kita dapat! Jaringan kulit ditemukan di bawah kuku korban. Kita dapat DNA
pembunuhnya.” Teriak Tuan Lee masuk ruangan. Semua polisi terlihat bahagia
karena bisa cepat pulang, dan tak percaya kalau Pengusil meninggalkan bukti
fisik
“Tunggu!
Bandingkan dengan DNA Heung-sik lebih dahulu. Kau bisa, 'kan? Detektif,
kumohon. Ini membuatku gila.” Ucap Nyonya Jo menahan si polisi sebelum pergi.
Yong Sik
akhirnya membentangkan peta menyakinan semua anggota kalau Mulai kini, pusat kasus Pengusil adalah di Kepolisian
Ongsan. Ia menulisan namanya dipapan HWANG YONG-SIK dengan sangat yakin tak ada
yang lebih tertarik dengan kasus ini daripada dirinya.
“Aku
sudah mendukungmu.” Kata Tuan Byun, saat itu seorang masuk bertanya pada Tuan
Byun.
“Apa Kau
sungguh bisa menangkapnya?” kata Nyonya Jo. Yong Sik melonggo melihat Nyonya Jo
datang ke kanto polisi
“Aku tak
punya tempat tinggal, jadi, aku akan tidur di ruang santai.” Ucap Nyonya Jo
“Nyonya
Jo, apa maksudmu kau tak punya tempat tinggal? Yang benar saja. Ayo, kuantar
kau pulang.” Ucap Yong Sik akan membawa koper Nyonya Jo keluar.
“Jika kau
beri tahu Dongbaek aku di sini, maka aku akan kabur lagi.” Ancam Nyonya Jo.
Yong Sik mengeluh dengan calon ibu mertuanya.
“Kau
tidak sehat... Dongbaek sangat khawatir...” kata Yong Sik yang langsung disela
oleh Nyonya Jo agar urus saja urusannya.
“Idiot
itu hanya akan berkata dia akan memberikan ginjalnya. Aku tak akan mudah
menerimanya. Kami akan selesaikan masalah kami sendiri, jadi, fokus saja
menangkap Pengusil. Karena dia, aku tak bisa tinggalkan kota ini atau mati di
tempat lain.” Ucap Nyonya Jo penuh amarah.
Akhirnya
Tuan Byun menyuruh anak buahnya agar memberikan kopi pada Nyonya Jo. Nyonya Jo
mengaku kalau lebih suka kopi buatan Tuan Byun, akhirnya Tuan Byun bergegas
membuatnya.
Di ruang
interogasi, Polisi memberitahu kalau Tuan No
boleh menolak jika mau dan Itu pilihannya. Tuan No masih diam saja,
Polisi lalu menjelaskan kalau nanti jika tersiar kabar Tuan No menolak
pendeteksi kebohongan dan oran akan menganggapnya apa.
“Bukankah
impianmu menjadi gubernur?” kata Polisi. Tuan No akhirnya memutuskan untuk
melakukanya.
“Tentu saja.
Tak ada alasan menolaknya jika kau tak membunuh Nona Choi.” Kata Polisi. Tuan
No memberitahu kalau Dengan satu syarat.
Di luar
kantor polisi, Nyonya Hong terlihat kesal dengan mantan suaminya karean Bahkan
orang bertekad kuat akan kesulitan tenang dengan tes itu dan tes Ini bukan
untuk orang lemah seperti Tuan No. Tuan No hanya bisa terdiam.
“Kau memang
bertemu Hyang-mi hari itu, tapi kau tak sadarkan diri. Kenapa setuju tes pendeteksi
kebohongan kalau ini hanya merugikan kasusmu?” ucap Nyonya Hong kesal.
“Ja-yeong...
Jika bersalah, aku akan dihukum. Aku mohon ... percaya saja padaku kali ini.”
Kata Tuan No dengan tatapan mata yang tulis
“Percaya
padamu? Bagaimana aku bisa? Aku tahu kau akan bertindak bodoh.” Ucap Nyonya
Hong kesal
“Itu yang
kau sukai dariku.” Ungkap Tuan No. Nyonya Hong bingung apa maksudnya.
“Kau suka
karena aku membuatmu merasa keibuan dan melindungi. Kau juga di sini sekarang
karena tak bisa berpaling dari orang tak berdaya dalam masalah.” Ungkap Tuan No
“Bagaimana
aku bisa tak peduli jika kau bisa dipenjara?” keluh Nyonya Hong. Tuan No malah
meminta maaf.
“Maaf
membuatmu seolah seperti ibu. Aku yakin kau hanya ingin menjadi wanita, tapi
aku membuatmu menjadi layaknya seorang ibu, dan aku menyesal.” Ucap Tuan No
terlihat sangat tulus.
“Namun, seperti
kau mengomeliku dengan cinta, aku membuat masalah untukmu juga karena cinta.
Aku ingin kau melihatku sebagai pria. Karena itu, aku menjadi kekanak-kanakan.
Maafkan aku... Maafkan aku, Ja-yeong.” Kata Tuan No.
“Apa ini?
Jangan katakan... kau sungguh membunuh seseorang.” Ucap Nyonya Hong seperti
menahan rasa harunya.
Di bar,
Dong Baek dengan gugup berbicara dengan Nyonya Park kalau harus menyelesaikan sketsa pelaku Namun, itu
butuh beberapa jam. Ia pun tak bisa jadwalkan ulang karena polisi meminta...
Nyonya Park langsung menyela kalau Dong Baek memintanya menjaga Pil-gu.
“Namun,
aku yakin kau sibuk.” Ucap Dong Baek merasa tak enak hati. Nyonya Park mengeluh
kalau bersikap sopan seperti ini membuat Dong Baek lebih sulit dijadikan teman.
“Seluruh
lingkungan tahu betapa dekat Pil-gu dan Jun-gi. Lalu kenapa kau tak pernah
memintaku menjaga Pil-gu sebelumnya? Kenapa sangat sulit memintanya?” ucap
Nyonya Park kesal
“Kalau
begitu, apa boleh aku meminta tolong?” tanya Dong Baek ragu-ragu.
“Tentu
saja! Dengan begitu aku bisa memintamu menjaga Jun-gi saat pergi dengan
teman-teman. Kenapa kau selalu menjaga jarak dengan orang lain?” keluh Nyonya
Park. Dong Baek pun bisa tersenyum bahagia.
“Sebaiknya
kau ingat ini. Orang hanya bisa dekat saat saling menyulitkan dan minta tolong
dari waktu ke waktu.” Tegas Nyonya Park.
“Apa Kau
juga bisa pastikan dia makan malam?” tanya Dong Baek khawatir.
“Kami tak
hanya akan memberi makan, tapi juga menyeka bokongnya jika perlu.” Ucap Nyonya
Park. Dong Baek pun mengucapkan Terima kasih.
Tuan No
sudah siap masuk lagi ke RUANG INTEROGASI, Nyonya No mengingatkan Tuan Nok
kalau ada diluar ruangan dan akan menunggunya, adji meminta agar tinggalkan
ruangan jika keadaan berubah aneh. Ia menegaskan kalau Pengacaranya itu tetap
mendukungnya.
Nyonya
Hong terlihat gelisah menunggu Tuan No dengan tangan yang terus diremas. Ia mengambil
permen karena merasa Gula darahnya mulai turun. Polisi keluar dari ruangan
menyuruh Nyonya Hong agar masuk juga. Nyonya Hong bingunga. Polisi memberitahu kalau
ini Permintaan khusus Tuan No.
Flash Back
Tuan No
meminta agar memutuskan tiga pertanyaan terakhir. Polisi pun memperbolehkan,
karena mereka biasanya setujui pertanyaannya sebelumnya. Tuan No meminta agar panggil
pengacaranya saat mengajukan pertanyan terakhir. Polisi terlihat bingung.
“Kau bisa
Izinkan atau terus kutolak.” Ucap Tuan No memberikan pilihan.
Akhirnya
Tuan No dalam ruangan interogasi dengan tangan yang dipasang alat pedeteksi
kebohongan. Polisi lain akan ajukan tiga pertanyaan yang diminta. Nyonya Hong
melihatnya dari ruang kontrol. Polisi bertanya apakh Tuan No dan Choi Hyang-mi
berselingkuh
“Tidak.” Jawab
Tuan No. Polisi yang melihat grafiknya merasa tak percaya kalau Tuan No memang
berkata jujur.
“Apa Kau
di dalam kamar motel tempat Choi Hyang-mi menginap?” tanya polisi.
“Tidak...
Tak pernah. Tak mungkin... Aku bersumpah demi nyawa orang tuaku.” Ucap Tuan No
menatap ke arah kaca karena yakin kalau Nyonya Hong bisa melihatnya.
“Kenapa
bersumpah demi nyawa orang tuamu? Katakan ya atau tidak saja.” Komentar polisi
melihat Tuan No benar-benar berkata jujur.
“Yang
Terakhir... Apa Kau mencintai istrimu?” tanya Polisi. Tuan No menjawab “Ya” dan
saat itu grafik menanjak naik tanda Tuan No benar-benar mengatakan dari hati
yang terdalam.
“Aku
mencintainya dan mengaguminya. Aku hanya mencintaimu.” Ucap Tuan No.
“Dia
sungguh mencintainya.” Komentar Polisi dan menyuruh Tuan No pergi saja. Nyonya
Hong pun keluar sambil membuang bungkus permen yang belum dimakanya.
Di papan
tulis, tertulis ciri-ciri pelaku “TANGAN KIRI? BATUK? GERAKAN SPONTAN?
KEBIASAAN?” lalu kejadian di PERSIMPANGAN
ONGSAN KOTA SALMON MASU ONGSAN saat Hyang Mi terjatuh ditabrak mobil.
“Baiklah,
mari gabungkan. Kita menemukan darah pada setir Tuan No. Lalu darahnya milik
Hyang-mi. Namun, kita tak seharusnya hanya mengejar Tuan No.” Ucap Tuan Byun
Sementara
di Kepolisian Pusat juga mengadakan rapat tentang pengusi memberitahu kalau
Nyonya Choi mencoba menelepon Kang Jong-ryeol sebanyak 14 kali, dan dia tak
pernah mengangkatnya. Ia pikir mereka pasti juga merasakan hal mencurigakan.
Tuan Byun
memperlihatkan buku tabungan milik Hyang Mi
kalau total 30 juta won masuk ke rekening ini setelah Hyang-mi
menghilang. Tuan Lee bertanya Apa Jong-ryeol mengirimkannya dan berpikir mereka
bisa dapatkan DNA-nya.
“Nama pengirimnya
adalah Park Sang-mi, istri Kang Jong-ryeol. Bisa saja soal uang, afair, atau
dendam, tapi pasti ada motif.” Kata Polisi
“Maka
Pengusil salah satu dari mereka?” tanya Tuan Lee. Polisi mengaku tak tahu. Tuan
Lee heran mereka yang tak tahu.
“Kami
belum tahu apakah Pengusil membunuh Choi, atau seseorang pura-pura sebagai
Pengusil untuk balas dendam. Jadi, kami mulai dari awal...” ucap Polisi yang
langsung disela oleh Tuan Lee.
“Jika
kalian akan diskusi dari awal, jangan panggil aku kemari.” Tegas Tuan Lee
marah.
Di kamar,
Jessica melihat di internet [KATA PALING DICARI: PENGUSIL ONGSAN, ONGSAN]
wajahnya langsung panik. Ibunya masuk ke dalam kamar terlihat marah mengangap
anaknya itu akan menjadi Pengusil dan mengeluh karena mengiriminya uang
“Namamu
kini ada di rekeningnya. Bagaimana jika polisi kemari?” ucap Ibu Jessica marah
“Lalu aku
harus bagaimana? Dia berkata akan membongkar semuanya, jadi, aku terpaksa
berikan dia 30 juta, juga sebagai kompensasi harga diriku. Aku tak bisa biarkan
dia menuntutku untuk tabrak lari, jadi, aku terpikir ini dan...” ucap Jessica
panik
“Kenapa
kau memikirkan ini? Kenapa? Sang-mi... Sadarlah dan tatap mataku. Kau tak
membunuhnya. Kau tak bisa menabrak orang. Kau putriku. Aku akan tahu itu. Aku
akan mengurus semuanya, jadi, berhentilah memikirkannya.” Tegas Sang ibu
menyakinkan.
“Ibu...
Tapi kenapa aku tak boleh berpikir? Kau selalu lakukan semuanya untukku...
Karena itu aku menjadi bodoh.” Keluh Jessica kesal.
“Apa kau menyalahkanku?”
keluh ibunya dan saat itu ada seseorang yang datang.
Jong Ryul
masuk memberitahu kalau ibunya datang. Jessica bingung kenapa ibu Jong Ryul itu
datang. Jong Ryul mengaku kalau sudah
memberi tahu keluarganya. Jessica panik mendengarnya. Ibu Jesica ingin tahu apa
yang diberitahu Jong Ryul pada orang tuanya.
“Kau
harus berpikir sebelum bicara. Kau tak bisa menarik kata-katamu.” Ucap Bu Jessica
memperingatkan.
“Aku
dengar kau pergi ke Ongsan.” Kata Jong Ryul. Ibu Jessica pikir Seharusnya Jong Ryul tak membahas itu lebih
dahulu.
“Kami...
akan bercerai. Aku sungguh minta maaf.” Ucap Jong Ryul sambil berlutut pada ibu
mertuanya.
“Tunggu,
kau pikir, kau bisa katakan apa pun semaumu? Maksudku, apa yang kau bicarakan?”
ucap Ibu Jessica.
“Kami
mengulur pernikahan walau sudah lama berakhir. Ini disesalkan, tapi kami
harus...” ucap Jong Ryul dan Ibu Jessica langsung memukul Jong Ryul dan
berteriak histeris.
“Berengsek
kau. Membusuklah di neraka... Dasar sampah. Jika kau... Jika kau hancurkan
hidup anakku, kuhancurkan juga kau dan hidupmu! Aku akan... Aku akan ajukan
petisi ke Gedung Biru.” Teriak Ibu Jessica. Jessica pun menahan ibunya agar tak
melakukan kekerasan.
Jessica
mengejar Jong Ryul berteriak marah karena akan ke Ongsan lagi. Jong Ryul heran
dengan sikap Sang-mi tiba-tiba berubah. Ia mengingatka kalau Sang-mi tak pernah
menjadi ibu baginya jadi akan berusaha merawat Ji-seon.
“Kenapa?
Apa dia berkata ingin tinggal denganmu?” tanya Jessica marah. Jong Ryul
menjawab tidak.
“Tapi Aku
harus membawa anak itu denganku. Aku tak ingin meninggalkan Pil-gu di sana
lagi.” Ucap Jong Ryul
“Bawa dia
pulang. Putramu. Lalu Kukatakan kita mengadopsi keponakanmu.” Kata Jessica.
“Apa yang
coba kau lakukan?” keluh Jong Ryul. Jessica pikir akan memindahkan semua
barangnya ke rumah pengantin baru mereka
“Kita
harus hidup bersama selamanya.” Kata Jessica. Jong Ryul pikir Jessica adalah
ibu Ji-seon, jadi, takkan bersikap kekanak-kanakan.
“Kau bisa
pergi ke Milan, akan kuturuti semua keinginanmu. Jadi, kau tak perlu pura-pura.”
Ucap Jon Ryul
“Aku
takkan pergi ke Milan. Kenapa aku lakukan itu untukmu?” ucap Jessica.
“Sang-mi.
Kita mungkin tak berpisah baik, tapi jangan serendah itu.” Tegas Jong Ryul
“Aku akan
rawat Rebecca saat kita bercerai.” Kata Jessica. Jong Ryul pikir Jessica manfaatkan
anak itu untuk bersepakat
“Kau yang
bersalah, dan Rebecca milikku.” Tegas Jessica. Jong Ryul terlihat marah dengan
ucapan Sang Mi.
“Jong-ryeol,
Oppa.... Aku Jessica. Rebecca milikku, juga nama Nyonya Kang Jong-ryeol. Jadi
Bawa anak itu.” Kata Jessica. Jong Ryul tak bisa berkata-kata.
Bersambung ke episode 34
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar